Anda di halaman 1dari 36

Bahan Khotbah Minggu Tanggal 1 Desember 2019

Adven 1

KENAKANLAH SENJATA TERANG


Pokararrani tu Pa’buno Masero

Bacaan Mazmur : Mazmur 122:1-9


Bacaan 1 : Yesaya 2:1-5
Bacaan 2 : Roma 13:8-14 (Bahan Utama)
Bacaan 3 : Matius 24:37-44
Nas Persembahan : 1 Tawarikh 16:29
Petunjuk Hidup Baru : Roma 13:2-3

Tujuan:
1. Jemaat memahami apa yang dimaksudkan dengan Kristus sebagai senjata terang
2. Jemaat terus belajar dan berjuang untuk hidup berdasarkan senjata terang

Pemahaman Teks
Mazmur 122:1-9 menjelaskan bahwa merupakan suatu kebahagiaan jika ada kesempatan
berziarah dan berkumpul bersama umat Tuhan di rumah-Nya yang kudus di Yerusalem. Sukacita
besar akan dialami dan dinikmati jika ada lagi kesempatan merayakan kebesaran dan kebaikan
Tuhan di sana. Kerinduan seperti ini dikumandangkan tiada hentinya, agar pada saatnya Raja
Damai datang memerintah umat-Nya dan damai sejahtera berlaku di sana.
Yesaya 2:1-5 merupakan nubuat bahwa Rumah Tuhan akan berdiri tegak di Yerusalem
dan menjadi pusat pengajaran, keadilan, dan kebenaran. Bangsa-bangsa akan pergi ke sana
belajar dan menikmati perdamaian dan persaudaraan, sebab di sana tidak ada perang dan
permusuhan. Tidak ada lagi yang mengangkat pedang dan belajar perang, sebab alat-alat perang
akan diubah menjadi alat pertanian demi kemakmuran kehidupan. Pedang diubah menjadi mata
bajak dan tombak diubah menjadi pisau pemangkas karena semuanya telah berjalan dalam
terang Tuhan (ay.5).
Roma 13:8-14 menegaskan, bahwa keselamatan semakin dekat. Hal itu digambarkan
dengan kata-kata “hampir siang/bangun dari tidur”. Waktu sudah sangat mendesak, sehingga
jemaat diminta senantiasa menggunakan senjata terang yakni mengenakan Yesus Kristus sendiri.
Sebaliknya, semua yang mengancam dan merusak hendaknya ditanggalkan seluruhnya, agar
jemaat mampu hidup menikmati keselamatan yang dianugerahkan Allah, yakni hidup dalam
kasih dan damai sejahtera.
Matius 24:37-44 mengingatkan, bahwa kehidupan normal keluarga seperti makan-minum
dan kawin-mawin, dapat tetap dilaksanakan seperti biasa, tetapi hendaknya dilakukan dalam
keadaan berjaga-jaga. Ini penting agar mereka tidak terlena, tergoda dan terperangkap dengan
daya tarik dan kenikmatan hawa nafsu duniawi semata-mata seperti pada jaman Nuh. Orang
Yahudi sungguh telah terperangkap dalam rutinitas hidup dan kenyamanan kekinian mereka,
sehingga tidak mampu melihat dan memahami arus perubahan yang sedang diprakarsai oleh
Allah di dalam diri Yesus Kristus. Kepekaan mereka sudah tumpul dan hilang, sehingga mereka
tidak dapat lagi menangkap dan melihat pekerjaan Yesus sebagai bukti kehadiran Sang Mesias
di antara mereka.
Korelasi seluruh bacaan terletak pada kedatangan Mesias yang berarti kejayaan bagi
Sion. Kerinduan kejayaan sion tidak pernah pupus (Mzm.). Berita kejayaan Sion kembali
didengungkan sang nabi (Yes.2:1-5). Di Sion, impian kebahagiaan setiap orang dan bangsa-
bangsa akan nyata sebab semua hal yang merusak dan mengancam kehidupan akan diubah,
bahkan dibalikan menjadi kedamaian dan kesejahteraan sejati. Rumah Tuhan di Sion akan
kembali menjadi pusat pengajaran dan keadilan, sebab pada jaman Yesus, keistimewaan
Yerusalem telah hilang dan pudar kembali.
Paulus sendiri melihat nubuatan Yesaya dan kerinduan Pemazmur seharusnya menjadi
nyata dalam kehidupan berjemaat. Gereja hendaknya menjadi pusat pengajaran kebenaran.
Kerinduan kedatangan Kerajaan Allah segera menjadi kenyataan. Pemenuhan kedatangan Yesus
segera akan datang, karena itu mereka hendaknya jangan tidur, mabuk dan pesta pora, seperti
pada jaman Nuh (Mat.24:37-44). Mereka hendaknya tidak tidur dan hidup dalam kegelapan
(Rm.13:11-14: pesta pora, cabul, iri hati, perselisihan), tetapi hendaknya bangun dan berjaga-jaga
serta mengenakan senjata terang. Dunia masih sibuk terpesona dan terlena, serta terperangkap
dengan kekinian-sesaat sehingga tidak mampu melihat dan memahami terang yang segera dan
sedang akan datang sebagaimana dalam pengajaran, perbuatan dan bahkan diri Yesus sendiri.

Pemahaman Bahan Utama (Roma 13:8-14)


Pesan dalam bagian ini sangat penting dan menentukan yaitu keselamatan semakin
dekat. Jadi sekaranglah waktu yang tepat dan menentukan. Jangan sia-siakan waktu dan lengah,
sehingga kehilangan kesempatan seperti gadis-gadis bodoh (Mat.25). Dunia yang gelap akan
segera berlalu dan hilang. Orang percaya yang telah dibaptis, mengenakan Kristus dan
dipindahkan dalam dunia baru yang sejahtera, sedang datang dan diatur berdasarkan pola kasih
dari Allah di dalam Yesus Kristus.

1. Waktu Mendesak (ay. 11): Apa yang harus dilakukan?


Orang percaya harus melakukan semua nasihat untuk hidup sebagai orang-orang yang
dimerdekakan dalam Kristus, yakni melakukan apa yang terdapat dalam ayat 11-14 yaitu
bangunlah, berjaga-jagalah, hidup dalam terang tanggalkanlah dosa yakni: pesta pora,
kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati (ay.13) dan kenakanlah Kristus sebagai
senjata terang. Semua itu harus dilakukan karena keselamatan semakin dekat. Waktu
kedatangan Kristus kembali semakin dekat. Tidak ada yang tahu kapan persisnya waktu
kedatangan-Nya kembali, karena itu tindakan yang paling baik dan tepat adalah berjaga-jaga.
Waktu menjelang kedatangan-Nya sangat menentukan karena menyangkut kegenapan
keselamatan yang telah diberikan kepada yang percaya. Jadi mesti siap dan berjaga-jaga
menyongsong kedatangan-Nya (Mat.24:42,44). Jangan sampai tertidur seperti 5 wanita bodoh
(Mat.25:1-13) sehingga tidak mendapat bagian dalam kebahagian yang sejati, tanda-tanda
Syalom (bdk. Yes.2:3-5).

2. Mengenakan senjata terang (ay. 12-13).


Malam dan kegelapan” akan berlalu sehingga “siang dan terang” segera datang. Jadi
semua yang dilakukan dalam kegelapan mesti ditanggalkan dan digantikan dengan yang
semestinya dilakukan dalam siang. Perbuatan-perbuatan kegelapan, yaitu perbuatan-
perbuatan yang lebih banyak dilakukan pada waktu malam karena akan memalukan dan
mendapat hukuman jika dilakukan pada siang hari, harus ditanggalkan dan diganti dengan baju
yang baru dan bersih.
Menanggalkan perbuatan kegelapan dengan keharusan mengenakan senjata terang jelas
menggambarkan adanya usaha dan perjuangan berat. Melawan dan mengubah perbuatan-
perbuatan kegelapan dalam menyongsong kedatangan kembali Kristus membutuhkan kerja
keras dan semangat perjuangan yang terus-menerus serta menggunakan senjata rohani yang
lengkap.
Perbuatan kegelapan seperti apakah yang akan dihadapi? Pada bagian ini disebutkan 6
hal yang sangat mendesak dan menjadi sumber halangan dalam berjaga-jaga sambil
menantikan kedatangan/kegenapan keselamatan. Keenam hal itu adalah pesta pora,
kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, iri hati. Keenam perbuatan ini sering disebut
sebagai tanda-tanda dosa yang khas dalam dunia dan merupakan kehidupan tanpa Kristus.
Agustinus, salah seorang Bapa Gereja beroleh pertobatan melalui ayat ini (ay.13-14). Agustinus
mengatakan, betapa Allah menemukan dirinya melalui firman ini. Seluruh kebobrokan
moralnya berakhir karena firman jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam
percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati.
Pesta pora adalah bersukacita secara berlebihan, sehingga tanpa sadar sudah
merendahkan martabat kemanusiaan dan mengganggu ketenteraman orang lain. Kemabukan,
adalah terperangkap dalam ketergantungan alkohol dan akan sangat berpotensi merusak
kesehatan dan menimbulkan keonaran. Percabulan adalah wujud ketidaksetiaan dan
mengumbar kesenangan sesukahati, kapan dan di mana saja. Hawa Nafsu adalah berani
melakukan di muka umum hal-hal yang tidak pantas dilakukan. Perselisihan adalah semangat
persaingan yang kotor dan tidak terkendalikan dan bertentangan dengan kasih. Sedang Iri hati
adalah rasa tidak puas dengan apa yang dimiliki dan iri dengan kelebihan orang lain.

3. Mengenakan Yesus sebagai senjata terang (ay. 14)


Mengenakan senjata terang atau menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan (ay.12)
dan tidak sibuk untuk hal-hal yang hanya menguntungkan/memuaskan diri sendiri. Berjuang
menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan tidak bisa dilakukan dengan kekuatan sendiri
karena sesungguhnya kekuatan manusia diarahkan justru untuk memuaskan kepentingan
dirinya sendiri. Berusaha memasuki terang dan meninggalkan kegelapan, hanya bisa
dilakukan jika “bersekutu dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan-Nya”. “Jika kita
telah menjadi satu dengan kematian-Nya kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama
dengan kebangkitan-Nya” (Rm. 6:5) atau “kamu semua yang dalam Kristus, telah
mengenakan Kristus” (Gal.3:27). Mengenakan Kristus berarti menjadikan Kristus sebagai
Tuhan atas seluruh kehidupan. Kristus menjadi pusat kehidupan. Kristus menjadi kriteria dan
ukuran segala sesuatu dalam kehidupan.
Orang yang telah dibaptis sama dengan mengenakan Kristus tetapi Kristus hendaknya
dipakai sebagai senjata (bukan sekedar sebagai baju) untuk mengalahkan perbuatan-
perbuatan gelap (ay.12) sekaligus mengalahkan pemuasan keinginan-keinginan sesaat yang
merusak dan membawa ke dalam kegelapan (ay.13). Perlengkapan yang dibutukan adalah
“senjata terang” sebagai gambaran betapa dibutuhkannya kesiapan dan kewasdaan diri
dalam mempertahankan,memperjuangkan, dan menempuh kehidupan baru, hidup dalam
terang bukan kegelapan. Hidup berdasarkan standard dan kriteria Kristus. Atau dengan kata
lain kehidupan yang mengenakan Kristus adalah kehidupan yang berusaha dan berjuang
“semakin serupa dengan Kristus” (bdk. Rm 8:29; 2 Kor.3:18; Fil.3:21;)

Pokok-pokok pengembangan khotbah


 Tema Mengenakan Kristus sebagai senjata terang dimaksudkan agar warga jemaat
mempersiapkan diri sebagaimana “umat Israel” menyongsong kelahiran Mesias yang
diberitakan dalam Yesaya 65 dan jemaat mula-mula (Jemaat Roma) menantikan kedatangan
kembali Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
 Mengenakan Kristus dan senjata terang.
Seharusnya semua orang percaya mengenakan Kristus karena semua orang percaya telah
dibaptis (mati dan bangkit bersama Kristus-lihat penjelasan di atas). Jadi cara hidup, berfikir,
berkelakuan dan bertutur mestinya mengikuti dan mencerminkan cara hidup Kristus.
Seperti kata Paulus, bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup dalam
aku…(Gal.2:20). Secara negatif dikatakan jangan merawat dirimu untuk memuaskan
keinginannya (Rm. 13:14b). Tubuhmu (hidupmu) bukan lagi milikmu sendiri tetapi milik
Kristus. Kriteria hidupmu adalah kriteria Kristus dan bukan lagi kriteriamu sendiri (bnd. 2
Kor.3:3 :Kamu adalah surat Kristus).
 Mengenakan baju terang tidaklah cukup mesti. Karena itu hendaknya disertai pula dengan
mengenakan senjata terang. Terjadi situasi khusus yang genting dan sangat mendesak.
Seolah-olah akan ada perang. Karena itu dibutuhkan persiapan yang matang. Mereka tidak
boleh lengah dan malas-malasan, melainkan mesti tetap siaga. Selalu proaktif dan dinamis.
Waktu sangat berharga karena itu gunakan setiap kesempatan dengan baik dan penuh
tanggung jawab. Apa yang diperbuat hendaknya diperbuat menurut ukuran Kristus, yakni
Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jikalau engkau melakukan sesuatu yang lain,
lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah (1 Kor.10:31). Orang percaya menjadi pelopor
kebaikan dan perdamaian sebagaimana dinubuatkan Yesaya bahwa di Sion kesejahteraan
dan pengajaran akan terpancar dan alat perang akan diubah menjadi alat kebaikan dan alat
pertanian yang produktif untuk kebutuhan kehidupan. Dampingi warga jemaat
mempersiapkan diri menikmati tanda-tanda kebahagian. Bimbing warga jemaat
meninggalkan pola perilaku dan pola hidup yang justru membawa kepada kebobrokan
moral dan malapeta yang menjerumuskan dan menghancurkan diri,keluarga,dan
masyarakat. Secara tegas kitab Roma mengatakan: “Jangan dalam pesta pora dan
kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri
hati…” (Rm.13:13b). Firman ini telah menjadi dasar perubahan hidup Agustinus.
Menurutnya, ayat ini tidak perlu ditafsirkan, langsung saja dilaksanakan dengan
menghindari semua itu. Tinggalkan masa lalu yang penuh pemuasan diri sendiri. Jangan
terperangkap dan dipenjarakan kebiasaan-kebiasan lama yang buruk. Kini saatnya menatap
dan menikmati masa depan yang disediakan Allah dalam Yesus Kristus. Jangan
terperangkap dalam “celaka” (Rm. 13-13b)

Sehubungan dengan itu, terdapat beberapa hal yang patut direnungkan dalam persiapan
natal dan beragam kegiatan masyarakat Toraja sepanjang Desember, yakni:
1. Apakah seluruh keinginan kita sudah makin sesuai dengan keinginan-keinginan Kristus ataukah
justru terutama untuk memuaskan diri sendiri?
2. Apakah seluruh perasaan, pikiran dan tindakan-tindakan kita semakin menolong kita untuk
semakin serupa dengan Kristus ataukah justru semakin membuat kita semakin serupa dengan
dunia?
3. Apakah seluruh tindakan, perayaan-perayaan, pelayanan-pelayanan kita semakin
memperlihatkan kasih yang memuliakan Tuhan atau justru hanya untuk kepentingan diri,
kelompok dan gereja kita sendiri?
4. Kiranya menjadi pertimbangan kita untuk mengangkat tema-tema yang berkaitan dengan
pesta pora, kemabukan, percabulan, hawa nafsu, perselisihan, dan iri hati. Kiranya Khotbah
akan membawa pengaruh sepanjang bulan Desember. Dengan demikian, bulan Desember
tidak lagi menjadi ajang pesta pora yang pada gilirannya memicu dan mendorong terjadinya
hal-hal yang tidak berkenan bagi Tuhan.
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 8 Desember 2019
Adven 2

KEMULIAANNYA MENJANGKAU SEMUA


Mintu’na naluang Kamala’birann-Na

Bacaan Mazmur : Mazmur 72:1-11


Bacaan 1 : Yesaya 11:1-10
Bacaan 2 : Roma 15:1-13 (Bahan Utama)
Bacaan 3 : Matius 3:1-12
Nas Persembahan : Amsal 3:9-10
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 41:13

Tujuan:
1. Jemaat memahami kasih Allah yang menyelamatkan dunia dalam Yesus Kristus.
2. Jemaat memberlakukan kasih Allah yang melampaui batas-batas diri, kelompok dan agama.

Pemahaman Teks
Mazmur 72:1-11 merupakan doa bagi raja sebagai hakim yang memihak kepada yang lemah
dan tertindas serta membawa sejahtera bagi masyarakat bahkan umat manusia secara
keseluruhan.
Yesaya 11:1-10 menubuatkan datangnya generasi baru (tunas/pangkal Isai) yang berbuah
dan mulia karena Roh Tuhan ada padanya. Ia juga penuh hikmat, pengertian, nasihat dan
mengenal serta taat kepada Tuhan. Kepemimpinannya benar dan jujur, sehingga tercipta keadilan
dan damai sejahtera di muka bumi, serta bangsa-bangsa pun menikmati kemuliaan-Nya.
Roma 15:1-13 Yesus Kristus menghendaki semua orang percaya bahkan semua umat manusia
dipersekutukan. Perbedaan orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain diikat oleh kasih yang sama
yaitu kesetiaan hanya kepada Kristus saja. Keselamatan pertama-tama kepada bangsa Yahudi
tetapi kasih dan rahmat Allah di dalam Kristus berlaku juga untuk bangsa-bangsa lain. Paulus
mengutip 4 bagian Perjanjian Lama yakni Mzm. 18:50; Ul. 32:42; Mzm.117:1, Yes.11:10, sebagai bukti
bahwa bangsa-bangsa lain dapat menerima keselamatan dari Allah. Karena Kristus Juruselamat
bagi dunia, maka gereja-gereja juga mesti menjadi gereja yang terbuka bagi dunia.
Matius 3:1-12 menceritakan tentang Yohanes yang memberitakan pertobatan karena
penghakiman sudah dekat. Kapak dan penampi akan membersihkan orang yang tidak mau
bertobat. Baptisan menjadi tanda baru keselamatan, sebab warisan keyahudian yang dibanggakan
selama ini sudah tidak cocok lagi. Yesuslah sang Mesias yang akan membaptis dengan Roh Kudus
dan api. Dialah yang akan menjadi hakim atas orang Yahudi.
Korelasi seluruh bacaan menyatakan, bahwa penyelamatan dalam Yesus Kristus menjadi
kesaksian betapa Allah hendak menyelamatkan dan mempersatukan umat manusia. Hal itu telah
ditulis dan diberitakan kitab PL (Rm.15:4,9-12). Allah sendiri akan bertindak atas kegagalan umat-
Nya (Mzm.72:1-7 dan Yesaya 11:1-11). Israel mesti bertobat atas ketidakmampuannya mengemban
status mereka sebagai saluran berkat bagi dunia. Pembaruan segera dimulai dan dilaksanakan
melalui baptisan dan penghakiman (Mat.3:12). Kuasa dan kemuliaan Allah berlaku bagi bangsa-
bangsa dan bukan hanya bagi bangsa Israel (Rm. 15:9). Rencana Allah itu seharusnya dimulai dari
umat-Nya sebagai model pemberlakuan kasih dan persekutuan bagi dunia. Dunia membutuhkan
kasih dan persekutuan agar dunia disembuhkan dari perseteruan, pertengkaran, peperangan dan
konflik yang merusak kehidupan bersama. Dunia membutuhkan kekuatan dan kemampuan dalam
menatap dan memberlakukan harapan, sukacita dan damai sejahtera.

Pokok-Pokok yang dapat dikembangkan


1.Kristus menghendaki persekutuan yang tulus ikhlas
Semua pihak dalam jemaat mestinya saling menerima sekalipun mereka memiliki latar
belakang yang berbeda-beda (bdk pasal 14:1 soal yang lemah dan kuat imannya). Warga jemaat
harus saling menerima, karena Kristus lebih dahulu menerima setiap orang tanpa
mempersoalkan latar belakangnya. Ukuran-ukuran lama yang dipakai menilai sesama, tidak
berlaku lagi. Cara pandang lama yang berdasarkan cara pandang masing-masing hanya
menambah persoalan dan memperkeruh serta mengancam perpecahan dalam jemaat.
Kristus sendiri yang adalah Tuhan telah berkenan menerima tiap orang. Oleh karena itu,
setiap orang yang telah diterima Kristus tanpa syarat, mestinya juga menerima dan mengakui
orang lain demikian. Jadi penerimaan seorang dengan yang lainnya merupakan juga cara dan
bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada Allah (bnd.Yoh.14:10-14;17:22-23). Kesediaan menerima
sesama tanpa syarat merupakan cara kita memperlihatkan ketaatan dan memuliakan Allah.
Dengan demikian orang percaya mempunyai cara hidup bersama yang khas, memiliki daya tarik
tersendiri dan berbeda dengan persekutuan apapun di dunia ini. Masyarakat Indonesia dengan
Pancasila-nya mampu bersatu dan hidup bersama meskipun latar belakangnya sangat majemuk
(suku, agama, ras-etnis). Gereja yang adalah tubuh Kristus (1 Kor.3:11) dan Keluarga Allah,
semestinya lebih mampu mempersekutukan segenap anggota (bnd. Kol.3:11; Ef.2:14)

Aplikasi:
Apakah persekutuan kita masih mempunyai daya tarik tersendiri sehingga warga jemaat
bersemangat menjalani kehidupan bersama? Pelayanan seperti apakah yang dilakukan agar
masa-masa adven tahun ini menunjukkan kehangatan baru dan ciri khas bukti kerelaan saling
menerima satu dengan yang lain tanpa syarat-syarat tertentu?
Kasih itu dinyatakan kepada semua orang di seluruh dunia itulah kebenaran Allah. Secara
umum, saling menerima dalam masyarakat lebih didasarkan pada faktor-faktor kekerabatan dan
kepentingan-kepentingan yang menguntungkan. Tetapi saling menerima dalam jemaat
berdasarkan penerimaan Allah di dalam Yesus Kristus. Saling menerima bukan lagi sekedar
kegiatan sosial tetapi norma kristen yang menjadikan Kristus sebagai titik pandang baru!

2. Gereja yang terbuka bagi dunia (ay.8-12)


Di dalam Kristus Allah bermaksud menyelamatkan seluruh dunia. Bukan hanya berpengaruh
dalam kehidupan bersesama dalam jemaat, tetapi menjalar dan menjadi percontohan bagi dunia.
Kristus telah menjadi pelayan melalui kehadiran dan karya-Nya di lingkungan Israel. Allah setia
memenuhi janji-Nya dan itulah kebenaran, yakni Dia tetap datang kepada bangsa yang tidak
setia dan menolak diri-Nya (bnd.Mat. 3:1-12). Hal tersebut menjadi bukti, bahwa keselamatan
pertama-tama bagi orang Yahudi. Tetapi keselamatan itu yaitu kesetiaan dan kebenaran ALLAH
di dalam Yesus Kristus berlaku juga bagi bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa lain menerima juga
rahmat keselamatan (bnd. Yes. 11:1-10). Kedatangan Yesus Kristus sebagai juruselamat dunia
sudah diberitakan oleh Allah melali Firman-Nya sebagaimana dalam ayat 9b-12.

Aplikasi:
1. Kelahiran atau kedatangan Yesus Kristus ke dalam dunia adalah untuk menggenapi dan
memastikan bahwa rencana penyelamatan Allah yang telah dinubuatkan dan dijanjikan
dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, akan dipenuhi. Allah tetap setia sekalipun umat-Nya tidak
setia. Dalam rangka perayaan adven 2 ini, bentuk pelayanan seperti apa yang hendak gereja
praktekkan sebagai cara untuk membuktikan bahwa orang percaya merupakan orang-orang
yang setia dalam janji dan perkataannya?
2. Bagaimana gereja mendidik warga menjadi pengikut yang kokoh dan teguh mengakui, bahwa
Yesus Kristus itulah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat (Yoh.14:6) dan sekaligus pula
menjadi murid-murid yang mampu menghargai dan bekerja sama dengan orang-orang yang
keyakinan lain (Yoh.3:16, Kis. 10:34). Banyak orang yang teguh dengan imannya tetapi sering
mengkafirkan dan menghakimi orang lain. Demikian pula sebaliknya, demi agama orang lain
(atas nama toleransi), lalu tidak memiliki kepastian keselamatan dalam Yesus Kristus.
3. Gereja mempersiapkan warganya sebagai orang-orang yang dimampukan keluar dari sikap
pementingan diri sendiri dan menjadi pelopor memperjuangkan kehidupan bersama. Gereja
menjadi pelopor penyelamatan lingkungan dan duta pembawa damai sejahtera di bumi, kini
dan akan datang (bnd. Yes.10:1-11 dan Maz.72:8-12). Pada bulan Desember, Toraja ramai
dengan orang-orang dan aneka ragam kegiatan (rambu tuka’ dan rambu solo’). Perenungan
menarik, ialah bentuk pelayanan seperti apa yang gereja perlu wujudkan, agar perayaan-
perayaan sepanjang Desember dapat menjadi kesempatan bagi gereja guna memperlihatkan
iman percaya kepada Yesus Kristus, serta memiliki cara hidup yang unik seperti yang diajarkan
oleh Firman Tuhan?
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 15 Desember 2019
Adven 3

TEGUHKAN HATIMU, IA PASTI DATANG


Pamatoto’i tu Penaammu, Manassa Inangla Sae

Bacaan Mazmur : Mazmur 146:1-10


Bacaan 1 : Yesaya 35:1-10
Bacaan 2 : Yakobus 5:7-11 (Bahan Utama)
Bacaan 3 : Matius 11:2-19
Nas Persembahan : Mazmur 146:2
Petunjuk Hidup Baru : Yakobus 5:7-8

Tujuan:
1. Jemaat meyakini kepastian kedatangan Tuhan untuk menggenapi penyelamatan-Nya.
2. Jemaat setia mempersiapkan diri dalam menghadapi masa-masa sulit dengan iman.

Pemahaman Teks:
Mazmur 146:1-10 merupakan Mazmur pujian yang mengemukakan dua hal penting, yaitu
persekutuan dengan Tuhan dan pujian kepada Tuhan. Pujian kepada Tuhan lahir dari
persekutuan yang intens dan intim dengan Tuhan. Pujian kepada Tuhan mengindikasikan
beberapa hal, yakni: pujian menandakan adanya kehidupan (ay.1-2), pujian mendorong
pertumbuhan iman (ay. 3-4), pujian mendorong pengharapan (ay.5-7), dan mendorong kasih (ay.
8-10). Jadi kehidupan, iman, pengharapan dan kasih berkaitan erat dengan pujian kepada Tuhan.
Dasar utama lahirnya pujian adalah Tuhan itu sendiri dan keterbatasan hidup manusia. Dengan
demikian kebahagian sejati dinikmati ketika menaruh pengharapan hanya kepada Tuhan saja.
Hanya Tuhan saja penolong yang sejati dan abadi. Pertolongan-Nya telah nyata turun-temurun,
dari generasi ke generasi; dari masa ke masa. Tuhan itu adil dan pembebas bagi yang lemah dan
tak berdaya. Jadi jangan sandarkan diri sepenuhnya dan seutuhnya pada “kuasa-kuasa lain” yang
kekuasaannya sangat terbatas dan tidak menyelamatkan.
Yesaya 35:1-10 berisi nubuatan tentang hari penebusan Allah, bahwa suatu hari Ia akan
datang membalas semua kejahatan di dunia dan memberi berkat keselamatan kepada orang
benar (bdk. 2 Tes. 1:6-10). Negeri yang “gersang dan tandus “ akan menjadi taman yang indah
(ay. 1-2,7) dan memberikan kebutuhan hidup manusia. Berkat rohani akan dinikmati kembali oleh
umat Tuhan karena Tuhan sendiri yang akan melakukannya. Yang lemah akan menjadi kuat dan
yang cacat tidak akan cacat lagi (ay. 3-6). Pengembara akan aman dan tidak akan tersesat saat
mereka berjalan di Jalan raya Kekudusan Tuhan (ay. 8-9). Dukacita orang yang meratap akan
berubah menjadi sukacita (ay. 10).
Yakobus 5:7-11, menguraikan tentang kesabaran dan ketekunan dalam iman. Motivasi
utama untuk bersabar dan bertekun dalam iman adalah kedatangan Tuhan sebagai Hakim adil
yang digambarkan Yakobus sudah dekat (ay.8). Kristus akan datang sebagai Hakim untuk
menghukum yang jahat dan memberi berkat keselamatan kepada yang benar dan membebaskan
mereka dari penderitaan (ay.9). Bertekunlah dan sabarlah seperti petani dalam menantikan
tuaian. Jangan bersungut-sungut dan saling mempersalahkan. Tuhan mengetahui yang benar.
Belajarlah pada para nabi yang sabar dan tahan dalam pencobaan. Contohnya Ayub yang
bertekun dan bertahan mempercayakan hidupnya kepada Allah, sekalipun mengalami
penderitaan yang tak terkirakan sakitnya. Kebahagiaan menanti orang-orang yang setia, sabar
dan menaruh percaya kepada Allah.
Matius 11:2-19 seakan mengindikasikan adanya perasaan gelisah dan kemungkinan putus
asa dari Yohanes Pembaptis. Dia sudah setia melayani Tuhan, tapi kini ia dipenjara. Ia mengutus
murid-muridnya kepada Yesus untuk mendapatkan kepastian dan jaminan bagi semua
perjuangan dan penderitaannya. Mungkinkah Yohanes meragukan Yesus? Perbuatan-perbuatan
Yesus yang “membebaskan dan mengubah penderitaan menjadi sukacita” menjadi materai yang
menyakinkan Yohanes bahwa Yesuslah Mesias yang dinantikan (ay.4-6). Yesus memuji
kekokohan Yohanes Pembaptis, bahwa dia bukanlah buluh yang digoyangkan angin kian kemari
(ay.7-10). Maksudnya Yohanes Pembaptis bukanlah orang yang gampang berkompromi, lemah,
mudah goyah dan suka kemasyhuran. Yohanes Pembaptis adalah nabi terbesar Tuhan (ay.11).

Korelasi
Kedatangan Kristus sebagai Hakim yang adil pasti terjadi. Karena itu dibutuhkan
ketekunan dalam iman, seperti seorang petani menantikan hasil tuaian (Yak.5:7-8).
KedatanganNya akan membalikkan situasi, yaitu menghukum yang jahat dan membebaskan
yang benar dari segala bentuk penderitaan (Yes.35:1-10). Kehidupan, iman, pengharapan dan
kasih berhubungan erat dengan persekutuan dan pujian kepada Tuhan (Mzm. 146:1-10). Karya
Yesus yang menyelamatkan menjadi materai kepastian kedatangan Kristus sebagai Hakim yang
adil (Mat.11:4-6).
Garis Besar Khotbah
1. Kedatangan Kristus pasti terjadi. Yakobus mengajarkan bahwa yang dibutuhkan dalam
menanti kedatangan Kristus adalah kesabaran dan ketekunan. Kesabaran menunjuk pada
sifat kesetiaan menanggung ketidakadilan, penderitaan, kesulitan, dan penganiayaan
dengan menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Allah dalam kepercayaan dan keyakinan
bahwa Allah akan membereskan segala sesuatu pada saat kedatangan-Nya (bdk. Rm.12:12;
Ibr. 10:30). Ketekunan menunjukkan ketabahan dalam menghadapi situasi pencobaan tanpa
kehilangan kepercayaan kepada Allah. Bersabar sampai datangnya hari Tuhan, tidak
dimaksudkan bersikap menyerah saja dan melipat tangan secara pasif menjalani nasib
masing-masing. Dalam hal itu, Yakobus menekankan pentingnya perbuatan nyata seperti
seorang petani yang tetap bekerja keras meskipun tetap menyadari pula, bahwa hasil usaha
kerja kerasnya tidak hanya bergantung pada kekuatan dan usahanya sendiri. Hujan harus
turun, agar ia dapat menuai hasil (bdk. Mrk. 4:26-29). Seorang anak sekolah akan sukses jika
dia bertekun dalam proses belajarnya. Demikian juga kita harus senantiasa mengharapkan
kedatangan Tuhan. Dalam hubungan dengan minggu adven (penantian), jelas dibutuhkan
ketekunan, kesetiaan dan ketaatan. Sebab kesuksesan atau hasil yang baik bergantung
pada sejauh mana ketaatan, kesetiaan dan ketekunan melakukan perintah Kristus.
Kesabaran para nabi yang bertahan dalam penderitaan karena firman Tuhan, menjadi
teladan yang baik (bnd. Yer. 20:7-18; 37:11-16; Amos 7:10-17; Ibr.11). Riwayat hidup mereka
menyatakan, bahwa bukanlah keberuntungan atau kesuksesan yang merupakan tanda
bahwa Allah beserta kita. Yang terpenting, bukanlah kemujuran atau kemalangan yang
dialami, melainkan kesetiaan pada firman Tuhan. Kesabaran, ketekunan, kesetiaan pada
firman Tuhan dapat membawa ke dalam penderitaan. Teladanilah Ayub yang tekun hingga
akhir dan beroleh kemenangan di tengah-tengah penderitaan (bdk. Ayub 13:15).
2. Anugerah keselamatan di balik kedatangan Kristus. Yesaya 35:1-10 menggambarkan bahwa
pada saat itu, orang-orang tebusan akan selamat secara sempurna dari dosa dan akibat-
akibatnya. Pembebasan Tuhan akan terjadi dan pemihakan Tuhan akan mengubah segalah
bentuk malapetaka dan penderitaan menjadi sukacita dan kegirangan. Hal tersebut
mewujud nyata dalam karya kedatangan Yesus Kristus (Mat. 11:4-6) yang pertama dan
mencapai puncak penggenapannya pada kedatangan-Nya yang kedua (Why. 19-22).
3. Mengandalkan Tuhan adalah kunci menanti kedatangan Kristus (Mzm. 146:5-10).
Menyerahkan dan mempercayakan hidup hanya kepada Tuhan. Memiliki hati yang melekat
hanya kepada Tuhan. Kebahagian hidup sejati dapat dinikmati hanya dengan menaruh
harap kepada Tuhan saja. “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh
harapannya pada TUHAN!” (Yer. 17:7). Di akhir hidupnya, Yohanes pembaptis semakin kuat,
kokoh dan berani menanggung penderitaan. Ia tidak kecewa. Sebaliknya ia bahagia
sekalipun harus menderita, bahkan mati karena tugas sebagai pendahulu dan pemberita
keselamatan dari Allah. Semua posisi nyaman dan popularitas tidak penting lagi, karena
yang terpenting adalah tanda-tanda kerajaan Allah yang diajarkan dan dilakukan Yesus.
Orang yang mengandalkan Tuhan diibaratkan seperti pohon yang ditanam ditepi air, di
mana akar-akarnya merambat ke batang air. Daun-daunnya akan tetap hijau dan senantiasa
menghasilkan buah yang lebat dengan rasa yang manis di masa kekeringan sekalipun.
4. Dalam rangka menyambut perayaan natal dan dalam kehidupan, kalimat teguhkanlah
hatimu dapat berarti tidak saling mempersalahkan, tidak bersungut-sungut dan tidak saling
merugikan satu dengan yang lain. Karena itu tetaplah fokus menyambut kedatangan Kristus
sebagai perwujudan kebahagiaan. Jangan kebahagiaan natal yang sedang ditawarkan oleh
Allah dirampas oleh sungut-sungut dan sikap saling mempersalahkan. Kita harus teguhkan
hati, agar sukacita dari Allah tidak dirampas oleh kejengkelan dan kemarahan, sehingga
pengharapan pun buyar karena perhatian kita teralihkan oleh berbagai masalah kehidupan.
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 22 Desember 2019
Adven 4

MENERIMA DIA DENGAN HATI YANG TULUS


Sallo’ Penaa Untarima Puang Yesu

Bacaan Mazmur : Mazmur 80:1-8


Bacaan 1 : Yesaya 7:10-25
Bacaan 2 : Roma 1:1-7
Bacaan 3 : Matius 1:18-25 (Bahan Utama)
Nas Persembahan : 2 Tawarikh 19:9
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 32:17

Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa menantikan kedatangan Yesus tidak bisa mengandalkan kemampuan akal saja.
2. Jemaat membuka hati yang tulus untuk dipakai Tuhan dalam segala rencana-Nya.

Pemahaman Teks:
Mazmur 80:1-8 berisi syafaat pemazmur yang memohon kebangunan rohani dan
pemulihan umat Allah ke tempat yang penuh berkat dan perkenan Allah. Pemazmur melukiskan
suatu umat yang telah runtuh dari perlindungan Tuhan sehingga terbuka untuk diserang.
Permohonan tersebut lahir dari kenyataan bahwa mereka telah makan roti cucuran air mata dan
telah menjadi bahan ejekan (ay. 6-7). Mereka mengharapkan pemulihan atas penindasan sebagai
akibat dari ketidaksetiaan. Dengan kerendahan hati, pemazmur menaikkan syafaat kepada Allah
agar menunjukkan kembali perkenanNya dan membuat wajahNya bersinar atas sisa kaum yang
berseru kepadaNya (ay. 2,4). Mazmur ini berbicara kepada semua orang percaya secara pribadi
atau kelompok, yang tidak mengalami kelimpahan hidup, kuasa dan kebenaran Allah
sebagaimana dijanjikan dalam firmanNya. Umat harus menaikkan syafaat agar Allah berkenan
membangun dan membaharui melalui kuasa dan kemurahanNya.
Yesaya 7:10-25 sekitar tahun 735/734 SM raja Israel dan raja Aram menyerang Yehuda.
Nabi Yesaya meminta raja Ahas agar percaya kepada Allah akan kelepasan. Namun raja Ahas
menolak tawaran Allah akan tanda ajaib. Dia justru meminta bantuan Asyur (lih. 2 Raj.16:5-18; 2
Taw.28:16-21). Ahas menolak nasihat nabi Yesaya untuk percaya kepada Allah akan datangnya
kelepasan, dia justru mengandalkan akalnya yang terbatas dan meminta pertolongan kepada
Asyur. Namun sekalipun demikian, Allah tetap memberi tanda pada seluruh rumah Daud akan
lahirnya Imanuel (Yes. 7:13-16). Bahwa seorang perempuan muda mengandung (ay.14), dapat
diartikan perawan atau seorang wanita muda yang belum menikah. Pengenapan akhir dari
nubuatan itu terjadi melalui kelahiran Yesus oleh perawan Maria (Mat1:23). Maria adalah
perawan dan tetap perawan hingga Yesus lahir (Mat 1:18, 25). Maria hamil secara ajaib oleh Roh
Kudus dan bukan oleh seorang laki-laki (Mat.1:16, 23; Luk.1:35). Putra sang perawan akan diberi
nama “Imanuel”, artinya “Allah menyertai kita” (Mat. 1:23). Nama tersebut memperoleh arti
yang lebih mendalam pada saat Anak Tunggal Allah sendiri datang ke dalam dunia (Yoh. 3:16).
Roma 1:1-7 menggambarkan bahwa Allah dari semula menjanjikan dan menawarkan Injil
(berita sukacita) yang telah diberitakan melalui nubuatan nabi-nabi (Yes. 7:14). Injil itulah yang
telah menguasai dan mengendalikan Paulus, bahkan telah menetapkannya sebagai Rasul (ay.1).
Injil tentang anak Allah yaitu “Imanuel”, telah menyelamatkan orang-orang percaya kepada
Allah dalam Yesus Kristus. Orang percaya telah dipisahkan dari dosa dan didekatkan kepada
Allah serta dikuduskan untuk melayani. Melalui tindakan pengudusan, Roh Kudus memperbarui
watak orang percaya dalam kekudusan yang sejati (baca Kis. 9:13; Ef. 4:23-24). Dalam rangka
memelihara dan menuntun orang percaya, maka Allah mengangkat dan menetapkan rasul-rasul,
sebagaimana yang terjadi atas rasul Paulus. Dalam hal itu, rasul Paulus sangat menegaskan iman
sebagai ketaatan (baca Rm.16:26). Bagi dia, iman yang menyelamatkan ditentukan dari semula
dalam persekutuan dengan Allah melalui Yesus Kristus dalam kasih, ibadah, rasa syukur dan
ketaatan.
Matius 1:18-25 menuturkan riwayat kelahiran Yesus yang menegaskan bahwa kelahiran
Yesus bukanlah hasil hubungan gelap Maria dengan seorang laki-laki dan bukan pula hasil
persundalan seperti tuduhan orang Yahudi yang menolakNya. Kelahiran Yesus sebelumnya telah
dinubuatkan oleh para nabi dan merupakan pernyataan kehendak Tuhan atas Maria dan Yusuf.
Matius 1:18-25 mengungkapkan 3 hal: Pertama, Pertunangan Yusuf dan Maria adalah sah. Kedua,
Ketulusan dan kerendahan hati Yusuf merupakan sebuah alasan penting mengapa Allah memilih
pertunangannya dengan Maria untuk mewujudkan rencanaNya. Ketiga, Roh Kuduslah yang
berkuasa atas diri Maria, sehingga dia mengandung dan genaplah nubuat nabi Yesaya tentang
Imanuel.
Korelasi: Kelahiran Yesus berbeda dengan kelahiran manusia pada umumnya dan tidak
mungkin dapat dinalar atau dianalisis oleh kemampuan logika manusia. Ia dikandung dari Roh
Kudus (Matius 1:18b, 20b) dan Ia sudah ada sebelum dilahirkan. Sebelum kelahiran dan
keberadaan-Nya dalam dunia, sebelumnya telah dinubuatkan oleh nabi Yesaya (Yesaya 7:14).
Sederet fakta tentang kelahiran dan keberadaan Yesus, termasuk kesaksian rasul Paulus tentang
Dia, jelas dapat menyisakan kontroversi. Hanya hati yang terbuka dan tulus seperti yang dimiliki
Yusuf yang bisa memahami dan menerima kelahiran dan kehadiran Sang Imanuel. Sebaliknya
kekerasan hati, pengandalan kemampuan dan logika seperti raja Ahas, akan menjadi penghalang
menyambut pertolongan Sang Imanuel.
Garis Besar Khotbah
1. Niat manusia tidak dapat membatalkan rencana Allah. Niat Yusuf meninggalkan Maria
adalah reaksi atas kondisi kehamilan Maria yang kontroversial dan sulit diterima oleh logika
sehat manusiawi. Niat Yusuf untuk meninggalkan Maria adalah gambaran kemanusiaan
yang cenderung “membelakangi” rencana Allah bila tidak sesuai dengan keinginan logika,
nalar, dan analisis manusia. Akan tetapi logika manusia tidak dapat membatalkan rencana
dan kehendak Allah untuk menyatakan penyelamatan manusia melalui kelahiran Yesus.
Yesus (Ibrani: Yeshua/Yosua) artinya Tuhan menyelamatkan. Yesuslah Juruselamat yang
menyelamatkan umat manusia dari dosa yang merupakan jiwa dan kehidupannya.
2. Allah berkenan melibatkan manusia dalam rencanaNya. Ia berkenan memakai manusia
dalam segala keberadaan dan keterbatasannya untuk mewujudkan rencana dan
kehendakNya. Allah dari semula menawarkan berita Injil Imanuel kepada manusia melalui
pemberitaan nabi. Kekuatan Injil itu pulalah yang menangkap, menguasai, menetapkan dan
mengendalikan Paulus sebagai rasul.
3. Menerima kehendak Allah dalam ketaatan dan ketulusan hati. Keputusan Yusuf untuk tetap
mendampingi Maria adalah sebuah keberanian yang berakar dalam kepercayaannya pada
kebenaran kehendak Allah. Keputusan tersebut merupakan tanda kepatuhan/ketaatan pada
kehendak Allah untuk menyelamatkan melalui kelahiran Yesus Kristus. Alkitab
mengungkapkan bahwa Allah senantiasa mengatakan, menubuatkan, menjanjikan dan
merencanakan apa yang akan dilakukanNya kepada umatNya. Lewat mulut nabi-nabi,
hakim-hakim, rasul-rasul dan pribadi-pribadi yang ditentukanNya, Allah telah
mengungkapkan rencana-rencanaNya. Kelahiran Yesus bukanlah peristiwa dadakan atau
seketika itu terjadi, tetapi merupakan perwujudan dari apa yang telah dirancangkan,
dijanjikan dan dinubuatkan Allah sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa. Setiap orang
percaya dipanggil untuk terlibat dalam misi penyelamatan Allah. Tetapi kekerasan hati,
pengandalan kemampuan logika seperti raja Ahas, akan menjadi penghalang menyambut
pertolongan Sang Imanuel.
4. Ada sejumlah relasi yang perlu dipulihkan! Baik relasi Maria dan Yusuf yang terancam, relasi
di antara sesama manusia, bahkan relasi antara Tuhan dan manusia. Untuk itulah Tuhan
datang. Yesaya menubuatkan bahwa kedatangan Sang pemulih dan tindakan Allah hanya
bisa diterima dengan ketulusan.
Bahan Khotbah Natal Keluarga Tanggal 24 Desember 2019

KELUARGA YANG MENIKMATI PENGHARAPAN


Tananan Dapo’ Umpopaiman Kapa’rannuanan

Bacaan Mazmur : Mazmur 96:1-13


Bacaan 1 : Yesaya 9:1-6
Bacaan 2 : Titus 2:11-15 (Bahan Utama)
Bacaan 3 : Lukas 2:1-7
Nas Persembahan : Mazmur 96:8-9
Petunjuk hidup Baru : Yesaya 1:16-18

Tujuan:
1. Keluarga memahami anugrah Allah yang menuntun pada kebahagiaan.
2. Keluarga memiliki pengharapan dan optimisme yang kokoh dalam perjuangan hidup.

Pemahaman Teks
Mazmur 96:1-13 mengajak umat untuk menaikkan syukur yang besar kepada Allah karena
kasih setia dan kekuasaaan-Nya yang tidak dimiliki oleh allah-allah lain. Cara menaikkan syukur
kepada Allah ialah menyanyikan pujian bagi-Nya, mengabarkan keselamatan dari pada-Nya,
menceritakan kemuliaan-Nya dan perbuatan-Nya yang ajaib, membawa persembahan dan masuk
dalam pelataran-Nya. Pemazmur juga menyatakan bahwa Allah adalah hakim seluruh bumi. Cara
yang dipakai Allah menghakimi dunia ialah dengan keadilan dan kesetiaan
Titus 2:11-15 menjelaskan tugas yang diberikan Rasul Paulus bagi Titus untuk
memberitakan, menasihati dan meyakinkan orang tentang keselamatan yang didapatkan karena
kasih karunia Allah. Kasih karunia yang mengajarkan kita untuk meninggalkan kefasikan dan
keinginan-keinginan dunia, hidup bijaksana dan adil. Kita menanti penggenapan pengharapan
keselamatan di dalam penyerahan diri Yesus .
Lukas 2:1-7 mengisahkan ketaatan Yusuf dan Maria terhadap perintah Kaisar Agustus
untuk kembali mendaftarkan diri di kotanya masing-masing. Maria dan Yusuf berangkat dari
Nazaret ke Betlehem. Ketika mereka tiba di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin dan
melahirkan seorang anak laki-laki yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam
palungan

Garis Besar Khotbah


Lembaga pertama yang ada di dunia ini yang dibentuk sendiri oleh Allah ialah lembaga
keluarga. Setiap keluarga tentulah memiliki harapan adanya kebahagiaan ditengah-tengah
kehidupan berkeluarga. Suami istri anak dan orang tua menginginkan suatu hubungan yang
bahagia dan harmonis. Kunci kebahagiaan keluarga tidak diperoleh dari apa yang didapat di
dunia ini, misalnya materi, pangkat dan jabatan, namun hanya diperoleh ketika kita memiliki hati
yang takut akan Tuhan. Mazmur 128:1 mengatakan, berbahagialah setiap orang yang takut akan
Tuhan, yang berjalan menurut jalan yang ditunjukkan-Nya.
Allah menyempurnakan kebahagiaan keluarga lewat kasih karunia yang dianugrahkan-
Nya bagi kita. Kasih karunia yang tidak hanya memberi kebahagiaan, tetapi juga menyelamatkan
semua manusia dan dinyatakan di dalam Yesus Kristus lewat peristiwa Natal. Tujuan kasih
karunia Allah menurut Titus 2:11-15 ialah:
Pertama: mendidik kita untuk meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi
(12a). Jika kita menyadari dengan sungguh akan kasih karunia Allah maka akan ada dorongan
yang kuat untuk meninggalkan cara hidup yang lama yang tidak seturut dengan kehendak Allah
yang dapat merusak kebahagiaan keluarga dan hubungan dengan Tuhan.
Kedua: menghadirkan kehidupan yang baru (12b). Setiap pribadi atau sebuah keluarga
yang menghayati anugrah kasih karunia Allah maka akan menjalani kehidupan dengan tiga ciri
utama yaitu: bijaksana, adil dan beribadah. Bijaksana adalah kemampuan untuk membedakan
yang benar dan yang salah dan hanya mau melakukan yang benar. Adil berarti berlaku yang
semestinya atau tidak bimbang dan berpihak pada orang tertentu. Beribadah artinya
mempersembahkan tubuh jiwa raga dan segala yang kita miliki untuk kemuliaan Allah.
Ketiga: Menantikan penggenapan pengharapan. Pengharapan yang dimaksudkan di sini
pengharapan yang akan membawa kita kepada kebahagiaan untuk menikmati kemuliaan Allah
yang telah membebaskan kita dari kejahatan dan telah menguduskan kita.
Kasih karunia Allah telah dan sementara kita nikmati lewat peristiwa Natal. Natal yang
menjaminkan keselamatan di dalam Yesus Kristus, sekaligus kasih karunia Allah yang mengajak
kita untuk setia menantikan kedatangan Yesus untuk kedua kalinya. Rasul Paulus dalam bacaan
kita mengingatkan Titus untuk memberitakan kasih karunia Allah bagi semua orang, maka
adalah baik jika setiap keluarga tetap setia dalam menghayati kasih karunia Allah dan
memberitakan serta meyakinkan orang tentang kasih karunia Allah lewat peristiwa Natal dan
menantikan penggenapan pengharapan di dalam kedatangan untuk kedua kalinya dalam
kebahagiaan dan kemuliaan-Nya.
Kebahagiaan keluarga tidak selalu didapatkan dalam pemenuhan kebutuhan materi,
tetapi juga bisa didapatkan dalam kesederhanaan, seperti yang dijalani keluarga Yusuf ketika
Maria istrinya melahirkan justru di tempat yang tidak lazim. Mereka tetap menampakkan
ketaatan pada penggenapan janji Tuhan bagi dunia ini. Ini tentu menjadi teladan bagi kita untuk
selalu menampakkan ketaatan dalam segenap hidup sebagai bagian dalam pengharapan
menanti kedatangan-Nya kembali.
Bahan Khotbah Natal (alternatif 1) Tanggal 25 Desember 2019

TERGENAPI DI BETLEHEM
Disundunni dio Bethlehem

Bacaan Mazmur : Mazmur 97:1-12


Bacaan 1 : Yesaya 62:6-12
Bacaan 2 : Titus 3:1-14
Bacaan 3 : Lukas 2:1-7 (Bahan Utama)
Nas Persembahan : 1 Tawarikh 29:17a
Petunjuk Hidup Baru : Yohanes 3:16-17

Tujuan
1. Jemaat memahami arti penggenapan para nabi tentang Kristrus
2. Jemaat tetap berjaga-jaga dalam penantian Kristus.

Pemahaman Teks
Yesaya menekankan tentang betapa pentingnya berjaga-jaga dengan penuh kewaspadaan,
sambil berdoa dengan tiada putus, agar Allah tidak melupakan janjiNya. Allah setia memenuhi
janjiNya, namun janji Allah tidak bermaksud menghilangkan tanggung jawab manusia. Menurut
Yesaya ada dua tanggung jawab yang penting untuk dilakukan oleh manusia yaitu:
1. Tetap waspada, bekerja keras dan bahkan rela berkorban
2. Tetap percaya kepada janji Allah dan bahkan berdoa dengan tiada putusnya agar janji Allah
itu segera direalisasikan.

Janji Allah yang dimaksudkan Yesaya mengandung dua hal penting yaitu:
1. Pembebasan Israel dari penjajahan dan penindasan Babel, sehingga Israel selain kembali
menjadi umat Allah, juga dapat menikmati kebebasan. Kebebasan dalam hal ini berarti bebas
dari penjajahan dan penderitaan, bebas secara ekonomi dalam arti kata bebas menikmati
hasil jerih lelah mereka, dan bebas secara rohani yakni bebas beribadah kepada Allah yang
memerintah di Sion sebagai Raja.
2. Pembebasan umat manusia yang telah dirancang oleh Allah sejak manusia jatuh ke dalam
dosa. Yesaya menubuatkan tentang datangnya keselamatan yang perlu dikumandangkan di
Sion dan di seluruh ujung bumi. Pembebasan dan keselamatan ini bukan hanya bersangkut
paut dengan kebebasan fisik moral dan spiritual, tetapi membebaskan manusia dari hal yang
paling mendasar yaitu dari kuasa dosa. Lalu Allah mengaruniakan nama baru melalui
pembebasan ini, yaitu bangsa yang kudus dan orang-orang tebusan Tuhan.

Pembebasan pertama telah lama berlangsung, yaitu ketika Israel kembali dari
pembuangan di Babel pada sekitar tahun 516 SM (dibuang tahun 586 SM dan berada dalam
kekuasaan Babel selama 70 tahun). Pembebasan Israel dari kerajaan Babel adalah bayangan dari
pembebasan kedua yang mendasar, menyeluruh dan mengenai umat manusia, bahkan untuk
segala makhluk (Markus 16:15)
Pemenuhan dan realisasi pembebasan sesuai dengan janji Allah yang dinubuatkan oleh
Nabi Yesaya, telah dipenuhi oleh Allah seperti yang diberitakan dalam Injil Lukas 2:1-7. Lukas
mencatat bahwa pembebasan yang dinubuatkan oleh Yesaya, sungguh-sungguh telah terjadi.
Sebagai bukti bahwa Allah telah memenuhi janjiNya, maka baik Yesaya maupun Injil Lukas
menulis tentang waktu, peristiwa, kejadian khusus, perjalanan Maria dan Yusuf, serta siapa
yang memerintah pada waktu itu. Fakta sejarah perlu dituliskan agar menjadi jelas kepada dunia,
bahwa Allah terus bekerja dan memproses janjiNya dalam perjalanan sejarah umat manusia.
Bahkan dengan jelas Lukas menulis, bahwa Yesus lahir di kota kecil Betlehem. Berdasarkan fakta
sejarah yang tersaji dalam Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, maka kelahiran Mesias
atau Yesus Kristus di Betlehem, adalah fakta yang tidak dapat disangsikan lagi. Dengan demikian
janji penyelamatan yang diprakarsai dan direalisasikan oleh Allah, bukanlah dongeng atau
ceritera fiksi semata, tetapi kenyataan yang sangat meyakinkan dan sungguh-sungguh dapat
dipercaya.
Di Betlehem janji Allah digenapi. Menurut Kamus Alkitab, Betlehem yang juga disebut
kota Daud terletak di bagian selatan Kota Yerusalem berjarak kurang lebih 9 km. Pada abad
kedua Masehi Kaizar Romawi Hardrianus merusak kota itu dan mengusir orang Yahudi keluar
dari sana. Akibatnya kota ini hilang selama 2 abad. Pada zama pemerintahan Konstantinus, ratu
Helena membangun Gereja kelahiran Kristus di Betlehem. Dewasa ini Betlehem ada dalam
wilayah Palestina. Walaupun daerah ini tidak dalam pengawasan langsung tentara Israel, namun
para peziarah dapat masuk kota Betlehem (secara harafiah berarti rumah roti).
Titus 3:4-7 merupakan penjelasan bahwa peristiwa yang terjadi di Betlehem adalah
bentuk dari kemurahan Allah yang menyelamatkan manusia. Semua ini dilakukan Allah karena
kasih karuniaNya di dalam Yesus Kristus. Melalui pekerjaan Roh Kudus, kita dapat sampai kepada
keyakinan bahwa keselamatan itu adalah prakarsa dari Allah Bapa dan dilaksanakan dalam diri
Yesus Kristus yang bertindak sebagai Juruselamat.
Allah menyelamatkan kita dalam Kristus bukan karena perbuatan baik kita tetapi hanya
oleh karena anugerah dan kasih karuniaNya, meskipun sesungguhnya kita tidak berlayak untuk
menerimanya (Roma 3:24; Ef.2:1). Dengan kasih karunia kita dilahirkan kembali, dengan
mengalami perobahan yang besar, baik kata-kata, perbuatan maupun perilaku kita sehari-hari.
Perubahan dan pembaharuan ini ditandai atau dimeteraikan dengan Baptisan Kudus. Roh Kudus
yang mengerjakan semuanya itu di dalam diri kita.
Dalam Perayaan Natal pagi ini 25 Desember 2019, kita mengarahkan pandangan dan hati
kita ke Betlehem. Di sana kita menyaksikan Allah yang bekerja dalam sejarah umat manusia.
Karena itu kita hendaknya yakin, bahwa Allah terus bekerja bersama kita dan memenuhi janji-
janjiNya seiring dengan perjalanan waktu (Roma 8:28: Kita tahu sekarang bahwa Allah turut
bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah). Kita hendaknya berpegang teguh
pada janji Yesus Kristus, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius
28:20b).
Dalam Lukas 2:1-7 dijelaskan bahwa kelahiran Yesus Kristus di Betlehem, menjadi bukti
kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-Nya, sebagaimana dinubuatkan dalam Yesaya 62:6-12
untuk pembebasan dan keselamatan umat manusia. Walaupun sesungguhnya manusia tidak
berhak untuk menerima keselamatan itu, tetapi oleh karena anugerah dan kasih karunia Allah
berkenan menyelamatkan kita dalam Yesus Kristus seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam
Titus 3:4-7.
Jumat 25 Desember 2019
Kada dinannung umpakaraya kadadian-Na Puang Yesu

DISUNDUNNI DIO BETLEHEM


Tergenapi Di Betlehem

Pa`basaan Pa`pudian : Pa`pudian 97:1-12


Pa`basaan 1 : Yesaya 62:6-12
Pa`basaan 2 : Titus 3:1-14
Pa`basaan 3 : Lukas 2:1-7 (Panglisuan Pa’nannungan)
Penggarontosan Umpatu Pemala’ : 1 Tawarikh 29:17a
Peturo Katuoan Ba`ru : Yohanes 3:16-17

Partunna :
1. Natandai kombongan tu battuananna kadisundunninna pangallu’ susi kasa’bianna Nabi diona Kristus.
2. Kombongan tontong marea untayan Kristus

Pa’pamaleso
Salama’ Umpakaraya kadadianNa Puang Yesu.
Napa’pakaintinan Yesaya kumua latontongki’ marea sia ma’penanda lan te katuan situang
tontong makaritutu massambayang lako Puang Matua dikua anna tontong umpapayanni tu
pangallu’Na lako kaleta. Ia tu Puang Matua tontong manappa’ lako pangallu’na apa tae’
tokumua ia tu passanan tengkona tolino ladilendokan. Situru’ tu napa’pakaintinan Yesaya kumua
den da’dua tu passanan tengkona to lino tu tae’ nama’din lanapessalai :
1. Tontong marea, parruk mengkarang sia sanning inaa
2. Tontong manappa‘ lako pangallu’Na Puang Matua sia tangtore massambayang dikua anna
tangtore duka payan tu pangallu’Na Puang Matua lako kaleta.
Da’dua tu menggaronto` nasanga Yesaya diona pangallu’na Puang Matua iamo tu:
1. Kadilendokanna To Israel diomai kakaunanan sia kamaparrisan dio Babel anna sule mendadi
taunNa Puang Matua umpomanai` tu katilendokan. Ia tu katilendokan disoronganni tangia
manna katilendokan diomai kakaunanan sia kamaparrisan sangadinna dilendokan anna
manaman undaka’ kande sia ma’tan ungkande lolorangka’na, ondonganna rapa` lan
kapatonganan umpenombai Puang tu mendadi Datunna.
2. Inang randukpa katobanganna tolino tama dosa anna parandanmi Puang Matua tu
katilendokan. Napessa’bian Yesaya lan pa’nubua‘na kumua la sae tu kasalamaran,
ladipa’perangian lako anak dara Sion sia lako lili’na lino (Yes.62:11) “Belanna Napa'perangian
Puang landa' lako randan langi', Nakua: Pokadanni anak dara Sion kumua: tiromi, iatu
kasalamarammu la rampomo; iatu poleanna diomo Kalena sia iatu pepakkan dolomo dio olo-
Na. Ia te katilendokan iate tangia lanapotilendokmanna batang kale sangadinna ia tu
ma’una’na iamo tu katilendokan diomai Dosa, anna urunganni ia tu bangsa Israel ladibenmo
gente' ”Bangsa masero pindan tu tau iato mai, sia to Nalendokan PUANG; sia la disangaiko: Kota
naporai tau sia kota tang ditampe“ (Yes.62:12).
3. Sitonganna inang masaimo disorong tu katilendokan lako Bangsa Israel susi tonna dilendokan
diomai tondok Mesir tahun 516 SM (70 taunna dio tondok Mesir) na 70 duka taunna dio Babel.
Ia tu katilendokan diomai Babel dinai umpamanassai kumua la den tukatilendokan sama lele
lako mintu‘ issinna lino, ma’ondonganna lako torro tolino (Mrk. 16:15)

Kadisundunninna pangallu’Na Puang Matua susi tu napessa’bian Yesaya, disundunnimo


susi dipokada lan Lukas 2:1-7, kumua ia tu katilendokan napessa’bian Yesaya inang manassamo.
Marorrongan nasalurundun Lukas tu attunna, umba susi dadi, sia yatemai tanda kallean-kallean
tu payan tonna ditibussanan tu Puang Yesu, umba nakua tu a’gan kalingkanna Yusu‘ sola Maria,
minda ma’parenta tonna attu iato, minda tu male ussa’bi, umbani tu tondok nanai dadi.
Matumbai anna rundunan simisa‘i Lukas nasura’ tu mintu’ a’gan dadi lan mintu’ attu
situran diona kadadianNa Puang Yesu?, dikua anna tontong manassa kumua tontong tu Puang
Matua mengkarang lan mintu’ attu situran lako torro tolino. Iamo bannangnato anna ia te
ulelean napokada Lukas tae‘ anna ladisanga ulelean punala (tuna‘ tangmanassa), tae’ duka anna
lamendadi misa’ ulelean laummangaiki‘ kumua manassaraka dadi, sangadinna misa’ apa
manappa‘ tu sipatu dipatongan.
Disundunnimo tu pangallu’ Puang Matua dio Betlehem, iamo tu misa‘ tondok digente‘
tondokna Daud. Den lan attu sangturan (abad kedua Masehi) anna sanggangi Kaizar Romawi
Hardrianus te tondok anna ia tu mintu’ to Yahudi tu torro lan tondok di rambai male. 200 taunna
pa’de te tondok, apa ia tonna ma’parenta tu Konstantinus Agung, nabangunmi misa‘ baine
disanga Ratu Helena tu Gereja dio Betlehem sia dio duka ba’tu pira-pira inan (ia te Helena indo’na
Konstantinus Agung) . Landa’ lako attu totemo, ia te tondokBethlehem nanai tau tontong
rampo ussa’bi tu inan nanai dadi Puang Yesus sia situang massambayang moi raka anna lan ia lili’
kaparentan Palestina.
Titus 3:4-7 umpamalesoi tu kara-kara dadi dio Betlehem kumua iamo tanda manassana
kamakarimnanan ludiomai Puang Matua umpasalama‘ to lino lan Yesus Karistus. Unnolai
pengkaranganna Penaa Masallo’ anna den manappa‘ kumua ia tu kasalamaran iamo tanda
manana’Na Puang Matua lan Yesus Karistus lako lino iate ondonganna lako kita torro to lino
dikua anna pasalama’ki’ diomai kuasa Dosa. Napasalama’ki’ Puang Matua lan Yesu Karistus
tangia belanna penggauran melo dipogau` sangadinna, belanna kamasokananna Puang Matua,
moi raka anna sitonganna tangsipato’moki‘ la dikasokanni (Rm. 3:24; Ef.2:1). Belanna
pa’kamaseanNa Puang Matua anta didadian pole`, membalik lako katuoan ba’ru. Iamo
ladipamanassa lan katuoanta unnolai buangan kada, pessiparanta keallo-keallo sia lan mintu`
tengka o’ko’ta.
Lan te umpakaraya KadadianNa Puang Yesu 25 Desember 2019, lamentingolulakoki‘
Bethlehem tokumua dio dinai umpamanassai Puang Matua tu penggauran kalle-kallean-Na tu
inang naparandanmo lako to lino tempon dio mai landa’ lako mintu‘ attu situran. Iamoto
sipatuki` la manappa‘ kumua ia tu Puang Matua tontong mengkarang ussisolanki‘ sia tontong
napalanda‘ tu pangallu’na situru’ kalingkan katuanta lan tiparanta’na attu. Roma 8:28 Apa
taissan kumua mintu'na apa situru' umpasaeanni kameloan tu to ungkamali' Puang Matua, iamo tu
to ditambai situru' tanan penaanNa Puang Matua. Tontong lamendadi pentoean manda’ta lan
kapatonganan tu pangallu’na Yesus Karistus kumua: Aku te la tontongNa' ussisolangkomi sae
lako katappuranna lino. (Mat.28:20b).
Lan Lukas 2:1-7 dipamaleso kumua kadadianNa Puang Yesu dio Bethlehem tanda
manassana kumua nasundunni Puang Matua tu pangallu’na susi dipessa’bian lan Yesaya 62:6-12
kumua IA ullendokan sia umpasalama‘ taun-Na moiraka anna sitonganna tangsipato’ki’ belanna
to naluangsambanki’ dosa, apa Puang umpapato’ki' ullendui' kamasokananna (Titus 3:4-7).
Salama‘ Umpakaraya kadadianNa Puang Yesu, dennaupa` anna passakena mora Puang, ra’pak-
ra’pakna to tumampa rara’ta tontong untaranakki` lan te kulla` tarande lulangan.
Bahan Khotbah Natal (alternatif 2) Tanggal 25 Desember 2019

BERJUMPA DENGAN JURUSELAMAT


Sitammu Juru Salama’

Bacaan Mazmur : Mazmur 98:1-9


Bacaan 1 : Yesaya 52:3-10
Bacaan 2 : Ibrani 1:1-4
Bacaan 3 : Lukas 2:8-20 (Bahan Utama)
Nas Persembahan : Mazmur 54:8
Petunjuk Hidup Baru : Kisah Para Rasul 13:38-39

Tujuan
1. Jemaat memahami arti penggenapan para nabi tentang Kristrus
2. Jemaat tetap berjaga-jaga dalam penantian Kristus.

Pemahaman Teks
Memahami Yesaya 52:3-10 dapat dimulai dari Yesaya pasal 40-48 dimana Yesaya
memberitakan tentang keselamatan umat Allah yang berada dalam pembuangan. Yesaya 52
adalah bahagian yang memberitakan bahwa hamba Tuhan adalah terang bagi bangsa-bangsa.
Pasal 52:7-10 Yesaya mengumandangkan berita tentang pembebasan bagi umat Israel yang
mengalami masa-masa gelap karena penderitaan, baik secara fisik maupun secara rohani di
Babel, tempat ke mana Allah membuang mereka. Masa gelap tidak hanya dialami oleh umat
yang terbuang ke Babel, tetapi juga mereka yang masih dibiarkan tinggal di Israel. Allah telah
melihat segala penderitaan yang dialami oleh umat bahkan telah mendengarkan seruan mereka
meminta kelepasan dari Allah. Lebih dari itu dalam bahagian ini Yesaya memaklumkan
keselamatan bagi bangsa-bangsa.
Yesaya 52:7 menggambarkan kerinduan yang dalam, yakni yang telah memampukan
mereka melihat dari jendela penderitaan tentang indahnya jejak dan langkah sang pembawa
berita, meskipun masih berada di kejauhan. Di sini pengharapanlah yang mendekatkan
kedatangan pembawa berita, yang mengumandangkan berita damai dan berkata kepada Sion,
Allahmu itu Raja. Waktu pemenuhan janji Allah mungkin masih memerlukan waktu dan
kesabaran. Tetapi dalam pengharapan, umat tidak perlu meragukan kepastian janji Allah.
Beberapa hal yang perlu dicatat dari ayat ini:
1. Bahwa pembawa berita adalah orang yang sungguh menghargai dan menjunjung tinggi
berita yang ia bawa. Demikian juga kredibilitasnya tidak perlu dipertanyakan.
2. Bahwa penghargaan itu ditunjukkan melalui langkah yang pasti, semangat, bersih, rapih dan
berwibawa.
3. Pembawa berita berani tampil beda, karena ia dengan terang-terangan mengumandangkan
tentang berita damai dan berkata kepada Sion, Allahmu itu Raja. Hal ini jadi penting, karena
pemberitaan yang demikian tentu dapat saja membuat raja Babel menjadi gusar.
Ayat 8-10, mereka yang datang bersama sang pembawa berita bersorak-sorai sebagai
tanda kegembiraan. Sebab mata kepala mereka sendiri melihat Allah kembali ke Sion. Ayat ini
memperlihatkan bahwa peristiwa itu sudah terjadi, meski sesungguhnya belum terjadi. Inilah
yang disebut pandangan profetis, yakni sesuatu yang belum terjadi tetapi seolah-olah sudah
terjadi. Keyakinan tentang kepastian janji Allah yang membuat Yesaya dan umat Allah sudah
menikmati dalam kegembiraan kelepasan yang akan segera terjadi. Mereka pun mengajak orang
yang masih berdiam di Yerusalem untuk bergembira, karena Tuhan sudah memperlihatkan
kekuasaanNya kepada bangsa-bangsa, bahkan bumi akan melihat keselamatan yang dari Allah.
Yesaya 52:7-10 tidak hanya semata-mata menunjuk kepada pembebasan umat Allah dari
Babel, tetapi yang lebih besar dari itu ialah menunjuk kepada karya pembebasan oleh Sang Raja
Damai, Yesus Kristus yang lahir di Betlehem. Sebab itu pokok penting yang patut kita
renungkan, adalah apakah kita sudah berjumpa dengan Sang Juruselamat yang sudah lahir itu.
Ibrani 4:1-4 menjelaskan tentang cara Allah menjumpai dan berbicara dengan manusia
(lihat Bilangan 12:6-8). Dua hal penting dikemukakan dalam bahagian ini yaitu:
1. Cara Allah menjumpai dan berbicara dengan manusia dalam perjanjian lama. Allah
berulangkali dan memakai berbagai cara yaitu antara lain:
a. Melalui orang-orang kudus, Abraham, Ishak, Yakub, Daniel, Musa, Ayub dan sebagainya.
Allah menjumpai dan berbicara kepada mereka melalui dialog langsung, mimpi, tulisan dan
sebagainya.
b. Melalui para nabi yang dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan kehendak Tuhan.
c. Para imam untuk mempersembahkan korban, memberkati dan menyatakan dosa dan
hukuman Allah kepada umat yang tidak setia. Imam melakukannya secara berulang kali.
d. Catatan penting dari cara Allah menjumpai dan memakai manusia ialah bahwa tidak
seorangpun dari mereka melakukannya untuk kepentingan diri sendiri.
2. Cara Allah menjumpai manusia dalam zaman akhir atau zaman Perjanjan Baru. Zaman akhir
sesungguhnya mulai masuk ke dalam dunia sejak kelahiran Sang Juruselamat di Betlehem.
Melalui Anak yang lahir di Betlehem Allah menjumpai dan berbicara kepada manusia.
Tentang kelahiran ini Yesaya memperlihatkan, bahwa betapa Indahnya kedatangan pembawa
berita. Yesus, pembawa berita paling ulung itu, datang menjumpai umat manusia. Yesus
adalah pernyataan kekuatan dan kekuasaan Allah, seperti yang diberitakan oleh Yesaya,
bahwa Ia menunjukkan tangan kananNya yang kuat. Penulis Ibrani lebih lanjut
menyampaikan bahwa setelah Yesus menjumpai manusia, Ia meneruskan tanggungjawab
penyelamatan yang Allah percayakan kepadaNya dalam ketaatan yang penuh. Ia
merendahkan diri, menderita dan bahkan mengorbankan dirinya sendiri untuk menebus dosa
dan menyelamatkan umat manusia. Allah Bapa berkenan atas pekerjaan Yesus lalu Allah
membangkitkanNya dari antara orang mati. Alkitab bahkan menyaksikan bahwa:
a. Ia menjadi pewaris dari segala yang ada. Walaupun Yesus sehakekat dengan sang Bapa
(bersama-sama dengan Bapa anak Roh Kudus menciptakan segala sesuatu), namun
sebagai Pengantara maka Allah menetapkanNya sebagai pewaris.
b. Yesus menopang segala yang ada dengan firman-Nya. Yesus menjaga, menegakkan dan
memelihara dunia dari kerusakan karena dosa. Dengan demikian manusia dan alam
semesta adalah sasaran penyelamatan Allah di dalam Kristus.

Yesus Kristus adalah cahaya kemuliaan Allah. Yesus yang melaksanakan kehendak
BapaNya telah sungguh-sungguh mencerminkan kemuliaan Bapa. Dia adalah pancaran kasih dan
cahaya mata hari BapaNya. Sesungguhnya Yesus sendiri adalah terang, karena dia sehakekat
dengan Bapa. Tetapi yang hendak ditonjolkan disini, ialah peran Yesus sebagai utusan Sang Bapa
untuk menjadi Pengantara antara Allah dengan manuasia. Tergambar dengan jelas bagi kita
bahwa Yesus adalah Manusia Sejati, tetapi juga Dia adalah Allah yang sejati.
Kristus adalah gambar dari Sang Bapa. Dalam menyaksikan dan menikmati kuasa, hikmat
dan kebaikan Tuhan Yesus, maka sekaligus juga kita menyaksikan dan menikmati kuasa, hikmat
dan kebaikan Bapa. Kata Yesus, Barangsiapa melihat Anak, ia telah melihat Bapa. Kemuliaan kasih
karunia Kristus adalah penyucian manusia dari segala dosanya. Melalui ketaatan, kesetiaan,
kerendahan dan pengorbananNya, Ia mendapat kedudukan yang Maha Tinggi, duduk di sebelah
kanan Allah Bapa, disertai kekuasaan, kehormatan dan tanggungjawab.
Lukas 2:8-20 menjelaskan bahwa Allah yang lahir di Betlehem, diberitakan oleh malaikat
hanyalah kepada para gembala di padang Efrata. Dia yang kedatanganNya diberitakan dengan
semarak oleh Yesaya, dan diagungkan dalam Ibrani 4:1-4, ternyata lahir di kandang domba di
Betlehem. Para gembala yang melihat cahaya dan mendengar berita tentang kelahiran
Juruselamat, tanpa berfikir panjang langsung berdiri dan berangkat menuju ke tempat sesuai
dengan apa yang diberitakan oleh malaikat kepada mereka. Mereka pun tidak lupa untuk
menaruh dalam hati dan pikiran mereka tentang semua hal yang diberitakan malaikat kepada
mereka.
Jerih lelah mereka tidak sia-sia. Mereka dapat menjumpai Maria, Yusuf dan Anak itu,
walaupun hanya terbaring di dalam palungan dan ditutupi dengan kain lampin. Semua itu tidak
mengurangi semangat mereka menceritakan semua yang dikatakan oleh malaikat tentang anak
itu. Maria menyimpan segala perkara itu dan merenungkannya, karena yang para gembala
sampaikan sungguh sesuai dengan apa yang mereka lihat dan dengarkan.
Sudahkah kita berjumpa dengan Juruselamat? Di malam Natal ini Ia datang menjumpai
kita! Apakah saudara sudah berjumpa dengan Juruselamat? Tentu saja menurut kita sudah
berkali-kali, terutama di bulan Desember ini. Tetapi adakah anda berbahagaia dan bersorak sorai
karena merasa telah dibebaskan dari beban-beban kehidupan masa lalu? Pertanyaan
selanjutnya, apakah yang Yesus pesankan kepada anda? Adakah yang anda harus ubah,
perbaiki, pertahankan, teruskan, lupakan lalu dikubur dalam-dalam? Bersediakah kita
merenungkannya, menyimpannya dalam hati kita dan selanjunya memberitakannya kepada
dunia?
Yang kita khawatirkan ialah apabila perayaan Natal, pertemuan dengan Juruselamat
malam ini hanyalah terfokus dengan dekorasi yang indah, lampu hias, petasan yang bersahut-
sahutan, pesta yang meriah, baju baru, penampilan baru, liturgi yang tersusun rapi, sedangkan
kehadiran Kristus terabaikan dalam kemeriahan. Mungkin ada yang juga merasa bertemu
dengan Kristus, namun sesudah itu melupakanNya. Padahal perjumpaan malam Natal ini adalah
penyegaran iman dan ungkapan syukur kepada Kristus yang telah dan akan terus menjumpai
kita dalam seluruh perjalanan kehidupan kita.
Kepada kita semua yang berjumpa dengan Yesus, tetap dan terus menerus memegang
teguh dan melaksanakan amanat agung dari Yesus Kristus untuk memberitakan Injl Damai
Sejahtera. Adakah kita berbahagia dan menghormati amanat ini? Bagaiman pula dengan
kesiapan kita, langkah dan sik ap kita, wibawa kita, penampilan kita, dan cara kita berbicara.
Apakah kehadiran kita, kelihatan indah dihadapan umat Allah dan dunia? Menjadi pembawa
berita janganlah dengan persiapan seadanya dan penampilan seadanya. Camkanlah baik-baik,
anda mempunyai tugas mulia, yaitu membuat orang berjumpa dengan Juruselamat.
Bahan Khotbah Minggu Tanggal 29 Desember 2019

MENDENGAR SUARA TUHAN


Umperangi Gamaranna Puang

Bacaan Mazmur : Mazmur 148:1-14


Bacaan 1 : Yesaya 63:7-10
Bacaan 2 : Ibrani 2:10-18
Bacaan 3 : Matius 2:13-23 (Bahan Utama)
Nas Persembahan : 2 Korintus 9:7
Petunjuk Hidup Baru : Keluaran 15:26

Tujuan:
1. Jemaat memahami bahwa Allah berkarya dalam sejarah manusia dan Ia dapat menggunakan berbagai sarana dalam
menyampaikan kehendakNya
2. Jemaat melatih diri dan berusaha melihat pekerjaan Allah dalam setiap peristiwa hidupnya

Pemahaman Teks
Mazmur 148 menguraikan bahwa semua ciptaan layak dan patut memuji-muji Tuhan,
sebab Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya. Pemazmur tidak
membiarkan satu orang atau satu ciptaan pun melewatkan memuji Tuhan. Ayat 1-6; segala yang
di langit: awan-awan (air yang di atas langit), termasuk malaikat dan bala tentara sorga.
Tuhanlah yang menciptakan, menetapkan dan mengendalikannya; semua harus memujiNya.
Ayat 7-10; segala yang dibumi, baik yang di dalam laut, di gunung-gunung, embusan angin, kabut,
pohon-pohon, semua harus memuji dan memuliakan Tuhan penciptanya. Ayat 11-14, umat
manusia dari raja, penguasa, pemerintah dan orang banyak yang dicipta dalam gambar Tuhan,
mempunyai lebih banyak alasan untuk memuji Tuhan dibandingkan dengan ciptaan lainnya.
Yesaya 63:7-9 merupakan pujian nabi Yesaya atas belas kasihan dan kasih setia Tuhan
bagi umat Israel. Perikop ini menekankan tentang kemurahan, kebaikan, rahmat dan kasih Tuhan
yang terus memelihara dan menjanjikan kemuliaan kepada umatNya. Sebagaimana yang telah
dilakukan sejak zaman dahulu kala, Tuhan pun terus melakukan sampai pada akhir zaman.
Ibrani 2:10-18 menguraikan tentang peran Kristus Sang penyelamat yang telah
mengalahkan iblis dan maut. Ia menguduskan orang-orang yang telah diselamatkan dari
kesalahan dan kuasa dosa, serta memisahkannya sebagai umat Allah (ay. 11). Oleh karena yang
diselamatkan oleh Kristus adalah darah dan daging (manusia), maka Yesus harus menjadi darah
dan daging. Sebab dengan menjadi manusia sejati, Ia dapat memenuhi syarat untuk
menyelamatkan manusia dari kuasa dosa (ay. 14). Kristus manunggal dengan manusia agar dapat
menjadi Imam Besar yang mewakili orang percaya di hadapan Allah (ay. 17). Selaku Imam besar,
Kristus memberikan kekuatan dan kasih karunia untuk mengalahkan dosa serta memberikan
pertolongan manakala diperlukan orang percaya (ayat 18). Tanggungjawab orang percaya
adalah mendekat kepadaNya dan mempercayakan hidupnya hanya kepadaNya.
Matius 2:13-23 menguraikan tentang usaha Herodes untuk membunuh bayi Yesus dan
cara Allah menyelamatkan bayi Yesus. Ketulusan dan keterbukaan hati Yusuf kembali menjadi
“lahan yang subur” bagi terlaksananya rencana penyelamatan Allah melalui bayi Yesus dan
sekaligus menggagalkan kuasa dunia melalui raja Herodes. Herodes berupaya untuk melawan
kasih Allah dengan membunuh semua anak laki-laki di Betlehem. Tapi rencana Allah tidak dapat
dibatalkan/digagalkan oleh kuasa apa pun di dunia. Yusuf yang mendengarkan dan taat kepada
peringatan Tuhan menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk membawa bayi Yesus ke Mesir.
Dengan demikian, maka genaplah rencana Allah yang sebelumnya diberitakan oleh nabi, “Dari
Mesir Kupanggil AnakKu” (ay. 15, bdk. Hosea 11:1b).

Korelasi
Kemurahan, kebaikan, rahmat dan kasih Allah dalam perjanjian dan penyelamatan-Nya
telah dinikmati oleh umat sejak turun-temurun (Yesya 63:7-9) dan seluruh ciptaan. Sebab itu,
seluruh ciptaan harus memuji dan memuliakan Tuhan (Mazmur 148). Keterbukaan, ketulusan
dan ketaatan hati seperti Yusuf yang dapat memampukan menangkap dan memahami pesan,
perintah, dan kehendak Allah dalam rencana penyelamatanNya (Mat. 2:14,21). Kehidupan
beriman seperti itulah yang dikehendaki oleh Tuhan, sehingga semua rintangan, tantangan, dan
godaan dapat dihadapi dan dijalani bersama dengan Sang Juruselamat yang menjadi Imam Besar
kita di hadapan Allah (Ibrani 2:10-18).

Garis Besar Khotbah


1. Kelahiran Yesus adalah anugerah terbesar Allah bagi dunia. Kelahiran Yesus Kristus
merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah dunia, sesuatu yang historis dan monumental,
yang luar biasa dan agung. Dia adalah kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia.
Setiap umat yang telah menerima kasih karunia itu, seharusnya menjalani hidup anugerah
Tuhan dengan mendengarkan, menaati, dan setia melakukan Firman Tuhan setiap hari,
memuji dan memuliakan Tuhan (Maz.148:11-14).
2. Cara Tuhan untuk menuntun dan melindungi umatNya. Usaha Herodes untuk melenyapkan
bayi Yesus dan cara Tuhan melindungiNya mengungkapkan beberapa kebenaran tentang
cara Tuhan memeliharakan umatNya, yaitu:
a. Allah tidak melindungi Yusuf, Maria dan bayinya tanpa kesiapan dari mereka, yaitu
mendengar suara Tuhan dan taat kepada kehendak-Nya (Mat.2:13,19-20,22). Perlindungan
dan pemeliharaan Tuhan mensyaratkan ketaatan pada bimbingan Allah.
b. Allah mengizinkan hal-hal yang sulit dipahami menimpa kehidupan umat agar
kehendakNya dilaksanakan;
c. Perlindungan dan pemeliharaan Allah senantiasa diperluhkan karena musuh tidak akan
pernah berhenti menyarang orang percaya yang setia.
3. Berserah diri pada Sang Imam Besar. Ada banyak keadaan yang menempatkan orang Kristen
digembleng dan tempa untuk menjadi alat kesaksian Tuhan. Tanggung jawab setiap orang
Kristen adalah mendekatkan diri pada Sang Imam Besar, yaitu Kristus Yesus, sebab Dia akan
memberikan pertolongan saat diperlukan (Ibr. 2:17-18). Pada saat tergoda untuk tidak setia
kepada Allah dan menyerah kepada dosa, maka harus berdoa kepada Kristus sebagai Imam
Besar kita di hadapan Allah. Tekanan dan ancaman hidup memang tidak diinginkan, tetapi jika
Tuhan memakainya sebagai sarana untuk menyatakan kehendakNya maka harus diterima secara
positif sebagai bagian dari proses dari Tuhan dalam mendatangkan/menghadirkan damai
sejahteraNya.
4. Mendengar suara Tuhan. Yusuf mendengar dan bertindak menerima Maria. Hal ini hendak
menegaskan bahwa banyak orang yang tekun mendengar tapi tidak mau bertindak. Dalam hal
ini Yusuf dapat dibandingkan dengan Herodes yang tidak mau mendengar. Jika Yusuf mau
mendengar suara Tuhan lalu menyelamatkan bayi Yesus, maka Herodes justru menolak untuk
mendengarkan perkataan Tuhan yang adalah Pencipta.
Bahan Khotbah Akhir Tahun Tanggal 31 Desember 2019

JANGAN LAGI BERBALIK


Da’mo ammi balik sule
Galatia 4:1-11

Tujuan
1. Jemaat memahami hidup sebagai ahli waris kerajaan Allah.
2. Jemaat tidak lagi berbalik kepada cara hidup yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Pemahaman Teks
Secara sederhana akil balik menunjuk kepada sebuah kehidupan yang semakin mengerti
tentang baik buruknya perjalanan kehidupan, setidaknya tingkat kedewasaan secara rohani
sangatlah penting dan tidak hanya dewasa secara fisik (ay.1). Dalam ayat 3 Paulus menekankan,
bahwa Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia dan
sedikit pun kita tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala
sesuatu.
Orang yang percaya kepada Kristus akan menjadi ahli waris kerajaan Allah. Namun
menjadi ahli waris kerajaan Allah membutuhkan proses pendewasaan dalam kehidupan
keseharian. Karena itu Paulus menjelaskan bahwa proses akil balig merupakan sebuah
pembentukan karakter untuk berupaya membentuk kehidupan menjadi lebih dewasa dalam
Kristus. Tanpa proses pendewasaan rohani, kita akan mudah dikuasai oleh kuasa-kuasa lain,
bahkan mudah ditaklukkan oleh roh-roh dunia. Pendewasaan kehidupan secara rohani dapat
terjadi dalam Yesus Kristus, bukan dalam hukum Taurat (ay. 11). Taurat tidak menjamin
seseorang menjadi ahli waris yang sesungguhnya, karena hanya dalam Yesus jaminan itu di
terima. Menjadi ahli waris Kerajaan Allah berarti seseorang tidak lagi mempercayakan hidupnya
kepada roh-roh dunia, tetapi mempercayakan hidup sepenuhnya kepada Kristus.
Setiap pribadi yang merindukan hidupnya terhitung sebagai ahli waris kerajaan Allah,
perlu menempa dirinya dalam proses pendewasaan iman kepada Kristus. Karena itu kepada
jemaat di Galatia, Paulus menekankan bahwa bagi mereka yang belum akil-balik dalam
kehidupan beriman, mereka sesungguhnya masih menghambakan diri pada hukum Taurat.
Orang tersebut mengalami kemunduran dalam hidup beriman, karena masih cenderung
berbalik kepada kepercayaan lama.

Pokok-Pokok yang dapat dikembangkan


 Dalam Kristus orang percaya telah dibebaskan dari segala belenggu dosa sehingga orang
percaya dijadikan anak-anak-Nya dan ahli waris-Nya. Sebelum kita diselamatkan, kita adalah
seorang hamba dosa, namun di dalam Kristus, kasih karunia Allah dicurahkan atas kita
sehingga kita terhitung sebagai keluarga Allah. Hal itu terjadi bukan karena upaya dan
pekerjaan kita, tetapi karena Allah sendirilah yang mengerjakan bagi kita. Dalam hal ini Kristus
menanggalkan status kita sebagai hamba dan mengangkat kita sebagai anak dan ahli waris
Kerajaan Allah.
 Pada ayat 7 Paulus menekankan bahwa: Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak. Pada
ayat ini hendak memberi gambaran bahwa keberadaan kita yang sebelumnya sebagai hamba
yang diperbudak oleh dosa yang tidak ada nilainya, tetapi kini dalam Kristus Allah mengasihi
dan telah menyelamatkan kita.
 Dalam ibadah akhir tahun saat ini Paulus mengingatkan kita, bahwa orang yang sudah
mengenal Allah akan berupaya meninggalkan kebiasaan-kebisaan lama yang tidak memberi
pertumbuhan rohani dalam hidupnya dengan cara meninggalkan dosa-dosanya. Dengan
demikain ia tidak akan membiarkan dirinya diperhamba oleh dosa tetapi berupaya hidup
dalam kekudusan.
 Dengan demikian, jangan lagi berbalik kepada cara hidup yang lama karena cara hidup yang
lama tidak akan memberi dampak yang baik dalam kehidupan rohani. Cara hidup yang lama
berhubungan dengan cara hidup yang tidak berkenan dihadapan Tuhan tetapi berupayalah
hidup baru yang seluruh arah kehidupan kita diletakkan dalam terang Kristus.
 Sepanjang tahun pesan-pesan firman Tuhan telah menjadi bagian dalam perjalanan hidup
kita. Tentu saja pesan-pesan firman Tuhan itu dimaksudkan agar pertumbuhan rohani kita
semakin hari semakin dewasa dalam pertumbuhan sehingga menguatkan kita untuk tidak
berbalik kepada kehidupan pementingan diri sendiri dan yang tidak berbalik melawan Allah
melalui cara hidup lama.
Bahan Khotbah Tahun Baru Tanggal 1 Januari 2020

HANYA TUHAN SUMBER BERKAT DAN KEMULIAAN


Puang matua iamo oto’na karongkosan sia kamala’biran

Bacaan Mazmur : Mazmur 8:2-10


Bacaan 1 : Bilangan 6:22-27 (Bahan Utama)
Bacaan 2 : Filipi 2:1-11
Bacaan 3 : Lukas 2:15-20
Nas Persembahan : Mazmur 7:18
Petunjuk Hidup Baru : Filipi 2:1-3

Tujuan
1. Jemaat mengimani bahwa hanya pada Tuhan sajalah sumber segala berkat
2. Semaat senantiasa memuliakan Tuhan dan bergantung pada Tuhan

Pemahaman Teks:
Mazmur 8:2-10 merupakan bagian yang mengungkapkan manusia sebagai makhluk
mulia. Disebut mulia karena Allah yang mulia memberi tanggung jawab kepada manusia untuk
berkuasa atas ciptaan lainnya. Jadi kemuliaan manusia sebenarnya merupakan sebuah
kemuliaan yang dikaruniakan oleh Allah sebagai satu-satunya Yang mulia di seluruh bumi.
Bilangan 6:22-27 menceritakan keadaan umat Israel ketika sementara mengembara di
padang padang gurun. Pada umumnya bangsa pengembara, termasuk bangsa Israel, memiliki
keyakinan bahwa padang gurun adalah tempat berdiamnya kuasa-kuasa kegelapan. Menurut
paham itu, di padang gurun berdiam setan-setan yang suka mencelakakan. Selain itu secara
nyata dapat dimengerti bahwa tempat itu sulit mendapatkan air dan makanan. Keyakinan dan
kenyataan ini membuat mereka kuatir, takut dan cemas. Mereka memang telah melewati laut
Kolsum yang menakutkan. Sekarang mereka berhadapan lagi dengan suasana baru yang
menimbulkan rasa ketidakpastian. Mereka kuatir tentang apa yang akan mereka makan dan
minum, mengingat jumlah mereka yang amat banyak, serta meliputi segala umur. Belum lagi
ditambah ternak mereka. Keadaan seperti ini membuat ingatan kepada keadaan Mesir muncul
kembali dan sewaktu-waktu melahirkan sungut-sungut kepada Musa. Bagi mereka yang baru
saja keluar dari Mesir, kehidupan di padang gurun adalah kehidupan yang suram, penuh
tantangan yang berat, penuh kepahitan dan penuh ketegangan. Dapat dibayangkan bahwa
mereka diliputi kekuatiran, ketakutan, kecemasan sewaktu harus melintasi padang gurun
menuju tanah Kanaan.
Bangsa Israel berada dalam kebimbangan antara kembali ke Mesir, ataukah terus maju
menuju negeri Perjanjian. Mereka berada pada titik keraguan yang dalam untuk maju melintasi
hamparan pada gurun yang menakutkan. Ingatan terhadap ketersediaan makanan di Mesir
agaknya lebih kuat ketimbang janji tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu.
Bilangan 6:22-27 berisi tanggapan atau jawaban Allah terhadap keraguan umat Israel
untuk maju dalam rencana Allah. Rumusan dalam ayat 24-26 dapat dipahami dalam tiga bagian:
 Ayat 24 Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Pernyataan ini berarti berkat
(perkenanan) Allah akan nyata dalam wujud perlindungan terhadap umat-Nya. Allah akan
hadir melindungi sekalipun di padang gurun yang menakutkan.
 Ayat 25 Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
Pokok penting dalam bagian ini ialah pemberian kasih karunia. Kasih karunia adalah istilah
yang dipakai untuk menjelaskan pemberian yang tiada tara, yaitu keselamatan. Jadi
pernyataan di sini dapat dimengerti sebagai pemberian yang tidak hanya terkait dengan
keadaan di padang gurun tetapi bersifat kekekalan.
 Ayat 26 TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai
sejahtera. Pernyataan dalam bagian ini perlu dipahami bahwa hal yang paling ditakuti oleh
orang Israel ialah ketika Allah memalingkan atau menyembunyikan wajah-Nya (Mazmur 13).
Jadi pernyataan ini hendak menegaskan perhatian Allah kepada mereka secara terus
menerus.

Selanjutnya dapat dilihat bahwa dalam pernyataan yang sering dijadikan formulasi berkat ini, ada
beberapa hal yang sangat jelas dan tegas.
 Sumber berkat adalah Tuhan, bukan imam. Karena itu seorang imam mesti selalu terhubung
dengan sumber berkat yang disampaikan kepada umat. Imam hanyalah alat di tangan Tuhan
untuk menyatakan berkat Tuhan.
 Tindakan yang berkaitan dengan berkat itu, semuanya dari Tuhan (Memberkati, melindungi,
menyinari, memberi, menghadapkan). Hal ini menunjukkan bahwa semua itu (berkat)
adalah pemberian atau anugerah dari Tuhan, bukan hasil pencarian atau hasil usaha.
Kemampuan berusaha adalah juga berkat pemberian dari Tuhan. Hal ini berbeda dengan
kecenderungan agama-agama suku untuk mencari atau meminta berkat dengan berbagai
cara, misalnya meminta berkat kepada arwah orang yang sudah meninggal. Itu berarti
pernyataan berkat dari Tuhan ini menuntut tanggung jawab dari umat untuk:
a. Menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya sumber berkat dan satu-satunya yang
layak disembah.
b. Mengajak manusia untuk bergantung secara total pada Tuhan. Kemuliaan seseorang
terletak pada penyertaan Tuhan dan kesediaan untuk bergantung secara total pada
penyertaan Tuhan.

Filipi 2:1-11 menceritakan nasihat Paulus agar jemaat dalam hidupnya berpikiran dan
berperasaan seperti Kristus. Yang dimaksudkan Paulus di sini ialah kesediaan untuk menaati
perintah Bapa-Nya. Ketaatan-Nya sangat dalam sampai Ia rela mati disalib sesuai rencana Bapa
bagi-Nya. Pada bagian berikutnya nampak dengan jelas bahwa dengan kesediaan-Nya untuk taat
membuahkan kemuliaan bagi-Nya. Allah mengaruniakan nama di atas segala nama dan segala
yang ada akan mengakui-Nya sebagai Tuhan.
Lukas 2:15-20 berbicara mengenai respons para gembala terhadap berita keselamatan
(kesukaan besar) yang disampaikan oleh malaikat. Mereka bergegas dan bergerak sesuai
pernyataan malaikat. Pernyataan malaikat telah menggerakkan mereka dan merekapun
menjumpai realitas yang sesuai dengan pernyataan malaikat. Akhirnya mereka kembali memuji
Tuhan.

Korelasi:
Pada Tuhan ada kemuliaan, kehormatan, berkat dan anugerah yang dapat diberikan
kepada semua orang yang memuliakannya dalam kerendahan hati ketika menjalani hari-hari
hidupnya.

Garis Besar Khotbah


 Pada hari pertama tahun 2020 ini kita diliputi suasana sukacita karena kita diperkenan Tuhan
masuk dalam tahun baru ini. Namun rasa suka cita tersebut terkadang sekaligus bercampur
rasa kuatir menjalani tahun ini (pengkhotbah bisa menyebut contoh hal-hal yanguatirkan
sesuai konteks masing-masing). Ada rasa kuatir, namun kita tetap merindukan agar hidup kita
dalam tahun ini semuanya baik-baik saja. Pertanyaan yang perlu digumuli sekarang ialah,
bagaimana caranya agar hidup ini tetap berjalan dalam pengharapan tentang hal-hal yang
baik?
 Perikop Bilangan 6:22-27, merupakan bagian yang di dalamnya terdapat “rumusan berkat”
yang diucapkan oleh Pendeta sambil menumpangkan tangan pada akta Pengutusan dan
Berkat dalam Liturgi Gereja Toraja
 Apa sesungguhnya makna berkat ini ? Pernyataan berkat ini disampaikan kepada orang Israel
ketika mereka sedang berada dalam keraguan dalam melintasi padang gurun (Pengkhotbah
dapat menjelaskan secara imajiner mengenai suasana mereka di padang gurun). Ragu
mengenai kemampuan mereka tetapi juga ragu mengenai penyertaan Tuhan.
 Itulah sebabnya Harun dan anak-anaknya diminta untuk menyampaikan berkat seperti yang
dicatat pada Bilangan 6:24-26. Dalam rumusan pernyataan berkat ini ada dua hal penting
yang perlu dihayati yaitu:
1. Jaminan penyertaan dan pemeliharaan Tuhan terhadap umat-Nya. Jaminan penyertaan
itu dapat dipahami melalui kata-kata: mis: melindungi; menghadapkan wajah-Nya. Perlu
diingat bahwa hal yang paling ditakuti oleh orang Israel ialah ketika Allah memalingkan
atau menyembunyikan wajah-Nya (Mazmur 13). Jadi ungkapan menghadapkan wajah-
Nya menjadi sebuah janji perhatian dan penyertaan Tuhan. Dalam memandang
perjalanan hidup sepanjang tahun ini, mungkin ada banyak hal yang menguatirkan.
Karena itu, yakinilah kehadiran dan penyertaan Tuhan.
2. Tanggungjawab umat yang menerima jaminan itu. Berkat Tuhan bukanlah sesuatu yang
diobral tanpa tanggung jawab. Jelas dalam rumusan atau pernyataan berkat itu tindakan
semuanya dari Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya sumber berkat. Itu berarti manusia
(kita) terpanggil atau bertanggung jawab untuk menempatkan Tuhan sebagai satu-
satunya sumber berkat atau dengan kata lain kita dipanggil untuk bergantung secara
total pada Tuhan sebagai sumber berkat. Kita semestinya bergerak sebagaimana kata-
kata berkat itu (seperti yang ditunjukkan oleh para gembala sesudah mendengar
pernyataan dari malaikat). Rumusan berkat ini akan dangkal maknanya kalau hanya
dikurung dalam satu akta liturgi yang sering dinantikan tanpa mengerti tanggung jawab
di dalamnya. Karena itu dalam menjalani tahun ini beserta segala macam kekuatirannya,
beranilah menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya sumber berkat.

 Dari dua hal ini kita dapat melihat bahwa rupanya pernyataan berkat yang disampaikan
dalam akta liturgi, selalu mengandung dua aspek yaitu pernyataan jaminan pemeliharaan
Allah dan tuntutan tanggung jawab manusia. Semakin kita yakin akan pemeliharaan Allah,
semakin besar pula tanggung jawab kita untuk bergantung sepenuhnya pada Allah. Jalanilah
hari-hari hidup dalam tahun ini dengan tetap menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya
sumber berkat.

Anda mungkin juga menyukai