Anda di halaman 1dari 6

FIQIH JENAZAH

Fiqh Imam Syafi'i (8)


Oleh: Alhabib Shodiq bin abubakar Baharun
By : Admin Fb Buya Yahya

BAB JENAZAH
Setiap orang yang bernyawa pasti akan mendapatkan giliran yaitu kematian, maka di
dalam hadits rasulullah saw. bersabda seringlah kamu berziarah ke kubur, sesungguhnya hal-hal
tersebut bisa mengingatkan kamu akan perjalananmu yang akhir dan juga untuk menguatkan
iman kita, sehingga kita siap menunggu gilirannya, maka kita disunnahkan membaca laailaha
illaallah sebanyak mungkin.

A. SUNNAH-SUNNAH DILAKUKAN KETIKA SAKRATIL MAUT

Adapun sunnah-sunnah yang dilakukan di waktu sakarotil maut (akan meninggal) di


antaranya:

a) Menghadapkan ke kiblat (jika bisa) jika posisi terbaring dihadapkan badan dan
kakinya ke kiblat.
b) Mentalkinkan dua kalimat syahadah (asyhadu alailaha illallah wa asyhadu anna
muhammadu rasulullah) secara pelan-pelan.
c) Yang lain membaca Surah Yasin dan Surah Arro’ad (seperti yang dikatakan sayyidina
Jabir bin Abdullah r.a). Faedahnya agar si mayit bisa mengenal hari akhirnya dan bisa
mempermudah keluarnya ruh dengan tenang.
d) Diambilkan air satu tetes kemudian dioleskan di kedua bibir (karena ketika itu setiap
manusia merasakan kehausan yang sangat sekali dan itu dilakukan rasulullah saw
ketika menghadapi sakaratul maut.
B. SUNNAH – SUNNAH DILAKUKAN SETELAH MENINGGAL DUNIA

Adapun sunnah-sunnah yang dilakukan setelah terpisahnya ruh dari jasad sebelum
dimandikan di antaranya:

a) Memejamkan kedua matanya.


b) Diikat dari bawah dagu sampai tengah-tengah kepala melalui depan telinga dengan ikatan
yang tidak erat (agak kendor).
c) Menutupi semua lubang-lubang (telinga dan hidung) faedahnya (b dan c) agar angin tidak
masuk ke dalam tubuh si mayit.
d) Melepaskan pakaian yang dikenakan si mayit kemudian menutupinya dengan kain
panjang (jarik).
e) Meletakkan sesuatu yang agak ringan (gunting yang sedang atau lainnya) di atas
perutnya, faedahnya agar perutnya tidak membesar karena kemasukan angin.
f) Berdoa untuk si mayit.
g) Menyiapkan perlengkapan untuk memandikan si mayit dengan segera.

Sesuatu yang diwajib untuk si mayit ada 4 perkara:

1) Memandikan
2) Mengkafani (menutupi dengan kain kafan)
3) Mengsholati (disholatkan)
4) Menguburkan

Jika bagi mayit yang berbentuk badan dan sebelumnya mempunyai ruh atau tidak,
jika hanya berbentuk daging atau berbentuk manusia tapi keluar sebelum dimandikan 6 bulan
masa kehamilan maka hanya wajib dimandikan, dikafani, dishalati dan dikuburkan (menurut
Imam Romli). (Jika menurut Imam Ibn Hajar hanya dimandikan, dikafani dan dikuburkan).

C. CARA MEMANDIKAN JENAZAH


1. Paling sedikitnya yaitu dengan meratakan air di sekujur badannya dan paling
sempurnanya yaitu : membasuh kedua kemaluannya terlebih dahulu.
2. Kemudian membersihkan kotoran-kotorannya yang berada di hidung, telinga dan mulut
(antara gigi) si mayit dengan kain.
3. Kemudian mewudhukannya
4. Kemudian dimandikan dari kepala sampai ke kaki dengan dipijat-pijat (dengan pelan-
pelan) dengan memakai air dicampur dengan sidir (daun bidara) atau dengan kapur barus
sebanyak satu kali yang rata kemudian dimandikan lagi dengan air yang suci dan bersih
(tanpa dicampuri sesuatu) sebanyak 3 kali depan dan belakang. Disunnahkan dalam
membasuh / memandikan mayit yaitu dari kepala sampai ke dagunya, lalu badan yang
berada di depan bagian kanannya (dari dada sampai ke kaki sebelah kanan). Kemudian
badan yang berada di depan bagian kiri (dari dada sampai ke kaki sebelah kiri), kemudian
badan yang berada di belakang sebelah kanan (dari punggung sampai ke kaki sebelah
kanan), kemudian badan yang berada dibelakang sebelah kiri (dari punggung sampai ke
kaki sebelah kiri) lalu dibasuh satu kali secara merata dari atas sampai ke kaki dan juga
disunnahkan berdzikir dalam memandikannya dan juga dilarang melihat aurat atau
sesuatu perubahan yang berada di diri si mayit.

Peringatan : Diwajibkan yang memandikan mayit laki-laki adalah orang laki-laki


dan begitu juga bagi mayit perempuan diwajibkan yang memandikannya juga perempuan
jika tidak ada, maka mahramnya yang memandikannya, selainnya hukumnya haram mutlak
(bisa dianggap zina).

5.Tentang mengkafani si mayit. Kain kafan disunnahkan berwarna putih dan juga sebanyak 3
lapisan bagi yang mampu, jika tidak mampu cukup dengan sesuatu yang menutupi auratnya si
mayit. Bagi mayit laki-laki maka cara mengkafaninya yang bagian pertama menutupi dari kepala
sampai ke telapak kaki, lalu bagian kedua lebih lebar dan panjang lalu bagian ketiga lebih lebar
dan panjang lagi, jika bagi mayit perempuan maka cara menutupi dari dada sampai ke paha
dengan baju atau kain yang bisa menutupinya lalu dari pusar sampai ke lutut dengan kain lagi,
kemudian menutupi kepalanya dengan kain (mukena / jilbab) kemudian menutupi semua (dari
kepala sampai ke telapak kaki) dengan kain kafan dua lipatan.
# Disunnahkan menutupi semua lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, mata) dengan kapas.
# Adapun cara mengikatnya yaitu di atas kepala, dipundak, di bawah dada, dilutut dan di bawah
telapak kaki. Disunnahkan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri (seperti sholat) lalu
diletakkan di dada.
6.Tata cara mensholati mayit.
Rukun-rukun sholat jenazah diantaranya:
a.Niat
b.4 takbir
c.Berdiri bagi yang mampu
d.Membaca Al Fatihah setelah takbir yang pertama
e.Bersholawat atas nabi Muhammad saw (paling lengkap sholawat Ibrahimmiyah) setelah takbir
yang kedua.
f.Doa untuk si mayit setelah takbir yang ketiga, bacaanya, bagi mayit laki-laki (allahumma fir
lahu warkhamhu waa’afihi wafu’anhu), bagi mayit perempuan (allahumma fir laha warkhamha
waa’afiha wafu’anha) (paling sedikitnya, yang lebih lengkap baca di kitab-kitab Fiqih bab
jenazah).
g.Salam (assalamu’alaikum warahmatullahi wabrakatuh),
# Setelah takbir yang keempat disunnahkan membaca: allahumma la tahrimna ajrohu wala taftina
ba’dahu wagfirlana walahu (bagi mayit laki-laki), jika mayit perempuan (allahumma la tahrimna
ajroha wala taftina ba’daha wagfirlana walaha)
7.Cara menguburkan mayit
Paling minim menguburkan mayit yaitu supaya tidak tercium baunya oleh binatang buas dan
paling lengkapnya yaitu ukuran panjang si mayit (dari kepala sampai ke kaki) ditambahkan 1
hasta (45 cm) kemudian membuka semua ikatan-ikatan yang diikatkan di mayit dan membuka
wajahnya kemudian pipi sebelah kanan ditempelkan ke tanah, dan badan si mayit agak
dimiringkan ke kanan agar dihadapkan ke kiblat. Kemudian diazani dan iqomati tanpa
mengeraskan suaranya, kemudian ditalkini.
# Diharamkan menangsi si mayit secara berlebihan, apalagi dengan memukul-mukul anggota
badannya sampai terluka dan menyobeki kain yang dikenakannya, karena itu semua menyerupai
pekerjaan yang dikerjakan oleh orang yahudi siapapun yang meninggal, jika sekedarnya (hanya
menangis) maka diperbolehkan.
8.Perkara-perkara yang diperbolehkan bagi seseorang yang menggali kuburan sedangkan mayit
tersebut sudah dikuburkan diantaranya:
a.Untuk dimandikan, jika belum dimandikan dan badan si mayit belum hancur.
b.Untuk menghadapkan ke kiblat.
c.Apabila ada harta seseorang yang terkubur di dalamnya.
d.Bagi mayit perempuan yang sedang hamil dan diperkirakan janinnya masih hidup.
9.Disunnahkan berta’ziah (berkunjung) ke rumah orang yang sedang kesusahan karena ditinggal
pergi (meninggal) oleh keluarganya dan bersedekah kepada keluarganya (bagi yang mampu)

Tata Cara Memandikan Jenazah


Sebagaimana diketahui bahwa ada empat kewajiban yang mesti dilakukan oleh orang
yang masih hidup terhadap orang yang meninggal atau mayit. Keempat kewajiban itu adalah
memandikan, mengafani, menshalati, dan mengubur.

Memandikan mayit adalah proses yang pertama kali dilakukan dalam memulasara
jenazah sebagai tindakan memuliakan dan membersihkan tubuh si mayit. Tentunya ada aturan
dan tata cara tertentu yang mesti dilakukan dalam memandikan mayit.

Para ulama menyebutkan ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memandikan mayit,
yakni cara minimal dan cara sempurna.

Pertama, yakni cara minimal memandikan jenazah yang sudah memenuhi makna mandi
dan cukup untuk memenuhi kewajiban terhadap jenazah.

Secara singkat Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami menuturkan dalam


kitabnya Safînatun Najâh (Beirut: Darul Minhaj, 2009):

‫أقل الغسل تعممي بدنه ابملاء‬


Artinya: “Paling sedikit memandikan mayit adalah dengan meratakan air ke seluruh anggota
badan.”

Sedikit lebih rinci secara teknis cara ini dijelaskan oleh Dr. Musthafa Al-Khin dalam
kitab al-Fiqhul Manhaji (Damaskus: Darul Qalam, 2013) dengan menghilangkan najis yang ada
di tubuh mayit kemudian menyiramkan air secara merata ke tubuhnya. Bila cara ini telah
dilakukan dengan benar dan baik maka mayit bisa dikatakan telah dimandikan dan gugurlah
kewajiban orang yang hidup terhadap si mayit.

Kedua, yakni cara memandikan jenazah secara sempurna sesuai dengan sunnah. Syekh
Salim menuturkan cara kedua ini dengan menjelaskan:

‫وأمكهل ان يغسل سوأتيه وأن يزيل القذر من أنفه وأن يوضأه وأن يدكل بدنه ابلسدر وأن يصب املاء عليه‬
‫ثالاث‬
Artinya:“Dan sempurnanya memandikan mayit adalah membasuh kedua pantatnya,
menghilangkan kotoran dari hidungnya, mewudlukannya, menggosok badannya dengan daun
bidara, dan mengguyunya dengan air sebanyak tiga kali.”
Secara teknis Dr. Musthafa Al-Khin menjelaskan cara kedua ini sebagai berikut:

1. Mayit diletakkan di tempat yang sepi di atas tempat yang tinggi seperti papan kayu atau
lainnya dan ditutup auratnya dengan kain. Pada masa sekarang ini di Indonesia sudah ada
alat semacan keranda untuk memandikan jenazah yang terbuat dari bahan aluminium atau
stenlis.
2. Orang yang memandikan memposisikan jenazah duduk sedikit miring ke belakang
dengan ditopang tangan kanannya, sementara tangan kirinya mengurut bagian perut
jenazah dengan penekanan agar apa yang ada di dalamnya keluar. Lalu yang
memandikan membungkus tangan kirinya dengan kain atau sarung tangan dan membasuh
lubang depan dan belakang si mayit. Kemudian membersihkan mulut dan hidungnya lalu
mewudlukannya sebagaimana wudlunya orang hidup.
3. Membasuh kepala dan muka si mayit dengan menggunakan sabun atau lainnya dan
menyisir rambutnya bila memiliki rambut. Bila ada rambut yang tercabut maka
dikembalikan lagi ke asalnya untuk ikut dikuburkan.
4. Membasuh seluruh sisi kanan tubuh dari yang dekat dengan wajah, kemudian berpindah
membasuh sisi kiri badan juga dari yang dekat dengan wajah. Kemudian membasuh
bagian sisi kanan dari yang dekat dengan tengkuk, lalu berpindah membasuh bagian sisi
kiri juga dari yang dekat dengan tengkuk. Dengan cara itu semua orang yang
memandikan meratakan air ke seluruh tubuh si mayit. Ini baru dihitung satu kali basuhan.
Disunahkan mengulangi dua kali lagi sebagaimana basuhan tersebut sehingga sempurna
tiga kali basuhan. Disunahkan pula mencampur sedikit kapur barus di akhir basuhan bila
si mayit bukan orang yang sedang ihram.

Syekh Nawawi dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ menuturkan (Jakarta: Darul Kutub


Islamiyah, 2008), disunahkan basuhan pertama dengan daun bidara, basuhan kedua
menghilangkan daun bidara tersebut, dan basuhan ketiga dengan air bersih yang diberi sedikit
kapur barus yang sekiranya tidak sampai merubah air. Ketiga basuhan ini dianggap sebagai satu
kali basuhan dan disunahkan mengulanginya dua kali lagi seperti basuhan-basuhan tersebut.

Berikutnya siapakah yang boleh memandikan mayit? Masih menurut Dr. Musthafa Al-
Khin bahwa mayit laki-laki harus dimandikan oleh orang laki-laki dan sebaliknya mayit
perempuan harus dimandikan oleh orang perempuan. Hanya saja seorang laki-laki boleh
memandikan istrinya dan seorang perempuan boleh memandikan suaminya.

Satu hal yang juga perlu diketahui, bahwa disyariatkannya memandikan mayit adalah
dalam rangka memuliakan dan membersihkannya. Ini wajib dilakukan kepada setiap mayit
Muslim kecuali orang yang mati syahid di dalam peperangan. Wallahu a’lam

Anda mungkin juga menyukai