Anda di halaman 1dari 26

MENENTUKAN POSISI

1. Pengertian.
Posisi adalah tempat suatu kapal berada pada saat yang dinyatakan dalam
lintang dan bujur atau baringan dan jarak dari suatu titik referensi dihitung
berdasarkan metode-metode pengambilan posisi.
Metode penentuan posisi meliputi :
a. Visual
b. Astronomi
c. Elektronika
Kegunaan :
a. Menjamin keselamatan kapal.
b. Menentukan elemen-elemen Hydrometeo (angin dan arus)
c. Menentukan perhitungan lintas laut
a. Memberikan gambaran situasi taktis

2. Penentuan posisi dengan metode Visual


a. Ketentuan-ketentuan pokok
1) Yakinkan bahwa peralatan Navigasi telah diverifikasi
2) Yakinkan publikasi yang akan digunakan
3) Yakinkan bahwa alat bantu peta tersedia lengkap dan memenuhi
syarat
4) Yakinkan kebenaran akan obyek-obyek baringan yang digunakan
5) Gunakan obyek-obyek yang garis baringannya berpotongan 30 s/d
60
6) Usahakan pengambilan baringan obyek-obyek pada sisi yang sama
dan repeater yang sama dan dimulai dari yang terdekat pada tikas
kapal
7) Yakinkan bahwa organisaasi kerja di anjungan terlatih baik
8) Catat waktu pada pengambilan baringan yang terakhir, kecuali pada
saat lego jangkar, pencatatan waktu dilaksanakan pada baringan yang
pertama
9) Dalam mengukur jarak gunakan tepi tegak peta

b. Baringan Silang

a) Gunakan minimum 2 titik referensi.


HK I b) Perpotongan garis-garis baringan tersebut
merupakan posisi kapal (P)
c) Tanda posisi

P
II
III

I (170)

II Haluan (kiri)
(295)

17.30
K

260
P. Danny

112
P. Emil

(190)

Kapal berlayar dengan haluan 260. Pada jam 17.30 dibarring berturut-turut
P. Emil 194 dan P. Danny 112. Dari daftar deviasi didapatkan deviasi =
+12 dan dipeta tertera nilai variasi = +1. Lukislah posisi kapal pada jam
17.30.

Penyelesaian :
Variasi = +1 BPI = 194 BPII = 112
Deviasi = +2 + Sembir = +3 + Sembir = +3 +

Sembir = +3 BSI = 197 BSII = 115


180 - 180 +
17 295

Dari P. Emil ditarik garis baringan I dengan arah 17 dan dari P. Danny ditarik
garis baringan II dengan arah 295. Kedua garis baringan tadi berpotongan di
K yang merupakan posisi kapal.
Catatan : Dalam mencari arah baringan yang berlawanan untuk dilukiskan di
peta, bila Baringannya lebih kecil dari 180,….ditambahkan dengan 180,
sebaliknya Baringannya lebih besar dari 180, dikurangkan dengan 180.
Contoh :
Kapal berlayar dengan haluan 276. Pada jam 11.30 berturut-turut dibaring
dari pulau I 180, pulau II 48 dan pulau III 311. Lukislah posisi kapal. Variasi
= -3 dan deviasi -2.
Penyelesaian : Variasi = -3
Deviasi = -2 +
Sembir = -5
BP I = 180 BP II = 48 BP III
= 331
Sembir = -5 + Sembir = -5 + Sembir = - 5
+
BS I = 175 BS II = 43 BS III = 326
180 + 180 +
180 +
355 223 
146

Dari pulau I ditarik garis baringan I dengan arah 355, dari pulau II ditarik
garis baringan II dengan arah 233 dan dari pulau III ditarik garis baringan III
dengan arah 146.Garis-garis baringan tadi akan berpotongan di K, yang
merupakan posisi kapal jam 11.30
c. Baringan Geser
a) Baringan geser tanpa pengaruh arus
baringan
dan angingeser ini digunakan apabila hanya ada satu titik referensi,
kecepatan(1)kapal tetaptitik
Baringan membaring
tersebut (Bkapal
1) tersebut dengan selang waktu
yang tertentu. Perhatikan
(2) Setelah arus dan
T menit angin.
baring lagi
titik tersebut (B 2)
(3) Geser B 1 sejauh jarak yang
ditempuh selama T menit (Vt
x t)
(4) Titik potong B1 dan B2 adalah
posisi kapal (P)
(5) Tanda posisi
R
P
B1
P

Vk x t
B2
P

- Posisi yang ditentukan dengan cara ini ketelitiannya kurang


bisa dibandingkan dengan baringan silang.
- Adakan pengecekan dengan kedalaman laut.
b) Bila ada arus.
M

P1
P K2
K1
Va C
K1 S = Vt x t Va x t Cl T
B1 B1’ B1” B2
(1) HK Haluan benar kapal (track kapal)
(2) HT tikas kapal
(3) Va kecepatan arus, gambarkan juga arahnya
(4) Baring ttik tersebut (B1)
(5) Setelah T menit, baring lagi titik tersebut (B2)
(6) Geser baringan I (B1’) sejauh jarak yang ditempuh t menit (titik
C)
(7) Titik potong B1’ dan B2 adalah sisi kapal kalu tdak ada
pengaruh arus (B1)
(8) Pada titik C gambarkan arah pengaruh arus (Vt x t)
(9) Geser baringan I (B1) sejauh pengaruh t menit (titik C1)
(10) Titik poong B1” dan B2 adalah posisi kapal (P)
c) Baringan geser dengan pengaruh angin
M

H T
S = Vt x t
B1 B2

(1) HK haluan benar kapal


(2) HT tikas kapal
(3) Baring titik tersebut (B2)
(4) Setelah t menit baring lagi titik tersebut (B2)
(5) Geser b1 sejauh jarak yang ditempuh t menit pd HT (titik C)
(6) Titik potong B1 dan B2 adalah posisi kapal (P)

Contoh :
I II

15 mil B

A K 09.30

II 09.30

I 08.00

Kapal berlayar dengan haluan 84. Pada jam 08.00 pulau I dibaring setelah
itu tidak nampak lagi. Kemuadian pada jam 09.30 pada II dibaring 18.
Kecepatn kapal + 10 mil/jam. Variasi = -2 dan Deviasi = +4. Lukislah
posisi kapal.

Variasi = -2 BP I = 298 BP II = 18


Deviasi = +4 + Sembir = +2 + Sembir = +2 +

Sembir = +2 BSI = 197 BS II = 20


180 - 180 +
120 200

Dari jam 08.00 sampai jam 09.30 = 1 jam 30 menit atau 1½ jam. Jadi jarak
yang ditempuh = 1½ x 10 mil = 15 mil
Dari pulau I ditarik garis baringan I dengan arah 120. Garis baring tadi
memotong haluan pada titik A. dari titik A dijangkakan jarak 15 mil tadi pada
garis haluan dan didapatkan titik B. jadi jarak AB = 15 mil. Garis baringan I
digeserkan sejajar, sampai melewati titik B atau dapat juga melalui tiik B
ditarik sebuah garis yang arahnya 120 atu 300Kemudian dari pulau II
ditarik garis baringan II dengan arah 200 yang akan memotong geseran
garis baringan I di K yang merupakan posisi kapal pada jam 09.30.

I
II

a mil
A
B

K 10.00
II
I 09.00

Misalnya pada jam 09.00 dibaring pulau I, tetapi pulau II belum kelihatan.
BP-nya diubah menjadi BS, lalu dilukis di peta dengan arah yang berlawanan.
Garis baringan I memotong garis haluan di A satu jam kemudian yaitu pukul
10.00, pulau II kelihatan, tetapi pulau I tidak tampak lagi misalnya tertutup kabut.
Dibaringlah pulau II. BP-nya diubah menjadi BS lalu dilukis diatas peta dengan
arah yang berlawanan.Dihitung jarak yang telah ditempuh dari jam 09.00 sampai
jam 10.00. misalkan jarak tadi a mil. Dari titik A dijangkakan sejauh a mil pada
garis haluan, didapatlah titik B. melalui titik B, ditarik garis sejajar dengan garis
baringan I. Dimana garis tadi memotong garis baringan yang ke II, disitulah kapal
posisi pada jam 10.00
Catatan :
Dalam prakteknya, huruf-huruf A,B dan a mil tidak perlu ditulis di peta.
Menghitung jarak yang telah ditempuh adalah dengan kecepatan yang
diperkirakan atau dengan pembacaan topdal.
Karena penggunaan kecepatan yang dihitung atau diduga, maka posisi
kapal yang didapat, tidaklah begitu tepat.

I
II

a mil
A K 08.30
B

I 08.00 II 08.30

Baringan dengan geseran dilakukan jika hanya terdapat sebuah benda


baringan saja. Misalnya pada jam 08.00 diambil bagian BP-nya diubah menjadi
BS, lalu dilukisndi peta dengan arah yang berlawanan. Garis baringan I akan
memotong haluan di A. Sedang beberapa saat, misalnya pada jam 08.30,
benda baringan yang sama dibaring sekali lagi. Didapat BP yang kedua. BP-nya
diubah menjadi BS dan dilukis diatas peta dengan arah yang berlawanan.
Dihitung jarak telah ditempuh kapal antara baringan I dan II, misalnya hasilnya a
mil.Dari A dijangkakan jarak sebesar a mil diperoleh titik B. melalui B ditarik
sebuah garis
yang sejajar dengan garis baringan yang pertama. Dimana garis tadi memotong
garis baringan yang kedua, disitulah posisi kapal pada jam 08.30 (K).
Cara menghitung jarak yang ditempuh.
1. Dihitung waktu yang ditempuh.
Dalam hal ini dari jam 08.00 sampai 08.30, waktu yang ditempuh ialah
08.30 – 08.00 = 30 menit.
2. Memperkirakan kecepatan kapal
Kecepatan kapaal diperkirakan dengan perhitungan-perhitungan
kecepatan, hasil-baringan-baringan sebelumnya. Misalnya didapatkan
kecepatan kapal 12 mil/jam.Jarak yang ditempuh = 30 x 12 = 6 mil
60

Contoh :

AL I

6 mil
A K 10.30

I 10.00 II 10.30
Kapal berlayar dengan haluan 80. Pada jam 10.00 dibaring pulau A 354, lalu
pada jam 10.30 pulau Ali dibaring lagi 303. Penunjukkan topdal jam 10.00 =
134’ dan jam 10.30 = 140’ Variasi = -3 dan Deviasi = +2. Lukislah posisi kapal

Penyelesaian :

Variasi = -3 BP I = 354 BP II = 303


Deviasi = +2 + Sembir = -1 + Sembir = -1 +
Sembir = -1 BS I = 353 BS II = 302
180 - 180 -
173 122

Penunjukkan topdal jam 10.30 = 140


Penunjukkan topdal jam 10.00 = 134 -
Jarak yang ditempuh = 6 mil
Dari pulau Ali ditarik garis baringan I dengan arah 173, garis man…akan
memotong garis haluan di titik A. Dari A dijangkakan jarak 6 mil pada garis
haluan, didapat titik B. melalui titik B ditarik sebuah garis yang sejajar dengan
garis baringan I. Kemudian dari pulau Ali juga, ditarik garis baringan II dengan
arah 122 yang menarik garis geser baringan I di K yang merupakan posisi
kapal.

d. Baringan dan jarak dari radar

B1/D2
B2/D2

B3/D2
P
HK
Gunakan echo-echo yang tajam (pantai-pantai yang terjal/keras atau gunung-
gunung)
a). Baringan dan jarak diambil dari radar (B1/D1, B2/D2 dan B3/D3),
gambarkan
dipeta (P).
b). Lingkaran jarak terleih dahulu, baru chek baringan.
c). Tanda posisi
e. Baringan Peruman
Cara ini digunakan bila tidak mungkin menggunakan cara-cara lain yang telah
diterangkan diatas. Ketelitian yang sangat kurang karena adanya perubahan-
perubahan kedalaman laut serta pembelokan pancaran gelombang.
a) Ukur kedalaman laut dengan echoloud/echosounder
b) Cocokan dipeta disekitar garis haluan
c) Tanda posisi

A
6
8
10 10

16 12
15 K
17
18
20
21 23
08.30

Misalnya pada jam 08.30 benda A dibaring dengan pedoman. Bersamaan


dengan itu, dalamnya air juga diperum. Misalnya didapat 16,5 meter. Baringan
pedoman yang diperoleh diubah menjadi baringan sejati dan dilukis di peta
dengan arah yang berlawanan. Kemudian bukalah buku psang surut untuk
daerah yang bersangkuan, lalu carilah tinggi pasang ditempat tersebut pada
saat peruman dilakukan. Misalnya didapat tinggi pasang = 0,5 meter. Dalam air
hasil peruman dikurangi dengan tinggi pasang adalah dalam air yang tertera.
Dalam hal ini, dalam air di peta adalah 16,5 m – 0,5 m = 16 meter. Carilah pada
garis baringan di peta dimana dalam airnya 16 meter dan disitulah posisi kapal
(K).
Catatan : Baringan dengan peruman ini hanya dapat dilakukan pada tempat-
yempt y mempunyai ramalan pasang surut dan kedalaman air ditempat tersebut
dipetakan dengan jelas, serta garis baringan tidak melalui kedalaman-kedalaman
air yang sama untuk daerah yang luas.Namun demikian, tempat kapal yang
diperoleh dengan cara ini tidaklah begitu tepat bila dibandingkan dengan cara-
cara baringan lainnya

Contoh :

9
15

P. Damar Besar 12 26

18
15 K 10.00

13 28
24
17
25 I 10.00

Kapal berlayar dengan haluan 10 di perairan Teluk Jakarta. Pada jam 10.00
dibaring pulau Damar Besar 302 dan bersamaan dengan itu dalamnya air
diperum 24,6 meter. Variasi = -2, Deviasi = +5. Dari daftar pasang surut untuk
Tg. Priok didpat tinggi pasang untuk hari itu jam 10.00 = 0,8 meter.

Variasi = -2 BP I = 302


Deviasi = +5 + Sembir = +3 +
Sembir =+3 BS I = 305
180 -
225
Dalam air menurut peruman = 24,6 meter
Tinggi psang dari daftar pasang = 0,8
(1) meter I - (B1) diusahakan dengan sudutt
Baringan
Dalam air di peta = 23,8 meter
45 (Baringan relatif)
(2) Pada saat melintang titik referensi baring
lagi titik tersebut (B2).
Dari pulau Damar Besar ditarik baringan I dengan arah 225 kemudian pada
(3) DMT = Sl = VK.t
garis baringan I tadi dicari tempat yang dalam airnya = 23,6 meter. Didapatkan K
DMT = Jarak melintang
yang merupakan tempat kapal pada jam 10.00.
SL = Jarak yang ditempuh dari B1 ke B2
(4) Jangkakan DMT pada B2, titik tersebut
f. Baringan 4 Surat
adalah posisi kapal (P).
(5) Tanda posisi 
(6) Beberapa sudut-sudut istimewa pada
baringan I :
- Sudut 45 maka DMT = SL
- Sudut 63,5” DMT = 2 SL
- Sudut 71.6” DMT = 3 SL
45

B1 DMT/B2

45 P
SL = VK.t

a mil

45 90

I 08.14 K 09.03

II 09.03

Diatas peta dilukiskan gariss-garis baringan I dan II sedemikian rupa


sehingga membentuk sudut 45 (4 surat) dan 90 dengan garis haluan kapal.
Didapatkan baringan-baringan sejatinya. Kemudian baringan sejati ini diubah
menjadi baringan pedoman. Mualim juga bersiap-siap di pedoman baring. Pada
saat baringan pedoman I cocok dengan arah baringan, jam dicatat (misalnya
08.14). setelah itu ia menunggu lagi sampai baringan II cocok dengan apa yang
direncanakan. Pada saat baringan II cocok, jam dicatat lagi, misalnya jam 09.03.
Jarak yang ditempuh dari baringan I ke baringan II dihitung dan
dijangkakan dari A pada garis baringan II dan didapat posisi kapal
(K).Catatan :Jarak yang dtempuh dapat pula ditentukan dengan pembacaan
topdal misalnya pada jam 08.14 topdal dibaca 084 dan pada jam 09.03 topdal
dibaca 094, maka jarak yang ditempuh antara jam 08.14 09.03 ialah : 094 – 084
= 10 mil.

II 13.02

K 13.02

C
90 10,2 mil

45 A
I
12.11 B

Kapal berlayar dengan haluan sejati 52. Dipeta dilukis garis-garis baringan I dan
II sedemikian sehingga membentuk sudut 45 di B dan sudut 90 atau siku-siku
di C. arah garis baringan I diukur didapatkan 97. Atau dihitung : 52 + 45 = 97.
BS I = 97.
Arah garis baringan II diukur 142. Atau dihitung 52 + 90 = 142. BS II = 142.
Variasi di peta = +3 Deviasi = -5
Variasi = -3 BS I = 97 BS II = 142
Deviasi = +5 + Sembir = -2 - Sembir = -2 -
Sembir = -2 BP I = 99 BP II = 144
Pada pedoman baring, dijaga baringan pualu A. pada saat baringannya
menunjukkan 99, jam dicatat 12.11, kemudian sewaktu baringan pulau A =
144, jam dicatat lagi yaitu jam 13.02 kecepatan kapal = 12 mil/jam.
Jangka waktu dari baringan I ke baringan II ialah 13.02 – 12.11 12.62 – 12.11 =
51 menit.Jarak ditempuh dari baringan I ke baringan II ialah
51 x 12 mil = 10,2 mil
60
dari A, jarak 10,2 mil ini dijangkakan pada garis baringan II dan diperoleh titik K
yang merupakan tempat kapal jam 13.02.
g. Baringan 2 Sudut / sudut berganda

(1) Baringan I (B1) dengan sudut 


(B.relatif).
(2) Baringan II (B2) dengan sudut 
(B.relatif)
D (3) SL = VK.t jarak yang ditempuh kapal
dari B1 ke B2

B1 B2 (4) Jangkakan SL pada B2 titik tersebut


adalah posisi kapal (P)
(5) Segitiga yang terjadi antara

perpotongan B1, B2 dan SL adalah
P 
segitiga sama kaki dimana B2 = SL
SL = VK.t (6) Tanda posisi
A

a mil

K 09.48
 

I 09.00 II 09.48

Pada jam 09.00 dibaring A dengan pedoman. Baringan pedoman tadi dijadikan
baringan sejati, lalu dilukis di peta dengan arah yang berlawanan. Garis baringan
I membentuk sudut  dengan garis haluan. Ukurlah besar sudut  tadi dengan
busur derajat atau dengan pertolongan mistar jajar dan mawar pedoman di peta.
Kemudian tariklah sebuah garis di peta yang melalui A dan membentuk sudut  =
2 x sudut . Garis tadi akan menjadi garis baringan yang kedua. Tetntukanlah
arah garis baringan II, didapatkan BS. BS ini dijabarkan menjadi BP. Dengan
diketahui BP ini, lalu dijaga pada pedoman baring, sampai baringan A tersebut
sama dengan BP yang dihitung. Jikalau baringannya sudah cocok, jam dicatat
(09.48). jarak yang ditempuh dari baringan I sampai baringan ke II dihitung.
jarak tersebut = a mil, lalu jarak a mil tadi dijangkakan di A pada garis baringan II,
dan posisi kapal (K) ditemukan.
A

B  180 - 2 2 F

 K 2
C D E
Jika sudut ACD = , maka
Sudut ABK =  juga
Jika sudut ADE = 2, maka
Sudut AKF = 2 dan
Sudut AKB = 180 - 2
Sudut BAK = 180 -  - (180 - 2) = 180 -  - 180 + 2 = 
ABK adalah segitiga sama kaki, sehingga sisi BK = sisi AK

Contoh :
A

a mil
57 144
B C
I 11.00 K II 11.48
Kapal berlayar dengan halua sejati 82. Pada jam 11.00, pulau A dibaring 23,
topdal dibaca 033. Variasi = +3 dan Deviasi = -1. Sembir variasi + deviasi = +3
(1 - 1)  = +2. BSI = BPI + sembir = 23 + (+2)  = 25. Dari titik A ditarik garis
baringan I dengan arah 25 + 180 = 2 ¼ 5, yang memotong garis haluan di titik
B. sudut B diukur didapatkan 57. Atau dihitung : 82 - 25 = 57. Kemudian
ditarik garis baringan di peta, sedemikian rupa sehingga akan membentuk sudut
2 x 57 = 144 dengan garis haluan di titik C. arah garis baringan II diukur,
didapat 328. Atau dihitung dengan 82 - 144. Karena 82 lebih kecil dari 144,
maka tak mungkin dilakukan pengurangan sebab tak ada baringan yang nilainya
negatif. Disini, angka 82 ditambah dahulu dengan 360, baru dikurangi dengan
144. Jadi : 82 + 360 = 442 ; 442 - 144 = 328. BS II = 328. 328 ini adalah
baringan sejatinya. Baringan sejati ini diubah menjadi baringan pedoman.
BP II = 328 - Sembir = 328 - (+2) = 326.BP II = 326.
Mualim juga menjaga baringan A, ditunggu saat baringannya tepat 326. Pada
saat baringan pulau A tepat dibaring 326, jarumnya dicatat yaitu jam 11.48 dan
topdal dibaca 042.Jarak yang ditempuh ialah 042 – 033 mil = 9 mil.Dari A
dijangkakan jarak 9 mil pada garis baringan II dan didapatkan titik yang
merupakan posisi kapal pada jam 11.48.
Catatan : Karena benda baringan berada disebelah kiri kapal, maka arah
baringannya didapatkan dengan : Haluan kapal dikurangi dengan sudut potong
antara garis haluan dan garis baringan tersebut.Jika benda baringan berada
(1) Baringan I dengan sudut  (B.relatif)
disebelah kanan kapal, maka arah baringan = haluan kapal ditambah dengan
(2) Baringan II (B2) dengan sudut 90 + 
sudut potong antara garis haluan dan garis baringan tersebut.
(B.relatif)
h. Baringan Istimewa
(3) SL = VK.t jarak yang ditempuh kapal dari
B1 ke B2
(4) Jangkakan D2 pada B2, dimana D2 = SL
sin , titik tersebut adalah posisi kapal
(P)
(5) Tanda posisi
90
B1 B2 90 + 

SL = VK.t

a mil

K1 K2 11.33
26,5 45 90

I 10.13 II 10.53 III 11.33

Di atas peta dilukis tiga buah garis baringan sedemikian rupa, sehingga garis
baringan I membentuk sudut 26,5 dengan garis haluan dan baringan II serta
baringan III masing-masing membentuk sudut 45 dan 90 dengan garis haluan.
Arah-arah baringan sejati ditentukan, lalu diubah menjadi baringan-baringan
pedoman.Paga juga menunggu di pedoman baring untuk mencocokkan
baringan-baringan pedoman yang dihitung dari peta dengan arah baringan-
baringan yang sebenarnya dari benda aringan tersebut. Pada saat baringan I
cocok, jam dicatat (10.13), lalu pada saat baringan II jam dicatat lagi (10.53).
jarak yang ditempuh antara baringan I dan baringan II dihitung (a mil). Jarak ini
dijangkakan pada baringan III. Didapat titik K2. Dari Ks dibuat garis yang sejajar
dengan garis haluan, dimana garis tadi memotong baringan II, disitulah posisi
kapal pada jam 10.53 (K=). Kemudian ditunggu lagi sampai baringan III cocok,
lalu jam dicatat, misalnya jam 11.33. Jikalau baringan ini dilakukan dengan baik,
akan ternyata bahwa jangka waktu antara baringan I dan II akan sama dengan
jangka waktu antara baringan II dan III, sehingga jarak yang ditempuh antara
baringan I dan II pun sama dengan jarak antara baringan II dan III yaitu a mil.
Posisi kapal pada jam 11.33 ialah K2.

Contoh :
A

B 22,5 C 45 D 90

K1 (10.53) K2 (11.35)
I 10.13 II 10.53 III 11.33
Haluan sejati kapal ialah Timur atau 90. Di peta dilukis garis-garis baringan I, II
dan III sedemikian sehingga masing-masing membentuk sudut-sudut 26 ½, 45
dan 90 dengan garis haluan. Arah-arah baringan sejati I, II dan III diukur atau
dihitung. BS I = 90 - 26 ½  = 63 ½  .
BS = 90 - 45 = 45. BS III = 90 - 90 = 0.
Variasi = +1, Deviasi = +3, Sembir = +1 + 3 = +4.
BS I = 63 ½  BS II = 45 BS III = 0 = 360
Sembir = +4 - Sembir = +4 - Sembir = +4
-
Sembir = 59 ½  BP II = 41 BP III = 356
Paga juga memcocokkan BP ini dengan baringan yang sesungguhnya pada
pedoman baring. Pada saat baringan pulau A = 59 ½ , jam dicatat (10.13), lalu
pada saat baringan = 41, jam dicatat lagi (10.53). jarak yang ditempuh antara
baringan I dan II dihitung, lalu dijangkakan dari A pada garis baringan yang
ketiga, didapat K2. Dari K2 ditarik sebuah garis yang sejajar dengan garis haluan
dan memotong garis baringan II di K= yang merupakan posisi kapal jam 10.53.
kemudian pada saat baringan A dibaring 356, jam dicatat 11.33. jarak yang
ditempuh antara baringan II dan III dihitung, yang mana hasilnya akan sama
dengan jarak antara baringan I dan II.Jarak ini dirangkakan dari A pada garis
baringan III, dan diperoleh titik K2 yang merupakan tempat kapal pada jam
11.33.
Catatan : Baringan ini dinamakan baringan istimewa, karena benda baringan
melintang kapal. Posisi sudah…leh (10.53).
i. Baringan Batas lingkaran Suar
a) Lihat data-data dari suar jarak capai
suar tersebut, dan lingkaran dipeta,
perhatikan tinggi mata.
b) Baring suar tersebut pada waktu
melihat cahayanya (B1) berarti kita
pada batas lingkaran tersebut.
B1 c) Perpotongan B1 dengan lingkaran
P jarak capai suar adalah posisi kapal
(P).
d) Tanda posisi
21.13 K

Jarak tampak suar dapat dilihat pada peta laut atau dalam buku daftar suar.
Jarak tadi hanya berlaku untuk tinggi 5 meter diatas air. Jikalau tinggi mata
pembaring hanya 5 meter, maka jarak tampak tadi harus dikoreksi dengan
koreksi tinggi mata. Daftar koreksi mata terdapat dalam daftar suar. Setelah jarak
tampak tadi dikoreksi maka dibuatlah sebuah lingkaran dengan suar tadi sebagai
titik pusatnya dan jarak tampak yang telah dikoreksi sebagai jari-jarinya.
Kini mualim juga menanti saat dimana suar tadi mulai nampak atau saat ia mulai
hilang, kemudian dengan segera membaring suar tadi. Baringan pedoman
diubah menjadi baringan sejati, lalu dilukis dengan arah yang berlawanan.
Dimana garis baringan tadi memotong lingkaran jarak tampak suar, disitulah
posisi kapal (K).
Catatan :
1. Dalam keadaan cuaca berkabut, jarak tampak ini lebih kecil daripada
yang sebenarnya.Bila menantikan suar yang mulai terlihat, sebaiknya
dilakukan di pedoman standrad, agar begitu suar mulai kelihatan dapat
langsung dibaring dan suar tadi kelihatan di pedoman standard terlebih
dahulu (sebab letaknya lebih tinggi).
2. Bila menantikan suar yang akan hilang, sebaiknya dilakukan di
anjungan. Begitu suar mulai menghilang, segera naik ke pedoman
standard lalu dibaring. Di pedoman standard suar itu masih kelihatan.
3. Penentuan posisi dengan methode Astronomi
a. Ketentuan-ketentuan pokok.
1) Yakinkan bahwa semua peralatan navigasi telah diverifikasi.
2) Yakinkan publikasi yang akan digunakan.
3) Yakinkan kebenaran akan obyek benda angkasa yang akan diukur.
4) Ukur tinggi benda angkasa di sebelah Timur.
5) Usahakan tinggi benda angkasa antara 20 s/d 60
6) Pilih minimal 5 benda angkasa, kerjakan minimal 3
7) Langit berkabut laksanakan pengukuran ditempat yang paling rendah,
langit terang pengukuran ditempat yang paling tinggi.
8) Perhatikan kreksi sextant
9) Penggunaan kaca berwarna hanya pada saat pengukuran matahari.
b. Beberapa cara yang dapat digunakan.Misal metode Haverkamp / Marq St
Hilaire.Buku-buku dan peralatan yang diperlukan
1). Daftar Ilmu Pelayaran I. 4). Sextant
2). Almanak Nautika. 5). Stop Watch
3). Peta bintang atau star globe 6). Kronometer

3. Penentuan posisi dengan methode Elektronika


Ketentuan-ketentuan pokok
1) Yakinkan bahwa semua peralatan Navigasi telah diverifikasi.
2) Yakinkan publikasi yang akan digunakan.
3) Pahami betul-betul prosedur pengoperasian pesawat.
4) Voltage harus stabil.
5) Perhatikan radio deviasi
6) Yakinkan koreksi propagasi telah dimasukkan (khususnya pesawat
omega)

Anda mungkin juga menyukai