Anda di halaman 1dari 4

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Skema Pengerjaan


3.1.1 Prosedur Isolasi Untuk Senyawa Apigenin dan Luteolin

Sampel Daun Sage kering halus

Diekstraksi dengan etanol 98% selama 20 jam dengan


pengadukan intermiten
Diuapkan dengan rotary evaporator sampai kira kira
sepersepuluh dari aslinya

Ekstrak Etanol

Dimurnikan dengan ekstraksi cair-cair dengan n-


butanol dan air

Lapisan ekstrak dengan n- Lapisan ekstrak dengan


butanol air

Lapisan ekstrak dengan n-butanol

Dilakukan pemisahan dengan TLC (menggunakan


eluen Tersier butanol- Asam asetat-air (6:2:2))

Terlihat 2 bercak noda


hasil pemisahan

Dimurnikan dengan ekstraksi cair-cair dengan n-butanol dan air


Masing-masing bercak dikerok, dilarutkan masing-masing dengan
etanol, dan silica diendapkan, serta disaring
Diuapkan larutannya sampai volume berkurang banyak dan
dikristalkan
Disaring masing masing bercak noda yang telah dilarutkan dan
diuapkan

Senyawa Murni Zat II


Senyawa Murni Zat I
3.1.2 Penentuan Struktur Senyawa Apigenin pada Zat I

Senyawa murni Zat I

Diuji Spektrofotometri UV-Vis dengan penambahan


pereaksi penggeser (MeOH + NaOMe, AlCl3 + HCl,
NaOAc + H3BO3)
Diuji pada panjang gelombang 269nm

Hasil

3.1.3 Penentuan Struktur Senyawa Luteolin pada Zat II

Senyawa murni Zat II

Diuji Spektrofotometri UV-Vis dengan penambahan


pereaksi penggeser (MeOH + NaOMe, AlCl3 + HCl,
NaOAc + H3BO3)
Diuji pada panjang gelombang 366nm

Hasil

3.1.4 Penentuan Struktur Senyawa Myricetine pada Zat III

Ekstrak etanol

Dimurnikan dengan ekstraksi cair-cair dengan n-butanol dan air


Diuapkan larutannya sampai volume berkurang banyak

Senyawa Murni Zat III


Senyawa murni Zat III

Diuji Spektrofotometri UV-Vis dengan penambahan


senyawa komplek Cu (II)-kompleks fenolik pada
panjang gelombang 266nm

Hasil

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Prosedur Isolasi Untuk Senyawa Apigenin dan Luteolin (Dordevic S. et al.,
2000)
Sampel Daun Sage pertama tama dikeringkan, setelah kering sampel
kemudian dihaluskan. Setelah itu, sampel diekstraksi selama 20 jam dengan
pengadukan intermiten, Ektraksi dilakukan dengan metode ekstraksi maserasi
dengan pelarut etanol 98%. Setelah diekstraksi, sampel diuapkan dengan rotary
evaporator sampai kira kira sepersepuluh dari aslinya. Ekstrak etanol yang
didapat kemudian dimurnikan dengan ekstraksi cair-cair dengan n-butanol dan
air. Didapat ekstrak n-butanol dan ekstrak air.
Ekstrak n-butanol kemudian dipisahkan dengan TLC (menggunakan eluen
Tersier butanol- Asam asetat-air (6:2:2)). Terlihat 2 bercak noda hasil
pemisahan yang kemudian dimurnikan dengan ekstraksi cair-cair dengan n-
butanol dan air, masing-masing bercak dikerok, dilarutkan dengan etanol, dan
silica diendapkan, serta disaring. Diuapkan larutannya sampai volume
berkurang banyak dan dikristalkan. Disaring masing masing bercak noda yang
telah dilarutkan dan diuapkan, dan didapat 2 senyawa murni yang berbeda.
3.2.2 Penentuan Struktur Senyawa Apigenin pada Zat I (Dordevic S. et al., 2000)
Senyawa apigenin pada Zat I Diuji Spektrofotometri UV-Vis dengan
penambahan pereaksi penggeser (MeOH + NaOMe, AlCl3 + HCl, NaOAc +
H3BO3). Larutan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang 269 nm.
3.2.3 Penentuan Struktur Senyawa Luteolin pada Zat II (Dordevic S. et al., 2000)
Senyawa luteolin pada Zat II Diuji Spektrofotometri UV-Vis dengan
penambahan pereaksi penggeser (MeOH + NaOMe, AlCl3 + HCl, NaOAc +
H3BO3). Larutan diukur absorbansinya menggunakan sinar UV dengan panjang
gelombang 366 nm.
3.2.4 Isolasi dan Penentuan Struktur Senyawa Myricetine pada Zat III (Jomová
et al., 2019)
Ekstrak etanol dari isolate sampel tumbuhan yang diyakini terdapat senyawa
myrecetin kemudian dimurnikan dengan ekstraksi cair-cair dengan n-butanol
dan air. Hasil pemurnian pelarut n-butanol diuapkan larutannya sampai volume
berkurang banyak. Hasil ekstraksi n-butanol di uji dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 266 nm. Sampel ditambahkan dengan senyawa
kompleks Cu (II)-kompleks fenolik.

Anda mungkin juga menyukai