Anda di halaman 1dari 14

PELATIHAN

PEMULASARAAN JENAZAH PEREMPUAN


TP PKK DESA PRAMBATAN LOR
2022

Nara Sumber Bp. H. Saiful Anas SH.I


Kepala Humas RSUD Loekmonohadi Kudus
TATA LAKSANA

A. Pemulasaraan Jenazah

Jenazah harus dirawat secara benar, etis dan layak sesuai dengan agama, nilai,
norma dan budaya. Prinsip utama dalam memberikan pelayanan ini adalah petugas
wajib menjalankan kewaspadaan standar dan didukung dengan sarana prasarana yang
memadai.

1. Persiapan Pelayanan jenazah:

a. Petugas mempersiapkan kebutuhan alat habis pakai (Sabun, Shampo, Kain


Kafan dan menatanya, bubuk kapur barus, bubuk kayu cendana, kapas gulung,
gunting, sikat kecil, kebersihan tempat pemandian dari najis);

b. Petugas memberikan edukasi/penjelasan mengenai prosedur pemulasaraan


jenazah dan mempersilakan keikut sertaan keluarga maksimal 2 orang untuk
ikut dalam proses pemandian dan pemulasaraan jenazah.

2. Penanganan jenazah sebelum dimandikan

a. Jenazah ditutup/disumpal lubang hidung dan mulut menggunakan kapas yang


dibasahi, hingga dipastikan tidak ada cairan yang keluar;

b. Bila ada luka akibat tindakan medis, maka dilakukan penutupan dengan
plester kedap air;

c. Mata ditutup jika dirasa sulit bisa menggunakan plester agar mata tertutup;

d. Kedua tangan jenazah dalam posisi bersedekap bila diperlukan diikat dengan
perban/kain;

3. Memandikan jenazah

a. Alat-alat yang perlu disediakan untuk memandikan jenazah diantaranya


adalah:

1) Meja pemandian dengan ukuran kira-kira tinggi 90 cm, lebar 100 cm, dan
panjang 220 cm, untuk meletakkan jenazah;
2) Air mengalir dengan selang air;

3) Tabir atau kain untuk menutup aurat jenazah;

4) Gunting untuk melepaskan baju atau pakaian yang sulit dilepas;

5) Sabun mandi secukupnya, baik padat maupun cair;

6) Sampo untuk membersihkan rambut;

7) Tusuk gigi atau tangkai padi atau sikat kecil untuk membersihkan kuku
jenazahdengan pelan;

8) Kapas untuk membersihkan bagian tubuh jenazah yang halus, seperti


mata, hidung, telinga, dubur, qubul, dan bibir. Kapas ini juga bisa
digunakan untuk menutup anggota badan jenazah yang mengeluarkan
cairan atau darah.

b. Adapun cara memandikan jenazah secara singkat dapat dijelaskan sebagai


berikut:

1) Tidak diperbolehkan jenazah ditangani oleh petugas yang berbeda jenis


kelamin dengan jenazah tersebut;

2) Jika jenazah perempuan maka petugas utama jenazah harus berjenis


kelamin perempuan, begitu juga sebaliknya. Jika jenazah berjenis kelamin
perempuan petugas laki-laki maka hanya bersifat membantu petugas
perempuan tidak lebih dari sekedar membantu memiringkan, membantu
menutup jenazah dan menaruh jenazah dalam peti jenazah. Sedang hal
yang lain harus dilakukan oleh petugas perempuan;

3) Melepaskan pakaian jenazah IaIu ditutup dengan kain agar auratnya tidak
terlihat;

Sebagaimana sabda rasulullah :

‫ وكان‬, ‫ت فلم أ َر شيًئا‬ ُ ‫ فذه‬, ‫غسلت رسو َل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم‬
ِ ‫َبت أنظُ ُر ما يكونُ منَ المي‬ ُ
, ُ‫ والعباس‬, ‫ب‬ٍ ‫علي بنُ أبي طال‬ ُّ : ٌ‫الناس أربعة‬
ِ َ‫ وولي دفنَه وإجنانَه دون‬, ‫طيبًا حيًّا وميتًا‬
ُ‫ وصال ٌح مولى رسو ِل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم وألح َد لرسو ِل هللاِ صلَّى هللا‬, ‫العباس‬
ِ ُ‫والفض ُل بن‬
‫ب عليه اللبنُ نَصبًا‬ ِ ُ‫عليه وسلَّم لحدًا ون‬
َ ‫ص‬
“Aku memandikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan aku
memperhatikan jasad beliau seorang tidak ada celanya. Jasad beliau bagus
ketika hidup maupun ketika sudah wafat. Dan yang menguburkan beliau dan
menutupi beliau dari pandangan orang-orang ada empat orang: Ali bin Abi
Thalib, Al Abbas, Al Fadhl bin Al Abbas, dan Shalih pembantu Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam. Aku juga membuat liang lahat untuk Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam dan di atasnya diletakkan batu bata” (HR. Ibnu
Majah no. 1467 )

Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

(‫ برداء أو )وخلع ثيابه‬I‫ ويستر‬،‫ الثياب التي مات فيها يسن أن تخلع ساعة موته‬:‫يعني‬
‫نحوه‬
“[Dilepaskan pakaiannya] yaitu pakaian yang dipakai mayit ketika meninggal.
Disunnahkan untuk dilepaskan ketika ia baru wafat. Kemudian ditutup dengan
rida (kain) atau semisalnya” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil
Mukhtasharat, 1/424).
Sabda Rasulullah :

‫َّجل والَ تنظ ُر المرأةُ إلى عور ِة المرأ ِة‬


ِ ‫الَ ينظ ُر الرَّج ُل إلى عور ِة الر‬ 
Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya dan janganlah
seorang wanita melihat aurat wanita yang lainnya.
4) Mensucikan najis dan menghilangkan benda-benda yang menghalangi air
sampai ke tubuh;

5) Membersikan area kepala dan leher kemudian secara berurutan :

a) Anggota badan sebelah kanan atas dari pundak sampai kaki kanan
atas

b) Anggota badan sebelah kiri atas dari pundak sampai kaki kiri atas

c) Anggota badan sebelah kanan bawah dari pundak sampai kaki kanan
bawah

d) Anggota badan sebelah kiri dari pundak bawah sampai kaki kiri
bawah

6) Mewudlukan jenazah ;
َ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة هَّلِل ِ تَ َع‬
‫الى‬ َ ْ‫ت) فَر‬ ْ ‫ت‬
ِ َ‫(ال َميِّت‬ ِ ِّ‫ْت ْال ُوضُ َء عَل َى هَ َذا (ه ِذ ِه) ْال َمي‬
ُ ‫نَ َوي‬

Nawaitul wudhua ‘ala haazal (haazihil) mayyiti (mayyitati) fardhal kifayati


lillahi ta’ala

7) Petugas berniat untuk memandikan jenazah saat air mengalir di tubuh


jenazah dengan bacaan

َ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة هَّلِل ِ تَ َع‬


‫الى‬ َ ْ‫ت) فَر‬ ْ ‫ت‬
ِ َ‫(ال َميِّت‬ ِ ِّ‫ْت ْال ُغ ْس َل عَل َى هَ َذا (ه ِذ ِه) ْال َمي‬
ُ ‫نَ َوي‬

Nawaitul ghusla ‘ala haazal (haazihil) mayyiti (mayyitati) fardhal kifayati


lillahi ta’ala
8) Membersihkan rongga mulut jenazah, lubang hidung, lubang telinga,
kukunya, dan sebagainya;

9) Memulai mensucikan area dubur dan qubulnya dengan air;

Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami menuturkan dalam kitabnya


Safînatun Najâ h (Beirut: Darul Minhaj, 2009) :

‫وأكمله ان يغسل سوأتيه وأن يزيل القذر من أنفه وأن يوضأه وأن يدلك بدنه بالسدر وأن‬
‫يصب الماء عليه ثالثا‬
Artinya: “Dan sempurnanya memandikan mayit adalah membasuh kedua
pantatnya, menghilangkan kotoran dari hidungnya, mewudlukannya,
menggosok badannya dengan daun bidara, dan mengguyunya dengan air
sebanyak tiga kali.”

Kemudian melafadlkan niat :

َ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة هَّلِل ِ تَ َع‬


‫الى‬ َ ْ‫ت) فَر‬ ْ ‫ت‬
ِ َ‫(ال َميِّت‬ ِ ِّ‫ت ْن َجا َء عَل َى هَ َذا (ه ِذ ِه) ْال َمي‬ ُ ‫نَ َوي‬
ِ ‫ْت اِإْل ْس‬
Nawaitul istinjaa ‘ala haazal (haazihil) mayyiti (mayyitati) fardhal kifayati
lillahi ta’ala

10) Mengurut perut jenazah dengan pelan untuk mengeluarkan kotoran-


kotoran yang ada dalam perutnya, kecuali perut jenazah perempuan yang
hamil;

11) Menyiram dengan air yang dicampur dengan daun bidara, sabun atau
sampo.
12) Mengkeramas rambut kepala jenazah dan jika mempunyai jenggot
dikeramas juga sampai tidak ada hal-hal yang menempel pada rambut
jenazah;

13) Menyiram ulang dengan air mengalir suci mensucikan

14) Mewudlukan jenazah kembali lagi jika memungkinkan

15) Menutup lubang-lubang tubuh jenazah dengan kapas yang dibasahi

16) Untuk jenazah perempuan setelah rambutnya diurai dan dimandikan


hendaknya dirapikan kembali.

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan terkait dengan memandikan


jenazah, di antaranya adalah sebagai berikut:
a) Disunnahkan mewudlukan jenazah sebelum memandikannya. Dalam
memandikan jenazah hendaknya mendahulukan bagian yang kanan
dan anggota-anggota wudlu.
b) Untuk menghindari keluarnya najis dari qubul dan dubur jenazah
setelah ditutup dengan kapas ditambahkan cawat.
c) Orang yang selesai memandikan jenazah diharuskan untuk mandi
sebagaimana Sebagaimana diriwayatkan Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah bersabda;

‫َم ْن َغس ََّل َميِّتًا فَ ْليَ ْغتَ ِسلْ َو َم ْن َح َملَهُ فَ ْليَت ََوضَّأ‬
“Barangsiapa yang memandikan jenazah, maka hendaklah iamandi Dan
barangsiapa yang memikul jenazah, maka hendaklah dia wudhu“. (HR
Abu Dawud no. 3161)
 
d) Orang yang memandikan jenazah tidak diperkenankan membuka
rahasia atau aib jenazah.

4. Mengkafani jenazah

a. Alat-alat yang perlu disiapkan untuk mengkafani mayat di antaranya sebagai


berikut:

1) Kain kafan kurang lebih 12 meter;


2) Kapas secukupnya;

3) Kapur barus yang telah dihaluskan;

4) Kayu cendana yang telah dihaluskan;

5) Sisir lembut untuk menyisir rambut;

6) Tempat tidur atau mejapemulasaraan untuk membentangkan kain kafan


yang sudah dipotong-potong.

b. Cara membuat kain kafan bisa bermacam-macam. Di antara cara yang praktis
adalah menggunting kain kafan menjadi beberapa bagian:

1) Kain kafan sebanyak 3 (Tiga) lembar sepanjang badan jenazah ditambah


50 cm;

2) Tali untuk pengikat sebanyak 3 helai;

3) Kain untuk cawat yang didalamnya di beri kapas;

4) Kain sorban atau kerudung;

5) Sarung kafan yang dapat menutup antara pusar smpe mata kaki;

6) Baju daleman;

7) Kain ihram jika dibutuhkan.

c. Di samping kain kafan perlu juga disiapkan kapas yang sudah dipotong-potong
untuk:

1) Penutup wajah/muka. Kapas ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran


sisi kira-kira 30 cm sebanyak satu helai;

2) Bagian cawat sepanjang kira-kira 50 cm sebanyak satu helai;

3) Bagian penutup persendian anggota badan;

4) Penutup lubang hidung dan lubang telinga. Untuk ini buatlah kapas
berbentuk bulat sebanyak 4 buah;

5) Di bagian atas kapas-kapas itu ditaburi kapur barus dancendana yang


sudah dihaluskan;
d. Cara mengkafani mayat dengan baik dan praktis adalah seperti berikut:

1) Letakkan tali-tali pengikat kain kafan sebanyak 3 helai, dengan perkiraan


yang akan ditali adalah:
a) bagian atas kepala;
b) bagian bawah tangan yang sudah disedekapkan;
c) bagian bawah telapak kaki;

2) Bentangkan kain kafan dengan susunan antara lapis pertama dengan lapis
lainnya tidak tertumpuk sejajar, tetapi tumpangkan sebagian saja;

3) Letakkan plastik lebar dan panjang sekira dapat membalut dan menutup
tubuh jenazah;

4) Kemudian kafan lapis ketiga bentangkan di tengah- tengah. Dapat pula


digelar di atasnya kain ihram milik jenazah jika keluarga menginginkan;

5) Bentangkan kain baju yang sudah disiapkan. Lubang yang berbentuk belah
ketupat untuk leher jenazah. Bagian sisi yang digunting dihamparkan ke
atas;

6) Bentangkan kain sarung di tengah-tengah kain kafan. Letak kain sarung ini
diperkirakan pada bagian pantat jenazah;

7) Bujurkan kain cawat di bagian tengah untuk menutup alat vital jenazah;

8) Taburkan pada kain kafan itu kapur barus yang sudah dihaluskan dan
bubuk cendana;

9) Lalu letakkan jenazah membujur di atas kain kafan dalam tempat tertutup
dan terselubung kain;
10) Baca dzikir :

‫ان هَّللا ِ َو ْال َحمْ ُد هَّلِل ِ َوالَ ِإ َل َه ِإالَّ هَّللا ُ َوهَّللا ُ َأ ْك َب ُر‬
َ ‫ُسب َْح‬
11) Sisirlah rambut mayat tersebut ke belakang;

12) Pasang cawat dan talikan pada bagian atas;

13) Tutuplah lubang hidung dan lubang telinga dengan kapas yang dibasahi
14) Sedekapkan kedua tangan jenazah dengan tangan kanan di atas tangan
kirinya;

15) Tutuplah persendian jenazah dengan kapas-kapas yang telah ditaburi


kapur barus dan cendana yang dihaluskan, seperti sendi jari kaki, mata
kaki bagian dalam dan luar, lingkaran lutut kaki, sendi jari-jari tangan,
pergelangan tangan, siku, pangkal lengan dan ketiak, leher, dan
wajah/muka;

16) Lipatlah kain sarung yang sudah disiapkan;

17) Kenakan baju yang sudah disiapkan dengan cara bagian sisi yang telah
digunting diletakkan di atas dada dan tangan jenazah;

18) Ikatkan surban yang berbentuk segitiga atau mukena bagi jenazah
perempuan;

19) Keluarga dipersilakan untuk mendengunkan suara adzan di telingan kanan


jenazah dan iqomah di telingan kiri jenazah;

20) Tulis lafadl Allah pada dada kiri (letak hati) dan jidad jenazah, lafadl
Syahadatain di tangan kanan kiri bisa menggunakan minyak tanpa alkohol,
serbuk kayu cendana atau debu/tanah;

21) Lipatkan kain kafan melingkar ke seluruh tubuh jenazah selapis demi
selapis sambil ditarik ujung atas kepala dan ujung bawah kaki;

22) Kemudian talikan dengan tali-tali yang sudah disiapkan;

23) Kasihkan minyak wangi non alkohol di kain kafan

B. Menshalatkan janazah

1. Hukum shalat jenazah atau sembahyang untuk mayyit Muslim adalah fardlu
kifayah. Artinya, wajib dilaksanakan minimal oleh satu orang. Bila secara sengaja
sama sekali tak ada yang menunaikannya maka status dosa menimpa umat Islam
secara umum. Dianjurkan untuk melaksanakan sholat janazah di aula ruang
jenazah untuk meminimalisir dosa jika shalat jenazah batal dilaksanakan di tempat
yang diinginkan oleh keluarga jenazah

2. Shalat Jenazah dilakukan dalam posisi Jenazah berada di depan Imam Shalat
Janazah. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka diniati dengan Shalat Ghaib

3. Posisi imam pada sholat jenazah laki-laki berada sejajar dengan kepala jenazah,


sedangkan jenazah perempuan posisi imam sejajar dengan perut jenazah

4. Adapun rukun shalat jenazah sebagai berikut:


a. Niat, wajib digetarkan dalam hati. Apabila dilafalkan secara lisan akan
berbunyi:
Untuk jenazah laki-laki :
‫ هللِ تَ َعالَى‬I‫ضا‬
ً ْ‫ت فَر‬ َ ‫ُأ‬
ِ ِّ‫صلِّي َعلَى هَ َذا الـ َمي‬
Ushalli ‘alâ hâdzal mayyiti fardlan lillâhi ta’âlâ

Untuk jenazah perempuan :

َ ‫ُأ‬
‫صلِّي َعلَى هَ َذا الـ َميِّتَ ِة فَرْ ضًا هللِ تَ َعالَى‬
shalli ‘alâ hâdzihil mayyitati fardlan lillâhi ta’âlâ
b. Kedua, Berdiri bagi yang mampu
c. Ketiga, Takbir empat kali disunnahkan mengangkat kedua tangan
d. Keempat, Membaca Surat Al Fatihah setelah takbir pertama
e. Kelima, Membaca Sholawat setelah takbir kedua

ِ ‫ َو َعلَى‬،‫صلَّيْتَ َعلَى ِإب َْرا ِهي َم‬


،‫آل ِإب َْرا ِهي َم‬ َ ‫اللَّهُ َّم‬
ِ ‫ َو َعلَى‬،‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬
َ ‫ ُم َح َّمد َك َما‬I‫آل َسيِّ ِدنَا‬
‫ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا‬
َ َ‫ َك َما ب‬،‫ ُم َح َّم ٍد‬I‫ َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا‬،‫ك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬Iْ ‫ار‬ َ َّ‫ِإن‬
ِ َ‫ َوب‬،‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬
َ َّ‫ فِي ْال َعالَ ِمينَ ِإن‬،‫ َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِهي َم‬،‫ِإ ْب َرا ِهي َم‬
‫ك َح ِمي ٌد َم ِجيد‬
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad,
kamâ shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ
sayyidinâ Muhammad, wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ
sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun
majîd.
f. Keenam, Mendoakan Jenazah setelah takbir ketiga
ketika jenazah berkelamin laki-laki maka dianjurkan membaca doa berikut :
ٰ
ِ ‫ َوا ْغ ِس ْلهُ بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل‬،ُ‫ َو َو ِّس ْع َم ْد َخلَه‬،ُ‫ َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَه‬،ُ‫اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواعْفُ َع ْنه‬
‫ج‬
‫ َواَ ْهاًل‬،‫َار ِه‬ِ ‫ َوَأ ْب ِد ْلهُ دَارًا َخ ْيرًا ِم ْن د‬،‫َس‬ ِ ‫ض ِمنَ ال َّدن‬ َ َ‫ب اَأْل ْبي‬ َ ْ‫ َك َما نَقَيْتَ الثَّو‬I‫ َونَقِّ ِه ِمنَ ْالخَ طَايَا‬،‫َو ْالبَ َر ِد‬
ِ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن َع َذا‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ِ ‫ َو َزوْ جًا خَ ْيرًا ِم ْن َزوْ ِج ِه وَأ ْد ِخ ْلهُ ْال َجنَّةَ َوَأ ِع ْذهُ ِم ْن َع َذا‬،‫َخ ْيرًا ِم ْن اَ ْهلِ ِه‬
Allâhummaghfir lahu warhamhu wa ‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu wa
wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihi minal
khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhu dâran
khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi
wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air,
salju, dan es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan
yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian masukkanlah ia ke dalam surga dan
lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.

Sedangkan ketika jenazah berkelamin perempuan, maka dianjurkan membaca


doa berikut ini:

‫ َوا ْغ ِس ْلهَا بِ ْال َما ِء‬،‫ع َمدْخَ لَهَا‬Iْ ‫ َو َو ِّس‬،‫م نُ ُزلَهَا‬Iْ ‫ َوَأ ْك ِر‬،‫ َوعَافِهَا َواعْفُ َع ْنهَا‬I‫اَ ٰللّهُ َّم ا ْغفِرْ لَها َوارْ َح ْمهَا‬
‫ َوَأ ْب ِد ْلهَا دَارًا َخ ْيرًا ِم ْن‬،‫َس‬ ِ ‫ض ِمنَ ال َّدن‬ َ َ‫ب اَأْل ْبي‬ َ ْ‫ َونَقِّهَا ِمنَ ْال َخطَايَا َك َما نَقَيْتَ الثَّو‬،‫ج َو ْالبَ َر ِد‬
ِ ‫َوالثَّ ْل‬
‫ب ْالقَب ِْر َو‬
ِ ‫ َو َزوْ ًجا َخ ْيرًا ِم ْن زَ وْ ِجهَا وَأ ْد ِخ ْلهَا ْال َجنَّةَ َوَأ ِع ْذهَا ِم ْن َع َذا‬،‫ َواَ ْهاًل َخ ْيرًا ِم ْن اَ ْهلِهَا‬،‫َارهَا‬
ِ ‫د‬
ِ َّ‫ب الن‬
‫ار‬ ِ ‫ِم ْن َع َذا‬
Allâhummaghfir lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa
wassi’ madkhalahâ waghsilhâ bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal
khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa abdilhâ dâran
khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa zaujan khairan min zaujihâ
wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr.
Ketika selesai membaca doa di atas, kemudian melakukan takbir yang keempat.
Setelah takbir keempat ini, disunnahkan untuk membaca doa berikut ini.
Untuk jenazah laki-laki :
ُ‫ َأجْ َرهُ والتَ ْفتِنَّا بَع َدهُ َوا ْغفِرْ لَنَا َولَه‬I‫َحر ْمنا‬
ِ ‫اللهُ ّم الت‬
Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah
(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.”
Untuk jenazah perempuan :
‫اللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا َأجْ َرهَا َوالَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهَا َوا ْغفِرْ لَنَا َولَهَا‬
‫‪Allâhumma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ‬‬
‫‪Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah‬‬
‫‪(cobaan) bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.‬‬

‫‪g. Ketujuh, Membaca salam mengucapkan salam secara sempurna :‬‬

‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُهُ‬

‫‪h. Do’a Shalat Jenazah dan Shalat Ghaib‬‬

‫ان ال َّر ِجي ِْم‬ ‫َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّش ْيطَ ِ‬
‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ من ال َّر ِحي ِْم‪ .‬اَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ ‪َ .‬ح ْم َد ال َّشا ِك ِر ْينَ َح ْم َد النَّ ِ‬
‫اع ِم ْينَ ‪َ ،‬ح ْمدًا يُ َوافِ ْ‪I‬ي نِ َع َمهُ‬
‫ك ْال َح ْم ُد َك َما يَ ْنبَ ِغ ْي لِ َجالَ ِل َوجْ ِهكَ َو َع ِظي ِْم س ُْلطَانِكَ‬ ‫‪َ .‬ويُ َكافُِئ َم ِز ْي َدهُ‪ .‬يَا َربَّنَا لَ َ‬
‫آلخ ِر ْينَ ‪َ .‬و َ‬
‫صلِّ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد فِى ْا ِ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد فِى اَْأل َّولِ ْينَ ‪َ .‬و َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد فِى ْالمَِإَل اَْأل ْعلَى ِإلَى‬ ‫ت َو ِح ْي ٍن‪َ .‬و َ‬ ‫َو َسلِّ ْم‪َ .‬علَى َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد فِى ُك ِّل َو ْق ٍ‬
‫يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن‬
‫اب َما قَ َرْأنَاهُ ِمنَ ْالقُرْ ِ‬
‫آن ْال َع ِظي ِْم‪َ .‬و َما هَلَّ ْلنَاهُ ِم ْن قَوْ ِل الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َو َما‬ ‫صلْ ثَ َو َ‬ ‫اَللَّهُ َّم اجْ َعلْ َوَأوْ ِ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِى ه َذا‬ ‫صلَّ ْينَاهُ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬
‫َسبَّحْ نَاهُ ِم ْن قَوْ ِل ُس ْب َحانَ هللاِ َوبِ َح ْم ِد ِه َو َما َ‬
‫ص َدقَةً ُمتَقَبَّلَةً ِإلَى َحضْ َر ِة َسيِّ ِدنَا‪I‬‬‫َازلَةً َوبَ َر َكةً َشا ِملَةً َو َ‬‫اصلَةً َو َرحْ َمةً ن ِ‬ ‫ك هَ ِديَّةً َو ِ‬ ‫س ْال ُمبَا َر ِ‬ ‫ْال َمجْ لِ ِ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َواِلَى َج ِمي ِْع اِ ْخ َوانِ ِه ِمنَ اَْأل ْنبِيَآ ِء‬ ‫َو َحبِ ْيبِنَا َو َشفِ ْي ِعنَا‪َ I‬وقُ َّر ِة َأ ْعيُنِنَا َو َموْ اَل نَا ُم َح َّم ٍد َ‬
‫َّحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َو ْال ُعلَ َمآ ِء ْال َعا ِملِ ْينَ َو ْال ُم َ‬
‫صنِّفِ ْينَ‬ ‫َو ْال ُمرْ َسلِ ْينَ ‪َ ،‬و ْاالَوْ لِيَآ ِء َوال ُّشهَدَآ ِء َوالصَّالِ ِح ْينَ َوالص َ‬
‫ص ْينَ َو َج ِمي ِْع ْال ُم َجا ِه ِد ْينَ فِ ْي َسبِ ْي ِل هللاِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َو ْال َمالَِئ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ ُخصُوْ ً‬
‫صا‪ I‬اِلَى‬ ‫َو ْال ُم ْخلِ ِ‬
‫ْخ َع ْب ِد ْالقَا ِد ِر ْال ِج ْياَل نِ ِّي‬
‫َسيِّ ِدنَا ال َّشي ِ‬
‫ق اَْألرْ ِ‬
‫ض ِإلَى‬ ‫ت َو ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ِم ْن َم َش ِ‬
‫ار ِ‬ ‫ثُ َّم إل َي َج ِمي ِْع َأ ْه ِل ْالقُبُوْ ِر ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫صا‪ِ I‬إلَى آبَاِئنَا َواُ َّمهَاتِنَا َواَجْ دَاتِنَا‪َ I‬و َج َّداتِنَا َونَ ُخصُّ ُخصُوْ ً‬
‫صا‪ِ I‬إلَى َم ِن‬ ‫َاربِهَا بَرِّ هَا َوبَحْ ِرهَا َو ُخصُوْ ً‬ ‫َمغ ِ‬
‫‪.‬اجْ تَ َم ْعنَا هَاهُنَا بِ َسبَبِ ِه وَاِل َجْ لِ ِه‬
‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ ْم َوارْ َح ْمهُ ْم َوعَافِ ِه ْ‪I‬م َواعْفُ َع ْنهُ ْم‪ .‬اَللَّهُ َّم َأ ْن ِز ِل الرَّحْ َمةَ َو ْال َم ْغفِ َرةَ َعلَى اَ ْه ِل ْالقُبُوْ ِر ِم ْن‬
‫اَ ْه ِل الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ ُم َح َّم ٌد َّرسُوْ ُل هللاِ‬
‫‪َ  ‬ونَ ُخصُّ ُخصُوْ صًا ِإلَى )‪(sebut nama mayit‬‬
‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ (لَهَا‪/‬لَهُ َما‪/‬لَهُ ْم) َوارْ َح ْمهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم) َوعَافِ ِه (هَا‪ِ /‬ه َما‪ِ /‬ه ْم) َواعْفُ َع ْنهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم)‪،‬‬
‫ج َو ْالبَ َر ِد‪،‬‬
‫َوَأ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم)‪َ ،‬و َو ِّس ْع َم ْد َخلَهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم)‪َ ،‬وا ْغ ِس ْلهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم) بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل ِ‬
‫َس‪َ ،‬وَأ ْب ِد ْلهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم) دَارًا خَ ْيرًا‬
‫َونَقِّ ِه (هَا‪ِ /‬ه َما‪ِ /‬ه ْم) ِمنَ ْال َخطَايَا َك َما يُنَقَّي الثَّوْ بُ اَْأل ْبيَضُ ِمنَ ال َّدن ِ‬
‫َار ِه (هَا‪ِ /‬ه َما‪ِ /‬ه ْم)‪َ ،‬وَأ ْهالً َخ ْيرًا ِم ْن َأ ْهلِ ِه (هَا‪ِ /‬ه َما‪ِ /‬ه ْم)‪َ ،‬و َزوْ ًجا خَ ْيرًا ِم ْن زَ وْ ِج ِه (هَا‪ِ /‬ه َما‪ِ /‬ه ْم)‪،‬‬
‫ِم ْن د ِ‬
‫ب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫ب ْالقَب ِْر َو َع َذا ِ‬ ‫‪َ .‬وَأ ْد ِخ ْلهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم) ْال َجنَّةَ‪َ ،‬وَأ ِع ْذهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم) ِم ْن َع َذا ِ‬
‫‪.‬اَللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا‪َ I‬أجْ َرهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم)‪َ ,‬والَ تَ ْفتِنَّا بَ ْع َدهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم)‪َ ,‬وا ْغفِرْ لَنَا َولَهُ (هَا‪/‬هُ َما‪/‬هُ ْم)‬
‫ص ِغي ِْرنَا‪َ I‬و َكبِي ِْرنَا َو َذ َك ِرنَا َوُأ ْنثَانَا‬
‫‪.‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ َحيِّنَا َو َميِّتِنَا َو َشا ِه ِدنَا‪َ I‬وغَآِئبِنَا َو َ‬
‫‪.‬اَللَّهُ َّم َم ْن َأحْ يَ ْيتَهُ ِمنَّا فََأحْ يِ ِه َعلَى ْاِإل ْسالَ ِم‪َ ،‬و َم ْن تَ َوفَّ ْيتَهُ ِمنَّا فَت ََوفَّهُ َعلَى ْاِإل ْي َم ِ‬
‫ان‬

‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬ ‫‪َ .‬ربَّنَا آتِنَا فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا ِ‬
‫صحْ بِ ِه َوبا َ َركَ َو َسلَّ َم‪ُ .‬س ْب َحانَ َربِّكَ َربِّ ْال ِع َّز ِة َع َّما‬
‫صلَّى هللاُ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو َ‬
‫َو َ‬
‫صفُوْ نَ ‪َ .‬و َسالَ ٌ‪I‬م َعلَى ْال ُمرْ َسلِ ْينَ َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ‬
‫‪.‬يَ ِ‬
‫اَ ْلفَاتِ َحة‬

‫‪C.‬‬ ‫‪Pemakaman‬‬

‫‪1.‬‬ ‫‪Sebelum dimakamkan maka diberikan hak-hak keluarga untuk :‬‬

‫‪a.‬‬ ‫;‪Mensholatkan jenazah di rumah duka atau masjid atau di tempat yang luas‬‬

‫‪b.‬‬ ‫‪Upacara pelepasan jenazah, dilakukan oleh ulama setempat dengan singkat‬‬
‫‪padat tentang :‬‬

‫)‪1‬‬ ‫;‪Persaksian kebaikan jenazah‬‬

‫)‪2‬‬ ‫;‪Permintaan maaf jenazah‬‬

‫)‪3‬‬ ‫‪Penyelesaian haqqul adami.‬‬

‫‪2.‬‬ ‫‪Penguburan beberapa jenazah dalam satu liang kubur dibolehkan pada kondisi‬‬
‫;‪darurat‬‬

‫‪3.‬‬ ‫‪Penguburan jenazah dengan cara memasukkan jenazah miring menghadap ke arah‬‬
‫;‪qibat dengan poisisi kepala di utara dan kaki di selatan‬‬

‫‪4.‬‬ ‫‪Tali pengikat dibuka semua dengan wajah jenazah yang dibuka dan pipi harus‬‬
‫‪menempel pada tanah.‬‬
5. Ganjal jenazah dengan gelu (tanah) yang sebelumnya sudah diwirid dengan surat
al Qadr dan bacaan :

‫بسم هللا على ملة رسول هللا الحول والقوة اال باهلل‬

Bismillahi ala millati rasulillah, la haula wa la quwwata illa billah)

6. Petugas mendengungkan adzan dan iqomah sebelum jenazah ditimbun tanah.


Diperbolehkan keluarga atau orang yang mewakili keluarga melakukan hal
tersebut;

7. Petugas melaksanakan talqin jika dari pihak keluarga tidak mempersiapkan ulama
atau wakil keluarga untuk mentalqin jenazah;

8. Setelah menjalankan pemakaman jenazah maka petugas diwajibkan untuk mandi.

Anda mungkin juga menyukai