Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/321130398

MENGGAGAS MEKANISME DIRECT POPULAR CHECKS: SOLUSI ATAS


PROBLEMATIKA PENYERAPAN ASPIRASI PADA DPRD KOTA MALANG.

Article  in  JWP (Jurnal Wacana Politik) · October 2017


DOI: 10.24198/jwp.v2i2.12829

CITATION READS

1 169

1 author:

Wimmy Haliim
Brawijaya University
15 PUBLICATIONS   36 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Wimmy Haliim on 23 November 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Wacana Politik - ISSN 2502 - 9185 Vol. 2, No. 2, Oktober 2017: 137 - 147

MENGGAGAS MEKANISME DIRECT POPULAR CHECKS: SOLUSI ATAS


PROBLEMATIKA PENYERAPAN ASPIRASI PADA DPRD KOTA MALANG.

Wimmy Haliim
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawiaya
E-mail: wimmyfisip@ub.ac.id

ABSTRAK
Penerapan mekanisme Direct Popular Checks dinilai akan menjadi solusi bagi Dewan Perwakilan Rakyat Daer-
ah (DPRD) Kota Malang dalam menyelesaikan permasalahan penyerapan aspirasi maupun peningkatan partisi-
pasi masyarakat dalam pembuatan peraturan daerah. Permasalahan DPRD Kota Malang diantaranya minimnya
pengetahuan dan tingkat kehadiran masyarakat dalam reses. Dengan mekanisme Direct Popular Checks, mas-
yarakat Kota Malang akan mendapatkan akses seluas-luasnya dalam pembuatan peraturan daerah, khususnya
pada tahap perencanaan dan pengawasan. Hasilnya tentu saja adalah peraturan daerah Kota Malang yang re-
sponsif, bukan peraturan daerah yang bersifat otonom ataupun represif. Karena peraturan daerah yang responsif
adalah peraturan daerah atau hukum yang langsung diinisiatif oleh masyarakat Kota Malang untuk memenuhi
kebutuhan publik mereka sendiri.Pada akhirnya jika mekanisme Direct Popular Checks bisa diterapkan, maka
DPRD Kota Malang bisa murni sebagai lembaga representasi masyarakat Kota Malang.

Kata kunci: Direct Popular Checks, DPRD, Penyerapan Aspirasi dan Partisipasi Masyarakat.

INITIATING THE DIRECT POPULAR CHECKS MECHANISM: THE SOLUTION


OF ASPIRATIONS ABSORBING IN DPRD OF MALANG CITY.

ABSTRACT
Implementation of the ‘Direct Popular Checks’ mechanism will be assessed the solution for the regional legisla-
tive institution (DPRD) of Malang City to solve the problems in aspirations absorbing and increase public par-
ticipation in the rulemaking local regulation. DPRD of Malang City problems are the lack of knowledge and the
level of community attendance in the recess. With Direct Popular Checks mechanism, Malang City people will
get the widest access in making the local regulation, especially at the planning and supervision stages. The result
of course is responsive local regulations, not local regulations which are autonomous or repressive. Because, the
responsive local regulation or law is a local regulation which is directly initiated by the people of Malang City to
fulfill their own needs. In the end, if the mechanism of the ‘Direct Popular Checks’ can be applied, then DPRD
of Malang City can purely as a public representative institution of Malang society.

Key words: Direct Popular Checks, Regional Legislative Institution, Aspirations Absorbing, and Pub-
lic Participation.
PENDAHULUAN kebijakan sudah mengikutsertakan masyarakat?
Apakah kebijakan yang dibuat benar-benar
Juni Tahun 2016 menjadi momentum berasal dari aspirasi masyarakat? Karena jika
yang kurang mengenakkan bagi dunia legislasi tidak terjadi demikian, praktik-praktik oligarki
di Indonesia. Karena pada waktu tersebutlah, (Winters, 2004, 2014; Robinson & Hadiz,
Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) 2004), elitisme (Buehler, 2014) memang
Republik Indonesia (RI), memutuskan mem- benar-benar terjadi didalam proses pembuatan
batalkan/ revisi sejumlah 3143 peraturan daerah kebijakan kita dari level nasional hingga daerah.
yang ada di seluruh Indonesia (Kemendagri RI, Dipilihnya objek penelitian di DPRD
2016). Menurut pendapat peneliti hal tersebut Kota Malang, karena DPRD Kota Malang
bisa saja terjadi karena dua faktor, yang pertama mendapatkan evaluasi yang penting dari Malang
adalah faktor administrasi dan faktor politik. Corruption Watch (MCW). Publikasi yang
Faktor administrasi bisa ditanggulangi dilakukan MCW pada tahun 2014 memberikan
dengan memberikan pelatihan-palatihan beberapa informasi penting sekaligus beberapa
legislasi kepada para anggota legislatif kita. masalah penyerapan aspirasi pada DPRD
Namun, jika berbicara tentang kendala faktor Kota Malang. Masalah yang pertama bahwa
politik, kita harus bertanya, apakah pembuatan sebagian besar masyarakat Kota Malang tidak
138 Menggagas Mekanisme Direct Popular Checks: Solusi atas Problematika Penyerapan Aspirasi pada DPRD Kota Malang

mengetahui kapan akan diadakannya reses Masalah pertama tentang pengetahuan


oleh para anggota DPRD Kota Malang. Data masyarakat terhadap pelaksanaan reses di
yang di rilis MCW menyebutkan sebanyak Kota Malang ternyata berdampak kepada
82% dari 300 responden tidak mengetahui tingkat keterlibatan warga Kota Malang
tentang pelaksanaan reses anggota DPRD pada masa reses. MCW melaporkan melalui
Kota Malang. survey yang mereka lakukan pada tahun
2014, hanya 9% dari 300 responden yang
di wawancarai, mengakui pernah mengikuti
Tahu 18%
masa reses anggota DPRD Kota Malang.
Hasil tersebut semakin menguatkan dugaan
Tidak Tahu 82% publik bahwa reses yang dilakukan oleh
DPRD setiap tahunnya belum bisa menyasar
0% 20% 40% 60% 80% 100% kepada publik. Sehingga wajar saja banyak
(Sumber: Hasil Survey MCW 2014) dugaan-dugaan yang muncul dari publik
terkait indikasi manupulasi laporan reses
Gambar 1. Pengetahuan Masyarakat Tentang yang dilakukan DPRD Kota Malang.
Reses
100%
Padahal didalam pelaksanaan reses, selain 90%
untuk menyerap aspirasi masyarakat, anggota 80%
70%
DPRD dapat memberikan pendidikan politik 60%
kepada konstituennya. Seperti menjelaskan 50%
40%
posisi DPRD didalam konsep trias politica, 30%
konsep tersebut menjelaskan bahwa kekuasaan 20%
10%
negara dibagi menjadi tiga (lembaga), yaitu 0%
Lembaga Legislatif, Lembaga Eksekutif dan Pernah Mengikuti Tidak Pernah
Lembaga Yudikatif. Lembaga legislatif memiliki Reses (9%) Mengikuti Reses
(91%)
peran untuk menciptakan kebijakan-kebijakan
dalam bentuk produk hukum. Lembaga legis- (Sumber: Hasil Survey MCW 2014)
latif memiliki fungsi pengawasan/ kontrol,
Legislasi/ pembuatan peraturan perundang- Gambar 2. Partisipasi Masyarakat Dalam Reses
undangan, dan Penganggaran. Fungsi-fungsi Banyaknya masyarakat yang tidak
yang dimiliki oleh lembaga legislatif tersebut mengetahui maupun mengikuti reses anggota
adalah konsep yang telah lama diaplikasikan, DPRD Kota Malang ternyata beralasan. Hal ini
namun pada fungsi kekuasaannya bisa dikatakan dikarenakan, hampir mayoritas kegiatan reses
baru saja diimplementasikan. Fungsi legislatif yang dilakukan anggota DPRD Kota Malang
dalam tata kelola pemerintahan negara modern tidak dilakukan di ruang-ruang publik, namun
telah banyak perkembangan seiring dengan lau
dilakukan di tempat-tempat yang terkesan
perkembangan proses demokratisasi yang ada
mewah, seperti rumah makan, hotel maupun
didunia.
cafe. Laporan reses DPRD Kota Malang tahun
Selain itu, salah satu peran penting dari
2014 mengungkapkan, 55% tempat kegiatan
Lembaga legislatif adalah sebagai wadah
reses dilakukan di rumah makan, hotel atau
representasi kedaulatan rakyat. Lembaga
legislatif dibentuk oleh negara sebagai repre- 60%
sentasi dari warga negaranya dengan berbagai
50%
pendekatan ataupun model yang disesuaikan
40%
dengan kondisi politik dalam negerinya. Model
30%
tersebut menggunakan pendekatan atau model
20%
konstituensi. Konsep model tersebut disepakati
untuk menghasilkan para anggota lembaga 10%

legislatif yang representatif. Dalam teorinya, 0%


RM/Hotel/Café Gd RT/RW Gd Pertemuan
ada tiga model konstituensi, yaitu model
konstituensi perwakilan proporsional, model (Sumber: Laporan Data Reses DPRD Kota Malang 2014)
konstituensi satu anggota, dan konstituensi Gambar 3, Lokasi Kegiatan Reses
multi-anggota (Rahardjo. 2010).
Wimmy Haliim 139

cafe, 30% dilakukan Gedung pertemuan, dan membuka peluang hanya kepada mereka
15% dilakukan di Gedung RT/RW. yang memiliki modal sosial (Social Capital)
Jika pola seperti ini yang nantinya selalu dan modal ekonomi (Economic Capital) yang
digunakan anggota DPRD Kota Malang tahun kuat. Jika hal tersebut yang terjadi, bisa jadi
2009-2014 atau 2014-2019 dalam menjaring negara dijalankan bukan karena alasan rasional,
aspirasi, niscaya output kebijakan atau per- melainkan karena alasan hegemonisasi yang
aturan-peraturan daerah yang dibuat DPRD dilakukan elit politik. Maka dari itu, model
Kota Malang sedikit banyak akan bermasalah. representatif ternyata bisa menimbulkan ketidak
Hal ini terbukti ketika ada bebarapa peraturan pastian politik kepada masyarakat. Problem dari
daerah Kota Malang yang di batalkan oleh sistem representatif ini tidak bisa memberikan
Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) jaminan kepada masyarkat bahwa anggota
Republik Indonesia (RI) pada Juni 2016. legislatif terpilih adalah representasi rakyat yang
Kemendagri memutuskan membatalkan/ revisi memiliki kompetensi untuk memperjuangkan
sejumlah 3143 peraturan daerah yang ada di aspirasi mereka.
seluruh Indonesia (Kemendagri RI, 2016). Ada Selain model representasi yang sampai
tiga perda yang dibatalkan diantaranya berasal hari ini semakin dipertanyakan efektifitasnya,
dari Kota Malang. Keadaan ini menegaskan mekanisme lembaga legislatif dalam menyerap
bahwa ketika anggota DPRD masih meng- aspirasi dalam kegiatan kunjungan kerja (pada
gunakan pola atau mekanisme yang sama dalam masa reses) juga perlu dikritisi. Lembaga legislatif
menjaring aspirasi, peraturan-peraturan daerah hanya mewajibkan kunjungan kerja dilakukan,
yang bermasalah akan tetap bermunculan namun tidak mewajibkan anggota legislatif
dikemudian hari. Jadi, ke partisipasi masyarakat untuk menginventarisasi hasil kunjungan kerja
dalam setiap proses pembuatan peraturan daerah agar dapat dijadikan dasar dalam pembuatan
harus selalu didorong, meskipun wewenang kebijakan. Maka permasalahan yang muncul
pembuatan peraturan daerah hanya ada pada dari upaya menghimpun aspirasi rakyat dalam
tangan wakil rakyat yang menjadi kepala kunjungan kerja adalah tidak ada jaminan
daerah/ lembaga eksekutif (Bupati/Walikota) yang pasti bagi masyarakat bahwa kebijakan
dan Anggota DPRD (Suharjono. 2014). yang dihasilkan lembaga legislatif sebagai
Masalah-masalah yang sudah diuraikan fungsi representasi selaras dengan kehendak
diatas semakin menjelaskan bahwa metode masyarakat. Maka dari itu, bisa diartikan bahwa
representatif juga tidak terlepas dari kritik. anggota legislatif dalam menalankan fungsi-
Metode representasi yang didasarkan pada sistem fungsi lembaga legislatif tidak mendapatkan
konstituensi, hal tersebut akan membingungkan dukungan politik dari masyarakat.
masyarakat untuk menyadari bahwa aspirasi Undang-undang nomor 17 tahun 2014
dan suara mereka dijaring dengan model bahkan tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
metode yang sulit mereka pahami. Strong Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
(1966) mengatakan, Model tersebut ternyata Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
memiliki kerumitan dalam penerapannya. Hal Daerah / MD3 sudah menjelaskan didalamnya
tersebut terjadi karena pada setiap penghitungan tentang bentuk keterlibatan masyarakat yang
suara dan pemilihan kandidat, akan banyak berada pada tahapan consultation stage (tahap
suaraatau pilihan masyarakat yang terbuang konsultasi) yang berada di tangga keempat.
atau menjadi sia-sia. Jadi, model tersebut juga Consultation stage dapat dilakukan melalui
memiliki tingkat efektifitas yang rendah dalam program reses. Dalam proses tersebut, aspirasi
penyerapan aspirasi masyarakat, (Strong. 1966). dan keluhan masyarakat harus diperhatikan oleh
Jika dikaitkan dengan model yang ada di anggota legislatif sebagai representasi mereka.
Indonesia, ambang batas parlemen (PT) adalah Namun faktanya, tahapan ini memiliki tingkat
contohnya. Dalam Undang-undang Nomor 8 pemahaman yang rendah terkait UU tersebut,
Tentang Pemilu Tahun 2012, yang terjadi adalah dampaknya reses yang dilakukan tidak berjalan
suara masyarakat akan terbuang sia-sia saat maksimal. Reses yang dilakukan anggota
mereka mengaspirasikan hak pilihnya kepada legislatif harus sesuai dengan fungsi kunjungan
partai yang tidak dapat meraih suara minimal kerja menurut Pasal 71 huruf I dan J UU MD3,
3,5% (sesuai dengan UU No.8 2012 pasal 202). yang dijelaskan kembali dalam tata tertib Dewan
Kedua, penulis berpendapat, model tersebut Perwakilan Rakyat (DPR) pasal 203 ayat (3),
140 Menggagas Mekanisme Direct Popular Checks: Solusi atas Problematika Penyerapan Aspirasi pada DPRD Kota Malang

bahwa hasil reses akan dijadikan bahan program HASIL DAN PEMBAHASAN
legislatif nasional/daerah. Tetapi permasalahan
yang ada masih sama dengan penjelasan diatas, Mekanisme Direct Popular Checks
yaitu tidak adanya kepastian bahwa hasil reses Kajian mengenai cara untuk memperkuat
pada anggota legislatif akan menjadi buah posisi masyarakat yang dapat mempengaruhi
dari efektifitas peran lembaga legislatif dalam proses pembuatan kebijakan berupa peraturan
menyerap aspirasi para konstituennya. daerah ada didalam mekanisme direct popular
Maka dari itu, DPRD memerlukan inovasi checks atau pemeriksaan langsung oleh masya-
mekanisme baru untuk membuat peraturan rakat. Tawaran mekanisme Direct popular
daerah yang lebih sesuai dengan kebutuhan checks bertujuan untuk memberikan kuasa
masyarakat Kota Malang. Mekanisme tersebut yang lebih besar kepada masyarakat untuk
adalah Direct Popular Checks. Mekanisme mempengaruhi DPRD dalam pembuatan per-
tersebut dinilai bisa lebih maksimal dalam aturan daerah yang sesuai dengan kebutuhan
menyerap aspirasi dan meningkatkan partisipasi publik. Dengan begitu, masyarakat ditempatkan
masyarakat dalam pembuatan peraturan daerah subjek yang dapat mengawasi jalannya peme-
di Kota malang. Secara umum, Tawaran rintahan, bukan saja selalu dijadikan objek
mekanisme Direct popular checks bertujuan kebijakan. Jadi, didalam sistem ini menawarkan
untuk memberikan ruang yang lebih luas kepada sarana demokratisasi yang bisa memberikan
masyarakat untuk mempengaruhi DPRD Kota jaminan politik yang lebih pasti kepada
Malang dalam pembuatan peraturan daerah masyarakat (Strong, 2008).
yang sesuai dengan kebutuhannya. Direct Popular Checks dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai alat untuk mengatur,
METODE kontrol, dan membatasi fungsi kekuasaan
lembaga legislatif dan tak jarang membatasi
Penelitian ini merupakan penelitian masa jabatan anggota legislatif. Strong (dalam
normatif dengan pendekatan konseptual Simabura, 2009) juga menyebutkan bahwa
(conceptual approach) karena penelitian ini ber- penerapan direct popular checks bisa menyentuh
sifat interdisipliner, penelitian ini perlu untuk substansi proses berdemokrasi, karena hal ini
mencari gagasan konseptual politik dan sumber adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah
hukum dalam arti filosofis yuridis (Achmad dan perilaku buruk anggota legislatif yang dilakukan
Mukti, 2007, p. 201) Penelitian ini meletakkan oleh pemilu.
kajian politik dan hukum sebagai sebuah Dari sudut pandang masyarakat atau
pembahasan yang tidak terpisahkan dari sistem Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lebih
politik. Sistem politik yang dimaksud adalah menyukai Direct popular checks sebagai cara
mengenai sebuah sistem politik yang berkaitan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
dengan proses-proses politik pembuatan Karena masyarakat akan lebih memiliki rasa
peraturan daerah yang ada di Kota Malang. memiliki (Sense of Belonging) terhadap setiap
Peneliti akan mengkaji tentang kurangnya kebijakan atau peraturan daerah yang telah
efektifitas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah disahkan. Pada prinsipnya, dalam proses
Kota Malang dalam menyerap aspirasi dan pembuatan peraturan daerah melalui lembaga
meningkatkan partisipasi masyarakat. Karena legislatif, masyarakat mempunyai pandangan
tidak efektif, maka ditakutkan peraturan partisipasi sebagai sebuah tujuan, tidak hanya
daerah yang dibuat tidaklah responsif dengan menganggap partisipasi sebagai sebuah cara.
kebutuhan publik. Maka dari itu diperlukan Berikut perbedaan maksud partisipasi sebagai
konsep baru yang ditawarkan oleh peneliti tujuan dan partisipasi sebagai sebuah cara (Ife
untuk membantu menyelesaikan masalah & Tosoreiro, 2008) dapat dilihat pada tabel 1.
yang dialami DPRD, yaitu dengan mekanisme Strong (2008) menjelaskan, bahwa secara
direct popular checks. Gagasan konseptual umum ada tiga model penjelas dari direct
yang ditawarkan adalah gagasan yang dioleh popular checks, yaitu referendum, inisiatif,
peneliti dari berbagai sumber, seperti buku dan recall. Model referendum adalah model
ataupun jurnal-jurnal ilmiah. jajak pendapat langsung dari masyarakat yang
berfungsi untuk memutuskan apakah sebuah
problematika (daerah/negara) yang didsikusikan
Wimmy Haliim 141

Tabel 1. Perbedaan Partisipasi Sebagai Tujuan dari permintaan pemerintah kepada rakaytnya
dan Partisipasi Sebagai Sebuah Cara (jajak pendapat), model inisiatif melakukan
Partisipasi Sebagai Partisipasi Sebagai
sebaliknya. Model tersebut merupakan gagasan
Cara Tujuan dari rakyat. Mekanisme ini juga berlaku dalam
• Partisipasi dilakukan • Memberdayakan keikut sertaan masyarakat dalam pembuatan
untuk mencapai masyarakat untuk peraturan daerah.
sasaran atau tujuan berpartisipasi dalam Model yang ketiga adalah recall. Recall
yang telah disepakati kebijakan yang akan digunakan oleh masyarakat untuk menin-
dan ditetapkan dibuat oleh negara;
sebelumnya; • Peningkatan peran dak anggota legislatif yang sudah tidak bisa
• Pemanfaatan potensi masyarakat dalam menjawab kebutuhan, kepentingan bahkan
dan sumber daya inisiatif-inisiatif mengecewakan masyarakat atau yang
yang dimiliki untuk pembangunan lebih dianggap sudah menyimpang dari janji-janji
mencapai tujuan terjamin;
program; • Fokus pada politik yang disuarakan. Aplikasi model
• Penekanan peningkatan recall pernah diterapkan di Amerika Serikat,
pada mencapai kemampuan tepatnya di Negara Bagian Oregon (Haliim,
tujuan program masyarakat untuk 2016). Masyarakat berhasil mengumpulkan
dan berpotensi berpartisipasi bukan
mengabaikan hanya sekedar suara sebanyak yang dibutuhkan untuk dapat
aktifitas partisipasi; mencapai tujuan mengganti anggota legislatif yang dirasa tidak
• Lebih umum dalam program yang memenuhi kebutuhan masyarakat.
program pemerintah, sudah ditetapkan Model Inisiatif adalah model yang tepat
pertimbangan sebelumnya;
utamanya adalah • Paradigma ini untuk meningkatkan kualitas aspirasi dan juga
untuk menggerakkan kecenderungan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat
rakyat dan kurang disukai oleh yang bertujuan untuk meningkatkan peng-
mengikutsertakan pemerintah. Pada
mereka dalam prinsipnya LSM
awasan publik (Strong, 2008). Jadi, tingginya
meningkatkan lebih sepakat dengan partisipasi publik terhadap pembuatan per-
efektifitas dan pandangan ini; aturan-peraturan daerah Kota Malang,
efisiensi sistem • Partisipasi dipandang dampaknya juga akan semakin tinggi pula
penyampaian; sebagai suatu proses
• Partisipasi umumnya jangka panjang;
kualitas pengawasan publik yang mereka
jangka pendek; • Partisipasi sebagai lakukan. Mekanisme inilah yang harus
• Partisipasi sebagai tujuan relatif lebih mulai disosialisasikan oleh segenap penggiat
cara merupakan dinamis dan aktif. demokrasi maupun akademisi bahwa masya-
bentuk pasif dari
partisipasi.
rakat sangat berhak untuk ikut serta dalam
proses pembuatan peraturan daerah.
Sumber: Jim Ife dan Frank Tesoreiro, 2008 Mekanisme inisiatif direct popular
ke publik dapat diimplementasikan atau tidak. checks menuntut DPRD Kota Malang dan para
Sebagai salah satu model demokrasi yang anggotanya untuk membuka ruang bagi publik
paling kuno, proses refrendum pertama kali untuk ikut mengusulkan perencanaan pembuatan
disebut plebicitum (dalam bahasa Romawi peraturan daerah. Partisipasi warga tentu sangat
diartikan sebagai undang-undang). Jadi didalam penting dalam memperbaiki kualitas peraturan
model ini, masyarakat dapat memberikan sikap, daerah. Partisipasi menempatkan masyarakat
apakah sebuah perundang-undangan, perda tidak hanya sebagai penerima (objek) tetapi
atau kebijakan lain dapat diimplementasikan sebagai aktor utama (subjek) dari berbagai
atau tidak. kegiatan pembuatan kebijakan (Huraerah,
Model yang kedua adalah inisiatif. Model 2008).
ini bertujuan untuk meletakkan kekuasaan Partisipasi masyarakat bisa dimulai dari
langsung ditangan rakyat. Rakyat dapat diskusi publik terbuka. Pada tahap perencanaan,
menginisiasikan, mengajukan, atau merancang Diskusi publik terbuka bisa melalui majelis
undang-undang. Setelah itu, anggota lembaga umum yang dapat didatangi langsung oleh
legislatif bisa mengagendakan kedalam program publik atau diskusi publik terbuka melalui
legislatif nasiona/daerah. Inisiatif merupakan media internet. Tahap berikutnya adalah,
perkembangan dari praktik demokrasi yang draft hasil diskusi terbuka dapat publikasikan
dinilai lebih maju daripada model referendum. secara luas kepada masyarakat. Setelah
Karena referendum adalah gagasan yang diawali dipublikasikan, draft akhir kemudian bisa
142 Menggagas Mekanisme Direct Popular Checks: Solusi atas Problematika Penyerapan Aspirasi pada DPRD Kota Malang

dibawa ke sidang paripurna DPRD untuk memiliki sifat represif, legislatif daerah jauh
dibahas lebih lanjut hingga disahkan menjadi dari kondisi sosial. Hal ini terjadi karena
peraturan daerah. legislatif daerah kerap memanfaatkan kondisi
Namun ada beberapa persyaratan agar kepasifan masyarakat.
diskusi publik terbuka dapat berlangsung dengan Dampaknya, DPRD akan cenderung
baik. Diskusi publik terbuka harus memenuhi bersifat pragmatis dan oportunis untuk meme-
dua persyaratan, yaitu kritis dan bebas. Kritis nuhi kebutuhan negara, penguasa bahkan
artinya siap dan mampu secara bertanggung pemodal, karena aspirasi masyarakat tidak
jawab dan adil mengamati dan menyoroti proses terserap dan teorlah dengan baik. Peraturan
pembuatan hingga pengambilan keputusan daerah atau kebijakan bisa digambarkan sebagai
yang bersifat publik. Sementara bebas artinya manifestasi oligarki, sebagaimana pandangan
setiap elemen dapat menyampaikan pendapat John Austin (dalam Husein, 2008), bahwa “Law
ataupun aspirasi dimanapun, berkumpul, dan is a law because is set by a sovereign political
berpartisipasi dalam debat politis (Fishkin, authority.”
2009). Mekanisme ini menjelaskan bahwa Kemudian, peraturan daerah yang otonom
setiap proses demokrasi dalam bentuk diskusi merupakan reaksi ketidakpuasan masyarakat
publik dapat memberikan pendapat bagi publik atas kekuasaan negara di daerah yang dinilai
menyelesaikan problematikanya. Penulis dalam pembuatan peraturan daerah yang
berpendapat bahwa proses tersebut adalah represif, sehingga munculah gagasan untuk
esensi dalam setiap proses demokrasi. Aspirasi mengatur semua urusan daerah yang didasarkan
dan pendapat lainnya dalam diskusi publik pada hukum yang berlaku. Namun muncul
menjadi kesempatan bagi setiap masyarakat sebuah permasalahan, Nonet & Selznick
untuk mengarahkan kebijakan nasional ataupun (2010) mengatakan, perhatian utama peraturan
daerah sesuai dengan kepentingan publik. daerah yang otonom adalah menjaga integritas
Mekanisme Direct Popular Checks dipilih institusi. Sehingga kerap kali, peraturan daerah
penulis karena yang pertama menjamin diskusi justru akan menutup dirinya dari kondisi sosial,
publik yang terbuka dan yang kedua memiliki mempersempit akses publik, dan menerima
dimensi deliberatif. Dimensi deliberatif adalah formalisme untuk mencapai sebuah integritas.
kondisi dimana setiap kebijakan harus melalui Peraturan daerah atau hukum res-
dan disepakati publik (Habermas, 1982). ponsif hadir untuk membantu masyarakat
Dengan demikian, pelaksanaan Direct Popular menyelesaikan permasalahan jarak antara
Checks jelas ingin membuka ruang partisipasi lembaga legislatif dengan kondisi sosial yang
yang seluas-luasnya bagi masyarakat. Partisipasi ada. Tujuan kebijakan adalah menciptakan
yang luas ini bertujuan untuk menciptakan kebijakan atau peraturan daerah yang lebih
peraturan daerah yang dapat menjawab responsif terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial
kebutuhan publik. Pelaksanaan mekanisme dan mau melepaskan diri dari formalisme
direct popular checks dan setiap tahapan diatas belaka (Nonoet dan Selznick, 2010). Menurut
akan menghasilkan output dan outcome yang pandangan penulis, peraturan daerah yang
penting bagi masyarakat. Selain kualitas aspirasi responsif bisa menjadi kebijakan yang jauh
yang membaik dan peninggkatan partisipasi lebih dinamis bagi penyelesaian problem
masyarakat juga akan semakin meninggkat, sosial masyarakat.
kebijakan atau peraturan daerah yang dibuat Namun, untuk menciptakan peraturan
juga semakin membaik karena dinilai lebih daerah yang responsif di Kota Malang, yang
responsif. lebih dekat dengan kondisi sosial tidaklah
mudah. Berbagai hambatan akan dapat terjadi.
Peraturan Daerah Responsif Sebagai Dalam hukum otonom, institusi pembuat
Output Mekanisme Direct Popular Checks peraturan daerah atau hukum menganut prinsip
Peraturan daerah responsif muncul ‘Low Risk’, yang berarti semakin banyak/
untuk mengatasi problem yang timbul dalam besar tekanan yang diterima, hal tersebut
kebijakan atau peraturan daerah yang represif dapat dianggap sebuah ancaman atas gugatan
ataupun otonom. Terutama permasalahan terhadap otoritas yang sudah terlegitimasi
kedekatan institusi pembuat kebijakan dengan (Nonoet dan Selznick, 2010). Kondisi tersebut
kondisi sosial. Dalam peraturan daerah yang justru akan membuat lembaga legislatif sebagai
Wimmy Haliim 143

institusi pembuat kebijakan semakin menutup seluruh kalangan masyarakat. Penulis juga
diri dirinya dari kondisi sosial. Formalisme memiliki interpretasi bahwa legislatif daerah
terjadi karena kritik sosial yang ada hanya Kota Malang membuat peraturan daerah hanya
diperbolehkan selama melalui prosedur formal bertujuan untuk meligitimasi kelembagaannya
yang ada, jika tidak, ditakutkan oleh mereka saja sebagai institusi yang mewakili kepen-
bahwa kritik tersebut bisa menurunkan integritas tingan masyarakat, tapi tidak dengan fungsi
mereka. representasinya.
Prinsip didalam kebijakan maupun
peraturan daerah responsif, Institusi pembuatan Strategi Penerapan Mekanisme Direct
hukum yang ada didalamnya akan menjadikan Popular Checks
kritik sosial sebagai aspirasi konstituennya. Untuk menciptakan suasana yang kondusif
Pembuatan peraturan daerah atau kebijakan dalam pembentukan peraturan daerah responsif
responsif tidak sekadar bertujuan menghapus melalui mekanisme direct popular checks, hal
formalisme belaka. Dalam pandangan prinsip yang paling mendasar adalah mengedepankan
responsif, formalitas dalam pembuatan proses pembuatan peraturan daerah yang
peraturan daerah tetap dijaga. Namun, tetap kondusif. Pembuatan peraturan daerah harus
membuka ruang bagi masyarakat untuk berorientasi pada pencapaian tindakan rasional
berpartisipasi menyalurkan aspirasi dalam yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah
pembuatan kebijakan. Sehingga segala bentuk publik.
aturan hukum, peraturan daerah, ataupun Selain itu, terdapat dua hal yang harus
kebijakan lainnya diyakini menjadi kebijakan diperhatikan dari pembuatan peraturan daerah
yang absah dan benar-benar diperuntukkan yang responsif, yaitu faksiditas dan validitas
kepada masyarakat. peraturan daerah. Faksiditas menekankan
Output yang ingin dicapai oleh kebijakan kepastian peraturan daerah menurut rumusan
responsif adalah peraturan daerah yang responsif peraturan daerah itu sendiri. Faksiditas peraturan
yang dapat melibatkan masyarakat secara luas daerah menganut pandangan bahwa peraturan
dan aktif dalam proses pembuatannya. Peraturan daerah positif harus ditaati karena dalam
daerah yang responsif adalah cerminan produk peraturan daerah itu sendiri terdapat kebenaran
hukum merupakan keinginan masyarakat lebih dan keabsahan peraturan daerah.
bersifat partisipatif dan aspiratif. (Husein, 2008). Validitas peraturan daerah menekankan
Penulis menilai bahwa sistem kerja kerja bahwa peraturan daerah harus dibentuk ber-
legislatif daerah Kota Malang masih dalam dasarkan pada legitimasi secara moral. Menurut
sistem hukum otonom. Hal ini juga didukung paham validitas peraturan daerah, peraturan
dengan fakta yang ditunjukkan oleh MCW tahun daerah yang absah adalah peraturan daerah
2014. Fakta-fakta tersebut tentang pengetahuan yang mendapatkan kesepakatan secara moral
dan partisipasi masyarakat yang rendah hingga antara anggota legislatif dan masyarakat dari
tempat pelaksanaan reses yang sulit dijangkau segi proses pembuatannya.
Tabel 2. Perbandingan Peraturan Represif, Otonom dan Responsif
Represif Otonom Responsif

Tujuan Ketertiban Legitimasi Kompetensi

Dikontrol oleh batasan-batasan Pencarian positif bagi berbagai


Paksaan Ekstensif, dibatasi secara lemah
hukum. alternatif.
Moralitas komunal, “moralitas Moralitas kelembagaan (dipenuhi Moralitas sipil, moralitas “kerja
Moralitas
pembatasan” dengan integritas proses hukum). sama”.
Peraturan subordinat dengan Kebijakan “independen” dari Terintegrasinya aspirasi
Politik
kekuasaan. politik. kebijakan dan politik.
Pasif. kritik diterima sebagai Akses diperbesar melalui
Partisipasi Akses dibatasi oleh prosedur baku.
ketidak setiaan. integrasi dan advokasi hukum.
Penyimpangan peraturan
Kritik dipandang sebagai gugatan
Ketaatan Tanpa syarat dibenarkan untuk menguji validitas
atas legitimasi.
peraturan.

(Sumber: Nonet & Selznick, 2010)


144 Menggagas Mekanisme Direct Popular Checks: Solusi atas Problematika Penyerapan Aspirasi pada DPRD Kota Malang

Dalam membuat peraturan daerah, oleh masyarakat, baik yang mendukung (pro)
DPRD bisa memfasilitasi masyarakat melalui maupun yang kurang menyukai kebijakan
ruang konsultatif dan diskursus. Maka, tersebut (kontra). Proses evaluasi dari masyarakat
untuk menciptakan peraturan daerah yang tersebut akan membuka proses diskusi publik
responsif, hal pertama yang perlu dilakukan mengenai sebuah peraturan daerah yang
adalah menciptakan ruang diskursus. Hal ini manakah yang memerlukan proses koreksi,
merupakan manifestasi dari mekanisme direct diperbaiki, atau harus dibuat kembali, dalam
popular checks. Diskusi publik yang terjadi sistem politik yang kita kenal, proses ini masuk
antar masyarakat dengan masyarakat ataupun didalam proses feedback. Dari proses diskusi
anggota legislatif dan masyarakat harus terjadi publik tersebutlah, DPRD dapat mengoreksi
secara dua arah, dan bukan hanya merupakan diri agar proses pembuatan peraturan daerah
sosialisasi yang cenderung satu arah. Karena dikemudian hari bisa jadi lebih maksimal. Jika
ruang diskursus satu arah bukanlah ruang ada perdebatan politik antar anggota legislatif,
diskursus sebenarnya, karena dalam ruang proses tersebut haruslah terjadi di dalam sidang
diskursus harus komunikasi terjadi timbal balik, paripurna DPRD itu sendiri, bukan dalam ruang
argumen yang rasional, dan bertujuan untuk diskusi publik.
membentuk konsensus yang tujuannya jelas DPRD Kota Malang juga harus
untuk menyelesaikan problematika yang ada menyediakan ruang bagi masyarakat untuk
dimasyarakat. melakukan mekanisme inisiatif. Seperti yang
Media dan agenda penting dalam sudah di jelaskan diatas, mekanisme inisiatif
mekanisme direct popular checks berikutnya dalam Direct Popular Checks diberikan oleh
adalah proses sosialisasi. Proses ini bertujuan DPRD Kota Malang bagi publik untuk ikut
untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat mengusulkan perencanaan, pembuatan, atau
agar kebijakan ataupun peraturan daerah yang perumusan peraturan daerah. Dalam praktiknya,
sudah dibuat sebelumnya bisa disebar luaskan ada kesempatan bagi masyarakat untuk menjadi
dengan baik. Karena proses sosialisasi yang inisiator atau penggagas dalam pembuatan per-
maksimal, juga akan membuka kesempatan aturan daerah, yaitu contoh dalam perumusan
yang luas bagi masyarakat untuk melakukan peraturan daerah inisiatif (Perda Inisiatif).
masukan hingga koreksi terhadap kebijakan Diagram dibawah ini menjelaskan 6 tahapan
tersebut. yang harus dipahami masyarakat dan apa saja
Anggota legislatif berkewajiban untuk yang akan DPRD Kota Malang lakukan dalam
menerima segala bentuk masukan yang diberikan perumusan Perda Inisiatif;
Gambar4. Mekanisme Perumusan Peraturan Daerah Inisiatif (Utomo, 2012)

Perencanaan • Penggagas /
Inisiator • Identifikasi &
• Pemerintah Analisis Semua
Daerah Peraturan yang
• Anggota DPRD Berhubungan
• Masyarakat • Siapkan Draft
(Individu/ Raperda
Kelompok) • Daftarkan ke
•Merumuskan •Kurang Lebih 5 Persiapan Prolegda
Gagasan Raperda Orang Anggota • Proses
Inisiatif DPRD DiskusiPublik.
•Mewakili Lebih
dari 1 Fraksi

• Rapat Paripurna
(Disaksikan juga • Pendapat Akhir
• Tanggapan & • Stakeholders oleh Masyarakat Fraksi /
Alasan (Masyarakat, An Pembahasan
dan juga DPRD, Pemerint
(Kritik, Dukung ggota Inisiator) ah Daerah, dan
an atau DPRD, Pemerin diakhiri dengan
Penolakan tah Daerah) pengambilan
keputusan

• Perbaikan atau • Inisiator /


pencabutan Penetapan • Ditanda tangani
Penggagas
kembali draft oleh Ketua
perda inisiatif DPRD dan
Kepala Daerah
• Pemberian
Nomor
• Pemuatan
• Pengambilan • Pimpinan DPRD dalam Lembaran
Keputusan, Men •Sekretaris daerah
Pengundangan Daerah
olak atau
menerima Draft
sebagai Raperda
• Sosialisasi
melalui Media
Massa atau cara
• Pemerintah yang lainnya.
Penyebarluasan Daerah
Wimmy Haliim 145

Pada tahap perencanaan, DPRD Kota Direct Popular Checks atau yang dalam bahasa
Malang harus mau membuka ruang yang lebih Indonesia dikenal dengan istilah Pengawasan
kepada masyarakat untuk menjadi inisiator dalam Langsung oleh Masyarakat.
pembuatan draft rancangan peraturan daerah Tahap Penetapan, Pengundangan dan
Kota Malang. Selain menjadi fasilitator dalam Penyebarluasan merupakan tiga tahap terakhir
diskusi publik, DPRD Kota Malang juga harus dari perjalanan draft raperda yang kini sudah
membantu masyarakat untuk mengidentifikasi menjadi perda. Tahap Penetapan adalah tahapan
dan menganalisis semua peraturan yang formalitas, dimana perda yang sudan disepakati
berhubungan dengan draft raperda sebelum akan ditanda-tangani oleh Ketua DPRD Kota
nantinya draft raperda di daftarkan ke program dan Walikota Malang. Tahap pengundangan
legislatif daerah (prolegda) Kota Malang. Dan juga merupakan tahapan formalitas dari proses
yang tidak kalah penting, dalam pembuatan perjalanan panjang sebuah peraturan daerah.
draft raperda ini tidak boleh ada intimidasi Didalam proses ini peraturan daerah akan
dari pihak DPRD ataupun Pemerintah daerah diberi penomoran oleh sekretaris daerah pemda
(Pemda), atau proses impersonifikasi lainnya. Kota Malang. Namun tahapan terakhir, Tahap
Masuk dalam proses persiapan raperda, Penyebarluasan bukan hanya proses formalitas
proses yang penting ada pada diskusi mengenai semata, Tahap ini merupakan tahap sosialisasi
tanggapan para stakeholders. Stakeholders peraturan daerah yang dilakukan oleh pemda
yang dimaksud adalah Masyarakat, DPRD, dan Kota Malang sebagai pihak atau lembaga
Pemda. Hasil dari tanggapan stakeholders inilah eksekutif/pelaksana peraturan daerah. Proses
yang nantinya memberikan pandangan kepada sosialisasi harus dilakukan secara maksimal agar
inisiator untuk melakukan perbaikan ataupun masyarakat bisa mengetahui secara menyeluruh
pencabutan draft raperda. Menurut pandangan peraturan daerah yang sudah ditetapkan.
penulis, penulis sangat merekomendasikan
bagi para inisiator untuk tidak mencabut draft SIMPULAN
raperda yang sudah melalui diskusi publik pada
tahap perencanaan dan persiapan. Karena draft Pembuatan peraturan daerah yang responsif
raperda yang sudah bisa melewati dua tahap melalui mekanisme Direct Popular Checks
tersebut dinilai sudah layak untuk ditetapkan yang masuk dalam konsep demokrasi deliberatif
menjadi raperda karena sudah melewati proses menentang dominasi suara terbanyak dalam
yang panjang. (Utomo, 2012). Proses akhir dari mengambil keputusan. Maka dari itu, proses
tahap persiapan adalah pengambilan keputusan diskusi publik diperlukan agar golongan mayo-
menerima atau menolak draft sebagai raperda. ritas bisa menunjukkan rasa empati mereka
Proses ini jelas adalah proses politik. Pimpinan terhadap golongan minoritas dan begitu pula
DPRD Kota Malang harusnya menerima draft sebaliknya, yang berada didalam daerah yang
reperda jika memang tidak ada cacat hukum sama, khususnya masyarakat Kota Malang.
yang terjadi dari proses pembuatan atau Dalam mekanisme Direct Popular Checks
perumusannya. bisa menjamin masyarakat Kota Malang untuk
Tahap pembahasan adalah tahap akhir berpartisipasi didalam setiap proses pembuatan
perumusan raperda sebelum nantinya ditetapkan kebijakan atau peraturah daerah. proses parti-
menjadi perda. Pada tahap ini Masyarakat sipasi tersebut akan termanifestasi didalam
ataupun inisiator yang berasal dari masyarakat diskusi publik rencana pembuatan kebijakan.
mengakhiri prosesnya dalam keikutsertaan Partisipasi masyarakat yang maksimal, jelas
mereka sescara langusng dalam perumusan akan diikuti oleh pengawasan publik yang juga
raperda. Masyarakat harus mau mewakilkan maksimal, dampaknya aspirasi masyarakat
pembahasan raperda kepada anggota DPRD akan bisa terjaga dan terbawa dengan baik.
melalui mekanisme rapat paripurna. Namun, Peneliti memiliki rekonmendasi, bahwa selain
masyarakat masih memiliki peran penting memberikan rekomendasi bagi DPRD untuk
dalam bentuk pengawasan atau kontroling menjamin aspirasi masyarakat Kota Malang
terhadap pembahasan hingga penetapan raperda melalui mekanisme Direct Popular Checks,
hingga menjadi perdayang sedang berlangsung penulis juga memberikan rekomendasi kepada
didalam rapat paripurna. Proses inilah yang masyarakat Kota Malang untuk selalu proaktif
menjelaskan esensi utama dalam mekanisme terhadap informasi apapun yang berkaitan
146 Menggagas Mekanisme Direct Popular Checks: Solusi atas Problematika Penyerapan Aspirasi pada DPRD Kota Malang

dengan pembuatan peraturan daerah Kota pandangan peneliti, legitimasi DPRD Kota
Malang. Konstituen atau masyarakat maupun Malang juga semakin menguat, dikarenakan
DPRD harus memahami setiap proses direct DPRD sebagai institusi akan memperoleh
popular checks dalam proses diskusi publik kepercayaan publik. Jadi, fungsi representasi
hingga perumusan peraturan daerah. Karena yang dimiliki DPRD tidak hanya formalisme
jika keduanya tidak saling memahami tahap belaka, namun bisa masuk ke arah yang lebih
demi tahap dari mekanisme yang sudah subtantif. Subtantif berarti anggota DPRD
dijelaskan di atas, maka kecenderungan proses benar-benar representasi publik, lebih aspiratif,
perumusan peraturan daerah inisiatif tadi bisa partisipatif, dan responsif.
dijadikan lahan bagi anggota DPRD Kota
Malang untuk melakukan impersonifikasi DAFTAR PUSTAKA
akan semakin besar. Impersonifikasi yang
dimaksud yaitu anggota legislatif DPRD Kota Achmad, Yulianto. Fajar, Mukti. (2007).
Malang bisa menyampaikan kepentingan Dualisme Penelitian Hukum. Yogyakarta:
pribadi, kelompok tertentu atau partainya FH UMY.
didalam proses tersebut. Padahal pandangan Buehler, M. (2014). Elite Competition and
konstituen atau masyarakat tidak ditentukan Changing State-Society Relations:
berdasarkan pada pemilu saja, tapi juga Shari’a Policymaking in Indonesia.
berkembang sesuai dengan kebutuhan Dalam Noor, F. (2017). OPOSISI
konstituen tersebut. DALAM KEHIDUPAN DEMOKRASI:
Melalui mekanisme Direct Popular Checks, Arti Penting Keberadaan Oposisi
fenomena impersonifikasi yang terjadi di sebagai Bagian Penguatan Demokrasi di
masyarakat dapat dicegah, yaitu melalui Indonesia. Masyarakat Indonesia, 42(1)
proses diskursus ketika argumen-argumen dari
pihak-pihak yang terlibat disampaikan ber- Habermas, Jurgen. (1982). The Theory of
dasarkan pada rasionalitas yang bebas dan kritis. Communicative Action: Reason and
Diskusi publik harus dapat dimaksimalkan oleh Rationalization of Society. Boston:
masyarakat yang berkepentingan dan harus Beacon Press.
menyampaikan argumen berdasarkan pada Habermas, Jurgen. (2007). Teori Tindakan
rasionalitas. Debat publik ini akan dijadikan Komunikatif II: Kritik atas Rasio
dasar dalam penyusunan rancangan peraturan Fungsionaris. (Terjemahan). Yogyakarta:
daerah (raperda) Kota Malang yang nantinya Kreasi Wacana.
disusun kembali dan disah kan oleh DPRD Kota
Malang dalam sidang paripurna pengesahan Haliim, Wimmy. (2016). Demokrasi Deliberatif
peraturan daerah. Indonesia: Konsep Partisipasi Masya-
Terakhir, mekanisme direct popular checks bisa rakat dalam Membentuk Demokrasi
menjadi inovasi gagasan untuk menciptakan era dan Hukum yang Responsif. Jurnal
responsif dalam pembuatan peraturan daerah di Masyarakat Indonesia LIPI. Vol 42, No 2,
Indonesia, terutama mengenai sarana inisiatif Juni 2016, Hal 19-30
yang dapat dilakukan oleh rakyat. Peraturan Huraerah, Abu. (2008). Pengorganisasian
daerah responsif seslau menghendaki adanya dan Pengembangan Masyarakat Model
partisipasi masyarakat dalam proses setiap dan Strategi Pembangunan Berbasis
pembuatanya. Dengan kemampuan masyarakat Kerakyatan. Bandung: Humaniora.
Kota Malang dalam ikut serta menciptakan
Husein, Wahyu. (2008). Hukum, Politik, &
peraturan daerah yang responsif, maka selain
Kepentingan. Yogyakarta: LaksBang.
memberikan pilihan bagi masyarakat, peraturan
daerah tersebut dapat memberi masyarakat Ife, Jim. Tesoreiro,s Frank. (2008). Alternatif
posisi tawar yang kuat dihadapan pemimpin Pengembangan Masyarakat di Era
daerah maupun anggota DPRD. Masyarakat, Globalisasi Community Development.
yang saat ini hanya dipandang sebagai objek Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
program politik, harus mau menjadi kelompok Kawal Aspirasi Rakyat, Reses DPRD Tidak
kepentingan (subjek) yang memiliki posisi tawar Berkualitas. Diakses pada 11 Desember
yang kuat (Unger, 2008). Selain itu, menurut 2016, pukul 15.00 dari http://mcw-
Wimmy Haliim 147

malang.org/arsip/2014/12/kawal- Suharjono, Muhammad. (2014). Pebentukan


aspirasi-rakyat-reses-dprd-tidak- peraturan daerah yang responsif
berkualitas/ dalam mendukung otonomi daerah.
Kementrian Dalam Negeri Republik Jurnal Ilmu Hukum, Februari 2014,
Indonesia. 2016. Daftar Perda/Perkada Vol. 10, No. 19, Hal 21-37
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014,
yang Dibatalkan/Revisi. Tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD.
Nonet, Philippe,&Selznick,Philip. (2010). Utomo, Tri W. Perda Inisiatif dan Legal
Hukum Responsif. Bandung: Drafting. Disampaikan dalam Seminar
Nusamedia. dan Diskusi Panel DPRD Kota
Rahardjo, Satjipto. (2010).Sosiologi Hukum: Padang, Sumatra Barat. Bukit Tinggi,
Perkembangan Metode dan Pilihan 28 Januari 2012.
Masalah. Yogyakarta: GentaPublishing. Temuan reses dewan banyak di hotel dan
Robinson, R., & Hadiz, V.R. (2004). restoran. Diakses pada 12 Desember
Reorganising Power in Indonesia: 2016, pukul 00.49. dari https://m.tempo.
The Politics of Oligarchy in an Age of co/read/news/2015/01/17/078635438/
Markets. London: Routledge Curzon. temuan-reses-dewan-banyak-di-hotel-
dan-restoran
Simabura, Charles. (2009). Akuntabilitas
Rekruitmen Calon Anggota DPRD Winters, J. A. (2004). Oligarchy. New York:
Sebagai Wujud Kedaulatan Rakyat. Cambridge University Press.
Jurnal Konstitusi. Vol. 2, No. 1, Juli Winters, J. A. (2014). Oligarchy and Democracy
2009, Hal 8-24 in Indonesia. Dalam Noor, F. (2017).
Strong, C. F. (1966). The Modern Political OPOSISI DALAM KEHIDUPAN
Constitutions. London: The English Book DEMOKRASI: Arti Penting Keberadaan
Society and Sidgwick & Jackson Limite. Oposisi sebagai Bagian Penguatan
Demokrasi di Indonesia.  Masyarakat
Strong, C. F. (2008). Konstitusi-Konstitusi Indonesia, 42(1).
Politik Modern: Kajian Tentang Sejarah
dan Bentuk-bentuk Kontitusi Dunia.
Bandung: Nusa Media.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai