Anda di halaman 1dari 6

HEPATITIS A

Jenis virus
Hepatitis A adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A.
Infeksi yang akan mengganggu kerja organ hati ini dapat menular dengan mudah, melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi virus.
Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A. Virus ini dapat menyebar dengan mudah
melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja penderita hepatitis
A. Hepatitis A tergolong dalam hepatitis akut, artinya penyakit ini umumnya akan sembuh
dalam waktu kurang dari 6 bulan.

Penularan secara langsung


Dalam kebanyakan kasus, virus hepatitis A dapat berpindah langsung ketika seseorang
melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Termasuk secara anal maupun
oral.
Diluar hubungan seksual, interaksi secara langsung dengan penderita hepatitis A memang
tidak akan menularkan virus hepatitis A.

Penularan secara tidak langsung


Dalam penelitian yang dirangkum Clinical Microbiology Review, terdapat 25% kasus
penularan hepatitis A yang diduga karena tinggal satu atap dengan orang yang terinfeksi.
Dalam kondisi ini, anak-anak menjadi kelompok paling rentan untuk terinfeksi HAV.
Penyebaran virus dapat terjadi ketika seseorang yang sudah terinfeksi tidak mencuci
tangannya dengan baik setelah pergi dari kamar mandi, lalu menyentuh benda-benda lain,
makanan, dan minuman.
Begitupun dengan orang yang merawat anaK yang terjangkit hepatitis A, namun tidak
mencuci tangan ketika mengganti popok atau membersihkan kotorannya.
Hepatitis A biasanya menyebar saat virus hepatitis A masuk ke mulut (fecal oral) melalui
makanan, atau minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses yang mengandung VHA.
Makanan dan minuman yang paling sering jadi sasaran virus hepatitis A adalah buah, sayur,
kerang-kerangan, es, dan air.
Penularan hepatitis A bisa melalui konsumsi minuman dan makanan (termasuk makanan
beku atau makanan yang belum sepenuhnya matang) merupakan penyebab utama
menyebarnya virus hepatitis A di negara berkembang.

Vector
Vektor hepatitis ini adalah manusia

Siklus penyebaran hepatitis a


Hepatitis A dan E biasanya disebabkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Virus hepatitis A dan hepatitis E (HAV dan HEV) keduanya ditularkan oleh enterik, yaitu
pencernaan atau melalui rute fecal-oral. Untuk terkena virus ini, bisa karena kamu menelan
kotoran yang terinfeksi virus.
Nama penyakit
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A ditularkan melalui
makanan atau minuman yang terkontaminasi feses penderita hepatitis A yang
mengandung virus hepatitis A.

Patogenesis

Virus HA, secara klasik, masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang
terkontaminasi virus tersebut. Virus akan mencapai epitelium intestinal, lalu beredar melalui
vena mesenterika ke hati. Virus memasuki sel-sel hati, dan bereplikasi secara ekslusif
didalam sitoplasma melalui polymerase RNA-dependent. Mekanisme pasti masih belum
diketahui, namun bukti ilmiah menunjukkan bahwa adanya peran respon imun sel mediator,
yaitu HLA, HAV-spesifik CD8 + T-limfosit, dan sel natural killer (NK). Selain itu, juga
terdapat peran interferon gamma yang turut serta membersihkan sel-sel hati yang terinfeksi
virus HA.
Virus HA ini tidak secara langsung sitopatik terhadap sel-sel hepar, kerusakan hepatosit
merupakan dampak yang sekunder dari respon imun tubuh host terhadap virus HA. 
Terjadinya infeksi akut HA disertai respon imunitas tubuh host yang berlebihan untuk
membasmi virus, diasosiasikan dengan keadaan hepatitis berat.
a. Timbulnya Ikterus
Adanya gangguan intra hepatik akan berdampak pada ekskresi bilirubin yang telah
terkonyugasi ini kedalam usus. Bilirubin terkonjugasi akan kembali ke dalam peredaran
darah, dan bila sudah mencapai kadar >2,5 mg/dL, mulai memunculkan gejala ikterus pada
kulit dan sklera mata.  Ikterus akan tampak lebih jelas secara klinis apabila kadar bilirubin >3
mg/dL. Selanjutnya, bilirubin terkonjugasi akan dialirkan ke ginjal dan diekskresikan melalui
urine, sehingga tampak urine berwarna coklat gelap.  Bilirubin terkonjugasi dan cairan
empedu yang gagal disalurkan ke usus, menjadikan feses berwarna pucat.
b. Ekskresi Virus HA
Selanjutnya, virus HA akan dibuang dari sel-sel hati ke sinusoid-sinusoid dan kanal-kanal
kecil empedu, kemudian mengalir kedalam usus halus bersama dengan pengeluaran empedu,
dan dikeluarkan bersama feses. Ekskresi virus HA di feses mencapai puncaknya sebelum
timbulnya gejala atau kenaikan enzim hati. Ekskresi virus ini dapat berlangsung lama hingga
berbulan-bulan kemudian.

c. Masa Infeksius dan Masa Inkubasi


Penderita berada dalam masa infeksius mulai dari 14-21 hari sebelum onset fase ikterik
hingga 7-8 hari setelah ikterus hilang.  Masa inkubasi biasanya 2-6 minggu, hal ini
berhubungan dengan banyaknya inokulasi virus yang masuk. Viremia terjadi dalam waktu 1-
2 minggu setelah terpapar virus HA, dan menetap hingga terjadi kenaikan enzim hati. Virus
HA dapat berada di urine, serum, dan saliva pada sebagian besar penderita. [1-6]

Epidemiologi

Global 
Distribusi penyakit HA ini terjadi di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan sanitasi
dan higiene yang buruk. Sekitar 90% anak-anak yang tinggal di daerah endemis sudah pernah
terinfeksi virus HA ini sebelum mereka mencapai 10 tahun. Namun, anak yang terinfeksi
biasanya subklinis, atau ringan. Epidemik HA jarang terjadi, karena imunitas umumnya
sudah terbentuk pada populasi anak yang lebih besar dan orang dewasa. Insiden infeksi HA
rendah pada orang lanjut usia. Hal ini berhubungan dengan respon imunitas tubuh ketimbang
rendahnya paparan virus tersebut. [7, 9]

Indonesia 
Pada tahun 2013, enam provinsi dan 11 kabupaten/kota di Indonesia pernah mengalami
kejadian luar biasa (KLB) HA berjumlah 495 kasus, namun tidak terdapat mortalitas
serta case fatality rate (CFR) adalah nol. Kemudian di tahun 2014, tiga provinsi dan 4
kabupaten/kota terkena KLB dengan 282 kasus, tapi tidak terdapat kematian, dan CFR nol.
Sekitar 2,9 juta, atau 1,2% penduduk Indonesia mengidap hepatitis A menurut data tahun
2013. Lima provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi secara berurutan adalah NTT,
Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Aceh

Pencegahan
Langkah utama dalam mencegah hepatitis A adalah melakukan vaksinasi hepatitis A. Vaksin
ini dianjurkan bagi mereka yang berisiko tinggi terkena hepatitis A, misalnya orang yang
pekerjaannya berhubungan dengan kotoran, seperti petugas dinas kebersihan atau petugas
pembersih toilet.
Di Indonesia, vaksinasi hepatitis A tidak termasuk ke dalam imunisasi wajib. Vaksin ini
dapat dilakukan pada usia 2-18 tahun sebanyak dua kali dengan interval 6-12 bulan.
Hepatitis A juga dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan. Hal ini dapat dilakukan
dengan langkah-langkah mudah berikut:

 Selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, terutama sebelum makan,
sebelum mengolah makanan, dan setelah dari toilet.
 Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi atau handuk,
termasuk juga peralatan makan.
 Selalu memasak makanan sampai matang dan merebus air sampai mendidih.
 Hindari jajan di pedagang kaki lima yang kebersihannya kurang terjaga.

RABIES
Jenis virus
Virus rabies adalah spesies virus yang menyebabkan
penyakit rabies pada manusia dan hewan. Nama ilmiah spesies ini adalah rabies lyssavirus.
Virus rabies berbentuk silinder dan merupakan spesies tipe genus Lyssavirus di dalam
famili Rhabdoviridae. Virus ini memiliki selubung dan genom RNA beruntai tunggal dengan
sifat sense-negatif.
Penularan rabies
Rabies ditularkan melalui air liur. Rabies dapat berkembang jika seseorang menerima gigitan
dari hewan yang terinfeksi dan nyatanya bukan hanya anjing yang bisa menularkan. Jika air
liur hewan yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau melalui selaput lendir, seperti mata
atau mulut, kamu akan mengalami gejala. Namun, virus tidak bisa melewati kulit yang tidak
rusak

Vektor
Tiap-tiap negara yang mengenal rabies mempunyai vektor-vektor utama sendiri. Di Amerika
Selatan dan Tengah yang beriklim tropis, anjing, kucing, kelelawar penghisap darah
(vampire) dan kelelawar pemakan serangga memegang peranan sebagai vektor rabies. Di
seluruh Negara di Afrika yang memegang peranan sebagai penyebar utama ialah anjing,
kucing, jakal dan monggus. Di Timur Tengah yang meneruskan rabies terutama pada lembu
yaitu anjing, dan anjing hutan (wolves). Sedangkan di Asia yang berperanan sebagai penyebar
rabies adalah anjing dan kucing.

Skema atau siklus penularan


Manusia dapat tertular virus rabies ketika luka yang ada pada tubuh mengalami kontak
langsung dengan air liur hewan yang alami rabies. Tidak hanya luka yang terbuka, gigitan
hewan atau cakaran hewan yang terkontaminasi dengan virus rabies juga menjadi
cara penularan virus rabies dari hewan pada manusia.
Nama penyakit
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan
saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies,
ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan jalan gigitan atau
melalui luka terbuka.

Patogenesis

Patogenesis rabies diawali dengan penyebaran virus rabies melalui saraf perifer ke sistem
saraf pusat (SSP), pembelahan virus di SSP, serta penyebaran melalui saraf otonom dan
somatik menuju jaringan yang kaya sel saraf seperti kelenjar ludah. Setelah virus masuk ke
badan, virus rabies dapat membelah di sel otot rangka dan menginfeksi serabut otot. Virus
juga dapat menginfeksi serabut saraf sekitar otot yang terinfeksi dan bergerak ke SSP melalui
akson yang menghubungkan neuron yang berdekatan. Replikasi virus umumnya terjadi di
neuron namun dapat pula ditemukan di sel glia. Virus dapat ditemukan di ganglia dorsal
dalam kurun 60-72 jam pasca inokulasi sebelum akhirnya menuju neuron saraf spinal.
Terdapat bukti keterlibatan taut neuromuskuler pada invasi virus terhadap neuron dan
hambatan pada reseptor asetilkolin dapat menghambat perlekatan virus. Namun, juga
ditemukan adanya bukti bahwa virus rabies dapat masuk ke neuron yang tak
mengekspresikan reseptor asetilkolin sehingga terdapat indikasi bahwa ada peran reseptor
selain asetilkolin dalam masuknya virus rabies ke dalam neuron.

Replikasi Lokal pada Sel Saraf


Untuk meningkatkan efisiensi inokulasi, virus rabies bereplikasi lokal sebelum menginfeksi
sel saraf. Itulah sebabnya, pemberian imunoglobulin antirabies dan imunisasi aktif dapat
membantu mengurangi penyebaran virus ke sel saraf sehingga mencegah terjadinya
manifestasi penyakit. Saat virus telah mencapai saraf perifer, virus mudah menyebar ke SSP
sebab metode pengobatan terkini belum ada yang mampu mencegah hal tersebut. Virus rabies
menyebar ke SSP melalui transpor aksonal yang melibatkan interaksi rantai dynein
sitoplasma dengan fosfoprotein pada virus. Setelah mencapai SSP, virus dengan mudah
menyerang seluruh neuron SSP menurut pola hubungan sinaptik antar neuron.

Penyebaran ke Seluruh Tubuh


Setelah mencapai SSP, virus menyebar ke seluruh tubuh melalui jalur saraf perifer. Adanya
temuan kadar virus yang tinggi di kelenjar ludah membuktikan bahwa terdapat kemungkinan
replikasi virus yang tinggi di kelenjar ludah. Mekanisme kerusakan SSP oleh virus rabies
masih belum diketahui dengan pasti. Namun, gangguan transmisi saraf dan sistem opioid
endogen serta peningkatan produksi oksida nitrat (NO) oleh virus rabies mengisyaratkan
adanya proses eksitotoksisitas. Selain itu, infeksi virus rabies juga berhubungan dengan
apoptosis limfosit T dan diduga menyebabkan kegagalan sistem imun dalam mengendalikan
penyakit. Namun, keterkaitan antara keduanya masih perlu dipelajari lebih lanjut.

Epidemiologi

Pola epidemiologi penyebaran rabies memiliki karakteristik yang berbeda antara area dengan
cakupan imunisasi rabies pada anjing yang tinggi dan rendah. Hal ini tampak jelas khususnya
ketika membandingkan kasus wabah rabies di Bali (cakupan imunisasi rabies pada anjing
yang rendah) tahun 2008 dengan kasus rabies sporadis di Amerika Serikat (cakupan
imunisasi rabies pada anjing yang tinggi).
Global

Secara global, rabies dapat ditemukan hampir di berbagai belahan dunia kecuali di Antartika,
Selandia Baru, Skandinavia, Taiwan, Jepang, dan beberapa pulau kecil. WHO
memperkirakan terdapat 26.400-61.000 kasus kematian akibat rabies setiap tahun. Namun,
angka ini dianggap masih belum mewakili jumlah mortalitas sesungguhnya akibat rabies
yang diduga mencapai 100.000 kematian per tahun. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh
kurangnya surveilans, rendahnya pelaporan kasus rabies di negara berkembang, serta
kurangnya koordinasi lintas sektoral

Pencegahan Rabies
Meski berbahaya, rabies adalah penyakit yang dapat dihindari. Caranya adalah dengan
melakukan sejumlah upaya berikut:

 Melakukan vaksinasi pada hewan peliharaan, seperti anjing atau kucing


 Menjaga hewan peliharaan tetap di dalam kandang dan mengawasinya bila sedang di
luar kandang
 Menutup lubang atau celah di rumah yang bisa menjadi sarang hewan liar
 Menghindari kontak dengan hewan liar atau hewan yang menunjukkan gejala rabies
 Melapor ke lembaga pengendalian hewan liar jika muncul hewan-hewan liar
 Menjalani vaksinasi rabies sebelum berkunjung ke wilayah yang sering terjadi
penularan rabies, dan sebelum melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan Anda
tertular virus rabies

Anda mungkin juga menyukai