1
rekarahmawati471@gmail.com
2
fizkarahadatula@gmai.com
ragilwenx17@gmail.com
3
ABSTRAK
Dalam segi pengertian, administrasi publik dengan politik memang terlihat sangat
berbeda. Namun dalam kegiatan bernegara, keduanya saling berkaitan. Dalam membuat
kebijakan publik dibutuhkan kekuasaan politik terlebih dahulu. Misalnya saja pada pemilihan
umum, calon pemimpin daerah atau legislatuf merupakan anggota salah satu partai politik
yang mana apabila calonnya lulus, ia dapat membawa kursi untuk anggota satu partainya.
Dalam masa pemilihan umum ini, terkadang masih menjadi abu-abu bagi pemilih
pemula yang baru pertama kali melaksanakan pemilu. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menguji faktor apa saja yang menjadi penentu bagi pemilih pemula dalam
memberikan hak suaranya saat pemilu. Penelitian menggunakan 40 sampel yang datanya
dianalisis dengan secara kuantitatif menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Penelitian ini menghasilkan model persamaan regresi berganda Y = 6,025 + 0,131X1
+ 0,282X2 yang menunjukan partisipasi politik dan orientasi calon berpengaruh secara
simultan terhadap perilaku memilih. Namun secara parsial, partisipasi politik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku memilih. Sedangkan orientasi calon
berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku memilih. Artinya, pemilih pemula lebih
memperhatikan orientasi calon, mulai dari tingkat pendidikan, pengalaman kerja, hingga
kepribadian calon pemimpin daripada partisipasi politik yang dimilikinya.
Kata Kunci: Administrasi Publik, Politik, Pemilih Pemula.
ABSTRACT
In terms of understanding, public administration and politics look very different.
However, in state activities, the two are interrelated. In making public policy, political power
is needed first. For example, in general elections, candidates for regional leaders or
legislators are members of one of the political parties where if the candidate passes, he can
bring seats for members of one of his parties.
In this general election period, sometimes it is still a gray area for first-time voters.
Therefore, this study aims to examine what factors are determinants for novice voters in
casting their votes during elections. The study used 40 samples whose data were analyzed
quantitatively using multiple regression analysis techniques.
This study produces a multiple regression equation model Y = 6.025 + 0.131X1 +
0.282X2 which shows political participation and candidate orientation simultaneously affect
voting behavior. However, partially, political participation has no significant effect on voting
behavior. Meanwhile, candidate orientation has a significant effect on voting behavior. This
means that novice voters pay more attention to candidate orientation, ranging from the level
of education, work experience, to the personality of prospective leaders rather than their
political participation.
Keywords: Public Administration, Politics, Novice Voters
Adapun menurut pasal 4 undang Tentu akan ada satu atau dua hal
undang nomor 7 tahun 2017 tentang yang mendasari pemilik suara menentukan
pemilihan umum dalam pelaksanaan nya pilihannya. Baik itu dari segi kedekatan
memiliki tujuan sebagai berikut: dengan calon, kesatuan pemikiran dengan
calon, atau bahkan atas dasar keyakinan
1. Memperkuat sistem ketatanegaraan
yang sama tanpa memperdulikan aspek
yang demokratis.
lain. Untuk itu, ada beberapa metode
2. Mewujudkan pemilu yang adil dan
pendekatan untuk memahami apa saja
berintegritas.
pengaruh masyarakat dalam menentukan
pilihannya saat pemilu. Sebagaimana Universitas Michigan. Penelitian ini
menurut pendapat Kristiadi (1994:76), menghasilkan faktor lain yang dapat
dimana ia mengatakan jika penelitian mempengaruhi pilihan pemilih, yaitu
mengenai perilaku memilih (Voting seperti keterikatan dalam partai politik,
Behavior) dalam pemilu pada dasarnya orientasi terhadap calon anggota
mempergunakan beberapa pendekatan parlementer, serta orientasi terhadap
yang telah berkembang selama ini, yakni: isu-isu politik. Hasil penelitian ini
dikenal dengan istilah trias determinan,
1. Pendekatan Sosiologi
dimana perilaku memilih seseorang
Pada awalnya, pendekatan sosiologi
tidak serta merta muncul tetapi
muncul di Eropa, kemudian
mengalami proses yang cukup panjang
berkembang di Amerika Serikat yang
sampai dijatuhkannya keputusan
dikembangkan oleh Biro Penerapan
memilih. Pendekatan ini dapat dilihat
Ilmu Sosial Universitas Colombia
dari identifikasi partai dengan melihat
sehingga lebih dikenal dengan Mazhab
persepsi dan penilaian publik terhadap
Colombia. Pada tahun 1948 dan 1952,
para calon terpilih dan tema yang
kelompok ini melakukan penelitian
diusung. Dalam identifikasi ini,
mengenai voting. Dari penelitian
terbentuk ikatan antara publik dengan
tersebut, terungkap bahwa perilaku
partai dari kandidat calon yang
pemilih dipengaruhi oleh faktor-faktor
dihasilkan dari proses sosialisasi untuk
lingkungan seperti social ekonomi,
membentuk ikatan yang identik dengan
afiliasi etnik, tradisi kekeluargaan,
partai dan calon. Selanjutnya ada
keanggotaan terhadap organisassi, usia,
orientasi calon, yang artinya apabila
jenis kelamin, pekerjaan, serta tempat
pemilik suara semakin mengenal
tinggal. Namun ada beberapa variable
seorang calon hingga merasa cocok
yang menjadi dominan dalam
dengan mereka, maka besar
mempengaruhi perilaku memilih, yaitu
kemungkinan pemilik suara tersebut
agama, pendidikan, jenis kelamin, dan
akan memberikan suaranya untuk
budaya.
kandidat tersebut. Kemudian ada
2. Pendekatan Psikologis
orientasi isu merupakan tema-tema
Pendekatan psikologis lebih dikenal
yang dianggap penting sehingga
dengan kelompok Michigan, karena
menjadi tawaran solusi dari partai atau
pendekatan ini pertama kali dikenalkan
kandidat yang dirasa sama dengan cara
oleh Pusat Penelitian dan Survei
pandangnya, akan membuat pemilih
menjatuhkan hak pilihnya kepada diperiode berikutnya. Namun apabila
partai tersebut. mereka merasa kinerja pemerintahan
3. Pendekatan Rasional tidak menghasilkan hal yang baik
Pendekatan rasional melihat perilaku maka mereka akan meninggalkan
memilih berdasarkan atas pemikiran pemimpin tersebut dipemilihan
yang rasional berdasarkan manfaat berikutnya.
untuk dirinya. Pemilih rasional akan
Selain itu, ada pula model
menghitung bagaimana mereka
pendekatan perilaku memilih yang
memperoleh keuntungan yang lebih
dikemukakan oleh Newcomb dan Byrne
tanpa mengeluarkan biaya yang besar.
dalam firmanzah (2012:99) yang
Sehingga dalam segi ekonomi-politik,
menegaskan model kesamaan (similarity)
pemilih rasional akan memilih tidak
dan daya tarik (attraction) dapat
ikut memilih atau tidak menggunakan
mempengaruhi perilaku memilih.
hak pilihnya apabila dirasa itu akan
Menurut model ini, setiap individu akan
lebih menguntungkan bagi mereka,
tertarik kepada hal-hal yang dirasa mirip
karena nantinya mereka akan tetap
dengan mereka, baik itu dari segi nilai
mendapatkan hasil yang sama dengan
maupun keyakinan. Dengan kata lain,
masyarakat yang menggunakan hak
semakin mereka memiliki karakteristik
pilihnya, untuk itu mereka tidak akan
yang sama, maka rasa tertarik akan
mengorbankan waktu dan tenaganya
semakin meningkat. Apabila seorang
untuk ikut memilih. Misalnya, mereka
masyarakat merasa mirip dengan
berpikir kalaupun mereka tidak
kandikat atau suatu partai, baik itu dari
memilih pemimpin daerah, jalanan di
segi agama, kepribadian, sifat yang
daerah tetap akan mendapat dana untuk
membuat mereka merasa cocok dengan
perbaikan. Maka, daripada meluangkan
partai atau kandidat tersebut, maka
waktu untuk memilih, mereka akan
mereka akan tertarik dan tidak akan ragu
memutuskan untuk tidak memilih.
lagi untuk memilih kandidat atau partai
Selain itu, meurut Key, pemilih
tersebut.
rasional akan menentukan pilihannya
seara prospektif. Apabila mereka METODE PENELITIAN
Hipotesis yang akan diuji a. Jika Fhitung > Ftabel dengan nilai
dalam penelitian ini yaitu ada atau pribabilitas (Sig. F) < α (0,05)
Karena probabilitas t hitung lebih besar pemilih pemula belum memahami secara
daripada taraf uji penelitian (Sig t > α mendalam terkait partai-partai politik yang
atau 0,381 > 0,05), maka pengaruh ada di Indonesia, bahkan pemilih pemula
partisipasi politik (X1) terhadap cenderung lebih sering mendengar nama
Perilaku Memilih (Y) tidak signifikan. calon kepala daerah daripada partai yang
- Koefisien regresi Orientasi Calon (X2) menaungi calon tersebut. Tidak adanya
inprotected.com