Anda di halaman 1dari 2

Pandangan HKBP terhadap Aborsi

Kasus Aborsi dalam sudut pandang HKBP dapat ditinjau melalui RPP HKBP pada bab
III1. Pada bab III RPP HKBP poin ke-5 membahas mengenai Mangonai tu Patik Paonomhom
yang mana patik Paonomhon berbunyi mengenai pamunuon. Pada poin ke-5 tersebut
ditunjukkan bagaimana HKBP memandang tindakan pembunuhan dan tindakan-tindakan yang
tergolong ke dalam bentuk pembunuhan. Pada poin C dikatakan bahwa “Na maningkot dohot
abortus provocatus” . Sehingga dalam sudut pandang HKBP, aborsi termasuk tindakan yang
merenggut kehidupan seseoran atau yang biasa disebut dengan pembunuhan. Berangkat dari
pandangan John Scanzoni yang mengatakan bahwa:

“Aborsi berarti tindakan mengakhiri kehamilan.Kadang-kadang dilakukan segera


setelah sel telur dibuahi oleh sperma, bisa oleh dirinya sendiri atau dengan bantuan
orang lain, tetapi tindakan itu selalu dilakukan dengan sengaja.”2

Dengan pandangan tersebut dapat dikatakan bahwa tindakan aborsi adalah tindakan yang
mematikan bayi atau merenggut kehidupan sang bayi. Dengan kata lain Aborsi adalah tindakan
yang menghilangkan kehadiran seseorang. Sehingga dapat diterima dengan jelas bahwa HKBP
menggolongkan tindakan aborsi sebagai tindakan pembunuhan atau tindakan yang merenggut
nyawa manusia. HKBP dengan jelas dalam RPP tersebut mengatakan bahwa abortus provocatus
merupakan tindakan pembunuhan sehingga berdasarkan dengan konsep aborsi yang telah
dipahami masyarakat yaitu tindakan yang menghilangkan janin, tentu masuk akal apabila
digolongkan ke dalam tindakan pembunuhan.

HKBP secara tegas mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang
melanggar aturan HKBP sehingga termasuk dalam RPP HKBP. Namun sepertinya tindakan
demikian cenderung sulit terdeteksi oleh pihak gereja. Dapat dipahami bahwa tindakan aborsi
merupakan tindakan yang cenderung tersembunyi dan tentu sengaja disembunyikan dengan
tujuan tertentu.

Sesuai yang tercantum dalam buku RPP HKBP pada BAB I mengenai “Pangantusion
Taringot tu Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon” pada poin ketiga mengenai Na hona

1
Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, (Kantor Pusat HKBP,2020) hal 37
2
Pendapat yang diungkapkan oleh John Scanzoni dalam Daniel Rumondor, Jangan Membunuh: tinjauan etis
terhadap beberapa Praktek Kedokteran”, (Yogyakarta: Andi Offset, 1988), hal 56
Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon3 adalah tindakan-tindakan yang terdapat dalam bagian
III,IV,V,VI dalam RPP HKBP. Sehingga dari sana dapat dipahami bahwa tindakan aborsi juga
termasuk dalam tindakan yang harus dikenai RPP HKBP sebagai tindakan yang menghilangkan
nyawa atau mamunu.

Sehingga dari keterangan-keterangan tersebut dapat dipahami bahwa tentu dan pasti
HKBP menganggap bahwa tindakan aborsi adalah tindakan yang terkena RPP yang mana berarti
aborsi adalah tindakan yang berlawanan dengan dogma HKBP berdasarkan kajian gereja HKBP
sendiri terhadap Alkitab. Tidak ada keterangan dalam Bab III poin ke-5 C tersebut yang
menyebutkan adanya pengecualian terkait kondisi tertentu, sehingga dari sana dapat dipahami
alasan apapun tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk mendukung tindakan aborsi tersebut.

Kehamilan yang dialami oleh seorang wanita dengan latar belakang apapun tidak menjadi
alasan seseorang dapat melakukan aborsi. Perlu ditekankan bahwa seorang isteri yang memiliki
anak merupakan salah satu bentuk dari sekian banyaknya kasih dan anugerah Allah kepada
manusia.4 Sehingga kehidupan yang merupakan anugerah tersebut tidak dapat dihilangkan oleh
manusia yang mana anugerah dan kehidupan itu adalah sepenuhnya melalui Allah sendiri. Hal
tersebut yang kemudian didukung oleh HKBP dalam RPP nya yang tidak melihat apakah yang
dibunuh orang dewasa atau pun anak-anak atau bahkan yang belum dilahirkan sekalipun. HKBP
dalam RPP nya menyatakan secara tidak langsung bahwa setiap yang hidup memiliki hak
sepenuhnya untuk hidup yang tidak dapat direnggut dengan alasan apapun dan dengan kondisi
apapun. Dengan jelas HKBP menunjukkan bahwa HKBP mendukung kehidupan setiap manusia
dan juga ciptaan lain sebagai anugerah yang tidak dapat dihilangkan dan diabaikan. Melalui RPP
HKBP dapat dipahami bahwa pemiliki kehidupan sepenuhnya adalah Allah bukan orangtua dari
si janin atau pun dokter yang mengatasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa melalui sudut
pandang HKBP bahwa jelas HKBP tidak mendukung sama sekali dengan alasan apapun adanya
tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang Kristen terkhusus jemaat HKBP sendiri.

3
Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, (Kantor Pusat HKBP,2020) hal 15
4
Pendapat yang diungkapkan oleh John Scanzoni dalam Daniel Rumondor, Jangan Membunuh: tinjauan etis
terhadap beberapa Praktek Kedokteran”, (Yogyakarta: Andi Offset, 1988), hal 55

Anda mungkin juga menyukai