Anda di halaman 1dari 4

PERLAWANAN

Karya:
Belanda telah menguasai seluruh pelosok negara Indonesia, termasuk di wilayah Selatan di
sebuah kabupaten yang memiliki tanah yang subur dengan mayoritas penduduknya adalah
petani. Mengetahui potensi tanah daerah selatan tersebut, Belanda mempunyai proyek besar
untuk melakukan penanaman tanaman Jarak dan Rempah-rempah, namun Pribumi tidak
begitu saja membiarkan hak mereka terhadap tanah kelahirannya dijajah begitu saja dan
dirampas Belanda. Bagaimana perjuangan semerah darah ini, sebening air mata yang beratus-
ratus tahun menggenangi ibu pertiwi.
BABAK 1
Setting: Pendopo Kabupaten
Aktor:
1. Pimpinan Belanda
2. Pengawal I Belanda
3. Pengawal II Belanda
4. Pengawal III Belanda
5. Pembantu Bupati
Properti:

Premis:
Rapat Belanda mengenai perluasan wilayah (penanaman pohon jarak dan rempah-rempah)
dengan pimpinan salah satu pimpinan pemerintah setingkat kabupaten di Jawa Timur. Pihak
Belanda menginginkan perluasan wilayah penanaman Jarak, dan Bupati mengusulkan di
wilayah daerah bagian selatan. Pimpinan Belanda meminta para pengawal untuk melakukan
survei di hari selanjutnya

BABAK 2
Setting: Kebun
Aktor:
1. Pengawal I Belanda
2. Pengawal II Belanda
3. Pengawal III Belanda
4. Petani Utama
5. Petani Figuran
6. 3 Pemuda
Properti:

Premis:
Pihak Belanda melakukan survei lokasi yang akan dijadikan lahan penanaman jarak sesuai
dengan intruksi pimpinan sebelumnya. Belanda memrusak tanaman dan menyampaikan
tujuan mereka dengan kasar, petani menolak kemudian disiksa Belanda. Hal tersebut
diketahui oleh 3 pemuda yang langsung menolong petani dan bersitegang dengan pihak
Belanda. Belanda kemudian kembali untuk melaporkan ke pimpinan

BABAK 3

Setting: Pendopo Kabupaten


Aktor:
1. Pimpinan Belanda
2. Pengawal I Belanda
3. Pengawal II Belanda
4. Pengawal III Belanda
5. Pembantu Bupati
Properti:

Premis:
Para pengawal melaporkan apa yang terjadi di tempat survei bahwa masyarakat menentang
proyek penanaman jarak, menanggapi hal tersebut Belanda menyusun penyerangan kepada
masyarakat yang menentang proyek. Ternyata rapat tersebut diketahui oleh pembantu yang
notabennya adalah bagian dari warga desa di wilayah proyek tersebut. pembantu mendengar
rencana penyerangan langsung teringat keluarganya di rumah dan cepat-cepat pulang.

BABAK 4
Setting: Rumah Pembantu dan warung
Aktor:
1. Pembantu
2. Petani Utama
3. 3 pemuda
Properti:

Premis:
Pembantu melaporkan pembicaraan yang terjadi di rapat Belanda kepada ayahnya (Petani
Utama), pembantu dan ayahnya melaporkan ke 3 pemuda, yang sedang asik bermain kartu
di warung, menanggapi hal tersebut kemudian mereka menyusun rencana perlawanan untuk
meminta bantuan ke pihak-pihak pemerintahan sekitar.

BABAK 5

Setting: Pendopo Kecamatan


Aktor:
1. Petani Utama
2. 3 Pemuda
3. 4 Camat

Properti:

Premis:
Petani menanyakan apakah para camat sudah mendapat surat dan pesan dari utusan mereka,
lalu para camat menyatakan tidak berani membantu untuk melawan Belanda, karena mereka
takut mengancam jabatannya. Petani dan 3 pemuda geram, tetapi mreka tidak bisa
memaksakan. Lalu salah satu pemuda menyarankan untuk meminta bantuan ke seorang Kyai
yang masyhur di wilayah Selatan. Mereka kemudian bergegas ke rumah Kyai tersbut

BABAK 6
Setting: Ndalem Kyai
Aktor:
1. Kyai
2. 3 Pemuda
3. Petani Utama
4. Santri kyai

Properti:

Premis:
3 Pemuda dan petani sowan ke ndalem Kyai yang dimaksud dan mengutarakan semuanya,
kemudian pemuda meminta bantuan berupa doa restu dan juga pasukan dari santri-santrinya
beliau, Kyai mengiyakan dan menyuruh 3 pemuda dan petani untuk pulang mempersiapkan
peralatan dan kebutuhan penyerangan, namun Kyai meminta mereka kembali lagi ke ndalem
sebelum berangkat untuk penyerangan.
Pemuda dan petani pulang, dan mempersiapkn pasukan
Kyai melanjutkan khalwatnya, beberapa saat kemudian masuklah santri yang biasanya
mengantarkan minum, Kyai tersadar kalau orang yang ditunggu sudah datang maka beliau
meminta untuk santri tersebut segera membentuk pasukan dan mempersiapkan
penyerangan, santri mengiyakan kemudian dia keluar dari ndaalem. Kyai meneruskan
khalwatnya hingga menjelang subuh.
Pasukan petani datang lagi ke ndalem dengan santri-santri beliau meminta doa restu dan
arahan kyai untuk melakukan penyerangan, kyai memberikan doa dan amalan, lalu pasukan
penyerangan berangkat dengan semangat membara.
Petani dan para pemuda beserta santri melakukan penyerangan kepada camp Belanda yaang
disiapkan untuk penyerangan, namun ternyata mereka lengah dan para pri bumi selangkah
lebih maju. Dengan senjata yang seadanya mereka menyerang Belanda dan pasukannya.
Pertempuran pun terjadi, meskipun banyak pribumi yang trerbunuh, pertempuran
dimenangkan oleh pri bumi. Pasukan Belanda memukul mundur pasukannya.
TAMAT

Anda mungkin juga menyukai