Anda di halaman 1dari 2

Nama : IMMaati Rismawati

Jabatan IMM : Sekretaris Bidang organisasi

Pemateri : Kanda IMMawati Fatmawati

GENDER ; PEREMPUAN DAN PERAN IMMAWATI

Berbicara mengenai gender seringkali salah didevinisikan bahwa gender dan jenis kelamin merupakan
identitas yang sama. padahal kedua istilah ini mempunyai definisi berbeda. dan terkadang juga dalam
presepsi masyarakat selalu menyamakan Gender is jeniskelamin, jeniskelamin is gender, gender is
feminisme. Padahal ketiganya mempunyai devinisi yang berbeda pula.

Jenis kelamin (seks) . Berbicara mengenai jeniskelamin(seks) berarti berbicara mengenai perbedaan
seknifikan antara organ biologis perempuan dan laki-laki. Seks juga berkaitan karakter dasar fisik dan
fungsi manusia, mulai dari kromosom, kadar hormone, dan bentuk organ reproduksi. Misalnya, laki laki
dan perempuan sama-sama mempunyai payudara, tetapi karakterstik sekunder perempuan adalah jaringan
payuudara yang mengandung lebih banyak lemak dan kelenjar air susu karena pengaruh hormon. Jenis
kelamin sifatnya kodrat (sesuatu yang ditetapkan oleh tuhan, sehingga manusia tidak mampu untuk
merubah atau menolak). Tidak ada seseorang pun yang bisa merubahnya.walaupun ada yang namanya
obrasi plastic,yang dimana ada para waria atau trasgender yang mengubah jenis kelaminnya. Meskipun
sudah diubah tetap kodradnya adalah laki-laki dan juga tetap kodratnya perempuan kalo memang dari
lahir berjenis kelamin perempuan. Kodratnya perempuan hanya ada empat saja yakni melahirkan,
menyusuhi, menstruasi , hamil. Sedangkan kodratnya laki-laki hanya satu yakni membuahi . tugas- tugas
ini kemudian tidak bisa dipertukarkan. Dan jenis kelamin ini berlaku sepanjang zaman dan berlaku
dimana saja.

Gender. Pemahaman masyarakat tentang Gender saat ini ternyata masih belum sepenuhnya benar.
Karena masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa gender itu identic dengan perempuan bahkan
ada juga yang berpendapat bahwa gender itu sama dengan jeniskelamin. Oleh karna itu masih diperlukan
upaya untuk meneruskan pemahaman masyarakat tentang arti gender yang sebenarnya.
Gender merupakan tugas atau tanggung jawab hasil kontruksi sosial. Yang dimana ini merupakan
persepsi masyarakat atau yang mengacu pada peran, perilaku, ekspresi,dan identitas seseorang, baik laki-
laki maupun perempuan. Istilah ini juga erat hubungannya dengan orientasi seksual, misalnya
homoseksual, heteroseksual, dan biseksual. Gender biasanya diasosiasikan dengan istilah maskulin dan
feminisme. Seringkali kita mendengarkan istilah bahwa kodratnya perempuan itu adalah didaput,
dikasur,dan disumur, perlu digaris bawahi bawah istilah itu bukan merupakan kodrat(sesuatu yang sudah
ditetapkan tidak bisa diubah) karena kodratnya perempuan Cuma 4(melahirkan, menyusuhi, menstruasi ,
hamil). salah satunya yaitu perempuan bisa menstruasi laki-laki tidak bisa, sementara pekerjaan didapur
itu bukan kodrat itu merupakan gender/ tugas yang dimana tugas bisa dilakukan oleh laki-laki dan juga
perempuan. Jadi, tugas-tugas dikasur harus ada dua beleh pihak tidak boleh hanya satu pihak. Begitupun
tugas-tuas didapur, disumur ( mencuci, cucipiring dll) ini bisa dipertukarkan karna dia bagian dari gender
bukan kodrat. Gender sifatnya tidak kodrat sehingga bisa diubah dan dipertukarkan. Apa yang menjadi
tugasnya laki-laki bisa juga menjadi tugasnya perempuan, dan yang menjadi pekerjaannya perempuan
bisa juga menjadi pekerjaan laki-laki. Sehingga bisa di pertukarkan. Dan gender akan bergantung waktu
dan budaya setempat. Yang dimana jika budaya setempat berubah maka bisa berubah juga.

Feminisme merupakan gerekan untuk menuntut kesetaraan perempuan dan laki-laki.


Apa sih yang membuat kita terjebak dalam narasi yang menyatakan bahwa perempuan itu tugasnya
dikasur, didapur, dan disumur, perempuan itu merupakan kelas makhluk nomor dua , perempuan itu
cengeng, lemah, perempuan itu kurang rasional kalo bertindak menggunakan perasaan dan masih banyak
istilah- istilah yang melemahkan gerakan kaum perempuan dengan memberikan devinisi tersebut.
Konsepsi atau presepsi ini ada karena masih ada budaya patriarki yang merupakan penyebab utama.
Budaya patriarchy itu apa?
Budaya patriarchy merupakan system sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemenang kekuasaan
utama dan menomor duakan perempuan. Patriarki kalo mau di bilang system iya, budaya juga iya. Karena
meskipun dalam kebijakan tidak ada yang menyatakan bahwa “sekarang kita diindonesia manganut
system patriarchy” tidak ada kebijakan seperti itu kan?. Tetapi mengapa orientasi dari kebijakan-
kebijakan termaksud dan kebiasaan di dalam keluarga, masyarakat menomorduakan perempuan.
Contohnya: perempuan dilarang keluar rumah, sedangkan laki-laki bebas mau keluar jam berapa. itu
merupakan bukti atau bentuk penomorduaan, perempuan harus diatur tidak boleh macam-macam dll.
Kalo bicara mengenai macam- macam, kekerasan, kemaksiatan dan lain-lainya perempuan dan laki-laki
mempunyai potensi yang sama tidak ada bedanya. Yang paling penting adalah mampu tidak kalian
menahan diri tidak bermaksiat? mampu tidak kalian jika diberi waktu pulang tengah malam tidak berbuat
anehaneh? dan seterusnya. Jadi, budaya patriarchy sudah mendarah daging di masyarakat kita sehingga
banyak aturan aturan yang notabenennya memberatkan perempuan. Patriarchy ini ada dimana saja
termaksud dalam keluarga . contohnya dalam keluarga yang paling banyak kerja adalah seorang ibu, ibu
bangun harus menyiapkan makan, mencuci dan menyepel dll, sedangkan ayah masih aja tidur dan
bangun tinggal menyantap makanan yang sudah di siapkan. ini bentuk bahwa dalam keluarga juga
menganut system patriarchy. Semua ini terjadi karna patriarchy belum bisa dihilangkan dari pikiran
masyarakat kita. Sehingga tugas kita adalah bagaimana menghilangkan budaya tersebut. Paling minimal
kalo tidak bisa menghilangkan dari titik keluarga minimal kalo berkeluarga tidak menganut system
patriarchy.

Nah, bagaimana peran Immawati dalam menghadapi hal tersebut ? Yah, dengan cara membuat kajian-
kajian Gender yang dimana jika yang mendengarkan paham berarti dia bisa mengeksplorasi/
mempengaruhi kader kader yang lainya agar mereka juga membangun generasi yang tidak patriarchy
dikemudian hari. Jika ada disekeliling kita yang mengganggap ngapai sih kajian gender sok feminism
dll. Kita buat kajian bukan persoalan biar kita menjadi immawati yang riberalis, radikal, atau
pembangkang bukan itu sebenarnya tetapi kita mencoba untuk merefleksi benar tidak pemikiran kita
selama ini jangan sampai keliru oleh karna itu dibutuhkan kajian tersebut untuk perempuan dan laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai