Pada hari ini, Rabu tanggal Satu Bulan Juni tahun Dua Ribu Dua Puluh Dua (01/06/2022) di Jepara telah
disepakati dan ditandatangani Perjanjian Kerja antara :
Bertindak untuk dan atas nama Perusahaan PT. NAWAKARA PERKASA NUSANTARA berdasarkan
surat kuasa No. 105/DIR/NPN/VI/2021 yang selanjutnya disebut sebagai “PIHAK PERTAMA”
dengan
Bertindak untuk diri sendiri dan atas nama pribadi yang selanjutnya disebut sebagai “PIHAK KEDUA”
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat akan melaksanakan Perjanjian Kerja dengan ketentuan
dan syarat – syarat sebagai berikut :
Pasal 1
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
1.1 PIHAK PERTAMA dengan ini setuju mempekerjakan PIHAK KEDUA, melakukan tugas – tugas
dan tanggung jawab untuk kepentingan PIHAK PERTAMA dengan status dan kondisi sebagai
berikut :
Tempat Penerimaan : Jepara – Jawa Tengah
Lokasi kerja / Proyek : PT Bumi Jepara Services (BJS)
Jabatan / Pekerjaan : Guard
1.2 Dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia dalam memenuhi kepentingan operasional,
PIHAK PERTAMA selanjutnya berwenang mengangkat, menempatkan dan atau mengalih
tugaskan PIHAK KEDUA dibagian manapun didalam Perusahaan atau anak Perusahaan Milik
PIHAK PERTAMA.
1.3 PIHAK KEDUA sebagai karyawan bersedia ditempatkan dalam wilayah kerja PIHAK PERTAMA
di Negara Republik Indonesia.
Pasal 2
MASA BERLAKU PERJANJIAN KERJA
2.1. Perjanjian Kerja ini adalah bentuk hubungan kerja antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK
KEDUA untuk jangka waktu tertentu selama terhitung mulai tanggal 01 Juni 2022 Sampai dengan
31 Agustus 2022.
2.2. Perjanjian Kerja ini hanya dapat diperpanjang dan/atau dapat dilakukan perubahan (addendum)
atas dasar persetujuan kedua belah pihak.
Confidential – Human Resources Department
Halaman 1 dari 10
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
2.3. Perjanjian Kerja ini adalah bentuk hubungan kerja antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK
KEDUA untuk jangka waktu tertentu tunduk pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
tentang pengalihan perlindungan hak – hak bagi pekerja yang obyek kerjanya tetap ada (sama)
kepada perusahaan alih daya.
Pasal 3
PENDAPATAN, JAMSOSTEK dan PAJAK
3.1 PIHAK KEDUA mendapatkan upah/gaji setiap bulannya sebagaimana disebutkan dalam Lampiran
dari PKWT.
3.2 Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan tanpa keterangan mengacu
pada Pasal 93 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dan Pasal 40 ayat 1 PP No. 36 Tahun
2021.
3.3 Apabila PIHAK KEDUA dalam keadaan tidak mampu melaksanakan pekerjaannya dikarenakan
sakit atau kondisi medis tertentu berdasarkan keterangan dokter, maka upah akan dibayarkan
PIHAK PERTAMA dengan skala menurun sampai dengan berakhirnya masa berlaku PKWT yang
ditandatangani dengan merujuk kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3.4 PIHAK KEDUA diikutsertakan dalam program BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku. Dan PIHAK KEDUA bersedia dipotong pendapatannya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk iuran BPJS Ketenagakerjaan dan Perusahaan
menanggung iuran sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3.5 Pemberian THR dihitung sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3.6 Pemberian uang kompensasi diberikan kepada pekerja/buruh yang memiliki masa kerja paling
sedikit 1 (satu) bulan dan/atau lebih secara terus menerus dengan dihitung masa kerja dibagi 12
(dua belas) dan perhitungan secara proporsional, yang akan diberikan saat berakhirnya jangka
waktu Perjanjian Kerja sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
3.7 Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 ditanggung oleh PIHAK KEDUA.
Pasal 4
FASILITAS PENGOBATAN
Pelayanan kesehatan dikelola oleh PIHAK PERTAMA dengan cara sebagai berikut:
4.1 PIHAK KEDUA diikut sertakan dalam program BPJS Kesehatan dengan dipotong pendapatannya
untuk iuran BPJS Kesehatan sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
4.2 Fasilitas Pengobatan ini berlaku untuk PIHAK KEDUA ditambah 1 (satu) orang istri yang sah dan
maksimum 3 (tiga) orang anak sah yang belum menikah (maksimal berumur 21 tahun) dan belum
bekerja.
4.3 Batasan plafond pengobatan yang tidak habis di akhir tahun, tidak diberikan dan tidak dapat
diuangkan kepada PIHAK KEDUA.
Pasal 5
HAK CUTI
5.1 Cuti tahunan diberikan kepada PIHAK KEDUA setelah 12 bulan bekerja selama terus menerus
sebanyak 12 (dua belas) hari dalam 1 (satu) tahun yang diatur oleh PIHAK PERTAMA berdasarkan
kebutuhan, mengacu kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
5.2 Berdasarkan keperluan tugas dan pekerjaan, PIHAK PERTAMA dapat menunda permohonan cuti
yang diajukan PIHAK KEDUA.
Pasal 6
Confidential – Human Resources Department
Halaman 2 dari 10
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
6.1 Jam dan Hari kerja sesuai dengan jadwal kerja yang ditetapkan oleh Pihak Pertama (Perusahaan)
mengacu kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
6.2 PIHAK KEDUA berada ditempat kerja 15 (lima belas) menit sebelum tugas dimulai dan
meninggalkan tempat tugas 15 (lima belas) menit setelah tugas selesai, waktu yang dimaksud
digunakan untuk kesiapan serah terima tugas (bagi yang dapat Shift).
6.3 Bagi Karyawan yang berhak lembur (karyawan tanpa tunjangan jabatan atau dibawah level
Supervisor) maka bekerja melebihi jam kerja kumulatif 40 jam seminggu dihitung sebagai kerja
lembur dimana perhitungannya mengacu Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
terkait Klaster Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2021 terkait Waktu Kerja
& Waktu Istirahat.
Pasal 7
KEWAJIBAN PARA PIHAK
7.1 PARA PIHAK berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakan sebaik-baiknya seluruh isi dan
ketentuan – ketentuan yang telah dituangkan dan disepakati dalam PKWT ini.
7.2 PARA PIHAK berkewajiban untuk membantu dan manjaga ketenangan kerja dan usaha serta
kelancaran operasional Perusahaan.
7.3 PARA PIHAK berkewajiban untuk menjaga, membina dan meningkatkan hubungan kerja yang
harmonis melalui kerjasama yang baik, hormat-menghormati dan saling mempercayai sehingga
hubungan itu terpelihara dengan baik sebagaimana mestinya.
Pasal 8
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
8.4.4 Apabila perilaku dan kinerja dari karyawan tidak mencapai atau dibawah standard yang
ditentukan oleh perusahaan, yang tercantum didalam formulir penilaian atau evaluasi
standard Perusahaan, maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan sanksi hingga
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dan tidak berkewajiban untuk membayarkan sisa
kontrak tersebut.
8.4.5 Apabila terjadi kondisi kahar/ di luar kendali PARA PIHAK, maka PARA PIHAK tidak wajib
membayarkan sisa kontrak atau kewajiban lainnya, diluar sisa gaji bulan berjalan dan sisa
cuti yang belum gugur.
8.4.6 Apabila setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan hasilnya dinyatakan tidak sehat
(unfit) oleh Pihak Medis (keterangan dokter) yang ditunjuk PIHAK PERTAMA, maka PIHAK
PERTAMA tidak berkewajiban untuk membayarkan sisa kontrak.
8.4.7 Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT dipercepat pengakhiran
hubungan kerja dan/atau diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjikan oleh pemberi
kerja/ klien, maka PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan dari
pihak pemberi kerja / klien maka Perusahaan tidak berkewajiban untuk membayarkan sisa
kontrak tersebut.
Pasal 9
KETENTUAN LAIN-LAIN
PIHAK KEDUA wajib untuk memenuhi dan tunduk kepada Perjanjian Kerja ini dengan memperhatikan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku :
9.1 PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan mempunyai majikan lain dalam arti kata yang seluas luasnya
selain PIHAK PERTAMA selama jangka waktu berlakunya Perjanjian.
9.2 Apabila masih ada permasalahan/ perselisihan mengenai hak-hak dan kewajiban yang belum
diselesaikan oleh majikan terdahulu sebelum diadakan Perjanjian Kerja ini maka PIHAK KEDUA
dengan ini menjamin tidak akan melakukan tuntutan-tuntutan berupa apapun terhadap PIHAK
PERTAMA. Perselisihan tersebut tidak akan menganggu pelaksanaan tugas-tugas dan kewajiban
PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA.
9.3 Mengenai segala masalah yang belum diatur dalam perjanjian kerja ini akan dirundingkan dengan
tetap berpedoman kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
9.4 Tertib Izin Meninggalkan Pekerjaan kecuali apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak dapat
melakukan pekerjaan karena kesalahannya sehingga upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
tidak melakukan pekerjaan “ No Work No Pay ” sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian Kerja ini
Pasal 3 poin 3.2
Pasal 10
KESELAMATAN KERJA
10.1 Untuk memelihara keselamatan kerja, PIHAK PERTAMA menyediakan alat-alat keselamatan
kerja bagi PIHAK KEDUA sesuai bidang tugas masing-masing.
10.2 PIHAK KEDUA diwajibkan memakai alat-alat pelindung keselamatan kerja sesuai dengan sifat
pekerjaan masing-masing dan wajib mentaati peraturan-peraturan serta syarat-syarat
keselamatan kerja.
10.3 PIHAK KEDUA diwajibkan memelihara alat-alat keselamatan kerja yang disediakan oleh PIHAK
PERTAMA dan menjaga lingkungan kerja yang sehat.
10.4 Apabila alat-alat kerja tersebut hilang atau rusak karena kesalahan PIHAK KEDUA, PIHAK
KEDUA wajib memberikan ganti rugi kepada PIHAK PERTAMA.
Pasal 11
TATA TERTIB
11.1 PIHAK KEDUA berkewajiban untuk tunduk dan taat terhadap tata tertib dan atau peraturan yang
diatur di dalam perjanjian/kontrak antara PIHAK PERTAMA dengan Pihak pengguna jasa PIHAK
PERTAMA .
b. Menegakkan peraturan :
- Peraturan Perusahaan.
- Peraturan Pemerintah.
- Kesepakatan/ Kontrak Kerja.
Pasal 12
PELANGGARAN BERIKUT SANKSI
12.1 PIHAK PERTAMA dapat melakukan dan menjatuhkan sanksi kepada PIHAK KEDUA bilamana
PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran tata tertib atau perbuatan-perbuatan tercela. Sanksi
diberikan berupa:
10. Tidak mengenakan ID Card, menempatkan/memakai kartu tanda pengenal bukan di tempat
yang telah ditentukan dan atau tidak menjaga keutuhannya.
11. Mengganggu ketenangan dan ketertiban dalam lingkungan kerja
12. Beristirahat tidak pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
13. Masuk/keluar Perusahaan tidak melalui pintu yang telah ditetapkan.
14. Melalaikan kewajibannya untuk memberitahukan dan menyerahkan surat keterangan
perubahan alamat (tempat tinggal) dan status keluarga (perkawinan, kelahiran dan kematian).
15. Atas kelalaiannya menyebabkan orang lain dirugikan (misalnya surat bukti absen tidak
disampaikan kebagian time keeper, dll).
Pemberian peringatan lisan ini harus didokumentasikan/dicatat oleh atasan langsung karyawan.
Apabila peringatan lisan belum menghasilkan suatu perbaikan di dalam tingkah laku serta prestasi
kerja karyawan, atau apabila terjadi suatu pelanggaran lain maka surat peringatan tertulis harus
diberikan kepada karyawan.
9. Menambah, mengurangi atau merubah isi dokumen perusahaan yang bukan wewenangnya
secara sengaja dan tidak benar.
10. Karyawan yang datang terlambat atau pulang lebih awal 10 (sepuluh) kali dalam kurun waktu
1 (satu) bulan dari jam yang sudah ditentukan.
11. Pekerjaan yang tidak sesuai dengan tugas dan standar operasi yang ditentukan baginya
termasuk standar pelayanan terhadap pelanggaran Perusahaan.
12. Tidak melaporkan kepada atasannya tentang adanya gangguan keamanan dan keselamatan
yang diketahuinya yang dapat merugikan Perusahaan.
13. Tidak cakap dalam melaksanakan pekerjaan.
14. Masa berlaku Surat Peringatan II ini selama 6 (Enam) bulan.
26. Menggunakan harta benda atau peralatan PT. NPN yang bukan menjadi wewenangnya, atau
memberikan peluang kepada orang lain yang tidak berhak sehingga menimbulkan kerugian
PT. NPN.
27. Ditarik oleh PIHAK PERTAMA atas usulan, rekomendasi pengguna jasa keamanan atau klien.
28. Menerima suap/pemberian apapun baik dalam bentuk uang, barang atau jasa-jasa dari
siapapun juga untuk kepentingan pribadi.
29. Tidak melaksanakan standar kesehatan kerja perusahaan sehingga terjadi kelalaian yang
dapat menimbulkan kecelakaan bagi dirinya/orang lain atau rekan kerjanya dan atau kerugian
bagi perusahaan.
30. Menolak perintah kerja dari Penanggung Jawab Keamanan PT. NPN atau unsur Manajemen
PT. NPN yang disampaikan secara lisan, oleh karena situasi pada saat itu memerlukan
adanya tindakan segera untuk mencegah terjadinya gangguan ketertiban dan keamanan atau
untuk menanggulangi ketertiban dan gangguan keamanan yang terjadi.
31. Memasuki organisasi yang dinyatakan terlarang oleh Pemerintah.
32. Tidak mematuhi perintah atasannya tanpa alasan yang dapat diterima.
33. Mempergunakan barang-barang milik Perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa ijin
pejabat berwenang.
34. Ceroboh melakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan kecelakaan/bahaya bagi dirinya dan
atau orang lain.
35. Bekerja tanpa mentaati prosedur dan langkah-langkah keselamatan kerja yang telah
ditentukan baginya, misalnya menggunakan mesin, peralatan, bahan lainnya milik
Perusahaan serta tidak cermat dan atau kurang hati-hati sehingga dapat menimbulkan
kerusakan/pemborosan dan atau bahaya bagi dirinya/orang lain.
36. Masa berlaku Surat Peringatan III ini selama 6 (Enam) Bulan.
e. Pelaksanaan tindakan kedisiplinan yang diambil disesuaikan dengan besar kecilnya pelanggaran
tata tertib dan kesalahan, tidak perlu mengikuti urutan tersebut diatas untuk kesalahan berat dapat
langsung ke Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan mendesak sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
f. Pembebasan tugas (skorsing) adalah tindakan yang diberikan kepada karyawan yang sedang
dalam proses PHK.
12.2 Menjatuhkan sanksi PHK demi hukum bilamana PIHAK KEDUA melakukan :
a. Mogok tidak mau kerja tidak melalui prosedur sesuai ketentuan yang berlaku dan telah
dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan
kerjanya karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
b. Mengancam PIHAK PERTAMA, baik ancaman yang ditujukan kepada personil, management
ataupun fisik Perusahaan.
c. Tidak berusaha memperbaiki diri setelah mendapat Surat Peringatan III/terakhir dengan
melakukan lagi pelanggaran/kesalahan.
1. Melakukan penipuan, Pencurian, atau penggelapan barang dan/atau uang milik Perusahaan.
2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan Perusahaan.
3. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainya dilingkungan kerja,
4. Melakukan tindakan asusila atau perjudian dilingkungan kerja.
5. Menyerang, menganiaya, mengancam atau mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha
dilingkungan kerja.
6. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan dan Undang-Undang tenaga kerja.
Confidential – Human Resources Department
Halaman 8 dari 10
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
7. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya atau
menghilangkan barang milik Perusahaan atau yang disediakan oleh Perusahaan yang dapat
menimbulkan kerugian bagi pengusaha.
8. Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam keadaan
bahaya di tempat kerja.
9. Membongkar atau membocorkan rahasia Perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan Negara
10. Melakukan perbuatan lainnya di lingkungan Perusahaan yang diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
11. Mengakses user id email, sistem dan aplikasi domain Perusahaan tanpa ijin dari user dan
atasan user terkait.
12. Melakukan agitasi, sabotase atau perbuatan lain yang mengakibatkan kerusuhan/kerugian
terhadap milik perusahaan.
13. Menghasut karyawan lain dengan menyebarkan berita-berita tidak benar, mengadakan
propaganda, mengadakan pertemuan tanpa izin, menempelkan phamplet/selebaran yang
mengganggu ketertiban, ketentraman/ketenangan kerja, menimbulkan ketidakpuasan,
keresahan, kekacauan, huru-hara dilingkungan perusahaan.
14. Melakukan pungutan liar dalam bentuk apapun pada waktu melaksanakan tugasnya, atau
ketika sedang berada di wilayah kerja PT. NPN, baik dengan alasan untuk kepentingan
pribadi, golongan ataupun pihak lain.
Pasal 13
HAK BELADIRI
13.1 PIHAK KEDUA mempunyai hak beladiri atas sanksi-sanksi yang dijatuhkan oleh PIHAK
PERTAMA, bilamana sanksi yang dijatuhkan tidak tetap apabila tidak benar menurutnya
sebagaimana situasi kejadian di lapangan;
13.2 Hak beladiri baru dapat dilaksanakan bilamana sanksi telah dijatuhkan.
13.3 Hak beladiri dapat disampaikan secara lisan dan secara tertulis.
a. Hak Beladiri Secara Lisan
Hak beladiri ini disampaikan kepada PIHAK PERTAMA dengan mengambil waktu setelah
tenang dan ditempat/ ruang kerja atasan atau ruang yang ditetapkan untuk itu.
b. Hak Beladiri Secara Tertulis
Disampaikan secara tertulis atas keberatan-keberatan yang diajukan PIHAK KEDUA
berdasarkan fakta dilapangan dan disampaikan kepada PIHAK PERTAMA secara berjenjang
sampai pada jenjang tertinggi PT. NPN Pusat di Jakarta.
13.4 Hak beladiri disampaikan dengan tetap memperhatikan azas musyawarah dan mufakat.
Pasal 14
PENUTUP
14.1 Demikianlah Perjanjian Kerja ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan setelah dibaca, dimengerti dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak diatas materai secukupnya, maka apabila dikemudian hari
terjadi suatu sengketa, perbedaan dan/atau pertentangan, kedua belah pihak sepakat untuk
menyelesaikannya secara musyawarah.
14.2 Perjanjian Kerja ini berlaku dan mengikat sesuai dengan Pasal 2 ayat 1 dengan ketentuan bila ada
kekeliruan atau kekurangan, kedua belah pihak sepakat untuk diadakan perubahan dikemudian hari.
General Manager
LAMPIRAN
PERJANJ IAN K ERJA
No. ………………………………………………
TENTANG
PASAL 3
UPAH DAN NON UPAH
1. Pendapatan Tetap
4. Potongan