Gar am Madur
Garam Maduraa
Tradisi dan PPot
ot ensi Usaha Gar
otensi am Raky
Garam at
Rakyat
Dit erbitk
Diterbitk an oleh :
erbitkan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
dan Pesisir
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jl. Pasir Putih 1 Ancol Timur Jakarta 14430
Telp : (021) 6471 1583, 6471 1672
Fax : (021) 6471 1654
Edit or :
Editor
Dr. Budi Sulistiyo
Pen
enyyelar as Bahasa :
elaras
M. Hartono
Pen yusun :
enyusun
Dr. Ifan Ridlo Suhelmi
Erish Widjanarko, ST
Hariyanto Triwibowo, ST
Sophia L Sagala, M.Sc
Hari Prihatno, M.Sc
Ahmad Najid, M.Si
Aris Wahyu Widodo, ST
Rikha Bramawanto, S.Pi
Desain Gr af
Graf is :
afis
Imam Pramuji
Fot ogr
Fotogr af
afii :
ograf
Budi Antoko
Wahyudi Sudarsono
Citasi
Suhelmi IR, et al. 2013. Garam Madura, Tradisi dan
Potensi Usaha Garam Rakyat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya laut dan Pesisir, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Halaman Judul i
Kata Pengantar
Pengantar ix
Ucapan TTerimak
erimakasih
erimakasih xii
Mengenal Madura 15
Asal Usul Kata “Madura”
Kata 15
Wila
Wilayyah Administrasi
Administrasi 18
Kabupaten Bangkalan 22
Kabupaten Sampang 28
Gambar 1
1.. Bagan pr oses pembuatan garam e
proses evvaporasi kkadar
adar NaCl 3
tinggi
Gambar 7
7.. Kelompok Puspa Marina dengan merek dagang Garam
elompok 83
Nusantara
Gambar 10.
10. Padatan magnesium hidroksida
hidroksida 85
Gambar 11.
11 Mesin pemutar cepat (sentrifugal) 86
Tabel 1
1.. Kualitas Garam Berdasar
Berdasarkan K
dasark andungan NaCl
Kandungan 5
D
engan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, tim penyusun
telah berhasil menyelesaikan penulisan buku “Garam Madura, Tradisi dan
Potensi Usaha Garam Rakyat.” Buku ini merupakan hasil kajian mengenai
sumberdaya garam di Pulau Madura dan membahas perjalanan dan perkembangan
usaha garam rakyat dimulai dari pengenalan asal usul pembuatan garam di Pulau
Madura yang telah menjadi salah satu akar budaya dan tradisi yang telah membawa
Pulau Madura mendapatkan julukan sebagai Pulau Garam.
Tradisi pembuatan garam rakyat di Pulau Madura yang telah dimulai hampir
lebih dari 400 tahun yang lalu, telah menjadi tradisi melekat pada masyarakat
pesisir Pulau Madura. Perpaduan yang harmonis antara tradisi dan kondisi alam
telah membawa Madura menjadi produsen garam rakyat terbesar di Indonesia. Sejak
jaman kolonialisme Belanda hingga kini, Pulau Madura menjadi pusat perhatian
pergaraman nasional. Produksi garam rakyat Pulau Madura menjadi barometer
produksi garam rakyat nasional.
Melihat potensi dan produksi garam rakyat Pulau Madura, sudah selayaknya
komoditas ini telah menjadi gantungan hidup dan membawa kesejahteraan bagi
para pelaku, khususnya petambak garam. Namun pada kenyataan kehidupan
perekonomian para petambak garam di Pulau Madura masih mengalami pasang surut.
Pada buku ini dibahas secara komperhensif hal terkait dengan garam dan Pulau
Madura. Bab pertama membahas mengenai apa itu garam, bagaimana cara
pembuatannya dan apa saja manfaat dari garam. Bab ini memberikan gambaran
secara jelas mengenai garam yang akan mengantarkan pada bab selanjutnya yang
berisi mengenal Pulau Madura. Pada bab ke-dua ini membahas lingkungan alam
Pulau Madura, karakteristik fisik dan kondisi sosial ekonomi di masing-masing
kabupaten yang ada di Pulau Madura. Setelah itu pada bab ke-tiga diuraikan mengenai
garam madura. Sejarah mengenai awal mula pembuatan garam yang telah menjadi
legenda dan diperingati setiap tahun, sampai sejarah pengelolaan garam sejak zaman
penjajahan sampai zaman setelah kemerdekaan. Pada bab ke-empat diuraikan
mengenai industrialisasi garam rakyat, kebangkitan kembali produksi garam dengan
program PuGar sebagai batu pijakan, prospek produksi garam pada masa yang akan
datang dan potensi produk turunan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Rangkaian uraian ini mengarah pada timbulnya semangat baru dalam proses produksi
garam rakyat.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan pada uraian naskah buku ini.
Kelangkaan referensi mengenai komoditas garam ini menjadi tantangan tersendiri
bagi penyusunan naskah ini, sehingga masih banyak kekurangan dalam aspek konten
kandungan naskah. Namun demikian semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan pengembangan
produk garam khususnya di Pulau Madura.
Penyusun
Buku ini tidak dapat dilepaskan dari campur tangan berbagai pihak, sehingga
naskah ini dapat tersusun dengan baik. Pada kesempatan yang baik ini tim penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada:
1. Dr. Sudirman Saat, Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Ditjen KP3K), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
5. Drs. Ec. Nawawi, MM, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Kabupaten
Bangkalan
6. Sri Andoyo Sudono, SH, MM, Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan,
Kabupaten Sampang
7. Ir. Nurul Widiastuti, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan, Kabupaten Pamekasan
9. Ir. Ansori Zawawi, M.Si. MM, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan
Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal KP3K, KKP
11. Dr. Budi Sulistiyo, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut dan Pesisir, Badan Litbang KP, KKP
13. Ir. Umi Windriani, MM Kepala Bagian Program, Sekretariat Ditjen KP3K
14. Minhadi Noer Sjamsu, ST, ME, Kabag Program, Sekretariat Badan Litbang KP,
KKP
15. Ir. Kemal Sinatra, DEA, Kepala Bidang Tata Operasional, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Litbang KP, KKP
16. Dr. Tukul Rameyo Adi, Kepala Bidang Pelayanan Teknis, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Litbang KP, KKP
17. Edi Pramono Sutjipto, SE, Kepala Bidang Monitoring dan Evalauasi, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Litbang KP,
KKP
18. Ir. Gustiawirman, M.Sc, Kepala Subdirektorat Akses Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan
Usaha, Direktorat jenderal KP3K, KKP.
19. Dr. Viv Djanat P, Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu kelautan, Universitas Hang
Tuah Surabaya
22. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
memberikan kontribusi dan sumbang saran dalam penyusunan naskah buku ini
A pa itu Garam?
Tanpa garam, “manusia tidak
mungkin hidup”. Itu istilah saja.
masyarakat Indonesia.
Berdasarkan pemanfaatannya,
garam dikelompokkan dalam dua
Mengapa? Karena garam berfungsi kelompok utama, yaitu garam
sebagai pengatur aliran makanan dalam konsumsi dan garam industri. Garam
tubuh manusia. Garam juga mampu konsumsi berdasarkan SNI, kandungan
menciptakan kontraksi pada hati dan NaCl-nya minimal 95%. Kemudian
beberapa jaringan penting dalam tubuh sulfat, magnesium dan kalsium
manusia. Kandungan garam dalam tubuh maksimum 2%. Kotoran lain (lumpur
manusia dewasa diperkirakan mencapai dan pasir) maksimum 1% atas dasar
sekitar 250 gram garam. Garam, persen berat kering (dry basis), serta
disamping menjadi bagian penting dari kadar air maksimal 7%. Sedangkan
kehidupan manusia, ternyata juga telah garam industri membutuhkan kualitas
menyatu dalam kehidupan sejarah yang lebih baik. Pada industri
peradaban manusia. Ini artinya, garam perminyakan, tekstil dan penyamakan
yang kita kenal sehari-hari sebagai kulit (NaCl >97,5%, sulfat <0,5%,
bumbu masak atau garam dapur juga kalsium <0.2%, magnesium <0,3%,
miliki hubungan erat dengan budaya kadar air 3–5%). Kemudian pada
industri Chlor Alkali Plant (NaCl
>98,5%, sulfat <0,2%, kalsium <0,1%,
Kiri :
magnesium <0,06%), dan industri Phar-
Tumpukan-tumpukan kristal garam yang telah
dikumpulkan siap diangkut ke gudang maceutical Salt (NaCl >99,5%,
penyimpanan impuritis mendekati 0).
Tabel 1.
Kualitas Garam Berdasarkan Kandungan NaCl
Wilayah Administrasi
Atas :
Dalam perjalanan sejarah pada era Gerbang memasuki Pulau Madura di ujung
kolonialisme Belanda, Pulau Madura jembatan Suromadu
Kiri :
Menara Suar yang dibangun oleh Pemerintah
Belanda pada tahun 1879 yang masih terawat
dan berfungsi sampai saat ini.
22
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 23
Kiri :
Ketekunan wanita pembatik menjadikan Batik
Madura di Bangkalan ini memiliki ciri khas dan
memiliki nilai ekonomi.
Bawah :
Bawah
Ragam hias batik khas Madura.
Kanan :
Gadis penari yang cantik membawakan tarian
asal Bangkalan.
Kiri :
Peniup seruling Madura memainkan alat
musiknya
Kanan :
Beberapa hasil kerajinan Kota Bangkalan yang
menampilkan ciri khas masyarakat Madura.
Tabel 2.
Pekerja dan Luasan Lahan Pegaraman Rakyat di Kabupaten Sampang
Baw ah :
Bawah
Sapi muda terpilih dipersiapkan untuk
menjadi sapi karapan.
Tabel 3.
Pekerja dan Luasan Lahan Pegaraman Rakyat di Kabupaten Pamekasan
Baw ah :
Bawah
Patung karapan sapi berwarna emas di depan
arena karapan sapi di Sumenep.
Kanan :
Menara air di Kalianget menjadi salah satu ciri
khas di Kabupaten Sumenep
Tabel 4.
Pekerja dan Luasan Lahan Pegaraman Rakyat di Kabupaten Sumenep
Ricklefs memaparkan, Pulau Madura punya nilai yang lebih besar sebagai
yang tidak subur ini awalnya hanya pemasok utama garam ke berbagai
memiliki nilai yang kecil bagi Belanda. daerah yang dikuasai Belanda di
Berlanjut pada paruh kedua abad ke- nusantara. Memonopoli garam bagi
19, terutama setelah 1870, Madura penguasa kolonial menjanjikan
keuntungan yang berlimpah. VOC
menuntut pembayaran wajib garam
Atas : dari para petani garam. Kompeni juga
Suasana di ruang kemasan dalam pabrik membuat berbagai aturan tegas terkait
garam di Kalianget, Madura. dengan garam. Salah satunya adalah
larangan membuka ladang garam baru
Kiri :
di berbagai daerah kekuasaan Belanda
Salah satu bagian dari proses produksi garam
di Madura, garam briket diperiksa berat dan – kecuali seijin VOC. Dengan kebijakan
kepadatannya. ini Belanda akan mendominasi produksi
garam, yang ketika itu berada di tangan hanya diposisikan sebagai pekerja
pemerintah. Dia memutuskan produksi berupah rendah.
dan niaga garam dikelola perusahaan
Pasca kekuasaan Raffles yang
negara. Terobosan Gubernur Jenderal
cukup singkat, pemerintah Hindia
Inggris itu membuat produksi dan
Belanda tetap memusatkan pengelo-
distribusi garam dipegang direksi dan
laan garamnya di tangan penguasa -
dewan keuangan perusahaan.
tanpa VOC yang telah bangkrut. Pada
Sayangnya selama masa itu, pegaram
masa van den Bosch, antara 1830 –
1834, yang terkenal dengan penetapan
kebijakan Tanam Paksa (cutuurstelsel,)
Atas :
ternyata berimbas pada beratnya pajak
Para pekerja di lahan garam saat penguasaan
kompeni di Kalianget. garam sehingga terasa mencekik petani
anan :
Atas dan KKanan
Profil pedagang makanan dan oleh-oleh khas
Madura serta pedagang buah-buahan di
Madura
Paket teknologi ini terdiri dari 5 telah dituakan pada 20 oBe. Proses
sub-sistem utama, yakni (a) penghan- pencucian ini pada intinya memisahkan
curan butiran garam krosok, (b) kotoran ikutan garam krosok melalui
pencucian, (c) pengeringan, (d) pencucian dan penyaringan.
penambahan unsur yodium dan (e)
pengkemasan menjadi garam meja. Proses pengeringan hasil cucian
Pengolahan garam dengan teknologi dilakukan dengan mesin peniris, sebuah
pemurnian garam dimulai dengan alat yang bekerja secara berputar
penghancuran butiran-butiran garam sentrifugal. Garam cucian diputar
krosok menjadi garam lembut dengan dengan alat ini untuk mengurangi
ukuran partikel 2 mm. Butiran-butiran kandungan air, sebelum diproses lebih
ini selanjutnya dicuci dengan air yang lanjut dengan mesin pengering. Butiran
Gambar 110
0 - Padatan magnesium hidroksida
Gambar 111
1 - Mesin pemutar cepat (sentrifugal)
Adi, Tukul R, Agus Supangat, Budi Sulistiyo, Bangun Muljo S, Husni Amarullah, Tri Heru Prihadi,
Sudarto, Eddy Soentjahjo, Agustin Rustam. 2012. Buku Panduan Pengembangan Usaha
Terpadu Garam dan Artemia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut
dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Jakarta
Badan Standarisasi Nasional. 2010. SNI 01-3556-2010 tentang Garam Konsumsi Beryodium,
Jakarta
BPS a. 2012. Sumenep dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumenep
Provinsi Jawa Timur
BPS b. 2012. Pamekasan dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pamekasan Provinsi Jawa Timur
BPS c. 2012. Sampang dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sampang
Provinsi Jawa Timur
BPS d. 2012. Bangkalan dalam Angka Tahun 2012, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangkalan
Provinsi Jawa Timur
BPSDM. 2010. Modul Pelatihan garam Lanjutan, Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Kelautan dan Perikanan, KKP
Purbani D, 2002. Proses Pembentukan Kristal garam, Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumberdaya
Non Hayati, Deparaatemen Kelautan dan Perikanan
PT Garam. 1994. Sejarah Jawatan Regie Tjandu dan Garam, Jawatan Garam, PGSN 1945-
1961. Surabaya Jawa Timur
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir.. 2012. Buku
PanduanPembuatan Garam Bermutu, Pemberdayaan Lahan Kering Kawasan Pesisir
untuk Industri Garam Rakyat. Cetakan ke -3. . Pusat penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan
Perikanan, Jakarta
Sekretariat Pugar. 2011. Laporan Akhir Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Tahun 2012.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulaupulau Kecil, Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Sekretariat Pugar. 2012. Laporan Akhir Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat Tahun 2013.
Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulaupulau Kecil, Kementerian Kelautan dan
Perikanan
UU 25 Tahun 1957 tentang Penghapusan Monopoli garam dan Pembikinan Garam Rakyat
Widjanarko E, Widodo AW, Triwibowo H , 2011, Laporan Akhir Penerapan IPTEK untuk
Pengembangan Model Kawasan Industri Garam Rakyat, Puslitbang Sumberdaya Laut
dan Pesisir , Balitbang KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan