Adven 1
Tujuan:
1. Jemaat memahami apa yang dimaksudkan dengan Kristus sebagai senjata terang
2. Jemaat terus belajar dan berjuang untuk hidup berdasarkan senjata terang
Pemahaman Teks
Mazmur 122:1-9 menjelaskan bahwa merupakan suatu kebahagiaan jika ada kesempatan
berziarah dan berkumpul bersama umat Tuhan di rumah-Nya yang kudus di Yerusalem. Sukacita
besar akan dialami dan dinikmati jika ada lagi kesempatan merayakan kebesaran dan kebaikan
Tuhan di sana. Kerinduan seperti ini dikumandangkan tiada hentinya, agar pada saatnya Raja
Damai datang memerintah umat-Nya dan damai sejahtera berlaku di sana.
Yesaya 2:1-5 merupakan nubuat bahwa Rumah Tuhan akan berdiri tegak di Yerusalem
dan menjadi pusat pengajaran, keadilan, dan kebenaran. Bangsa-bangsa akan pergi ke sana
belajar dan menikmati perdamaian dan persaudaraan, sebab di sana tidak ada perang dan
permusuhan. Tidak ada lagi yang mengangkat pedang dan belajar perang, sebab alat-alat perang
akan diubah menjadi alat pertanian demi kemakmuran kehidupan. Pedang diubah menjadi mata
bajak dan tombak diubah menjadi pisau pemangkas karena semuanya telah berjalan dalam
terang Tuhan (ay.5).
Roma 13:8-14 menegaskan, bahwa keselamatan semakin dekat. Hal itu digambarkan
dengan kata-kata “hampir siang/bangun dari tidur”. Waktu sudah sangat mendesak, sehingga
jemaat diminta senantiasa menggunakan senjata terang yakni mengenakan Yesus Kristus sendiri.
Sebaliknya, semua yang mengancam dan merusak hendaknya ditanggalkan seluruhnya, agar
jemaat mampu hidup menikmati keselamatan yang dianugerahkan Allah, yakni hidup dalam
kasih dan damai sejahtera.
Matius 24:37-44 mengingatkan, bahwa kehidupan normal keluarga seperti makan-minum
dan kawin-mawin, dapat tetap dilaksanakan seperti biasa, tetapi hendaknya dilakukan dalam
keadaan berjaga-jaga. Ini penting agar mereka tidak terlena, tergoda dan terperangkap dengan
daya tarik dan kenikmatan hawa nafsu duniawi semata-mata seperti pada jaman Nuh. Orang
Yahudi sungguh telah terperangkap dalam rutinitas hidup dan kenyamanan kekinian mereka,
sehingga tidak mampu melihat dan memahami arus perubahan yang sedang diprakarsai oleh
Allah di dalam diri Yesus Kristus. Kepekaan mereka sudah tumpul dan hilang, sehingga mereka
tidak dapat lagi menangkap dan melihat pekerjaan Yesus sebagai bukti kehadiran Sang Mesias
di antara mereka.
Korelasi seluruh bacaan terletak pada kedatangan Mesias yang berarti kejayaan bagi
Sion. Kerinduan kejayaan sion tidak pernah pupus (Mzm.). Berita kejayaan Sion kembali
didengungkan sang nabi (Yes.2:1-5). Di Sion, impian kebahagiaan setiap orang dan bangsa-
bangsa akan nyata sebab semua hal yang merusak dan mengancam kehidupan akan diubah,
bahkan dibalikan menjadi kedamaian dan kesejahteraan sejati. Rumah Tuhan di Sion akan
kembali menjadi pusat pengajaran dan keadilan, sebab pada jaman Yesus, keistimewaan
Yerusalem telah hilang dan pudar kembali.
Paulus sendiri melihat nubuatan Yesaya dan kerinduan Pemazmur seharusnya menjadi
nyata dalam kehidupan berjemaat. Gereja hendaknya menjadi pusat pengajaran kebenaran.
Kerinduan kedatangan Kerajaan Allah segera menjadi kenyataan. Pemenuhan kedatangan Yesus
segera akan datang, karena itu mereka hendaknya jangan tidur, mabuk dan pesta pora, seperti
pada jaman Nuh (Mat.24:37-44). Mereka hendaknya tidak tidur dan hidup dalam kegelapan
(Rm.13:11-14: pesta pora, cabul, iri hati, perselisihan), tetapi hendaknya bangun dan berjaga-jaga
serta mengenakan senjata terang. Dunia masih sibuk terpesona dan terlena, serta terperangkap
dengan kekinian-sesaat sehingga tidak mampu melihat dan memahami terang yang segera dan
sedang akan datang sebagaimana dalam pengajaran, perbuatan dan bahkan diri Yesus sendiri.
Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang patut direnungkan dalam persiapan
natal dan beragam kegiatan masyarakat Toraja sepanjang Desember, yakni:
1. Apakah seluruh keinginan kita sudah makin sesuai dengan keinginan-keinginan Kristus ataukah
justru terutama untuk memuaskan diri sendiri?
2. Apakah seluruh perasaan, pikiran dan tindakan-tindakan kita semakin menolong kita untuk
semakin serupa dengan Kristus ataukah justru semakin membuat kita semakin serupa dengan
dunia?
3. Apakah seluruh tindakan, perayaan-perayaan, pelayanan-pelayanan kita semakin
memperlihatkan kasih yang memuliakan Tuhan atau justru hanya untuk kepentingan diri,
kelompok dan gereja kita sendiri?
4. Kiranya menjadi pertimbangan kita untuk mengangkat tema-tema yang berkaitan dengan
pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, dan iri hati. Kiranya Khotbah
akan membawa pengaruh sepanjang bulan Desember. Dengan demikian, bulan Desember
tidak lagi menjadi ajang pesta pora yang pada gilirannya memicu dan mendorong terjadinya
hal-hal yang tidak berkenan bagi Tuhan.
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 8 Desember 2019
Adven 2
Tujuan:
1. Jemaat memahami kasih Allah yang menyelamatkan dunia dalam Yesus Kristus.
2. Jemaat memberlakukan kasih Allah yang melampaui batas-batas diri, kelompok dan agama.
Pemahaman Teks
Mazmur 72:1-11 merupakan doa bagi raja sebagai hakim yang memihak kepada yang lemah
dan tertindas serta membawa sejahtera bagi masyarakat bahkan umat manusia secara
keseluruhan.
Yesaya 11:1-10 menubuatkan datangnya generasi baru (tunas/pangkal Isai) yang berbuah
dan mulia karena Roh Tuhan ada padanya. Ia juga penuh hikmat, pengertian, nasihat dan
mengenal serta taat kepada Tuhan. Kepemimpinannya benar dan jujur, sehingga tercipta keadilan
dan damai sejahtera di muka bumi, serta bangsa-bangsa pun menikmati kemuliaan-Nya.
Roma 15:1-13 Yesus Kristus menghendaki semua orang percaya bahkan semua umat manusia
dipersekutukan. Perbedaan orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain diikat oleh kasih yang sama
yaitu kesetiaan hanya kepada Kristus saja. Keselamatan pertama-tama kepada bangsa Yahudi
tetapi kasih dan rahmat Allah di dalam Kristus berlaku juga untuk bangsa-bangsa lain. Paulus
mengutip 4 bagian Perjanjian Lama yakni Mzm. 18:50; Ul. 32:42; Mzm.117:1, Yes.11:10, sebagai bukti
bahwa bangsa-bangsa lain dapat menerima keselamatan dari Allah. Karena Kristus Juruselamat
bagi dunia, maka gereja-gereja juga mesti menjadi gereja yang terbuka bagi dunia.
Matius 3:1-12 menceritakan tentang Yohanes yang memberitakan pertobatan karena
penghakiman sudah dekat. Kapak dan penampi akan membersihkan orang yang tidak mau
bertobat. Baptisan menjadi tanda baru keselamatan, sebab warisan keyahudian yang dibanggakan
selama ini sudah tidak cocok lagi. Yesuslah sang Mesias yang akan membaptis dengan Roh Kudus
dan api. Dialah yang akan menjadi hakim atas orang Yahudi.
Korelasi seluruh bacaan menyatakan, bahwa penyelamatan dalam Yesus Kristus menjadi
kesaksian betapa Allah hendak menyelamatkan dan mempersatukan umat manusia. Hal itu telah
ditulis dan diberitakan kitab PL (Rm.15:4,9-12). Allah sendiri akan bertindak atas kegagalan umat-
Nya (Mzm.72:1-7 dan Yesaya 11:1-11). Israel mesti bertobat atas ketidakmampuannya mengemban
status mereka sebagai saluran berkat bagi dunia. Pembaruan segera dimulai dan dilaksanakan
melalui baptisan dan penghakiman (Mat.3:12). Kuasa dan kemuliaan Allah berlaku bagi bangsa-
bangsa dan bukan hanya bagi bangsa Israel (Rm. 15:9). Rencana Allah itu seharusnya dimulai dari
umat-Nya sebagai model pemberlakuan kasih dan persekutuan bagi dunia. Dunia membutuhkan
kasih dan persekutuan agar dunia disembuhkan dari perseteruan, pertengkaran, peperangan dan
konflik yang merusak kehidupan bersama. Dunia membutuhkan kekuatan dan kemampuan dalam
menatap dan memberlakukan harapan, sukacita dan damai sejahtera.
Aplikasi:
Apakah persekutuan kita masih mempunyai daya tarik tersendiri sehingga warga jemaat
bersemangat menjalani kehidupan bersama? Pelayanan seperti apakah yang dilakukan agar
masa-masa adven tahun ini menunjukkan kehangatan baru dan ciri khas bukti kerelaan saling
menerima satu dengan yang lain tanpa syarat-syarat tertentu?
Kasih itu dinyatakan kepada semua orang di seluruh dunia itulah kebenaran Allah. Secara
umum, saling menerima dalam masyarakat lebih didasarkan pada faktor-faktor kekerabatan dan
kepentingan-kepentingan yang menguntungkan. Tetapi saling menerima dalam jemaat
berdasarkan penerimaan Allah di dalam Yesus Kristus. Saling menerima bukan lagi sekedar
kegiatan sosial tetapi norma kristen yang menjadikan Kristus sebagai titik pandang baru!
Aplikasi:
1. Kelahiran atau kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia adalah untuk menggenapi dan
memastikan bahwa rencana penyelamatan Allah yang telah dinubuatkan dan dijanjikan
dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, akan dipenuhi. Allah tetap setia sekalipun umat-Nya tidak
setia. Dalam rangka perayaan adven 2 ini, bentuk pelayanan seperti apa yang hendak gereja
praktekkan sebagai cara untuk membuktikan bahwa orang percaya merupakan orang-orang
yang setia dalam janji dan perkataannya?
2. Bagaimana gereja mendidik warga menjadi pengikut yang kokoh dan teguh mengakui, bahwa
Yesus Kristus itulah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat (Yoh.14:6) dan sekaligus pula
menjadi murid-murid yang mampu menghargai dan bekerja sama dengan orang-orang yang
keyakinan lain (Yoh.3:16, Kis. 10:34). Banyak orang yang teguh dengan imannya tetapi sering
mengkafirkan dan menghakimi orang lain. Demikian pula sebaliknya, demi agama orang lain
(atas nama toleransi), lalu tidak memiliki kepastian keselamatan dalam Yesus Kristus.
3. Gereja mempersiapkan warganya sebagai orang-orang yang dimampukan keluar dari sikap
pementingan diri sendiri dan menjadi pelopor memperjuangkan kehidupan bersama. Gereja
menjadi pelopor penyelamatan lingkungan dan duta pembawa damai sejahtera di bumi, kini
dan akan datang (bnd. Yes.10:1-11 dan Maz.72:8-12). Pada bulan Desember, Toraja ramai
dengan orang-orang dan aneka ragam kegiatan (rambu tuka’ dan rambu solo’). Perenungan
menarik, ialah bentuk pelayanan seperti apa yang gereja perlu wujudkan, agar perayaan-
perayaan sepanjang Desember dapat menjadi kesempatan bagi gereja guna memperlihatkan
iman percaya kepada Yesus Kristus, serta memiliki cara hidup yang unik seperti yang diajarkan
oleh Firman Tuhan?
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 15 Desember 2019
Adven 3
Tujuan:
1. Jemaat meyakini kepastian kedatangan Tuhan untuk menggenapi penyelamatan-Nya.
2. Jemaat setia mempersiapkan diri dalam menghadapi masa-masa sulit dengan iman.
Pemahaman Teks:
Mazmur 146:1-10 merupakan Mazmur pujian yang mengemukakan dua hal penting, yaitu
persekutuan dengan Tuhan dan pujian kepada Tuhan. Pujian kepada Tuhan lahir dari
persekutuan yang intens dan intim dengan Tuhan. Pujian kepada Tuhan mengindikasikan
beberapa hal, yakni: pujian menandakan adanya kehidupan (ay.1-2), pujian mendorong
pertumbuhan iman (ay. 3-4), pujian mendorong pengharapan (ay.5-7), dan mendorong kasih (ay.
8-10). Jadi kehidupan, iman, pengharapan dan kasih berkaitan erat dengan pujian kepada Tuhan.
Dasar utama lahirnya pujian adalah Tuhan itu sendiri dan keterbatasan hidup manusia. Dengan
demikian kebahagian sejati dinikmati ketika menaruh pengharapan hanya kepada Tuhan saja.
Hanya Tuhan saja penolong yang sejati dan abadi. Pertolongan-Nya telah nyata turun-temurun,
dari generasi ke generasi; dari masa ke masa. Tuhan itu adil dan pembebas bagi yang lemah dan
tak berdaya. Jadi jangan sandarkan diri sepenuhnya dan seutuhnya pada “kuasa-kuasa lain” yang
kekuasaannya sangat terbatas dan tidak menyelamatkan.
Yesaya 35:1-10 berisi nubuatan tentang hari penebusan Allah, bahwa suatu hari Ia akan
datang membalas semua kejahatan di dunia dan memberi berkat keselamatan kepada orang
benar (bdk. 2 Tes. 1:6-10). Negeri yang “gersang dan tandus “ akan menjadi taman yang indah
(ay. 1-2,7) dan memberikan kebutuhan hidup manusia. Berkat rohani akan dinikmati kembali oleh
umat Tuhan karena Tuhan sendiri yang akan melakukannya. Yang lemah akan menjadi kuat dan
yang cacat tidak akan cacat lagi (ay. 3-6). Pengembara akan aman dan tidak akan tersesat saat
mereka berjalan di Jalan raya Kekudusan Tuhan (ay. 8-9). Dukacita orang yang meratap akan
berubah menjadi sukacita (ay. 10).
Yakobus 5:7-11, menguraikan tentang kesabaran dan ketekunan dalam iman. Motivasi
utama untuk bersabar dan bertekun dalam iman adalah kedatangan Tuhan sebagai Hakim adil
yang digambarkan Yakobus sudah dekat (ay.8). Kristus akan datang sebagai Hakim untuk
menghukum yang jahat dan memberi berkat keselamatan kepada yang benar dan membebaskan
mereka dari penderitaan (ay.9). Bertekunlah dan sabarlah seperti petani dalam menantikan
tuaian. Jangan bersungut-sungut dan saling mempersalahkan. Tuhan mengetahui yang benar.
Belajarlah pada para nabi yang sabar dan tahan dalam pencobaan. Contohnya Ayub yang
bertekun dan bertahan mempercayakan hidupnya kepada Allah, sekalipun mengalami
penderitaan yang tak terkirakan sakitnya. Kebahagiaan menanti orang-orang yang setia, sabar
dan menaruh percaya kepada Allah.
Matius 11:2-19 seakan mengindikasikan adanya perasaan gelisah dan kemungkinan putus
asa dari Yohanes Pembaptis. Dia sudah setia melayani Tuhan, tapi kini ia dipenjara. Ia mengutus
murid-muridnya kepada Yesus untuk mendapatkan kepastian dan jaminan bagi semua
perjuangan dan penderitaannya. Mungkinkah Yohanes meragukan Yesus? Perbuatan-perbuatan
Yesus yang “membebaskan dan mengubah penderitaan menjadi sukacita” menjadi materai yang
menyakinkan Yohanes bahwa Yesuslah Mesias yang dinantikan (ay.4-6). Yesus memuji
kekokohan Yohanes Pembaptis, bahwa dia bukanlah buluh yang digoyangkan angin kian kemari
(ay.7-10). Maksudnya Yohanes Pembaptis bukanlah orang yang gampang berkompromi, lemah,
mudah goyah dan suka kemasyhuran. Yohanes Pembaptis adalah nabi terbesar Tuhan (ay.11).
Korelasi
Kedatangan Kristus sebagai Hakim yang adil pasti terjadi. Karena itu dibutuhkan
ketekunan dalam iman, seperti seorang petani menantikan hasil tuaian (Yak.5:7-8).
KedatanganNya akan membalikkan situasi, yaitu menghukum yang jahat dan membebaskan
yang benar dari segala bentuk penderitaan (Yes.35:1-10). Kehidupan, iman, pengharapan dan
kasih berhubungan erat dengan persekutuan dan pujian kepada Tuhan (Mzm. 146:1-10). Karya
Yesus yang menyelamatkan menjadi materai kepastian kedatangan Kristus sebagai Hakim yang
adil (Mat.11:4-6).
Garis Besar Khotbah
1. Kedatangan Kristus pasti terjadi. Yakobus mengajarkan bahwa yang dibutuhkan dalam
menanti kedatangan Kristus adalah kesabaran dan ketekunan. Kesabaran menunjuk pada
sifat kesetiaan menanggung ketidakadilan, penderitaan, kesulitan, dan penganiayaan
dengan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Allah dalam kepercayaan dan keyakinan
bahwa Allah akan membereskan segala sesuatu pada saat kedatangan-Nya (bdk. Rm.12:12;
Ibr. 10:30). Ketekunan menunjukkan ketabahan dalam menghadapi situasi pencobaan tanpa
kehilangan kepercayaan kepada Allah. Bersabar sampai datangnya hari Tuhan, tidak
dimaksudkan bersikap menyerah saja dan melipat tangan secara pasif menjalani nasib
masing-masing. Dalam hal itu, Yakobus menekankan pentingnya perbuatan nyata seperti
seorang petani yang tetap bekerja keras meskipun tetap menyadari pula, bahwa hasil usaha
kerja kerasnya tidak hanya bergantung pada kekuatan dan usahanya sendiri. Hujan harus
turun, agar ia dapat menuai hasil (bdk. Mrk. 4:26-29). Seorang anak sekolah akan sukses jika
dia bertekun dalam proses belajarnya. Demikian juga kita harus senantiasa mengharapkan
kedatangan Tuhan. Dalam hubungan dengan minggu adven (penantian), jelas dibutuhkan
ketekunan, kesetiaan dan ketaatan. Sebab kesuksesan atau hasil yang baik bergantung
pada sejauh mana ketaatan, kesetiaan dan ketekunan melakukan perintah Kristus.
Kesabaran para nabi yang bertahan dalam penderitaan karena firman Tuhan, menjadi
teladan yang baik (bnd. Yer. 20:7-18; 37:11-16; Amos 7:10-17; Ibr.11). Riwayat hidup mereka
menyatakan, bahwa bukanlah keberuntungan atau kesuksesan yang merupakan tanda
bahwa Allah beserta kita. Yang terpenting, bukanlah kemujuran atau kemalangan yang
dialami, melainkan kesetiaan pada firman Tuhan. Kesabaran, ketekunan, kesetiaan pada
firman Tuhan dapat membawa ke dalam penderitaan. Teladanilah Ayub yang tekun hingga
akhir dan beroleh kemenangan di tengah-tengah penderitaan (bdk. Ayub 13:15).
2. Anugerah keselamatan di balik kedatangan Kristus. Yesaya 35:1-10 menggambarkan bahwa
pada saat itu, orang-orang tebusan akan selamat secara sempurna dari dosa dan akibat-
akibatnya. Pembebasan Tuhan akan terjadi dan pemihakan Tuhan akan mengubah segalah
bentuk malapetaka dan penderitaan menjadi sukacita dan kegirangan. Hal tersebut
mewujud nyata dalam karya kedatangan Yesus Kristus (Mat. 11:4-6) yang pertama dan
mencapai puncak penggenapannya pada kedatangan-Nya yang kedua (Why. 19-22).
3. Mengandalkan Tuhan adalah kunci menanti kedatangan Kristus (Mzm. 146:5-10).
Menyerahkan dan mempercayakan hidup hanya kepada Tuhan. Memiliki hati yang melekat
hanya kepada Tuhan. Kebahagian hidup sejati dapat dinikmati hanya dengan menaruh
harap kepada Tuhan saja. “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh
harapannya pada TUHAN!” (Yer. 17:7). Di akhir hidupnya, Yohanes pembaptis semakin kuat,
kokoh dan berani menanggung penderitaan. Ia tidak kecewa. Sebaliknya ia bahagia
sekalipun harus menderita, bahkan mati karena tugas sebagai pendahulu dan pemberita
keselamatan dari Allah. Semua posisi nyaman dan popularitas tidak penting lagi, karena
yang terpenting adalah tanda-tanda kerajaan Allah yang diajarkan dan dilakukan Yesus.
Orang yang mengandalkan Tuhan diibaratkan seperti pohon yang ditanam ditepi air, di
mana akar-akarnya merambat ke batang air. Daun-daunnya akan tetap hijau dan senantiasa
menghasilkan buah yang lebat dengan rasa yang manis di masa kekeringan sekalipun.
4. Dalam rangka menyambut perayaan natal dan dalam kehidupan, kalimat teguhkanlah
hatimu dapat berarti tidak saling mempersalahkan, tidak bersungut-sungut dan tidak saling
merugikan satu dengan yang lain. Karena itu tetaplah fokus menyambut kedatangan Kristus
sebagai perwujudan kebahagiaan. Jangan kebahagiaan natal yang sedang ditawarkan oleh
Allah dirampas oleh sungut-sungut dan sikap saling mempersalahkan. Kita harus teguhkan
hati, agar sukacita dari Allah tidak dirampas oleh kejengkelan dan kemarahan, sehingga
pengharapan pun buyar karena perhatian kita teralihkan oleh berbagai masalah kehidupan.
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 22 Desember 2019
Adven 4
Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa menantikan kedatangan Yesus tidak bisa mengandalkan kemampuan akal saja.
2. Jemaat membuka hati yang tulus untuk dipakai Tuhan dalam segala rencana-Nya.
Pemahaman Teks:
Mazmur 80:1-8 berisi syafaat pemazmur yang memohon kebangunan rohani dan
pemulihan umat Allah ke tempat yang penuh berkat dan perkenan Allah. Pemazmur melukiskan
suatu umat yang telah runtuh dari perlindungan Tuhan sehingga terbuka untuk diserang.
Permohonan tersebut lahir dari kenyataan bahwa mereka telah makan roti cucuran air mata dan
telah menjadi bahan ejekan (ay. 6-7). Mereka mengharapkan pemulihan atas penindasan sebagai
akibat dari ketidaksetiaan. Dengan kerendahan hati, pemazmur menaikkan syafaat kepada Allah
agar menunjukkan kembali perkenanNya dan membuat wajahNya bersinar atas sisa kaum yang
berseru kepadaNya (ay. 2,4). Mazmur ini berbicara kepada semua orang percaya secara pribadi
atau kelompok, yang tidak mengalami kelimpahan hidup, kuasa dan kebenaran Allah
sebagaimana dijanjikan dalam firmanNya. Umat harus menaikkan syafaat agar Allah berkenan
membangun dan membaharui melalui kuasa dan kemurahanNya.
Yesaya 7:10-25 sekitar tahun 735/734 SM raja Israel dan raja Aram menyerang Yehuda.
Nabi Yesaya meminta raja Ahas agar percaya kepada Allah akan kelepasan. Namun raja Ahas
menolak tawaran Allah akan tanda ajaib. Dia justru meminta bantuan Asyur (lih. 2 Raj.16:5-18; 2
Taw.28:16-21). Ahas menolak nasihat nabi Yesaya untuk percaya kepada Allah akan datangnya
kelepasan, dia justru mengandalkan akalnya yang terbatas dan meminta pertolongan kepada
Asyur. Namun sekalipun demikian, Allah tetap memberi tanda pada seluruh rumah Daud akan
lahirnya Imanuel (Yes. 7:13-16). Bahwa seorang perempuan muda mengandung (ay.14), dapat
diartikan perawan atau seorang wanita muda yang belum menikah. Pengenapan akhir dari
nubuatan itu terjadi melalui kelahiran Yesus oleh perawan Maria (Mat1:23). Maria adalah
perawan dan tetap perawan hingga Yesus lahir (Mat 1:18, 25). Maria hamil secara ajaib oleh Roh
Kudus dan bukan oleh seorang laki-laki (Mat.1:16, 23; Luk.1:35). Putra sang perawan akan diberi
nama “Imanuel”, artinya “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23). Nama tersebut memperoleh arti
yang lebih mendalam pada saat Anak Tunggal Allah sendiri datang ke dalam dunia (Yoh. 3:16).
Roma 1:1-7 menggambarkan bahwa Allah dari semula menjanjikan dan menawarkan Injil
(berita sukacita) yang telah diberitakan melalui nubuatan nabi-nabi (Yes. 7:14). Injil itulah yang
telah menguasai dan mengendalikan Paulus, bahkan telah menetapkannya sebagai Rasul (ay.1).
Injil tentang anak Allah yaitu “Imanuel”, telah menyelamatkan orang-orang percaya kepada
Allah dalam Yesus Kristus. Orang percaya telah dipisahkan dari dosa dan didekatkan kepada
Allah serta dikuduskan untuk melayani. Melalui tindakan pengudusan, Roh Kudus memperbarui
watak orang percaya dalam kekudusan yang sejati (baca Kis. 9:13; Ef. 4:23-24). Dalam rangka
memelihara dan menuntun orang percaya, maka Allah mengangkat dan menetapkan rasul-rasul,
sebagaimana yang terjadi atas rasul Paulus. Dalam hal itu, rasul Paulus sangat menegaskan iman
sebagai ketaatan (baca Rm.16:26). Bagi dia, iman yang menyelamatkan ditentukan dari semula
dalam persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus dalam kasih, ibadah, rasa syukur dan
ketaatan.
Matius 1:18-25 menuturkan riwayat kelahiran Yesus yang menegaskan bahwa kelahiran
Yesus bukanlah hasil hubungan gelap Maria dengan seorang laki-laki dan bukan pula hasil
persundalan seperti tuduhan orang Yahudi yang menolakNya. Kelahiran Yesus sebelumnya telah
dinubuatkan oleh para nabi dan merupakan pernyataan kehendak Tuhan atas Maria dan Yusuf.
Matius 1:18-25 mengungkapkan 3 hal: Pertama, Pertunangan Yusuf dan Maria adalah sah. Kedua,
Ketulusan dan kerendahan hati Yusuf merupakan sebuah alasan penting mengapa Allah memilih
pertunangannya dengan Maria untuk mewujudkan rencanaNya. Ketiga, Roh Kuduslah yang
berkuasa atas diri Maria, sehingga dia mengandung dan genaplah nubuat nabi Yesaya tentang
Imanuel.
Korelasi: Kelahiran Yesus berbeda dengan kelahiran manusia pada umumnya dan tidak
mungkin dapat dinalar atau dianalisis oleh kemampuan logika manusia. Ia dikandung dari Roh
Kudus (Matius 1:18b, 20b) dan Ia sudah ada sebelum dilahirkan. Sebelum kelahiran dan
keberadaan-Nya dalam dunia, sebelumnya telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yesaya 7:14).
Sederet fakta tentang kelahiran dan keberadaan Yesus, termasuk kesaksian rasul Paulus tentang
Dia, jelas dapat menyisakan kontroversi. Hanya hati yang terbuka dan tulus seperti yang dimiliki
Yusuf yang bisa memahami dan menerima kelahiran dan kehadiran Sang Imanuel. Sebaliknya
kekerasan hati, pengandalan kemampuan dan logika seperti raja Ahas, akan menjadi penghalang
menyambut pertolongan Sang Imanuel.
Garis Besar Khotbah
1. Niat manusia tidak dapat membatalkan rencana Allah. Niat Yusuf meninggalkan Maria
adalah reaksi atas kondisi kehamilan Maria yang kontroversial dan sulit diterima oleh logika
sehat manusiawi. Niat Yusuf untuk meninggalkan Maria adalah gambaran kemanusiaan
yang cenderung “membelakangi” rencana Allah bila tidak sesuai dengan keinginan logika,
nalar, dan analisis manusia. Akan tetapi logika manusia tidak dapat membatalkan rencana
dan kehendak Allah untuk menyatakan penyelamatan manusia melalui kelahiran Yesus.
Yesus (Ibrani: Yeshua/Yosua) artinya Tuhan menyelamatkan. Yesuslah Juruselamat yang
menyelamatkan umat manusia dari dosa yang merupakan jiwa dan kehidupannya.
2. Allah berkenan melibatkan manusia dalam rencanaNya. Ia berkenan memakai manusia
dalam segala keberadaan dan keterbatasannya untuk mewujudkan rencana dan
kehendakNya. Allah dari semula menawarkan berita Injil Imanuel kepada manusia melalui
pemberitaan nabi. Kekuatan Injil itu pulalah yang menangkap, menguasai, menetapkan dan
mengendalikan Paulus sebagai rasul.
3. Menerima kehendak Allah dalam ketaatan dan ketulusan hati. Keputusan Yusuf untuk tetap
mendampingi Maria adalah sebuah keberanian yang berakar dalam kepercayaannya pada
kebenaran kehendak Allah. Keputusan tersebut merupakan tanda kepatuhan/ketaatan pada
kehendak Allah untuk menyelamatkan melalui kelahiran Yesus Kristus. Alkitab
mengungkapkan bahwa Allah senantiasa mengatakan, menubuatkan, menjanjikan dan
merencanakan apa yang akan dilakukanNya kepada umatNya. Lewat mulut nabi-nabi,
hakim-hakim, rasul-rasul dan pribadi-pribadi yang ditentukanNya, Allah telah
mengungkapkan rencana-rencanaNya. Kelahiran Yesus bukanlah peristiwa dadakan atau
seketika itu terjadi, tetapi merupakan perwujudan dari apa yang telah dirancangkan,
dijanjikan dan dinubuatkan Allah sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa. Setiap orang
percaya dipanggil untuk terlibat dalam misi penyelamatan Allah. Tetapi kekerasan hati,
pengandalan kemampuan logika seperti raja Ahas, akan menjadi penghalang menyambut
pertolongan Sang Imanuel.
4. Ada sejumlah relasi yang perlu dipulihkan! Baik relasi Maria dan Yusuf yang terancam, relasi
di antara sesama manusia, bahkan relasi antara Tuhan dan manusia. Untuk itulah Tuhan
datang. Yesaya menubuatkan bahwa kedatangan Sang pemulih dan tindakan Allah hanya
bisa diterima dengan ketulusan.
Bahan Khotbah Natal Keluarga Tanggal 24 Desember 2019
Tujuan:
1. Keluarga memahami anugrah Allah yang menuntun pada kebahagiaan.
2. Keluarga memiliki pengharapan dan optimisme yang kokoh dalam perjuangan hidup.
Pemahaman Teks
Mazmur 96:1-13 mengajak umat untuk menaikkan syukur yang besar kepada Allah karena
kasih setia dan kekuasaaan-Nya yang tidak dimiliki oleh allah-allah lain. Cara menaikkan syukur
kepada Allah ialah menyanyikan pujian bagi-Nya, mengabarkan keselamatan dari pada-Nya,
menceritakan kemuliaan-Nya dan perbuatan-Nya yang ajaib, membawa persembahan dan masuk
dalam pelataran-Nya. Pemazmur juga menyatakan bahwa Allah adalah hakim seluruh bumi. Cara
yang dipakai Allah menghakimi dunia ialah dengan keadilan dan kesetiaan
Titus 2:11-15 menjelaskan tugas yang diberikan Rasul Paulus bagi Titus untuk
memberitakan, menasihati dan meyakinkan orang tentang keselamatan yang didapatkan karena
kasih karunia Allah. Kasih karunia yang mengajarkan kita untuk meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan dunia, hidup bijaksana dan adil. Kita menanti penggenapan pengharapan
keselamatan di dalam penyerahan diri Yesus .
Lukas 2:1-7 mengisahkan ketaatan Yusuf dan Maria terhadap perintah Kaisar Agustus
untuk kembali mendaftarkan diri di kotanya masing-masing. Maria dan Yusuf berangkat dari
Nazaret ke Betlehem. Ketika mereka tiba di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan
melahirkan seorang anak laki-laki yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam
palungan
TERGENAPI DI BETLEHEM
Disundunni dio Bethlehem
Tujuan
1. Jemaat memahami arti penggenapan para nabi tentang Kristrus
2. Jemaat tetap berjaga-jaga dalam penantian Kristus.
Pemahaman Teks
Yesaya menekankan tentang betapa pentingnya berjaga-jaga dengan penuh kewaspadaan,
sambil berdoa dengan tiada putus, agar Allah tidak melupakan janjiNya. Allah setia memenuhi
janjiNya, namun janji Allah tidak bermaksud menghilangkan tanggung jawab manusia. Menurut
Yesaya ada dua tanggung jawab yang penting untuk dilakukan oleh manusia yaitu:
1. Tetap waspada, bekerja keras dan bahkan rela berkorban
2. Tetap percaya kepada janji Allah dan bahkan berdoa dengan tiada putusnya agar janji Allah
itu segera direalisasikan.
Janji Allah yang dimaksudkan Yesaya mengandung dua hal penting yaitu:
1. Pembebasan Israel dari penjajahan dan penindasan Babel, sehingga Israel selain kembali
menjadi umat Allah, juga dapat menikmati kebebasan. Kebebasan dalam hal ini berarti bebas
dari penjajahan dan penderitaan, bebas secara ekonomi dalam arti kata bebas menikmati
hasil jerih lelah mereka, dan bebas secara rohani yakni bebas beribadah kepada Allah yang
memerintah di Sion sebagai Raja.
2. Pembebasan umat manusia yang telah dirancang oleh Allah sejak manusia jatuh ke dalam
dosa. Yesaya menubuatkan tentang datangnya keselamatan yang perlu dikumandangkan di
Sion dan di seluruh ujung bumi. Pembebasan dan keselamatan ini bukan hanya bersangkut
paut dengan kebebasan fisik moral dan spiritual, tetapi membebaskan manusia dari hal yang
paling mendasar yaitu dari kuasa dosa. Lalu Allah mengaruniakan nama baru melalui
pembebasan ini, yaitu bangsa yang kudus dan orang-orang tebusan Tuhan.
Pembebasan pertama telah lama berlangsung, yaitu ketika Israel kembali dari
pembuangan di Babel pada sekitar tahun 516 SM (dibuang tahun 586 SM dan berada dalam
kekuasaan Babel selama 70 tahun). Pembebasan Israel dari kerajaan Babel adalah bayangan dari
pembebasan kedua yang mendasar, menyeluruh dan mengenai umat manusia, bahkan untuk
segala makhluk (Markus 16:15)
Pemenuhan dan realisasi pembebasan sesuai dengan janji Allah yang dinubuatkan oleh
Nabi Yesaya, telah dipenuhi oleh Allah seperti yang diberitakan dalam Injil Lukas 2:1-7. Lukas
mencatat bahwa pembebasan yang dinubuatkan oleh Yesaya, sungguh-sungguh telah terjadi.
Sebagai bukti bahwa Allah telah memenuhi janjiNya, maka baik Yesaya maupun Injil Lukas
menulis tentang waktu, peristiwa, kejadian khusus, perjalanan Maria dan Yusuf, serta siapa
yang memerintah pada waktu itu. Fakta sejarah perlu dituliskan agar menjadi jelas kepada dunia,
bahwa Allah terus bekerja dan memproses janjiNya dalam perjalanan sejarah umat manusia.
Bahkan dengan jelas Lukas menulis, bahwa Yesus lahir di kota kecil Betlehem. Berdasarkan fakta
sejarah yang tersaji dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka kelahiran Mesias
atau Yesus Kristus di Betlehem, adalah fakta yang tidak dapat disangsikan lagi. Dengan demikian
janji penyelamatan yang diprakarsai dan direalisasikan oleh Allah, bukanlah dongeng atau
ceritera fiksi semata, tetapi kenyataan yang sangat meyakinkan dan sungguh-sungguh dapat
dipercaya.
Di Betlehem janji Allah digenapi. Menurut Kamus Alkitab, Betlehem yang juga disebut
kota Daud terletak di bagian selatan Kota Yerusalem berjarak kurang lebih 9 km. Pada abad
kedua Masehi Kaizar Romawi Hardrianus merusak kota itu dan mengusir orang Yahudi keluar
dari sana. Akibatnya kota ini hilang selama 2 abad. Pada zama pemerintahan Konstantinus, ratu
Helena membangun Gereja kelahiran Kristus di Betlehem. Dewasa ini Betlehem ada dalam
wilayah Palestina. Walaupun daerah ini tidak dalam pengawasan langsung tentara Israel, namun
para peziarah dapat masuk kota Betlehem (secara harafiah berarti rumah roti).
Titus 3:4-7 merupakan penjelasan bahwa peristiwa yang terjadi di Betlehem adalah
bentuk dari kemurahan Allah yang menyelamatkan manusia. Semua ini dilakukan Allah karena
kasih karuniaNya di dalam Yesus Kristus. Melalui pekerjaan Roh Kudus, kita dapat sampai kepada
keyakinan bahwa keselamatan itu adalah prakarsa dari Allah Bapa dan dilaksanakan dalam diri
Yesus Kristus yang bertindak sebagai Juruselamat.
Allah menyelamatkan kita dalam Kristus bukan karena perbuatan baik kita tetapi hanya
oleh karena anugerah dan kasih karuniaNya, meskipun sesungguhnya kita tidak berlayak untuk
menerimanya (Roma 3:24; Ef.2:1). Dengan kasih karunia kita dilahirkan kembali, dengan
mengalami perobahan yang besar, baik kata-kata, perbuatan maupun perilaku kita sehari-hari.
Perubahan dan pembaharuan ini ditandai atau dimeteraikan dengan Baptisan Kudus. Roh Kudus
yang mengerjakan semuanya itu di dalam diri kita.
Dalam Perayaan Natal pagi ini 25 Desember 2019, kita mengarahkan pandangan dan hati
kita ke Betlehem. Di sana kita menyaksikan Allah yang bekerja dalam sejarah umat manusia.
Karena itu kita hendaknya yakin, bahwa Allah terus bekerja bersama kita dan memenuhi janji-
janjiNya seiring dengan perjalanan waktu (Roma 8:28: Kita tahu sekarang bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah). Kita hendaknya berpegang teguh
pada janji Yesus Kristus, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius
28:20b).
Dalam Lukas 2:1-7 dijelaskan bahwa kelahiran Yesus Kristus di Betlehem, menjadi bukti
kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-Nya, sebagaimana dinubuatkan dalam Yesaya 62:6-12
untuk pembebasan dan keselamatan umat manusia. Walaupun sesungguhnya manusia tidak
berhak untuk menerima keselamatan itu, tetapi oleh karena anugerah dan kasih karunia Allah
berkenan menyelamatkan kita dalam Yesus Kristus seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam
Titus 3:4-7.
Jumat 25 Desember 2019
Kada dinannung umpakaraya kadadian-Na Puang Yesu
Partunna :
1. Natandai kombongan tu battuananna kadisundunninna pangallu’ susi kasa’bianna Nabi diona Kristus.
2. Kombongan tontong marea untayan Kristus
Pa’pamaleso
Salama’ Umpakaraya kadadianNa Puang Yesu.
Napa’pakaintinan Yesaya kumua latontongki’ marea sia ma’penanda lan te katuan situang
tontong makaritutu massambayang lako Puang Matua dikua anna tontong umpapayanni tu
pangallu’Na lako kaleta. Ia tu Puang Matua tontong manappa’ lako pangallu’na apa tae’
tokumua ia tu passanan tengkona tolino ladilendokan. Situru’ tu napa’pakaintinan Yesaya kumua
den da’dua tu passanan tengkona to lino tu tae’ nama’din lanapessalai :
1. Tontong marea, parruk mengkarang sia sanning inaa
2. Tontong manappa‘ lako pangallu’Na Puang Matua sia tangtore massambayang dikua anna
tangtore duka payan tu pangallu’Na Puang Matua lako kaleta.
Da’dua tu menggaronto` nasanga Yesaya diona pangallu’na Puang Matua iamo tu:
1. Kadilendokanna To Israel diomai kakaunanan sia kamaparrisan dio Babel anna sule mendadi
taunNa Puang Matua umpomanai` tu katilendokan. Ia tu katilendokan disoronganni tangia
manna katilendokan diomai kakaunanan sia kamaparrisan sangadinna dilendokan anna
manaman undaka’ kande sia ma’tan ungkande lolorangka’na, ondonganna rapa` lan
kapatonganan umpenombai Puang tu mendadi Datunna.
2. Inang randukpa katobanganna tolino tama dosa anna parandanmi Puang Matua tu
katilendokan. Napessa’bian Yesaya lan pa’nubua‘na kumua la sae tu kasalamaran,
ladipa’perangian lako anak dara Sion sia lako lili’na lino (Yes.62:11) “Belanna Napa'perangian
Puang landa' lako randan langi', Nakua: Pokadanni anak dara Sion kumua: tiromi, iatu
kasalamarammu la rampomo; iatu poleanna diomo Kalena sia iatu pepakkan dolomo dio olo-
Na. Ia te katilendokan iate tangia lanapotilendokmanna batang kale sangadinna ia tu
ma’una’na iamo tu katilendokan diomai Dosa, anna urunganni ia tu bangsa Israel ladibenmo
gente' ”Bangsa masero pindan tu tau iato mai, sia to Nalendokan PUANG; sia la disangaiko: Kota
naporai tau sia kota tang ditampe“ (Yes.62:12).
3. Sitonganna inang masaimo disorong tu katilendokan lako Bangsa Israel susi tonna dilendokan
diomai tondok Mesir tahun 516 SM (70 taunna dio tondok Mesir) na 70 duka taunna dio Babel.
Ia tu katilendokan diomai Babel dinai umpamanassai kumua la den tukatilendokan sama lele
lako mintu‘ issinna lino, ma’ondonganna lako torro tolino (Mrk. 16:15)
Tujuan
1. Jemaat memahami arti penggenapan para nabi tentang Kristrus
2. Jemaat tetap berjaga-jaga dalam penantian Kristus.
Pemahaman Teks
Memahami Yesaya 52:3-10 dapat dimulai dari Yesaya pasal 40-48 dimana Yesaya
memberitakan tentang keselamatan umat Allah yang berada dalam pembuangan. Yesaya 52
adalah bahagian yang memberitakan bahwa hamba Tuhan adalah terang bagi bangsa-bangsa.
Pasal 52:7-10 Yesaya mengumandangkan berita tentang pembebasan bagi umat Israel yang
mengalami masa-masa gelap karena penderitaan, baik secara fisik maupun secara rohani di
Babel, tempat ke mana Allah membuang mereka. Masa gelap tidak hanya dialami oleh umat
yang terbuang ke Babel, tetapi juga mereka yang masih dibiarkan tinggal di Israel. Allah telah
melihat segala penderitaan yang dialami oleh umat bahkan telah mendengarkan seruan mereka
meminta kelepasan dari Allah. Lebih dari itu dalam bahagian ini Yesaya memaklumkan
keselamatan bagi bangsa-bangsa.
Yesaya 52:7 menggambarkan kerinduan yang dalam, yakni yang telah memampukan
mereka melihat dari jendela penderitaan tentang indahnya jejak dan langkah sang pembawa
berita, meskipun masih berada di kejauhan. Di sini pengharapanlah yang mendekatkan
kedatangan pembawa berita, yang mengumandangkan berita damai dan berkata kepada Sion,
Allahmu itu Raja. Waktu pemenuhan janji Allah mungkin masih memerlukan waktu dan
kesabaran. Tetapi dalam pengharapan, umat tidak perlu meragukan kepastian janji Allah.
Beberapa hal yang perlu dicatat dari ayat ini:
1. Bahwa pembawa berita adalah orang yang sungguh menghargai dan menjunjung tinggi
berita yang ia bawa. Demikian juga kredibilitasnya tidak perlu dipertanyakan.
2. Bahwa penghargaan itu ditunjukkan melalui langkah yang pasti, semangat, bersih, rapih dan
berwibawa.
3. Pembawa berita berani tampil beda, karena ia dengan terang-terangan mengumandangkan
tentang berita damai dan berkata kepada Sion, Allahmu itu Raja. Hal ini jadi penting, karena
pemberitaan yang demikian tentu dapat saja membuat raja Babel menjadi gusar.
Ayat 8-10, mereka yang datang bersama sang pembawa berita bersorak-sorai sebagai
tanda kegembiraan. Sebab mata kepala mereka sendiri melihat Allah kembali ke Sion. Ayat ini
memperlihatkan bahwa peristiwa itu sudah terjadi, meski sesungguhnya belum terjadi. Inilah
yang disebut pandangan profetis, yakni sesuatu yang belum terjadi tetapi seolah-olah sudah
terjadi. Keyakinan tentang kepastian janji Allah yang membuat Yesaya dan umat Allah sudah
menikmati dalam kegembiraan kelepasan yang akan segera terjadi. Mereka pun mengajak orang
yang masih berdiam di Yerusalem untuk bergembira, karena Tuhan sudah memperlihatkan
kekuasaanNya kepada bangsa-bangsa, bahkan bumi akan melihat keselamatan yang dari Allah.
Yesaya 52:7-10 tidak hanya semata-mata menunjuk kepada pembebasan umat Allah dari
Babel, tetapi yang lebih besar dari itu ialah menunjuk kepada karya pembebasan oleh Sang Raja
Damai, Yesus Kristus yang lahir di Betlehem. Sebab itu pokok penting yang patut kita
renungkan, adalah apakah kita sudah berjumpa dengan Sang Juruselamat yang sudah lahir itu.
Ibrani 4:1-4 menjelaskan tentang cara Allah menjumpai dan berbicara dengan manusia
(lihat Bilangan 12:6-8). Dua hal penting dikemukakan dalam bahagian ini yaitu:
1. Cara Allah menjumpai dan berbicara dengan manusia dalam perjanjian lama. Allah
berulangkali dan memakai berbagai cara yaitu antara lain:
a. Melalui orang-orang kudus, Abraham, Ishak, Yakub, Daniel, Musa, Ayub dan sebagainya.
Allah menjumpai dan berbicara kepada mereka melalui dialog langsung, mimpi, tulisan dan
sebagainya.
b. Melalui para nabi yang dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan kehendak Tuhan.
c. Para imam untuk mempersembahkan korban, memberkati dan menyatakan dosa dan
hukuman Allah kepada umat yang tidak setia. Imam melakukannya secara berulang kali.
d. Catatan penting dari cara Allah menjumpai dan memakai manusia ialah bahwa tidak
seorangpun dari mereka melakukannya untuk kepentingan diri sendiri.
2. Cara Allah menjumpai manusia dalam zaman akhir atau zaman Perjanjan Baru. Zaman akhir
sesungguhnya mulai masuk ke dalam dunia sejak kelahiran Sang Juruselamat di Betlehem.
Melalui Anak yang lahir di Betlehem Allah menjumpai dan berbicara kepada manusia.
Tentang kelahiran ini Yesaya memperlihatkan, bahwa betapa Indahnya kedatangan pembawa
berita. Yesus, pembawa berita paling ulung itu, datang menjumpai umat manusia. Yesus
adalah pernyataan kekuatan dan kekuasaan Allah, seperti yang diberitakan oleh Yesaya,
bahwa Ia menunjukkan tangan kananNya yang kuat. Penulis Ibrani lebih lanjut
menyampaikan bahwa setelah Yesus menjumpai manusia, Ia meneruskan tanggungjawab
penyelamatan yang Allah percayakan kepadaNya dalam ketaatan yang penuh. Ia
merendahkan diri, menderita dan bahkan mengorbankan dirinya sendiri untuk menebus dosa
dan menyelamatkan umat manusia. Allah Bapa berkenan atas pekerjaan Yesus lalu Allah
membangkitkanNya dari antara orang mati. Alkitab bahkan menyaksikan bahwa:
a. Ia menjadi pewaris dari segala yang ada. Walaupun Yesus sehakekat dengan sang Bapa
(bersama-sama dengan Bapa anak Roh Kudus menciptakan segala sesuatu), namun
sebagai Pengantara maka Allah menetapkanNya sebagai pewaris.
b. Yesus menopang segala yang ada dengan firman-Nya. Yesus menjaga, menegakkan dan
memelihara dunia dari kerusakan karena dosa. Dengan demikian manusia dan alam
semesta adalah sasaran penyelamatan Allah di dalam Kristus.
Yesus Kristus adalah cahaya kemuliaan Allah. Yesus yang melaksanakan kehendak
BapaNya telah sungguh-sungguh mencerminkan kemuliaan Bapa. Dia adalah pancaran kasih dan
cahaya mata hari BapaNya. Sesungguhnya Yesus sendiri adalah terang, karena dia sehakekat
dengan Bapa. Tetapi yang hendak ditonjolkan disini, ialah peran Yesus sebagai utusan Sang Bapa
untuk menjadi Pengantara antara Allah dengan manuasia. Tergambar dengan jelas bagi kita
bahwa Yesus adalah Manusia Sejati, tetapi juga Dia adalah Allah yang sejati.
Kristus adalah gambar dari Sang Bapa. Dalam menyaksikan dan menikmati kuasa, hikmat
dan kebaikan Tuhan Yesus, maka sekaligus juga kita menyaksikan dan menikmati kuasa, hikmat
dan kebaikan Bapa. Kata Yesus, Barangsiapa melihat Anak, ia telah melihat Bapa. Kemuliaan kasih
karunia Kristus adalah penyucian manusia dari segala dosanya. Melalui ketaatan, kesetiaan,
kerendahan dan pengorbananNya, Ia mendapat kedudukan yang Maha Tinggi, duduk di sebelah
kanan Allah Bapa, disertai kekuasaan, kehormatan dan tanggungjawab.
Lukas 2:8-20 menjelaskan bahwa Allah yang lahir di Betlehem, diberitakan oleh malaikat
hanyalah kepada para gembala di padang Efrata. Dia yang kedatanganNya diberitakan dengan
semarak oleh Yesaya, dan diagungkan dalam Ibrani 4:1-4, ternyata lahir di kandang domba di
Betlehem. Para gembala yang melihat cahaya dan mendengar berita tentang kelahiran
Juruselamat, tanpa berfikir panjang langsung berdiri dan berangkat menuju ke tempat sesuai
dengan apa yang diberitakan oleh malaikat kepada mereka. Mereka pun tidak lupa untuk
menaruh dalam hati dan pikiran mereka tentang semua hal yang diberitakan malaikat kepada
mereka.
Jerih lelah mereka tidak sia-sia. Mereka dapat menjumpai Maria, Yusuf dan Anak itu,
walaupun hanya terbaring di dalam palungan dan ditutupi dengan kain lampin. Semua itu tidak
mengurangi semangat mereka menceritakan semua yang dikatakan oleh malaikat tentang anak
itu. Maria menyimpan segala perkara itu dan merenungkannya, karena yang para gembala
sampaikan sungguh sesuai dengan apa yang mereka lihat dan dengarkan.
Sudahkah kita berjumpa dengan Juruselamat? Di malam Natal ini Ia datang menjumpai
kita! Apakah saudara sudah berjumpa dengan Juruselamat? Tentu saja menurut kita sudah
berkali-kali, terutama di bulan Desember ini. Tetapi adakah anda berbahagaia dan bersorak sorai
karena merasa telah dibebaskan dari beban-beban kehidupan masa lalu? Pertanyaan
selanjutnya, apakah yang Yesus pesankan kepada anda? Adakah yang anda harus ubah,
perbaiki, pertahankan, teruskan, lupakan lalu dikubur dalam-dalam? Bersediakah kita
merenungkannya, menyimpannya dalam hati kita dan selanjunya memberitakannya kepada
dunia?
Yang kita khawatirkan ialah apabila perayaan Natal, pertemuan dengan Juruselamat
malam ini hanyalah terfokus dengan dekorasi yang indah, lampu hias, petasan yang bersahut-
sahutan, pesta yang meriah, baju baru, penampilan baru, liturgi yang tersusun rapi, sedangkan
kehadiran Kristus terabaikan dalam kemeriahan. Mungkin ada yang juga merasa bertemu
dengan Kristus, namun sesudah itu melupakanNya. Padahal perjumpaan malam Natal ini adalah
penyegaran iman dan ungkapan syukur kepada Kristus yang telah dan akan terus menjumpai
kita dalam seluruh perjalanan kehidupan kita.
Kepada kita semua yang berjumpa dengan Yesus, tetap dan terus menerus memegang
teguh dan melaksanakan amanat agung dari Yesus Kristus untuk memberitakan Injl Damai
Sejahtera. Adakah kita berbahagia dan menghormati amanat ini? Bagaiman pula dengan
kesiapan kita, langkah dan sik ap kita, wibawa kita, penampilan kita, dan cara kita berbicara.
Apakah kehadiran kita, kelihatan indah dihadapan umat Allah dan dunia? Menjadi pembawa
berita janganlah dengan persiapan seadanya dan penampilan seadanya. Camkanlah baik-baik,
anda mempunyai tugas mulia, yaitu membuat orang berjumpa dengan Juruselamat.
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 29 Desember 2019
Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa Allah berkarya dalam sejarah manusia dan Ia dapat menggunakan berbagai sarana dalam
menyampaikan kehendakNya
2. Jemaat melatih diri dan berusaha melihat pekerjaan Allah dalam setiap peristiwa hidupnya
Pemahaman Teks
Mazmur 148 menguraikan bahwa semua ciptaan layak dan patut memuji-muji Tuhan,
sebab Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Pemazmur tidak
membiarkan satu orang atau satu ciptaan pun melewatkan memuji Tuhan. Ayat 1-6; segala yang
di langit: awan-awan (air yang di atas langit), termasuk malaikat dan bala tentara sorga.
Tuhanlah yang menciptakan, menetapkan dan mengendalikannya; semua harus memujiNya.
Ayat 7-10; segala yang dibumi, baik yang di dalam laut, di gunung-gunung, embusan angin, kabut,
pohon-pohon, semua harus memuji dan memuliakan Tuhan penciptanya. Ayat 11-14, umat
manusia dari raja, penguasa, pemerintah dan orang banyak yang dicipta dalam gambar Tuhan,
mempunyai lebih banyak alasan untuk memuji Tuhan dibandingkan dengan ciptaan lainnya.
Yesaya 63:7-9 merupakan pujian nabi Yesaya atas belas kasihan dan kasih setia Tuhan
bagi umat Israel. Perikop ini menekankan tentang kemurahan, kebaikan, rahmat dan kasih Tuhan
yang terus memelihara dan menjanjikan kemuliaan kepada umatNya. Sebagaimana yang telah
dilakukan sejak zaman dahulu kala, Tuhan pun terus melakukan sampai pada akhir zaman.
Ibrani 2:10-18 menguraikan tentang peran Kristus Sang penyelamat yang telah
mengalahkan iblis dan maut. Ia menguduskan orang-orang yang telah diselamatkan dari
kesalahan dan kuasa dosa, serta memisahkannya sebagai umat Allah (ay. 11). Oleh karena yang
diselamatkan oleh Kristus adalah darah dan daging (manusia), maka Yesus harus menjadi darah
dan daging. Sebab dengan menjadi manusia sejati, Ia dapat memenuhi syarat untuk
menyelamatkan manusia dari kuasa dosa (ay. 14). Kristus manunggal dengan manusia agar dapat
menjadi Imam Besar yang mewakili orang percaya di hadapan Allah (ay. 17). Selaku Imam besar,
Kristus memberikan kekuatan dan kasih karunia untuk mengalahkan dosa serta memberikan
pertolongan manakala diperlukan orang percaya (ayat 18). Tanggungjawab orang percaya
adalah mendekat kepadaNya dan mempercayakan hidupnya hanya kepadaNya.
Matius 2:13-23 menguraikan tentang usaha Herodes untuk membunuh bayi Yesus dan
cara Allah menyelamatkan bayi Yesus. Ketulusan dan keterbukaan hati Yusuf kembali menjadi
“lahan yang subur” bagi terlaksananya rencana penyelamatan Allah melalui bayi Yesus dan
sekaligus menggagalkan kuasa dunia melalui raja Herodes. Herodes berupaya untuk melawan
kasih Allah dengan membunuh semua anak laki-laki di Betlehem. Tapi rencana Allah tidak dapat
dibatalkan/digagalkan oleh kuasa apa pun di dunia. Yusuf yang mendengarkan dan taat kepada
peringatan Tuhan menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk membawa bayi Yesus ke Mesir.
Dengan demikian, maka genaplah rencana Allah yang sebelumnya diberitakan oleh nabi, “Dari
Mesir Kupanggil AnakKu” (ay. 15, bdk. Hosea 11:1b).
Korelasi
Kemurahan, kebaikan, rahmat dan kasih Allah dalam perjanjian dan penyelamatan-Nya
telah dinikmati oleh umat sejak turun-temurun (Yesya 63:7-9) dan seluruh ciptaan. Sebab itu,
seluruh ciptaan harus memuji dan memuliakan Tuhan (Mazmur 148). Keterbukaan, ketulusan
dan ketaatan hati seperti Yusuf yang dapat memampukan menangkap dan memahami pesan,
perintah, dan kehendak Allah dalam rencana penyelamatanNya (Mat. 2:14,21). Kehidupan
beriman seperti itulah yang dikehendaki oleh Tuhan, sehingga semua rintangan, tantangan, dan
godaan dapat dihadapi dan dijalani bersama dengan Sang Juruselamat yang menjadi Imam Besar
kita di hadapan Allah (Ibrani 2:10-18).
Tujuan
1. Jemaat memahami hidup sebagai ahli waris kerajaan Allah.
2. Jemaat tidak lagi berbalik kepada cara hidup yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Pemahaman Teks
Secara sederhana akil balik menunjuk kepada sebuah kehidupan yang semakin mengerti
tentang baik buruknya perjalanan kehidupan, setidaknya tingkat kedewasaan secara rohani
sangatlah penting dan tidak hanya dewasa secara fisik (ay.1). Dalam ayat 3 Paulus menekankan,
bahwa Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia dan
sedikit pun kita tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala
sesuatu.
Orang yang percaya kepada Kristus akan menjadi ahli waris kerajaan Allah. Namun
menjadi ahli waris kerajaan Allah membutuhkan proses pendewasaan dalam kehidupan
keseharian. Karena itu Paulus menjelaskan bahwa proses akil balig merupakan sebuah
pembentukan karakter untuk berupaya membentuk kehidupan menjadi lebih dewasa dalam
Kristus. Tanpa proses pendewasaan rohani, kita akan mudah dikuasai oleh kuasa-kuasa lain,
bahkan mudah ditaklukkan oleh roh-roh dunia. Pendewasaan kehidupan secara rohani dapat
terjadi dalam Yesus Kristus, bukan dalam hukum Taurat (ay. 11). Taurat tidak menjamin
seseorang menjadi ahli waris yang sesungguhnya, karena hanya dalam Yesus jaminan itu di
terima. Menjadi ahli waris Kerajaan Allah berarti seseorang tidak lagi mempercayakan hidupnya
kepada roh-roh dunia, tetapi mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Kristus.
Setiap pribadi yang merindukan hidupnya terhitung sebagai ahli waris kerajaan Allah,
perlu menempa dirinya dalam proses pendewasaan iman kepada Kristus. Karena itu kepada
jemaat di Galatia, Paulus menekankan bahwa bagi mereka yang belum akil-balik dalam
kehidupan beriman, mereka sesungguhnya masih menghambakan diri pada hukum Taurat.
Orang tersebut mengalami kemunduran dalam hidup beriman, karena masih cenderung
berbalik kepada kepercayaan lama.
Tujuan
1. Jemaat mengimani bahwa hanya pada Tuhan sajalah sumber segala berkat
2. Semaat senantiasa memuliakan Tuhan dan bergantung pada Tuhan
Pemahaman Teks:
Mazmur 8:2-10 merupakan bagian yang mengungkapkan manusia sebagai makhluk
mulia. Disebut mulia karena Allah yang mulia memberi tanggung jawab kepada manusia untuk
berkuasa atas ciptaan lainnya. Jadi kemuliaan manusia sebenarnya merupakan sebuah
kemuliaan yang dikaruniakan oleh Allah sebagai satu-satunya Yang mulia di seluruh bumi.
Bilangan 6:22-27 menceritakan keadaan umat Israel ketika sementara mengembara di
padang padang gurun. Pada umumnya bangsa pengembara, termasuk bangsa Israel, memiliki
keyakinan bahwa padang gurun adalah tempat berdiamnya kuasa-kuasa kegelapan. Menurut
paham itu, di padang gurun berdiam setan-setan yang suka mencelakakan. Selain itu secara
nyata dapat dimengerti bahwa tempat itu sulit mendapatkan air dan makanan. Keyakinan dan
kenyataan ini membuat mereka kuatir, takut dan cemas. Mereka memang telah melewati laut
Kolsum yang menakutkan. Sekarang mereka berhadapan lagi dengan suasana baru yang
menimbulkan rasa ketidakpastian. Mereka kuatir tentang apa yang akan mereka makan dan
minum, mengingat jumlah mereka yang amat banyak, serta meliputi segala umur. Belum lagi
ditambah ternak mereka. Keadaan seperti ini membuat ingatan kepada keadaan Mesir muncul
kembali dan sewaktu-waktu melahirkan sungut-sungut kepada Musa. Bagi mereka yang baru
saja keluar dari Mesir, kehidupan di padang gurun adalah kehidupan yang suram, penuh
tantangan yang berat, penuh kepahitan dan penuh ketegangan. Dapat dibayangkan bahwa
mereka diliputi kekuatiran, ketakutan, kecemasan sewaktu harus melintasi padang gurun
menuju tanah Kanaan.
Bangsa Israel berada dalam kebimbangan antara kembali ke Mesir, ataukah terus maju
menuju negeri Perjanjian. Mereka berada pada titik keraguan yang dalam untuk maju melintasi
hamparan pada gurun yang menakutkan. Ingatan terhadap ketersediaan makanan di Mesir
agaknya lebih kuat ketimbang janji tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu.
Bilangan 6:22-27 berisi tanggapan atau jawaban Allah terhadap keraguan umat Israel
untuk maju dalam rencana Allah. Rumusan dalam ayat 24-26 dapat dipahami dalam tiga bagian:
Ayat 24 Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Pernyataan ini berarti berkat
(perkenanan) Allah akan nyata dalam wujud perlindungan terhadap umat-Nya. Allah akan
hadir melindungi sekalipun di padang gurun yang menakutkan.
Ayat 25 Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
Pokok penting dalam bagian ini ialah pemberian kasih karunia. Kasih karunia adalah istilah
yang dipakai untuk menjelaskan pemberian yang tiada tara, yaitu keselamatan. Jadi
pernyataan di sini dapat dimengerti sebagai pemberian yang tidak hanya terkait dengan
keadaan di padang gurun tetapi bersifat kekekalan.
Ayat 26 TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai
sejahtera. Pernyataan dalam bagian ini perlu dipahami bahwa hal yang paling ditakuti oleh
orang Israel ialah ketika Allah memalingkan atau menyembunyikan wajah-Nya (Mazmur 13).
Jadi pernyataan ini hendak menegaskan perhatian Allah kepada mereka secara terus
menerus.
Selanjutnya dapat dilihat bahwa dalam pernyataan yang sering dijadikan formulasi berkat ini, ada
beberapa hal yang sangat jelas dan tegas.
Sumber berkat adalah Tuhan, bukan imam. Karena itu seorang imam mesti selalu terhubung
dengan sumber berkat yang disampaikan kepada umat. Imam hanyalah alat di tangan Tuhan
untuk menyatakan berkat Tuhan.
Tindakan yang berkaitan dengan berkat itu, semuanya dari Tuhan (Memberkati, melindungi,
menyinari, memberi, menghadapkan). Hal ini menunjukkan bahwa semua itu (berkat)
adalah pemberian atau anugerah dari Tuhan, bukan hasil pencarian atau hasil usaha.
Kemampuan berusaha adalah juga berkat pemberian dari Tuhan. Hal ini berbeda dengan
kecenderungan agama-agama suku untuk mencari atau meminta berkat dengan berbagai
cara, misalnya meminta berkat kepada arwah orang yang sudah meninggal. Itu berarti
pernyataan berkat dari Tuhan ini menuntut tanggung jawab dari umat untuk:
a. Menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya sumber berkat dan satu-satunya yang
layak disembah.
b. Mengajak manusia untuk bergantung secara total pada Tuhan. Kemuliaan seseorang
terletak pada penyertaan Tuhan dan kesediaan untuk bergantung secara total pada
penyertaan Tuhan.
Filipi 2:1-11 menceritakan nasihat Paulus agar jemaat dalam hidupnya berpikiran dan
berperasaan seperti Kristus. Yang dimaksudkan Paulus di sini ialah kesediaan untuk menaati
perintah Bapa-Nya. Ketaatan-Nya sangat dalam sampai Ia rela mati disalib sesuai rencana Bapa
bagi-Nya. Pada bagian berikutnya nampak dengan jelas bahwa dengan kesediaan-Nya untuk taat
membuahkan kemuliaan bagi-Nya. Allah mengaruniakan nama di atas segala nama dan segala
yang ada akan mengakui-Nya sebagai Tuhan.
Lukas 2:15-20 berbicara mengenai respons para gembala terhadap berita keselamatan
(kesukaan besar) yang disampaikan oleh malaikat. Mereka bergegas dan bergerak sesuai
pernyataan malaikat. Pernyataan malaikat telah menggerakkan mereka dan merekapun
menjumpai realitas yang sesuai dengan pernyataan malaikat. Akhirnya mereka kembali memuji
Tuhan.
Korelasi:
Pada Tuhan ada kemuliaan, kehormatan, berkat dan anugerah yang dapat diberikan
kepada semua orang yang memuliakannya dalam kerendahan hati ketika menjalani hari-hari
hidupnya.
Dari dua hal ini kita dapat melihat bahwa rupanya pernyataan berkat yang disampaikan
dalam akta liturgi, selalu mengandung dua aspek yaitu pernyataan jaminan pemeliharaan
Allah dan tuntutan tanggung jawab manusia. Semakin kita yakin akan pemeliharaan Allah,
semakin besar pula tanggung jawab kita untuk bergantung sepenuhnya pada Allah. Jalanilah
hari-hari hidup dalam tahun ini dengan tetap menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya
sumber berkat.