Anda di halaman 1dari 63

ISSN : 1979-9128

Vol.02, No.XII, Agus 2012

SURYA
Jurnal Media Komunikasi
Ilmu Kesehatan

Diterbitkan Oleh :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Lamongan

i
SURYA
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI ILMU KESEHATAN
Diterbitkan Oleh:
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)Muhammadiyah Lamongan
Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan Telp/Fax (0322) 321843

Terbit tiga kali setahun (April, Agustus dan Desember): ISSN : : 1979-9128, berisi tentang
hasil penelitian, gagasan konseptual, kajian dan aplikasi teori, resensi buku dan tulisan
praktis dalam bidang Ilmu Kesehatan.

Pelindung/Penasehat
Drs.H. Mutholib Sukandar (Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan)
Drs. H. Budi Utomo,Amd.kep.,Mkes (Ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan)
Ketua Pengarah :
M. Bakri PDA SKp,MKep (Ketua I)
Dr. H. Masram, MM., M.Pd., MMkes (Ketua II)
Alifin SKP.,M.MKes (Ketua III)
Ketua Penyuting :
Cucuk Rahmadi, SKp., M.Kes.
Penyuting Pelaksana:

Drs. Arfian Mudayan, SE., M.Kes Siti Sholikhah, S.Kep, Ns


Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.MKes Andri Tri K, SSiT, M. Kes
Hj. Ws Tarmi, S.Sti., M.MKes Amirul Amalia, S.SiT, M. Kes
Drs. Sugeng Utomo., M.Pd Atiul Impartina, SsiT, M. Kes
Hj. Mu’ah,MM., M.Mkes Sulistyowati, SSTi, M. Kes
Dadang Kusbiantoro, S.Kep.,Ns. M.MKes M. Ali Basyah, SH., M.Mkes
Lilin Turlina, SST.,M.MKes Heny Ekawati,s.Kep.Ns, M. Kes
Faizatul Ummah, SST.,M.MKes Ilkafah, S.Kep.,Ns. M. Kes

Penyuting Ahli/Mitra Bestari :


Dr. Supriyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Malang)
Dr. Anang Kistyanto, MM (Dosen FE-Universitas Negeri Surabaya)

Alamat Penyuting Pelaksana dan Tata Usaha : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Muhammadiyah Lamongan JL. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan, Telp/Fax. (0322)
321843

Jurnal ini diterbitkan di bawah pembinaan Ketua BPH PT Muhammadiyah Lamongan


(Drs. H. Muntholib Sukandar) dan Ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan (Drs. H.
Budi Utomo, AMd. Kep,M.Kes)

SURYA ii Vol.02, No.XII, Agus 2012


DAFTAR ISI

1. PENGARUH KEPERAWATAAN SPIRITUAL EMOTIONAL 1 - 14


FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) ISLAMI TERHADAP TEKANAN
DARAH PENDERITA HIPERTENSI USIA 45-59 TAHUN DI RSUD
Dr. SOEGIRI LAMONGAN
Virgianti Nur Faridah*

2. PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP KESIAPAN 15 - 22


PASIEN POST OPERASI MENGHADAPI PEMULANGAN DI RUANG
BOUGENVILLE RSUD dr. SOEGIRI LAMONGAN
Mubtadi Faisol*, M. Bakri PDA**, Suratmi***

3. HUBUNGAN INTENSITAS DAN MOTIVASI BELAJAR 23 - 32


DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SI
KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
Siti Sholikhah*

4. HUBUNGAN KONSEP DIRI (HARGA DIRI) DENGAN 32 - 38


AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA DI DESA
KARANGTINGGIL KECAMATAN PUCUK KABUPATEN
LAMONGAN
Nurul Ummah*, Siti Sholikah**, Moh. Saifudin***

5. HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU 39 - 49


KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK UMUR 2
BULAN-5 TAHUN DI RUANG ANGGREK RSUD DR. SOEGIRI
LAMONGAN
David Azizul Khanif*, Lilis Maghfuroh**, Liza Purbowati***

6. PENGARUH KONSELING TERHADAP KECEMASAN IBU HAMIL 50 - 57


TRIMESTER III (USIA KEHAMILAN 38-40 MINGGU) DALAM
MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GUNUNG SARI KECAMATAN BAURENO
KABUPATEN BOJONEGORO
Linda Ayu Puspita Sari*, Nur Hidayati**, Moh. Saifudin***

SURYA iii Vol.02, No.XII, Agus 2012


PENGARUH KEPERAWATAAN SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE
(SEFT) ISLAMI TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI
USIA 45-59 TAHUN DI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN

Virgianti Nur Faridah*

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….


Hypertension have come to main problem in Indonesia and become the top mortality rate
because degeneratif and cardiovaskuler diseases. Patient with hypertension generally have labile
emotion which generate its high blood pressure. Therefore nursing intervention not only focused on
physical aspect, but also psychological and spiritual aspect. One of the spiritual interventions and
complementary therapies for the patient of hypertension was Spiritual Emotional Freedom
Technique ( SEFT). The purpose of the study was to analyse the influence Spiritual Emotional
Freedom Technique ( SEFT) Islamic care to blood pressure patient of age hypertension 45-59 years
in dr. Soegiri General Hospital Lamongan. Design used in this study was pretest and posttest
control group. The population was all patient of age hypertension 45-59 years in cardivasculer unit
of dr. Soegiri General Hospital, Lamongan. Sampel taken by consecutive sampling and gots 26
respondents then devided to two groups by random allocation. The independent variabel was
Spiritual Emotional Freedom Technique ( SEFT) Islamic care, and the dependent variabel was
blood pressure. There was the intervening variabel in this study, was the perception. The data were
collected using structured questionnaire and blood pressure tests two times (pre and post) between
control and intervention groups. Data were then analyzed using wilcoxon rank and paired t-test
with level of significance of 0,05. Results showed that there was no difference of perception of
hypertension clients that getting the SEFT Islamic care (p = 0.173) and not getting the SEFT
Islamic care (p = 0.874). There was difference of systolic blood pressure patient of hypertension
that getting the SEFT Islamic care ( p=0.000), and the difference of diastolic blood pressure (p =
0.000). The mean decrease of systolic blood pressure was 25.385 mmHg and the mean decrease of
diastolic blood pressure was 11.538 mmHg. It can be concluded that the nurse can aply the nursing
intervention of SEFT Islamic care to decrease blood pressure in hospital or community, but its must
be recurred and in observation the doctor. Further studies should focus on the effect of SEFT
Islamic care showed by change of neurohormonal blood.

Keywords: SEFT Islamic care, blood pressure, patient of hypertention

PENDAHULUAN. …… . … …. kepada semua klien. Bahkan, Makhija (2002)


Keperawatan memandang manusia menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan
merupakan makhluk yang unik dan kompleks religius adalah sangat penting dalam
yang terdiri atas berbagai dimensi. Dimensi kehidupan personal individu dan merupakan
yang komprehensif pada manusia itu meliputi suatu faktor yang sangat kuat (powerful)
dimensi biologis (fisik), psikologis, sosial, dalam penyembuhan dan pemulihan fisik.
kultural dan spiritual (Dossey, 2001; Govier, Salah satu penyakit yang
2000). Dalam kata lain, Makhija (2002) membutuhkan aspek spiritual dalam
mendeskripsikan bahwa tiap individu penyembuhan dan kestabilan kondisi fisiknya
manusia adalah mahluk yang holistik yang adalah penyakit hipertensi. Penyakit
tersusun atas body, main dan spirit. Dimensi hipertensi merupakan peningkatan tekanan
spiritual merupakan salah satu dimensi darah yang memberi gejala yang berlanjut
penting yang perlu diperhatikan oleh perawat untuk suatu target organ, seperti stroke untuk
dalam memberikan asuhan keperawatan otak, penyakit jantung koroner untuk

SURYA 1 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

pembuluh darah jantung dan untuk otot memberi gejala yang berlanjut untuk suatu
jantung (Brunner & Suddart, 2002). target organ seperti otak (stroke), pembuluh
Hipertensi dapat menimbulkan masalah bagi darah jantung (penyakit jantung koroner),
pemenuhan kebutuhan manusia, yang otot jantung (left ventricle hypertrophy)
menurut Teori Henderson terdiri dari 14 (Applegate, 2002). Hipertensi sering kali
kebutuhan dasar manusia, salah satunya disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer)
adalah kebutuhan spiritual. Penderita karena termasuk yang mematikan tanpa
hipertensi sering merasa takut dan cemas disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
akan penyakit yang diderita, takut akan sebagai peringatan (Lanny, 2001). Hipertensi
ancaman komplikasi, dan takut akan tekanan adalah faktor risiko utama untuk penyakit
darahnya yang sering tinggi atau bahkan jantung koroner dan gangguan pembuluh
merasa tidak bisa disembuhkan. Penderita darah otak yang dikenal dengan stroke. Bila
hipertensi juga umumnya mempunyai emosi tekanan darah semakin tinggi maka harapan
yang labil sehingga mudah marah dalam hidup semakin turun (Lanny, 2001).
menghadapi masalah yang menimbulkan Penyakit hipertensi bisa ditangani
tekanan darah menjadi tinggi. Oleh karena itu berdasarkan teori keperawatan Virginia
intervensi keperawatan bukan saja terfokus Henderson dan Martha E. Rogers dengan
pada aspek fisik saja, tetapi juga aspek psikis titik fokus pada aspek spiritualitas. Teori
terutama spiritual. Henderson berfokus pada individu yang
Penyakit hipertensi telah menjadi berdasarkan pandangannya, yaitu bahwa
masalah utama dalam kesehatan masyarakat jasmani (body) dan rohani (mind) tidak dapat
yang ada di Indonesia maupun di beberapa dipisahkan. Individu yang dimaksud dalam
negara yang ada di dunia. Prevalensi hal ini adalah klien yang merupakan central
hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan figure. Pemenuhan kebutuhan dasar individu
sekitar 15-20%. Hipertensi di Asia tercermin dalam 14 komponen dari asuhan
diperkirakan sudah mencapai 8-18% pada keperawatan dasar (Basic Nursing Care)
tahun 2002, hipertensi dijumpai pada 4.400 yang salah satunya adalah pemenuhan
per 10.000 penduduk dan pada tahun 2000 kebutuhan spiritual (Henderson, 2006).
sekitar 15-20% masyarakat Indonesia Model hemodinamik Martha E. Roger
menderita hipertensi (Trenkwalder P et al, menggambarkan manusia yang merupakan
2004). Hipertensi lebih banyak menyerang satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
pada usia setengah baya pada golongan umur lagi dengan lingkungannya (Rogers, 1990).
45-55 tahun. Kira-kira 90-95 % orang yang Kemudian Elkins et.al, (1988) dalam Smith,
menderita hipertensi dikatakan menderita (2009) mengelaborasi model tersebut dalam
hipertensi primer yang juga dikenal sebagai multidimensi spiritualitas.
hipertensi essensial (Guyton and Hall, 2008). Penanganan hipertensi menurut
Berdasarkan survey awal yang dilakukan Lenny dan Danang (2008), secara garis besar
pada 10 penderita hipertensi primer di URJ dibagi menjadi 2 jenis yaitu secara
jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan pada farmakologis dan non farmakologis. Terapi
bulan Januari 2011 didapatkan hasil bahwa farmakologis yang selama ini digunakan
80% penderita mengatakan masih mengalami adalah obat antihipertensi. Terapi
tekanan darah yang sulit dikontrol, terutama farmakologis dapat dikombinasikan dengan
dalam kondisi stress dan marah. Sehingga terapi non farmakologis yang banyak
masalah yang dapat diambil adalah kasus macamnya, mulai dari pengaturan pola hidup,
hipertensi yang masih tinggi dan sulit berbagai terapi komplementer sampai
terkontrol yang membutuhkan intervensi intervensi spiritual yang sekarang ini banyak
keperawatan spiritual. dikembangkan. Sehingga penatalaksanaan
Hipertensi merupakan penyakit hipertensi bukan saja pada aspek biologis,
degeneratif dan kardiovaskuler yang sejak tetapi juga aspek psikis dan spiritual.
tahun 1993 diduga sebagai penyebab Beberapa terapi komplementer untuk
kematian nomor satu. Hipertensi akan hipertensi antara lain relaksasi progresif,

SURYA 2 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

akupuntur, akupresur, meditasi, homeopati, rangka menciptakan persepsi positif. Sinyal


refleksiologi, aromaterapi (Lenny & Danang, persepsi positif tersebut akan ditangkap dan
2008). Salah satu terapi komplementer yang mempengaruhi aksis ANS yang akan
direkomendasikan oleh NCCAM (National mengakibatkan kadar katekolamin dan
Center of Complementary and Alternative adrenalin turun. Hasil akhirnya adalah terjadi
Medicine) adalah akupuntur. Saat ini penurunan tekanan darah. Oleh karena itu,
akupuntur memiliki turunan yang dikenal peneliti tertarik untuk meneliti tentang
dengan SEFT (Spiritual Emotional Freedom “ Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional
Technique). Intervensi spiritual dewasa ini Freedom Technique (SEFT) Islami terhadap
juga banyak dikembangkan untuk tekanan darah penderita hipertensi usia 45-59
penyembuhan penyakit antara lain meditasi, tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan”
shalat tahajud, doa dan dzikir. SEFT dalam
hal ini dapat digolongkan sebagai terapi METODE PENELITIAN.… … .…
komplementer dan juga intervensi spiritual, Desain penellitian menggunakan Quasi
karena SEFT merupakan gabungan antara Eksperimental dengan pendekatan pretest
teknik tapping seperti akupuntur dan doa and posttest control group. Sampel diambil
kepasrahan. Dalam penelitian ini difokuskan dari pasien hipertensi primer yang rawat jalan
pada SEFT dalam konteks keperawatan di Poli Jantung RSUD dr. Soegiri Lamongan
Islami. menggunakan metode non probability
Keperawatan SEFT (Spiritual sampling dengan teknik consecutive sampling,
Emotional Freedom Technique) Islami berjumlah 30 pasien yang dibagi secara
merupakan solusi yang tepat dalam Random allocation menjadi kelompok
menurunkan tekanan darah penderita perlakuan dan kontrol. Pengumpulan data
hipertensi. Proses SEFT merupakan menggunakan kuesioner untuk mengukur
gabungan dari aspek biologis dan spiritualitas. variabel intervening persepsi penerimaan diri
Banyak penelitian terdahulu tentang dan spygnomanometer dan stetoskop untuk
akupuntur, akupresur, EFT ataupun SEFT mengukur tekanan darah.
yang mendukung dan menjelaskan
bagaimana sistem energi tubuh dapat HASIL .PENELITIAN …
mempengaruhi kondisi fisik dan emosi. Dr. 1. Data Umum
Rowe, seorang psikolog Texas University, 1) Karakteristik Responden
membuktikan bahwa EFT berpengaruh (1) Karakteristik responden
terhadap penurunan stress (Zainuddin, 2005). berdasarkan umur
Mulia Hakam, 2009, menjelaskan SEFT Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
dilihat dari aspek energy psychology yang responden berdasarkan umur
dapat menurunkan nyeri kanker leher rahim. No. Umur Frekuensi Prosentase
Namun belum ada penelitian yang 1. 45 – 49 tahun 5 orang 19%
menjelaskan bagaimana SEFT secara Islami, 2. 50 – 54 tahun 5 orang 19%
mampu mempengaruhi kondisi fisik, dalam 3. 55 – 59 tahun 16 orang 62%
hal ini adalah tekanan darah penderita Jumlah 26 orang 100%
hipertensi. Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat
Intervensi keperawatan untuk pasien disimpulkan bahwa sebagian besar
hipertensi berdasarkan teori Henderson dan responden berusia 55 – 59 tahun yaitu
teori Roger menitikberatkan pada intervensi sebanyak 16 orang (62%) dan sebagian
spiritual tanpa melupakan aspek yang lain sama responden berusia 45 – 49 tahun
dan interaksinya dengan lingkungan. Salah dan 50 – 54 tahun yaitu sebanyak 5 orang
satunya menggunakan keperawatan SEFT (19%).
Islami, dimana terdiri dari aspek biologis
yaitu tapping dan aspek spiritualitas dalam (2) Karakteristik responden
langkah set-up dan tune-in. Kedua aspek berdasarkan jenis kelamin
tersebut akan membentuk keikhlasan dalam

SURYA 3 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik Tabel 5. Distribusi frekuensi karakteristik


responden berdasarkan jenis kelamin responden berdasarkan lama menderita
No. Jenis Frekuensi Prosentase hipertensi
kelamin No. Lama Frekuensi Prosentase
1. Laki-laki 12 orang 46% hipertensi
2. Perempuan 14 orang 54% 1. < 1 tahun 3 orang 11.5%
Jumlah 30 orang 100% 2. 1 – 3 tahun 11 orang 42.3%
Tabel 2 diatas menyatakan bahwa 3. 4 – 6 tahun 7 orang 27%
karakteristik responden berdasarkan jenis 4. > 6 tahun 5 orang 19.2%
kelamin didapatkan sebagian besar Jumlah 30 orang 100%
berjenis kelamin perempuan yaitu Tabel 5 diatas menyatakan bahwa
sebanyak 14 orang atau 54%. karakteristik responden berdasarkan lama
menderita hipertensi didapatkan hampir
(3) Karakteristik responden sebagian responden telah menderita
berdasarkan pendidikan hipertensi selama 1-3 tahun yaitu sebanyak
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik 11 orang (42.3%). Sedangkan sebagian kecil
responden berdasarkan pendidikan responden atau 3 orang (11.5%) telah
No. Pendidikan Frekuensi Prosentase menderita hipertensi selama kurang dari 1
1. SD/sederajat 4 orang 15.4% tahun.
2. SMP/sederajat 5 orang 19.2%
3. SMA/sederajat 13 orang 50%
4. Perguruan Tinggi 4 orang 15.4%
2. Data Khusus
Jumlah 30 orang 100% 1). Perbedaan persepsi penerimaan diri
Berdasarkan tabel 3 diatas penderita hipertensi usia 45-59 tahun di
didapatkan bahwa karakteristik responden RSUD dr. Soegiri Lamongan
berdasarkan pendidikan adalah sebagian Sebelum data kelompok kontrol dan
besar besar SMA/sederajat yaitu sebanyak 13 perlakuan dibandingkan antara 2 kali
orang (50%) dan sebagian kecil pengukuran (pre dan post), maka perlu
berpendidikan SD/sederajat dan perguruan dilakukan uji homogenitas antara data pre
tinggi yaitu sebanyak 4 orang (15.4%). dan post pada kelompok kontrol dan
perlakuan. Uji homogenitas untuk data
(4) Karakteristik responden persepsi dianalisis dengan uji mann-whitney.
berdasarkan pekerjaan Hasil yang didapatkan pada data pre
Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik (kelompok kontrol dan perlakuan) adalah
responden berdasarkan pekerjaan nilai p = 0.341(p>0.05), yang artinya data
No. Pekerjaan Frekuensi % homogen atau antara kelompok kontrol dan
1. Petani 3 orang 11.5% perlakuan mempunyai persepsi yang sama
2. Pegawai/Karyawan 9 orang 34.6% sebelum diberikan perlakuan. Hasil yang
3. Wiraswasta 5 orang 19.2% didapatkan pada data post antara kelompok
4. Lainnya (pensiun, 9 orang 34.6%
IRT, dll)
kontrol dan perlakuan yaitu nilai p = 0.001
Jumlah 30 orang 100% (p>0.05), yang artinya data heterogen atau
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat antara kelompok kontrol dan perlakuan
disimpulkan bahwa hampir sebagian mempunyai persepsi yang berbeda
responden memiliki pekerjaan sebagai akibat/setelah diberikan perlakuan.
pegawai/karyawan yaitu 9 orang (34.6%) dan
sebagian kecilnya adalah petani yaitu (1) Perbedaan persepsi penerimaan
sebanyak 3 orang (11.5%). diri pada kelompok kontrol
Nilai/skor jawaban persepsi pada
(5) Karakteristik responden kelompok kontrol dibandingkan antara 2 kali
berdasarkan lama menderita pengukuran (pre dan post) dengan uji
hipertensi wilcoxon. Dari hasil analisa data tersebut
didapatkan nilai p = 0.874 (p > 0.05), maka

SURYA 4 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

berarti Ho diterima yang artinya tidak ada artinya data heterogen atau antara kelompok
perbedaan persepsi penerimaan diri pada kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan
kelompok kontrol. darah systole yang berbeda akibat/setelah
(2) Perbedaan persepsi penerimaan diberikan perlakuan. Rerata tekanan darah
diri pada kelompok yang systole post kelompok kontrol adalah 149.23
mendapat keperawatan SEFT dan kelompok perlakuan adalah 131.54.
Islami Hasil yang didapatkan pada data
Nilai/skor jawaban persepsi pada tekanan darah diastole post antara kelompok
kelompok perlakuan dibandingkan antara 2 kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung =
kali pengukuran (pre dan post) dengan uji 2.326 dan nilai p = 0.029 (p<0.05), yang
wilcoxon. Dari hasil analisa data tersebut artinya data heterogen atau antara kelompok
didapatkan nilai p = 0.173 (p > 0.05), maka kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan
berarti Ho diterima yang artinya tidak ada darah diastole yang berbeda akibat/setelah
perbedaan persepsi penerimaan diri pada diberikan perlakuan. Rerata tekanan darah
kelompok perlakuan. systole kelompok kontrol adalah 91.54 dan
kelompok perlakuan adalah 85.38.
2) Perbedaan tekanan darah penderita
hipertensi usia 45-59 tahun di RSUD dr. (1) Perbedaan tekanan darah systole
Soegiri Lamongan kelompok kontrol
Sebelum data kelompok kontrol dan Tabel 6 Hasil pengukuran tekanan darah
perlakuan dibandingkan antara 2 kali systole kelompok kontrol
pengukuran (pre dan post), maka perlu No. Hasil Rerata SD
dilakukan uji homogenitas antara data pre pengukuran
dan post pada kelompok kontrol dan 1. Systole pre 151.54 13.445
perlakuan. Uji homogenitas untuk data 2. Systole post 149.23 16.053
tekanan darah dianalisis dengan uji Selisih 2.308 4.385
independent t-test. Hasil yang didapatkan Tekanan darah systole kelompok
pada data tekanan darah systole pre antara kontrol pada pengukuran 1 (pre) mempunyai
kelompok kontrol dan perlakuan adalah nilai rerata 151.54, sedangkan rerata pada
t-hitung = -0.929 dan nilai p = 0.362 pengukuran 2 (post) adalah 149.23. Rerata
(p>0.05), yang artinya data homogen atau tekanan darah systole kelompok kontrol
antara kelompok kontrol dan perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan tidak diberi
mempunyai tekanan darah systole yang sama apa-apa mengalami penurunan sebesar 2.308.
sebelum diberikan perlakuan. Rerata tekanan Setelah dilakukan uji paired t-test,
darah systole pre kelompok kontrol adalah didapatkan nilai t = 1.897 dan nilai p = 0.082
151.54 dan kelompok perlakuan adalah (p > 0.05) sehingga Ho diterima yang artinya
156.92. tidak terdapat perbedaan tekanan darah
Hasil yang didapatkan pada data systole kelompok kontrol antara dua kali
tekanan darah diastole pre antara kelompok pengukuran.
kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung =
-1.372 dan nilai p = 0.183 (p>0.05), yang (2) Perbedaan tekanan darah systole
artinya data homogen atau antara kelompok kelompok perlakuan
kontrol dan perlakuan mempunyai tekanan Tabel 7 Hasil pengukuran tekanan darah
darah diastole yang sama sebelum diberikan systole kelompok perlakuan
perlakuan. Rerata tekanan darah diastole pre No. Hasil Rerata SD
kelompok kontrol adalah 93.85 dan pengukuran
1. Systole pre 156.92 16.013
kelompok perlakuan adalah 96.92.
2. Systole post 131.54 12.810
Hasil yang didapatkan pada data
Selisih 25.385 8.771
tekanan darah systole post antara kelompok
Tekanan darah systole kelompok
kontrol dan perlakuan adalah nilai t-hitung =
3.106 dan nilai p = 0.005 (p<0.05), yang perlakuan pada pengukuran 1 (pre)

SURYA 5 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

mempunyai rerata 156.92, sedangkan rerata Tekanan darah diastole kelompok


pada pengukuran 2 (post) adalah 131.54. perlakuan pada pengukuran 1 (pre)
Rerata tekanan darah systole kelompok mempunyai rerata 96.82, sedangkan rerata
perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan pada pengukuran 2 (post) adalah 85.38.
diberi perlakuan intervensi keperawatan Rerata tekanan darah diastole kelompok
SEFT Islami mengalami penurunan sebesar perlakuan setelah kurun waktu tertentu dan
25.385. diberi perlakuan intervensi keperawatan
Setelah dilakukan uji paired t-test, SEFT Islami mengalami penurunan sebesar
didapatkan nilai t = 10.436 dan nilai p = 11.538.
0.000 (p < 0.05) sehingga Ho ditolak yang Setelah dilakukan uji paired t-test,
artinya terdapat perbedaan tekanan darah didapatkan nilai t = 6.040 dan nilai p = 0.000
systole kelompok perlakuan antara sebelum (p < 0.05) sehingga Ho ditolak yang artinya
dan sesudah pemberian intervensi terdapat perbedaan tekanan darah diastole
keperawatan SEFT Islami. Hal tersebut kelompok perlakuan antara sebelum dan
menujukkan bahwa intervensi keperawatan sesudah pemberian intervensi keperawatan
SEFT Islami berpengaruh terhadap SEFT Islami. Hal tersebut menujukkan
penurunan tekanan darah systole. bahwa intervensi keperawatan SEFT Islami
berpengaruh terhadap penurunan tekanan
(3) Perbedaan tekanan darah diastole darah diastole.
kelompok kontrol
Tabel 8 Hasil pengukuran tekanan darah PEMBAHASAN .… .…
diastole kelompok kontrol 1. Perbedaan persepsi penerimaan diri
No. Hasil Rerata SD penderita hipertensi usia 45-59 tahun yang
pengukuran mendapat dan tidak mendapat
1. Diastole pre 93.85 5.064 Keperawatan SEFT Islami di RSUD dr.
2. Diastole post 91.54 5.547 Soegiri Lamongan
Selisih 2.308 4.385
Berdasarkan hasil analisa data
didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan
Tekanan darah diastole kelompok persepsi penerimaan diri baik pada kelompok
kontrol pada pengukuran 1 (pre) mempunyai kontrol maupun perlakuan. Sehingga dapat
rerata 93.85, sedangkan rerata pada disimpulkan bahwa intervensi Keperawatan
pengukuran 2 (post) adalah 91.54. Rerata SEFT Islami tidak berpengaruh terhadap
tekanan darah systole kelompok kontrol perubahan persepsi.
setelah kurun waktu tertentu dan tidak diberi Persepsi timbul karena adanya
apa-apa mengalami penurunan sebesar 2.308. respons terhadap stimulus. Stimulus yang
Setelah dilakukan uji paired t-test, dipersepsikan berupa keperawatan SEFT
didapatkan nilai t = 1.897 dan nilai p = 0.082 Islami yang terdiri dari tiga langkah yaitu set-
(p > 0.05) sehingga Ho diterima yang artinya up, tune-in dan tapping. Pengucapan set-up
tidak terdapat perbedaan tekanan darah words yang berupa doa kepasrahan pada
diastole kelompok kontrol antara dua kali langkah Set-up terkandung cognitive therapy,
pengukuran. sugesti diri, affirmation serta meditasi dan
relaksasi (do’a). Langkah tune-in
(4) Perbedaan tekanan darah diastole mengandung self hypnosis yang mampu
kelompok perlakuan menghapus program bawah sadar yang
Tabel 9 Hasil pengukuran tekanan darah menjadi akar penyebab dari emosi negatif
diastole kelompok perlakuan yang kita alami (Zainudin, 2005). Sedangkan
No. Hasil Rerata SD langkah tapping pada titik energi tubuh
pengukuran
mampu menyeimbangkan aliran energi tubuh
1. Diastole pre 96.82 6.304
2. Diastole post 85.38 7.763
sehingga mempermudah penerimaan sugesti
Selisih 11.538 6.887 diri (Zainudin, 2005).

SURYA 6 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Sinyal dari intervensi keperawatan oleh hipokampus diberi makna cemas,


SEFT Islami diatas ditangkap oleh indra depresi atau stres dan sejumlah respons
secara visual, audiotory dan tactil. Sinyal darurat lainnya (Sholeh, 2006).
visual ditangkap oleh reseptor nervus opticus Sementara itu, neokorteks prefrontal
(N.II) pada mata, auditory ditangkap oleh N. kiri mengendalikan prefrontal kanan, dimana
vestibulocochlearis (N.VIII) pada telinga, perasaan cemas, depresi dan agresif
dan sinyal tactil ditangkap oleh “corpus bersarang, agar menerima rangsangan
pacini” pada subkutan/otot/fascia (Potter & penyakit hipertensi itu dengan analisis
Perry, 2005; Dharmojono, 2009). Sinyal respons kesabaran, keikhlasan, persepsi
tersebut berjalan melewati medulla spinalis positif dan normal. Jika kedua neokorteks
dan medulla oblongata menuju thalamus, kiri-kanan sepakat bulat bahwa rangsangan
kemudian melewati sinaps tunggal menuju ke itu diterima dengan suatu keikhlasan,
amigdala. Sinyal kedua dari thalamus kepastian keputusan itu dikirim ke
disalurkan ke neokorteks otak untuk berfikir, hipokampus untuk dicocokkan apakah pesan
dianalisis dan kemudian ditentukan makna keikhlasan dalam menerima cobaan penyakit
dan respon emosional. Percabangan ini hipertensi itu pernah tersimpan dalam
memungkinkan amigdala mulai memberi memori hipokampus. Jika ragu-ragu,
respons sebelum neokorteks merespon dan rangsangan itu berpindah-pindah dari
mengolah informasi, sebelum otak amigdala, hipokampus dan korteks sampai
sepenuhnya memahami dan pada akhirnya akhirnya mencapai kepastian (Sholeh, 2006).
memulai respons yang telah diolah lebih Salah satu faktor utama yang
dahulu. Inilah yang menyebabkan individu menentukan apakah suatu rangsangan atau
lebih menonjol emosionalnya daripada kondisi yang tidak menyenangkan dapat
rasionalnya (Sholeh, 2006). menimbulkan stress atau tidak, sangat
Kontribusi iman terhadap korteks dipengaruhi oleh beberapa kemampuan
amigdala pada intervensi keperawatan SEFT individu dalam mengendalikan kondisi
Islami terjadi ketika melakukan ucapan doa tersebut. Jika seseorang dapat menghayati
kepasrahan, sugesti diri dan self hypnosis makna ucapan doa yang terdapat pada set-up,
yang memberikan sinyal berupa muatan nilai tune-in dan tapping, orang tersebut
yang dapat dijadikan pijakan bagi neokorteks dimungkinkan dapat mengendalikan kondisi
dalam mengendalikan amigdala-hipokampus. yang dihadapi, terutama menghadapi cobaan
Ini dilakukan untuk melawan distorsi kognitif penyakit hipertensi dengan keikhlasan.
yang dimiliki penderita sehingga Sebaliknya, bila seseorang mengucap doa
terbentuklah keikhlasan dan amigdala hanya di bibir saja, sebatas pada tataran
memberikan respons terhadap rangsangan ritualitas belaka bukan penghayatan spiritual,
(stimulus) dengan respon normal, persepsi maka orang tersebut tidak akan mencapai
yang positif, bukan respons darurat dan keikhlasan dan persepsi yang positif sehingga
negatif (Sholeh, 2006). tidak mampu mengendalikan kondisi yang
Hipokampus dalam hal ini juga menimbulkan stress (Sholeh, 2006).
berperan dalam pembentukan persepsi positif. Secara empiris, terdapat lima prinsip
Hipokampus adalah tempat bagi ingatan dan keberhasilan penerapan keperawatan SEFT
penyimpanan berbagai pesan, termasuk Islami, antara lain yakin terhadap kekuasaan
pesan keagamaan, seperti pesan harus sabar Allah Swt; khusyuk (hati dan pikiran kita
bila tertimpa musibah/sakit, segala sesuatu hadir saat berdoa); ikhlas atau ridho
itu tidak lepas dari kehendak Allah Swt, dan menerima rasa sakit kita (baik fisik maupun
kehendak Allah Swt adalah keputusan terbaik. emosi) dengan sepenuh hati dan tanpa
Maka, hipokampus sesuai dengan fungsinya, mengeluh/complain; pasrah (menyerahkan
memberikan makna musibah sakit tersebut apa yang terjadi nanti kepada Allah Swt); dan
dengan makna yang normal dan positif. Jika syukur (meskipun tertimpa musibah/cobaan
hipokampus tidak pernah menyimpan pesan tapi masih banyak hal lain yang patut
keagamaan, bisa jadi rangsangan tersebut disyukuri). Kelima hal tersebut apabila

SURYA 7 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

tidak/kurang diterapkan dalam keperawatan keperawatan SEFT Islami disini hanya


SEFT Islami, akan menjadi hambatan diberikan satu kali dua dengan putaran saja.
spiritual tersendiri dan hasil yang diharapkan Kurang efektifnya intervensi ini juga
menjadi kurang efektif (Zainuddin, 2005). dimungkinkan karena hambatan spiritual
Berdasar penjelasan diatas, dapat penderita, seperti kurang yakin, kurang
disimpulkan bahwa pada dasarnya khusyuk, kurang ikhlas, kurang pasrah dan
keperawatan SEFT Islami dapat kurang syukur. Penderita hipertensi tersebut
mengefektifkan coping. Coping mechanism mungkin menolak atas sugesti diri yang
adalah suatu mekanisme untuk mengatasi terdapat pada SEFT Islami atau merasa
perubahan yang dihadapi atau beban yang nyaman dengan kondisinya saat ini sehingga
diterima. Lipowski membagi coping dalam tidak mau berubah.
dua bentuk yaitu coping style dan coping
strategy. Sifat dasar coping style adalah 2. Perbedaan tekanan darah systole dan
mengurangi makna suatu konsep yang diastole penderita hipertensi usia 45-59
dianutnya, seperti pengingkaran atau distorsi tahun di RSUD dr. Soegiri Lamongan
kognitif sampai pada tingkatan yang ringan Terdapat perbedaan bermakna rerata
terhadap suatu keadaan (Sholeh, 2006). tekanan darah systole dan diastole antara
Coping style yang terdapat pada keperawatan kelompok kontrol dan perlakuan. Setelah
SEFT Islami teraplikasi dalam cognitive dilakuan uji paired t-test, didapatkan hasil
therapy, self hypnosis dan sugesti diri yang yang signifikan baik pada tekanan darah
terkandung dalam langkah set-up, tune-in dan systole dan diastole, yang artinya ada
tapping. Sedangkan coping strategy perbedaan tekanan darah systole dan diastole
merupakan coping yang digunakan individu antara kelompok kontrol dan perlakuan.
secara sadar dan terarah mulai dari mengenal, Meskipun tidak terbukti bahwa
mempelajari dan mengatasi sakit atau intervensi keperawatan SEFT islami dapat
stressor yang dihadapinya. Dalam langkah mempengaruhi perubahan persepsi, namun
tune-in, penderita diajak untuk mengenal dan tetap terbukti terjadi penurunan tekanan
mempelajari sakitnya, kemudian diatasi darah systole dan diastole. Hal ini
dengan melakukan tapping pada 9 titik tubuh. dikarenakan adanya pengaruh tapping
Terbentuknya mekanisme coping bisa melalui jalur humoral yaitu dengan
diperoleh melalui proses belajar dalam mempengaruhi perubahan neurohormonal
pengertian yang luas dan relaksasi. Apabila (Dharmojono, 2009). Hormon yang
individu mempunyai mekanisme coping yang mengalami perubahan adalah katekolamin
efektif dalam menghadapi stressor, stressor dengan kadar rendah yang tidak
tidak akan menimbulkan stress yang menyebabkan vasokonstriksi sistemik dan
berakibat kesakitan/penyakit, tetapi kardiak inotropik, sehingga tekanan darah
sebaliknya, stressor justru menjadi menjadi dan denyut jantung stabil (Dharmojono,
stimulan yang mendatangkan wellness. 2009).
Kemampuan coping mechanism setiap orang Apabila intervensi keperawatan
tergantung dari temperamen individu, SEFT Islami dilakukan dengan benar dan
persepsi serta kognisi terhadap stressor yang berulang, maka proses perubahan tekanan
diterima (Sholeh, 2006). darah melalui jalur PNI. Stimulus yang
Jadi, tidak adanya perbedaan diberikan dapat memblok sinyal stres dan
persepsi akibat intervensi keperawatan SEFT digantikan dengan sinyal yang positif. Impuls
Islami dikarenakan aplikasinya yang sebatas positif tersebut akan berjalan menuju
pada tataran ritualitas belaka, bukan Talamus kemudian berespon melepaskan
penghayatan spiritual. Perubahan persepsi CRF dari hipotalamus, selanjutnya terjadi
menuju positif akibat intervensi keperawatan respon lewat aksis SAM (Simpathetic
SEFT Islami sangat mungkin terjadi namun Adrenal Medullary). Respons lewat aksis
memang tidak mudah dan membutuhkan SAM akan melepas katekolamin berkadar
waktu pembelajaran, sedangkan intervensi rendah dan tidak bersifat darurat Selanjutnya

SURYA 8 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

katekolamin masuk ke dalam sirkulasi darah nadi, respirasi dan EKG untuk memastikan
mengalir ke seluruh tubuh. Katekolamin tidak terjadi kondisi yang serius.
dengan kadar rendah tidak menyebabkan
vasokonstriksi sistemik dan kardiak 3. Kaitan Keperawatan SEFT Islami
inotropik, sehingga tekanan darah dan denyut dalam Asuhan Keperawatan Spiritual
jantung stabil (Nursalam, 2008). Selain itu, Dalam keperawatan spiritual,
katekolamin akan mempengaruhi fungsi terdapat empat tahap proses keperawatan
membran sel sehingga fungsinya terganggu. yang telah lazim diterapkan, yaitu :
Kalsium intrasel akan meningkat yang 1. Pengkajian, penggalian tentang status
mengakibatkan kontraksi otot polos. Juga spiritual individu dan identifikasi
mengakibatkan peningkatan kadar Na+/H+ di kebutuhan dan diagnosa spesifik
ekstrasel sehingga terjadi peningkatan pH 2. Perencanaan
yang mengakibatkan hipertrofi vaskular. 3. Intervensi dan implementasi
Kedua hal ini menyebabkan tahanan perifer 4. Evaluasi
meningkat dan timbulah hipertensi. Namun Berikut akan dijabarkan keempat
bila kadar katekolamin rendah, hal tersebut langkah dalam keperawatan spiritual
tidak akan terjadi (E. Susalit dalam Slamet tersebut:
Suyono, 2004). 1. Pengkajian
Sinyal positif yang masuk ke Seorang perawat dalam melakukan
hipotalamus tidak akan merangsang pengkajian perlu sampai pada pengkajian
pengeluaran kortisol, aldosteron dan ADH. spiritual dan persepsi tentang penyakit
Kortisol menyebabkan peningkatan yang diderita. Pengkajian spiritual itu
glukoneogenesis, katabolisme protein dan penting karena spiritualitas seseorang
lemak sehingga kadar gula darah dan akan turut mempengaruhi status
viskositas darah meningkat. Hal tersebut kesehatannya, juga dapat memberikan
menyebabkan kontraktilitas jantung informasi tentang daya mekanisme
meningkat. Sedangkan aldosteron dan ADH coping pasien, untuk mengetahui adanya
menimbulkan peningkatan reabsorbsi air dan disstres spiritual dalam menghadapi
Na sehingga volume cairan meningkat. penyakit yang diderita, dan untuk
Ketiga hal tersebut dapat mencetuskan memahami pasien secara holistik
peningkatan tekanan darah. Sinyal positif sehingga dapat memenuhi kebutuhannya
juga masuk lewat sistem syaraf simpatis dan secara holistik pula.
medula adrenal namun tidak menimbulkan Model pengkajian spiritual bisa
peningkatan produksi epinefrin dan bermacam-macam, antara lain :
norepinefrin. Keduanya mampu 1) Model Rogers yang terdiri dari
meningkatkan kontraktilitas dan frekuensi sembilan domain yaitu dimensi
jantung penyebab hipertensi (Patricia A transedental, makna dan tujuan
Potter, 2005). hidup, misi dalam hidup, kesucian
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hidup, nilai material, altruism,
bahwa keperawatan SEFT Islami idealism, kesadaran akan derita dan
berpengaruh terhadap perubahan tekanan spiritualitas bermakna
darah, meskipun tanpa melalui perubahan 2) Howden’s Spirituality Assessment
persepsi terlebih dahulu. Namun penurunan Scale; berisi 28 item pertanyaan
tekanan darah systole yang cukup drastis (Dossey,2000). Empat area spesifik
dalam waktu singkat (rerata 25 mmHg yang terkandung didalamnya yaitu
bahkan yang tertinggi menurun 40 mmHg), makna dan tujuan hidup; kelebihan
membutuhkan perhatian dan pertimbangan dan kekurangan diri; hubungan
serius karena dapat menimbulkan hipotensi dengan diri, orang lain dan
dan mengganggu pembuluh darah. Perlu lingkungan; transedental.
dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti 3) The FICA Model (Girardin, 2000)

SURYA 9 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Model ini terdiri dari empat area, (4) Memilih untuk tidak melakukan
yaitu keyakinan dan kepercayaan; ritual keagamaan yang biasa
pentingnya keyakinan dan dilakukan
kepercayaan tersebut; komunitas (5) Mempunyai perasaan ambivalen
spiritual; pelayanan yang (ragu) mengenai keyakinan
diharapkan. (6) Mengekspresikan bahwa dia tidak
4) JAREL Spiritual Well-being Scale; penya alas an untuk hidup
berisi 21 pernyataan yang dijawab (7) Merasakan perasaan kekosongan
berdasarkan skala mulai “sangat spiritual
setuju” sampai dengan “sangat tidak (8) Mengekspresikan perhatian, marah,
setuju” (Burkhadrt,2002). dendam, ketakutan, penderitaan dan
5) Spiritual Assessment Tool; model kematian
yang interaktif dan terdiri dari aspek (9) Meminta bantuan spiritual terhadap
makna dan tujuan hidup; kekuatan suatu gangguan dalam sistem
diri dan hubungan sesama (Dossey, keyakinan.
2002) (Tawi, 2008)
6) Qualitative Assessment Tools; 2. Kesejahteraan Spritual, potensial terhadap
instrument ini berupa pertanyaan perbaikan
terbuka atau cerita tentang 1) Definisi
spiritualitas pasien. Keberadaan individu yang mengalami
Pada penelitian ini lebih mengarah penguatan kehidupan dalam berhubungan
pada pengkajian spiritual menggunakan dengan kekuasaan yang lebih tinggi (setinggi
sembilan domain spiritual Rogers. yang ditetapkan individu), diri, komunitas
Pengkajian mengenai persepsi penerimaan dan lingkuingan yang memelihara dan
diri perlu pula dilakukan, dimana terdiri dari merayakan kesatuan (Tawi, 2008).
aspek ketabahan hati, harapan sembuh dan 2) Batasan Karakteristik (Tawi, 2008)
pandai mengambil hikmah atas penyakit (1) Kekuatan dari dalam diri yang
hipertensi yang diderita. memelihara : rasa kesadaran;
Menurut Carpenito (1999), ada 3 hubungan saling percaya; kekuatan
diagnosa keperawatan yang termasuk dalam yang menyatu; sumber yang sakral;
lingkup nilai/kepercayaan/spiritual, yaitu : kedamaian dari dalam diri.
1. Distres Spiritual (aktual/resiko) (2) Motifasi yang tidak ada batasannya
1) Definisi dan komitmen yang diarahkan pada
Keadaan dimana individu atau nilai tertinggi dari cinta, makna,
kelompok mengalami atau berisiko harapan, keindahan dan kebenaran.
mengalami gangguan dalam sistem (3) Hubungan saling percaya dengan
keyakinan atau nilai yang memberi kekuatan, atau hubungan yang sangat
harapan, dan arti kehidupan seseorang (Tawi, memberikan dasar untuk makna dan
2008). harapan dalam pengalaman
2) Batasan Karakteristik kehidupan dan kasih sayang dalam
Mayor : Mengalami suatu gangguan dalam hubungan seseorang.
sistem keyakinan (4) Mempunyai makna dan tujuan
Minor (mungkin terdapat): terhadap eksistensi seseorang.
(1) Mempertanyakan makna kehidupan, 2. Perencanaan
kematian dan penderitaan 1). Distres Spiritual
(2) Mempertanyakan kredibilitas Kriteria hasil, individu akan :
terhadap sistem keyakinan (1) Melanjutkan latihan spiritual
(3) Mendemonstrasikan keputusasaan yang tidak mengganggu
atau ketidak beranian kesehatan
(2) Mengekspresiakan pengurangan
perasaan bersalah dan ansietas

SURYA 10 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

(3) Mengekspresikan kepuasan Islami. Selain itu, penderita dianjurkan


dengan kondisi spiritual. untuk melanjutkan praktek latihan
2). Resiko distres Spiritual spiritual (keperawatan SEFT Islami)
Kriteri hasil, individu akan : selama tidak mengganggu kesehatan dan
(1) Melanjutkan praktek ritual dengan pelatihan terlebih dahulu, serta
spiritual yang bermanfaat penderita mengekspresikan kepuasan
(2) Mengekspresikan peningkatan spiritual dan mampu mengendalikan
kenyamanan setelah bantuan emosi .
3). Kesejahteraan Spritual, potensial
terhadap perbaikan KESIMPULAN DAN SARAN. …
Kriteria hasil, individu akan: 1. Kesimpulan
(1) Mempertahankan hubungan 1) Persepsi penerimaan diri pada penderita
yang sebelumnya dengan hipertensi usia 45-59 tahun yang
keberadaan dirinya yang lebih mendapat dan tidak mendapat
tinggi. keperawatan SEFT Islami tidak
(2) Terus melaksanakan spiritual menunjukkan perbedaan
yang tidak mengakibatkan 2) Tekanan darah systole dan diastole pada
sesuatu yang buruk terhadap penderita hipertensi usia 45-59 tahun
kesehatan yang mendapat keperawatan SEFT
(3) Mengekspresikan Islami menunjukkan perbedaan
keharmonisan spiritual dan bermakna
kesatuan yang berkelanjutan 3) Keperawatan SEFT Islami mampu
3. Intervensi dan implementasi mempengaruhi penurunan tekanan darah
Intervensi yang direkomendasikan pada systole dan diastole tanpa merubah
penelitian ini adalah keperawatan SEFT persepsi pada penderita hipertensi usia
Islami, yang terdiri dari aspek biologi 45-59 tahun di RSUD dr. Soegiri
dalam langkah tapping, dan aspek Lamongan
spiritual yang teraplikasi dalam langkah
set-up dan tune-in. Intervensi ini 2. Saran
merupakan salah satu bentuk caring Keperawatan SEFT Islami dapat
berupa latihan spiritual Islami dengan dijadikan alternatif intervensi non
menghayati ucapan doa kepasrahan, self farmakologis untuk menurunkan tekanan
hypnosis dan sugesti diri sehingga dapat darah dan bisa diterapkan oleh perawat baik
mengurangi perasaan bersalah dan cemas di rumah sakit ataupun di komunitas asalkan
akan penyakit hipertensi dan bila dengan pemeriksaan dan pengawasan medis.
dilakukan secara berkala mampu menjadi Penerapan keperawatan SEFT Islami
latihan pengendalian emosi bagi hendaknya dilakukan secara berkala untuk
penderita. Selain itu, proses tapping pada dapat merubah persepsi menjadi positif,
9 titik tubuh juga mampu hampir sama seperti latihan pengendalian
menyeimbangkan energi tubuh dan emosi. Selain itu, penderita hipertensi juga
menghasilkan perubahan hormonal yaitu bisa dimandirikan dengan pembelajaran dan
katekolamin berkadar rendah. Sebagai penerapan keperawatan SEFT Islami untuk
catatan, implementasi keperawatan SEFT diri sendiri. Perlu pula dilakukan penelitian
Islami hanya diperuntukkan pada lebih lanjut tentang efek SEFT terhadap
penderita hipertensi derajat ringan neurohormonal seseorang sehingga
sampai sedang saja dengan pemeriksaan memperkuat penjelasan ilmiah sampai tahap
dan pengawasan medis. biomolekuler.
4. Evaluasi
Hasilnya adalah terjadi penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi
setelah diberikan keperawatan SEFT

SURYA 11 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

. . .DAFTAR PUSTAKA . . . Advances in Nursing Science Vol. 31,


No. 1, pp. E52–E73
Afandi, (2008). Pemikiran Ketuhanan Al-
Kindi. http://digilib.uin- Fisher, John. Brumley, David. (2008).
suka.ac.id/gdl.php?mod=browse&op Nurses’ and carers’ spiritual
=read&id=digilib-uinsuka--afandi- wellbeing in the workplace.
713. Diakses tanggal 5 Maret 2011 Australian Journal Of Advanced
Nursing. Volume 25 Number 4
Akbar, (2011). Al Ghazali Sang Hujjatul
Islam. . Fryback, et all. Spirituality and People with
http://masmoi.wordpress.com/2010/06/ Potentially Fatal Diagnoses. Nursing
15/al-ghazali-sang-hujjatul-islam/. Forum Journal. Volume 34, No. 1,
Diakses 5 Maret 2011 January-March, 2001.

Applegate WB (2002). High blood pressure Govier I (2000) Spiritual care in nursing: a
treatment in the elderly. Clinics in systematic approach. Nursing
Geriatric Medicine, 8: 103-117. Standard. 14, 17, 32-36.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Grosvenor, Dorothy. (2000). Teaching


Penelitian, Suatu Pendekatan Teknik Spiritual Care To Nurses. Scottish
(Edisi revisi VI). PT. Asdi Journal of Healthcare Chaplaincy
Mahasatya : Jakarta. Vol. 3. No. 2

Ariyanto, M. Darojat. (2006). Psikoterapi Guibert R, Franco ED (2001). Choosing a


Dengan Doa. SUHUF, Vol. XVIII, definition of hypertension: impact on
No. 01/Mei 2006: 3 – 26 epidemiological estimates. J
Hypertens.14:1275–1280
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S, (1997).
Family health Nursing: The Process. Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi :
Philiphines: UP College on Nursing Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta,
Diliman Penerbit Kanisius

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar : Henderson, V. (2006). The concepts of
Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, nursing. Journal of advance nursing,
Jakarta, EGC. 53, (1), 25-31.

Carol A, Miller. 2001. Nursing Care Of Hotz, Robert Lee. (2002). Brain Region May
Older Adult. Lippincott : Philadelphia Linked to Region. The Setle Times Company.

Clerah G. Mathonsi. (2008). Stress, Coping, Jalaluddin Rahmat. 2001. Psikologi


and Spiritual Wellbeing of a Sample Kumunikasi. PT Rosdakarya. Bandung
of Nurses. School of Psychology,
University of KwaZulu-Natal Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment
Dharmojono. (2009). Teknik Hebat of High Blood Pressure. The seventh
Penyembuhan dengan Akupuntur report of the Joint National Committee
dan Moksibasi. Yogyakarta : Media on Prevention, Detection, Evaluation,
Pressindo. and Treatment of High Blood Pressure.
Arch Intern Med. 2007;157:2413–2446
Doosey, Barbara Montgomery. (2008).
Theory of Integral Nursing.

SURYA 12 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Kinney, Carolyn K, Rodgers, Denise M, Sholeh M. (2000). Disertasi: Pengaruh


Nash, Kathleen A, Bray Christell O. Sholat Tahajjud terhadap Peningkatan
2003. Holistic Healing for Women with Respon ketahanan Tubuh Imunologik,
Breast Cancer through a Mind, Body Suatu Pendekatan
and Spirit Self Environment Program. Psikoneuroimunologi. Surabaya.
Journal of Holistic Nursing. Vol 21 :
260 Sholeh M. (2008). Pelatihan Shalat Tahajud:
Solusi Praktis Menyembuhkan
Koren, Mary Elaine, et.al. 2009. Nurses Berbagai penyakit. Penerbit Hikmah:
Work Environment and Spirituality : Jakarta Selatan.
A descriptive study. International
Journal of Caring Sciences. Vol 2 Sholeh M. (2006). Terapi Salat Tahajjud:
Issues 3. Menyembuhkan berbagai Penyakit.
Cetakan XXI. November 2006. Mizan
Makhija (2002). Spiritual nursing. Nursing media Utama: Bandung
journal of India. (June, 2002).
Sholichatun, Yulia. (2005). Membingkai
Muhalla. (2011). Dzikir Meningkatkan Spiritualitas Hanya Dengan Islam.
Kekebalan Tubuh. Suhuf, Vol. XVII, No. 01/Mei 2005:
http://www.prodikeperawatansmh.co.c 36-49
c/2011/01/dzikir-meningkatkan-
kekebalan-tubuh.html. Diakses 5 Maret Silbernagl S dan Lang F (2000). Color Atlas
2011. of Pathophysiology. Thieme, New
York, 210-212.
Neaton JD, Wentworth D (2002). Serum
cholesterol, blood pressure, cigarette Smith, Amy Rex. (2006). Using the Synergy
smoking, and death from coronary Model to Provide Spiritual Nursing
heart disease. Overall findings and Care in Critical Care Settings.
differences by age for 316,099 white Critical Care Nurse Vol 26, No. 4
men. Arch Intern Med;152:56-64
Smith, Dorothy Woods. 2009. Theory of
Nursalam. (2009). Model Holistik berdasar Spirytuality : with Rogers Model.
Teori adaptasi (Roy dan PNI) University of Southern Maine School
sebagai Upaya Modulasi Respon of Nursing
Imun (Aplikasi pada Pasien HIV dan
AIDS). Makalah pada seminar Tawi, Mirzal. (2008). Disstres spiritual.
Nasional Keperawatan, 16 Mei 2009. http://syehaceh.wordpress.com/2008/
05/13/distress-spiritual/. Diakses
Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar tanggal 10 Juli 2011.
Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC Taylor, Lilis & LeMone. (2002).
Fundamentals of nursing: The art and
Santrok, John W. 2002. Life Span science of nursing care. (3rd Ed.).
Development: Perkembangan Masa Philadelphia: Lippincott.
Hidup, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga Trenkwalder P, Ruland D, Stender M,
Gebhard J, Trenkwalder C, Lydtin H,
Shirley, M. H. H. (1996). Family Health Hense HW (2004). Prevalence,
Care Nursing : Theory, Practice, and awareness, treatment and control of
Research. Philadelphia : F. A Davis hypertension in a population over the
Company age of 65 years: results from the

SURYA 13 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Keperawatan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Islami
Terhadp Tekanan Darah Penderita Hipertensi

Starnberg Study on Epidemiology of


Parkinsonism and Hypertension in Wright, Michael. (2004). Hospice care and
the Elderly (STEPHY). J models of spirituality. European
Hypertens.;12:709–716 Journal Of Palliative Care vol 11(2).

Wandi, (2008), Al Kindi Filosof Islam Yusriandi. (2009). Pemikiran Al Ghazali


Pertama. tentang Al Qur’an, tafsir, takwil.
http://mentoringku.wordpress.com/2 http://suakakata.blogspot.com/2009/07/
008/09/24/al-kindi-filosof-islam- pemikiran-al-ghazali-tentang-al-
pertama/. Diakses tanggal 5 Maret quran.html. Diakses 5 Maret 2011.
2011
Zainudin, Ahmad Faiz. (2005). SEFT for
Wiriatmadja, Maman S. (2010). Mengenal Healing + Success, Happiness +
Dzat Allah. Greatness. Jakarta : Afzan Publishing
Http://ferrydjajaprana.multiply.com.
Diakses 28 Maret 2011

SURYA 14 Vol.02, No.XII, Agus 2012


PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP KESIAPAN PASIEN POST
OPERASI MENGHADAPI PEMULANGAN DI RUANG BOUGENVILLE
RSUD dr. SOEGIRI LAMONGAN

Mubtadi Faisol*, M. Bakri PDA**, Suratmi***

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….


Kesiapan pasien menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen,
dan motivasi pasien pasca bedah untuk melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta
dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain. Survei awal di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan pada 5 responden menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mengatakan belum siap
dipulangkan atau belum siap menghadapi pemulangan. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi
pengaruh discharge planning terhadap kesiapan pasien post operasi menghadapi pemulangan di
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
Desain penelitian menggunakan desain pra eskperimental (one group pre and post test
design), populasi yaitu seluruh pasien post operasi di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011. Metode sampling menggunakan Simple Random Sampling.
Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sebelum dilakukan
discharge planning sebagian besar pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak 70%
dan sebagian kecil pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 4 sebanyak 6%. Sedangkan
setelah dilakukan discharge planning hampir seluruh pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan
4 sebanyak 87% dan sebagian kecil pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak 13%.
Dari uji yang dilakukan maka didapatkan nilai Z = -5.807 dan p = 0,000 dimana p < 0,05 artinya
ada pengaruh discharge planning terhadap kesiapan pasien post operasi menghadapi pemulangan
di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh discharge planning terhadap
kesiapan pasien post operasi menghadapi pemulangan di ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
Lamongan. Melihat hasil penelitian ini maka discharge planning terhadap pasien post operasi perlu
dilakukan oleh perawat di ruangan.

Kata kunci : Discharge Planning, Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan

PENDAHULUAN. …… . … …. keinginan. Kemampuan merupakan


Tindakan operasi atau pembedahan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
merupakan pengalaman yang sulit bagi yang dimiliki seorang ataupun kelompok
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan untuk melakukan kegiatan atau tugas
buruk yang akan membahayakan bagi pasien tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan
bisa saja terjadi sehingga diperlukan peran dengan keyakinan, komitmen, dan motivasi
penting perawat dalam setiap tindakan untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan
pembedahan dengan melakukan intervensi tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi dari
keperawatan yang tepat untuk kemampuan dan keinginan.
mempersiapkan pasien baik secara fisik Martinsusilo (2007) membagi tingkat
maupun psikis (Rondhianto,2008). kesiapan berdasarkan kuantitas keinginan dan
Kesiapan pasien dalam menghadapi kemampuan bervariasi dari sangat tinggi
pemulangan sangat mempengaruhi terjadinya hingga sangat rendah, antara lain tingkat
infeksi atau komplikasi post operasi. Menurut kesiapan 1 artinya bahwa pasien tidak
Martinsusilo (2007) ada dua komponen mampu dan tidak ingin atau tidak mampu
utama dari kesiapan yaitu kemampuan dan dan ragu untuk menghadapi pemulangan,

SURYA 15 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan

tingkat kesiapan 2 artinya bahwa pasien tidak METODE PENELITIAN.… … .…


mampu tetapi berkeinginan atau tidak Desain penelitian dalam penelitian
mampu tetapi percaya diri menghadapi ini adalah desain pra eskperimental (one
pemulangan, tingkat kesiapan 3 artinya group pre and post test design) yaitu
bahwa pasien mampu tetapi ragu atau mampu penelitian eksperimen yang hanya
tetapi tidak ingin melakukan kegiatan yang menggunakan kelompok studi tanpa
diajarkan setelah pasien berada di rumah, dan menggunakan kelompok kontrol. Seluruh
tingkat kesiapan 4 artinya bahwa pasien pasien post operasi di ruang bougenville
mampu dan ingin atau mampu dan yakin RSUD dr. Soegiri Kab. Lamongan sebanyak
melakukan kegiatan yang diajarkan setelah 52 responden. Serta variabel independent
pasien berada di rumah. Kebanyakan pasien discharge planning sedangkan variabel
memiliki tingkat kesiapan rendah dalam dependent kesiapan pasien post operasi
menghadapi pemulangan. Hal ini menghadapi pemulangan. Pengumpulan data
memungkinkan terjadinya infeksi atau dengan menggunakan lembar kuesioner serta
komplikasi post operasi. Oleh karena itu, pengolahan data meliputi editing, coding,
perlu diberikan informasi kepada pasien agar scoring, tabulating dan diuji dengan
mampu mengenali tanda bahaya untuk menggunakan uji sign rank test (wilcoxon).
dilaporkan kepada tenaga medis
(Rondhianto,2008). HASIL .PENELITIAN …
Hasil penelitian yang dilakukan oleh 1. Data Umum
Williams (2006) bahwa mayoritas pasien 1) Karakteristik Responden
yang menerima informasi tentang nyeri, (1) Distribusi Responden berdasarkan
manajemen luka, aktivitas, nutrisi, dan Jenis Kelamin
komplikasi pada umumnya merasakan bahwa Tabel 1 distribusi pasien post operasi
tidak mengalami perasaan khawatir yang berdasarkan jenis kelamin di ruang
membuat mereka melakukan kunjungan rutin Bougenville RSUD dr. Soegiri
ke fasilitas kesehatan setelah dipulangkan. Lamongan bulan Maret-Mei 2011.
Sedangkan pasien yang tidak mendapat N Jenis Frekuensi Prosentase
informasi tentang nyeri dan manajemen luka O Kelamin (%)
mengalami kekhawatiran yang memaksa 1 Laki – laki 25 54
mereka untuk melakukan kunjungan tidak 2 Perempuan 21 46
rutin kepada suatu fasilitas kesehatan setelah Jumlah 46 100,0
dipulangkan.
Kesuksesan tindakan discharge Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
planning menjamin pasien mampu bahwa sebagian besar jenis kelamin pasien
melakukan tindakan perawatan lanjutan yang adalah laki – laki sebanyak 25 pasien atau
aman dan realistis setelah meninggalkan 54% dan hampir sebagian perempuan
rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & sebanyak 21 pasien atau 46%.
Potter, 2005).
Mengingat pentingnya dilakukan (2) Distribusi Responden berdasarkan
discharge planning terhadap pasien post Usia
operasi, peneliti merasa tertarik untuk Tabel 2 distribusi pasien post operasi
menyelidiki bagaimana pengaruh discharge berdasarkan usia di ruang Bougenville
planning terhadap kesiapan pasien RSUD dr. Soegiri Lamongan bulan
menghadapi pemulangan. Secara khusus Maret-Mei 2011.
dalam hal ini peneliti ingin meneliti pengaruh No Usia Frekuensi Prosentase
discharge planning terhadap kesiapan pasien (th) (%)
post operasi menghadapi pemulangan di 1. 18-30 13 28
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri 2. 31-40 9 20
Lamongan. 3. 41-50 24 52
. Jumlah 46 100

SURYA 16 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan

(5) Distribusi Responden berdasarkan


Berdasarkan tabel 2 menunjukkan Pendidikan Terakhir
bahwa sebagian besar pasien post operasi Tabel 5 distribusi pasien post operasi
berada pada rentan usia 41-50 tahun berdasarkan pendidikan terakhir di
sebanyak 24 pasien atau 52% dan sebagian ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri
pasien post operasi berada pada rentan usia Lamongan bulan Maret-Mei 2011.
31-40 tahun sebanyak 9 pasien atau 20% No Pendidikan Frekuensi Prosentase
Terakhir (%)
(3) Distribusi Responden berdasarkan 1. SD 26 56,5
Status Pernikahan 2. SMP 11 24
Tabel 3 distribusi pasien post operasi 3. SMA 9 19,5
berdasarkan status pernikahan di Jumlah 46 100
ruang BougenvilleRSUD dr. Soegiri
Lamongan bulan Maret-Mei 2011. Berdasarkan tabel 5 menunjukkan
No Status Frekuensi Prosentase bahwa sebagian besar pasien post operasi
Pernikahan (%) berpendidikan terakhir SD sebanyak 26
1. Menikah 39 85 pasien atau 56,5% dan sebagian kecil pasien
2. Belum 7 15 post operasi berpendidikan terakhir SMA
Menikah sebanyak 9 pasien atau 19,5%.
Jumlah 46 100
(6) Distribusi Responden berdasarkan
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan Pekerjaan
bahwa hampir seluruh pasien post operasi Tabel 6 distribusi pasien post operasi
berstatus menikah sebanyak 39 pasien atau berdasarkan pekerjaan di ruang
85% dan sebagian kecil belum menikah Bougenville RSUD dr. Soegiri
sebanyak 7 pasien 15%. Lamongan bulan Maret-Mei 2011
No Pekerjaan Frekuensi Prosentase
(4) Distribusi Responden berdasarkan (%)
Suku Bangsa 1. Petani 21 46
Tabel 4 distribusi pasien post operasi 2. Ibu Rumah 12 26
berdasarkan suku bangsa di ruang 3. Tangga 6 13
Bougenville RSUD dr. Soegiri 4. Pedagang 7 15
Lamongan bulan Maret-Mei 2011. Lain-lain
No Suku Frekuensi Prosentase Jumlah 46 100
Bangsa (%)
1. Jawa 45 98 Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
2. Madura 1 2 bahwa hampir sebagian pasien post operasi
Jumlah 46 100 berpekerjaan sebagai petani sebanyak 21
pasien atau 46% dan sebagian kecil pasien
Dari Berdasarkan tabel 4 menunjukkan post operasi berpekerjaan sebagai pedagang
bahwa hampir seluruh pasien post operasi sebanyak 6 pasien atau 13%.
bersuku Jawa sebanyak 45 pasien atau 98%
dan sebagian kecil bersuku Madura sebanyak
1 pasien atau 2%.

SURYA 17 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan

2. Data Khusus Responden PEMBAHASAN .… .…


1) Tingkat Kesiapan Pasien Post Operasi 1. Tingkat Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan Pre Menghadapi Pemulangan Sebelum
Discharge Planning dan Post Discharge Dilakukan Discharge Planning
Planning Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
Tabel 7 Tingkat Kesiapan Pasien Post bahwa fakta sebelum dilakukan discharge
planning sebagian besar pasien post operasi
Operasi Menghadapi Pemulangan
memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak 70%. Pada
Pre Discharge Planning dan Post pembagian tingkat kesiapan menurut Martinsusilo
Discharge Planning Di Ruang (2007) yaitu tingkatan yang memiliki kemampuan
Bougenville RSUD dr. Soegiri untuk melaksanakan suatu tugas tetapi tidak yakin
Lamongan bulan Maret-Mei 2011. dan khawatir untuk melakukannya sendiri atau
No Tingkat Pre Post tingkatan yang memiliki kemampuan untuk
Kesiapan Discharge Discharge melakukan suatu tugas tetapi tidak ingin
Planning Planning menggunakan kemampuan tersebut.
Frekuensi Frekuensi Berdasarkan model konseptual Orem
(%) (%)
(2006) tentang sistem keperawatan, maka tingkat
1. Tingkat 0 0 (0) kesiapan pasien dalam penelitian ini sebelum
Kesiapan 1 dilakukan discharge planning termasuk kategori
2. Tingkat 11 (24) 0 (0) sistem kompensasi parsial dimana pasien
Kesiapan 2
memiliki beberapa kemampuan untuk melakukan
3. Tingkat 32 (70) 6 (13)
Kesiapan 3 perawatan diri tetapi tidak dapat mencapai
4. Tingkat 3 (6) 40 (87) perawatan mandiri jika tidak dibantu.
Kesiapan 4 Kemampuan yang sudah dimiliki responden
Jumlah 46 (100) 46 (100) dalam penelitian ini antara lain motivasi yang
tinggi untuk melakukan perawatan diri setelah
berada di rumah, baik dalam hal tindakan
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa pengobatan di rumah, tanda-tanda bahaya,
sebelum dilakukan discharge planning sebagian perawatan luka, aktivitas di rumah, diet di rumah,
besar pasien post operasi memiliki tingkat maupun dalam hal perawatan lanjutan.
kesiapan 3 sebanyak 32 pasien atau 70% dan Menurut Martinsusilo (2007), ada dua
sebagian kecil pasien post operasi memiliki komponen utama dari kesiapan yaitu kemampuan
tingkat kesiapan 4 sebanyak 3 pasien. Sedangkan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan,
setelah dilakukan discharge planning hampir pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki
seluruh pasien post operasi memiliki tingkat seorang ataupun kelompok untuk melakukan
kesiapan 4 sebanyak 40 pasien atau 87% dan kegiatan atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan
sebagian kecil pasien post operasi memiliki berkaitan dengan keyakinan, komitmen, dan
tingkat kesiapan 3 sebanyak 6 pasien atau 13%. motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan
tertentu. Kesiapan merupakan kombinasi dari
2) Pengaruh discharge planning terhadap kemampuan dan keinginan yang berbeda yang
kesiapan pasien post operasi menghadapi ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang
pemulangan di ruang Bougenville RSUD diberikan.
dr. Soegiri Lamongan. Berdasarkan hal di atas, maka dapat
Hasil analisis dengan uji sign rank test disimpulkan bahwa kesiapan pasien menghadapi
(wilcoxon) yang menggunakan program SPSS PC pemulangan adalah kemampuan yang mencakup
for Windows versi 16,0 tentang pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan serta
discharge planning terhadap kesiapan pasien post keinginan yang mencakup keyakinan, komitmen,
operasi menghadapi pemulangan di ruang dan motivasi pasien pasca bedah untuk
Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan dapat melakukan aktifitas atau kegiatan yang diajarkan
diketahui bahwa nilai Z = -5.807 dan p = 0,000 serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi lain.
dimana p < 0,05 maka H1 diterima artinya ada Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan
pengaruh discharge planning terhadap kesiapan apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-
pasien post operasi menghadapi pemulangan di tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta
ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan. perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden
Hospital, 2004).

SURYA 18 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
Tingkat kesiapan pasien dalam Faktor pendidikan keluarga mempengaruhi
menghadapi pemulangan dipengaruhi oleh dukungan keluarga sesuai teori Friedman (1998)
karakteristik demografi yang meliputi usia, dalam Akhmadi (2009) mengatakan bahwa
tingkat pendidikan dan pekerjaan. keluarga memberikan dukungan informasional
Tingkat pendidikan pasien mempengaruhi yang berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
tingkat kesiapan pasien dalam menghadapi diseminator (penyebar) informasi tentang dunia.
pemulangan. Dalam penelitian ini menunjukkan Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian
bahwa sebagian besar pasien post operasi informasi, saran atau umpan balik tentang situasi
berpendidikan terakhir SD sebanyak 56,5% dan kondisi individu yang dapat digunakan
.Menurut (Koentjoroningrat yang dikutip oleh mengungkapkan suatu masalah. Jenis informasi
Nursalam dan Siti Pariani, 2001) makin tinggi seperti ini dapat menolong individu untuk
pendidikan seseorang makin mudah menerima mengenali dan mengatasi masalah dengan mudah.
informasi, sehingga makin banyak pula Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan
pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya bila munculnya suatu stressor karena informasi yang
pendidikan yang kurang akan menghambat diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai- yang khusus pada individu.
nilai baru yang diperkenalkan. Sebaliknya jika Dengan pendidikan yang tinggi maka
seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan semakin berpengaruh terhadap informasi serta
menghambat perkembangan sikap seseorang cara penyampaian yang jelas. Dengan informasi
terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang jelas terhadap pasien dapat meningkatkan
yang baru diperkenalkan. kesadaran pasien bahwa pentingnya mengikuti
Kesiapan pasien dalam menghadapi program rehabilitasi medik dalam mencapai
pemulangan juga dipengaruhi oleh faktor pemulihan yang optimal dan meminimalkan
keluarga, terutama dalam hal dukungan. bahkan mencegah terjadinya komplikasi post
Sedangkan dukungan keluarga dipengaruhi oleh operasi. Dengan informasi yang jelas pula mampu
faktor sosial ekonomi. Dalam penelitian ini memberikan sugesti kepada pasien post operasi
menunjukkan bahwa hampir sebagian pasien post dalam meningkatkan kepercayaan diri karena
operasi berpekerjaan sebagai petani sebanyak pasien post operasi mengalami gangguan harga
46%. Akhmadi (2009) mengatakan bahwa faktor- diri rendah yang dapat mempengaruhi pemulihan
faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga secara optimal.
lainnya adalah kelas sosial ekonomi orangtua. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
pendapatan atau pekerjaan orang tua. Orang tua diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
dengan kelas sosial menengah keatas mempunyai maka orang tersebut akan semakin luas pula
tingkat dukungan yang lebih tinggi daripada pengetahuannya khususnya mengenai tindakan
orang tua dengan kelas sosial bawah. pengobatan di rumah, tanda-tanda bahaya,
Pekerjaan juga berpengaruh terhadap perawatan luka, aktivitas di rumah, diet di rumah,
dukungan keluarga, hal ini sesuai dengan teori maupun dalam hal perawatan lanjutan.
Friedman (1998) dalam Akhmadi (2009) Perlu ditekankan bahwa seseorang yang
mengatakan bahwa keluarga memberikan berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
dukungan instrumental yang merupakan sebuah berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
sumber pertolongan praktis dan konkrit. Bentuk pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari
dukungan ini merupakan penyediaan materi yang pendidikan formal dibangku sekolah, akan tetapi
dapat memberikan pertolongan langsung seperti juga dapat diperoleh pada pendididkan nonformal
pemberian uang, pemberian barang, makanan seperti penyuluhan maupun seminar kesehatan.
serta pelayanan. Bentuk ini dapat mengurangi
stres karena individu dapat langsung memecahkan 2. Tingkat Kesiapan Pasien Post Operasi
masalahnya yang berhubungan dengan materi. Menghadapi Pemulangan Setelah
Dukungan instrumental sangat diperlukan Dilakukan Discharge planning
terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap Setelah dilakukan discharge planning,
dapat dikontrol.. Keluarga seharusnya menjadi tingkat kesiapan responden menghadapi
motivator baik dalam psikologi maupun materi pemulangan mengalami peningkatan, dimana
dari pasien yang sedang melaksanakan program hampir seluruh pasien post operasi memiliki
rehabilitasi medik karena dukungan seperti ini tingkat kesiapan 4 sebanyak 87% dalam kategori
mampu membantu penyelesaian masalah yang tingkat kesiapan yang dirumuskan oleh
dihadapi pasien. Martinsusilo (2007) dalam menghadapi

SURYA 19 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
pemulangan yaitu mampu dan ingin dan yakin Jadi, semakin bertambahnya usia pasien
melakukan kegiatan yang diajarkan setelah berada maka semakin tinggi motivasi pasien untuk
di rumah. melakukan hal yang sudah diajarkan terutama
Berdasarkan model konseptual orem dalam hal perawatan diri setelah berada di rumah,
(2006) tentang sistem keperawatan, maka tingkat baik dalam hal tindakan pengobatan di rumah,
kesiapan pasien dalam penelitian ini setelah tanda-tanda bahaya, perawatan luka, aktivitas di
dilakukan discharge planning termasuk kategori rumah, diet di rumah, maupun dalam hal
sistem suportif-edukatif, yaitu pasien mampu perawatan lanjutan. Disamping itu pengalaman
melakukan atau belajar tentang perawatan diri, hidup pasien juga mempengaruhi tingkat kesiapan
dan intervensi keperawatan yang perlu dilakukan pasien dalam menghadapi pemulangan. Semakin
perawat lebih kepada memotivasi responden banyak pengalaman hidup, maka semakin tinggi
untuk melakukan pengetahuan yang sudah tingkat kesiapan pasien dalam menghadapi
diterima. pemulangan.
Usia juga mempengaruhi kesiapan pasien
dalam menghadapi pemulangan, berdasarkan 3. Pengaruh Discharge Planning Terhadap
fakta sebagian besar pasien post operasi berada Kesiapan Pasien Post Operasi Menghadapi
pada rentan usia 41-50 tahun sebanyak 52%. Pemulangan Di Ruang Bougenville RSUD
Menurut Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa dr. Soegiri Lamongan
usia adalah umur yang terhitung mulai saat Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
dilahirkan sampai saat akan berulang tahun. bahwa sebelum dilakukan discharge planning
Bertambahnya usia seseorang akan lebih sebagian besar pasien post operasi memiliki
memperhatikan masalah kesehatannya. Hal ini tingkat kesiapan 3 sebanyak 70% dan sebagian
sesuai dengan pendapat Santrock (2002) bahwa kecil pasien post operasi memiliki tingkat
pada saat seorang dewasa madya sudah mulai kesiapan 4 sebanyak 6%. Sedangkan setelah
merasakan penurunan fungsi fisik akan lebih dilakukan discharge planning hampir seluruh
memperhatikan kesehatannya. Hal ini pasien post operasi memiliki tingkat kesiapan 4
dikarenakan seseorang yang sudah mulai sebanyak 87% dan sebagian kecil pasien post
merasakan penurunan fungsi fisik akan lebih operasi memiliki tingkat kesiapan 3 sebanyak
memperhatikan masalah kesehatannya. 13%.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Hasil analisis dengan uji sign rank test
Galloway (1993, dalam nursingcenter, 2009) (wilcoxon) yang menggunakan program SPSS PC
bahwa pasien mampu memprediksi kebutuhan for Windows versi 16,0 tentang pengaruh
mereka akan informasi berhubungan dengan discharge planning terhadap kesiapan pasien post
proses penyembuhan dan mereka menginginkan operasi menghadapi pemulangan di ruang
informasi yang mudah dimengerti sebanyak Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan dapat
mungkin sebelum mereka menghadapi diketahui bahwa nilai Z = -5.807 dan p = 0,000
pemulangan. dimana p < 0,05 maka H1 diterima artinya ada
Semakin cukup umur, tingkat pengaruh discharge planning terhadap kesiapan
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih pasien post operasi menghadapi pemulangan di
matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan.
kepercayaan, masyarakat yang lebih dewasa akan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup yang dilakukan oleh Williams (2006) bahwa
tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai mayoritas pasien yang menerima informasi
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. tentang nyeri, manajemen luka, aktivitas, nutrisi,
Usia yang matang mampu membuka kesadaran dan komplikasi pada umumnya merasakan bahwa
bagi keluarga maupun pasien tentang pentingnya tidak mengalami perasaan khawatir yang
mengikuti program rehabilitasi melalui membuat mereka melakukan kunjungan rutin ke
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. fasilitas kesehatan setelah dipulangkan.
Dengan pengalaman yang dimiliki tersebut Sedangkan pasien yang tidak mendapat informasi
mampu menjadikan pelajaran dan solusi terhadap tentang nyeri dan manajemen luka mengalami
masalah-masalah yang akan maupun sedang kekhawatiran yang memaksa mereka untuk
dihadapi oleh keluarga dan pasien post operasi melakukan kunjungan tidak rutin kepada suatu
dalam mengikuti program rehabilitasi sehingga fasilitas kesehatan setelah dipulangkan.
memunculkan suatu tindakan untuk kebaikan Discharge planning yang tidak baik
serta pemulihan bagi pasien. dapat menjadi salah satu faktor yang memperlama
proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett

SURYA 20 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan
dan Fordham, 1982 dalam Torrance 2006). Oleh
karena itu, pasien perlu dipersiapkan untuk KESIMPULAN DAN SARAN. …
menghadapi pemulangan. Menurut Orem (2006), 1. Kesimpulan.
intervensi keperawatan dibutuhkan karena adanya Berdasarkan hasil penelitian dan
ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri pembahasan serta tujuan penelitian tentang
sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah Pengaruh discharge planning terhadap kesiapan
satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat pasien post operasi menghadapi pemulangan di
dilakukan adalah discharge planning ruang Bougenville RSUD dr. Soegiri Lamongan,
(perencanaan pemulangan) untuk kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai
mempromosikan tahap kemandirian tertinggi berikut:
kepada pasien, teman-teman dan keluarga dengan 1) Sebelum dilakukan discharge planning
menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan sebagian besar pasien post operasi memiliki
diri (The Royal Marsden Hospital, 2006). tingkat kesiapan 3 yaitu mampu tetapi ragu
Perry dan Potter (2005) mengatakan atau mampu tetapi tidak ingin
bahwa pada saat pulang, pasien harus mempunyai 2) Setelah dilakukan discharge planning hampir
pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang seluruh pasien post operasi memiliki tingkat
dibutuhkan untuk memenuhi perawatan dirinya. kesiapan 4 yaitu mampu dan ingin atau
Kesuksesan tindakan discharge planning mampu dan yakin
menjamin pasien mampu melakukan tindakan 3) Ada pengaruh discharge planning terhadap
perawatan lanjutan yang aman dan realistis kesiapan pasien post operasi menghadapi
setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 pemulangan di ruang Bougenville RSUD dr.
dalam Perry & Potter, 2006). Oleh karena itu, Soegiri Lamongan.
pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan
apabila pasien mengetahui pengobatan, tanda-
tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta
perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden 2. Saran
Hospital, 2004). Berdasarkan hasil kesimpulan diatas,
Dari hasil penelitian diatas bila maka ada beberapa saran dari peneliti yakni
dihubungkan dengan teori atau konsep yang sebagai berikut:
menyebutkan bahwa pengaruh discharge 1) Bagi Akademik
planning terhadap kesiapan pasien post operasi Dengan adanya perkembangan
menghadapi pemulangan sudah dapat dibuktikan pengetahuan tentang discharge planning,
oleh peneliti. Dengan kesimpulan adanya diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
pengaruh discharge planning terhadap kesiapan pendukung teori yang sudah ada.
pasien post operasi menghadapi pemulangan. 2) Bagi Praktis
Dalam discharge planning keluarga harus 1.1 Bagi Profesi Keperawatan
dilibatkan agar mereka mampu mendukung usaha Hasil penelitian ini diharapkan akan
pasien dalam melakukan perawatan diri. digunakan oleh perawat di ruangan untuk
Dukungan sosial keluarga merupakan faktor melakukan discharge planning dalam
penting dalam kesiapan pasien menghadapi mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan,
pemulangan . Dengan dukungan keluarga sangat dalam artian bahwa pasien mampu melakukan
membantu untuk menjelaskan serta memberi perawatan berkelanjutan di rumah.
contoh mengenai apa yang sebaiknya dilakukan 1.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
dan apa yang tidak. Dengan contoh yang baik Diharapkan hasil penelitian ini dapat
mampu meningkatkan kesiapan pasien dalam dijadikan kerangka berfikir dan sebagai informasi
menghadapi pemulangan, sehingga pasien untuk meningkatkan pengetahuan bagi peneliti
mampu meningkatkan tingkat kemandirian secara selanjutnya mengenai pengaruh discharge
maksimal yang bertujuan mengembalikan fungsi planning terhadap kesiapan pasien post operasi
anggota tubuh setelah mengalami gangguan. menghadapi pemulangan.
Mengingat pentingnya dilakukan 1.3 Bagi Responden
discharge planning terhadap pasien post operasi, Dengan adanya penelitian ini dapat
maka discharge planning perlu dilakukan oleh digunakan sebagai acuan dalam melakukan
perawat untuk mempersiapkan pasien perawatan mandiri di rumah.
menghadapi pemulangan agar tidak terjadi
hospitalisasi ulang karena infeksi sekunder.

SURYA 21 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Discharge Planning Terhadap Kesiapan Pasien Post Operasi
Menghadapi Pemulangan

. . .DAFTAR PUSTAKA . . . Tanjung Rejo Kabupaten Deli.


www.info@helvetia.ac.id. Diakses
Aditama.2003. Pengertian rumah sakit dan pada 19 desember 2010.
pembagian rumah sakit. Jakarta :
Salemba Medika. Harun.1994.Analisis Kepuasan Pasien Rawat
Inap terhadap Mutu Pelayanan
Aziz, Alimul.2003. Riset Keperawatan Dan Rumah Sakit Nirmala Suri
Teknik Penulisan ilmiyah, Jakarta : Sukohardjo dengan Methode
Salemba Medika Servqual, Tesis Kajian Administrasi
Rumah Sakit. Depok: FKUI
Depkes RI. 2001. Riset Keperawatan Dan
Teknik Penulisan ilmiyah. Jakarta : Ingerani.2002. Tingkat Kepuasan Pelanggan
Salemba Medika. Terhadap Pelayanan Kesehatan di
Propinsi DKI Jakarta.Jakarta:
Effendy, Nasrul.1998. Dasar-dasar Dinkes Prop. DKI Jakarta dan
keperawatan kesehatan masyarakat. Badan Litbangkes Depkes RI
Jakarta.
Kotler.2002. Mengukur Kepuasan
Herry, 2009. Fasilitas Kesehatan Sudah Pelanggan : Panduan Menciptakan
Memadai. www.padang-today.com. Pelayanan Bermutu. Jakarta :
Diakses pada 10 desember 2010 penerbit ppm .

Hotmariani, Purba 2008. Faktor-faktor Yang Notoatmojo. 2002. Metodologi Penelitian


Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Kesehatan, Edisi kedua.Jakarta:
Penderita ISPA yang mendapat Rineka Cipta
pelayanan kesehatan di Puskesmas

SURYA 22 Vol.02, No.XII, Agus 2012


HUBUNGAN INTENSITAS DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SI KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Siti Sholikhah*

ABSTRAK
Mahasiswa SI Keperawatan angkatan II akhir-akhir ini terlihat prestasinya kurang memuaskan.
Setiap ada ulangan dan tugas yang diberikan oleh dosen hampir 65% mahasiswa mendapatkan nilai
dari ulangan tersebut kurang dari 50.
Untuk membuktikan adanya hubungan intensitas dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan
Desain Penelitian ini yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan di
STIKES Muhammadiyah Lamonganpada bulan Januari 2010, populasi seluruh mahasiswa s1
keperawatan angkatan II, populasi seluruhnya adalah 150 mahasiswa, jumlah sampel pada
penelitian adalah 105 mahasiswa. Teknik sampling menggunakan teknik simpel randoom
sampling. Uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment dengan taraf signifikan α =
0,05 Reliabilitas di hitung dengan menggunakan Alpha Cronbac. Analisis data yang dilakukan
dengan menggunakan program Statistical Program For Social Science (SPSS) for windows.
Dari analisis data dapat dibuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara hubungan
intensitas dan motivasi belajar terhadap prestasi secara simultandan parsial, karena nilai Fhitung
lebih besar dari F tabel Fhitung (17,411) > Ftabel (3,09). Keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha dan
secara parsial nilai thitung lebih besar dari ttabel, baik variabel intensitas thitung (2,283) > nilai ttabel
(1,990) dan motivasi nilai thitung (4,930) > nilai ttabel (1,990), maka keputusannya adalah menerima
Ha dan H0 ditolak.
Mahasiswa yang memiliki intensitas dan motivasi yang tinggi dalam kegiatan belajar baik belajar
mandiri maupun belajar dikelas, maka prestasi mahasiswa akan semakin baik. Dalam penelitian ini
membuktikan adanya hubungan hubungan intensitas dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

Kata Kunci : Intensitas, Motivasi dan Prestasi Belajar.

PENDAHULUAN N kognatif (motivasi, kebiasaan, intensitas).


Belajar adalah serangkaian kegiatan/ Faktor dari luar mahasiswa seperti geografis,
aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh demografi, iklim, ekonomi, sosial, budaya,
siswa dan dapat mengakibatkan perubahan pertahanan keamanan baik di sekolah,
dam dirinya berupa perubahan pengetahuan keluarga, dan masyarakat (Abdurrakman G.
atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak 2008)
permanen. Degeng (1999) Hudoyo Huda (1998:73)
Proses peningkatan prestasi menjelaskan bahwa intensitas adalah
berkaitan erat dengan pribadi siswa. Dalam frekuensi belajar yang dilakukan mahasiswa
hal ini, kemampuan belajar siswa selama kurun waktu tertentu untuk
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor memperoleh pengalaman/ pengertian secara
dalam diri mahasiswa dan faktor dari luar maksimal. Selama belajar tersebut
mahasiswa. Faktor dalam diri mahasiswa mahasiswa mempunyai keunikan dalam
dibedakan menjadi faktor fisik (kesehatan, intensitas belajarnya disesuaikan dengan
kelelahan, kelainan, cacat jasmani dan lain- selera dan kondisi masing-masing.
lain) dan faktor psikis seperti ranah kognitif Hudoyo Huda (1998:74)
(pengetahuan, kecerdasan, bakat), ranah menjelaskan bahwa prestasi belajar yang
afektif (perasaan, emosi), serta ranah maksimal dicapai dengan intensitas belajar

SURYA 23 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

yang sistematis, yaitu efektif dan efisien. yaitu melalui pembimbingan. Sehingga
Efektif berarti tepat dan dapat memberikan meningkatnya intensitas dan motivasi belajar
hasil, sedangkan efisien berarti hasil tersebut terhadap mahasiswa diharapkan dapat
diperoleh dengan waktu, tenaga, dan biaya meningkatkan prestasi belajar.
minimal. Faktor lain yang dapat Terdorong oleh kerangka pemikiran
meningkatkan intensitas belajar mahasiswa di atas, muncul ketertarikan untuk
adalah motivasi belajar. mengetahui pengaruh intensitas belajar dan
Hamzah B. (2009) motivasi sangat motivasi belajar terhadap prestasi belajar
menentukan kualitas perilaku seseorang. mahasiswa SI Keperawatan STIKES
Motivasi seseorang dalam melaksanakan Muhammadiyah Lamongan. Penelitian yang
sesuatu tinggi atau rendah disimpulkan dari relevan perlu dilakukan untuk menjawab
kualitas perilakunya, yaitu yang ditunjukkan ketertarikan tersebut. Dengan demikian,
oleh kesungguhan, ketekunan, perhatian, dan proses peningkatan prestasi belajar
ketabahan. Motivasi belajar merupakan mahasiswa dapat dilakukan dalam koridor
faktor psikis yang bersifat non-intelektual. yang tepat
Peranannya yang sangat khas adalah dalam
hal perubahan semangat (gairah), merasa METODE PENELITIAN N
senang dan bersemangat dalam belajar. Lebih Desain Penelitian ini yang
lanjut Sardiman (1987:75) menyatakan digunakan adalah penelitian korelasional.
bahwa intensitas belajar dan motivasi Adapun tujuan Penelitian korelasional adalah
seseorang akan sangat menentukan tingkat mengkaji hubungan antara variable. Peneliti
pencapaian prestasi belajarnya. Disamping dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,
itu, motivasi merupakan diinspirasi nilai memperkirakan dan menguji berdasarkan
individu yang dapat dimodifikasi dalam teori yang ada (Nurssalam, 2008 :82).
kegiatan belajar Penelitian ini mencoba menggali data
Mahasiswa SI Keperawatan mengenai intensitas dan motivasi dengan
angkatan II akhir-akhir ini terlihat prestasi belajar, selanjutnya diidentifikasi
prestasinya kurang memuaskan. Setiap ada apakah variable yang satu berhubungan
ulangan dan tugas yang diberikan oleh dosen dengan yang lain, kemudian mengkaji kedua
hampir 65% mahasiswa mendapatkan nilai variable tersebut. Sample dalam penelitian
dari ulangan tersebut kurang dari 50. Melihat ini adalah sebagian dari populasi yang ada di
data tersebut dapat disimpulkan bahwa SI Keperawatan angkatan II STIKES
terjadi penurunan prestasi belajar SI Muhammadiyah lamongan sebanyak 105
Keperawatan STIKES Muhammadiyah orang/mahasiswa. Penentuan besar sampel
Angkatan II. Menurunya prestasi belajar ini menggunakan tabel yang telah
dipengaruhi oleh beberapa hal salah satu dikembangkan oleh Isaac dan Michael
diantaranya adalah rendahnya intensitas dan dengan tingkat kesalahan 5%. Teknik
motivasi belajar mahasiswa. Banyak sampling adalah merupakan teknik
mahasiswa gagal tidak mendapat hasil yang pengampilan sampel. Teknik pengambilan
baik dalam prestasinya karena intensitas sampel untuk menentukan sampel yang akan
belajarnya kurang efektif, mereka digunakan dalam penelitian. Sedangkan
kebanyakan belajar hanya pada saat menurut (NanaS.S, 2009 ). Pengambilan
menjelang UTS/UAS misal : ujian sampel merupakan suatu proses pemilihan
dilaksanakan besok mahasiswa malamnya dan penentuan jenis sampel dan perhitungan
baru belajar sesuai dengan jadwal ujian. besarnya sampel yang akan menjadi subyek
Mengingat pentingnya motivasi atau obyek penelitian. Teknik sampling yang
diharapkan dosen dapat memotivasi belajar digunakan dalam penelitian ini adalah simpel
mahasiswa dengan cara meningkatkan random sampling.
intensitas belajar mahasiswa dimana
mahasiswa tidak hanya belajar dikelas.
Melainkan ditambah belajar dilaboratorium

SURYA 24 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

HASIL PENELITIAN N 3. Uji Hipotesis


1. Karakteristik responden berdasarkan 1) Persamaan Regresi Linier
intensitas Berganda
Tabel 3 Persamaan Regresi Linier
Tabel 1 Distribusi frequensi responden Berganda
berdasarkan intensitas Model B T Sig
Intensitas Belajar Jumlah % Constan 0,560 1,749 0,083
Mahasiswa Intensitas 0,205 3,258 0,002
Selalu 49,13 Motivasi 0,384 4,802 0,000
Sering 15,19 Berdasarkan Tabel 3 dapat
Kadang-kadang 24,89 dituliskan persamaan regresi linier
Jarang 8,70 berganda sebagai berikut :
Tidak Pernah 1,99 Y = 0.560 + 0.205 X1 + 0.384 X2 + e
Jumlah 100 Hasil persamaan regresi linier
berganda menunjukkan bahwa jika
Berdasarkan tabel 1 dapat dilakukan perubahan Intensitas (X1),
diketahui bahwa responden dengan motivasi (X2) kearah perubahan yang
intensitas belajar mahasiswa 49.13% lebih baik maka hal ini akan
responden menjawab selalu, 15.19% menyebabkan perubahan kepada
responden menjawab sering, 24.89% peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa
menjawab kadang-kadang, 8.70% S1 Keperawatan STIKES
menjawab jarang dan 1,99% menjawab Muhammadiyah Lamongan (Y).
tidak perna.
2) Koefisien Korelasi dan Determinasi
2. Karakteristik responden berdasarkan Tabel 4 Nilai Koefisien Determinasi
motivasi Durbin
Tabel 2 Distribusi frequensi responden R Adjust Std. Error -
berdasarkan motivasi Mo Squ ed R of the Watso
del R are Square Estimate n
Intensitas Belajar Jumlah 1 .56 .31
.305 .23387 1.730
Mahasiswa % 4(a) 8
Selalu 16,62 Dari Tabel 4, di atas
Sering 37,67 menunjukkan bahwa nilai koefisien
Kadang-kadang 35,48 determinasi (R2) sebesar 0,318 atau
Jarang 8,24 31,8%. Hal ini berarti bahwa
Tidak Pernah 2,00 kemampuan variabel independen
Jumlah 100 (intesitas dan motivasi) menjelaskan
hubungannya terhadap variable
Berdasarkan tabel 2 dapat dependen (prestasi) sebesar 31,8%.
diketahui bahwa responden dengan Sedangkan sisanya sebesar 68,2%
motivasi 16,62% responden menjawab merupakan variabel yang tidak
selalu, 37,67% responden menjawab terungkap.
sering, 35,48% menjawab kadang-kadang,
8,24% menjawab jarang dan 2,00% 3) Hubungan Intensitas dan Motivasi
menjawab tidak perna. Mahasiswa terhadap Prestasi
Belajar Mahasiswa S1
Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan Secara
Simultan

SURYA 25 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis thitung dari setiap variabel independen


Secara simultan akan dibandingkan dengan nilai ttable
M dengan menggunakan tingkat
od Sum of Mean kepercayaan (confidence interval) 95%
el Squares Df Square F Sig.
1 Regre 23.8
atau α = 0,05 maka diperoleh nilai ttabel
2.606 2 1.303 .000(a) 1,990.
ssion 22
Resid Hasil pengujian hipotesis
5.579 102 .055
ual secara parsial menunjukkan bahwa
Total 8.185 104 variabel intensitas (X1) memiliki nilai
Dari Tabel 5 diperoleh nilai thitung (3,258) > nilai ttabel (1,990), maka
Fhitung sebesar 23,822. Dengan keputusannya adalah menerima Ha dan
menggunakan tingkat kepercayaan H0 ditolak. Hal ini berarti variabel
(confidence interval) 95% atau α = intensitas berhubungan signifikan
0,05 maka dari table distribusi F terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa
diperoleh nilai 23,822. Dengan S1 Keperawatan STIKES
membandingkan nilai Fhitung dengan Muhammadiyah Lamongan
Ftabel, maka Fhitung (23,822) > Ftabel Variabel motivasi (X2)
(3,09). Keputusannya adalah H0 memiliki nilai thitung (4,802) > nilai ttabel
ditolak dan Ha diterima artinya secara (1,990), maka keputusannya adalah
simultan variabel intensitas, dan menerima Ha dan H0 ditolak. Hal ini
motivasi berhubungan nyata berarti variabel motivasi berhubungan
(significant) terhadap Prestasi Belajar signifikan terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan. Muhammadiyah Lamongan

4) Hubungan Intensitas dan Motivasi PEMBAHASAN N


Mahasiswa terhadap Prestasi 1. Hubungan intensitas terhadap prestasi
Belajar Mahasiswa S1 belajar Mahasiswa S1 Keperawatan
Keperawatan STIKES STIKES Muhammadiyah Lamongan
Muhammadiyah Lamongan Secara
Parsial Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukan bahwa intensitas
Tabel 14. Hasil Pengujian Hipotesis memberikan Hubungan positif terhadap
Secara Parsial prestasi belejar mahasiswa S1
Unstandar Standa Keperawatan STIKES Muhammadiyah
M dized rdized Lamongan.
od Coefficien Coeffic Prestasi belajar merupakan hal
el ts ients T Sig. yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
Std. belajar, karena kegiatan belajar
Err merupakan proses, sedangkan prestasi
B or Beta merupakan liasil dari proses belajar.
1 (Constan .56 .32 .08 Memahami pengcrtian prestasi belajar
1.749
t) 0 0 3 secara garis besar harus bertitik tolak
Intensita .20 .06 .00 kepada pengertian belajar itu sendiri.
.280 3.258
s 5 3 2 Untuk itu para ahli mengemukakan
Motivasi .38 .08 .00 pendapatnya yang berbeda-beda sesuai
.412 4.802
4 0 0 dengan pandangan yang mereka anut,
Namun dari pendapat yang berbeda itu
Dari Tabel 14 di atas diperoleh dapat kita temukan satu titik persamaan.
nilai thitung dari setiap variabel Sehubungan dengan prestasi belajar,
independen dalam penelitian ini. Nilai Poerwanto (1986:28) memberikan

SURYA 26 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

pengertian prestasi belajar yaitu "hasil strategi karena cara tersebut menunjukkan
yang dicapai oleh seseorang dalam usaha usaha-usaha belajar yang dilakukannya.
belajar sebagaimana yang dinyatakan Hal ini sesuai dengan pendapat (The
dalam raport." Liang Gie 1984:58) yang mengemukakan
Kemampuan intelektual sangat bahwa cara belajar mahasiswa adalah
menentukan keberhasilan dalam rangkaian kegiatan yang dilaksanakannya
memperoleh prestasi. Untuk mengetahui dalam .usaha belajarnya. (Umar Hamalik
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar 1983) secara lebih jelas mengemukakan
maka perlu dilakukan suatu evaluasi, bahwa cara belajar adalah kegiatan-
tujuannya untuk mengetahui prestasi yang kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
diperoleh setelah proses belajar mengajar situasi belajar, misalnya kegiatan dalam
berlangsung. Adapaun prestasi dapat mengikuti pelajaran, kegiatan belajar
diartikan hasil diperoleh karena adanya mandiri, kegiatan dalam menghadapi
aktivitas belajar yang telah dilakukan. ujian, dan lain-lain.
Namun banyak orang beranggapan bahwa
yang dimaksud dengan belajar adalah 2. Hubungan motivasi terhadap prestasi
mencari pmu dan menuntut ilmu. Belajar belajar Mahasiswa S1 Keperawatan
juga diartikan sebagai aktivitas menyerap STIKES Muhammadiyah Lamongan
pengetahuan. Belajar adalah perubahan
yang tcrjadi dalam tingkah laku manusia. Hasil penelitian yang dilakukan
Proses tersebut tidak akan terjadi apabila menunjukan bahwa intensitas
tidak ada suatu yang mendorong pribadi memberikan Hubungan positif terhadap
yang bersangkutan. prestasi belejar mahasiswa S1
Prestasi belajar merupakan Keperawatan STIKES Muhammadiyah
tingkat kemanusiaan yang dimiliki Lamongan.
mahasiswa dalam menerima, menolak dan Prestasi dapat diartikan sebagai
menilai informasi-informasi yang hasil yang dicapai oleh individu setelah
diperoleh dalam proses belajar mengajar. mengalami suatu proses belajar dalam
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan jangka waktu tertentu. Prestasi belajar
tingkat keberhasilan sesuatu dalam juga diartikan sebagai kemampuan
mempelajari materi pelajaran yang maksimal yang dicapai seseorang dalam
dinyatakan dalam bentuk nilai setiap suatu usaha yang menghasilkan
bidang sludi setelah mengalami proses pengetahuan atau nilai - nilai kecakapan.
belajar mengajar, Prestasi belajar dapat Prestasi belajar bisa juga disebut
diketahui setelah diadakan cvaluasi. Hasil kecakapan aktual {actual ability) yang
dari evaluasi dapat memperlihatkan diperoleh seseorang setelah belajar, suatu
tentang tinggi atau rendahnya prestasi kecakapan potensial {potensial ability)
belajar. yaitu kemampuan dasar yang berupa
Intensitas adalah frekuensi belajar disposisi yang dimiliki oleh individu
yang dilakukan mahasiswa selama kurun untuk memcapai prestasi. Kecakapan
waktu tertentu untuk memperoleh aktual dan kecakapan potensial ini dapat
pengalaman/ pengertian secara maksimal. dimasukkan kedalam suatu istilah yang
Secara harfiah, arti intensitas belajar lebih umum yaitu kemampuan {ability).
adalah kuat lemahnya belajar. Intensitas Winkel (1996:162) mengatakan
belajar juga mengacu pada banyaknya bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti
kegiatan yang dilakukan mahasiswa, cara keberhasilan belajar atau kemampuan
belajar secara intensif (Hudoyo Huda, seseorang dalam melakukan kegiatan
1998:73) belajarnya sesuai dengan bobot yang
Cara belajar pada dasarnya merupakan dicapainya. Sedangkan menurut Nasution
suatu cara atau strategi belajar yang (1995:17) prestasi belajar adalah
diterapkan siswa. Dikatakan sebagai kesempurnaan yang dicapai seseorang

SURYA 27 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

dalam berfikir, merasa dan berbuat. Konsep motivasi yang


Prestasi belajar dikatakan sempurna berhubungan dengan tingkah laku
apabila memenuhi tiga aspek yakni: seseorang dapat diklasifikasikan sebagai
kognitif, affektif dan psikomotor, berikut (1). seseorang senang terhadap
sebaliknya dikatakan prestasi kurang sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan
memuaskan jika seseorang belum mampu rasa senangnya maka akan termotivasi
memenuhi target dalam ketiga kriteria untuk melakukan kegiatan itu. (2).
tersebut. Apabila seseorang merasa yakin mampu
Prestasi belajar ini dapat dilihat menghadapi tantangan maka biasanya
secara nyata berupa skor atau nilai setelah orang tersebut terdorong melakukan
mengerjakan suatu tes. Tes yang kegiatan tersebut. Menurut Atkinson
digunakan untuk menentukan prestasi (dalam Hamzah 2009: 8) mengemukakan
belajar merupakan suatu alat untuk bahwa kecenderungan sukses ditentukan
mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa oleh motivasi, peluang, serta intensif;
misalnya pengctahuan, pemahaman atau begitu pula sebaliknya dengan
aplikasi suatu konsep. kecenderungan untuk gagal. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan, baik dipengaruhi oleh keadaan emosi
dari dalam maupun dari luar yang seseorang. Guru dapat memberikan
mendorong seseorang untuk mencapai motivasi siswa dengan melihat suasana
tujuan tertentu yang telah ditetapkan emosional siswa tersebut. Menurutnya,
sebelumnya. Atau daya penggerak dalam motivasi berprestasi dimiliki oleh setiap
diri seseorang untuk melakukan aktivitas orang, sedangkan intensitasnya
tertentu demi mencapai tujuan tertentu. tergantung pada kondisi mental orang
Dengan demikian motivasi merupakan tersebut.
dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan 3. Hubungan intensitas dan motivasi
perubahan tingkah laku yang lebih baik terhadap prestasi belajar Mahasiswa
dalam memenuhi kebutuhanya.(Hamzah S1 Keperawatan STIKES
B. 2009:3). Muhammadiyah Lamongan
Adapun yang dinamakan motif
menurut Surahman (1990: 73) adalah Hasil penelitian yang dilakukan
Sebagai daya upaya yang mendorong menunjukkan bahwa intensitas dan
seseorang untuk melakukan sesuatu. motivasi secara bersama-sama
Motif dapat dirasakan sebagai daya memberikan Hubungan positif terhadap
penggerak dari dalam dan di dalam prestasi belajar mahasiswa S1
subyek untuk melakukan aktivitas tertentu Keperawatan STIKES Muhammadiyah
demi mencapai tujuan. Bahkan motif Lamongan.
diartikan sebagai daya penggerak yang Minat dan motivasi mempunyai
telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif peranan yang sangat penting dalam proses
pada saat tertentu, dirasakan/ mendesak. belajar mengajar sehingga seseorang
Menurut McDonald (dalam merasa scnang dan terpanggil untuk
Sardiman AM., 2007:74) motivasi adalah meningkatkan mutu pembelajaran, karena
perubahan energi dalam diri seseorang faktor-faktor tersebut lebih berpengaruh
yang ditandai dengan munculnya feeling untuk mewujudkan aktifitas untuk
dan didahului dengan tanggapan terhadap mencapai suatu tujuan terutama dalam
adanya tujuan.dari pengertian tersebut meraih prestasi belajar secara optimal.
motivasi mengandung tiga elemen yaitu Untuk meningkalkan indeks
mengawali adanya perubahan energi, prestasi mahasiswa dapat dilakukan
munculnya rasa feeling dan dirangsang mclalui penumbuhan minat dan motivasi.
karena adanya tujuan, sehingga motivasi Menumbulikan minat belajar dengan
adalah sebagai suatu yang komplek. melakukan identifikasi model

SURYA 28 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

pembelajaran yang diminati oleh menggunakan konscp motivasi untuk


mahasiswa. memerikan suatu kecendrungan umum
Sifat dasar manusia adalah senang yang mendorong ke arah jents tujuan
belajar.ltu bisa terlihat sejak usia tertentu. Dalam pengertian ini, motivasi
dini.Dimulai dari anak belajar berjalan,dia sering di pandang sebagai karakleristik
jatuh dan bangkit lagi atas kemauan kepribadian yang relatif stabil. Sejumlah
sendiri, ketika anak menginjak usia empat orang termotivasi untuk berprestasi,
tahunan, banyak terjadi intervensi orang sebagian yang lain termotivasi untuk
dewasa, dalam hal ini orangtua. bergaul dengan orang lain dan mereka
Dengan begitu minat belajar menyatakan motivasi ini dalam berbagai
setiap individu sesungguhnya itu menjadi cara yang berbeda. Motivasi sebagai suatu
lerintcrvensi. Individu belajar karena karakteristik yang stabil merupakan
kewajiban dan dorongan dari faktor konsep yang agak berbeda dari motivasi
eksternal kadangkala bentuknya untuk melakukan sesuatu yang spesifik
merupakan tekanan. Prinsip dasar belajar dalam situasi tertentu.
haruslah menyenangkan. Karena dengan Teori Kebutuhan Maslow,
belajar menyenangkan akan termasuk konsep aktualisasi diri yang
menumbuhkan emosional yang positif. didefinisikan sebagai keinginan untuk
Dalam proses belajar,mahasiswa harus mewujudkan kemampuan diri atau
diposisikan sebagai subjek dan bukan keinginan untuk menjadi apapun yang
objek. sescorang mampu untuk mencapainya.
Sebaiknya mahasiswa belajar atas Aktualisasi diri ditandai dengan
inisiatif diri sendiri. Bila dalam proses penerimaan diri dan orang lain,
belajar, mahasiswa menjadi objek,maka spontanitas, keterbukaan, luibungan
yang banyak melakukan intervensi adalah dengan orang lain yang relatif dekat dan
pendidik, dijadikan robot dan terlalu demokratis, kreativitas, humoris, dan
banyak diarahkan oleh pendidik. Hasilnya mandiri pada dasarnya, memiliki
akan membuat menjadi malas belajar dan kesehatan mental yang bagus atau sehat
belajar tidak efektif. Dalam sistem secara psikologis. Maslow menempatkan
belajar, mahasiswa harus ikut terlibat perjuangan untuk aktualisasi diri pada
dalam proses pembelajaran. puncak hierarki kebutuhannya, hal ini
Dalam proses belajar perlu berarti bahwa pencapaian dari kebutuhan
dikembangkan metode pelajaran tematik paling penting ini bergantung pada
yang aplikatif. Ada pembahasan- pemenuhan seluruh kebutuhan lainnya.
pembahasan atas sebuah masalah. Kebutuhan aktualisasi diri
Kalaupun tidak bisa melakukan kegiatan merupakan adalah alasan utama bagi
praktik, bisa saja dengan cara menyajikan calon mahasiswa memilih jurusan S1
sejumlah mated tematik dan contohnya keperawatan yaitu untuk memperoleh
via media visual di dalam kelas. Belajar pekerjaan yang memiliki pendapatan yang
tidak hanya teori. Teori dibutuhkan dalam layak dengan cepat. Seiring dengan
langka mcngcjar standardisasi kurikulum. semakin banyaknya sekolah kesehatan
1'api untuk mencapai tujuan- tujuan itu, yang memiliki jurusan S1 keperawatan
perlu ada media belajarnya yang maka jumlah perkembangan lapangan
menyenangkan. Dengan kondisi ini nuika pekerjaan perawat dengan jumlah lulusan
mahasiswa akan termotivasi unltik perawat semakin tidak seimbang, kondisi
belajar, dan pada akhirnya dapal ini memicu meningkatnya jumah
mencapai indeks prcstasi yang lebih baik. pengangguran yang memiliki pendidikan
Kata motivasi digunakan untuk keperawatan dan banyaknya alumnus S1
mendeskripsikan suatu dorongan, keperawatan yang bekerja di luar bidang
kebutuhan alau kcinginan untuk pendidikan.
melakukan sesuatu. Seseorang

SURYA 29 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

Kondisi ini membawa implikasi silabus dan RPP yang sudah di uji
pada menurunnya motivasi mahasiswa S1 dan diterapkan.
keperawatan untuk mencapai indeks 2) Bagi Mahasiswa ; Bagi mahasiswa
prestasi yang bagus, karena merasa lebih giat untuk merencanakan
percuma memperoleh indeks prcstasi kegiatan belajar sebelum kegiatan
bagus akan tetapi pada akhirnya tidak belajar di mulai di kelas dengan cara
terpakai. Mensikapi kondisi ini belajar mandiri.
disarankan pada institusi pendidikan 3) Bagi Intansi Pendidikan ; Bagi
untuk menggandeng institusi lain yang intansi pendidikan agar lebih
dapat menyerap lulusannya. menfasilitasi kebutuhan belajar
mahasiswa baik melalaui
KESIMPULAN DAN SARAN … … . perpustakaan maupun laboratorium.
1. Kesimpulan
1) Variabel intensitas (X1) memiliki DAFTAR PUSTAKA A
nilai thitung (3,258) > nilai ttabel (1,990),
maka keputusannya adalah menerima Abdorrakhman Ginting. 2008. Esensi Praktis
Ha dan H0 ditolak. Hal ini berarti Belajar & Mengajar. Bandung :
variabel intensitas berhubungan Humaniora
signifikan terhadap Prestasi Belajar
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Achmad Saefullah. 1980, Dasar-dasar
Muhammadiyah Lamongan pendidikan. Surabaya : Usaha
2) Variabel motivasi (X2) memiliki nilai Nasional
thitung (4,802) > nilai ttabel (1,990),
maka keputusannya adalah menerima Ahmadi, A. & Widodo, S. 1997. Psikologi
Ha dan H0 ditolak. Hal ini berarti Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta.
variabel motivasi berhubungan
signifikan terhadap Prestasi Belajar Arikunto, S. 1999. Prosedur Penelitian Suatu
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina
Muhammadiyah Lamongan Aksara.
3) Secara simultan variabel intensitas,
dan motivasi berhubungan nyata Arikunto, S. 2002, Prosedur Penelitian Suatu
(significant) terhadap Prestasi Belajar Pendekatan Praktek. Jakarta :
Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES Rineka Cipta.
Muhammadiyah Lamongan.
Dikarenakan nilai Fhitung sebesar Atkinson, Rita L. 1993, pengantar Psikologi,
23,822. Dengan menggunakan Edisi kedelapan. Jakarta : Penerbit
tingkat kepercayaan (confidence Erlangga
interval) 95% atau α = 0,05 maka
dari table distribusi F diperoleh nilai Beck Robert C. 1990, motivation (Theories
23,822. Dengan membandingkan and Principles). Englewood Cliffs,
nilai Fhitung dengan Ftabel, maka Fhitung New Jersey
(23,822) > Ftabel (3,09). Keputusannya
adalah H0 ditolak dan Ha diterima Cooper, Donald R & Emory. C. William,
artinya 1999, Metode Penelitian Bisnis, Jilid
1, Edisi ke lima. Alih Bahasa : Ellen
2. Saran G. Siompul & Imam Nurmawan,
1) Bagi Tenaga Pendidik ; Bagi tenaga Jakarta: Erlangga.
pendidik agar lebih meningkatkan
Crowl TK., Sally, podell. 1997. Educational
intensitas dan motivasi belajar
Psychology. New York: Blackwell
mahasiswa agar mahasiswa dengan
synergy.
pembelajaran yang sesuai dengan

SURYA 30 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

Degeng, I. N. S. 1999, Ilmu Pengajaran : the Royal Society of New Zealand.


taksonomi variabel, Jakarta Wellington NZ
Depdikbud. Dirjen Dikti. P2LPTK.
Mochamad Handoko. 1992. Motivasi Daya
Dimyati, M. 1999, Psikologi Pendidikan, Penggerak Tingkah Laku. Cetakan
Yogyakarta’: Fak. Psikologi UGM. pertama. Yogyakarta : Kanisius

Djamarah, Syaiful, Bahri, 1998. Prestasi Nana, Syaodih,S. 2009. Metode Penelitian
Belajar dan Kompetensi Guru. Pendidikan. Bandung : PT REMAJA
Surabaya : Usaha Nasional. ROSDAKARYA

Franken, JMKL. 1982. Motivating Humans: Nasution, S. (2003) Metode Survey :


Goals, Emotions, and personal Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi
Agency Beliefs. New York : SAGE Aksara

Gagne, R.M. (1983) The Condition of Nie, Norman, H.et. El. (1975) Statistical
Learning (3 rd Ed). Hall Rinerhart Package for The Social Sciences.
and Winston Inc. New York : Mc. Graw Hill.

Gegne, R.M. Berliner DC. 1984. Educational Nursalam. 2003. konsep dan penerapan
Psychology. Houghton Mifflin Metodologi penelitian ilmu
Company: London. keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Gerlach. Vernon, S., and Donald P,. Ely,
1997. Teaching and Media A Ritandiyono Mukodim Sita. 2004. peranan
Systematic approach, Prentice-Hall, kesepian dan kecenderungan internet
Englewood Cliffs, N. J. Addiction Disorder Terhadap
Prestasi Belajar
Hamalik, Oemar, 1997. Pendekatan Baru
Strategi Belajar Mengajar Sahlan, Asnawi. 2002. Teori Motivasi, dalam
Berdasarkan CBSA, Bandung : Sinar Pendekatan Psikologi Industri dan
Baru. Organisasi. Jakarta : Studia Press

Hamzah,B.Uno,MPd.2009. Teori Motivasi & Santoso, Singgih. 2004. SPSS Mengolah


Pengukurannya. Jakarta : Bumi Data Statistik secara Profesional,
Agkasa Jakarta : PT. Gramedia.

Haris, Mudjiman. 2008. Belajar Mandiri. Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi
Surakarta : LPP UNS & UNS Press Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja
Grafindo Perkasa
Hudoyo, H., 1998. Interaksi Belajar
Mengajar. Jakarta: Departernen P & Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi
K, P3K. Belajar Mengajar, Pedoman Bagi
Guru dan Calon Guru. Jakarta: PT
Maslow, Abraham H. 1970. Motivation and Raja Grafindo Persada
Personality., second edition. Harper
and Row Publishers: New York Sarono, Timothius. 1989. Motivasi Belajar.
Jakarta : Grafika Media.
McDonald, Gage.1984. Mild-Tertiary
unconformitiens in north Otago – a Setyowati. 1997. Peningkatan Motivasi
review and assessment. Journal of Kemampuan Kerja dan Budaya

SURYA 31 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Intensitas Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa

Kerja. Pelatihan managemen Suryabrata, Sumadi. 1989. Psikologi


Keperawatan. Jakarta :FIK.UI Pendidikan. Jakarta : CV. Rajawali

Slamento.2003. Belajar dan Faktor-faktor Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Research II.
yang mempengaruhinya. Jakarta : PT Yogyakarta : Penerbit Andi Offset.
Rineka Cipta Surisno Hadi.(2000). Statistic jilid I.
Yogyakarta : Andi Offset.
Sugiyono. 1999. Metode Statistika. Bandung:
Tarsito The Liang Gie.1983. Buku Cara Belajar
yang Efisien. Yogyakarta : Akademi
Sugiyono. 1999. Statistika untuk penelitian. Kepengarangan
Bandung : CV. Alfabeta Winkel, W.S. 1996, Psikologi Pengajaran.
Cetakan kelima. Jakarta : PT. Gramedia
Sudjana 1, Nana, 1990. Penilaian Hasil
Proses Belajar Bandung : Sinar Baru

SURYA 32 Vol.02, No.XII, Agus 2012


HUBUNGAN KONSEP DIRI (HARGA DIRI) DENGAN AKTUALISASI DIRI
PADA REMAJA DI DESA KARANGTINGGIL KECAMATAN PUCUK
KABUPATEN LAMONGAN

Nurul Ummah*, Siti Sholikah**, Moh. Saifudin***

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….


Self-actualization is also one of the expected demand can be met by any person. Self-actualization
is influenced by several things, including the self-esteem. If someone has a good stock of self-
esteem, then the individual will be able to develop their potential without hesitation. This study
aims to identify the correlation of self-esteem and ability to self-actualization for adolescent at
Karangtinggil village. The research design is a correlation study with cross sectional analytic. The
population is 86 adolescents, samples were taken by simple random sampling technique. Data
retrieved using the enclosed questionnaire. Data is analyzed using the contingency coefficient test
with significance level 0.05. The study found the majority of adolescents who have low self-esteem
showed kemampun actualization rate is (95.8%) while the fraction of high self-esteem also showed
high-actualization (89.5%).While the statistical test results obtained from the results of no
association with self-actualization self-esteem in adolescents in rural Karangtinggil signifikani rate
0.00 (p <0.05) and coefficient of contingency (C) = 0.651.This study as a basis to carry out further
research related to self-esteem and self-actualization on the ability of young people in other
villages and perfect instrument for the characteristics of adolescent self-esteem.Seeing the results
of this study self-esteem and a good environment will greatly affect the ability of youth in
developing its potential.

Key Words: Self Concept, Self Esteem, Self Actualization, Adolescent..

PENDAHULUAN. …… . … …. mengalami kegagalan dan keraguan, mereka


Menurut Hendrianti Agustiani, 2006 konsep secara umum menghadapinya secara realistis.
diri merupakan gambaran yang dimiliki Menurut Santrock, 2003 Adolescene
seseorang tentang dirinya, yang dibentuk diartikan sebagai masa perkembangan
melalui pengalaman-pengalaman yang transisi antara masa anak dan masa dewasa
diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, dan sosial-emosional. Pada remaja dengan
melainkan berkembang dari pengalaman harga diri yang tinggi akan mampu
yang terus menerus dan terdeferensiasi. mengaktualisasikan dirinya dan bersosialisasi
Dasar konsep diri individu ditanamkan pada dengan teman sebaya serta masyarakat,
saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi sebaliknya dengan harga diri yang rendah
dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya di pada remaja menyebabkan mereka putus asa,
kemudian hari. pesimis dan tidak percaya diri (Melati
Menurut Potter dan Perry, 2005 manusia Ramadani Br Ginting, 2011). Berdasarkan
yang teraktualisasi dirinya memiliki data Departemen Kesehatan (Depkes)
kepribadian multidimensi yang matang. Republik Indonesia tahun 2007, remaja
Mereka sering mampu untuk mengasumsi Indonesia usia 10-20 tahun berjumlah sekitar
dan menyelesaikan tugas yang banyak, dan 43 juta jiwa atau 19,61% dari jumlah
mereka mencapai pemenuhan kepuasan dari penduduk. Pada tahun 2008 jumlah remaja di
pekerjaan yang dikerjakan dengan baik. Indonesia diperkirakan sudah mencapai 62
Mereka tidak bergantung secara penuh pada juta jiwa. Dari badan pusat statistik (BPS)
opini orang lain mengenai penampilan, Lamongan jumlah remaja di kabupaten
kualitas kerja, atau metode penyelesaian Lamongan pada tahun 2011 sebanyak 96.694
masalah. Walaupun mereka mungkin jiwa. Dan jumlah remaja di desa

SURYA 33 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Konsep Diri (Harga Diri) dengan Aktualisasi Diri pada Remaja

Karangtinggil kecamatan Pucuk kabupaten


Lamongan sebanyak 110 jiwa. Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebagian
Berdasarkan survey awal yang dilakukan besar remaja berjenis kelamin perempuan
pada bulan November 2011 di desa yaitu 49 remaja (57%) sedangkan sebagian
Karangtinggil kecamatan Pucuk kabupaten kecil berjenis kelamin laki-laki yaitu 37
Lamongan terhadap 17 remaja menggunakan remaja (43%).
skala Likert didapatkan 3 (17,65%) remaja
dengan tingkat aktualisasi diri tinggi, 6 Tabel 2 Distribusi Remaja Berdasarkan
(35.30%) remaja dengan tingkat aktualisasi Umur Di Desa Karangtinggil Kecamatan
diri sedang, dan 8 (47,05%) remaja dengan Pucuk Kabupaten Lamongan Bulan Maret
tingkat aktualisasi diri kurang. Hasil survey Tahun 2012.
menunjukkan bahwa angka tingkat
aktualisasi diri pada remaja masih rendah. No. Umur Frekuensi Prosentase
Remaja yang mampu beraktualisasi yaitu 1. 12-14 tahun 23 27
remaja yang dengan mudah mampu
2. 15-17 tahun 34 39
bersosialisasi dengan teman sebayanya,
menerima kritik dan saran dari orang lain dan 3. 18-21 tahun 29 34
mengakui akan kelebihan dan kelemahan Total 86 100
yang ada pada dirinya. Remaja di desa
Karangtinggil sering menunjukkan sifat yang Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
tidak mampu mengaktualisasi seperti mudah sebagian besar remaja berusia antara 18
putus asa, tertutup dan jarang bergaul dengan sampai 21 tahun sebanyak 38 % atau
teman sebaya, merasa harga dirinya rendah berjumlah 33 remaja, dan sebagian kecil
dibanding dengan orang lain dan kurangnya berusia 12-14 tahun, yaitu sebanyak 27 %
rasa percaya diri. atau berjumlah 23 remaja.

METODE PENELITIAN.… … .… Tabel 3 Distribusi Remaja Berdasarkan


Desain penelitian yang digunakan dalam Pendidikan Di Desa Karangtinggil Kec.
penelitian ini adalah analitik korelasi dengan Pucuk Kab. Lamongan Bulan Maret Tahun
menggunakan rancang bangun penelitian 2012.
cross sectional. Sampel di ambil dengan
metode simple random sampling sebanyak 86 No Pendidikan Frekuensi Prosentase
responden dari total populasi 110 yaitu 1. Tidak Sekolah 21 24
seluruh remaja di desa Karangtinggil Kec. 2. SD
Pucuk Kab. Lamongan. Data penelitian
3. SMP 22 26
diambil menggunakan kuesioner tertutup.
Setelah ditabulasi data dianalisis 4. SMA 29 34
menggunakan uji coefisien contingensi. 5. Perguruan Tinggi 14 16
Jumlah 86 100%
HASIL .PENELITIAN …
1. Data Umum Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian
1) Karakteristik Responden besar remaja mempunyai latar belakang
Tabel 1 Distribusi Remaja Berdasarkan Jenis pendidikan SMA, yaitu sebanyak 34 % atau
Kelamin berjumlah 29 remaja dan sebagian kecil
mempunyai latar belakang pendidikan
Jenis Prosentase perguruan tinggi, yaitu sebanyak 16 % atau
No. Frekuensi
kelamin (%)
berjumlah 14 remaja.
1. Laki-laki 37 43
2. Perempuan 49 57 Tabel 4 Distribusi Harga Diri Remaja Di
Total 86 100 Desa Karangtinggil Kec. Pucuk Kab.
Lamongan Bulan Maret Tahun 2012.

SURYA 34 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Konsep Diri (Harga Diri) dengan Aktualisasi Diri pada Remaja

No. Harga Diri Frekuensi Prosentase) sedang yaitu 46 remaja atau 95,8%
1. Harga Diri sedangkan sebagian kecil memiliki harga diri
Tinggi 38 44 tinggi menunjukkan aktualisasi yang tinggi
2. Harga Diri pula yaitu 34 remaja atau 89,5%.
Rendah 48 56 Selain itu diperkuat dengan uji Coefisien
Total 86 100 Contingency yang menunjukkan nilai p=
0,000 dimana p< 0,05 artinya ada hubungan
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian antara harga diri dengan aktualisasi diri pada
besar remaja memiliki harga diri rendah yaitu remaja di desa Karangtinggil Kec. Pucuk
48 remaja atau 56% dan sebagian kecil Kab. Lamongan.
memiliki harga diri rendah yaitu 38 remaja
atau 44%.
PEMBAHASAN .… .…
Tabel 5 Distribusi Aktualisasi Diri Remaja 1) Harga Diri
Di Desa Karangtinggil Kec. Pucuk Kab. Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa sebagian
Lamongan Bulan Maret Tahun 2012. besar remaja memiliki harga diri rendah yaitu
48 remaja atau 56% dan sebagian kecil
N Frekuens Prosentas memiliki harga diri tinggi yaitu 38 remaja
Aktualisasi
o. i e (%) atau 44%.
Diri
1. Tinggi 36 42 Menurut Ajisup, 2011 harga diri dapat juga
2. Sedang 50 58 diartikan bahwa menggambarkan sejauh
3. Kurang 0 0 mana individu tersebut menilai dirinya
Total 86 100 sebagai orang yang memiliki kemampuan,
keberartian, berharga, dan kompeten.
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian Menurut Akhmad Sudrajad, 2010 bahwa
besar remaja memiliki tingkat aktualisasi pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri
sedang yaitu 50 sedang atau 58% sedangkan individu, khususnya pada kalangan remaja,
sebagian kecil memiliki aktualisasi tinggi terkait erat dengan dampak negatif jika
yaitu 36 remaja atau 42%. mereka tidak memiliki harga diri yang
mantap. Mereka akan mengalami kesulitan
Tabel 6 Hubungan Harga Diri Dengan dalam menampilkan perilaku sosialnya,
Aktualisasi Diri Remaja Di Desa merasa inferior dan canggung. Namun
Karangtinggil Kec. Pucuk Kab. Lamongan apabila kebutuhan harga diri mereka dapat
Bulan Maret Tahun 2012. terpenuhi secara memadai, kemungkinan
mereka akan memperoleh sukses dalam
Aktualisasi Diri Jumlah menampilkan perilaku sosialnya, tampil
Harg dengan keyakinan diri (self-confidence) dan
Tinggi Sedang merasa memiliki nilai dalam lingkungan
a Σ % Σ % Σ %
Diri sosialnya.
Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
Ting 3 89,5 4 10,5 38 100
remaja di desa Karangtinggil kecamatan
gi 4
Pucuk kabupaten Lamongan mempunyai
Rend 2 4,2 4 95,8 48 100
tingkat harga diri yang masih rendah, ini
ah 6
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah
3 41,9 5 58,1 86 100
satunya yaitu faktor umur yang mana
6 0
sebagian besar remaja berusia 15-17 tahun.
Hasil Uji Koefisien Kontingensi p = 0,000 Dimana usia remaja belum mampu
menguasai fungsi fisik maupun psikisnya,
Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagian selain itu usia remaja juga dipengaruhi oleh
besar remaja yang memiliki harga diri rendah pergaulan sebayanya misalnya apabila teman
menunjukkan kemampun aktualisasi yang sebayanya memiliki rasa percaya diri yang

SURYA 35 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Konsep Diri (Harga Diri) dengan Aktualisasi Diri pada Remaja

kurang maka tidak menutup kemungkinan Keadaan ini kemungkinan di tunjang oleh
remaja akan merasa kurang percaya diri dan beberapa faktor demografi yang terdiri dari
harga dirinya rendah. umur, pendidikan dan pengalaman remaja.
Terdapat beberapa cara meningkatkan harga Hasil demografi menunjukkan umur remaja
diri yaitu beri kesempatan pada remaja untuk sebagian besar dalam rentang usia 15-17
berhasil, beri pengakuan dan pujian, jangan tahun dan pendidikan remaja sebagian adalah
memberi tugas yang tidak dapat diselesaikan, tingkat SMA. Selain itu lingkungan juga
tanamkan gagasan yang dapat memotivasi merupakan salah satu faktor yang dapat
kreatifitas remaja untuk berkembang, dorong mempengaruhi terhadap pembentukan dan
aspirasi atau cita-citanya, tanggapi perkembangan perilaku individu, baik
pertanyaan, pendapat dengan memberi lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-
penjelasan yang sesuai, berikan dukungan psikologis.
atau aspirasi yang positif sehingga Upaya yang dapat dilakukan untuk
memandang dirinya diterima dan bermakna meningkatkan aktulisasi diri pada remaja
dan bantu pembentukan koping (peniruan). adalah menerima kritikan dan masukan dari
Remaja di desa Karangtinggil kecamatan orang lain, menggali potensi yang ada dalam
Pucuk kabupaten lamongan yang memiliki diri remaja dengan mengikuti kegiatan
tingkat harga diri tinggi menunjukkan disekolah atau menekuni bakat yang dimiliki,
perilaku menerima diri apa adanya, memiliki berusaha untuk menjadi diri sendiri dengan
rasa percaya diri yang tinggi. Hal ini dapat perilaku yang baik dan dapat berkontribusi
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah dengan baik terhadap lingkungan sekitar.
satunya yaitu hubungan sosial yang baik, Remaja di desa Karangtinggil kecamatan
mereka mampu bersosialisasi dengan baik Pucuk kabupaten Lamongan yang memiliki
terhadap lingkungan disekitarnya dan mampu tingkat aktualisasi diri yang tinggi
beradaptasi dengan lingkungan dimana dia menunjukkan perilaku menerima diri apa
berada. adanya dan mampu melepaskan diri dari
Berkaitan dengan masa remaja, hasil studi ketergantungan yang berlebihan pada
yang panjang di berbagai negara lingkungan. Ini dapat dipengaruhi oleh faktor
menunjukkan bahwa masa yang paling internal dari aktualisasi diri yaitu faktor
penting dan menentukan perkembangan kepribadian dan takut mengungkapkan
harga diri seseorang adalah pada masa remaja. potensi diri, sehingga potensinya tidak dapat
Pada masa inilah terutama seseorang akan terus berkembang. Potensi diri merupakan
mengenali dan mengembangkan seluruh modal yang perlu digali dan dimaksimalkan.
aspek dalam dirinya, sehingga menentukan Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi
apakah ia akan memiliki harga diri yang jika kita mengetahui potensi yang ada dalam
positif atau negatif (Raymond Tambunan, diri kita kemudian mengarahkannya kepada
2010). tindakan yang tepat dan teruji.
Menurut Maslow dalam Suyanto, 2010
2) Aktualisasi Diri sangat sedikit di dunia ini orang yang sudah
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sebagian mencapai tahap aktualisasi diri kurang dari
besar remaja memiliki tingkat aktualisasi 2% dari seluruh manusia yang ada di bumi
sedang yaitu 50 remaja atau 58% sedangkan dan mampu dicapai oleh seseorang yang
sebagian kecil memiliki aktualisasi tinggi sebagian besar berusia diatas 50 tahun. Hal
yaitu 36 remaja atau 42%. ini dapat disimpulkan bahwa usia dan tingkat
Menurut Abraham Maslow dalam Arianto, pendidikan dapat juga berpengaruh dalam
2009 menyatakan bahwa aktualisasi diri mencapai aktualisasi diri pada remaja.
adalah proses menjadi diri sendiri dan 3) Hubungan Harga Diri Dengan
mengembangkan sifat dan potensi psikologis Aktualisasi Diri
yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa sebagian
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar besar remaja yang memiliki harga diri rendah
khususnya dalam masa anak. menunjukkan kemampun tingkat aktualisasi

SURYA 36 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Konsep Diri (Harga Diri) dengan Aktualisasi Diri pada Remaja

sedang yaitu 46 remaja atau 95,8% individu yang memiliki harga diri tinggi
sedangkan sebagian kecil memiliki harga diri menunjukkan perilaku menerima diri apa
tinggi menunjukkan aktualisasi yang tinggi adanya, percaya diri, puas dengan karakter
pula yaitu 34 remaja atau 89,5%. Hasil uji dan kemampuan diri sedangkan individu
Koefisien Kontingensi p = 0,000 berarti p < yang mempunyai harga diri rendah, akan
 maka H1 diterima artinya terdapat menunjukkan penghargaan buruk terhadap
hubungan antara harga diri dengan dirinya sehingga tidak mampu
aktualisasi diri pada remaja di Desa mengaktualisasikan diri. Sehingga semakin
Karangtinggil Kec. Pucuk Kab. Lamongan. tinggi harga diri seseorang maka semakin
Hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa tinggi pula aktualisasi dirinya. Dan
sebagian besar remaja yang memiliki harga sebaliknya semakin rendah harga diri
diri rendah kurang mampu seseorang maka semakin rendah pula
mengaktualisasikan dirinya. Pemaparan hasil kemampuan aktualisasi dirinya.
penelitian diatas selaras dengan teori bahwa
tidak semua orang mudah
mengaktualisasikan dirinya karena terdapat KESIMPULAN DAN SARAN. …
beberapa kendala, diantaranya yaitu faktor 1. Kesimpulan
kelompok sebaya. Hampir setiap remaja 1) Sebagian besar remaja di desa
memiliki teman sebaya dalam bentuk Karangtinggil kecamatan Pucuk kabupaten
kelompok. Kelompok teman sebaya ini ada Lamongan memiliki harga diri rendah.
yang menguntungkan dalam pengembangan 2) Sebagian besar remaja di desa
proses aktualisasi diri tetapi ada pula yang Karangtinggil kecamatan Pucuk kabupaten
justru menghambat proses aktualisasi diri Lamongan memiliki aktualisasi yang sedang.
pada remaja. 3) Terdapat hubungan antara harga diri
Menurut Riena, 2009 kendala yang bisa dengan aktualisasi diri pada remaja di desa
muncul diantaranya adalah hambatan dari Karangtinggil kecamatan Pucuk kabupaten
individu berupa ketidaktahuan, keraguan, dan Lamongan. Hasil uji Koefisien Kontingensi p
rasa takut individu mengungkapkan potensi = 0,000.
dirinya dan hambatan dari luar lingkungan
berupa perpecahan. Pengaruh negatif yang 2. Saran
akan ditimbulkan oleh kebutuhan akan rasa Dari kesimpulan diatas, peneliti dapat
aman yang kuat. memberikan saran agar bisa berguna, yaitu :
Upaya yang dapat dilakukan remaja untuk 1) Akademis
dapat meningkatkan harga diri agar mampu Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai
mengaktualisasikan dirinya secara maksimal bahan masukan dan pertimbangan dalam
adalah dengan cara membuka diri dalam memberikan penyuluhan tentang proses
menerima kritikan dan masukan orang lain perkembangan remaja sesuai dengan tahap
serta mampu bersosialisasi dengan baik perkembangannya serta harus dapat
terhadap lingkungan sekitar. menjelaskan tentang proses perkembangan
Remaja di desa Karangtinggil Kec. Pucuk remaja sesuai dengan tahap
Kab. Lamongan yang memiliki tingkat harga perkembangannya.
diri tinggi dengan tingkat aktualisasi diri 2) Bagi Remaja
tinggi menunjukkan perilaku menerima diri Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
apa adanya, memiliki rasa percaya diri yang bahan masukan dalam meningkatkan harga
tinggi. Ini dapat dipengaruhi oleh diri remaja agar mampu mengembangkan
kemampuan remaja untuk menjadi dirinya potensi yang dimiliki.
sendiri dan mampu melepaskan diri dari 3) Bagi Peneliti Selanjutnya
ketergantungan yang berlebihan terhadap Bagi peneliti selanjutnya dapat digunakan
lingkungan sosial dan fisik. sebagai bahan referensi dan diharapkan dapat
Harga diri mempunyai pengaruh yang besar melanjutkan penelitian ini dengan dasar
terhadap pembentukan karakter, pada penelitian yang lain misalnya menggunakan

SURYA 37 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan Konsep Diri (Harga Diri) dengan Aktualisasi Diri pada Remaja

variabel lain dari konsep diri atau meneliti Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan
tentang faktor lain dan menggunakan sampel Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
yang lebih banyak sehingga hasilnya lebih Jakarta: Salemba Medika.
representatif. Potter, Perry. 2005. Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.
. . .DAFTAR PUSTAKA . . . Ramadani, Melati Br Ginting. 2011.
Hubungan Konsep Diri (Harga Diri)
Agustiani, Hendrianti. 2006. Psikologi Dengan Aktualisasi Diri Pada Remaja
Perkembangan: Pendekatan Ekologi Obesitas. Diakses: tanggal 16-10-2011 pukul
Kaitannya Dengan Konsep Diri dan 10.00 WIB.
Penyeuaian Diri Pada Remaja. Bandung: Riena. 2009. Hubungan Sosial Dan
PT Refika Aditama. Aktualisasi Diri.
Arianto. 2009. Definisi Aktualisasi Diri. http://rienaqyoute02/wordpress.com.
http://belajarpsikologi.com/definisi- Diakses : tanggal 03-03-2012 pukul 12.45
aktualisasi-diri/. Diakses : tanggal 02-03- WIB.
2012 pukul 13.30 WIB. Semiun, Yustinus OP. 2006. Kesehatan
Azwar, Syaifudin. 2008. Penyusunan Skala Mental 1. Yogyakarta :Komisius.
Psikologis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum Dalam
Deswita. 2006. Batasan Usia Remaja. Lintasan Sejarah. Bandung : CV Pustaka
http://www.e- Setia.
psikologi.com/REMAJA/240901.htm. Sudrajad, Akhmad. 2010. Pengertian Harga
Diakses : tanggal 20-10-2011 pukul 11.15 Diri. http://belajarpsikologi.com/pengertian-
WIB. harga-diri/. Diakses : tanggal 02-03-2012
Haes, Ahmad. 2010. Definisi Aktualisasi pukul 11.30 WIB.
Diri. http://www.e-psikologi.com/aktualisasi- Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian.
diri/240901.htm. Diakses : tanggal 18-10- Bandung : ALFABETA.
2011 pukul 05.15 WIB.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk
Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: Suyanto. 2010. Teori Aktualisasi Diri
Salemba Medika. Abraham.
Hidayat, A. Azis Alimul. 2007. Metode http://bermenschool.wordpress.com/2010/05/
Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa 26/teori-aktualisasi-diri-abraham-maslow/.
Data. Jakarta: Salemba Medika. Diakses: tanggal 13-10-2011 pukul 05.00
Iqbal, Wahit Mubarak dan Nurul Chayatin. WIB.
2007. Buku ajar kebutuhan dasar Tambunan, Raymond. 2010. Harga Diri
manusia :teori & aplikasi dalam praktik. Remaja. http://www.e-
Jakarta. ECG. psikologi.com/REMAJA/240901.htm.
Diakses : tanggal 02-03-2012 pukul 10.15
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi WIB.
Penelitian; cet 3. Jakarta: Rhineka Cipta. Tarwoto, Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar
Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Manusia Dan Proses Keperawatan, Edisi
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. ke-1. Jakarta: Salemba Medika
Jakarta: Salemba Medika.

SURYA 38 Vol.02, No.XII, Agus 2012


HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU KELUARGA
DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK UMUR 2 BULAN-5 TAHUN
DI RUANG ANGGREK RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

David Azizul Khanif*, Lilis Maghfuroh**, Liza Purbowati***

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….


ISPA merupakan penyakit infeksi yang menyerang saluran pernapasan. Penyakit ini sering
terjadi pada anak, karena sistem pertahan tubuh anak masih rendah.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan lingkungan rumah dan perilaku keluarga
dengan kejadian ISPA. Disain penelitian yang digunakan adalah analitik Cross Sectional. Teknik
sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sample yang diambil sebanyak 26
responden yaitu keluarga dan anak umur 2 bulan- 5 tahun di ruang Anggrek RSUD Dr. Soegiri.
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Setelah ditabulasi data
dianalisis menggunakan uji Speraman Rank dengan tingkat kemaknaan 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruhnya keluarga tinggal di lingkungan rumah kategori
cukup sebanyak 23 orang (88,5%), sedangkan sebagian besar perilaku keluarga kategori baik
sebanyak 15 orang (57,7%), sedangkan sebagian besar anak menderita bukan pnemonia sebanyak
16 orang (61,5%). Hasil pengujian statistik diperoleh ada hubungan lingkungan rumah dengan
kejadian ISPA dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,448 dengan tingkat signifikansi 0,022
(p<0.05). Dan ada hubungan perilaku keluarga dengan kejadian ISPA dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,642 dengan tingkat signifikansi 0,000 (p<0.05).
Rekomendasi dari penelitian ini maka perlu dilakukan penyuluhan kepada keluarga pasien tentang
bagaimana cara berperilaku hidup bersih dan sehat supaya dapat mengurangi angka kejadian ISPA
pada anak.

Kata kunci : lingkungan rumah, perilaku keluarga, kejadian ISPA

PENDAHULUAN. …… . … …. ISPA menempati urutan ketujuh


Penyakit infeksi masih menjadi penyebab kematian di Indonesia pada tahun
penyakit utama di banyak negara 2001 dengan prevalensi sebesar 4,9 %
berkembang, termasuk di Indonesia. Jenis (Pustadin, Depkes, 2002). Pada tahun 2003
penyakit infeksi di Indonesia yang banyak berdasarkan data persentase 10 penyakit
diderita oleh masyarakat adalah Infeksi utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit
Saluran Pernapasan Akut (ISPA), baik di Indonesia angka prevalensi sebesar 8,5 %
infeksi saluran pernapasan atas maupun (Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Depkes
bagian bawah. Penyakit ISPA merupakan RI, 2005). Penyakit ISPA ini masih menjadi
penyakit yang sering terjadi pada anak, masalah kesehatan utama di indonesia karena
karena sistem pertahanan tubuh anak masih masih tingginya angka kejadian ISPA
rendah (Depkes RI, 2001). terutama pada balita. ISPA mengakibatkan
Anak-anak merupakan kelompok sekitar 20%-30% kematian pada balita. ISPA
masyarakat yang rentan untuk terserang merupakan salah satu penyebab kunjungan
berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi. pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak
Menurut temuan organisasi kesehatan dunia 40%-60% kunjungan berobat di puskesmas
(WHO) diperkirakan 10 juta anak meninggal dan 15%-30% kunjungan berobat dirawat
tiap tahun, yang disebabkan karena diare, jalan dan rawat inap (Depkes RI, 2009).
HIV/AIDS, Malaria dan ISPA (Depkes RI, Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
2007). Rumah Tangga (SKRT) 2001, angka

SURYA 39 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

prevalensi ISPA sebesar 2 % dari lima dapat merusak mekanisme pertahan paru
penyakit yang disurvei (ISPA, infeksi saluran sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA.
nafas kronis, hipertensi, kulit dan sendi), Hal ini dapat terjadi pada rumah yang
dengan prevalensi tinggi pada golongan bayi keadaan ventilasinya kurang dan dapur
sebesar 39 % dan balita sebesar 42 %. terletak di dalam rumah, bersatu dengan
Prevalensi ISPA untuk kawasan Sumatera kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak
sebesar 20 %, sementara untuk Jawa-Bali balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan
sebesar 23 %. Angka prevalensi ISPA di karena bayi dan anak balita lebih lama berada
pedesaan yaitu 25 % lebih tinggi bila di rumah bersama-sama ibunya sehingga
dibandingkan dengan daerah perkotaan yang dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi
sebesar 22 % (Direktorat Jendral Pelayanan (Putraprabu, 2009).
Medik, Depkes, 2005). Ventilasi rumah berfungsi menjaga
Berdasarkan data survei awal yang agar aliran udara di dalam rumah tersebut
dilakukan peneliti pada tanggal 2 juni 2010 tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
di ruang Anggrek RSUD Dr. Soegiri yang diperlukan oleh penghuni rumah
Lamongan, diketahui data umur 2 bulan-5 tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi
tahun yang menderita ISPA tahun 2008 akan menyebabkan kurangnya O2 di dalam
sebesar 45 anak dengan rincian 46,6 % ISPA, rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat
20 % bronkopnemonia, 20 % pnemonia, dan racun akan meningkat . Fungsi lain adalah
13,3 % bronkitis. Untuk tahun 2009 sebesar untuk menjaga agar ruangan rumah selalu
131 anak dengan rincian 55,7 % ISPA, 19 % tetap di dalam kelembaban yang optimum
bronkopnemonia, 20,6 % pnemonia, dan dan membebaskan udara ruangan dari
4,5 % bronkitis. Secara keseluruhan pada bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen,
tahun 2008-2009 terjadi peningkatan karena terjadi aliran udara yang terus
penderita ISPA sebesar 291,1 % di ruang menerus. (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).
Anggrek RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Hal Menurut keputusan menteri
ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kesehatan nomor
kejadian ISPA umur 2 bulan-5 tahun. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang
Secara umum terdapat 3 (tiga) faktor persyaratan kesehatan rumah, satu orang
resiko terjadinya ISPA yaitu faktor minimal menempati luas rumah 8m². Dengan
lingkungan terdiri dari pencemaran udara kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah
dalam rumah, ventilasi rumah, dan kepadatan penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.
hunian rumah. Sedangkan faktor individu Keadaan tempat tinggal yang padat akan
anak terdiri dari umur, berat badan lahir, penghuninya dapat menyebabkan
status gizi, vitamin A, dan status imunisasi, kelembaban udara di dalam ruangan naik
serta faktor perilaku (Putraprabu, 2009). karena terjadinya proses penguapan cairan
Lingkungan adalah segala sesuatu dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini
baik berupa fisik, biologis, maupun sosial akan menjadi media yang baik untuk bakteri-
yang berada disekitar manusia serta bakteri patogen (bakteri-bakteri penyebab
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi penyakit).
kehidupan dan perkembangan manusia Faktor individu, Kongres Kedokteran
(Lennihan dan Fletter :1989 dalam Ikeu Perinatologi Eropa Ke-2, 1970,
Nurhidayah et.all :2006). Faktor lingkungan mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah
ini, terutama keadaan rumah khususnya (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan
ruang dapur dapat menyebabkan kejadian berat badan lahir  2500 gr dan mengalami
ISPA. Polusi udara atau pencemaran di masa gestasi yang diperpendek maupun
dalam rumah akibat penggunaan kayu bakar pertumbuhan intra uterus kurang dari yang
memasak menjadi faktor penyebab penting diharapkan (Rosa M. Sacharin, 1996). Berat
kejadian ISPA (WHO, 2005). Asap rokok Badan Lahir Rendah tergolong bayi yang
dan asap hasil pembakaran bahan bakar mempunyai resiko tinggi untuk kesakitan dan
untuk memasak dengan konsentrasi tinggi kematian karena BBLR mempunyai masalah

SURYA 40 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

terjadi gangguan pertumbuhan dan kembang sangat mudah, akan tetapi apabila
pematangan (maturitas) organ yang dapat kondisi status kesehatan kurang maka akan
menimbulkan kematian, bayi dengan berat terjadi perlambatan (Aziz Alimul H, 2003).
badan lahir rendah (BBLR) mempunyai Untuk menanggulangi meningkatnya
resiko kematian yang lebih besar kejadian ISPA pemerintah mengadakan
dibandingkan dengan berat badan lahir program pengendalian penyakit ISPA (P2
normal, terutama pada bulan-bulan pertama ISPA), dengan mengklasifikasikan ISPA
kelahiran karena pembentukan zat anti menjadi 3 (tiga), yaitu: umur 2 bulan-5 tahun
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih pnemonia berat, pnemonia, dan bukan
mudah terkena penyakit infeksi. Kekurangan pnemonia. Langkah melaksanakan program
vitamin A (KVA) juga menghalangi fungsi tersebut yaitu secara bertahap menentukan
sel-sel kelenjar sehingga kulit menjadi kering, daerah yang akan dicakup program,
kasar dan luka sukar sembuh. Membran menyelenggarakan pelatihan pada para
mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan pelaksana program, melibatkan peran serta
mukus dengan sempurna sehingga mudah aktif masyarakat dan mengupayakan
terserang bakteri (infeksi). Penelitian yang terwujudnya kerja sama lintas sektoral dan
dilakukan oleh Chandra pada tahun 1979 lintas program serta penyuluhan tentang cara
menunjukkan bahwa kekurangan gizi akan merawat anak balita. Di tempat pelayanan
meningkatkan kerentanan dan beratnya kesehatan oleh petugas kesehatan, upaya
infeksi suatu penyakit. Penelitian lain yang yang harus dilakukan terkait program yang
dilakukan oleh Pio dkk (1985) menunjukkan telah ditetapkan oleh pemerintah adalah
adanya hubungan antara kekurangan zat gizi melakukan deteksi dini dari penyakit batuk,
dan ISPA karena kekurangan gizi akan pilek yang sering menyerang anak,
cenderung menurunkan daya tahan balita memberikan penyuluhan pada keluarga
terhadap serangan penyakit. Penelitian di tentang cara pencegahan dan memberikan
Cikutra Bandung yang dilakukan oleh perawatan yang optimal sesuai dengan
Kartasasmitha pada tahun 1993 juga prosedur yang telah ditetapkan, sehingga
menunjukkan kecenderungan kenaikan dapat mencegah keparahan atau komplikasi
prevalensi dan insidensi pada anak dengan (Depkes RI, 2009).
gizi kurang (Dinkes, 2001). Berdasarakan uraian diatas, penulis
Perilaku merupakan hasil hubungan berpendapat bahwa perlu dilakukan
antara perangsang (stimulus) dan tanggapan penelitian tentang faktor-faktor yang
(respon) (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran
Perilaku dalam pencegahan dan Pernafasan Akut (ISPA) pada anak. Oleh
penanggulangan penyakit ISPA pada bayi karena itu peneliti merasa tertarik untuk
dan balita dalam hal ini adalah praktek meneliti tentang ”Bagaimana hubungan
penanganan ISPA di keluarga baik yang antara lingkungan rumah dan perilaku
dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga keluarga dengan kejadian ISPA pada anak
lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil umur 2 bulan-5 tahun di ruang Anggrek
dari masyarakat yang berkumpul dan tinggal RSUD Dr. Soegiri Lamongan”.
dalam suatu rumah tangga, satu dengan
lainnya saling tergantung dan berinteraksi. METODE PENELITIAN.… … .…
Bila salah satu atau beberapa anggota Penelitian ini menggunakan desain
keluarga mempunyai masalah kesehatan, penelitian analitik korelasional dengan
maka akan berpengaruh terhadap anggota menggunakan pendekatan crossectional
keluarga lainnya (Putraprabu, 2009). dengan menggunakan teknik sampling simple
Status kesehatan ini dapat random sampling, pengumpulan data dengan
berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan kuesioner dan menggunakan uji spearman
dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat dengan skala data ordinal-ordinal dan
apabila anak dengan kondisi sehat dan pembacaan hasil uji dengan SPSS 11,5 for
sejahtera maka percepatan untuk tumbuh window.

SURYA 41 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

HASIL .PENELITIAN … 3) Karakteristik pendidikan keluarga


1. Data Umum Tabel 3 Karakteristik pendidikan
1) Karakteristik Responden keluarga pasien anak di ruang
1) Karakteristik hubungan keluarga dengan Anggrek RSUD Dr. Soegiri
anak Lamongan 2010.
Tabel 1 Karakteristik hubungan
keluarga dengan anak di ruang No. Pendidikan Jumlah %
Anggrek RSUD Dr. Soegiri 1 SD
5 19,2
Lamongan 2010. 2 SMP
5 19,2
3 SMA
12 46,2
Hubungan 4 Akademi/
4 15,4
No. dengan Jumlah % PT
keluarga Total 26 100,0
1 Ayah 6 23,1
2 Ibu 17 65,4 Berdasarkan tabel 3 di atas, maka
3 Kakek/nenek 2 7,7 hampir setengahnya tingkat pendidikan
4 Saudara 1 3,8 keluarga berpendidikan SMA atau sederajat
Total 26 100,0 yaitu sebanyak 12 orang (46,2%), dan
sebagian kecil berpendidikan akademi/
Berdasarkan tabel 1 di atas, maka perguruan tinggi yaitu sebanyak 4 orang
sebagian besar hubungan keluarga dengan (15,4%).
anak adalah ibu yaitu sebanyak 17 orang 4) Karakteristik pekerjaan keluarga
(65,4%), dan hanya sebagian kecil sebagai Tabel 4 Karakteristik pekerjaan
saudara yaitu 1 orang (3,8%). keluarga pasien anak di ruang
Anggrek RSUD Dr. Soegiri
2) Karakteristik keluarga berdasarkan umur Lamongan 2010.

Tabel 2 Karakteristik keluarga No. Pekerjaan Jumlah %


berdasarkan umur dengan pasien 1 PNS/TNI/POLRI 4 15,4
anak di ruang Anggrek RSUD Dr. 2 Tani 4 15,4
Soegiri Lamongan 2010. 3 Swasta 8 30,8
No. Umur Jumlah % 4 Wiraswasta 10 38,5
1 <20 th 1 3,8 Total 26 100,0
2 21-30 11 42,3
3 th 8 30,8 Berdasarkan tabel 4 di atas, hampir
4 31-40 6 23,1 setengah pekerjaan keluarga bekerja sebagai
th wiraswasta yaitu sebanyak 10 orang (38,5%),
>41 th sebagian kecil yang bekerja sebagai
Total 26 100,0 PNS/TNI/POLRI dan petani masing-masing
sebanyak 4 orang (15,4%).
Berdasarkan tabel 2 di atas, maka
hampir setengahnya keluarga berumur 21-30 5) Karakteristik agama keluarga
tahun yaitu sebanyak 11 orang (42,3%), dan Tabel 5 Karakteristik agama keluarga
hanya sebagian kecil berumur <20 tahun pasien anak di ruang Anggrek RSUD
sebanyak 1 orang (3,8%). Dr. Soegiri Lamongan 2010.

No. Agama Jumlah Prosentase%


1 Islam 26 100,0
Total 26 100,0

SURYA 42 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

Berdasarkan tabel 5 di atas, seluruh 2) Perilaku Keluarga


keluarga beragama islam yaitu sebanyak 27 Tabel 8 Perilaku keluarga pasien
orang (100%). anak di ruang Anggrek RSUD Dr.
Soegiri Lamongan 2010.
6) Karakteristik umur anak dengan ISPA No. Perilaku Jumlah %
Tabel 6 Karakteristik umur anak Keluarga
dengan ISPA di ruang Anggrek 1 Baik 15 57,7
RSUD Dr. Soegiri Lamongan 2010. 2 Cukup 10 38,5
3 Kurang 1 3,8
No. Umur Jumlah % Total 26 100,0
Anak Berdasarkan tabel 8 di atas, maka
1 2 bulan- 1 9 34,6 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
2 th 13 50 keluarga berperilaku baik sebanyak 15 orang
3 1-3 th 4 15,4 (57,7%), dan hanya sebagian kecil yang
4-5 th berperilaku kurang sebanyak 1 orang (3,8%).
Total 26 100,0
3) Kejadian ISPA
Berdasarkan tabel 6 di atas, maka Tabel 9 Kejadian ISPA di ruang
setengahnya keluarga mempunyai anak umur Anggrek RSUD Dr. Soegiri Lamongan
1-3 tahun sebanyak 13 orang (50%), dan 2010.
sebagian kecil keluarga mempunyai anak
umur 4-5 tahun sebanyak 4 orang (15,4%). No. ISPA Jumlah %
1 Bukan 16 61,5
2. Data Khusus pnemonia
1) Lingkungan Rumah 2 Pnemonia 9 34,6
Tabel 7 Lingkungan rumah keluarga sedang
pasien anak di ruang Anggrek RSUD 3 Pnemonia 1 3,8
Dr. Soegiri Lamongan 2010. berat
Total 26 100,0
No. Lingkungan Jumlah %
Rumah Berdasarkan tabel 9 di atas, maka
1 Baik 1 3,8 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
2 Cukup 23 88,5 anak menderita bukan pnemonia sebanyak 16
3 Buruk 2 7,7 orang (61,5%), dan hanya sebagian kecil
Total 26 100,0 yang menderita pnemonia berat sebanyak 1
orang (3,8%).
Berdasarkan tabel 7 di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh
keluarga tinggal di lingkungan rumah cukup
sebanyak 23 orang (88,5%), dan hanya
sebagian kecil yang tinggal di lingkungan
rumah baik sebanyak 1 orang (3,8%).

SURYA 43 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

baik hampir seluruhnya anak menderita


4) Hubungan lingkungan rumah dengan bukan pnemonia sebanyak 13 orang (86,7%).
kejadian ISPA Sedangkan keluarga yang mempunyai
Tabel 10 Tabulasi silang Hubungan perilaku cukup sebagian besar anak
lingkungan rumah dengan kejadian menderita pnemonia sedang sebanyak 7
ISPA di ruang Anggrek RSUD Dr. orang (70%). Sedangkan keluarga yang
Soegiri Lamongan 2010. mempunyai perilaku kurang seluruhnya anak
Kejadian ISPA (Pneumonia) Jumlah menderita pnemonia berat sebanyak 1 orang
Lingk
Rumah No
Se
Be To (100%). Terdapat hubungan perilaku
% da % % %
n
ng
rat t keluarga dengan kejadian ISPA pada anak
Baik 1 100 0 0 0 0 1 100 umur 2 bulan- 5 tahun di ruang Anggrek
Cukup 15 65,2 8 34, 0 0 23 100 RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
Buruk 0 0 1 8 1 50 2 100
50
16 61,5 9 34,
Jumlah 1 3,8 26 100
6 PEMBAHASAN .… .…
rs = 0,448
p = 0,022 1. Lingkungan Rumah
Berdasarkan hasil dari tabulasi data
Berdasarkan tabel 10 di atas terlihat tabel 7, didapatkan bahwa sebagian kecil
bahwa keluarga yang tinggal di lingkungan keluarga tinggal di lingkungan rumah baik
rumah baik seluruh anaknya menderita bukan sebanyak 1 orang (3,8%), hampir seluruhnya
pnemonia sebanyak 1 orang (100%). tinggal di lingkungan rumah cukup sebanyak
Sedangkan keluarga yang tinggal di 23 orang (88,5%), dan sebagian kecil
lingkungan rumah cukup sebagian besar keluarga tinggal di lingkungan rumah buruk
anaknya menderita bukan pnemonia sebanyak 2 orang (7,7%).
sebanyak 15 orang (65,2%). Sedangkan Hal tersebut dapat disebabkan hampir
keluarga yang tinggal di lingkungan rumah sebagian keluarga bekerja sebagai wiraswasta
buruk sebagian anaknya menderita pnemonia yaitu sebanyak 10 orang (38,5%), sebagian
sedang dan pnemonia berat sebanyak 1 orang kecil yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI
(50%). Terdapat hubungan lingkungan rumah dan petani masing-masing sebanyak 4 orang
dengan kejadian ISPA pada anak umur 2 (15,4%). Secara teoritis keluarga kurang
bulan-5 tahun di ruang Anggrek RSUD Dr. mampu hanya akan mampu membuat rumah
Soegiri Lamongan. sekedarnya, cukup untuk berlindung dari
panas dan hujan saja, tanpa memperhatikan
5) Hubungan perilaku keluarga dengan masalah kesehatannya. Hal ini sering
kejadian ISPA dijumpai, karena biasanya pendapatan
Tabel 11 Tabulasi silang Hubungan perilaku keluarga itu berbanding terbalik dengan
keluarga dengan kejadian ISPA di ruang jumlah anak atau anggota keluarga. Dengan
Anggrek RSUD Dr. Soegiri Lamongan 2010. demikian keluarga yang besar seringkali
hanya mampu membeli rumah yang kecil dan
sebaliknya. Hal ini sering tidak mendapat
Perilaku Kejadian ISPA (Pnumonia) Jumlah perhatian dan terus membangun rumah
Klg No Seda Be To
n
%
ng
%
rat
%
t
% menjadi sangat sederhana dan sangat kecil
Baik 13 86,7 2 13,3 0 0 15 100 bagi yang kurang mampu (Juli Soemirat,
Cukup 3 30 7 70 0 0 10 100 2000:144).
Kurang 0 0 0 0 1 100 1 100
Berdasarkan fakta di atas sudah jelas
Jumlah 16 61,5 9 34,6 1 3,8 26 100 bahwa hampir sebagian keluarga bekerja
rs = 0,642 sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 10 orang
p = 0,000
(38,5%). Hal ini sesuai dengan teori bahwa
rumah yang kecil dengan jumlah penghuni
Berdasarkan tabel 11 di atas terlihat
rumah yang banyak dan berkumpul dalam
bahwa keluarga yang mempunyai perilaku suatu ruangan kemungkinan mendapatkan

SURYA 44 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

resiko untuk terjadinya penularan penyakit Dengan bertambahnya umur seseorang


lebih mudah, khususnya pada anak usia 2 akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
bulan- 5 tahun yang relatif lebih rentan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik
terhadap penularan penyakit. secara garis besar ada empat ketegori
Berdasarkan hasil dari tabulasi data perubahan pertama, perubahan ukuran, kedua,
tabel 4.3, didapatkan bahwa hampir perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-
setengahnya tingkat pendidikan keluarga ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru.
berpendidikan SMA atau sederajat sebanyak Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ.
12 orang (46,2%), dan sebagian kecil Pada aspek psikologis atau mental taraf
berpendidikan akademi atau perguruan tinggi berpikir seseorang semakin matang dan
sebanyak 4 orang (15,4%). dewasa sehingga akan bisa lebih matang
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003) dalam berpikir dan mempertimbangkan hal-
faktor-faktor yang mempengaruhi hal yang lebih baik dalam masalah kesehatan
pengetahuan adalah pendidikan, pekerjaan, baik untuk dirinya sendiri, keluarga ataupun
umur, status perkawinan, pengalaman, anaknya.
kebudayaan, dan informasi. Berdasarkan hasil dari tabulasi data
Berdasarkan fakta di atas hampir tabel 3, bahwa hampir sebagian tingkat
setengahnya tingkat pendidikan keluarga pendidikan keluarga berpendidikan SMA
berpendidikan SMA atau sederajat sebanyak atau sederajat yaitu sebanyak 12 orang
12 orang (46,2%), hal ini sesuai dengan teori (46,2%), dan sebagian kecil berpendidikan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi akan akademi/ perguruan tinggi yaitu sebanyak 4
mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki, orang (15,4%). Dengan tingkat pendidikan
sehingga hampir seluruhnya keluarga tinggal yang hampir setengah SMA atau sederajat,
di lingkungan rumah cukup. Hal ini dimana keluarga masih mudah menerima
dikarenakan tingkat pengetahuan mereka informasi, dan pada akhirnya makin banyak
yang masih kurang, pada tingkat pengetahuan pula pengetahuan yang dimilikinya.
ini mereka sulit menerima informasi baru Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003),
khususnya yang berhubungan dengan pembentukan perilaku dipengaruhi oleh
lingkungan rumah yang sehat. beberapa faktor yang melatar belakangi atau
faktor yang dapat memotivasi bagi perilaku
2. Perilaku Keluarga adalah pengetahuan dan sikap, dimana
Berdasarkan hasil dari tabulasi data tingkat pendidikan seseorang akan
tabel 8, didapatkan bahwa sebagian besar memberikan dampak terhadap pengetahuan
keluarga berperilaku baik sebanyak 15 orang dan sikap atau tindakan. Menurut Wahid
(57,7%), hampir sebagian keluarga Iqbal Mubarak (2007) pendidikan berarti
berperilaku cukup sebanyak 10 orang (38,5%) membimbing yang diberikan seseorang pada
dan hanya sebagian kecil keluarga orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka
berperilaku kurang sebanyak 1 orang (3,8%). dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri lagi
Dimana pada perilaku keluarga yang baik bahwa tingkat pendidikan yang tinggi,
diperoleh data bahwa hampir sebagian seseorang akan lebih mudah dalam menerima
keluarga berumur 21-30 tahun yaitu informasi. Sebaliknya jika seseorang tingkat
sebanyak 11 orang (42,3%), dan hanya pendidikannya rendah akan lebih sulit
sebagian kecil berumur <20 tahun sebanyak 1 menerima informasi. Dimana pengetahuan
orang (3,8%). merupakan domain yang sangat penting
Menurut Wahid Iqbal Mubarak dan dalam terbentuknya sikap dan perilaku
kawan-kawan (2007), usia merupakan salah seseorang. Jadi semakin baik pengetahuan
satu hal yang mempengaruhi seseorang untuk seseorang maka secara otomatis perilaku
belajar dan menjadi lebih tahu, sehingga seseorang akan semakin baik pula.
informasi yang diperoleh dari mana dan dari Berdasarkan hasil dari tabulasi data
siapapun. tabel 4, bahwa hampir setengah pekerjaan
keluarga bekerja sebagai wiraswasta yaitu

SURYA 45 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

sebanyak 10 orang (38,5%), sebagian kecil resiko lebih besar terkena penyakit menular
yang bekerja sebagai PNS/TNI/POLRI dan seperti ISPA dikarenakan daya tahan tubuh
petani masing-masing sebanyak 4 orang anak masih rendah pada usia muda.
(15,4%).
Menurut Wahid Iqbal Mubarak dan 4. Hubungan Lingkungan Rumah dengan
kawan kawan (2007) Lingkungan pekerjaan Kejadian ISPA
dapat menjadikan seseorang memperoleh Berdasarkan tabel 10, bahwa keluarga
pengalaman dan pengetahuan baik secara yang tinggal di lingkungan rumah baik
langsung maupun secara tidak langsung. seluruh anaknya menderita bukan pnemonia
Lingkungan pekerjaan juga mempunyai sebanyak 1 orang (100%), sedangkan
pengaruh terhadap seseorang terutama keluarga yang tinggal di lingkungan rumah
mengenai pengetahuan karena di lingkungan cukup sebagian besar anaknya menderita
pekerjaan seseorang memperoleh bukan pnemonia sebanyak 15 orang (65,2%),
pengalaman baik itu pengalaman yang sedangkan keluarga yang tinggal di
diperoleh secara langsung maupun cerita dari lingkungan rumah buruk sebagian anaknya
teman kerja, sehingga hal tersebut akan menderita pnemonia sedang dan pnemonia
menambah pengetahuan seseorang. Jadi berat sebanyak 1 orang (50%).
semakin baik pengetahuan seseorang akan Dari hasil uji SPSS 11,5 menggunakan
mempengaruhi tindakan yang dilakukannya. uji korelasi Spearman Rank. Diperoleh nilai
korelasi positif sebesar 0,448 dengan
3. Kejadian ISPA signifikansi p = 0,022 dimana p < 0,05. Maka
Berdasarkan hasil dari tabulasi data 9, H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara
didapatkan bahwa sebagian besar anak lingkungan rumah dengan kejadian ISPA
menderita bukan pnemonia sebanyak 16 pada anak umur 2 bulan- 5 tahun di ruang
orang (61,5%), hampir setengah yang Anggrek RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
menderita pnemonia sedang sebanyak 9 Berdasarkan hasil uji di atas dapat
orang (34,6%) dan hanya sebagian kecil yang diinterpretasikan bahwa semakin baik
menderita pnemonia berat sebanyak 1 orang lingkungan rumah, semakin ringan ISPA
(3,8%). yang dialami anak. Sedangkan semakin
Berdasarkan hasil tabulasi data tabel 6, buruk lingkungan rumah, semakin berat
sebagian keluarga mempunyai anak umur 1-3 ISPA yang dialami anak. Jadi ada hubungan
tahun sebanyak 13 orang (50%), dan yang positif antara lingkungan rumah dengan
sebagian kecil keluarga mempunyai anak kejadian ISPA pada anak umur 2 bulan- 5
umur 4-5 tahun sebanyak 4 orang (15,4%). tahun di ruang Anggrek RSUD. Dr. Soegiri
Umur diduga terkait dengan sistem Lamongan 2010.
kekebalan tubuhnya, terutama pada usia Lingkungan merupakan hal yang tidak
kurang dari 5 tahun karena daya tahan tubuh terpisahkan dari aktivitas kehidupan manusia.
balita lebih rendah dari orang dewasa Lingkungan, baik secara fisik maupun
sehingga mudah menderita ISPA. Bayi dan biologis, sangat berperan dalam proses
balita merupakan kelompok yang kekebalan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat,
tubuhnya belum sempurna, sehingga masih termasuk gangguan kesehatan berupa
rentan terhadap berbagai penyakit infeksi. penyakit ISPA pada anak (Soekidjo
Hal senada dikemukakan oleh Suwendra, Notoatmodjo, 2003).
1988 dalam Ike Suhandayani (2007), bahkan Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2003)
semakin muda usia anak makin sering lingkungan rumah merupakan salah satu
mendapat serangan ISPA. faktor yang memberikan pengaruh besar
Berdasarkan fakta di atas sudah jelas terhadap status kesehatan penghuninya.
bahwa setengahnya anak umur 1-3 tahun Dari teori diatas dapat kita ketahui
sebanyak 13 orang (50%) menderita ISPA. bahwa lingkungan rumah dapat
Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin mempengaruhi kejadian ISPA terutama pada
muda usia anak maka akan mempunyai rumah yang sempit, padat, tidak adanya

SURYA 46 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

cerobong asap, kotor dan ventilasi yang semakin buruk perilaku keluarga maka
kurang akan mempunyai resiko lebih besar semakin berat derajat ISPA yang diderita
terhadap anak terserang ISPA. Oleh karena anak. Perilaku manusia merupakan aktivitas
itu kesehatan anak sangat dipengaruhi oleh yang timbul karena adanya stimulus dan
keadaan lingkungan, baik secara fisik, respons serta dapat diamati secara langsung
biologis, maupun sosial. maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004:3).

5. Hubungan Perilaku Keluarga dengan


Kejadian ISPA KESIMPULAN DAN SARAN. …
Berdasarkan tabel 11, bahwa keluarga 1. Kesimpulan
yang berperilaku baik hampir seluruhnya 1. Hampir seluruhnya anak menderita ISPA
anak menderita bukan pnemonia sebanyak 13 di ruang Anggrek RSUD Dr. Soegiri
orang (86,7%). Sedangkan keluarga yang Lamongan 2010 tinggal di lingkungan
berperilaku cukup sebagian besar anak rumah cukup.
menderita pnemonia sedang sebanyak 7 2. Sebagian besar anak di ruang Anggrek
orang (70%). Sedangkan keluarga RSUD Dr. Soegiri Lamongan 2010
berperilaku kurang seluruhnya anak mempunyai perilaku keluarga baik.
menderita pnemonia berat sebanyak 1 orang 3. Sebagian besar anak menderita ISPA:
(100%). bukan pnemonia di ruang Anggrek
Dari hasil uji SPSS 11,5 menggunakan RSUD Dr. Soegiri Lamongan 2010.
uji korelasi Spearman Rank. Diperoleh nilai 4. Ada hubungan lingkungan rumah dengan
korelasi positif sebesar 0,642 dengan kejadian ISPA pada anak umur 2 bulan-5
signifikansi p = 0,000 dimana p < 0,05. Maka tahun di ruang Anggrek RSUD Dr.
H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara Soegiri Lamongan.
perilaku keluarga dengan kejadian ISPA pada 5. Ada hubungan perilaku keluarga dengan
anak umur 2 bulan- 5 tahun di ruang Anggrek kejadian ISPA pada anak umur 2 bulan-5
RSUD Dr. Soegiri Lamongan. tahun di ruang Anggrek RSUD Dr.
Berdasarkan hasil uji di atas dapat Soegiri Lamongan.
diinterpretasikan bahwa semakin baik
perilaku orang tua/ keluarga, semakin ringan 2. Saran
ISPA yang dialami anak. Sedangkan semakin Dengan melihat hasil simpulan diatas,
kurang perilaku orang tua/ keluarga, semakin maka ada beberapa saran dari peneliti yaitu
berat ISPA yang dialami anak. Jadi ada sebagai berikut :
hubungan yang positif antara perilaku 1) Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
keluarga dengan kejadian ISPA pada anak Untuk mengatasi kejadian ISPA pada
umur 2 bulan- 5 tahun di ruang Anggrek anak maka perlu dilakukan penyuluhan
RSUD. Dr. Soegiri Lamongan 2010. kepada orang tua atau anggota keluarga
Pengetahuan dan sikap mengenai pasien tentang bagaimana cara
kesehatan akan berpengaruh terhadap berperilaku hidup bersih dan sehat
perilaku sebagai hasil jangka panjang dari 2) Bagi Profesi Keperawatan
pendidikan kesehatan hal itu dikarenakan Dari hasil penelitian tentang hubungan
dari pengetahuan dan sikap itulah akan antara lingkungan rumah dan perilaku
tercipta upaya dari orang tua atau keluarga keluarga dengan kejadian ISPA pada
terhadap anaknya (Notoatmojo, 2003). anak umur 2 bulan- 5 tahun diharapkan
Dengan mempelajari kejadian atau hasil menjadi tambahan ilmu kepada perawat
penelitian di atas dapat dipastikan bahwa untuk memberikan informasi kepada
perilaku seseorang tentang hidup bersih dan keluarga mengenai hal-hal yang dapat
sehat sangat berpengaruh terhadap kejadian menyebabkan ISPA.
ISPA pada anak, meskipun pembentukan 3) Bagi peneliti selanjutnya
perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor Perlunya penelitian lebih lanjut dengan
lain, tetapi tidak dapat dipungkiri lagi bahwa menggunakan jumlah responden yang

SURYA 47 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

lebih besar dan representatif dengan


metode yang lebih akurat, serta meneliti Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2005.
dari faktor lain yang menjadi penyebab Profil Kesehatan Jawa Tengah.
terjadinya ISPA pada anak. Semarang
4) Bagi Orang Tua
Dari hasil penelitian ini diharapkan Hidayat, Aziz Alimul, (2005). Pengantar
orang tua selalu memperhatikan Ilmu Keperawatan Anak I.
kebersihan lingkungan rumah dan dapat Jakarta:Salemba Medika
menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat dalam kehidupan sehari-hari. , (2007). Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
. . .DAFTAR PUSTAKA . . . Jakarta: Salemba Medika

Akhmadi, (2009). Konsep Keluarga. , (2009). Metode Penelitian


http://www.rajawana.com. Diakses 26 Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
April 2010, jam 16.20 WIB Jakarta: Salemba Medika

Budiarto, Eko, (2001). Biostatistika Untuk Hood Alsagaff, Abdul Mukty, (1995). Dasar-
Kedokteran Dan Kesehatan dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Masyarakat, Jakarta: EGC Airlangga University Press

Chandra, Budiman, (2006). Pengantar Ike Suhandayani, (2007). Faktor – faktor


Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC yang Berhubungan dengan Kejadian
ISPA Pada Balita Di Puskesmas Pati
Dempsey, Patricia Ann, (2002). Risert Kabupaten Pati Tahun 2006. Fakultas
Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan. Ilmu Keolahragaan. Jurusan Ilmu
Alih bahasa Palupi W. Ed 4. Jakarta: Kesehatan Masyarakat Universitas
EGC Negeri Semarang: Tidak
dipublikasikan
Departemen Kesehatan RI, (1996). Pedoman
Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Ikeu Nurhidayah, et,all, (2007). Hubungan
Penanggulangan Pneumonia pada Antara Karakteristik Rumah Dengan
Balita dalam Pelita IV. Jakarta: Kejadian Tuberkulosis (TBC) Pada
Departemen Kesehatan Republik Anak Di kecamatan Paseh Kabupaten
Indonesia Sumedang. Fakultas Ilmu Keperawatan.
Universitas Padjajaran. Bandung:
, (2001). Pedoman Tidak dipublikasikan
Pemberantasan Penyakit ISPA.
Jakarta : Departemen Kesehatan Iqbal Mubarak, Wahid, dkk., (2008).
Republik Indonesia Promosi Kesehatan: Sebuah
Pengantar Proses Belajar Mengajar
, (2002). Pedoman Dalam Pendidikan, Yogyakarta: Graha
Pemberantasan Penyakit Infeksi Ilmu
Saluran Pernafasan Akut Untuk
Penanggulangan Pneumonia Pada Iqbal Mubarak, Wahid, (2006). Ilmu
Balita : Jakarta : Departemen Keperawatan 2. Jakarta: Sagung Seto
Kesehatan Republik Indonesia
J. Mukono. 2000. Prinsip Dasar Kesehatan
, (2009). Pedoman Lingkungan. Surabaya: Airlangga
Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran University Press
Pernapasan Akut : Jakarta

SURYA 48 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Hubungan anara Lingkungan Rumah dan Perilaku Keluarga Dengan Kejadian ISPA
Pada Anak Umur 2 bulan - 5 tahun

Juli Soemirat Slamet, (2000). Kesehatan Lamongan. STIKES Muhammadiyah


Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada Lamongan: Tidak dipublikasikan
University Press
Soekidjo, Notoatmodjo, (2003). Ilmu
Nursalam, (2005). Asuhan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Prinsip-
Bayi dan Anak, Jakarta: Salemba Prinsip Dasar), Jakarta: Rineka Cipta
Medika
, (2007). Promosi
, (2008). Konsep dan Penerapan Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Metodologi Penelitian Ilmu Rineka Cipta
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis
dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Suharsimi Arikunto, (2006). Prosedur
Jakarta: Salemba Medika Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Putra Prabu, (2009). Faktor Resiko ISPA
Pada Balita. Sunita Almatsier, (2004). Prinsip Dasar Ilmu
http://putraprabu.wordpress.com. Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Diakses 9 Pebruari 2010, jam 12.27 Utama
Wib
WHO, (2003). Penanganan ISPA pada Anak
Santrie, (2009). Hubungan Perilaku Merokok di Rumah Sakit Negara Berkembang.
dan Lingkungan Rumah dengan Jakarta: EGC
Kejadian Tuberkulosis Paru Di
Puskesmas Babat Lamongan. STIKES Widoyono, (2008). Penyakit Tropis
Muhammadiyah Lamongan : Tidak Epidemiologi, Penularan, pencegahan,
dipublikasikan dan Pemberantasannya. Erlangga

Siswati Rohmah, (2009). Gambaran Peran Yenichrist, (2008). Konsep Keluarga.


Orang Tua dalam Perawatan ISPA http://yenibeth.wordpress.com. Diakses
pada Balita di wilayah Kerja UPT 26 April 2010, jam 16.16 Wib
Puskesmas Karanggeneng Kabupaten

SURYA 49 Vol.02, No.XII, Agus 2012


PENGARUH KONSELING TERHADAP KECEMASAN IBU HAMIL
TRIMESTER III (USIA KEHAMILAN 38-40 MINGGU) DALAM
MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GUNUNG SARI KECAMATAN BAURENO
KABUPATEN BOJONEGORO

Linda Ayu Puspita Sari*, Nur Hidayati**, Moh. Saifudin***

…………......……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ......………. …… …… . .….


Ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) sering mengalami kecemasan dalam melakukan
hubungan seksual salah satu penyebab hal tersebut dikarenakan ibu hamil takut akan keadaan bayi
yang dikandungnya serta pergerakan janin yang semakin lama semakin sering, untuk itu diperlukan
konseling oleh tenaga kesehatan untuk mengatasi kecemasan pada iu hamil. Masalah penelitian
adalah tingginya kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan
seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuipengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil
TM III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan hubungan seksual perlu konseling yang dilakukan
petugas kesehatan yang adekuat. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalahpra
eksperimentdengan pendekatan One GroupPra post test Desaign, sampel berjumlah 32 ibu hamil
TM III yang memenuhi kriteria inklusi dari populasi ibu hamil TM III yang berjumlah 35 orang,
teknik sampling adalah cluster. Pengumpulan data dengan kuesioner tertutup kemudian dianalisis
kemudian diujiwilcoxon sign rank test.
Dari hasil penelitian diperoleh tingkat kecemasan ibu hamil TMIII (UK 38-40 Minggu) dalam
melakukan hubungan seksual dan sebelum diberikan konseling sebagian besar mengalami
kecemasan sedang kemudian setelah diberikan konseling sebagian besar ibu hamil mengalami
cemasringan dari hasil uji wilcoxon sign rank test dengan Z< 0,05 menunjukkan nilai signifikan (Z=
- 4,914) yang artinya ada pengaruh konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40
Minggu) dalam melakukan hubungan seksual.
Upaya yang dilakukan tenaga kesehatan yaitu berupa konseling merupakan salah satu strategi yang
dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan ibu hamil TM III (UK38-40 Minggu) dalam
melakukan hubungan seksual, dari tenaga kesehatan khususnya bidan setiap ibu hamil dalam
melakukan Antenatal Care (ANC).

Kata kunci: Konseling, Kecemasan Ibu Hamil TM III (UK 38-40 Minggu) hubungan seksual.
.

PENDAHULUAN. …… . … …. yang longgar pada saat kehamilan, pada


Kehamilan merupakan masa yang payudara sejak kehamilan trimester II
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. membutuhkan perawatan payudara untuk
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 mempersiapkan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari dan BH (Breast Horder) yang dapat
pertama haid terakhir (Syaifuddin, A B, menopang payudara, disamping kebutuhan
2006). Pada masa kehamilan terjadi tersebut diatas, ibu hamil juga memerlukan
perubahan pada seluruh organ tubuh wanita, istirahat yang cukup, senam hamil dan
diantaranya pada alat genetalia eksterna dan hubungan seksual (Bobak, 2004).
interna yaitu pada uterus, ovarium, kulit, Hubungan seksual adalah masuknya
payudara, vagina dan perineum. Pada uterus penis kedalam vagina (Admin, 2008).
membesar seiring dengan usia kehamilan Hubungan seksual merupakan kebutuhan
sehingga ibu hamil membutuhkan pakaian fisiologis dan biologis yang harus terpenuhi,

SURYA 50 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual

yang tidak dapat ditawar walaupun seorang (Erin, 2011). Dari perubahan fisik tersebut
wanita dalam keadaan hamil. Pada kehamilan akan dapat mempengaruhi terjadinya
Trimester III (38-40 minggu) terjadi perubahan psikologis yang dapat berupa
penurunan hormon progesteron serta terjadi ketakutan dan kecemasan terutama pada ibu
peningkatan hormon estrogen yang dapat hamil trimester III (Varney, Hellen, 2007).
mengakibatkan libido menurun, sehingga ibu Kecemasan ibu hamil terutama dirasakan
hamil enggan melakukan hubungan seksual saat hubungan seksual. Kecemasan ibu hamil
(Surirah, 2004). Dan dengan adanya hormon dalam melakukan hubungan seksual
oxytocin akan membuat terjadinya kontraksi dipengaruhi oleh yaitu perubahan yang
rahim dan hormon oxytocin akan meningkat terjadi pada organ fisiologis yaitu pada
bila putting susu dirangsang, dan dengan sistem respirasi, cardiovaskuler, sistem
adanya prostaglandin yang terkandung urinarius, uterus, ovarium, kulit, vagina dan
didalam sperma akan mempercepat perineum. Dengan bertambahnya usia
terjadinya persalinan sehingga akan membuat kehamilan maka uterus menjadi semakin
ibu hamil cemas dalam melakukan hubungan besar dan berat yang menyebabkan
seksual. hiperlordosis sehingga terjadi nyeri
Menurut Mariani dari klinik Bersalin, punggung pada akhir kehamilan sehingga ibu
Medan tahun 2010 terdapat 100 ibu hamil akan enggan dan cemas dalam melakukan
trimester III usia kehamialn 38-40 minggu, hubungan seksual(Erin, 2011). Faktor lain
suami mengatakan pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi kecemasan ibu
istrinya pada usia kehamilan 38-40 minggu hamil saat melakukan hubungan seksual
sebanyak 25 (25%) ibu hamil yang cemas yaitu pekerjaan, keluarga dan tenaga
dalam melakukan hubungan seks dan 75 kesehatan. Ibu hamil yang bekerja akan lebih
(75%) yang tidak cemas dalam melakukan cemas akibat ibu hamil harus menyesuaikan
hubungan seks (Erin, 2011). dengan peran barunya sebagai ibu hamil
Berdasarkan survey awal yang dilakukan (Henderson, 2006). Peran keluarga terutama
oleh peneliti pada tanggal 2 desember 2011 pasangannya yaitu suami diperlukan saat
di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari, istri melakukan pemeriksaan kehamilan
Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro (Antenatal care) yaitu mendampingi istri saat
terdapat 10 responden ibu hamil TM III (UK ANC karena suami akan mengetahui
38-40 Minggu), ibu hamil yang cemas dalam penjelasan dari bidan bahwa melakukan
melakukan hubungan seksual sebanyak 7 hubungan seksual pada TM III akan dapat
(70%) dan terdapat 3 (30%) ibu hamil yang mempercepat terjadinya persalinan sehingga
tidak cemas dalam melakukan hubungan kecemasan dalam melakukan hubungan
seksual. Berdasarkan data diatas seksual tidak terjadi (Erin, 2011). Bidan
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berperan dalam memberikan konseling yang
hamil trimester III (usia kehamilan 38-40 baik sehingga konseling berhasil dan akan
minggu) cemas dalam melakukan hubungan membuat ibu hamil tidak cemas dalam
seksual. melakukan hubungan seksual.
Kecemasan adalah suatu pengalaman Konseling adalah suatu proses saling
tegang yang tidak beralasan (Baradero, Mary, belajar yang menyangkut dua individu dalam
2006). Selama kehamilan, ibu akan suasana edukatif (Baradero, Mary, 2006).
mengalami banyak perubahan secara Konseling seksualitas meliputi penjelasan
fisiologis berupa perubahan fisik, yaitu uterus tentang informasi pentingnya hubungan
yang semakin membesar akan menyebabkan seksual yang ada di dalam masyarakat, serta
berat badan meningkat. Desakan dari janin memberikan rasa tenang (Bobak, 2004).
pada dada yang menekan diafragma sehingga Faktor yang dapat mempengaruhi konseling
nafas menjadi lebih sesak, dan juga pada yaitu struktur, inisiatif, kualitas konseli dan
TM III kepala sudah masuk PAP kualitas konselor. Struktur merupakan
sehingga menekan vesika urinaria yang pemahaman bersama antara konselor dan
dapat menyebabkan ibu hamil sering kencing konseli mengenai karakteristik, kondisi,

SURYA 51 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual

prosedur dan parameter konseling. Struktur usia kehamilan 38-40 minggu adalah
membantu untuk memperjelas hubungan melakukan pendekatan interpersonal pada ibu
antara konselor dan konseli serta melindungi saat pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care)
hak masing-masing. Inisiatif dapat dilihat atau dengan melakukan kunjungan rumah,
sebagai motivasi untuk berubah. Karena memberikan kepercayaan pada ibu hamil
sebagian besar konseli datang untuk dengan meyakinkan ibu hamil bahwa bidan
konseling atas kemauannya sendiri. Kualitas mampu memberikan konseling dan
Konseli dapat terlihat dari kemauan konseli pendidikan kesehatan tentang hubungan
dalam menerima informasi, mengerti seksual pada saat ibu hamil trimester III pada
informasi yang akan diberikan oleh bidan dan usia kehamilan 38-40 minggu serta
kesiapan untuk berubah. Kualitas Konselor melibatkan keluarga terutama suami agar
akan mendukung berhasilnya konseling. dapat berperan saat ANC yaitu mendukung
Maka konselor harus memiliki kejujuran, dan ikut mendengarkan penjelasan dari bidan
mempunyai kemampuan untuk dan sehingga dapat memberikan motivasi
berkomunikasi dan pengetahuan (Dewi Ratna, kepada ibu hamil serta dapat meyakinkan
2011). Jika konseling dapat memenuhi faktor bahwa hubungan seksual pada saat hamil usia
tersebut diatas maka konseling dapat berhasil kehamilan 38-40 minggu bermanfaat agar
sehingga ibu hamil tidak akan cemas dalam persalinan segera berlangsung (Salmah,
melakukan hubungan seksual. 2006).
Jika ibu hamil yang mengalami Berdasarkan latar belakang diatas
kecemasan dalam waktu pendek akan maka peneliti tertarik melakukan penelitian
mengakibatkan rasa lemas, kurang tidur, tentang “ Pengaruh konseling terhadap
nafsu makan terganggu serta sakit kepala kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40
(Surirah, 2009), tetapi jika berlangsung lama minggu) dalam melakukan hubungan seksual
maka ibu hamil yang cemas dalam di Wilayah kerja Puskesmas Gunung Sari
melakukan hubungan seksual dapat Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro.
mengakibatkan penurunan gairah seks,
sehingga hubungan seksual dilakukan METODE PENELITIAN.… … .…
terpaksa, akibatnya akan timbul rasa sakit Dalam penelitian ini menggunakan
yang bertambah besar akibat hubungan desain penelitian Pra-eksperimental dengan
seksual, terjadi vaginismus sehingga akan pendekatan One-group pra-post test design
dapat menganggu keharmonisan rumah yaitu kelompok subyek sebelum diobservasi
tangga (Erin, 2011). Jika ibu hamil trimester dilakukan intevensi, kemudian diobservasi
III (usia kehamilan 38-40 minggu) tidak lagi setelah intervensi (Nursalam, 2003).
melakukan hubungan seksual dapat berakibat Dalam penelitian ini peneliti ingin
persalinan menjadi sedikit terhambat, karena mengetahui pengaruh konseling terhadap
tidak adanya sperma yang mengandung kecemasan ibu hamil TM III (Usia
hormon prostaglandin yang dapat Kehamilan 38-40 minggu) dalam melakukan
menyebabkan kontraksi pada rahim, untuk itu hubungan seksual di wilayah kerja
pada usia kehamilan 38-40 minggu sangat Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno
dianjurkan melakukan hubungan seksual Kabupaten Bojonegoro. Data penelitian
(Pills Without Prescripton, 2008). Hubungan diambil menggunakan kuesioner tertutup dan
seksual yang dilakukan pada TM III (UK 38- menggunakan wawancara tertutup dibantu
40 minggu) jika dilakukan sering yaitu dengan leafleat. Setelah ditabulasi, data
dengan frekuensi 1-4 kali pada kehamilan dianalisis dengan menggunakan UjiWilcoxon
trimester III (usia kehamilan38-40 minggu) Sign Rank Tes
akan mempercepat terjadinya persalinan
(Boyke, 2012). HASIL .PENELITIAN …
Hal yang perlu dilakukan bidan agar ibu Tabel 1 Distribusi Karakteristik Ibu hamil
hamil tidak cemas dalam melakukan Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja
hubungan seksual trimester III terutama pada

SURYA 52 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual

Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno No Tingkat Jumlah Prosentase


Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni 2012. Kecemasan (%)
1. Tidak Cemas 0 0
No Umur Jumlah Prosentase 2. Cemas Ringan 0 0
(%) 3. Cemas Sedang 27 84,4
1. 20-30 27 84,4 4. Cemas Berat 5 15,6
tahun Jumlah 32 100
2. 31-50 5 15,6
tahun Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat
3. > 50 tahun 0 0 Kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40
Jumlah 32 100 Minggu) Dalam melakukan hubungan
seksual sesudah diberikan konseling di
Tabel 2 Distribusi Karakteristik Ibu hamil Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Sari
Berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro
Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Bulan Juni 2012.
Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni
2012. No Tingkat Jumlah Prosentase
Kecemasan (%)
No Pendidikan Jumlah Prosentase 1. Tidak Cemas 0 0
(%) 2. Cemas Ringan 27 84,4
1. SD 5 15,6 3. Cemas Sedang 5 15,6
2. SMP 11 34,4 4. Cemas Berat 0 0
3. SMA 16 50 Jumlah 32 100
4. PT 0 0
Jumlah 32 100 Tabel 6 Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu
Hamil TM III (UK 38-40 minggu) dalam
Tabel 3 Distribusi Karkeristik Ibu hamil melakukan hubungan seksual dengan
Berdasarkan jumlah anak di Wilayah Kerja pemberian konseling di Wilayah Kerja
Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni
2012. 2012.
No Jumlah Jumlah Prosentase N Cemas Cemas sesudah konseling Total
Anak (%) o sebelum Cemas Cemas Cem Jum %
1. 1 Anak 5 15,6 konselin ringan sedang as lah
2. 2 Anak 17 53,1 g berat
3. >3 anak 10 31,3
Jml % J % J % Jml %
Jumlah 32 100 ml ml
1 Cemas O 0 0 0 0 0 32 10
Tabel 4 Distribusi Tingkat Kecemasan ibu ringan 0
hamil TM III (UK 38-40 minggu) dalam
2 Cemas 27 84 0 0 0 0 0 0
melakukan hubungan seksual sebelum
sedang ,4
pemberian konseling di Wilayah Kerja
3 Cemas 0 0 5 15, 0 0 0 0
Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno
berat 6
Kabupaten Bojonegoro pada Bulan Juni 2012.
27 84 5 15, 0 0 32 10
,4 6 0
n = 32 Z = -4,914 p = 0,000

SURYA 53 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual

Berdasarkan tabel diatas Karena hal tersebut diatas dapat


menunjukkan bahwa hampir sebagian ibu menyebabkan ibu hamil mengalami cemas
hamil sebanyak 84,4% sebelum diberikan sedang bahkan cemas berat karena terjadi
konseling mengalami cemas sedang dan penurunan libido pada TM III (UK 38-40
sesudah diberikan konseling sebagian minggu), selain itu juga karena beban pikiran
sebagian ibu hamil mengalami cemas ringan. ibu hamil banyak maka jika ibu hamil
Hasil Uji Statistic Wilcoxon Sign dipaksakan melakukan hubungan seksual akan
Rank Test menunjukkan nilai signifikan (Z= - terjadi kecemasan dalam melakukan hubungan
4,914) dimana hal ini berarti Z <0,05% seksual.
sehingga H1 diterima artinya ada pengaruh 2. Tingkat kecemasan pada ibu hamil
konseling terhadap kecemasan ibu hamil TM TM III (UK 38-40 Minggu) sesudah
III (UK 38-40 Minggu) dalam melakukan diberikan konseling.
hubungan seksual di Wilayah Kerja Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa
Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno sebagian besar ibu hamil TM III (UK 38-40
Kabupaten Bojonegoro bulan Juni 2012. Minggu) sesudah diberikan konseling
mengalami cemas ringan.
Hal ini berarti sesudah diberikan
PEMBAHASAN .… .… konseling maka terjadi adanya peningkatan
1. Tingkat kecemasan pada ibu hamil pengetahuan pada ibu hamil TM III (UK 38-40
TM III (UK 38-40 minggu) sebelum Minggu), karena banyak informasi dan
diberikan konseling. pengetahuan mengenai kehamilan dan hubungan
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa seksual sehingga memberi ketenangan dan
sebagian besar ibu hamil TM III (UK 38-40 kenyamanan dalam melakukan hubungan
minggu) sebelum diberikan konseling seksual serta mengurangi rasa kecemasan dalam
mengalami cemas sedang. melakukan hubungan seksual. Menurut
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa Notoatmodjo,S, (2003), konseling merupakan
faktor diantaranya menurut Varney, Hellen, salah satu kegiatan atau usaha menyampaikan
2007, pada trimester ketiga merupakan waktu pesan kesehatan kepada masyarakat atau
persiapan yang aktif terlibat dalam menanti individu.
kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara Dengan adanya pesan tersebut maka
perhatian utama ibu hamil terfokus pada bayi diharapkan ibu hamil dapat memperoleh
yang akan segera dilahirkan. Pergerakan janin pengetahuan tentang manfaat hubungan seksual
yang sering dan banyak pada trimester III, pada TM III. Setelah ibu hamil tahu manfaat
keduanya, menjadi hal yang terus mengingatkan serta posisi yang aman saat melakukan
tentang keberadaan bayi di dalam rahim ibu, hubungan seksual pada TM III (UK 38-40
selain itu juga pada trimester III (UK 27-37 minggu) akan membuat ibu hamil mengerti dan
minggu) atau mulai 3 bulan terakhir, kecemasan tahu karena tingkat pengetahuan merupakan
mulai meningkat akibat memikirkan bayi dan faktor pendorong terbentuknya perilaku
dirinya. Serta kecemasan pada hubungan seksual seseorang, pengetahuan akan menimbulkan
terjadi karena hasrat seksual yang terjadi pada sikap yang akhirnya akan menyebabkan ibu
trimester sebelumnya akan menurun bahkan hamil berperilaku sesuai dengan pengetahuan
menghilang disebabkan abdomennya yang yang dimiliki karena didasari oleh kesadaran ibu
semakin besar sehingga menjadi halangan dalam hamil sendiri dan bukan karena terpaksa.
melakukan hubungan seksual (Varney, Hellen, Pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah
2007). seseorang melakukan penginderaan terhadap
Sedangkan menurut pendapat Erike, 2011 suatu obyek tertentu (Soekidjo, Notoadmodjo,
yaitu sosial budaya yang melarang/masyarakat 2003), sedangkan perilaku adalah semua
masih tabu untuk melakukan hubungan seksual kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat
karena mereka beranggapan bahwa pada diamati langsung maupun yang tidak dapat
trimester III jika melakukan hubungan akan diamati oleh pihak dari luar (Soekidjo,
membahayakan bayinya Notoatmodjo, 2003). Apabila ibu hamil

SURYA 54 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual

mempunyai pengetahuan yang baik tentang mempengaruhi kecemasan ibu hamil saat
hubungan seksual maka kecemasan ibu hamil melakukan hubungan seksual yaitu
akan berkurang dari cemas sedang ke cemas pekerjaan, keluarga dan tenaga kesehatan.
ringan saat melakukan hubungan seksual. Ibu hamil yang bekerja akan lebih cemas
akibat ibu hamil harus menyesuaikan dengan
peran barunya sebagai ibu hamil (Henderson,
2006). Sedangkan konseling merupakan
3. Perbedaan Tingkat kecemasan pada salah satu faktor yang dapat menambah
ibu hamil TM III (UK 38-40 Minggu) pengetahuan dari seseorang dari yang tidak
dalam melakukan hubungan seksual tahu menjadi tahu. Hal ini
sebelum diberikan konseling dan dikarenakankonseling adalah suatu proses
sesudah diberikan konseing di saling belajar yang menyangkut dua individu
Wilayah Kerja Puskesmas Gunung dalam suasana edukatif (Baradero, Mary,
Sari Kecamatan Baureno Kabupaten 2006). Untuk itu bidan hendaknya
Bojonegoro. memberikan konseling seksualitas meliputi
Dari tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian informasi tentang pentingnya
hampir sebagian ibu hamil sebelum hubungan seksual pada TM III (UK 38-40
diberikan konseling mengalami cemas Minggu), sehingga dapat memberikan rasa
sedang dan sesudah diberikan konseling tenang bila konseling yang diberikan berhasil
hampir sebagian mengalami cemas ringan. maka akan membuat ibu hamil tidak cemas
Dari bantuan SPSS denganhasil uji statistik dalam melakukan hubungan seksual.
Wilcoxon Sign Rank Test dengan α: < 0.05% Dengan konseling yang diberikan
menunjukkan nilai signifikan (Z = -4,914) tenaga kesehatan maka ibu hamil akan
dimana hal ini berarti Z < 0,05 sehingga H1 memperoleh pengetahuan, karena apabila ibu
diterima artinya ada pengaruh konseling hamil mempunyai pengetahuan yang baik
terhadap tingkat kecemasan ibu hamil TM III tentang manfaat hubungan seksual maka
(UK 38-40 Minggu) dalam melakukan kemungkinan besar ibu hamil akan
hubungan seksual di Wilayah Kerja menentukan sikap dan perilaku untuk
Puskesmas Gunung Sari Kecamatan Baureno melakukan hubungan seksual dengan tidak
Kabupaten Bojonegoro. terpaksa serta tidak cemas dalam melakukan
Kecemasan adalah suatu pengalaman hubungan seksual.Semakinbaik pengetahuan
tegang yang tidak beralasan (Baradero, Mary, ibu hamil makin mudah pula mengambil
2006). Selama kehamilan, ibu akan keputusan dalam suatu tindakan sehingga ibu
mengalami banyak perubahan secara akan menyikapi hal tersebut, baik dalam
fisiologis berupa perubahan fisik. Dari sikap yang positif ataupun negatif. Dari sikap
perubahan fisik tersebut akan dapat yang positif, ibu hamil akan tidak terpaksa
mempengaruhi terjadinya perubahan dalam melakukan hubungan seksual
psikologis yang dapat berupa ketakutan dan sedangkan dari sikap yang negatif maka ibu
kecemasan terutama pada ibu hamil trimester akan melakukan hubungan seksual secara
III (Varney, Hellen,2007). terpaksa, ibu hamil akan cemas dalam
Kecemasan ibu hamil terutama melakukan hubungan seksual atau bahkan
dirasakan saat hubungan seksual karena ibu hamil enggan melakukan hubungan
dengan bertambahnya usia kehamilan maka seksual. Dengan pemberian konseling maka
uterus menjadi semakin besar dan berat yang akan banyak informasi yang didapat oleh ibu
menyebabkan hiperlordosis sehingga terjadi hamil sehingga terjadi peningkatan
nyeri punggung pada akhir kehamilan serta pengetahuan, dengan demikian maka ibu
desakan dari janin pada dada yang menekan hamil mempunyai gambaran dan dapat
diafragma sehingga nafas menjadi lebih mengatasi kecemasan dalam melakukan
sesak,sehingga ibu akan enggan dan cemas hubungan seksual sehingga lebih nyaman
dalam melakukan hubungan seksual(Erin, dan tenang dalam melakukan hubungan
2011).Serta faktor lain yang dapat seksual. Hal yang perlu dilakukan bidan agar

SURYA 55 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual

ibu hamil tidak cemas dalam melakukan melakukan hubungan seksual dengan
hubungan seksual trimester III terutama pada menggunakan variabel yang berbeda
usia kehamilan 38-40 minggu adalah sehingga diperoleh hasil yang representatif.
melakukan pendekatan interpersonal pada ibu
saat pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) . . .DAFTAR PUSTAKA . . .
atau dengan melakukan kunjungan rumah,
melibatkan keluarga terutama suami agar Admin, (2008). Pengertian Hubungan
dapat berperan saat ANC yaitu mendukung Seksual. http://www.hubsex.com.
dan ikut mendengarkan penjelasan dari bidan Diakses: 4 Januari 2012
sehingga dapat memberikan motivasi
perubahan perilaku pada ibu hamil dengan Andaners, (2008). Konsep Cemas dan
meyakinkan bahwa hubungan seksual pada adaptasi. http://
saat hamil usia kehamilan 38-40 minggu Andaners.wordpress.com. Diakses:
sangat dianjurkan. Tanggal 5 Februari 2010.

KESIMPULAN DAN SARAN. … Arikunto Suharsimi, (2006). Prosedur


1. Kesimpulan Penelitian Suatu Pendidikan
1) Sebagian besar tingkat kecemasanibu Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya.
hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam
melakukan hubungan seksual sebelum Aziz Alimul Hidayat, (2007). Metode
diberikan konseling mengalami cemas Penelitian Keperawatan Dan Teknik
sedang. Analisis Data. Jakarta: Salemba
2) Sebagian besar tingkat kecemasan ibu Medika.
hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam
melakukan hubunganseksual sesudah Aziz Alimul Hidayat, (2009). Metode
diberikan konseling mengalami cemas Penelitian Keperawatan Dan Teknik
ringan. Analisa Data. Jakarta: Salemba
3) Ada pengaruh konseling terhadap Medika.
kecemasan ibu hamil TM III (UK 38-40
Minggu) dalam melakukan hubungan Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan
seksual di Wilayah Kerja Puskesmas Maternitas. Jakarta: EGC
Gunung Sari Kecamatan Baureno
Kabupaten Bojonegoro. Boyke. (2012). Frekwensi yang dianjurkan
melakukan hubungan seksual pada
2. Saran TM III.
Ibu hamil agar tetap melakukan http://www.hubsexpadabumilTMIII
hubungan seksual walaupun UK 38-40 com. Diakses: 4 Januari 2012.
Minggu sehingga tetap terjalin hubungan
keharmonisan antara ibu hamil dengan suami. Dewi, Ratna, (2011). Faktor yang
Dengan penelitian ini tempat penelitian mempengaruhi konseling.
agar dapat meningkatkan mutu pelayanan http://www.faktorkonselingcom.
kesehatan dan lebih intensif baik kualitas Diakses: 4 Januari 2012
maupun kuantitas dalam memberikan
penyuluhan/KIE kepada ibu hamil tentang Erin, (2011). Perubahan fisiologis pada ibu
pemberian konseling tentang kecemasan ibu hamil. http://www.info ibu hamil.
hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam com. Diakses 3 Deember 2011.
melakukan hubungan seksual.
Peneliti selanjutnya hendaknya Fareer, Helen, (2004). Perawatan Maternitas.
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Jakarta: EGC
pemberian konseling tentang kecemasan ibu
hamil TM III (UK 38-40 Minggu) dalam

SURYA 56 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pengaruh Konseling terhadap Kecemasan Ibu Hamil Dalam Melakukan Hubungan Seksual

Greenberger dan Padasky, (2006). Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina


Pengertian Kecemasan. Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
http://Tysar.wordpress.com.
Diakses: 3 Desember 2011. Salmah, (2006). Asuhan antenatal. Jakarta:
EGC
Hartono, Andry, et all.(2005). Obstetri
Williams. Vol 1. Jakarta: EGC Sarwono Prawiroharjo, (2002). Buku Acuhan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Henderson, Christine. (2006). Buku Ajar Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC YBPSP

Iqbal Mubarak, Wahid, dkk,(2007). Promosi Soekidjo Notoadmodjo, (2002). Metodelogi


Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Milis, Nikita, (2007). Calon Ibu Seringkali
Cemas Dan ___________________, (2003). Ilmu
Depresi.http://www.mail- Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT
archive.com. Diakses: Tanggal 4 Rineka Cipta
Desember 2011.
___________________, (2003). Pendidikan
Naek, L.Tobing. (2002). Seks Semasa Hamil. Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Jakarta, Pogi Jaya. Cipta

Nasrul, Efendi, (2003). Dasar-dasar Ilmu Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
EGC
Sugiono, (2006). Statistik Untuk Penelitian.
Nursalam (2008). Konsep Dan Penerapan Bandung: Alfabeta
Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika. Surirah, (2009). Akibat Kecemasan Pada
Kehamilan.http://www.infoibu com.
Ovy. (2005). Seks Indah Selama Hamil. Diakses 3 Desember 2011.
Retrieved at February 18, 2007.
From Suririnah,(2006). Berhubungan seks selama
www.ayahbunda online.com hamil. www.infoibu. Com Diakses:
Tanggal 3 desember 2011.
Pills Without prescripton, (2008). Seks TM
III, Varney, Helen. (2006). Buku Ajar Asuhan
http://www.sexTMIIIanjuran.com. Kebidanan; Volume 1, Jakarta:
Diakses: Tanggal 3 Desember2011. EGC

Poerwadarminta.(2006). Kamus Bahasa Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar


Indonesia. Jakarta: Balai Pusraka. Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC

Pratiwi. (2004). Pendidikan Seks Untuk Wasis, (2008). Panduan Reset Praktis,
Remaja. Jakarta: Grasindo. Jakarta:EGC

Saifuddin, A. B (2010). Buku Panduan Yulifah, Rita, (2009). Hambatan konseling


Praktis Pelayanan tidak berhasil. www.konseling.com. Diakses:
Tanggal: 5 Desember 2011.

SURYA 57 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pedoman Bagi Penulis

PETUNJUK PENULISAN

Jurnal SURYA menerima hasil penelitian dan kajian konsep dan pembahasan tinjauan kepustakaan.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dalam bentuk narasi dengan gaya
bahasa yang ilmiah.
1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Penulis diharapkan mencantumkan pula judul ringkas
dengan susunan 40 karakter/ketukan beserta nama penulis utama yang akan dituliskan
sebagai judul pelari (running title).
2. Nama penulis, tanpa gelar disertai catatan kaki tentang instansi tempat penulis bekerja.
Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 2 orang, maksimal 4 orang.
3. Alamat, berupa instansi tempat penulis bekerja dilengkapi dengan alamat pos lengkap dan
alamat e-mail jika ada (untuk penulis korespondensi).
4. Abstrak, ditulis dalam bahasa Inggris / bahasa Indonesia, minimal 100 kata dan merupakan
intisari seluruh tulisan disertakan 3-5 kata-kata kunci (key words).
5. Daftar Pustaka ditulis sesuai metode Harvar Style

Artikel Hasil Penelitian


1. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, penjelasan mengenai penelitian terkait yang up to date dan nilai lebih
penelitian yang merupakan inovasi. Kutipan dari daftar pustaka dibuat dengan tanda [1] berdasar
nomor dalam daftar pustaka. Istilah dalam bahasa asing ditulis miring (italic).

2. METODE PENELITIAN
Menjelaskan kronologis penelitian termasuk cara menyiapkan bahan penelitian, rancangan
atau desain penelitian, prosedur penelitian (dalam bentuk algoritma, pseudocode atau lainnya), cara
pengujian dan pengambilan data. Pada bagian ini boleh juga diberikan dasar teori. Tabel dan
Gambar dibuat center seperti di bawah ini dan diacu pada naskah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini diberikan hasil penelitian yang dilakukan sekaligus dibahas secara
komprehensip. Hasil bisa berupa gambar, grafik, tabel dan lain-lain yang mempermudah pembaca
paham dan diacu di naskah. Jika bahasan terlalu panjang dapat dibuat sub-sub judul

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Memberikan pernyataan bahwa apa yang diharapkan sebagaimana dinyatakan dalam
“Pendahuluan” akhirnya dapat diperoleh hasil dalam “Hasil dan Pembahasan”, sehingga
terdapat kesesuaian. Selain itu dapat juga ditambahkan prospek pengembangan dari hasil penelitian
dan aplikasi lebih jauh yang menjadi prospek kajian berikutnya.

Artikel Kajian Pustaka:


1. PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, penjelasan mengenai kajian teoritis yang akan dilakukan .
2. KAJIAN KEPUSTAKAAN DAN PEMBAHASAN
Berisi kajian pustaka, analisis dan pembahasan ilmiah mengenai konsep dan teori yang ada
3. KESIMPULAN DAN SARAN
Membahas implikasi , kesimpulan dan tindak lanjut.

SURYA 58 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Form Berlanganan

PETUNJUK UMUM
Makalah yangdikirim adalah makalah yang belum pernah dipublikasikan di media cetak
lainya. Untuk menghindari duplikasi, SURYA tidak menerima makalah yang juga dikirim pada
jurnal lain pada waktu yang bersamaan untuk publikasi. Makalah yang pernah disajikan dalam
temu ilmiah harus mencantumkan waktu, tempat serta jenis temu ilmiah. Semua makalah yang
dikirim ke SURYA akan dibahas oleh pakar dalam bidang keilmuan tersebut (peer-reviw) dan
redaksi. Makalah yang perlu perbaikan format atau isi akan dikembalikan pada penulis untuk
diperbaiki.

PENULISAN MAKALAH
Makalah diketik pada kertas ukuran 21 cm x 27,9 (kertas A4), dengan jarak dari tepi 3 cm
dan 1 spasi dengan huruf Times New Roman Jumlah halaman maksimal 20 halaman. Setiap
halaman diberi nomor urut dari mulai halaman judul sampai halaman terakhir. Kirimkan sebuah
makalah asli disertai dengan 2 foto copy serta soft copy file dalam bentuk CD. Tulis nama file dan
program yang digunakan dalam CD.

TABEL
Setiap tabel harus diketik 1,5 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan urutan
penyebutan dalam teks. Setiap tabel diberi judul singkat. Setiap kolom diberi subjudul singkat.
Tempatkan penjelasan pada catatan kaki, bukan pada judul. Jumlah tabel maksimal 6 buah.

Makalah/ Artikel dikirim ke Alamat :


Redaksi SURYA
Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan
Gedung Utama STIKES Muhammadiyah Lamongan
Gedung L.1.
Jl. Raya PlalanganPlosowahyu Lamongan
Telp/Fax : (0322) 323457
e-mail : surya.stikesmuhla@gmail.com

SURYA 59 Vol.02, No.XII, Agus 2012


Pedoman Bagi Penulis

Bagi yang berminat berlangganan dan memasukkan artikel penelitian tentang kesehatan ke
jurnal SURYA harap mengisi formulir berlangganan di bawah, dan kemudian mengirimkan ke
alamat redaksi :
REDAKSI SURYA
JURNAL MEDIA KOMUNIKASI ILMU KESEHATAN
GEDUNG UTAMA STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
GEDUNG L.1.
JL. RAYA PLALANGANPLOSOWAHYU LAMONGAN
TELP/FAX : (0322) 323457
E-MAIL : surya.stikesmuhla@Gmail.com

FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL SURYA

Nama : …………………………………………………………………
 Mahasiswa  Individu  Instansi
Alamat : …………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Telp. :……………… HP : ……………….. e-mail : …………………
Akan berlangganan SURYA
Vol................. : No. ………………….s/d ……………….
Sejumlah : ……………………… Eksp./ penerbitan
Untuk itu saya akan mengirimkan biaya pengganti ongkos cetak dan ongkos kirim:
Sejumlah : Rp……………….
Melalui : Rekening STIKES Muhammadiyah Lamongan, No. Rek.0281-028006 Bank
Jatim Lamongan
(Fotokopi bukti pembayaran terlampir)


FORMULIR BERLANGGANAN
JURNAL SURYA

Nama : …………………………………………………………………
 Mahasiswa  Individu  Instansi
Alamat : …………………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Telp. :……………… HP : ……………….. e-mail : …………………
Akan berlangganan SURYA
Vol................. : No. ………………….s/d ……………….
Sejumlah : ……………………… Eksp./ penerbitan
Untuk itu saya akan mengirimkan biaya pengganti ongkos cetak dan ongkos kirim:
Sejumlah : Rp……………….
Melalui : Rekening STIKES Muhammadiyah Lamongan, No. Rek.0281-028006 Bank
Jatim Lamongan
(Fotokopi bukti pembayaran terlampir)

SURYA 60 Vol.02, No.XII, Agus 2012

Anda mungkin juga menyukai