Jenis virus
Hepatitis A adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A.
Infeksi yang akan mengganggu kerja organ hati ini dapat menular dengan mudah, melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi virus.
Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A. Virus ini dapat menyebar dengan mudah
melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja penderita hepatitis
A. Hepatitis A tergolong dalam hepatitis akut, artinya penyakit ini umumnya akan sembuh
dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Vector
Vektor hepatitis ini adalah manusia
Patogenesis
Virus HA, secara klasik, masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
terkontaminasi virus tersebut. Virus akan mencapai epitelium intestinal, lalu beredar melalui
vena mesenterika ke hati. Virus memasuki sel-sel hati, dan bereplikasi secara ekslusif
didalam sitoplasma melalui polymerase RNA-dependent. Mekanisme pasti masih belum
diketahui, namun bukti ilmiah menunjukkan bahwa adanya peran respon imun sel mediator,
yaitu HLA, HAV-spesifik CD8 + T-limfosit, dan sel natural killer (NK). Selain itu, juga
terdapat peran interferon gamma yang turut serta membersihkan sel-sel hati yang terinfeksi
virus HA.
Virus HA ini tidak secara langsung sitopatik terhadap sel-sel hepar, kerusakan hepatosit
merupakan dampak yang sekunder dari respon imun tubuh host terhadap virus HA.
Terjadinya infeksi akut HA disertai respon imunitas tubuh host yang berlebihan untuk
membasmi virus, diasosiasikan dengan keadaan hepatitis berat.
a. Timbulnya Ikterus
Adanya gangguan intra hepatik akan berdampak pada ekskresi bilirubin yang telah
terkonyugasi ini kedalam usus. Bilirubin terkonjugasi akan kembali ke dalam peredaran
darah, dan bila sudah mencapai kadar >2,5 mg/dL, mulai memunculkan gejala ikterus pada
kulit dan sklera mata. Ikterus akan tampak lebih jelas secara klinis apabila kadar bilirubin >3
mg/dL. Selanjutnya, bilirubin terkonjugasi akan dialirkan ke ginjal dan diekskresikan melalui
urine, sehingga tampak urine berwarna coklat gelap. Bilirubin terkonjugasi dan cairan
empedu yang gagal disalurkan ke usus, menjadikan feses berwarna pucat.
b. Ekskresi Virus HA
Selanjutnya, virus HA akan dibuang dari sel-sel hati ke sinusoid-sinusoid dan kanal-kanal
kecil empedu, kemudian mengalir kedalam usus halus bersama dengan pengeluaran empedu,
dan dikeluarkan bersama feses. Ekskresi virus HA di feses mencapai puncaknya sebelum
timbulnya gejala atau kenaikan enzim hati. Ekskresi virus ini dapat berlangsung lama hingga
berbulan-bulan kemudian.
Epidemiologi
Global
Distribusi penyakit HA ini terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan sanitasi
dan higiene yang buruk. Sekitar 90% anak-anak yang tinggal di daerah endemis sudah pernah
terinfeksi virus HA ini sebelum mereka mencapai 10 tahun. Namun, anak yang terinfeksi
biasanya subklinis, atau ringan. Epidemik HA jarang terjadi, karena imunitas umumnya
sudah terbentuk pada populasi anak yang lebih besar dan orang dewasa. Insiden infeksi HA
rendah pada orang lanjut usia. Hal ini berhubungan dengan respon imunitas tubuh ketimbang
rendahnya paparan virus tersebut. [7, 9]
Indonesia
Pada tahun 2013, enam provinsi dan 11 kabupaten/kota di Indonesia pernah mengalami
kejadian luar biasa (KLB) HA berjumlah 495 kasus, namun tidak terdapat mortalitas
serta case fatality rate (CFR) adalah nol. Kemudian di tahun 2014, tiga provinsi dan 4
kabupaten/kota terkena KLB dengan 282 kasus, tapi tidak terdapat kematian, dan CFR nol.
Sekitar 2,9 juta, atau 1,2% penduduk Indonesia mengidap hepatitis A menurut data tahun
2013. Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi secara berurutan adalah NTT,
Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Aceh
Pencegahan
Langkah utama dalam mencegah hepatitis A adalah melakukan vaksinasi hepatitis A. Vaksin
ini dianjurkan bagi mereka yang berisiko tinggi terkena hepatitis A, misalnya orang yang
pekerjaannya berhubungan dengan kotoran, seperti petugas dinas kebersihan atau petugas
pembersih toilet.
Di Indonesia, vaksinasi hepatitis A tidak termasuk ke dalam imunisasi wajib. Vaksin ini
dapat dilakukan pada usia 2-18 tahun sebanyak dua kali dengan interval 6-12 bulan.
Hepatitis A juga dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan. Hal ini dapat dilakukan
dengan langkah-langkah mudah berikut:
Selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, terutama sebelum makan,
sebelum mengolah makanan, dan setelah dari toilet.
Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi atau handuk,
termasuk juga peralatan makan.
Selalu memasak makanan sampai matang dan merebus air sampai mendidih.
Hindari jajan di pedagang kaki lima yang kebersihannya kurang terjaga.
RABIES
Jenis virus
Virus rabies adalah spesies virus yang menyebabkan
penyakit rabies pada manusia dan hewan. Nama ilmiah spesies ini adalah rabies lyssavirus.
Virus rabies berbentuk silinder dan merupakan spesies tipe genus Lyssavirus di dalam
famili Rhabdoviridae. Virus ini memiliki selubung dan genom RNA beruntai tunggal dengan
sifat sense-negatif.
Penularan rabies
Rabies ditularkan melalui air liur. Rabies dapat berkembang jika seseorang menerima gigitan
dari hewan yang terinfeksi dan nyatanya bukan hanya anjing yang bisa menularkan. Jika air
liur hewan yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau melalui selaput lendir, seperti mata
atau mulut, kamu akan mengalami gejala. Namun, virus tidak bisa melewati kulit yang tidak
rusak
Vektor
Tiap-tiap negara yang mengenal rabies mempunyai vektor-vektor utama sendiri. Di Amerika
Selatan dan Tengah yang beriklim tropis, anjing, kucing, kelelawar penghisap darah
(vampire) dan kelelawar pemakan serangga memegang peranan sebagai vektor rabies. Di
seluruh Negara di Afrika yang memegang peranan sebagai penyebar utama ialah anjing,
kucing, jakal dan monggus. Di Timur Tengah yang meneruskan rabies terutama pada lembu
yaitu anjing, dan anjing hutan (wolves). Sedangkan di Asia yang berperanan sebagai penyebar
rabies adalah anjing dan kucing.
Patogenesis
Patogenesis rabies diawali dengan penyebaran virus rabies melalui saraf perifer ke sistem
saraf pusat (SSP), pembelahan virus di SSP, serta penyebaran melalui saraf otonom dan
somatik menuju jaringan yang kaya sel saraf seperti kelenjar ludah. Setelah virus masuk ke
badan, virus rabies dapat membelah di sel otot rangka dan menginfeksi serabut otot. Virus
juga dapat menginfeksi serabut saraf sekitar otot yang terinfeksi dan bergerak ke SSP melalui
akson yang menghubungkan neuron yang berdekatan. Replikasi virus umumnya terjadi di
neuron namun dapat pula ditemukan di sel glia. Virus dapat ditemukan di ganglia dorsal
dalam kurun 60-72 jam pasca inokulasi sebelum akhirnya menuju neuron saraf spinal.
Terdapat bukti keterlibatan taut neuromuskuler pada invasi virus terhadap neuron dan
hambatan pada reseptor asetilkolin dapat menghambat perlekatan virus. Namun, juga
ditemukan adanya bukti bahwa virus rabies dapat masuk ke neuron yang tak
mengekspresikan reseptor asetilkolin sehingga terdapat indikasi bahwa ada peran reseptor
selain asetilkolin dalam masuknya virus rabies ke dalam neuron.
Epidemiologi
Pola epidemiologi penyebaran rabies memiliki karakteristik yang berbeda antara area dengan
cakupan imunisasi rabies pada anjing yang tinggi dan rendah. Hal ini tampak jelas khususnya
ketika membandingkan kasus wabah rabies di Bali (cakupan imunisasi rabies pada anjing
yang rendah) tahun 2008 dengan kasus rabies sporadis di Amerika Serikat (cakupan
imunisasi rabies pada anjing yang tinggi).
Global
Secara global, rabies dapat ditemukan hampir di berbagai belahan dunia kecuali di Antartika,
Selandia Baru, Skandinavia, Taiwan, Jepang, dan beberapa pulau kecil. WHO
memperkirakan terdapat 26.400-61.000 kasus kematian akibat rabies setiap tahun. Namun,
angka ini dianggap masih belum mewakili jumlah mortalitas sesungguhnya akibat rabies
yang diduga mencapai 100.000 kematian per tahun. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh
kurangnya surveilans, rendahnya pelaporan kasus rabies di negara berkembang, serta
kurangnya koordinasi lintas sektoral
Pencegahan Rabies
Meski berbahaya, rabies adalah penyakit yang dapat dihindari. Caranya adalah dengan
melakukan sejumlah upaya berikut: