Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR SOP SHELTER COVID-19 BNPB

1. SOP Rujukan Pasien Covid-19 ke Shelter


2. SOP Triase dan Admisi Pasien Covid-19 di Shelter
3. SOP Rujukan Pasien Covid-19 ke FKRTL
4. SOP Pemantauan dan Perawatan Pasien Covid-19 di Shelter
5. SOP Pemulangan Pasien Covid-19 dari Shelter
6. SOP Pengelolaan Limbah dan Sanitasi di Shelter
7. SOP Pengadaan dan Inventarisasi Obat dan Logistik di Shelter
No.Dokumen :
STANDAR OPERASIONAL
Revisi :
PROSEDUR (SOP)
Tgl Berlaku :
Halaman :

RUJUKAN PASIEN COVID-19 KE SHELTER


TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Merujuk pasien Covid-19 terkonfirmasi yang stabil dengan
kriteria Ringan - Sedang dari Fasilitas Kesehatan ke Shelter
2. Memastikan proses pemindahan pasien ke Shelter terlaporkan dan
terdata.
RUANG 1. Puskesmas
LINGKUP 2. Rumah sakit
3. Shelter Covid-19
DEFINISI • Rujukan merupakan kegiatan pemindahan Pasien dari Fasilitas
OPERASIONAL
Kesehatan (Faskes) menuju Shelter Covid-19.
• Shelter adalah sebuah fasilitas yang disiapkan dalam upaya
mitigasi untuk merespon bencana. Fasilitas ini merupakan fasilitas
umum yang digunakan ketika terjadi bencana sebagai tempat
evakuasi atau rujukan pasien.
ALUR PENANGGUNG
JAWAB (PJ)

Petugas Faskes

Ambulans

Shelter Covid-19
PROSEDUR 1. Faskes melapor ke Shelter
a. Faskes yang dimaksud adalah Puskesmas di wilayah Provinsi
DI Yogyakarta dan RS DKT Yogyakarta
b. Apabila pasien masuk ke dalam kriteria shelter maka Faskes
melaporkan kepada Shelter untuk konfirmasi ketersediaan
tempat (No telepon shelter)
c. Faskes perujuk menyampaikan via telepon ke Tim Jaga
Shelter antara lain:
• Jumlah pasien yang akan dirujuk
• Identitas Pasien : nama, tanggal lahir, alamat
• Kondisi klinis terakhir dan riwayat penyakit
• Pemeriksaan fisis dan penunjang yang telah dilakukan
• Jenis transportasi yang digunakan untuk merujuk ke
shelter
• Petugas pengantar pasien
• Surat rujukan yang berisi minimal data tersebut di atas
yang ditandatangani oleh dokter puskesmas/RS
sebagai penanggungjawab pasien tersebut
• Penyelidikan Epidemiologi (PE)
• Nomor telepon Puskesmas/RS yang bisa dihubungi
d. Kriteria pasien shelter:
• Pasien positif Covid-19 terkonfirmasi (antigen/PCR)
dengan gejala ringan : Gejala infeksi saluran napas
atas seperti demam, fatigue, mialgia, batuk, nyeri
tenggorokan, pilek, dan bersin. Beberapa kasus
mungkin tidak disertai demam, dan lainnya mengalami
gejala saluran pencernaan seperti mual, muntah, nyeri
perut, diare,atau gejala non-respiratori lainnya.
• Pasien positif Covid-19 terkonfirmasi (antigen/PCR)
dengan gejala sedang : Gejala dan tanda klinis
pneumonia. Demam, batuk, takipnu, dapat disertai
ronki atau wheezing pada auskultasi paru tanpa distres
napas dan hipoksemia.
Kriteria takipnu : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11
bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5
tahun, ≥30x/menit.

2. Faskes mengirimkan pasien.


Setelah Shelter mengonfirmasi ketersediaan tempat, faskes akan
mengirimkan pasien dengan melampirkan surat rujukan, hasil
pemeriksaan, kartu identitas pasien dan lampiran Penyelidikan
Epidemiologi. Pengantar pasien juga diharuskan membawa
perlengkapan pribadi pasien selama perawatan

3. Perawatan pasien di Shelter


• Pasien yang tiba di Shelter akan dilakukan triase awal untuk
menentukan kegawatdaruratan dan kelayakan admisi.
Apabila terdapat kegawatdaruratan dan tidak sesuai
dengan kriteria admisi, pasien akan di kembalikan kepada
faskes untuk selanjutnya dilakukan rujukan ke faskes
lanjutan. Apabila layak admisi, pasien akan diterima dan
akan dirawat di Shelter.
• Apabila layak admisi, tim pengantar menyampaikan kondisi
pasien, surat rujukan dan formulir Penyelidikan
Epidemiologi. Seluruh data tersebut diperlakukan sebagai
dokumen steril.

(Kepala Instansi)

Ttd

(Nama Lengkap)
No.Dokumen :
STANDAR OPERASIONAL
Revisi :
PROSEDUR (SOP)
Tgl Berlaku :
Halaman :

TRIASE DAN ADMISI PASIEN COVID-19 DI SHELTER


TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk :
1. Memastikan tidak ada tanda-tanda kegawatdaruratan
sehingga membutuhkan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut
2. Memastikan proses admisi pasien sesuai dengan kriteria
RUANG Shelter Covid-19
LINGKUP
DEFINISI • Triase merupakan sistem untuk menentukan prioritas penanganan
OPERASIONAL pasien saat pertama kali masuk fasilitas kesehatan. Sistem ini
akan membuat pasien dengan kegawatdaruratan akan
diprioritaskan penanganannya dibandingkan pasien dengan
kondisi yang tidak gawat darurat.
• Admisi pasien adalah proses memasukkan pasien ke dalam data
Shelter untuk dilakukan pemantauan serta pencatatan dalam rekam
medis.
ALUR Tabel 1. Survei Primer PENANGGUNG
JAWAB (PJ)

Tim Jaga Shelter


Covid-19
Tabel 2. Survei Sekunder

PROSEDUR 1. Pasien rujukan dari Puskesmas/ RS DKT datang dengan


ambulans/kendaraan lainya, membawa berkas yang sudah
disampaikan.
2. Perawat jaga shift akan memasukkan data pasien ke dalam rekam
medis.
3. Dokter dan nakes lain yang bertugas pada shift tersebut akan
melakukan survei primer untuk menilai tanda kegawatdaruratan dan
kelayakan kriteria pasien ringan-sedang. Apabila dalam survei
primer ditemukan tanda kegawatdaruratan, dokter dan nakes
lainnya diharapkan memberikan pertolongan awal terlebih dahulu
sesuai protokol kegawatdaruratan sebelum dikembalikan ke faskes
perujuk untuk dirujuk ke faskes lanjutan.
4. Apabila pasien dinyatakan memenuhi kriteria pemantauan Shelter,
maka akan di admisi oleh petugas dan akan segera dipindahkan ke
kamar untuk orientasi dan edukasi pasien.
5. Pasien mengisi informed consent yang untuk perawatan di Shelter
6. Segala tindakan yang berkaitan dengan penanganan pasien harus
ditulis dalam rekam medis oleh dokter jaga saat itu.
7. Pemantauan dan perawatan pasien akan dilakukan oleh tim jaga
sesuai dengan SOP.

(Kepala Instansi)

Ttd

(Nama Lengkap)
No.Dokumen :
STANDAR OPERASIONAL
Revisi :
PROSEDUR (SOP)
Tgl Berlaku :
Halaman :

RUJUKAN PASIEN COVID-19 KE FKRTL


TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan rujukan pasien COVID-19 ke Rumah
Sakit Rujukan
RUANG Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) yang bekerja sama
LINGKUP dengan Shelter Covid-19
DEFINISI
OPERASIONAL • COVID-19 adalah virus jenis baru yang belum pernah
diidentifikasi sebelumnya pada manusia yang dapat
menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat
• Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) adalah
fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik meliputi
rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat
inap di ruang perawatan khusus
• Pasien COVID-19 yang dirujuk adalah pasien terinfeksi COVID-
19 dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif dengan kondisi
yang tidak dapat ditangani Shelter Covid-19
ALUR PENANGGUNG
JAWAB (PJ)

Tim Jaga Shelter


Covid-19

PROSEDUR 1. Apabila dalam pemantauan, pasien mengalami perburukan


sehingga statusnya sudah tidak dapat dirawat di Shelter, dokter
jaga saat itu harus menyampaikan kepada DPJP saat itu. Apabila
DPJP menyetujui usulan untuk merujuk, dokter jaga dan tim saat
itu harus segera mencari rujukan di RS.
2. Tim melakukan konfirmasi kesediaan tempat tidur RS Rujukan
bagi Pasien COVID-19 melalui SIRANAP
3. Jika tersedia tempat tidur, petugas memastikan kesediaan
ambulans
4. Jika ambulans RS tidak tersedia, tim segera menyiapkan
ambulans Shelter
5. Rujukan dilakukan minimal didampingi oleh satu orang dokter
dan satu orang perawat
6. Petugas yang akan melakukan rujukan harus
secara rutin menerapkan kebersihan tangan, mengenakan
masker dan sarung tangan medis ketika memindahkan pasien ke
ambulan
7. Pengemudi ambulans harus terpisah dari pasien (jaga jarak
minimal satu meter). Pengemudi harus menggunakan APD.
8. Petugas menyiapkan dokumen yang diperlukan (Formulir PE,
Kartu Identitas Pasien, formulir rujukan termasuk resume hasil
pemeriksaan dan data pemeriksaan penunjang lainnya)
9. Petugas mengantarkan pasien COVID-19 ke Rumah Sakit
Rujukan
10. Petugas melakukan serah terima pasien kepada petugas Rumah
Sakit Rujukan.
11. Ambulans dibersihkan dan didesinfeksi dengan perhatian khusus
pada area yang bersentuhan dengan pasien.
12. Pembersihan menggunakan desinfektan yang mengandung
0,5% natrium hipoklorit (yaitu setara dengan 5000 ppm) dengan
perbandingan 1 bagian desinfektan untuk 9 bagian air
13. APD harus diganti setiap menangani pasien yang berbeda dan
dibuang dengan benar dalam wadah dengan penutup sesuai
dengan peraturan nasional tentang limbah infeksius

(Kepala Instansi)

Ttd

(Nama Lengkap)
No.Dokumen :
STANDAR OPERASIONAL
Revisi :
PROSEDUR (SOP)
Tgl Berlaku :
Halaman :

PEMANTAUAN DAN PERAWATAN PASIEN COVID-19 DI SHELTER


TUJUAN Sebagai acuan dalam pemantauan pasien Covid-19 oleh tenaga kesehatan
meliputi pemantauan gejala serta respon terapi
RUANG Shelter Covid-19
LINGKUP
DEFINISI Pemantauan pasien adalah upaya mengetahui, menganalisis dan
OPERASIONAL merumuskan keadaan klinis pasien sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran
dan proses perjalanan penyakit tersebut. Pemantauan yang dimaksud
meliputi keadaan umum pasien, tanda dan gejala, status psikologis dan
terapi yang diberikan.
ALUR PENANGGUNG
JAWAB (PJ)

Tim Jaga Shelter


Covid-19

PROSEDUR 1. Sistem jaga Shelter menggunakan sistem shift dengan durasi setiap
shift adalah 8 jam.
Shift pagi: 06.00-14.00
Shift siang: 14.00-22.00
Shift malam: 22.00-06.00
Setiap nakes diharapkan datang minimal 30 menit sebelum shift
dimulai untuk persiapan menggunakan APD dan operan jaga dari
shift sebelumnya. Nakes juga diwajibkan mengisi absensi
kedatangan dan pulang setiap shift jaga.
2. Shelter memiliki 5 tim nakes dan akan dijadwalkan bergilir sesuai
dengan pembagian jadwal. Satu tim nakes terdiri atas 2 dokter dan
3 perawat. Setiap shift jaga akan diisi oleh satu tim nakes.
3. Pada setiap shift jaga, 1 perawat dalam tim akan bertugas sebagai
petugas pendaftaran dan admisi. Dokter dan nakes lainnya
bertugas untuk triase, pemantauan gejala dan terapi serta
menentukan tatalaksana selanjutnya.
4. Setelah pasien dinyatakan layak admisi, perawat akan mengantar
pasien ke kamar isolasi untuk orientasi dan edukasi pasien.
5. Orientasi yang dilakukan meliputi tata tertib pasien selama isolasi di
shelter serta pengenalan fasilitas yang tersedia. Edukasi pasien
meliputi personal hygiene, gejala bahaya, jadwal pemantauan, dan
respon terapi baik farmakologis ataupun non farmakologis.
6. Pemantauan pasien yang dilakukan meliputi tanda-tanda vital,
gejala, status psikologis, dan respon terapi yang diberikan.
Pemantauan sedikitnya dilakukan sekali pada pasien bergejala
ringan dan sedikitnya dua kali pada pasien bergejala sedang dan
dilaporkan kepada tim jaga selanjutnya.
7. Setiap kegiatan baik triase, pemantauan maupun tatalaksana yang
dilakukan harus selalu dicatat dalam rekam medis. Dokter menjadi
penanggungjawab setiap tindakan medis yang dilakukan dan juga
penanggungjawab pengisian rekam medis.
8. Apabila dalam melaksanakan tugas, dokter menemukan
perburukan pada pasien sesuai dengan keilmuan dan clinical
judgment dokter, diharapkan dokter tersebut mampu melakukan
tatalaksana yang sesuai.
9. Apabila dalam melaksanakan tugas, dokter mengalami kendala
baik teknis maupun tatalaksana pasien yang tidak dapat
diselesaikan oleh tim, dokter jaga dapat menghubungi koordinator
shelter atau dokter spesialis yang bertugas saat itu.
10. Apabila dalam melaksanakan tugas, dokter/perawat mengalami
gejala yang mengarah ke Covid-19, diharapkan setiap nakes
memiliki kesadaran tinggi dan melaporkan kepada koordinator
shelter. Pemeriksaan swab bagi nakes tersebut akan dilakukan
untuk memastikan statusnya. Apabila didapatkan hasil positif, maka
satu tim harus melakukan tes swab. Apabila didapatkan hasil negatif
bagi anggota tim lainnya, maka tim tersebut harus melaksanakan
tugas dengan personel sisa dari tim tersebut. Apabila seluruh
anggota tim mendapatkan hasil positif, maka tim tersebut akan
dibebastugaskan sampai selesai isolasi, penjadwalan tim lainnya
akan disesuaikan.

(Kepala Instansi)

Ttd

(Nama Lengkap)
No.Dokumen :
STANDAR OPERASIONAL
Revisi :
PROSEDUR (SOP)
Tgl Berlaku :
Halaman :

PEMULANGAN PASIEN COVID-19 DARI SHELTER


TUJUAN Sebagai acuan dalam memutuskan kesembuhan dan kepulangan pasien
dari Shelter
RUANG Shelter Covid-19
LINGKUP
DEFINISI Kriteria Selesai Isolasi:
OPERASIONAL 1. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimtomatik)
Pasien konfirmasi asimtomatik tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-
PCR. Dinyatakan selesai isolasi apabila sudah menjalani isolasi mandiri
selama 10 hari sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi.

2. Kasus konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang


Pasien konfirmasi dengan gejala ringan dan gejala sedang tidak dilakukan
pemeriksaan follow up RT-PCR. Dinyatakan selesai isolasi harus dihitung
10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak
lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.

3. Pada kasus konfimasi gejala sedang dengan komorbid dan/atau yang


kemungkinan berpotensi terjadi perburukan dapat dilakukan evaluasi ulang
dengan RT-PCR.

Kriteria Sembuh:
Pasien konfirmasi tanpa gejala, gejala ringan, gejala sedang, dan gejala
berat/kritis dinyatakan sembuh apabila telah memenuhi kriteria selesai
isolasi dan dikeluarkan surat pernyataan selesai pemantauan, berdasarkan
penilaian dokter di Shelter dilakukan pemantauan atau oleh DPJP.
ALUR PENANGGUNG
JAWAB (PJ)

Tim Jaga Shelter


Covid-19

PROSEDUR 1. Setelah pasien menyelesaikan isolasi selama 10 hari di Shelter, dokter


jaga akan melakukan evaluasi apakah pasien sudah dinyatakan sembuh
dan diperbolehkan pulang
2. Apabila menurut penilaian dokter jaga, pasien sudah dinyatakan sembuh
maka dokter jaga harus menyampaikan laporan perkembangan pasien
kepada DPJP untuk diberikan advis selanjutnya.
3. Apabila DPJP menyetujui laporan yang diberikan dokter jaga, maka
dokter jaga harus membuat resume/ringkasan medis yang diberikan
kepada pasien saat pulang dari Shelter. Apabila menurut DPJP pasien
belum memenuhi kriteria sembuh, pasien akan dievaluasi lagi dalam 3 hari.
Apabila dalam evaluasi selanjutnya pasien belum memenuhi kriteria
sembuh, keputusan tatalaksana selanjutnya mengikuti DPJP.
4. Apabila pasien dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang, dokter
jaga diharuskan memberi tahu pasien tentang keadaannya, mengedukasi
terkait langkah selanjutnya pasca isolasi dan meminta untuk
mempersiapkan diri kembali ke tempat tinggal termasuk transportasi yang
hendak digunakan.
5. Perawat menginformasikan data pasien yang sudah dinyatakan sembuh
dan akan keluar dari Shelter kepada Puskesmas/RS perujuk.
6. Puskesmas diminta untuk membuatkan surat keterangan selesai isolasi
bagi pasien yang sudah dinyatakan sembuh. Selain itu juga, Puskesmas
juga diminta untuk mengkonfirmasi transportasi pasien pulang, apakah
menggunakan ambulans atau sesuai kemauan pribadi pasien.
7. Semua hal yang dilakukan harus dicatat dalam rekam medis.
8. Ketika pasien sudah meninggalkan kamar isolasi, kamar pasien harus
segera disterilisasi oleh tim sanitasi sesuai dengan SOP.

(Kepala Instansi)

Ttd

(Nama Lengkap)
No.Dokumen :
STANDAR OPERASIONAL
Revisi :
PROSEDUR (SOP)
Tgl Berlaku :
Halaman :

PENGELOLAAN LIMBAH DAN SANITASI DI SHELTER


TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk:
1. Pengelolaan sampah/limbah B3 medis yang terkait dengan
pasien COVID-19 (antara lain Alat Pelindung Diri (APD), alat dan
sampel laboratorium, makanan dan peralatan makan, dll)
2. Pengelolaan limbah medis yang berasal pasien yang dirawat di
Shelter
3. Limbah non medis yang berasal dari kegiatan rumah tangga di
Shelter
4. Pengendalian, pencegahan, dan memutus penularan COVID 19
serta menghindari terjadinya penumpukan limbah yang
ditimbulkan dari penanganan COVID-19
RUANG Shelter Covid-19
LINGKUP
DEFINISI • Sampah/Limbah B3 medis adalah barang atau bahan sisa hasil
OPERASIONAL kegiatan yang tidak digunakan kembali yang berpotensi
terkontaminasi oleh zat yang bersifat infeksius atau kontak dengan
para pihak di lokasi isolasi, meliputi: masker bekas, sarung tangan
bekas, perban bekas, tissue bekas, plastik minum bekas, alat suntik
bekas, set infus bekas, dan lain-lain.
• Pengelolaan sampah/limbah B3 medis adalah kegiatan pewadahan,
pengumpulan, dan pengolahan sampah/limbah B3 medis, serta
pencatatan dan pelaporannya
• Limbah non medis adalah limbah padat atau cair yang dihasilkan dari
kegiatan di Shelter yang berasal dari dapur, perkantoran, taman,
atau halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya
• Petugas adalah personal yang ditunjuk atau ditugaskan melakukan
pengumpulan, dan pengolahan sampah/limbah B3 medis
ALUR PENANGGUNG
JAWAB (PJ)

Tim Sterilisasi
dan
Dekontaminasi
Shelter

PROSEDUR 1. Sampah/limbah B3 medis yang dihasilkan dimasukkan ke dalam


kantong plastik warna kuning yang bersimbol “biohazard” diberi
label limbah medis COVID-19. Limbah non medis menggunakan
kantong plastik warna hitam.
2. Hanya sampah/limbah B3 medis berbentuk padat yang dapat
dimasukkan ke dalam kantong plastik sampah/limbah B3 medis
3. Bila di dalam limbah medis padat terdapat sisa cairan
tubuh/darah, kemudian sisa cairan dibuang ke IPAL
4. Kantong plastik limbah medis COVID-19 yang sudah terisi ¾
penuh atau paling lama 12 jam, langsung diikat rapat dan
selanjutnya diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS)
B3
5. Pengangkutan sampah/limbah B3 medis dilakukan dengan
menggunakan alat transportasi khusus limbah infeksius dan
petugas menggunakan APD lengkap
6. Limbah dikemas dalam wadah/kardus dengan ukuran maksimal
50 x 50 cm dan isolasi rapat (wrapping) atau dilapisi plastik
seluruh kemasan dan pastikan tidak terdapat kebocoran
7. Berikan simbol infeksius dan label serta keterangan limbah
sangat infeksius
8. Limbah B3 medis yang telah diikat dilakukan desinfeksi
menggunakan desinfektan berbasis klorin dengan konsentrasi
0,5 % bila akan diangkut ke pengolah
9. Melakukan desinfeksi dengan desinfektan klorin 0,5 % pada TPS
limbah B3 medis secara menyeluruh sekurang-kurangnya sekali
dalam sehari
10. Penyimpanan limbah medis B3 COVID-19 tidak boleh lebih dari
24 jam pada suhu ruangan
11. Selanjutnya limbah medis COVID-19 ditimbang dan diangkut oleh
pihak ketiga yang berizin untuk dimusnahkan (incinerator)
12. Petugas yang telah selesai melakukan pekerjaan pengangkutan
limbah medis COVID-19 segera melepaskan APD yang telah
digunakah sesuai prosedur dan buang APD ke kantong plastik
kuning yang berlabel limbah medis COVID-19
13. Setelah itu cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir dan mandi

(Kepala Instansi)

Ttd

(Nama Lengkap)

Anda mungkin juga menyukai