Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL KEGIATAN PENGHIJAUAN

DESA TUNFEU
A. LATAR BELAKANG

Lingkungan Hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat
dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan
dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi
rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan
kualitas hidup itu sendiri.

Pancasila, sebagai dasar dan falsafah negara, merupakan kesatuan yang bulat dan utuh
yang memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup
akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai kemajuan lahir dan
kebahagian batin. Antara manusia, masyarakat, dan Lingkungan Hidup terdapat hubungan
timbal balik, yang selalu harus dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan,
keserasian, dan keseimbangan yang dinamis.

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional mewajibkan agar sumber


daya alam dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemakmuran rakyat
tersebut haruslah dapat dinikmati generasi masa kini dan generasi masa depan secara
berkelanjutan. Pembangunan sebagai upaya sadar dalam mengolah dan memanfaatkan sumber
daya alam untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, baik untuk mencapai kemakmuran lahir
maupun untuk mencapai kepuasan batin. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya alam
harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi Lingkungan Hidup.
Lingkungan Hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri atas berbagai subsistem, yang
mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan geografi dengan corak ragam yang berbeda
yang mengakibatkan daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup yang berlainan.
Keadaan yang demikian memerlukan pembinaan dan pengembangan Lingkungan Hidup yang
didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup akan
meningkatkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan subsistem, yang berarti juga
meningkatkan ketahanan subsistem itu sendiri. Dalam pada itu, pembinaan dan
pengembangan subsistem yang satu akan mempengaruhi ketahanan ekosistem secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pengelolaan Lingkungan Hidup menuntut dikembangkannya
suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya.Untuk itu, diperlukan suatu
kebijaksanaan nasional pengelolaan Lingkungan Hidup yang harus dilaksanakan secara taat
asas dan konsekuen dari pusat sampai ke daerah.

Arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan


bertumpukan pada pembangunan industri, yang diantaranya memakai berbagai jenis bahan
kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat,
industrialisasi juga dapat menimbulkan kerugian, antara lain dihasilkannya limbah bahan
berbahaya dan beracun, yang apabila dibuang ke dalam media Lingkungan Hidup dapat
mengancam Lingkungan Hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.

Secara global, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup
manusia. Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri ditandai oleh pemakaian produk
berbasis kimia telah meningkatkan produksi limbah bahan berbahaya dan beracun. Hal itu
merupakan tantangan yang besar terhadap cara pembuangan yang aman dengan risiko yang
kecil terhadap Lingkungan Hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
Menyadari hal tersebut di atas, bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya perlu
dikelola dengan baik. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia harus bebas dari buangan limbah bahan berbahaya dan beracun dari luar
wilayah Indonesia.

Makin meningkatnya upaya pembangunan menyebabkan akan makin meningkatnya


dampaknya terhadap Lingkungan Hidup. Keadaan ini mendorong makin diperlukannya upaya
pengendalian dampak Lingkungan Hidup sehingga risiko terhadap Lingkungan Hidup dapat
ditekan sekecil mungkin.

Upaya pengendalian dampak Lingkungan Hidup tidak dapat dilepaskan dari tindakan
pengawasan agar ditaatinya ketentuan peraturan Perundang-undangan di bidang Lingkungan
Hidup. Suatu perangkat hukum yang bersifat preventif berupa izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan lain. Oleh karena itu, dalam izin harus dicantumkan secara tegas syarat dan
kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan lainnya. Apa yang dikemukakan tersebut di atas menyiratkan ikut sertanya berbagai
instansi dalam pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga perlu dipertegas batas wewenang
tiap-tiap instansi yang ikut serta di bidang pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sesuai dengan hakikat Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara hukum,
pengembangan sistem pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai bagian pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan Lingkungan Hidup harus diberi dasar hukum yang jelas,
tegas dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum bagi upaya pengelolaan Lingkungan
Hidup. Dasar hukum itu dilandasi oleh asas hukum Lingkungan Hidup yang sepenuhnya
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Masih ingat di catatan sejarah bencana badai “Seroja” yang melanda NTT pada bulan
April 2021, dimana bencana alam tersebut menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Badai
tersebut menyebabkan longsornya daerah lereng bukit yang sudah “gundul” akibat kegiatan
manusia. Peristiwa ini yang telah membuka mata kita bahwa daerah lereng bukit di desa
Tunfeu adalah daerah rawan bencana longsor baik karena alam maupun ulah manusia.
Dari uraian diatas mengambarkan bahwa bumi kita jika diibaratkan sebagai seorang ibu
yang selalu menyusui anak –anaknya mulai marah karena dilukai sedemikian rupa oleh
aktifitas manusia yang melebihi Daya Dukung Lingkungan yang ada karena manusia semakin
‘ serakah, tamak, dan tidak tau terimakasih. Keadaan ini tidak hanya dialami oleh Indonesia
tetapi merata diseluruh dunia yang terancam bencana Global karena efek Pemanasan Global.

Untuk itu kami Kelompok Tani Harapan Baru yang bekerjasama dengan Pemerintah
Desa Tunfeu yang tergugah untuk melakukan ‘Penghijauan Kembali’ agar dapat tercapainya
semboyan kami yaitu “Hijau Alamku, Hijau Hutanku, Damailah Desaku, Jayalah
Indonesiaku, Jayalah Indonesiaku”. Dan tidak mengalami pemanasan global yang
berkepanjangan dan agar perubahan iklim dunia menjadi teratur, serta tidak terjadi bencana
alam yang disebabkan karena pengoksplotasian hutan.

B. TEMA KEGIATAN
Adapun tema yang kami pilih pada kagiatan penghiajauan ini adalah : “Hijau Alamku,
Hijau Hutanku, Damailah Desaku, Jayalah Indonesiaku”.
C. TUJUAN KEGIATAN
1. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya alam semesta.
2. Mengurangi pemanasan global yang sangat ditakuti oleh masyarakat
3. Melestarikan alam lewat penghijauan kembali
4. Mengurangi resiko terjadinya berbagai bencana alam yang disebabkan oleh alam
D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari : Sabtu hingga Minggu
Tanggal : 27 s/d 28 April 2013
Tempat : Daerah lereng bukit di desa Tunfeu, Kecamatan Nekamese, Kabupaten
Kupang

E. KONDISI DAERAH SASARAN


Daerah sasaran penghijauan ini terletak di aliaran sungai Desa Tunfeu dan di daerah
perbukitan yang talah gundul di Kecamatan Nekamese. Pada survey yang dilaksanakan pada
bulan Oktober 2012, kegiatan Kelompok Tani Harapan Baru, daerah sasaran banyak
mengalami penurunan jumlah tanaman-tanaman besar. Sehingga berakibat pada longsornya
tanah pada daerah sekitar dan jalur pendakian menjadi curam serta terjadi penurunan debet
air, hal ini dapat dilihat dari tidak adanya air pada aliran sungai. Selain itu, tempat atau desa
yang akan dijadikan daerah sasaran adalah Desa Tunfeu. Oleh karena itulah kami sekelompok
orang yang peduli dengan alam ingin sekali untuk melakukan reboisasi atau penghijauan
kembali terhadap apa yang telah terjadi di alam ini.

E. JENIS TANAMAN
Pada dasarnya tujuan dari penghijauan ini adalah penanaman kembali yang mempunyai
maksud untuk meningkatkan kestabilan kondisi tanah dan unsur-unsur yang terkandung
didalamnya. Jenis tanaman yang cocok untuk tujuan penghijauan tersebut adalah tanaman
yang mampu menyerap atau menyimpan air dengan baik dengan kondisi yang telah kami
sebutkan di atas adalah sebagai misalnya Pohon Sengon dan Pohon Nantu serta Pohon Jabon,
pohon yang cocok dengan kondisi di daerah tersebut.

F. PELAKSANA
1. Panitia sejumlah 6 orang
2. Delegasi
3. Penduduk desa sejumlah 25 orang

G. SUSUNAN KEPANITIAAN
Adapun susunan kepanitian kami lampirkan. (Lampiran I)

H. ESTIMASI DANA
Adapun estimasi dana yang kami butuhkan di lampirkan. (Lampiran II)

I.     PERNYATAAN TANDA TANGAN PERSETUJUAN


Pernyataan Tanda Tangan Persetujuan Kepanitian Kegiatan Penghijauan di Lampirkan.
(Lampiran III)

XII. PENUTUP

Demikian proposal ‘Penghijauan Kembali’ agar " Hijau Hutanku, Damai Desaku, Biru
Langitku dan Bersih Udaraku".sebagai gambaran kegiatan yang akan kami laksanakan.
Partisipasi dan peran serta dari semua pihak sangat kami harapkan. Atas perhatian dan
kerjasamanya kami sampaikan terima kasih.
PANITIA PELAKSANA
KEGIATAN PENGHIJAUAN
HIJAU ALAMKU, HIJAU HUTANKU, DAMAILAH DESAKU, JAYALAH
INDONESIAKU

Ketua Sekretaris

ARIF RAHMAN, S.IP ALEX

Mengetahui,

Ketua Kelompok Tani Sekretaris Kelompok Tani


Harapan Baru Harapan Baru

AGUS INDRA, L

Lampiran 1
 
Susunan Kepanitian Kegiatan Penghijauan. Hijau Alamku, “Hijau Hutanku, Damailah
Desaku, Jayalah Indonesiaku”.

Pelindung : MAKMIR LAMBOKA ( Kepala Desa Tunfeu )

Penanggung Jawab : AGUS

INDRA, L
Ketua : ARIF RAHMAN, S.IP

Sekretaris : ALEX

Bendahara : NUR’AINUN

Seksi Dana : Indra


Fadli
Febriansyah
Didi Iskandar
Lisda

Seksi Humas : Afri


Andri
Maswan
Ucok
Fanti

Seksi Perlengkapan : Julham


Ahdiat
Samsul Alam
Jamrin
Nurlin

Seksi Konsumsi : Syamsiar


Siti Hartuti
Abrar
Ismail
Ramang

Seksi Lapangan :  Iskandar


Jamal
Jadar
Jufri
Rifka

Dan Penanaman : Rais


Rian Anwar
Candra
Atong
Muliadi
Lampiran II
 
Estimasi Dana Yang dibutuhkan Pada Kegiatan Penghijauan. “Hijau Alamku, Hijau Hutanku,
Damailah Desaku, Jayalah Indonesiaku”.

No KEBUTUHAN SATUAN HARGA JUMLAH


.
1. @500.000,- 500.000,-
Alat dan Bahan Konsumsi
2. Linggis @200.000,- 200.000,-
3. Skop @200.000,- 200.000,-
4. Pupuk @400.000,- 400.000,-
5. Kayu Pagar @350.000,- 350.000,-
6. Paku @150.000,- 150.000,-
7. Transportasi @150.000,- 150.000,-
8. Lain – Lain @200.000,- 200.000,-
TOTAL BIAYA 2.150.000.-

Lampiran III
 
Pernyataan Tanda Tangan Kepanitian Kegiatan Penghijauan. “Hijau Alamku, Hijau Hutanku,
Damailah Desaku, Jayalah Indonesiaku”.

No. Nama Jabatan Tanda Tangan


1.        ARIF RAHMAN, S.IP Ketua 1.
2.
2.        ALEX Sekretaris
3.
3.        NUR’AINUN Bendahara
4.
4.        Indra Anggota
5.        Fadli Anggota
6.        Febriansyah Anggota
7.        Didi Iskandar Anggota
8.        Lisda Anggota
9.        Afri Anggota
10.    Andri Anggota
11.    Maswan Anggota
12.    Ucok Anggota
13.    Fanti Anggota
14.    Julham Anggota
15.    Ahdiat Anggota
16.    Samsul Alam Anggota
17.    Jamrin Anggota
18.    Nurlin Anggota
19.    Syamsiar Anggota
20.    Siti Hartu ti Anggota 5.
21.    Abrar Anggota 6.
22.    Ismail Anggota 7.
23.    Ramang Anggota 8.
24.    Iskandar Anggota 9
25.    Jamal Anggota 10.
26.    Jadar Anggota 11.
27.    Jufri Anggota 12.
28.    RIfka Anggota 13.
29.    Rais Anggota 14.
30.    Rian Anwar Anggota 15.
31.    Candra Anggota 16.
17.
32.    Atong Anggota
18.
33.    Muliadi Anggota
19.
20.

Anda mungkin juga menyukai