Anda di halaman 1dari 28

Presentasi Kasus

SEORANG ANAK 3 TAHUN DENGAN DIARE AKUT TANPA


DEHIDRASI

Oleh :

Hida Fitriana Rahmawati Putri G9911112076

Pembimbing :
Dr. M. L Susi H, M.Sc., Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr.Moewardi Surakarta –
RSUD Pandan Arang Boyolali. Presentasi kasus dengan judul :
“SEORANG ANAK 3 TAHUN DENGAN DIARE AKUT TANPA
DEHIDRASI”

Hari/tanggal : Jumat, 18 Januari 2013

Oleh :

Hida Fitriana Rahmawati Putri G9911112076

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Presentasi Kasus

Dr. M. L Susi H, M.Sc., Sp.A

BAB I
STATUS PASIEN

1
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An.RE
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Tn. M
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Ny. W
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Sodong, Boyolali
Tanggal MRS : 15 Januari 2013
Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari 2013
No. RM : 13420438

II. ANAMNESIS
Tanggal pemeriksaan 16 Januari 2012
Alloanamnesis diperoleh dari ibu penderita tanggal 16 Januari 2013.
A. Keluhan Utama : buang air besar (BAB) cair / mencret
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan BAB cair. HMRS pasien BAB cair sebanyak +
13 kali, air > ampas, setiap BAB + 15 cc (1 sendok makan), warna kuning kehijauan,
lendir (+), darah (-).
Pasien juga mengeluh demam (+) saat HMRS. Demam tinggi mendadak. Rasa
lemas (+), keluar cairan dari telinga (-), batuk (-), pilek (-), nafsu makan dan minum
turun (+), mual (-), muntah(-). BAK tidak ada keluhan, BAK terakhir di RSPA,
sebanyak dua kali, jumlah satu gelas belimbing, warna kuning jernih.
Pasien mengaku sudah di bawa ke bidan dan mendapat obat tetapi tidak tahu
namanya. Saat masuk IGD, pasien dalam keadaan rewel, akral dingin (-), air mata (+),
dan sudah tidak panas.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat penyakit serupa : disangkal
2. Riwayat mondok : (+) usia 9 bulan dengan kejang demam
3. Riwayat kejang : (+) usia 9 bulan
2
4. Riwayat alergi : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


1. Riwayat sakit serupa (diare) : disangkal
2. Riwayat alergi : disangkal

E. Riwayat Lingkungan
1. Riwayat sakit serupa : disangkal
2. Riwayat jajan makanan kaki lima : disangkal

F. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita


Batuk pilek : (+)
Mondok : (+ )

G. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ayah : baik
Ibu : baik
Saudara : baik

H. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal


Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan
Trimester II : 1x/ 1 bulan
Trimester III : 2x/ 1 bulan
Keluhan selama kehamilan : Tidak didapatkan keluhan
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet penambah darah.

I. Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3300 gram dan panjang 48cm, lahir
spontan, langsung menangis, menangis kuat, usia kehamilan 40 minggu, persalinan
ditolong bidan.
Kesan : kehamilan dan persalinan tidak ada kelainan

J. Riwayat Postnatal
3
Pemeliharaan post natal dilakukan di bidan sejak pasien berumur 3 hari, dilakukan
penimbangan dan pemantauan kesehatan di posyandu setiap bulannya.

K. Status Imunisasi

JENIS 0 I II III IV
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan  
Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan  
BCG   2 bulan      
DPT   2 bulan 3 bulan 4 bulan  
Campak         9 bulan

Kesan : imunisasi lengkap sesuai jadwal KMS.

L. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pasien rutin ke puskesmas tiap bulan untuk penimbangan berat badan dan imunisasi,
pasien juga memiliki KMS dan dikatakan oleh bidan tidak pernah berada di bawah
garis merah. Saat ini pasien sudah bisa melompat. Pasien mulai merangkak usia 10
bulan, duduk usia 11 bulan, berjalan usia 1 tahun 2 bulan.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

K. Riwayat Nutrisi dan Kebiasaan Makan Anak


- ASI diberikan sejak lahir.
- Susu formula mulai usia 6 bulan sampai usia 2 tahun.
- Bubur susu diberikan sejak usia 6 hingga 8 bulan
- Nasi tim diberikan sejak umur 9 bulan sampai 1 tahun.
- Nasi dengan lauk dan sayur yang bervariasi. Diberikan mulai usia 1 tahun sampai
sekarang, porsi 1 piring, 3kali/hari.
- Saat perawatan : makan nasi lauk pauk dari RS 3x/hari habis setengah piring, buah
dimakan meskipun sedikit-sedikit, dengan cemilan berupa roti dan gorengan di
sela-sela jam makan, minum air putih sebanyak 5-6 gelas setiap hari.
Kesan : kualitas dan kuantitas baik

L. Riwayat Keluarga Berencana :


Ibu penderita tidak mengikuti program KB.

4
M. Pohon Keluarga

II

III
An RE
3 tahun

Penderita merupakan anak pertama dari Tn. M dan Ny. W. Riwayat anak lahir
meninggal tidak ada, riwayat keguguran tidak ada. Ayah dan ibu menikah satu
kali.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan di bangsal Edelweis RSPA tanggal 16 Januari 2013


1. Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan Umum
Keadaan umum : sedang, compos mentis, tidak tampak dehidrasi
Derajat kesadaran : compos mentis
Status gizi : kesan gizi baik
B. Tanda vital
Nadi : 104 x/menit, reguler, isi tegangan cukup, simetris
Pernafasan : 30 x/menit
Suhu : 37,3 o C (per axiler)
C. Kulit
Warna sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Bentuk mesosefal, rambut hitam sukar dicabut
5
E. Mata
CA (-/-) SI (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+), air mata (+/+)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
G. Mulut
Sianosis (-), MB (+), lidah putih kotor pinggir hiperemis (+), T1-T1 hiperemis (-),
faring hiperemis (-), kripte melebar (-)
H. Telinga
Bentuk normal, tragus pain (-), mastoid pain (-), discharge (-/-)
I. Tenggorok
Uvula ditengah, tonsil T1-T1, mukosa faring hiperemis (-), kripte melebar (-)
J. Leher
Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar, JVP tidak
meningkat.
K. Lymphonodi
Pre aurikuler : tidak membesar
Retroaurikuler : tidak membesar
Submandibuler : tidak membesar
Submental : tidak membesar
Servicalis : tidak membesar
Supraclavicular : tidak membesar
L. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : SDV (+/+), ST (-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan normal
Auskultasi :bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)
M. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, spasme (-)
6
Auskultasi : bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak teraba, turgor kulit kembali
cepat
N. Anorektal : dalam batas normal
O. Ekstremitas
Akral dingin - - edema - -
- - - -
Capillary Refill Time< 2”
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
P. Status Gizi
1. Secara klinis
Nafsu makan : menurun
Kepala : rambut jagung (-), rambut susah dicabut
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)
Ekstremitas : pitting oedem (-/-)
Status gizi secara klinis : gizi kesan baik
2. Secara Antropometri :
BB : 12,3 kg
TB : 90 cm
Usia : 3 tahun 4 bulan
BB/U = 12,3/15 x 100 = 82% ; -2<z score<0
TB/U = 90/98.5 x 100 = 91,37% ; -3<z score<-2
BB/TB = 12,3/12,9 x 100 = 95,35% ; -1<z score<0
Status gizi secara antropometri : gizi baik

3. Analisis Diet :
Kesan kualitas dan kuantitas cukup

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 15/1/13

7
Na 131 mmol / L
K 3,69 mmol / L
Cl 107 mmol / L

IV. RESUME
Pasien, seorang anak laki-laki, usia 3 tahun datang ke IGD RSPA dengan keluhan
BAB cair. BAB sejak 12 jam SMRS. BAB cair sebanyak + 13 kali, air > ampas, setiap
BAB + 15 cc (1 sendok makan), warna kuning kehijauan, lendir (+). Demam (+) saat
HMRS. Demam tinggi mendadak. Nafsu makan dan minum turun (+), BAK terakhir di
RSPA, sebanyak dua kali, jumlah satu gelas belimbing, warna kuning jernih. Pasien
mengaku sudah di bawa ke bidan dan mendapat obat tetapi tidak tahu namanya. Saat
masuk IGD, pasien dalam keadaan rewel, air mata (+), dan sudah tidak panas.
Riwayat pemeliharaan prenatal baik. Riwayat kelahiran, lahir spontan dengan usia
kehamilan 40 minggu ditolong bidan, pemeliharaan postnatal baik. Riwayat imunisasi
lengkap sesuai KMS. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan baik.
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sedang, compos mentis, tidak
tampak dehidrasi, kesan gizi baik. Tanda vital: HR= 104x/menit, RR= 30x/menit, T =
37,3 oC. Mata, mulut, leher dan pulmo dalam batas normal. Abdomen peristaltic usus
meningkat. Status gizi secara antropometri : gizi baik. Pemeriksaan laboratorium tanggal
15 Januari 2013 didapatkan Na 131 mmol/L, K 3,69 mmol/L, Cl 107 mmol/L.

I.
II.
III.
IV.
V.
VI. DAFTAR MASALAH
1. BAB cair > 13 kali
2. Nafsu makan dan minum (+) turun
3. Demam

VII.DIAGNOSIS KERJA
1. Diare akut tanpa dehidrasi

8
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Mondok bangsal anak
B. IVFD RL 12 tpm makro
C. Oralit 120 ml bila diare, 60 ml bila muntah
D. L-bi0 2 x sach I p.o.
E. Zinc 1 x 20 mg p.o

I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX. PLANNING
A. Diagnosis
Cek feses rutin
B. Monitoring
KUVS per 8 jam
BCD per 8 jam
Status hidrasi per 8 jam
C. Edukasi
1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, kondisi pasien saat ini dan
terapinya.
2. Jaga higienitas.

I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
9
VII.
VIII.
IX.
X.
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam

PROGRESS REPORT

Tanggal 15 Januari 2013 16 Januari 2013 17 Januari 2013


S Mencret (-), demam (-), mual Demam (-), mual (-), nyeri Demam (-), mual (-), nyeri
(-), nyeri perut (-), BAK (+) perut (-), BAB (+), BAK (+) perut (-), BAB (+), BAK (+)
warna kuning jumlah banyak, warna kuning jumlah banyak, warna kuning jumlah banyak,
nyeri (-), batuk (-), pilek (-), nyeri (-), batuk (-), pilek (-), nyeri (-), batuk (-), pilek (-),

10
makan minum (+). makan minum (+). makan minum (+).
O
KU Baik, CM, gizi kurang Baik, CM, gizi kurang Baik, CM, gizi baik
VS HR: 100x/menit ; RR: HR: 98x/menit ; RR: HR: 112x/menit ; RR:
28x/menit ; t: 36,80C 30x/menit ; t: 36,80C 30x/menit ; t: 36,50C
Pemeriksaan Mata : CA (-/-) SI (-/-) Mata : CA (-/-) SI (-/-) Mata : CA (-/-) SI (-/-)
Fisik Mulut : MB (+) Mulut : MB (+) Mulut : MB (+)
Pulmo : SDV (+/+), ST (-/-) Pulmo : SDV (+/+), ST (-/-) Pulmo : SDV (+/+), ST (-/-)
Abdomen : supel, nyeri tekan Abdomen : supel, nyeri tekan Abdomen : supel, nyeri tekan
(-) (-) (-)
Ekstremitas : Ekstremitas : Ekstremitas :
Akral dingin Akral dingin Akral dingin

- - - - - -
- - - - - -

Oedem Oedem Oedem


- - - -
- -
- - - -
- -

CRT <2”, ADP teraba kuat CRT <2”, ADP teraba kuat CRT <2”, ADP teraba kuat
Ass 1. Diare akut tanpa dehidrasi 1. Diare akut tanpa dehidrasi 1. Diare akut tanpa dehidrasi

Terapi 1. Mondok bangsal anak 1. Mondok bangsal anak 1. Mondok bangsal anak
2. IVFD RL 12 tpm 2. IVFD RL 12 tpm 2. IVFD RL 12 tpm
makro makro makro
3. Oralit 120 ml bila 3. Oralit 120 ml bila 3. Oralit 120 ml bila
diare, 60 ml bila diare, 60 ml bila diare, 60 ml bila
muntah muntah muntah
4. L-bi0 2 x sach I p.o. 4. L-bi0 2 x sach I p.o. 4. L-bi0 2 x sach I p.o.
5. Zinc 1 x 20 mg p.o 5. Zinc 1 x 20 mg p.o 5. Zinc 1 x 20 mg p.o
Plan Feses rutin KUVS / BCD 8 jam BLPL

Monitoring KUVS/TD /8 jam


BC/D /8 jam

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

12
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas anak
di negara yang sedang berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga
diare menempati kisaran urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia.
Sebagian besar diare akut disebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena
infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan
sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel epitel, penetrasi ke lamina
propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi.
Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi
sistemik. 
Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah/menanggulangi
dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya
intolerasi, mengobati kausa diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara komprehensif,
efisien dan efekstif harus dilakukan secara rasional. Pemakaian cairan rehidrasi oral secara
umum efektif dalam mengkoreksi dehidrasi. Pemberian cairan intravena diperluk
an jika terdapat kegagalan oleh karena tingginya frekuensi diare, muntah yang tak
terkontrol dan terganggunya masukan oral oleh karena infeksi. Beberapa cara pencegahan
dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak diungkap dan penanganan
menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit.1  

DEFINISI
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuknya encer dengan
frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Neonatus dikatakan diare bila frekuensi buang air
besar sudah lebih dari 4 kali sehari, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan bila
frekuensinya lebih dari 3 kali sehari.2

Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang
berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid diare akut
ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan
karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa
gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 – 7
hari.

13
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3
juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang
berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 – 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes.
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus
ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunnya di Inggris dan 352 juta dollar di
Amerika Serikat.1 Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah
menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas
hidup anak di masa depan.3

KLASIFIKASI

 Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi
lagi atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-
obatan dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non
infeksi karena alergi, radiasi.1
 

ETIOLOGI

Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare
pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari
80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.

Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%) sedangkan
virus lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.

14
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus
cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan
Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,
Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,
Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan
trichuris trichiura.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan
kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya
belum matang, villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan
dengan baik, akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan
motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan
patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat
menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin
shigella juga dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare
oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Sebuah studi tentang masalah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di
bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen
infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita
diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas
merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas
tropis dan iklim sedang. Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu
seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak
sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia.
Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika
akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal
antibiotika akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri
juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya

15
malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia,
radang tenggorokan, dan otitis media.1
 

PATOFISIOLOGI

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare


osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena
terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus
sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare

16
sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus
terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.1  

MANIFESTASI KLINIS

Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir
atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijauan-hijauan karena
bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi
dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak diabsorpsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum
dan sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.5

Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan
berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan
dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10%.1 

Derajat Dehidrasi 
 
Estimasi
Mulut/ % turun
Gejala & Tanda Keadaan Umum Mata Rasa Haus Kulit def.
Lidah BB
cairan
Minum Dicubit
Tanpa Dehidrasi Baik, Sadar Normal Basah Normal, Tidak kembali <5 50 %
Haus cepat
Dehidrasi Ringan Tampak Kembali 50–100
Gelisah Rewel Cekung Kering 5 – 10
-Sedang Kehausan lambat %
Dehidrasi Berat Letargik, Sangat Sangat Sulit, tidak Kembali >10 >100 %
Kesadaran cekung kering bisa minum sangat

17
Menurun dan kering lambat
Sumber : Sandhu 20016
 Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi isonatremia ( 130m – 150 mEg/L ) dan dehidrasi
hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe isonatremia
(80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis
metabolik dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia.
Selain penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal
ini akan merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai
upaya meningkatkan eksresi CO2 melalui paru ( pernapasan Kussmaul ). Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada
keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian
karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG menunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.1

KOMPLIKASI

a. Dehidrasi.

b. Renjatan hipovolemik.

c. Kejang.

18
d. Bakterimia.

e. Malnutrisi.

f. Hipoglikemia.

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

PENATALAKSANAAN 
Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
efektif diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang
hilang sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya
sebagai baku emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian
secara oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat
(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat
dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah
dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS)
untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan
dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L. Anak yang diare dan tidak lagi
dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.  
a. Dehidrasi Ringan – Sedang 
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian
oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena
sebanyak : 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat
minum sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-
2 jam pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah.

19
Secara ringkas kelompok ahli gastroenterologi dunia memberikan pilar yang
perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak,
yaitu: 
1. Menggunakan CRO ( Cairan Rehidrasi Oral ).
2. Cairan hipotonik.
3. Rehidrasi oral cepat 3 – 4 jam.
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal.
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus.
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan.
7. ASI diteruskan.
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan ).
9. Anti diare tidak diperlukan. 
b. Dehidrasi Berat  
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan
anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan
Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit
parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai
berikut: 
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam
 
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan
penderita akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya
menyangkut waktu yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet
sebagaimana biasanya . Segala kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan
segera dapat dipenuhi. Itulah sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan
agar penderita bila memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai
biasanya bahkan pada dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan
parenteral makan dan minum tetap dapat dilanjutkan.1
 

Pemilihan jenis cairan

Cairan parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa
syok, sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki

20
renjatan hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak
diperdagangkan dan mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang
akan dimetabolisme menjadi bikarbonat. Namun demikian, konsentrasi kaliumnya rendah
dan tidak mengandung glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau
tanpa dekstrosa dapat dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam
jumlah yang cukup. Jenis cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi
kebutuhan sebagai cairan pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B. Sejumlah
cairan rehidrasi oral dengan osmolalitas 210 – 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 – 75
mEg/L, memperlihatkan efikasi pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.
Komposisi cairan Parenteral dan Oral :
 
CI-
Osmolalitas(mOsm/ Glukosa(g/ Na (mEq/
+
K+(mEq/ Basa(mEq/
  (mEq/
L) L) L) L) L)
L)
NaCl 0,9 % 308 - 154 154 - -
NaCl 0,45 %
428 50 77 77 - -
+D5
NaCl 0,225%
253 50 38,5 38,5 - -
+D5
Riger Laktat 273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard WHO-
311 111 90 80 20 Citrat 10
ORS
Reduced
osmalarity 245 70 75 65 20 Citrat 10
WHO-ORS
EPSGAN
recommendatio 213 60 60 70 20 Citrat 3
n
  1

21
Mengobati Penyebab Diare

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis.
Obat anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki
kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan
sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. Sebagian besar
kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada umumnya
sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil penderita
diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus
(Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh
karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare
dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Antimotilitis seperti difenosilat dan
loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial overgrowth,
gangguan absorpsi dan sirkulasi.
 Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
 Shigella :
  Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)  
 Amebiasis:
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)(im) s/d 5
hari tergantung reaksi (untuk semua umur). 
Giardiasis :
Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari ).1

 Antisekretorik - Antidiare

22
Salazer –lindo E dkk dari Department of Pediatrics, Hospital National Cayetano
Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril ( acetorphan ) yang
merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup
efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu
motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan
rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya
memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk
dan Cejard dkk.Untuk pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut
yang bersifat multisenter dan melibatkan sampel yang lebih besar.1

 Probiotik 

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan


pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran
cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui
reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat
dipakai untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh rotavirus maupun
mikroorganisme lain, pseudomembran kolitis maupun diare yang disebabkan oleh karena
pemakaian antibiotika yang tidak rasional (antibiotic associated diarrhea) dan traveller’s
diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare
akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3
lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari kedua pemberian sebanyak 1 – 2
kali. Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pengobatan diare adalah : perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan antimikroba terhadap beberapa patogen,
kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin, efek trofik pada mukosa usus dan immunomodulasi.1
 

Mikronutrien

Dasar pemikiran penggunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut


didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran
cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali

23
berperan di dalam metallo – enzims, poliribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan
penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan . Sazawal S dkk melaporkan pada
bayi dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam
menurunkan lama dan beratnya diare. Strand menyatakan efek pemberian seng tidak
dipengaruhi atau meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut
dengan vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun
frekuensi diare. Bhandari dkk mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding dengan
plasebo selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi diare
persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang mendapat
ASI.1

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare,
terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih
dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak
makalah ini akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik. Pemberian
kembali makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan
gizi kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan
lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan
pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh
Lama more RA dkk menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara
signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nukleotide adalah
bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel
imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin
( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan sereal). Makanan yang
harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat
memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak
yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang
menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa
berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan
sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh
karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2 – 3 hari akan sembuh

24
terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan
berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama.
Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.
Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus. Pada
situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah
lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik.1
 

Menanggulangi Penyakit Penyerta 


Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga
dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa
penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran
napas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain (sepsis,campak
), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal.1

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Putra, Deddy Satriya. 2008. Diare Akut pada Anak. http://www.dr- rocky.com/layout-
artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak

2. Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I. Edisi III. Cetakan IV. FKUI:
Jakarta

3. Triatmodjo, Pudjarwoto. 2008. Pola Kuman Penyebab Diare Akut


pada Neonatus dan Anak.
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08PolaKuman086.pdf/08PolaKuman086.html
4. Anonim. 2007. Patofisiologi Diare.
http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/patofisilogi-diare.pdf

5. Cyber nurse. 2009. Gastroenteritis. http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-


klien-dengan-gastroenteritis/
6. Sandhu, BK. 2001. Pratical guideline for the Management of Gastroenteritis in Children J
Ped Gastroenterol Nutr;33:S36-9

26
27

Anda mungkin juga menyukai