Anda di halaman 1dari 64

BAB IPENDAHULUAN1.

1Latar Belakang
Dewasa ini, etika sering kali diabaikan oleh masyarakat, padahal etikasangat
penting dalam kehidupan sosial, karena pada dasarnya dalam lingkup s o s i a l
terkecil pun ada etika yang harus dilakukan. Penyuluhan
sosialmerupakan sebuah proses pengubahan perilaku yng dilakukan
m e l a l u i  penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi, dan edukasi oleh
penyuluhsosial, baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok
sasaransehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan
guna partisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
Penyuluhansosial dapat digunakan sebagai suatu proses penyadaran akan etika-etika
yangdianggar oleh masyarakat tersebut. Dalam melaksanaan penyuluhan sosial,
seorang penyuluh sosial juga harus berpedoman pada etika-etika sebagai seorang
penyuluh sosial. Oleh karenaitu, makalah ini dibuat untuk menguraikan etika –
etika yang harus dimilikiseorang penyuluh sosial yang akan dibahas pada bab
selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
erdasarkan latar belakang, maka dapat di rumuskan permasalahannya sebagai
berikut!" . # p a y a n g d i m a k s u d d e n g a n e t i k a $ % . # p a
yang dimaksud dengan penyuluhan sosial$& .# pa sa ja
etika dalam penyuluhan sosial$
1.3 Tujuan Penulsan
#dapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut !".'ntuk mengetahui dan
memahami pengertian etika.%.'ntuk mengetahui dan memahami tentang
penyuluhan sosial.&.'ntuk megetahui etika dalam melakukan penyuluhan
sosial.
1.!Man"aat Penulsan
#dapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut !" .  a g i
Penulis
Penulis dapat mengetahui dan memahami apa itu etika dan  penyuluhan
sosial. b.Penulis dapat mengetahui batasan-batasan etika ketika akan menjadi seorang
penyuluh sosial.% .  a g i P e m b a c a a.Pembaca diharapkan mampu
mengerti dan paham akan etika serta tahu akan penyuluh sosial. b.Pembaca
dapat menyadari bahwa bagaimana etika penyuluhan sosial yang seharusnya
dilakukan.
BAB IIPEMBAHA#AN2.1Pengertan Etka
(tika merujuk pada tata peraturan yang khas atau ciri-ciri perilaku yang d a p a t
digunakan untuk mengidentifikasi, mengasosiasikan diri dan
d a p a t merupakan sumber motivasi untuk berkarya dan berprestasi bagi
kelompok tertentu.( t i k a l e b i h d e k a t k e p a d a n i l a i - n i l a i m o r a l u n t u k
m e m b a n g k i t k a n kesadaran untuk beritikad baik dan jika dilupakan
a t a u d i l a n g g a r a k a n  berakibat kepada tercemarnya pribadi yang bersangkutan,
kelompoknya, dananggota kelompok yang lainnya.
2.2Pengertan Pen$uluhan #%sal
)enurut *epmensos, Penyuluhan sosial merupakan sebuah proses pengubahan perilaku
yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi,komunikasi, motivasi, dan edukasi
oleh penyuluh sosial, baik secara lisan,t u l i s a n m a u p u n p e r a g a a n k e p a d a
k e l o m p o k s a s a r a n s e h i n g g a m u n c u l  pemahaman yang sama, pengetahuan
dan kemauan guna partisipasi secaraaktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
2.3Etka &alam Pen$uluhan #%sal
Dalam
'uku Mater Pen$elenggaraan Pen$uluhan #%sal (2))*+,-*/
seorang penyuluh sosial dalam melaksanakan tugas dan kegiatan penyuluhansosial
perlu berpedoman pada prinsip etika dan+ atau kode etik, yang antara lain
meliputi !" .  i d a k m e m b e d a - b e d a k a n i n d i v i d u b e r d a s a r k a n r a s ,
w a r n a k u l i t ,  bangsa, agama, usia, jenis kelamin, atau status sosial ekonomi
dalamm e n y u m b a n g k a n u s a h a k e s e j a h t e r a a n s o s i a l . D a l a m
k a i t a n n y a dengan pekerjaan sosial pada poin ini berkaitan erat dengan
prinsip penerimaan dan individualisasi. ebagai seorang pekerja sosials e k a l i g u s
p e n y u l u h k i t a h a r u s m e n e k a n k a n b a h w a t i d a k a d a diskriminasi
ketika sedang melakukan penyuluhan.% . ) e n g h a r g a i k e b e b a s a n i n d i v i d u ,
m a r t a b a t , d a n h a r g a d i r i s e t i a p individu, dan akan menggunakan
keterampilan yang didasari dengannilai- nilai tersebut secara konsisten. alah
satu tujuan penyuluhansosial bertujuan untuk meningkatkan kemandirian
seorang individumaupun kelompok, maka dari itu penting adanya untuk
menghargaiindipendensi individu agar kelak ia meraih harkat dan
martabatnya.& . ) e m a t u h i p r i n s i p p e n g h a r g a a n k e p a d a i n d i v i d u ,
k e l o m p o k , d a n masyarakat yang disuluh. eperti bentuk reward adalah
salah satu prinsip yang penting dalam penyuluhan agar setiap individu yangdisuluh
memiliki motivasi yang lebih baik lagi. . # p a b i l a t e r l i b a t m e l a k u k a n p r a k t e k
yang tak beretika /mal praktek0maka akan bertanggungjawab untuk
m e n e r i m a t i n d a k a n + h u k u m selayaknya sesuai dengan pertimbangan mal praktek
yang dilakukan.
ebagai seorang penyuluh tentu tidak diperbolehkan
m e l a k u k a n tindakan praktek yang diluar aturan-aturan yang berlaku, maka
dariitu diperlukan profesionalitas bagi penyuluh-penyuluh sosial.1 . P e n y u l u h s o s i a l
h a r u s d a p a t m e n g g u g a h h a t i k h a l a y a k s a s a r a n u n t u k   dapat menerima
perubahan dalam interaksi edukatif yang dinamis.  a l a h s a t u h a l
y a n g p e n t i n g d a l a m p e n y u l u h a n s e l a i n a g a r   kemampuan
pengetahuan dan keterampilan seorang individu yaitumeningkatnya
pemahaman nilai-nilai dan norma dengan menyentuh hati dan nuraninya agar
terciptanya perilaku yang diaharapkan.2 . P e n y u l u h s o s i a l p e r l u s a l i n g a s a h ,
s a l i n g a s i h , d a n s a l i n g a s u h d a l a m  proses pertumbuhan dan perubahan.
Dalam penyuluhan diperlukankerjasama antara penyuluh dan peserta penyuluhan agar
tujuan yangingin digapai dapat tercapai dengan mudah karena adanya
kerjasama.3 . P e n y u l u h s o s i a l h a r u s m e m i l i k i s i f a t j u j u r , d i s i p l i n ,
i n t e g r i t a s d i r i yang kuat, sopan, ramah tamah, suka menolong orang lain,
terbukat e r h a d a p k r i t i k - k r i t i k , s a b a r , d a p a t m e n g e n d a l i k a n e m o s i ,
s e r t a responsif terhadap perubahan- perubahan dan kondisi.
#alm%n Pa&manegara (1*,0
 mengemukakan beberapa perilaku yang perlu ditunjukkan atau diragakan oleh
setiap penyuluh, yang meliputi !" . P e r i l a k u s e b a g a i m a n u s i a s e u t u h n y a ,
y a i t u m a n u s i a y a n g b e r i m a n kepada uhan 4ang )aha (sa, jujur,
d a n d i s i p l i n . 4 a i t u s e b a g a i seorang penyuluh harus memegang teguh pada
prinsip agama yangdipeluk, karena nilai-nilai agama akan menuntun seorang
penyuluhuntuk berperilaku baik dan benar sesuai agama.% . P e r i l a k u
sebagai anggota masyarakat, yaitu
m e n g h o r m a t i adat+kebiasaan masyarakatnya, menghormati
s a s a r a n d a n s e s a m a  penyuluh. 4aitu seorang penyuluh harus memahami nilai dan
budayayang ada dimasyarakat yang akan ia jumpai serta mampu menghormatinilai dan
budaya masyarakat ditunjukkan dengan perilaku yang sesuaidengan lingkungannya.
Perilaku yang menunujukkan penampilannya sebagai penyuluh
yanghandal. 4aitu berkeyakinan kuat atas manfaat tugasnya,
memilikit a n g g u n g j a w a b y a n g b e s a r u n t u k m e l a k s a n a k a n
pekerjaannya,memiliki jiwa kerjasama yang tinggi, dan
b e r k e m a m p u a n u n t u k    bekerja teratur. eorang penyuluh harus memiliki
pengetahuan serta penampilan yang mampu menarik simpati masyarakat agar timbul
rasakepercayaan terhadap penyuluh. . P e r i l a k u y a n g m e n c e r m i n k a n
d i n a m i k a . y a i t u u l e t , d a y a m e n t a l d a n semangat kerja yang tinggi, selalu
berusaha mencerdaskan diri, danselalu berusaha meningkatkan kemampuannya.
BAB IIIPENUTUP3.1 E#IMPULAN
Penyuluhan sosial merupakan sebuah proses pengubahan perilaku
yangd i l a k u k a n m e l a l u i p e n y e b a r l u a s a n i n f o r m a s i , k o m u n i k a s i ,
motivasi, danedukasi oleh penyuluh sosial, baik secara lisan, tulisan
maupun peragaank e p a d a k e l o m p o k s a s a r a n s e h i n g g a
m u n c u l p e m a h a m a n y a n g s a m a ,  pengetahuan dan kemauan guna
partisipasi secara aktif dalam pembangunankesejahteraan sosial. D a l a m
melakukan penyuluhan sosial seorang penyuluh sosial
h a r u s  berpedoman pada etika-etika penyuluhan sosial. (tika–etika penyuluhansosial
menurut almon Padmanegara /"5630 antara lain, adalah

Perilaku yang beriman kpd uhan 4)(, jujur, dan disiplin.

Perilaku menghormati sasaran dan sesama penyuluh.

Perilaku sebagai penyuluh yang handal.

Perilaku yang mencerminkan dinamika
DATAR PU#TAA
Departemen sosial 78. %995.
 Materi Penyelenggaraan PenyuluhanSosial.
 :akarta ! Pusat Penyuluhan osial
#um'er lann$a
Penyuluhan osial. Diakses melalui
http://pujimulyanie.blogspot .co.id 
 pada tanggal "3 ;ebruari %9"2 pukul "9.&9 wib( t i k a p e n y u l u h a n , D i a k s e s
melalui
http;//turindraatp.co.id 
 padatanggal "3 ;ebruari %9"2 pukul "9.&3 wi
Kata penyuluhan secara harfiah berasal dari kata suluh yang artinya obor atau alat untuk
menerangi keadaan yang gelap. Berdasarkan asal kata tersebut, penyuluhan dapat diartikan
sebagai kegiatan untuk memberikan penerangan atau penjelasan kepada mereka yang akan
disuluh. Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan terdapat prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan diantaranya yaitu minat dan kebutuhan, organisasi di masyarakat bawah, keragaman
unsur budaya, perubahan budaya, kerjasama dan partisipasi, dan laian-lain.

Pelaksanaan penyuluhan sosial memiliki beberapa tujuan, salah satunya yaitu meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman yang sama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Adapun
manfaat atau fungsi yang dapat diperoleh warga sasaran melalui kegiatan penyuluhan tersebut
misalnya fungsi preventif yang ditujukan untuk meniadakan timbulnya problema atau
permasalahan sosial yang baru.

Daftar Isi

Penyuluhan Sosial
Penyuluhan merupakan sebuah ilmu sekaligus tindakan praktis. Penyuluhan dalam hal ini
sebagai sebuah ilmu (ilmu penyuluhan), artinya ilmu tentang perilaku (behavioural science),
yang di dalamnya ada telaah pola pikir, tindak, dan sikap manusia dalam menghadapi kehidupan.

Jadi, subyek telaah dalam ilmu penyuluhan ialah manusia sebagai bagian dari sistem sosial;
sedangkan obyek dalam ilmu penyuluhan ialah perilaku yang dihasilkan dari proses pendidikan
dan atau pembelajaran, proses komunikasi dan sosial.

Penyuluhan sebagai bentuk tindakan sosial praktis berarti bahwa penyuluhan merupakan upaya-
upaya yang dilakukan untuk mendorong perubahan perilaku pada diri individu, kelompok,
komunitas, maupun masyarakat agar mereka mengetahui, bersedia dan memiliki kemampuan
dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.

Pengertian Penyuluhan Sosial

Penyuluhan Sosial adalah kegiatan yang dimaksudkan sebagai gerak dasar dan awal untuk bisa
lebih memberikan kesiapan dan manfaat program bagi warga sasaran yang ditandai dengan
adanya peningkatan pengetahuan, kepercayaan dan keyakinan akan perubahan serta kesadaran
dari warga sasaran agar memiliki rasa tanggung jawab penuh dalam diri sendiri.

Melalui kegiatan penyuluhan tersebut diharapkan penyelenggaraan program kesejahteraan sosial


bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dalam setiap program penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.

Pengertian Penyuluhan Sosial Menurut Para Ahli

Adapun definisi penyuluhan sosial menurut para ahli, antara lain:


1. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014 Tentang
Penyuluhan Sosial Pasal 1 (Ayat 1), Penyuluhan Sosial adalah sebagai suatu proses
sosial dan interaksi sosial pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan
informasi, komunikasi, motivasi, dan edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan,
tulisan maupun maupun peragaan kepada kelompok sasaran, sehingga muncul
pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan guna partisipasi secara aktif dalam
pembangunan kesejahteraan sosial.

Prinsip Penyuluhan Sosial

Bhatnagar (1980)  mengemukakan prinsip-prinsip dalam melakukan penyuluhan, antara lain:

1. Minat dan kebutuhan, artinya melakukan penyuluhan harus berdasarkan minat dan
kebutuhan warga sasaran.
2. Organisasi Masyarakat bawah, artinya target kegiatan penyuluhan harus sampai pada
organisasi masyarakat bawah.
3. Keragaman Budaya, artinya dalam melakukan kegiatan penyuluhan sesuai dengan
budaya warga sasaran.
4. Perubahan Budaya, artinya kegiatan penyuluhan sosial harus memberikan perubahan
budaya. Misalnya, budaya mencangkul menjadi menggunakan traktor.
5. Kerjasama dan partisipasi, artinya dalam melakukan kegiatan penyuluhan, seorang
penyuluh harus dapat bekerjasama dengan warga sasaran dan menjadikan atau
mengkondisikan agar warga sasaran tersebut bisa turut andil atau berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan.
6. Demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam mengaplikasikan ilmunya dalam
kegiatan penyuluhan, penyuluh harus menggunakan beberapa metode atau menerapkan
prinsip demokrasi dengan mendengarkan aspirasi atau pendapat dari masyarakat sasaran.
7. Belajar sambil bekerja, artinya dalam melakukan kegiatan penyuluhan, penyuluh bisa
sambil belajar dengan menerangkan. Yang dimaksud bekerja dalam hal ini adalah
penyuluh dalam melakukan penyuluhan sambil mempraktekkan dan memperagakan.
8. Pengguna metode yang sesuai, artinya metode yang digunakan dalam melakukan
penyuluhan harus sesuai dengan kondisi atau karakteristik warga sasaran.
9. Kepemimpinan, artinya : Seorang penyuluh harus dapat menciptakan pemimpin-
pemimpin bagi diri sendiri agar dapat menjaga dirinya sendiri.
10. Spesialis yang terlatih, artinya seorang penyuluh harus memiliki suatu kemampuan,
ilmu atau penguasaan materi yang akan di suluhkan.
11. Segenap Keluarga, artinya kegiatan penyuluhan harus bisa sampai ke segenap keluarga.
12. Kepuasan, artinya waega sasaran harus merasa puas dengan adanya kegiatan penyuluhan,
sebab penyuluhan yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi mereka.

Dasar Kegiatan Penyuluhan Sosial

Secara filosofis, ada dasar yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Misalnya, di Amerika
Serikat menggunakan falsafah 3T, yang meliputi:
1. Teach, artinya penyuluhan merupakan pendidikan, yang dilakukan melalui proses
pembelajaran.
2. Truth, artinya penyuluhan dilakukan untuk menyampaikan kebenaran, yang dilakukan
melalui proses uji coba atau penelitian.
3. Trust, artinya penyuluhan diyakini memberkan manfaat bagi penerima.

Sedangkan di Indonesia sendiri, kegiatan penyuluhan dianggap sebagai proses pembelajaran,


yang didasari oleh beberapa falsafah, yaitu:

1. Falsafah arti pendidikan Ki Hajar Dewantoro yang terdiri atas: Ing ngarso sung tulodho
(di depan memberi contoh), ing madyo mangun karso (di tengah memberi bimbingan),
Tut wuri handayani (di belakang memebri dorongan).
2. Pancasila
3. Bhineka Tunggal Ika
4. Regulatif sentralistik menjadi fasilitatstif partisipatif
5. Learning by doing
6. Seeing is believing

Dalam pasal 18 Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014 Tentang
Penyuluhan Sosial, terdapat bebrapa teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan kegiatan
penyuluhan, antara lain:

1. Komunikasi, yaitu upaya penyampaian informasi dari penyuluh sosial kepada warga
sasaran penyuluhan dengan menggunakan saluran atau media yang dapat dipahami oleh
kedua belah pihak dan saling mempunyai kesamaan makna dari pesan yang disampaikan.
2. Informasi, yaitu upaya komunikasi yang berupa pesan atau/informasi yang diberikan
dari satu oarng kepada orang lain.
3. Motivasi, yaitu upaya untuk mengarahkan daya dan potensi warga sasaran penyuluhan
sosial agar bersedia untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan yang hendak
dicapai.
4. Edukasi, yaitu upaya untuk meyakinkan sasaran penyuluhan melalui pengajaran,
penanaman nilai, opini, serta aturan yang dianggap benar baik melalui komunikasi
intensif maupun proses pembelajaran yang kondusif.

Faktor Penyuluhan Sosial

Dalam melakukan penyuluhan sosial terdapat beberapa faktor yang berpengaruh pada perubahan
yang diharapkan setelah pelaksanaan kegiatan. Faktor yang memepengaruhi perubahan tersebut,
meliputi:

1. Keadaan Pribadi Sasaran

Yang setidaknya terdiri atas:

1. Sasaran penyuluhan ialah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.


2. Perlu diamati pada diri warga sasaran ada tidaknya motivasi pribadi untuk berubah.
3. Apakah ada kekuatan yang menghambat: Adanya kegagalan pada masa lalu, karena
kegagalan, Kekurangsiapan melakukan perubahan, dan Tidak mau menanggung resiko.

2. Kondisi Lingkungan Fisik

Yang setidaknya terdiri atas:

1. Kondisi geografis
2. Sarana dan prasarana
3. Aksesibilas

3. Lingkungan Sosial Budaya

Yang terdiri atas:

1. Kebudayaan
2. Opini publik
3. Kekuatan tipe lembaga sosial
4. Kekuatan-kekuatan ekonomi

Selain faktor-faktor tersebut, ada pula faktor yang mendukung efektifitas dalam pelaksanaan
kegiatan penyuluhan yang meliputi metode, media, materi, waktu dan tempat.

Tujuan Penyuluhan Sosial

Kegiatn penyuluhah dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu:

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang sama dalam penyelenggaraan


kesejahteraan sosial;
2. Meningkatkan kualitas dan komitmen penyelenggaraan pelayanan sosial yang
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat; dan
3. Menyinergikan sumber daya manusia penyuluh sosial dalam penyelenggaraan kegiatan
kesejahteraan sosial.

Manfaat Penyuluhan Sosial

Manfaat atau fungsi yang dapat diperoleh melalui kegiatan penyuluhan sosial, diantaranya yaitu:

1. Fungsi Preventif, artinya kegiatan penyuluhan sosial ditujukan untuk meniadakan


timbulnya problema atau permasalahan sosial yang baru.
2. Fungsi Remedial (Kuratif/Rehabilitatif), artinya kegiatan penyuluhan sosial ditujukan
untuk menanggulangi problema atau permasalahan sosial yang telah timbul.
3. Fungsi Pengembangan (Development), artinya kegiatan penyuluhan sosial ditujukan
sebagai upaya pengembangan masyarakat.
4. Fungsi Penunjang (Supportif), artinya kegiatan penyuluhan sosial selain ditujukan
untuk bidang kesejahteraan sosial saja, juga diharapkan bisa menunjang program-
program lainnya yang lintas sektor.

Contoh Penyuluhan Sosial

Contoh penyuluhan sosial misalnya kegiatan penyuluhan sosial yang dilakukan oleh Kemetrian
Sosial pada tahun 2010 di 20 lokasi desa yang terletak di Kabupaten Gunungkidul, Yogjakarta.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2019. Setiap bulannya ada 10 lokasi
desa yang diberi penyuluhan.

Adapun 10 lokasi desa yang mendapatkan penyuluhan pada bulan Mei meliputi:

1. Desa Bleberan
2. Desa Playen
3. Desa Bulurejo
4. Desa Pundungsari
5. Desa Baleharjo
6. Desa Pengkok
7. Desa Kedungpoh
8. Desa Pilangrejo
9. Desa Umbulrejo
10. Desa Baleharjo

Sedangkan 10 lokasi desa yang mendapatkan penyuluhan pada bulan Juni meliputi:

1. Desa Tepus
2. Desa Sidoharjo
3. Desa Karangmojo
4. Desa Pampang
5. Desa Mertelu
6. Desa Kampung
7. Desa Kemiri
8. Desa Nglindur
9. Desa Petir
10. Desa Melikan

Tempat pelaksanaan penyuluhan di Balai Desa dengan lokasi yang telah ditentukan, dengan
waktu pelaksanaan yaitu pukul 09.00 WIB sampai 15.00 WIB. Kegiatan penyuluhan sosial
Kemensos pada program pendidikan, pelatihan, penelitian, pengembangan dan penyuluhan sosial
tahun 2019 tersebut merupakan kerjasama antara Puspensos Kementerian Sosial, Dinas Sosial
DIY, dan Dinas Sosial Kab. Gunungkidul.

Setiap peserta yang diundang berkewajiban untuk menjadi peserta yang aktif, yang selanjutnya
diharapkan bisa menyebarluaskan informasi/ materi yang didapat minimal pada tetangga
rumahnya atau pada forum-forum lebih kecil seperti rapat RT, PKK, dan atau arisan RT/ RW.
Demikinalah artikel yang bisa kami kemukakan pada semua pembaca berkenaan dengan
pengertian penyuluhan sosial menurut para ahli, prinsip, dasar kegiatan, faktor, tujuan, manfaat,
dan contohnya yang ada di masyarakat. Semoga memberikan wawasan.

Penyuluhan Sosial “Parenting dan Peningkatan Keberfungsian Sosial


Keluarga” dengan Penyuluh Sosial Masyarakat DIY di 5 Lokasi Desa di
Kab. Sleman, DIY
8 Juli 2019 admin 3

(Last Updated On: 8 Juli 2019)

Kemajuan suatu bangsa juga ditentukan oleh jalannya keberfungsian sosial individu/ keluarga.
Dengan kata lain keluarga adalah unit terkecil dari suatu bangsa yang memiliki peran yang tak
kalah penting bagi kemajuan suatu bangsa. Keluarga juga menjadi tempat pertama dan utama
dalam memberikan pendidikan bagi anak/ individu, sehingga keberfungsian sosial keluarga akan
menjadi faktor penting untuk mencetak individu-individu yang berkarakter baik. Keberfungsian
sosial sendiri adalah kemampuan untuk menyelesaiakan permasalahan, pengambilan keputusan,
dan melaksanakan peran-peran sosial sebagai mana mestinya.

Hal tersebut diatas menjadi latar belakang seksi penyuluhan sosial, Dinas sosial DIY
mengadakan program penyuluhan sosial dengan petugas penyuluh sosial masyarakat dengan
tema “Parenting dan Peningkatan Keberfungsian Sosial Keluarga”. Kegiatan ini dilaksanakan di
lima lokasi desa di kab. Sleman, yaitu: Desa. Donokerta, Desa. Margorejo, Desa. Bangunkerta,
Desa. Tambakreja, dan Desa. Sumberejo. Sesuai dengan tema penyuluhan, kegiatan ini
melibatkan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Sosial Keluarga (LK3) Sembada 9 Sleman dan
pendamping PKH kec. Turi dan kec. Tempel, kab. Sleman.

Kegiatan penyuluhan pada lima lokasi desa di kab. Sleman ini menggunakan sumber dana dari
APBD. Setiap peserta yang diundang memiliki kewajiban untuk menjadi peserta yang aktif dan
diharapkan selanjutnya dapat menyebarluaskan informasi/ materi yang didapat minimal pada
tetangga rumahnya atau pada forum-forum lebih kecil seperti rapat RT, PKK, dan atau arisan
RT/ RW. Setiap peserta juga mendapatkan materi, uang saku dan uang transportasi. Peserta yang
diundang terdiri dari beberapa unsur seperti Pemerintah Desa, Kepala dukuh, Kader PKK dan
Posyandu, Karang Taruna, Tokoh masyarakat, Babinsa, Babinkantibmas, TKSK, dan beberapa
orang yang dianggap mampu menyampaikan materi kembali atau berpengaruh di masyarakat.

Terdapat tiga unsur narasumber dalam kegiatan penyuluhan sosial ini, yaitu: penyuluh fungsional
dinas sosial DIY dengan materi “Peningkatan Keberfungsian Sosial Keluarga”, LK3 Sembada 9
Sleman dengan tema “Peran dan Fungsi LK3 dalam Upaya Peningkatan Ketahanan dan
Keharmonisan Keluarga”, dan pendamping PKH kec. Turi dan Tempel dengan materi “Family
Development Session”. Selain dengan menggunakan metode ceramah/ presentasi, penyuluhan
sosial dikemas dengan menerapkan teknik Metode Participatory Assesmen (MPA). Tujuan
penggunaan MPA ini untuk menemukan permasalahan sosial yang ada di desa, lalu membuat
skala prioritas dan urgency permasalahan, dan mendiskusikan solusi penyelesaian permasalahan
tersebut antara narasumber dan peserta penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat tentang keberfungsian sosial keluarga
dan pola pengasuhan pada anak.

PERAN PENYULUH SOSIAL PADA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

52dan prilaku rumah tangga sangat miskin untuk mau berpartisipasi dalam
program keluarga harapan untuk mewujudkan hidup sehat dan cerdas demi masa
depan.Seperti yang diungkap oleh ibuk Sumiati peserta PKH mengatakan:Saya
merasa senang di datangi penyuluh sosial, penyuluh tidak hanya sekedar mampir,
dan melihat-lihat saja tetapi juga mendengarkan masalahapa saja yang kami alami,
kami menceritakan penyebab dari anak-anak saya yang sempat berhenti sekolah,
kami merasa dekat dekat Ibu-ibu penyuluh, meraka juga berinteraksi dengan anak-
anak saya, ibu-ibu penyuluh bercerita dan bertanya kepada anak-anak saya,
bagaimana tadi disekolah, ada masalah tidak selama belajar di sokolah, bagaimana
rasanya bisa sekolah kembali, saya lihat anak-anak senang ketemu ibu-ibu
penyuluh, saya berharap setiap bulannya bisa dikunjungi ibu-ibu penyuluh.2.
pendekatan kelompokPendekatan kelompok dijadikan sebagai alat bantu dalam
proses penyuluhan. Dalam proses ini penyuluh secara langsung memberikan
pesan/informasi, penjelasan-penjelasan tentang PKH, dalam hal ini pendekatan
yang dilakukan dengan cara berdiskusi bersama ibu-ibu peserta keluaraga harapan,
pendekatan ini dilakukan karena secara umum. Dalam pendekatan kelompok ini,
seperti yang di ungkap ibu tamy:Dalam pendektan kelompok ini kami mendatangi
salah satu rumah peserta PKH, dalam pertemuan ini kami mengumpulkan beberapa
ibu-ibu peserta PKH, disinilah kami berdiskusi dan mendengar cerita dari ibu-ibu
PKH, dalam pendekatan kelompok ini banyak hal yang menarik saya lihat, ibu-
53ibu peserta PKH lebih terbuka dalam berbicara tentunya mengenai kesehatan
ibu-ibu hamil, kemudian bagaimana anak-anak mau bersekolah, ya namanya anak
banyak maunya, jarang yang mau mengerti kondisi keluarga, dalam pertemuan ini
bukan berarti kami penyuluh menggurui peserta, kami juga ikut berempati.
Memang disini kami dibatasi waktu pertemuan, satu hari untuk penyuluhan massal
dan dihari keduanya baru kunjungan kerumah-rumah peserta. Terbatasnya tenaga
penyuluh, akibatnya ya, tidak bisa kami (penyuluh sosial) untuk mendatangi
seluruh rumah para peserta.3. Pendekatan massal/umumPendekatan massal/umum
yang diselenggarakan di kantor Kelurahan Cipinang dengan jumlah yang cukup
besar kurang lebih seratus peserta yang telah terdaftar sebagai penerima bantuan.
Dalam penyampaian materinya lebih bersifat umum dapat dirasakan bagi semua
yang hadir. Melalui pendekatan ini peserta tidak memiliki kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, saran atau kritikan tentang materi yang disajikan. Semua
proses berlangsung satu arah. Ibu dairah salah satu peserta PKH
mengatakan:Dalam penyuluhan ini yang melibatkan seluruh peserta PKH, kami
peserta hanya sebatas mendengar dan melihat materi apa saja yang disajikan yang
berkaitan dengan kesehatan dan pendidikan maupun masalah-maslah sosial
lainnya, disini kami diminta untuk bisa fokus karena ini berkaitan dengan
ketentuan dalam PKH, saya dan ibu-ibu yang lain suka dengan materi yang
disampaikan, terkadang jenuh juga karana tiap materi yang
54disampaikan maupun tayangan filmnya juga berlangsung sangat lama.Ibu
Misnawati penyuluh sosial muda menjelaskan tiga hal penting yang menjadi tujuan
penyuluhan sosial/penyuluhan keliling pada Program Keluarga Harapan di
Kelurahan Cipinang.31. Memberikan informasi dan pengetahuan (recharge) kepada
masyarakat penerima program PKH untuk mengetahui secara lebih lanjut
mengenai apa program PKH dan bagaimana pelaksanaannya di lapangan.2.
Memberikan penyadaran kepada masyarakat sasaran agar mampu melaksanakan
Program Keluarga Harapan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh
kementerian sosial.3. Dalam jangka waktu ke depan bermaksud membentuk mind
set/ pola pikir masyarakat agar dapat merubah paradigma mereka mengenai
bantuan sehingga tidak bergantung dengan bantuan. C. Analisis PeranPenyuluhan
sosial adalah suatu pendekatan yang berisi tiga komponen dasar yaitu komunikasi,
informasi dan edukasi. Penyuluh sosial yang terlibat langsung pada pelaksanaan
program keluarga harapan mengetahui langsung kondisi dari peserta program
keluarga harapan, pada pertemuan awal yang dilakukan di kantor kelurahan
cipinang yang hampir berlangsung selama lima jam Bapak Cecep Sulaiman yang
menjabat sebagai kepala seksi pengembangan sosial berpendapat: 43Misnawati,
Penyuluh Sosial. Wawancara Pribadi, Jakarta April 2012. 4Cecep Sulaiman, kepala seksi
pengembangan sosial,Wawancara Pribadi, Jakarta April 2012.
55Peran penyuluh sosial tentunya bisa mempercepat dan mempersiapkan dalam
program PKH, kemudian peran sebagai mediator, ada konflik dengan keluarga dan
masyarakat sekitar, mungkin juga ada persoalan dengan sekolahan menjadi
penghubung. Perannya dalam masalah sekolah misalnya, orang miskin biasanya
termarjinalkan kadang-kadang haknya tidak terpenuhi, bagaimana menjadi
penghubung kedua belah pihak ini bagaimana bisa memberi pelayanan yang baik
terhadap peserta PKH, saya kira penyuluh sosial bisa mempersiapkan sebelum
dana itu turun kemasyarakat.Setalah adanya penyuluhan sosial ini, terwujudnya
pola pikir yang positf bagi peserta khususnya rumah tangga miskin itu sendiri,
terlihat dari meningkatnya angka partisipasi belajar anak disekolah di lingkungan
kelurahan cipinang. Adapun terjadi di beberapa peserta yang tidak menggunakan
bantuan itu untuk pendidikan maupun kesehatan, ini terjadi karena tidak adanya
pemahaman sebelumnya tentang program keluarga harapan ini, walaupun dalam
pelaksanaanya yang menerima bantuan harus memenuhi ketentuan yang telah
ditetapkan. Berbagai macam pendapat dari ibu-ibu peserta PKH, diantaranya ibu
sumiati:Selama saya menjadi anggota PKH saya merasakan banyak perubahanyang
sangat terlihat perkembangan sekolah anak saya dengan adanya program ini kami
merasa masih ada perhatian pemerintah terhadap pendidikan anak kami, kami
sempat putus asa untuk melanjutkan
56pendidikan anak kami, dengan adanya bantuan ini balita bisa mendapatkan gizi
yang baik dan pendidikan bagi anak kami yangputus sekolahSetelah penyuluhan
yang diikuti peserta program keluarga harapan, muncul kesadaran dari peserta itu
sendiri, dari penyuluhan itu mandapatkan pengetahuan baru yang tentunya belum
didapat selama ini. Muncul kebersamaan antar sesamapeserta, baik hubungan
sosial yang terbangun dengan baik. Para orang orang tua bersama-sama
mengantarkan anak ke sekolah, sering bertanya kepada pendamping yang ada di
Kelurahan.
57BAB VPENUTUPA. Kesimpulan1. Dalam pelaksanaan penyuluhan keliling,
peserta program keluarga harapan yang telah terdaftar sebagai penerima bantuan
dikumpulkan di kantor Kelurahan Cipinang, dalam pertemuan ini peserta mendapat
penyuluhan mengenai program keluarga harapan, penyuluh sosial melakukan
sosialisasi melalui media peragaan dan pemutaran film yang bertema Program
Keluarga Harapan. Pelaksanaan penyuluhan keliling tidak hanya bertempat di
kantor kelurahan saja, penyuluh sosial juga mendatangi rumah-rumah peserta
program keluarga harapan.2. Dalam mewujudkan partisipasi belajar anak rumah
tangga miskin, penyuluh sosial mandatangi rumah peserta program keluarga
harapan, dalam pertemuan ini anak-anak peserta program keluarga harapan
bertemu langsung dengan penyuluh, dalam kunjungan ini penyuluh bercerita dan
bertanya kepada anak-anak peserta, mengenai pembelajan mereka di sekolah.3.
Peran penyuluh sosial sebagai upaya penyampaian informasi, motivasi dan edukasi
kepada peserta program keluarga harapan dalam salah satu bentuk mewujudkan
partisipasi belajar anak.4. Peran penyuluh sosial dapat dilihat dari pendekatan yang
dilukukan dalam penyuluhan, diantaranya pendekatan individu atau perorangan,
pendekatan
58kelompok dan pendekatan masal/umum.5. Penyuluhan sosial pada program
keluarga harapan adalah untuk mengubah perilaku rumah tangga miskin,
mencakup:1. Proses penyebaran informasi yang berkaitan dengan program
keluarga harapan dan perubahan cara-cara penanganan memecahkan masalah.2.
Proses pendidikan.3. Proses pengembangan sosial, untuk terciptanya perubahan
perilaku rumah tangga miskin sesuai dengan kebutuhan dan harapannya.B.
SaranBerdasarkan hasil temuan dari penelitian, ada beberapa saran dan masukan
yang penulis pandang sebagai hal yang positif. Saran-saran tersebut adalah sebagai
berikut: 1. Penyuluh sosial jangan hanya menyampaikan materi saja mengenai
pelaksanaan program keluarga harapan, buat juga pelatihan, bagaimana rumah
tangga miskin itu bisa juga memenuhi kebutuhan sendiri dengan membuat usaha-
usaha kecil.2. Penyuluh sosial perlu mengelompokan sesuai dengan kategori
bantuan yang mereka terima, baik untuk pendidikan maupun kesehatan. Dengan
pengelompokan ini penyuluh bisa tahu dimana kelemahan anak-anak peserta
program keluarga harapan dalam belajar dan apa yang
59menyebabkan kurangnya partisipasi mereka dalam belajar.3. Dalam pelaksanan
penyuluhan, anak-anak peserta program keluarga harapan harus diikut sertakan.
DAFTAR PUSTAKAAl-Abrasyi,Muhammad Athiyah. 1996. Beberapa
Pemikiran Pendidikan Islam,.Yogyakarta: Titian Ilahi Press.Arifin, M. Arifin.
1979.Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama.
Jakarta: Bulan Bintang.Arikunto,Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.Buku Pedoman Operasional
Program Keluarga Harapan Bagi Para Pemberi Pelayanan Pendidikan.
Direktorat Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan
Sosial, Kementerian Sosial RI 2011.Buku Pedoman Umum Program
Keluarga Harapan. Direktorat Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal
Perlindungan dan Jaminan Sosial, Kementerian Sosial RI 2011.Conyers,
Diana.1991. Perencanaan Sosial di Dunia ketiga. Yogyakarta: UGM
PressHD, Kaelany. 2005. Islam dan Aspek-Aspek kemasyarakatan, edisi
Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.Hatta,Muhammad. 1983. Ilmu dan Agama.
Jakarta: Yayasan Idayu.Iqbal,Muhammad. 1966. Membangun Kembali
Pikiran Agama dalam Islam, Tintamas, Jakarta.Kassim, Mauloud.
1983.Konsep Keadilan Sosial di dalam Islam, dalam Altaf Gauhar,
Tantangan Islam.Pustaka. Bandung.Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke
tiga. Balai pustaka Jakarta 2007.Kemiskinan dan keberfungsian sosial studi
kasus rumah tangga miskin di Indonesia,Sekolah tinggi kesejahteran sosial
(STKS) bandung Press 2003.Kegiatan lembaga swadaya masyarakat
memberdayakan kaum miskin dalam perspektif ketahanan nasional(studi
kasus jawa tengah)Tesis Merphin Panjaitan, program pengkajian ketahanan
nasional, 1997.Lutfi, M. 2008.Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan
(konseking) Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah.Marimba,Ahmad D. 1989. pengantar Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Al-Ma’arif.Maududi, Abul A’la. 1984.Ajaran-ajaran Al-Qur’an
Tentang Ekonomi dan Politik, dalam Esensi Al-Qur’an. Bandung:
Mizan.Moleong, Lexy J. 2007.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.Nizar,Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam
Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat pers.Nasution,
Harun. 1979.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press.Rais,
M. Amin. 1985.Arti dan Fungsi Tauhid, dalam, Menelan Cakrawala,
Shalahuddin Press, Yogyakarta.Qardhawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam
Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani Press.Rahmat,Jalaluddin.
1983.Kunci Surga yang terbuang, Pengantar dalam, Nabil Subhi ath-Thawil,
Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-negara Muslim, Bandung:
Mizan.
Mengoptimalkan Peran Penyuluh Sosial dalam
Pembangungan Kesejahteraan Sosial
Jumat Pon, 15 November 2013 10:35 WIB 5033

Pembangunan kesejahteraan sosial saat ini diwarnai oleh adanya perubahan paradigma pembangunan
nasional yang memberikan peran dan posisi lebih besar kepada masyarakat sebagai pelaku dan
pelaksana utama pembangunan. Pergeseran ini telah membawa perubahan secara mendasar di bidang
politik, ekonomi, dan sosial budaya yang ditandai oleh : (1) Tuntutan keadilan di bidang ekonomi di
daerah semakin gencar, bahkan ditandai dengan munculnya berbagai gerakan separatis di sebagian
wilayah sehingga menjadi sebuah ancaman disintegrasi nasional; (2) Sistem multi partai dengan jumlah
hingga belasan, dikhawatirkan menyebabkan terjadinya kooptasi eskalasi politik mulai dari akar rumput
hingga pada tingkat elit politik, yang akan merapuhkan kohesi nasional; (3) Pengaruh globalisasi
dikhawatirkan menghilangkan identitas dan simbol-simbolintegrasi seperti nasionalisme, patriotisme
dan penghargaan terhadap simbol integrasi yang terefleksi pada Pancasila; dan (4) Munculnya gejala
kebebasan yang miskin kontrol, saling curiga, stigmatisasi kelompok atas kelompok lainnya atas dasar
kepentingan (Puspensos-Depsos RI, 2006). Mensikapi hal tersebut, agar pembangunan kesejahteraan
sosial yang merupakan amanat UUD 1945 untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara bisa
terwujud, memerlukan suatu upaya penyelenggaraan kesejahteran sosial secara terarah, terpadu dan
berkelanjutan. Hal ini sangatlah penting, mengingat permasalahan kesejahteraan sosial dewasa ini
semakin berkembang baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Hal terlihat dengan semakin banyaknya
warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak, karena belum
memperoleh pelayanan dari negara. Akibatnya, banyak diantara mereka yang mengalami hambatan
pelaksanaan fungsi sosial, sehingga tidak dapat menjalankan kehidupan secara layak dan bermartabat.
Memperhatikan kondisi dan kecenderungan perkembangan permasalahan sosial dewasa ini serta
kemampuan penanganan yang dimiliki, maka dipandang perlu mengoptimalkan peran para penyuluh
sosial sebagai bagian tidak terpisahkan dari pembangunan kesejahteraan sosial. Hal ini sesuai dengan
yang tersurat pada Pasal 33 UU No 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, bahwa sumber daya
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial terdiri dari 4 pilar, yakni (1) Tenaga Kesejahteraan Sosial;
(2) Pekerja Sosial; (3) Relawan Sosial; dan (4) Penyuluh Sosial. Sebagai salah satu pilar dalam
penyelenggaraan kessos, keberadaan penyuluh sosial dapat dikatakan masih relatif baru, karena baru
lahir pada 2008 melalui Peraturan Menpan No PER/06/M.PAN/4 2008. Berdasarkan peraturan tersebut,
tugas pokok Penyuluh Sosial adalah melakukan penyuluhan sosial serta pengembangan penyuluhan
sosial. Adapun yang dimaksud dengan penyuluhan sosial adalah proses pengubahan perilaku yang
dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi dan edukasi oleh Penyuluh Sosial baik
secara lesan, tulisan, maupun peragaan kepada kelompok sasaran, sehingga muncul pemahaman yang
sama, pengetahuan dan kemauan guna berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan
sosial (Pasal 1 ayat 1). Menilik batasan pengertian tersebut, maka ada tiga peran penting yang harus
dijalankan oleh penyuluh sosial, yakni (1) sebagai komunikator; (2) motivator); sert (3) edukator dalam
penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial. Begitu strategisnya peran penyuluh sosial dalam
pembangunan karakter bangsa (nation caracter building) disamping juga telah memiliki kedudukan
hukum yang cukup kuat (Permenpan), maka sudah selayaknya untuk segera mulai mengoptimalkan
pelaksanaan tugas dan perannya dengan sebaik-baiknya. Hal ini dapat terlaksana dan berjalan dengan
baik (tentunya) apabila disertai adanya dukungan yang kuat dari berbagai pihak, khususya para
pemangku kebijakan terkait, dalam arti adanya upaya-upaya secara konkrit untuk memberikan
ruang/fasilitasi kepada para penyuluh agar mereka bisa menjalankan tugas dan perannya secara
optimal. (Sapto Parjono).

PENYULUHAN SOSIAL

1.     Pengertian Penyuluhan Sosial

Penyuluhan sosial Adalah

1. Secara harfiah penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau alat untuk
menerangi keadaan yang gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan
yaitu untuk memberikan penerangan atau penjelasan kepada mereka yang disuluh.
2. Menurut Pusat Penyuluhan Sosial, Departemen Sosial RI : Penyuluhan sosial adalah
suatu proses pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi,
komunikasi, motivasi dan edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun
peragaan kepada kelompok sasaran sehingga muncul pemahaman yang sama,
pengetahuan dan kemauan guna berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan
kesejahteraan sosial.

Makna atau arti :

a)      Penyuluhan sosial sebagai proses perubahan perilaku, yaitu bahwa penyuluhan tidak
sekedar memberi tahu atau menerangkan, dalam kaitan ini tujuan yang sebenarnya dari
penyuluhan sosial adalah terjadinya perubahan perilaku sasaran agar mereka mengetahui dan
mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha meningkatkan
kehidupannya.

b)      Penyuluhan sosial sebagai proses penyebarluasan informasi, yaitu proses penyebarluasan


informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan dan perubahan cara-cara penanganan masalah
kesejahteraan sosial, demi tercapainya peningkatan  kesejahteraan sosial individu, keluarga,
kelompok, organisasi dan masyarakat.

c)      Penyuluhan sosial sebagai proses komunikasi, yaitu penyebarluasan informasi oleh


penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran.

d)     Penyuluhan sosial sebagai proses pemberian motivasi, yaitu proses untuk menumbuhkan
dan mendorong kemauan kelompok sasaran agar berperan secara aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
e)      Penyuluhan sosial sebagai proses pendidikan (edukasi), yaitu suatu system pendidikan
nonformal untuk membuat mereka tahu, mau, dan mampu berswadaya agar berperan aktif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

f)       Penyuluh sosial adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung

jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh


pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan bidang pembangunan
kesejahteraan sosial. Penyulu social dari unsur masyarakat dalah tokoh masyarakat (baik dari
tokoh agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda) yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang bidang kesejahteraan sosial
(pusat dan daerah) untuk melakukan kegiatan penyuluhan bidang pembangunan kesejahteraan
sosial.

g)      Sasaran penyuluhan sosial adalah Pemerlu Pelayanan Kesejateraan Sosial (PPKS) yang
terdiri dari 22 jenis dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) yang terdiri dari 5 jenis.

h)      Pembangunan kesejahteraan sosial adalah program-program dan kegiatan yang dirancang


dan dilaksanakan dalam rangka penanganan permasalahan sosial, dan peningkatan serta
pengembangan kesejahteraan sosial masyarakat.

i)        Menurut UU Nomor 11 Thun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah Kondisi terpenuhinya


kebutuhan material, spiritual, dan social warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

1.      Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Sosial

Penyuluhan merupakan suatu proses perubahan perilaku melalui pendidikan nonformal. Untuk
mengukur adanya perubahan perilaku relatife sulit, namun pada umumnya dapat dilihat dari
tindakan, pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat dalam mengatasi masalah sosial.
Pada kenyataan, bahwa perubahan perilaku tersebut tidak serta merta karena penyuluhan tetapi
dipengaruhi faktor lain.

Faktor yang mempengaruhi perubahan :

1. Keadaan Pribadi Sasaran :


a)      Sasaran penyuluhan adalah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

b)      Perlu diamati pada diri sasaran ada tidaknya motivasi pribadi untuk melakukan perubahan.

c)      Apakah ada kekuatan yang menghambat:

1)      Adanya kegagalan pada masa lalu, karena kegagalan,

2)      Kekurangsiapan melakukan perubahan,

3)      Tidak mau menanggung resiko.

2. Kondisi Lingkungan Fisik :

a)      Kondisi geografis

b)      Sarana dan prasarana

c)      Aksesibilas

3. Lingkungan Sosial Budaya:

a)      Kebudayaan

b)      Opini publik

c)      Kekuatan lembaga sosial

d)     Kekuatan-kekuatan ekonomi

1.     Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan Sosial

Faktor pendukung efektifitas penyuluhan sosial terdiri dari :

 Metode
 Media
 Materi
 Waktu dan tempat

1. Metode Penyuluhan

a)      Metode partisipatif artinya bahwa seorang penyuluh sosial tidak menggurui,


mengindoktrinasi tetapi memfasilitasi masyrakat sehingga masyarakat dapat berperan secara
aktif, berada ditengah-tengah masarakat untuk mengkaji dan menyuluh dengan teknik
Participatory Rural Appraisal (PRA).
b)      Metode dialog interaktif artinya bahwa seorang tenaga penyuluh sosial tidak hanya
menyuluh/menerangkan saja tetapi kepada audience diberikan kesempatan untuk bertanya dan
menanggapi dengan teknik Focus Group Discussion (FGD).

c)        Metode Pemberdayaan artinya bahwa seorang tenaga penyuluh sosial harus bias melihat,
mengamati potensi, sumber dan daya yang dimiliki masyarakat sehingga penyuluh sosial dapat
menjadi fasilitator untuk bersama-sama masyarakat dapat mendayagunakan potensi dan sumber
yang dimiliki untuk penanggulangan masalah bersama yang dihadapi guna terwujudnya
kesejahteraan bersama.

Metode lainnya :

a)      Berdasarkan pendekatan sasaran :

1)      Metode perseorangan

2)      Metode kelompok

3)      Metode massal

b)      Berdasarkan teknik komunikasi :

1)      Langsung artinya penyuluhan sosial yang dilaksanakan oleh penyuluh sosial yang bertatap
muka dengan khalayak sasaran.

2)      Tidak langsung artinya penyuluhan sosial yang dilaksanakan oleh penyuluh sosial yang
tidak bertatap muka dengan khalayak sasaran melalui berbagai media penyuluhan sosial.

c)      Berdasarkan indera penerima :

1)      Indra penglihatan

2)      Indra pendengaran

3)      Indra campuran

2. Media Penyuluhan

a)      Alat bantu yang berfungsi sebagain perantara yang dapat dipercaya antara penyuluh dengan
sasaran sehingga pesan dan info yang disampaikan lebih jelas dan nyata. Alat tersebut bias
diamati, didengar, diraba, dan dirasa. Contoh :

1)      Media Elektronika

Radio dan televisi meliputi :


Dialog interaktif; sosialisasi, seminar,

Diskusi aktual; public service announcement (PSA) atau

Iklan layanan masyarakat; short message service (SMS).

2)      Media Cetak meliputi :

Majalah, Koran, leaflet, booklet, banner, baliho, billboard, spanduk.

3)      Media Tradisional meliputi :

Ketoprak, wayang, ludruk, lenong, kesenian daerah lainnya.

b)      Selain memperjelas alat bantu dapat menarik perhatian, menimbulkan kesan mendalam dan
menghemat waktu.

c)      Alat bantu yang baik, bila sesuai dengan pesan/info yang disampaikan dan dapat
memperjelas informasi.

d)     Perhatikan : tidak semua alat bantu mudah dibawa tersedia dimana.

e)      Alat bantu/peraga penyuluhan

1)      Benda : ssmpel, model, specimen

2)      Barang cetakan : Pamflet, leaflet, brosur, poster, foto

3)      Gambar diproyeksikan : slide, movie, film

4)      Lambang grafika : peta, dagram, grafik, skema

3. Materi Penyuluhan

Adalah bahan yang disiapkan oleh penyuluh social dalam rangka pelaksanaan penyuluhan :

a)      Sesuai tingkat kemampuan sasaran/masyarakat

b)      Tidak bertentang dengan adat istiadat dan kepercayaan

c)      Mampu mendatangkan keuntungan

d)     Bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan

e)      Mengesankan dan dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan segera dinikmati.
4. Waktu dan Tempat

a)      Waktu, sesuaikan dengan kebiasaan masyarakat

b)      Tempat representative, mudah dijangkau.

1.     Warga Sasaran : Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi


Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)
2. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Pemerlu Pelayanana Kesejahteraan Sosial (PPKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok


masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan
fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun
sosial secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, atau gangguan tersebut dapat berupa
kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan,
keterasingan/ketertinggalan, dan bencana alam maupun bencana sosial.

Saatini Kementerian Sosial menangani 22 jenis PMKS, yaitu sebagai berikut :

1. Anak Balita Telantar, adalah anak yang berusia 0-4 tahun karena sebab tertentu, orang
tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan :
miskin/tidak mampu, salah seorang sakit, salah seorang/kedua-duanya, meninggal, anak
balita sakit) sehingga terganggu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangannya baik secara jasmani, rohani dan sosial.
2. Anak Telantar,adalah anak berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya
tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan seperti miskin atau
tidak mampu, salah seorang dari orangtuanya atau kedua-duanya sakit, salah seorang atau
kedua-duanya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengasuh/pengampu)
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani,
rohani dan sosial.
3. Anak Nakal,adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang berperilaku menyimpang dari
norma dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat,lingkungannya sehingga merugikan
dirinya, keluarganya dan orang lain, serta mengganggu ketertiban umum, akan tetapi
karena usia belum dapat dituntut secara hukum.
4. Anak Jalanan,adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat
umum.
5. Wanita Rawan Sosial Ekonomi,adalah seorang wanita dewasa berusia 18-59 tahun
belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat
memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
6. Korban Tindak Kekerasan, , adalah seseorang yang mengalami tindak kekerasan,
diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan
terdekatnya, dan terancam baik secara fisik maupun non fisik.
7. Lanjut Usia Telantar,adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani
maupun sosial.
8. Penyandang Cacat,adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang
dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk
melakukan fungsi-fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari
penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan
penyandang cacat mental.
9. Tuna Susila,adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dangan sesama atau
lawan jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan
tujuan mendapatkan imbalan uang,materi atau jasa.
10. Pengemis, adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta di tempat
umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.
11. Gelandangan, adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan
norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai
pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.
12. Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK),adalah seseorang yang
telah selesai atau dalam 3 bulan segera mengakhiri masa hukuman atau masa pidananya
sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri
kembali dalam kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan
pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya secara normal.
13. Korban Penyalahgunaan NAPZA,adalah seseorang yang menggunakan narkotika,
psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan
pengobatan atau tanpa sepengetahuan dokter yang berwenang.
14. Keluarga Fakir Miskin, adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak
mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian akan
tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.
15. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni, adalah keluarga yang kondisi perumahan dan
lingkungannya tidak memenuhi persyaratanyang layak untuk tempat tinggal baik secara
fisik, kesehatan maupun sosial.
16. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis, adalah keluarga yang hubungan antar anggota
keluarganya terutama antara suami -istri kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi
keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar .
17. Komunitas Adat Terpencil, adalah kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam
kesatuan kesatuan sosial kecil yang bersifat lokal dan terpencil, dan masih sangat terikat
pada sumber daya alam dan habitatnya secara sosial budaya terasing dan terbelakang
dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya,sehingga memerlukan
pemberdayaan dalam menghadapi perubahan lingkungan dalam arti luas.
18. Korban Bencana Alam,adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang
menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya
bencana alam yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya.Termasuk dalam korban bencana alam adalah korban bencana
gempa bumi tektonik, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, gelombang pasang
atau tsunami,kencang, kekeringan, dan kebakaran hutan atau lahan, kebakaran
permukiman, kecelakaan pesawat terbang, kereta api, perahu dan musibah industri
(kecelakaan kerja).
19. Korban Bencana Sosial atau Pengungsi, adalah perorangan, keluarga atau kelompok
masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai
akibat dari terjadinya bencana sosial kerusuhan yang menyebabkan mereka mengalami
hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
20. Pekerja Migran Telantar, adalah seseorang yang bekerja di luar tempat asalnya dan
menetap sementara di tempat tersebut dan mengalami permasalahan sosial sehingga
menjadi telantar.
21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), adalah seseorang yang dengan rekomendasi
profesional (dokter) atau petugas laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga
mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup telantar.
22. Keluarga Rentan, adalah keluarga muda yang baru menikah (sampai dengan lima tahun
usia pernikahan) yang mengalami masalah sosial dan ekonomi (berpenghasilan sekitar
10% di atas garis kemiskinan) sehingga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar
keluarga.
23. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) adalah potensi dan sumber yang ada pada
manusia, alam dan institusi sosial yang dapat digunakan untuk usaha kesejahteraan sosial.
Selanjutnya Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial meliputi :

1. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM),adalah warga masyarakat yang atas dasar kesadaran
dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang Kesejahteraan Sosial.
2. Organisasi Sosial, adalah suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik
yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang berfungsi sebagai
sarana partisipasi masyarakat dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial
3. Karang Taruna, adalah Organisasi Sosial Kepemudaan, wadah pengembangan generasi
muda, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh, dan
untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas
sosial sederajat, yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial dan secara organisasi
berdiri sendiri.
4. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM), adalah sistem kerja
sama antar keperangkatan pelayanan sosial di akar rumput yang terdiri atas usaha
kelompok, lembaga maupun jaringan pendukungnya. Wahana ini berupa jejaring kerja
dari pada kelembagaan sosial komunitas lokal, baik yang tumbuh melalui proses alamiah
dan tradisional maupun lembaga yang sengaja dibentuk dan dikembangkan oleh
masyarakat pada tingkat lokal, sehingga dapat menumbuh kembangkan sinergi lokal
dalam pelaksanaan tugas di bidang Usaha Kesejahteraan Sosial.
5. Dunia Usaha yang Melakukan UKS, adalah organisasi komersial seluruh lingkungan
industri dan produksi barang/jasa termasuk BUMN dan BUMD serta atau wirausahawan
beserta jaringannya yang dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawardhani, Neni.2011. “Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah Penyuluhan Sosial
dalam Pekerjaan Sosial. STKS Bandung, 9 Februari 2011.

Murdiyanto.2009. Peran lembaga Sosial Terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial


(PMKS) di Palembang. Yogyakarta: B2P3KS PRESS.

Pusat Penyuluhan Sosial.2001. Standard Umum Penyuluhan Sosial. Jakarta: Departemen Sosial


RI.

Pusat Penyuluhan Sosial.2008. Materi Penyuluhan Sosial Bidang Kesejahteraan Sosial.  Jakarta:


Departemen Sosial RI.

Suharto, Edi.2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model


Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Suradi.2011a. “Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah Penyuluhan Sosial dalam Pekerjaan
Sosial. STKS Bandung, 26 Maret 2011.

2011b.“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Sosial”, Handout Mata


Kuliah  Penyuluhan Sosial dalam Pekerjaan Sosial. STKS Bandung, 26 Maret 2011.

2011c.“Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah Penyuluhan


Sosial dalam Pekerjaan Sosial. STKS Bandung, 26 Maret 2011.

Pengertian Penyuluhan Sosial

Pengertian Penyuluhan Sosial

Penyuluhan sosial Adalah

1.Secara harfiah penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau alat untuk
menerangi keadaan yang gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan yaitu
untuk memberikan penerangan atau penjelasan kepada mereka yang disuluh.

2.Menurut Pusat Penyuluhan Sosial, Departemen Sosial RI : Penyuluhan sosial adalah suatu
proses pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi,
motivasi dan edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada
kelompok sasaran sehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan guna
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
Makna atau arti :

a) Penyuluhan sosial sebagai proses perubahan perilaku, yaitu bahwa penyuluhan tidak sekedar
memberi tahu atau menerangkan, dalam kaitan ini tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan sosial
adalah terjadinya perubahan perilaku sasaran agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan
serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha meningkatkan kehidupannya.
b) Penyuluhan sosial sebagai proses penyebarluasan informasi, yaitu proses penyebarluasan
informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan dan perubahan cara-cara penanganan masalah
kesejahteraan sosial, demi tercapainya peningkatan  kesejahteraan sosial individu, keluarga,
kelompok, organisasi dan masyarakat.

c) Penyuluhan sosial sebagai proses komunikasi, yaitu penyebarluasan informasi oleh penyuluh
sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran.

d) Penyuluhan sosial sebagai proses pemberian motivasi, yaitu proses untuk menumbuhkan dan
mendorong kemauan kelompok sasaran agar berperan secara aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.

e) Penyuluhan sosial sebagai proses pendidikan (edukasi), yaitu suatu system pendidikan
nonformal untuk membuat mereka tahu, mau, dan mampu berswadaya agar berperan aktif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

f) Penyuluh sosial adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
penyuluhan bidang pembangunan kesejahteraan sosial. Penyulu social dari unsur masyarakat
dalah tokoh masyarakat (baik dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda) yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
bidang kesejahteraan sosial (pusat dan daerah) untuk melakukan kegiatan penyuluhan bidang
pembangunan kesejahteraan sosial.

g) Sasaran penyuluhan sosial adalah Pemerlu Pelayanan Kesejateraan Sosial (PPKS) yang terdiri
dari 22 jenis dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) yang terdiri dari 5 jenis.

h) Pembangunan kesejahteraan sosial adalah program-program dan kegiatan yang dirancang dan
dilaksanakan dalam rangka penanganan permasalahan sosial, dan peningkatan serta
pengembangan kesejahteraan sosial masyarakat.

i) Menurut UU Nomor 11 Thun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah Kondisi terpenuhinya


kebutuhan material, spiritual, dan social warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

MENGENAL JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH SOSIAL

Desember 14, 2014

Penyuluh Sosial adalah Jabatan Fungsional yang relatif masih baru di Kementerian Sosial RI. Terbentuk
atas dasar Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/06/M.PAN/4/2008
tanggal 9 April 2008 Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Sosial dan Angka Kreditnya. Kemudian
ditindaklanjuti dengan Peraturan Bersama Menteri Sosial dengan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 41/HUK-PPS/2008 dan Nomor 13 tahun 2008 tanggal 17 Juni 2008 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya.
Dalam peraturan tersebut disebutkan definisi Penyuluh Sosial sebagai jabatan yang mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan bidang
pembangunan kesejahteraan sosial yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban
yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
Juga dijelaskan tentang definisi Penyuluhan Sosial sebagai suatu proses pengubahan perilaku yang
dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi dan edukasi oleh Penyuluh Sosial baik
secara lisan, tulisan, maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga muncul pemahaman yang
sama, pengetahuan dan kemauan guna berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan
sosial.

BAB I
PENDAHULUAN

   A. Latar Belakang

Selama beberapa tahun terakhir ini, di Indonesia sering dilanda oleh yang
namanya bencana. Baik itu bencana alam maupun bencana yang terjadi oleh
karena ulah manusia. Bencana alam yang terus-menerus menimpa bangsa kita telah
membuat berbagai tanaman masyarakat porak poranda. Korban jiwa pun
berjatuhan, harta benda tak tersisakan, dan meninggalkan trauma yang mendalam
bagi para korban yang selamat.
Bukan tidak mungkin bencana yang serupa itu akan terjadi kembali, bahkan di
beberapa tempat sudah ada peringatan bahwa akan terjadi bencana alam. Maka dari
itu agar kita dapat meminimalisirkan dampak bencana alam yang akan terjadi
mulai sekarang kita harus sudah mulai membuat rencana untuk memberikan
sosialisasi dan siap untuk ikut melakukan sosialisasi tanda-tanda bencana alam.
Jika hal itu sudah terjadi kita harus siap untuk ikut terjun secara langsung
menanggulangi dan melakukan penyuluhan sosial dalam penggulangan bencana.
 

 
  

B. Rumusan Masalah

1.     Apa yang dimaksud dengan penaggulangan bencana?


2.     Pengertian penyuluhan sosial mengenai penanggulangan bencana berbasis
masnyarakat?
3.     Apa tujuan dari penyuluhan sosial?
4.     Bagaimana fungsi penyuluhan sosial mengenai penanggulangan bencana berbasis
masnyarakat?
5.     Bagaimana kompetensi dalam penyuluhan sosial?
     

 C. Tujuan Rumusan

1.     Untuk mengetahui apa itu penanggulangan bencana,


2.     Untuk mengetahui pengertian dari penyuluhan sosial mengenai penanggulangan
bencana berbasis masyarakat,
3.     Untuk mengetahui tujuan penyuluhan sosial,
4.     Untuk mengetahui bagaimana fungsi penyuluhan sosial mengenai penanggulangan
bencana berbasis masyarakat, dan
5.     Untuk mengetahui kompetensi dalam penyuluhan sosial.

BAB II
PEMBAHASAN

   A. Pengertian Penanggulangan Bencana

Penanggulangan bencana alam merupakan suatu rangkaian kegiatan yang


meliputi semua aspek perencanaan dalam menghadapi bencana, kegiatan sebelum
dan sesudah bencana, termasuk dampak bencana alam. Penanggulangan bencana
alam bukan hanya sekali, melainkan sebuah proses berkelanjutan yang menuntut
manajemen, kepedulian, dan tindakkan serta partisipasi nyata berbagai unsur
masyarakat untuk saling bekerja sama dengan baik dalam kelompok formal
ataupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Dalam kondisi ini, masyarakat dibantu untuk mendapatkan pelayanan hidup,
berbagi layanan informasi tentang permasalahan, pemenuhan kebutuhan,
kesempatan hidup secara normal, serta difasilitasi untuk menemukan solusi yang
tepat agar mereka mampu mengakses kembali sumber-sumber kehidupan di
kemudian hari.

B. Fungsi Penyuluhan Sosial Mengenai Penanggulangan Bencana Berbasis


Masyarakat

Penyuluhan sosial mengenai penanggulangan bencana berbasis masyarakat


adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan kepada masyarakat yang tinggal
di wilayah rawan bencana alam. Penyuluhan tersebut bertujuan agar masyarakat
mendapatkan berbagai informasi serta mampu berperan dalam membangun
kehidupannya. Penyuluhan sosial merupakan bagian penting dalam
penanggulangan bencana alam. Penyuluhan sosial dilakukan agar setiap proses
penanggulangan bencana memiliki dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
positif dan berkelanjutan, baik terhadap masyarakat yang terkena bencana maupun
terhadap pihak terkait lainnya.
Fungsi penyuluhan sosial dalam upaya penanggulangan bencana berbasis
masyarakat adalah sebagai berikut:
a)       Inisiatif, penyuluhan sosial dilakukan untuk mulai menggerakan masyarakat agar
mampu waspada dan mengantisipasi bahaya bencana.
b)       Sosialisai, berfungsi untuk menyebarkan berbagai informasi awal mengenai
rencana tindak mitigasi bencana, kesiap-siagaan, tanggap darurat, rehabilitasi,
maupun kegiatan rekonstruksi.
c)        Preparasi, yaitu untuk menyiapkan masyarakat agar selalu siap dan tanggap untuk
melaksanakan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui
satkorlak di wilayah bencana.
d)       Promosi, yaitu untuk mendukung pemerintah agar setiap upaya positif dalam
penyuluhan sosial atas penanggulangan bencana berjalan aktif dan permanen.
e)        Partisipasi, yaitu untuk meningkatkan dukungan dan keterlibatan berbagai elemen
masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana alam.
f)         Desiminasi, yaitu untuk menyebarluaskan program-program pemerintah melalui
penyuluhan sosial sebagai upaya penanggulangan bencana alam.
     

 C. Kompetensi Penyuluhan Sosial

Penanggulangan bencana alam pada umumnya banyak melibatkan komponen


di masyarakat, seperti pekerja sosial, penyuluh sosial, tim SAR, sukarelawan, dan
pemerintah. Para tenaga profesional tersebut bekerja bukan untuk kelompok
organisasi atau mengangkat isu publik, melainkan untuk kepentingan masyarakat
banyak.
Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sebagai prasyarat untuk mendukung
penyuluhan sosial atas penanggulangan bencana berbasis komunitas adalah sebagai
berikut:

a.       Kompetensi dasar

Pengetahuan, sikap, dan perilaku umum yang harus dimiliki oleh penyuluh
sosial adalah sebagai berikut:
1)       Hubungan interpersonal (interpersonal relation), penyuluhan sosial yang
dilakukan untuk memulai menggerakkan masyarakat agar waspada dan
mengantisipasi bahaya bencana.
2)       Penyajian informasi (presentation of information), yakni untuk menyebarkan
berbagai informasi awal mengenai rencana tindak mitigasi bencana, kesiap-
siagaan, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi.
3)       Kepemimpinan (leadership), yaitu untuk menyiapkan masyarakat agar selalu siap
dan tanggap untuk melaksanakan petunjuk-petunjuk yang telah ditetapkan oleh
pemerintah melalui satkorlak di wilayah bencana.
4)       Profesionalisme (profesionalism), yaitu untuk mendukung pemerintah agar setiap
upaya positif dalam melaksanakan penyuluhan sosial atas upaya penanggulangan
bencana berjalan aktif dan permanen.
5)       Partisipasi (participation), yaitu untuk meningkatkan dukungan dan keterlibatan
berbagi unsur masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana.
6)       Desiminasi (decimination), yaitu untuk menyebarluaskan program-program
pemerintah melalui penyuluhan sosial sebagai upaya penanggulangan bencana.

b. Kemampuan atau upaya untuk mengembangkan inisiatif masyarakat

Kemampuan untuk mengembangkan inisiatif masyarakat meliputi beberapa


hal  berikut:
1)       Pengembangan inspirasi, yaitu kemampuan memulai dan menggagas ide-ide
inovatif dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan sosial atas penanggulangan
bencana.
2)       Partisipasi publik, yaitu kemampuan membangun kepercayaan (trust) dan
memperluas dukungan dari berbagai unsur masyarakat.
3)       Perencanaan partisipasi, yaitu kemampuan merancang kegiatan/program yang
mudah dicerna masyarakat serta melibatkan banyk pihak.
4)       Pengembangan jaringan, yaitu kemampuan mengurangi perbedaan serta dapat
membangun kerja sama antarlembaga secara baik.
Kegiatan penyuluhan sosial atas penanggulangan bencana merupakan bagaian
integral dari pembangunan kesejahteraan sosial, terutama di daerah yang terkena
bencana alam. Hal mendasar yang harus segera disampaikan kepada masyarakat
adalah memberikan pemahaman, meningkatkan kesadaran terhadap perubahan
keadaan alam akibat bencana, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyuluhan, ataupun memberdayakan masyarakat yang tinggal di wilayah rawan
bencana secara lintas sektor (bagian), sinergis (menyatu), dan komprehensif
(menyeluruh).
Penentuan suatu kebijakan dalam melaksanakan penyuluhan sosial atas
penanggulangan bencana dibutuhkan suatu pendekatan yang mengacu pada konsep
dasar dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.
  Konsep dasar pendekatan dalam penyuluhan sosial berbasis komunitas
No. Kategori Konsep Lama Konsep Baru
1. Masyarakat korban     Korban tidak berdaya.     Korban
aktif untuk
bencana.     Penerima bantuan pasif. membangun kembali
kehidupan.
    Kemampuannya dipakai dan
dibangun melalui partisipasi.
2. Pengkajian.     Pengkajian kerusakan dan     Penkajian kerusakan,
kebutuhan. kebutuhan, dan kemampuan.
    Dilakukan oleh pakar dari     Dilakukan bersama
luar. masyarakat dengan menimbang
jenis kelamin, budaya, dan
umur.
3. Jenis bantuan.     Bantuan fisik dan material     Bantuan material, aspek
serta pemecahan masalah. kelembagaan, organisasi untuk
mengatasi akar penyebab
kerusakan.
4. Pusat bantuan.     Rumah tangga dan     Komunitas, kelompok
perorangan. masyarakat, dan organisasi.
5. Penantu bantuan.     Pemberi bantuan     Anggota masyarakat terlibat
menentukan kebutuhan dalam pengambilan keputusan
para korban. yang memprioritaskan
kebutuhan.
6. Penanggung jawab     Lembaga kebencanaan.     Semua orang bertanggung
penanggulangan jawab dan lembaga
bencana. kebencanaan sebagai
pendukung.
Berdasarkan konsep baru yang dipengaruhi dalam pendekatan penyuluhan
sosial atas upaya penanggulangan bencana alam, terdapat beberapa prinsip yang
dapat dijadikan dasar, yaitu sebagai berikut:
1)       Semua lapisan masyarakat menjadi pelaku utama yang pro-aktif dalam
penanggulangan bencana.
2)       Penanggulangan bencana dilakukan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi.
3)       Penanggulangan bencana alam didasarkan kemampuan masyarakat setempat,
direncanakan, dilakukan, dipantau, dan dievaluasi bersama-sama oleh masyarakat
dengan dukungan lembaga kebencanaan.
4)       Penanggulangan bencana alam meliputi aspek fisik materi, penguatan organisasi,
dan penanggulangan atas kerentanan terhadap bahaya bencana.
5)       Pengkajian, bahaya, kerusakan, kemampuan, dan kebutuhan dilakukan oleh
masyarakat setempat.
6)       Jenis dan cara penyaluran bantuan di tentukan oleh masyarakat.
     

BAB III
KESIMPULAN SARANA

Jadi penaggulangan bencana alam merupakan suatu rangkaian kegiatan yang


meliputi semua aspek perencanaan dalam menghadapi bencana, kegiatan sebelum
dan sesudah bencana.
Penyuluhan sosial mengenai penanggulangan bencana berbasis masyarakat
adalah serangkaian kegiatan penyampaian pesan kepada masyarakat yang tinggal
di wilayah rawan bencana alam. Penyuluhan tersebut bertujuan agar masyarakat
mendapatkan berbagai informasi serta mampu berperan dalam membangun
kehidupannya. Penyuluhan sosial merupakan bagian penting dalam
penanggulangan bencana alam. Fungsi dari penyulahan sosial dalam upaya
penaggulangan bencana berbasis masyarakat meliputi inisiatif, sosialisai, preparasi,
promosi, partisipasi, dan desiminasi.
Kompetensi penyuluhan sosial terdiri dari :
a. Kompetensi dasar
    1.  Hubungan interpersonal (interpersional relation),
2.  Penyajian informasi
(preparation of information),
3.  Kepemimpinan (leadership),
4.  Propesionalisme (profesionalism),
5.  Partisipasi (participation), dan
6.  Desiminasi (decimination).

 b. Kemampuan atau upaya untuk mengembangkan inisiatif masyarakat


    1.  Pengembangan inspirasi,
2.  Partisipasi publik,
3.  Perencanaan partisipai, dan
4.  Pengembangan jaringan.
Kegiatan penyuluhan sosial atas penanggulangan bencana merupakan bagaian
integral dari pembangunan kesejahteraan sosial, terutama di daerah yang terkena
bencana alam. Hal mendasar yang harus segera disampaikan kepada masyarakat
adalah memberikan pemahaman, meningkatkan kesadaran terhadap perubahan
keadaan alam akibat bencana, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penyuluhan, ataupun memberdayakan masyarakat yang tinggal di wilayah rawan
bencana secara lintas sektor (bagian), sinergis (menyatu), dan komprehensif
(menyeluruh).
Penentuan suatu kebijakan dalam melaksanakan penyuluhan sosial atas
penanggulangan bencana dibutuhkan suatu pendekatan yang mengacu pada konsep
dasar dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.

Pengertian Dan Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Sosial

PENYULUHAN SOSIAL

1. Pengertian Penyuluhan Sosial

Penyuluhan sosial Adalah

1. Secara harfiah penyuluhan bersumber dari kata suluh yang berarti obor atau alat untuk
menerangi keadaan yang gelap. Dari asal kata tersebut dapat diartikan bahwa penyuluhan yaitu
untuk memberikan penerangan atau penjelasan kepada mereka yang disuluh.
2. Menurut Pusat Penyuluhan Sosial, Departemen Sosial RI : Penyuluhan sosial adalah suatu proses
pengubahan perilaku yang dilakukan melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi
dan edukasi oleh penyuluh sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok
sasaran sehingga muncul pemahaman yang sama, pengetahuan dan kemauan guna
berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan kesejahteraan sosial.

Makna atau arti :

1. Penyuluhan sosial sebagai proses perubahan perilaku, yaitu bahwa penyuluhan tidak sekedar
memberi tahu atau menerangkan, dalam kaitan ini tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan
sosial adalah terjadinya perubahan perilaku sasaran agar mereka mengetahui dan mempunyai
kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha meningkatkan
kehidupannya.
2. Penyuluhan sosial sebagai proses penyebarluasan informasi, yaitu proses penyebarluasan
informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan dan perubahan cara-cara penanganan
masalah kesejahteraan sosial, demi tercapainya peningkatan kesejahteraan sosial individu,
keluarga, kelompok, organisasi dan masyarakat.
3. Penyuluhan sosial sebagai proses komunikasi, yaitu penyebarluasan informasi oleh penyuluh
sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran.
4. Penyuluhan sosial sebagai proses pemberian motivasi, yaitu proses untuk menumbuhkan dan
mendorong kemauan kelompok sasaran agar berperan secara aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
5. Penyuluhan sosial sebagai proses pendidikan (edukasi), yaitu suatu system pendidikan
nonformal untuk membuat mereka tahu, mau, dan mampu berswadaya agar berperan aktif
dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
6. Penyuluh sosial adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
penyuluhan bidang pembangunan kesejahteraan sosial. Penyulu social dari unsur masyarakat
dalah tokoh masyarakat (baik dari tokoh agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda) yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
bidang kesejahteraan sosial (pusat dan daerah) untuk melakukan kegiatan penyuluhan bidang
pembangunan kesejahteraan sosial.
7. Sasaran penyuluhan sosial adalah Pemerlu Pelayanan Kesejateraan Sosial (PPKS) yang terdiri dari
22 jenis dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) yang terdiri dari 5 jenis.
8. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah program-program dan kegiatan yang dirancang dan
dilaksanakan dalam rangka penanganan permasalahan sosial, dan peningkatan serta
pengembangan kesejahteraan sosial masyarakat.
9. Menurut UU Nomor 11 Thun 2009, Kesejahteraan Sosial adalah Kondisi terpenuhinya kebutuhan
material, spiritual, dan social warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Sosial

Penyuluhan merupakan suatu proses perubahan perilaku melalui pendidikan nonformal. Untuk
mengukur adanya perubahan perilaku relatife sulit, namun pada umumnya dapat dilihat dari
tindakan, pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat dalam mengatasi masalah sosial.
Pada kenyataan, bahwa perubahan perilaku tersebut tidak serta merta karena penyuluhan tetapi
dipengaruhi faktor lain.

Faktor yang mempengaruhi perubahan :

1. Keadaan Pribadi Sasaran :


2. Sasaran penyuluhan adalah manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
3. Perlu diamati pada diri sasaran ada tidaknya motivasi pribadi untuk melakukan perubahan.
4. Apakah ada kekuatan yang menghambat:

 Adanya kegagalan pada masa lalu, karena kegagalan,


 Kekurangsiapan melakukan perubahan,
 Tidak mau menanggung resiko.

2. Kondisi Lingkungan Fisik :


3. Kondisi geografis
4. Sarana dan prasarana
5. Aksesibilas
6. Lingkungan Sosial Budaya:
7. Kebudayaan
8. Opini publik
9. Kekuatan lembaga sosial
10. Kekuatan-kekuatan ekonomi

1. Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan Sosial

Faktor pendukung efektifitas penyuluhan sosial terdiri dari :

 Metode
 Media
 Materi
 Waktu dan tempat

1. Metode Penyuluhan
2. Metode partisipatif artinya bahwa seorang penyuluh sosial tidak menggurui, mengindoktrinasi
tetapi memfasilitasi masyrakat sehingga masyarakat dapat berperan secara aktif, berada
ditengah-tengah masarakat untuk mengkaji dan menyuluh dengan teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA).
3. Metode dialog interaktif artinya bahwa seorang tenaga penyuluh sosial tidak hanya
menyuluh/menerangkan saja tetapi kepada audience diberikan kesempatan untuk bertanya dan
menanggapi dengan teknik Focus Group Discussion (FGD).
4. Metode Pemberdayaan artinya bahwa seorang tenaga penyuluh sosial harus bias melihat,
mengamati potensi, sumber dan daya yang dimiliki masyarakat sehingga penyuluh sosial dapat
menjadi fasilitator untuk bersama-sama masyarakat dapat mendayagunakan potensi dan
sumber yang dimiliki untuk penanggulangan masalah bersama yang dihadapi guna terwujudnya
kesejahteraan bersama.

Metode lainnya :

1. Berdasarkan pendekatan sasaran :

 Metode perseorangan
 Metode kelompok
 Metode massal

1. Berdasarkan teknik komunikasi :

 Langsung artinya penyuluhan sosial yang dilaksanakan oleh penyuluh sosial yang bertatap muka
dengan khalayak sasaran.
 Tidak langsung artinya penyuluhan sosial yang dilaksanakan oleh penyuluh sosial yang tidak
bertatap muka dengan khalayak sasaran melalui berbagai media penyuluhan sosial.
1. Berdasarkan indera penerima :

 Indra penglihatan
 Indra pendengaran
 Indra campuran

2. Media Penyuluhan
3. Alat bantu yang berfungsi sebagain perantara yang dapat dipercaya antara penyuluh dengan
sasaran sehingga pesan dan info yang disampaikan lebih jelas dan nyata. Alat tersebut bias
diamati, didengar, diraba, dan dirasa. Contoh :

 Media Elektronika

Radio dan televisi meliputi :

Dialog interaktif; sosialisasi, seminar,

Diskusi aktual; public service announcement (PSA) atau

Iklan layanan masyarakat; short message service (SMS).

 Media Cetak meliputi :

Majalah, Koran, leaflet, booklet, banner, baliho, billboard, spanduk.

 Media Tradisional meliputi :

Ketoprak, wayang, ludruk, lenong, kesenian daerah lainnya.

1. Selain memperjelas alat bantu dapat menarik perhatian, menimbulkan kesan mendalam dan
menghemat waktu.
2. Alat bantu yang baik, bila sesuai dengan pesan/info yang disampaikan dan dapat memperjelas
informasi.
3. Perhatikan : tidak semua alat bantu mudah dibawa tersedia dimana.
4. Alat bantu/peraga penyuluhan

 Benda : ssmpel, model, specimen


 Barang cetakan : Pamflet, leaflet, brosur, poster, foto
 Gambar diproyeksikan : slide, movie, film
 Lambang grafika : peta, dagram, grafik, skema

3. Materi Penyuluhan

Adalah bahan yang disiapkan oleh penyuluh social dalam rangka pelaksanaan penyuluhan :
1. Sesuai tingkat kemampuan sasaran/masyarakat
2. Tidak bertentang dengan adat istiadat dan kepercayaan
3. Mampu mendatangkan keuntungan
4. Bersifat praktis, mudah dipahami dan diaplikasikan
5. Mengesankan dan dapat dimanfaatkan dengan hasil nyata dan segera dinikmati.
6. Waktu dan Tempat
7. Waktu, sesuaikan dengan kebiasaan masyarakat
8. Tempat representative, mudah dijangkau.

1. Warga Sasaran : Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS)
2. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Pemerlu Pelayanana Kesejahteraan Sosial (PPKS) adalah seseorang, keluarga atau kelompok
masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau gangguan tidak dapat melaksanakan
fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun
sosial secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, atau gangguan tersebut dapat berupa
kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan,
keterasingan/ketertinggalan, dan bencana alam maupun bencana sosial.

Saatini Kementerian Sosial menangani 22 jenis PMKS, yaitu sebagai berikut :

1. Anak Balita Telantar, adalah anak yang berusia 0-4 tahun karena sebab tertentu, orang tuanya
tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan : miskin/tidak mampu,
salah seorang sakit, salah seorang/kedua-duanya, meninggal, anak balita sakit) sehingga
terganggu kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya baik secara jasmani,
rohani dan sosial.
2. Anak Telantar,adalah anak berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya tidak
dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan seperti miskin atau tidak
mampu, salah seorang dari orangtuanya atau kedua-duanya sakit, salah seorang atau kedua-
duanya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengasuh/pengampu) sehingga tidak
dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani dan sosial.
3. Anak Nakal,adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang berperilaku menyimpang dari norma dan
kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat,lingkungannya sehingga merugikan dirinya,
keluarganya dan orang lain, serta mengganggu ketertiban umum, akan tetapi karena usia belum
dapat dituntut secara hukum.
4. Anak Jalanan,adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah dan berkeliaran di jalanan maupun tempat-tempat umum.
5. Wanita Rawan Sosial Ekonomi,adalah seorang wanita dewasa berusia 18-59 tahun belum
menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup untuk dapat memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari.
6. Korban Tindak Kekerasan, , adalah seseorang yang mengalami tindak kekerasan, diperlakukan
salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan terdekatnya, dan
terancam baik secara fisik maupun non fisik.
7. Lanjut Usia Telantar,adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
8. Penyandang Cacat,adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan fungsi-
fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yang terdiri dari penyandang cacat fisik,
penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan penyandang cacat mental.
9. Tuna Susila,adalah seseorang yang melakukan hubungan seksual dangan sesama atau lawan
jenis secara berulang-ulang dan bergantian diluar perkawinan yang sah dengan tujuan
mendapatkan imbalan uang,materi atau jasa.
10. Pengemis, adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta di tempat umum
dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.
11. Gelandangan, adalah orang-orang yang hidup dalam keadaan yang tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat, serta tidak mempunyai pencaharian dan
tempat tinggal yang tetap serta mengembara di tempat umum.
12. Bekas Warga Binaan Lembaga Kemasyarakatan (BWBLK),adalah seseorang yang telah selesai
atau dalam 3 bulan segera mengakhiri masa hukuman atau masa pidananya sesuai dengan
keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam
kehidupan masyarakat, sehingga mendapat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau
melaksanakan kehidupannya secara normal.
13. Korban Penyalahgunaan NAPZA,adalah seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika
dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras diluar tujuan pengobatan atau tanpa
sepengetahuan dokter yang berwenang.
14. Keluarga Fakir Miskin, adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak
mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi
tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.
15. Keluarga Berumah Tidak Layak Huni, adalah keluarga yang kondisi perumahan dan
lingkungannya tidak memenuhi persyaratanyang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik,
kesehatan maupun sosial.
16. Keluarga Bermasalah Sosial Psikologis, adalah keluarga yang hubungan antar anggota
keluarganya terutama antara suami -istri kurang serasi, sehingga tugas-tugas dan fungsi
keluarga tidak dapat berjalan dengan wajar .
17. Komunitas Adat Terpencil, adalah kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan
kesatuan sosial kecil yang bersifat lokal dan terpencil, dan masih sangat terikat pada sumber
daya alam dan habitatnya secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan
masyarakat Indonesia pada umumnya,sehingga memerlukan pemberdayaan dalam menghadapi
perubahan lingkungan dalam arti luas.
18. Korban Bencana Alam,adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat yang menderita
baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya bencana alam
yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.Termasuk dalam korban bencana alam adalah korban bencana gempa bumi
tektonik, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, gelombang pasang atau
tsunami,kencang, kekeringan, dan kebakaran hutan atau lahan, kebakaran permukiman,
kecelakaan pesawat terbang, kereta api, perahu dan musibah industri (kecelakaan kerja).
19. Korban Bencana Sosial atau Pengungsi, adalah perorangan, keluarga atau kelompok masyarakat
yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai akibat dari terjadinya
bencana sosial kerusuhan yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
20. Pekerja Migran Telantar, adalah seseorang yang bekerja di luar tempat asalnya dan menetap
sementara di tempat tersebut dan mengalami permasalahan sosial sehingga menjadi telantar.
21. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), adalah seseorang yang dengan rekomendasi profesional
(dokter) atau petugas laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga mengalami sindrom
penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup telantar.
22. Keluarga Rentan, adalah keluarga muda yang baru menikah (sampai dengan lima tahun usia
pernikahan) yang mengalami masalah sosial dan ekonomi (berpenghasilan sekitar 10% di atas
garis kemiskinan) sehingga kurang mampu memenuhi kebutuhan dasar keluarga.
23. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) adalah potensi dan sumber yang ada pada
manusia, alam dan institusi sosial yang dapat digunakan untuk usaha kesejahteraan sosial.
Selanjutnya Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial meliputi :

1. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM),adalah warga masyarakat yang atas dasar kesadaran dan
tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang Kesejahteraan Sosial.
2. Organisasi Sosial, adalah suatu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial
3. Karang Taruna, adalah Organisasi Sosial Kepemudaan, wadah pengembangan generasi muda,
yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggungjawab sosial dari, oleh, dan untuk
masyarakat khususnya generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau komunitas sosial
sederajat, yang bergerak di bidang kesejahteraan sosial dan secara organisasi berdiri sendiri.
4. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM), adalah sistem kerja sama antar
keperangkatan pelayanan sosial di akar rumput yang terdiri atas usaha kelompok, lembaga
maupun jaringan pendukungnya. Wahana ini berupa jejaring kerja dari pada kelembagaan sosial
komunitas lokal, baik yang tumbuh melalui proses alamiah dan tradisional maupun lembaga
yang sengaja dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat pada tingkat lokal, sehingga dapat
menumbuh kembangkan sinergi lokal dalam pelaksanaan tugas di bidang Usaha Kesejahteraan
Sosial.
5. Dunia Usaha yang Melakukan UKS, adalah organisasi komersial seluruh lingkungan industri dan
produksi barang/jasa termasuk BUMN dan BUMD serta atau wirausahawan beserta jaringannya
yang dapat melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kusumawardhani, Neni.2011. “Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah Penyuluhan Sosial


dalam Pekerjaan Sosial. STKS Bandung, 9 Februari 2011.
Murdiyanto.2009. Peran lembaga Sosial Terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) di Palembang. Yogyakarta: B2P3KS PRESS.

Pusat Penyuluhan Sosial.2001. Standard Umum Penyuluhan Sosial. Jakarta: Departemen Sosial
RI.

Pusat Penyuluhan Sosial.2008. Materi Penyuluhan Sosial Bidang Kesejahteraan Sosial. Jakarta:
Departemen Sosial RI.

Suharto, Edi.2009. Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model


Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Suradi.2011a. “Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah Penyuluhan Sosial dalam Pekerjaan
Sosial. STKS Bandung, 26 Maret 2011.

2011b.“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah


Penyuluhan Sosial dalam Pekerjaan Sosial. STKS Bandung, 26 Maret 2011.

2011c.“Faktor Pendukung Efektifitas Penyuluhan Sosial”, Handout Mata Kuliah Penyuluhan


Sosial dalam Pekerjaan Sosial. STKS Bandung, 26 Maret 2011.

Teknik Penyuluhan Sosial dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza

1.      Tujuan: Peserta memahami dan mampu memuat rancangan penyuluhan penyalahgunaan Napza.

2.      Pokok Bahasan : Teknik Penyuluhan Sosial dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza

3.      Sub Pokok Bahasan

a.       Pengertian, Prinsip dan Metode Penyuluhan

1)      Pengertian penyuluhan

2)      Prinsip penyuluhan

3)      Model penyuluhan

b.      Tahapan Penyuluhan

1)      Persiapan : pemotivasian, materi, peserta, media dan alat bantu.

2)      Pelaksanaan :

3)      Evaluasi
c.       Bentuk kegiatan: penyebaran informasi (al. Pendekatan persuasif,  diskusi,  dialog interaktif, leafleat,
poster, pemutaran film, pentas seni), pelatihan keterampilan sosial, pengembangan kelompok bantu diri,
studi banding, rekreasi, olah raga, memperluas area bebas rokok dan lainnya.

4.      Metoda:

a.    Ceramah

b.    Tanya jawab

c.    Diskusi

d.    Simulasi

e.    Praktik

5.     Materi :

Teknik Penyuluhan Sosial dalam Pencegahan Penyalahgunaan Napza

1.     Pengertian, Prinsip dan Metode Penyuluhan


a.     Pengertian

Penyuluhan adalah penyampaian pesan atau informasi kepada remaja dan pihak-pihak yang
terkait (seperti orang tua, guru, lurah, dan lain-lain) secara terencana, terpadu dan
berkelanjutan dalam rangka mengubah sikap dan perilaku mereka untuk menghindari dan
mencegah penyalahgunaan narkoba.

b.     Prinsip

Penyuluhan pencegahan penyalahgunaan narkoba seharusnya memiliki prinsip umum sebagai


pedoman bagi penyuluh, untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan dilapangan. Adapun prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1)    Jujur dan berterus terang.

2)    Menjaga keharmonisan hubungan sosial dengan memperhatikan nilai budaya yang dihargai
kelompok atau masyarakat sasaran penyuluhan.

3)    Menguasai pesan atau informasi yang akan disampaikan beserta contoh-contoh yang berkaitan
dengan informasi atau pesan itu.

4)    Menyampaikan informasi harus tepat, benar, tidak ketinggalan zaman dan dapat
dipertanggungjawabkan.

5)    Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan disampaikan secara berurutan (sistematik).
6)    Menyampaikan pesan atau informasi dalam media yang tepat.

7)    Mengakui keterbatasan pengetahuan dan kemampuan.

8)    Menjaga keserasian bahasa, gerak tubuh, dan ekspresi wajah sesuai dengan apa yang
disampaikan.

9)    Menghindari memotong atau menghalangi pembicaraan orang lain ketika belum sampai pada
point (akhir) yang memuat maksud pembicaraannya.

10)     Membimbing khalayak sasaran penyuluhan agar memiliki kemampuan untuk melakukan
pencegahan penyalahgunaan narkoba.

c.     Metode

Metode penyuluhan yang dapat digunakan antara lain :

1)    Kontak antar remaja secara individual atau kelompok.

2)    Anjangsana/karyawisata.

3)    Peragaan.

4)    Ceramah, diskusi, seminar, dan pertemuan umum.

5)    Pagelaran musik/seni.

6)    Permainan peran.

7)    Pemutaran film.

8)    Media cetak (pamflet, majalah dinding, leaflet, dan sebagainya).

9)    Kampanye.

2.     Tahapan Penyuluhan


a.     Persiapan

1)    Melakukan mengidentifikasi permasalahan penyalah-gunaan narkoba di kalangan remaja.

Pertama menilai kondisi kehidupan remaja yang terkena penyalahgunaan narkoba, rawan
terhadap penyalahgunaan narkoba di lingkungan tempat tinggal atau sekolah. Untuk
mengetahui hal tersebut dapat dilakukan dengan:

a)     Mengamati langsung kondisi remaja di wilayah yang akan disuluh

b)    Meminta/mencari data pada pihak-pihak yang mungkin mengetahui seperti pengurus RT/RW,
Puskesmas, Kelurahan, pihak sekolah/Guru BP, atau organisasi/LSM yang ada di wilayah itu
yang menangani permasalahan narkoba.
Kedua, mengidentifikasi (mengenali) faktor tingkah laku dan gaya hidup remaja serta faktor
lingkungan yang dapat menyebabkan remaja melakukan penyalahgunaan narkoba.

       Faktor tingkah laku dan gaya hidup

Misalnya ada remaja yang sering merokok, biasa terlibat dalam kegiatan hura-hura, memakai
ganja atau jenis narkoba lainnya secara terang-terangan atau bersembunyi, banyaknya remaja
yang meminum-minuman keras, kurang peduli pada kesehatan diri, dan sebagainya

       Faktor lingkungan

Diantaranya masalah ekonomi keluarga;  budaya/adat istiadat; ketersediaan fasilitas bagi


kegiatan remaja seperti lapangan olah raga, balai pemuda; ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas; perumahan yang kumuh/padat, dan sebagainya.  

2)    Mengidentifikasi kebutuhan remaja terhadap pencegahan penyalahgunaan narkoba. Identifikasi


kebutuhan ini adalah sebagai kelanjutan dari identifikasi masalah sebelum.

a)     Kebutuhan di lingkungan keluarga, misalnya kasih sayang, keterbukaan, dan sebagainya.

b)    Kebutuhan di lingkungan sekolah, misalnya hubungan yang lebih terbuka antara guru dan
murid, kelompok belajar, dan sebagainya.

c)     Kebutuhan di lingkungan tempat tinggal remaja, misalnya sarana dan prasarana olah raga
seperti tenis meja, lapangan voli, pengawasan dari lingkungan, dan sebagainya.

3)    Mengidentifikasi sumber yang dapat digunakan untuk melaksanakan penyuluhan yang


meliputi :

a)     Dana.

b)    Tempat.

c)     Tenaga/personal. 

d)    Peralatan.

Bila cakupan penyuluhan yang akan dilaksanakan cukup luas/besar, bentuklah kepanitiaan, dan
buatlah proposal. Proposal ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan
dan juga untuk mencari dukungan misalnya ke perusahaan-perusahaan, donatur, sekolah, dan
kelurahan.

4)    Merumuskan tujuan, sasaran, materi/pesan yang ingin disampaikan,   media yang digunakan,
tempat dan waktu penyuluhan.

a)     Merumuskan tujuan penyuluhan sosial hendaknya spesifik, dapat diukur dan terukur, misalnya
tujuannya adalah ingin meningkatkan pengetahuan tentang bahaya narkoba, maka setelah
penyuluhan dilaksanakan remaja yang menjadi sasaran penyuluhan dapat mengetahui bahaya
narkoba.

b)    Sasaran hendaknya disesuaikan dengan karateristik dan kebutuhan pencegahan penyalahgunaan


narkoba. Sasaran harus ditentukan sesuai dengan hasil dari penilaian masalah dan faktor-faktor
penyebabnya misalnya apakah cukup hanya remaja saja atau juga melibatkan orang tua,
pengurus RT/RW.

c)     Menyiapkan meteri/pesan penyuluhan sesuai dengan tujuan penyuluhan yang akan diadakan.
Materi/pesan dirumuskan selain oleh remaja penyuluh dapat juga dirumuskan bersama-sama
pihak terkait seperti para pemuka masyarakat, tokoh remaja,   LSM, Orsos dan masyarakat yang
memahami masalah narkoba.

d)    Media yang dipilih apakah media cetak, elektronik, tradisional, dan sebagainya. Disesuaikan
dengan kondisi sasaran, lingkungan, dan metode yang digunakan, sehingga materi penyuluhan
dapat diserap oleh sasaran penyuluhan.

5)    Menyusun rencana kegiatan penyuluhan secara rinci berdasarkan identifikasi masalah dan
kebutuhan yang memuat: tujuan, sasaran, materi/pesan, media, waktu dan tempat, peralatan,
dana serta tenaga pelaksana dalam kerangka kegiatan yang memiliki ukuran keberhasilan dan
batas waktu.

b.     Pelaksanaan

1)    Melakukan pemeriksaan ulang terhadap semua hal yang telah dilakukan pada tahap persiapan.

2)    Mengkoordinasikan semua unsur-unsur/pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan.

3)    Melaksanakan kegiatan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

4)    Memantau jalannya pelaksanaan penyuluhan.

c.     Evaluasi

Evaluasi ini terdiri dari tiga tahap yaitu :

1)    Evaluasi proses, adalah yang dilakukan terhadap tahap persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.

2)    Evaluasi hasil, adalah yang berkaitan dengan pencapaian tujuan penyuluhan yang telah
dirumuskan sebelumnya.

3)    Evaluasi dampak, adalah yang berkaitan dengan pencapaian hasil jangka panjang.

Lembar Latihan.

     Buat rancangan kegiatan penyuluhan untuk pencegahan penyalahgunaan


narkoba dikalangan remaja yang ada di lingkungan sekolah atau tempat
tinggal kalian. Rancangan kegiatan setidaknya memuat : Tujuan,
sasaran, materi, waktu, tempat, media, peralatan, dan dan tenaga
pelaksana.

     Identifikasi hal-hal yang perlu dievaluasi dari kegiatan tersebut.


1.     Kriteria Remaja Penyuluh
Kriteria remaja penyuluh yang dimaksud dalam modul ini adalah hal-hal yang sebaiknya
dimiliki oleh seorang remaja untuk dapat menjadi tenaga penyuluh, antara lain:

a.     Memiliki minat dan kepedulian terhadap upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba.

b.     Memiliki pengetahuan tentang narkoba dan permasalahannya serta proses penyuluhan.

c.     Aktif dalam kegiatan-kegiatan remaja baik di sekolah maupun di lingkungannya dan mampu
mendorong teman-teman remaja untuk terlibat  dalam berbagai kegiatan keremajaan.

d.     Menunjukkan perilaku positif di lingkungannya.


e.     Tidak terlibat dalam permasalah-permasalahan narkoba, baik sebagai pengedar, penguna atau
sebagai perantara.

f.      Mempunyai kemampuan berkomunikasi.

2.     Kepribadian Remaja Penyuluh

Kepribadian remaja yang dimaksud dalam hal ini adalah aspek-aspek yang berkaitan dengan
sikap dan perilaku penyuluh. Seorang remaja penyuluh diharapkan memiliki sikap dan perilaku
antara lain sebagai berikut:

a.     Memiliki jati diri dan kepercayaan diri.

b.     Menghormati dan menghargai dirinya.

c.     Mengenali dan mengakui kelemahan serta kelebihan dirinya.

d.     Bersikap terbuka terhadap perubahan yang positif.

e.     Memiliki rasa humor dalam perilaku sehari-hari.

f.      Dapat menghargai budaya yang berbeda-beda.

g.     Senantiasa berupaya untuk memperbaiki diri dan berguna bagi diri sendiri dan bagi orang lain.

h.     Mampu dan berani dalam mengambil keputusan untuk membentuk hidupnya.

6. Kemampuan Remaja Penyuluh

Kemampuan remaja penyuluh yang dimaksudkan disini adalah pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan dalam melakukan penyuluhan.

a.     Pengetahuan

Pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang remaja penyuluh meliputi: pengetahuan tentang
pengertian, proses, metoda, dan teknik penyuluhan; narkoba dan permasalahannya; dan peranan
remaja dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba; serta keterampilan dalam menghadapi
masalah.

b.     Nilai-nilai

Nilai adalah sesuai yang dianggap baik dan buruk yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Seorang penyuluh perlu memiliki nilai-nilai sebagai berikut:

1)    Menghargai dan menghormati martabat orang lain.

2)    Menghargai kemampuan orang lain untuk mengatasi masalahnya sendiri.


3)    Menyadari akan permasalahan remaja yang terjadi saat ini dan perlunya upaya untuk
mengatasinya.

4)    Mengembangkan hubungan yang akrab dengan para remaja yang ada disekitarnya.

5)    Memiliki katahanan diri dari pengaruh lingkungan yang negatif.

6)    Memiliki tujuan yang jelas yang akan dicapai.

7)    Memiliki sikap jujur, sabar dan pemaaf.

c.     Keterampilan
1)    Keterampilan untuk memahami keunikan remaja. Setiap remaja bersifat unik
oleh karena itu remaja penyuluh harus diperlakukan secara berbeda.
2)    Keterampilan untuk mengatur waktu secara konsisiten.
3)    Keterampilan untuk membangun hubungan yang baik dan akrab dengan
remaja.
4)    Keterampilan untuk menentukan prioritas kegiatan.
5)    Keterampilan untuk mengelola kegiatan. Keterampilan di sini maksudnya
adalah keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan kegiatan,
pelaksanaan kegiatan, evaluasi kegiatan, hingga penerapan hasil evaluasi
tersebut.
6)    Keterampilan mengembangkan strategi dalam mencapai tujuan kegiatan.
7)      Keterampilan berbicara secara sistematis. Ini adalah penting didalam penyampaian
pesan-pesan yang akan dikomunikasikan kepada para remaja.
8)    Keterampilan mendengarkan keluhan. Seorang remaja penyuluh perlu dapat mendengarkan dan
menerima keluhan yang mungkin disampaikan oleh teman-temannya.

9)    Keterampilan memberi dukungan dan motivasi kepada remaja. Biasanya bila seorang remaja
memberikan pesan-pesan atau nasihat dari seseorang yang menjadi idolanya akan lebih
berpengaruh dibandingkan oleh orang tua, karena itu teknik seperti ini perlu dimiliki oleh
seorang remaja penyuluh

10)     Keterampilan menciptakan situasi atau lingkungan yang menyenangkan remaja. Tidak mudah
untuk menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi remaja, karena remaja lebih senang
dengan hal-hal yang baru, inovatif dan terhindar dari kondisi yang rutinitas. Karena itu seorang
penyuluh remaja harus mampu untuk menciptakan situasi-situasi seperti itu, sehingga remaja
yang menjadi anggotanya menjadi betah terhadap kondisi yang ada.

11)     Keterampilan menggunakan pengalaman-pengalaman hidup yang menyenangkan untuk materi
penyuluhan. Remaja penyuluh perlu mengaitkan kegiatan-kegiatan yang dirancang dengan
situasi dan kehidupan para remaja.
12)     Keterampilan memotivasi orang lain. Tidak mudah untuk memotivasi orang lain, diperlukan
suatu kiat-kiat tertentu. Kiat-kiat ini perlu dimiliki oleh seorang remaja, seperti menjadi contoh
dalam lingkungannya, tindakannya selalu sopan, jujur, kata-katanya mengenai sasaran,
argumen yang disampaikan dapat diterima, dan lain-lain.

13)     Keterampilan menciptakan kegiatan yang menyenangkan (rekreatif) bagi remaja. Kebutuhan
remaja sangat berbeda dengan orang dewasa, karena itu perlu diciptakan kegiatan yang sesuai
dengan selera, kebutuhan, nuansa para remaja.

14)     Keterampilan memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Seorang remaja penyuluh perlu
memanfaatkan sumber-sumber yang ada guna mewujudkan kreativitas para remaja tersebut.
Sumber ini dapat berasal dari dalam diri atau ada di kalangan remaja itu sendiri, seperti
kemampuan untuk menyanyi, menggambar, mendekorasi, berbicara, dan lain-lain atau berasal
dari luar diri remaja seperti donator, tenaga ahli, dan lain-lain.

Lembar Latihan
Bentuklah kelompok dengan anggota maksimal 5 orang; tentukan materi/pesan yang akan
disampaikan tentang hidup sehat tanpa narkoba, manfaat berorganisasi, peran pemuda dalam
menjaga kesehatan lingkungan, dan sebagainya.; kemudian bagi peranan masing-masing
anggota kelompok menjadi pembawa acara satu orang, penyuluh satu orang dan sisanya
menjadi peserta penyuluhan.

Tugas masing-masing adalah : Pembawa acara bertugas membuka dan menutup acara, penyuluh
memberikan materi/pesan penyuluhan, dan peserta lainnya menjadi pendengar dan aktif
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai materi yang diberikan.
 
TEHNIK BERBICARA DIDEPAN UMUM

A. Kemampuan Berkomunikasi
1. Pengelolaan materi
Metode Dan Teknik Penyuluhan
Filed under: Akademik — 2 Komentar

Juni 28, 2012

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENYULUHAN

1. A.    Metode Penyuluhan

Metode adalah cara yang sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncakan. Setiap
orang “belajar” lebih banyak melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dalam
menangkap pesan yang diterimanya, ada yang cukup dengan mendengar saja, atau melihat dan
juga ada yang harus mempraktikkan dan kemudian mendistribusikannya.

Namun dilain pihak, penggunaan kombinasi dari berbagai metode penyuluhan akan banyak
membantu mempercepat proses perubahan. Penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak metode 
penyuluhan yang akan digunakan, akan lebih banyak perubahan yang terjadi dalam diri individu.
Kombinasi metode penggunaan metode komunikasi (baca:penyuluhan) juga dilakukan pada
“kelompencapir”. Dalam operrasional di lapangan, kelompencapir menggunakan bernagai
cara/metode komunikasi yaitu metode komunikasi banyak tahap (multi step of communication)
yaitu arus komunikasi mengalir daqri media masyarakat kepada pemuka masyarakat, dari
pemuka masyarakat secara “tatap muka” disalurkan kepada anggota kelompencapir melalui
diskusi-diskusi kelompok tentang topik yang dibahas oleh media massa, dan selanjutnya
disebarkan kepada khalayak secara bersilang dan menyeluruh.

Metode komunikasi semacam ini di manmanfaatkan sebagai strategi untuk mempercepat


perubahan dalam proses pembaharuan seperti yang dilakukan oleh All India Radio. All Radio
India berhasil melakukan eksperimen dengan beberapa strategi komunikasi, menggunakan
saluran-saluran tradisional maupun mass media. Penggunaan komunikasi antarpribadi maupun
peragaan metode telah berhasil mengubah sikap dan mengajarkan beberapa teknik (lihat Depari
dan Mc Andrew, dalam Peranan Komunikasi Massa dalm Pem-bangunan, 1978).

Pengalaman penelitiaan di negara- negar berkembang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
erat antara tahapan adopsi seseorang dengan pendekatan yang harus dilakukan, karena ada
perbedaan kecapatan seseorang dalam mempelajari sesuatu. Sekelompok orang mungkin telah
sampai pada tahap mencoba sesuatu hal ynag baru sehingga mereka ingin mempraktikkannya.
Teteapi dilain pihak bisa terjadi, hanya sampai pada tahap ,menyadari dan atau berniat. Dengan
demikian, melihat kasus ini: penggunaan kombinasi berbagai metode penyluhan akan lebih
efektif.

Meminjam pendapat Mounder dalam Suriatna (1987) menggolonggakan metode penyluhan


menjadi 3 (tiga) golongan berdasarkan jumlah sasaran yang dapat di capai:
1. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhub ungan
dengan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara pororangan. Yang
termasuk ke dalam metode ini adalah:
1. Anjangsana
2. Surat-menyurat
3. Kontak informal
4. Undangan
5. Hubungan telepon
6. Magang
7. Metode berdasarkan pendekatan kelompok. Dalam hal ini, penyuluh berhubungan
denga sekelompok orang yang menyampaikan pesannya. Beberapa metode pendekatan
kelompok antara lain:
1. Ceramah dan diskusi
2. Rapat
3. Demonstrasi
4. Temu karya
5. Temu lapang
6. Sarasehan
7. Perlombaan
8. Pemutaran slide
9. Penyuluhan kelompok lainnya
10. Metode berdasarkan pendekatan massal. Metode ini dapat menjangkau sasaran
yang lebih luas (massa). Beberapa metode yang termasuk dalam golongan itu,
antara lain:
1. Rapat umum
2. Siaran melalui media massa
3. Pertunjukan kesenian rakayat (pertunra)
4. Penerbitan visua
5. Pemutaran film
Advertisement
REPORT THIS AD

Sedangkan para ahli yang lain menggolongkan metode berdasarkan teknik komunikasi dan
berdasarkan indra penerimaan sasaran. Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan
dibai menjadi 2 golongan, yaitu:

1. Metode penyuluhan langsung. Artinya para petugas penyuluhan, langsung bertatap muka
dengan sasaran. Misalnya anjangsana, kontak personal, demonstrasi, dll.
2. Metode penyuluhan tidak langsung. Dalam hal ini pesan yang disampaikan tidak secara langsung
dilakaukan oleh penyuluh teteapi melalui perantara atau media. Misalnya pertunjukan film atau
slide, siaran melalau radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.
Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

1. Metode yang dilaksanakandengan jalan memperhatikan. Pesan yang diterima melalui indra
penglihatan. Misalnya penempelan poster, pemutaran film dan pemutaran slide.
2. Metode yang disampaikan melalui indra pendengaran. Misalnya siaran pertanian melalui radio
dan hubungan telephone serata alat-alat audiotif lainnya.
3. Metode yang disampaikan, diterima oleh sasaran melalui beberapa macam indra secara
kombinasi. Misalnya:
1. Demonstrasi hasil (dilihat, didengar, dan diraba)
2. Demonstrasi cara (dilihat, didengar, dan diraba)
3. Siaran melalui televisi (didengar dan dilihat)

1. B.     Teknik Penyuluhan

Pengertian tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas penyuluhan dakam
setiap kegiatannya, agar penyampain materi penyuluhan dapat efektif dalam menjangkau sasaran
khalayak.

Didalam proses komunikasi, bahwa unsur “arus balik” merupakan aspek yanjg sangat penting
untuk mengukur sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau respon dari khalayak
sasaran. Bila pesan komunikasi kita memperoleh tanggapan dari khalayak, maka dapat dikatakan
bahwa apa yang kita samapaikan itu telah mencapai sasaran karena pesan yang diterimanya
dapat dimengerti dan dipahami. Menurut Effendy (1986), bahwa sifak hakikat dari komunikasi
adalah understanding atau memahami; sehingga tak mungkin seseorang melakukan kegiatan
tertentu tanpa terlebih dahulu mengerti apa yang diterimanya.

Jadi pertama-tama harus diperhatikan  bahwa orang dijadikan sasaran komunikasi itu memehami
(to secure understanding). Jika sudah dapat dipastika ia memahami; dapat diartikan ia menerima.
Dalam kaitan ini Citrotroro (1982), mengatakan mengerti diartikan sebagai “dapat menangkap
secara reseptif apa yang diterima” sedangkan yang dimaksud denga memahami adalah “dapaat
menangkap secara reflektif”, artinya seseorang dapat menerima pesan dapat mengerti pesan yang
diterimanya dan mengetahui hubungannya dengan hal-hal lain.

Oleh karna itu, agar pesan dapat dipahami dan dimengerti komunikan, maka diperlukan
keterampilan dan atau keahlian tertentu didalam “mengelolah” komunikasi. Dengan kata lain
seseorang komunikator harus menguasai teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.

Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti keprigelan atau keterampilan.
Keberhasilan dalam suatu aktifitas penyuluhan sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang
digunakan oleh komunikator. Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap
teknik-teknik komunikasi didalam “menyampaikan dan menyajikan pernyataan-pernyataan
penyuluhan. Mengenai teknik kom,unikasi ini, Effendy (1986) mengatakan bahwa teknik
komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaiut:
1. Komunkasi informatif
2. Komunikasi persuasif
3. Komunikasi koersif

Sedang Susanto (1977), menambahkan dengan beberapa teknik komunikasi yang lain, yaitu:

1. Teknik penggandaan situasi sedemikian rupa sehingga orang terpaksa secara tidak langsung
mengubah sikap (=compulsion technique).
2. Teknik dengan mengulang apa yang diharapkan akan masuk dalam bidang bawah sadar
seseorang sehingga ia mengubah sikap diri sesuai dengan apa yang diulangi (=paervasion
technicque).

Mengapa teknik dalam komunikasi diperlukan?. Pada dasarnya setiap komunikasi ingin
mencapai sasaran khalayak secara efektif. Artinya pesan yang disebarluaskan tersebut dapat
dipahami dan dimengerti oleh khalayak sasaran yang pada gilirannya akan dapat menimbulkan
reaksi dan atau respon mengikuti seperti apa yang dianjurkan dari pihak komunikator.

Untuk itu,  agar pesan komunikasi dapat tanggapan dari khalayak, maka seseorang komunikator
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pesan yang disampaikan harus dirangcang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat
meneruh perhatian sasaran yang dimaksud.
2. Pesan harus menyesuaikan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman yang sama antara
sumber dan sehingga sama-sama dapat dimengerti.
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran dan menyerahkan beberapa cara
untuk memperoleh kebutuhan itu.

Oleh karena itu, seorang komunikator harus dapat menguasai teknika dan metode yang akan
digunakan agar dapat mencapai sasaran yang dimakasud. Dengan demikain, bahwa usaha
memberikan penyuluhan memerlukan beberapa teknik komunikasi yang efektif,seperti yang
dikemukakan oleh para ahli. Adapun teknik-teknik yang digunakan dalam penyulhan yang
selanjutnya dapat disebut sebagai teknika penyuluhan adalah sebagai  berikut:

1. 1.      Teknik Kmonukasi Informatif

Adalah proses penyampaian pesan yang sifatnnya “memberi tahu” atau memberika penjelasan
kepada orang lain. Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya
melalui papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa.

Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi adalah searah (one way
communication). Oleh karena itu penggunaan teknik komunikasi informatif dalam kegiatan
penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan
tertentu yang dianggap penting diketahui oleh khalayak atau masyarakat luas. Misalnya dalam
hal ini seperti pemandu wisata memberikan keterangan tentang sejarah sebuah candi tua, seorang
ahli purbakala memberikan keterangan tentang benda-benda purbakala kepada sejumlah orang
peminatnya, seorang petugas penyulahan memberikan keterangan tentang tata cara pembayaran
PBB kepada wajib pajak dan sebagainya.

Pendek kata dalam komunikasi ini, pihak komunikan dapat merasa “puas” karena bertambahnya
pengetahuan.teknik komunikasi semacam ini pada umumnya hanya ingin menyentuh ranah
kognisi dari khalayak. Effendy (1986), mengatakan bahwa secara etimologis komunikasi berarti
“pemberitahuan”. Jadi, jika seseorang mengatakan sesuatu kepada orang lain dan orang itu
mengerti dan karenanya menjadi tahu, maka komunikasi terjadi. Sampai disitu komunikasi hanya
bertaraf informatif.

Lain minsalnya jika apa yang dikatakan oleh orang tersebut bukan hanya sekedar memberi tahu,
teteapi mengandung tujuan agar orang yang dihadapinya itu melakukan sesuatu kegiatan atau
tindakan, maka tarafnya menjadi persuasif, komunikasi yang mengandung persuasi.

1. 2.        Teknik Komunikasi Persuasi

Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris “persuation” berasal dari kata latin persuasio, yang
secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak atau meyakinkan. Kenneth E. Andersen
(dalam Effendy (1986) mendifinisikan persuasi sebagai berikut:

“A prosses of interpersonal communication in which the communicator seeks through the use of
symbols to affect the cognitions of a receiver and thus effect a voluntary change in attitude or
action desired by the communicator”.

(Suatu proses komunikasi antarpersonal dimana komunikator berupaya dengan menggunakan


lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap
atau kegiatan seperti yagn diinginkan komunikator).

Sedang Merril dan Lowenstein (1973), mendifinisikan persuasi sebagai berikut:

“Persuatian, or changing people’s attitude and behavior through the spoken and written
word,constitutes one of the more interesting use of communications”. Calr I Hovland dalam
Sunaryo (1983) mengemukankan bahwa persuasi ialah “A major effect of persuasive
communication lies in stimulating the individual to think both of his initial opinion and of the
new opinion recommended in the communication.”

Selanjutnya Edwin P. Bettinghouse (dalam Effendy (1984) memberikan batasan bahwa persuasi
adalah:

“in order to be persusive in nature, a comunication on situation must involve a conscious attempt
by one individual to change the behavior of another behavior individual or group of indivuduals
through the transmission of some message”.

Dari definisi Bettinghouse tersebut bahwa suatu situasi komunikasi yang mengandung upaya
yang dilakukan dengan sadar untuk mengubah prilaku melalui pesan yang disampaikan.
Dari beberapa pemaparan batasan persuasi, maka dalam persuasi mengandung unsur-unsur:

1. Situasi upaya mempengaruhi,


2. Kognisi seseorang
3. Untuk mengubah sikap khalayak
4. Melalui pesan lisan dan tertulis
5. Dan dilakukan secara sadar

Dengan demikian, maka persuasi merupakan suatu tindakan psikologis yang dilakukan secara
sadar melalui media untuk tujuan perubahan sikap.

Tidak saja perubhan sikap, jenis dalam bukunya “Personality And Persuasivity” menambahkan
perubahan sikap menuju perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan
perubahan tindakan.

Dalam kaitan tersebut, maka tindakan persuasi dapat dipandang sebagai sebagai sebuah cara
belajar, karena ingin mengubah beberapa prilaku khalayak dengan memanfaatkan faktor-faktor
internal psikologis khalayak. Teori belajar persuasi sejajar dengan model Stimulus Respons (S-
R) yang memandang manusia sebagai suatu entitas pasif dari model SOR (Stimulus –
Organisme – Respon) yang memandang belajar persuasif sebagai suatu gabungan perolehan
pesan yang diterima indivudu dan mengatasi berbagai kekuatan-kekuatan dalam individu yang
bertindak berdasarkan pesan-pesan tersebut agar menghasilkan akibat-akibat persuasif.

Wess dalam Malik (1993) memberikan contoh untuk itu adalah seorang pen dengar radio bisa
dikomdisikan untuk menanggapi sebuah produk yang diiklankan setelah produk tersebut
dihubungkan dengan kewibawaan sumber pesan.

Peada umumnya komunikasi persuasif bertujuan mengubah prilaku, kepercayaan dan sikap
seseorang dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologi dari komunikan
yang handek dipengaruhinya, sehingga bersedia melakukan tindakan tertentu sesuai dengan
keinginan komunikator.

Komunikasi persuasif ini dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka, karena
komunikator mengharapkan tanggapan/respon khusus dari komunikan. Adapun contoh untuk ini
sorang penyuluh dalam kegiatan penyuluhan, katakanlah misalnya penyuluhan tentang manfaat
kegunaan bibit unggul tertentu kepada petani, penyuluh tersebut menggunakan cara-cara
pendekatan dengan mendatangkan seorang “petani sukses” untuk menceritakan pengalamannya
dalam menggunakan bibit unggul yang akan diperkenlkannya itu. Kehadiran “petani sukses” itu
digunakan sebagai stimulus (S) agar menumbuhkan respon (R) komunikannya yaitu yang
mengikuti jejeak keberhasilan dari petani sukses tersebut.

Pemanfaatan “petani sukses” tersebut merupakan cara persuasif untuk mengadakan sentuhan
manusiawi langsung kepadan individu-invidu yang menjadi sasaran komunikasi.
Menurut proses persusif itu pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi apabila
memiliki kemampuan mengubah secara psikologis minat atau perhatian individu dengan cara
sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan
kehendak komunikator. Dengan perkataan lain, kunci keberhasilan persuasi terletak pada
kemampuan mengubah struktur psikologis internal individu sehingga hubungan psikomotorik
antara proses internal yang laten (motivasi, sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang diwujudkan
sesuai dengan kehendak komunikator. Seperti dalam contoh di atas, bahwa mendatangkan
“petani sukses” merupakan tindakan terbuka dengan cara menumbuhkan keyakinan seseorang
(khalayak) terhadap penggunaan bibit unggul tertentu yagn dimanfaatkan oleh petani tersebut
(proses psikologis). Contoh lain adalah penyuluhan untuk mempromosikan obat-obatan manjur
(tindakan terbuka) dengan cara menumbuhkan rasa takut terhadap penyakit (proses psikologis).
Secara sederhana, model psikodinamaik dari proses persuasi dapat digambarkan sebagai berikut:

Perubahan yang  
Pesan-pesan Alternatif proses
terjadi dalam wujud
persuasif psikologi yang laten
tindakan  

Gambar 4. Proses Persuasi

Model psikodinamis berkembang atas dasar teoritis maupun empiris. Teori-teori yang penting
mengenai motivasi, persepsi, belajar bahkan psikoanalisis telah memberika jalan dengan mna
sikap, opini, rasa takut, konsep dan persepsi dari kredibilitas sumber serta beberapa variabel yang
lain mempunyai hubungan erat dengan persuasi.

1. 3.       Teknik Komunikasi Coersive (Koersif)

Komunikasi koersif adalah proses penyampai pesan dari seseorang kepada orang lain dengan
cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu tindakan atau kegiatan tertentu. Jadi
teknik komunikasi ini mengandung sanksi yang apabila tidak dilaksanakan oleh sipenerima
pesan, maka ia akan menanggung akibatnya. Komunikasi ini dapat dilakukan dalam bentuk
putusan-putusan, instrusi dan lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung
keharusan dan kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan.

 
 

KESIMPULAN

Penyuluh sebagai komunikator dalam sebuah penyuluhan adalah orang yang tugasnya
menyampaikan pesan, apakah itu pesan pembangunan dalam artian yang lebih umum ataupun
pesan yang sifatnya pribadi untuk mengubah perilaku.

Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu factor yang melekat pada diri seorang
penyuluh. Dalam komunikasi verbal diperlukan keterampilan berbicara dan menulis,
mendengarkan dan membaca, dan berpikir serta bernalar. Komunikator yang berbicara dengan
baik akan sangat menarik perhatian komunikan. Komunikator juga harus mampu menulis dan
membaca dengan baik, misalnya saat menyampaikan pesan dengan metode mengajar.
Kemampuan dalam berpikir dan bernalar juga merupakan kemampuan yang harus dimiliki
seorang komunikator dalam penyampaian pesannya. Keterampilan berkomunikasi yang dimiliki
oleh seorang penyuluh sangat mempengaruhi penampilannya ketika sedang mengadakan
komunikasi.

Metode dan teknik penyuluhan merupakan cara dan prosedur yang dilakukan penyuluh dalam
menyampaikan pesan kepada sasaran agar terjadi perubahan perilaku sesuai tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan pemilihan metode dan teknik penyuluhan pertanian untuk mendorong terjadinya
efek/perubahan perilaku yang sebanyak-banyaknya dari sasaran, untuk meningkatkan
komunikasi dan mengurangi gangguan komunikasi, untuk meningkatkan daya anut sasaran serta
untuk mendorong munculnya sifat keterbukaan dan kemandirian sasaran penyuluh.

Untuk dapat memilih serta menggunakan metode dan teknik penyuluhan dengan baik, seorang
penyuluh perlu memahami filsafat pendidikan teori belajar/pembelajaran dan strategi
pembelajaran. Filsafat pendidikan yang dipakai dalam penyuluhan antara lain Idealisme,
Pragmatisme dan Realisme.

Seorang penyuluh juga diharapkan dapat memahami keadaan situasi dan kondisi sasaran yang
akan diberikan penyuluhan yang mencakup antara lain:

1. Memahami dan menguasai berbagai macam metode dan teknik penyuluhan sesuai landasan
filosofis dan landasan psikologisnya.
2. Menganalisis dan mengevaluasi metode dan teknik penyuluhan yang sedang dikembangkan.
3. Menerapkan metode dan teknik penyuluhan yang relevan dengan kondisi sosial dan kultur
sasaran serta berorientasi agribisnis.
A.H Mounder (1972) dalam Kusnadi (2005), menggolongkan metode penyuluhan pertanian
berdasarkan jumlah sasaran y ang dapat dicapai adalah sebagai berikut:

1. Perorangan, Penyuluhan berhubungan langsung dengan sasaran, seperti kunjungan rumah,


kunjungan ke lahan usahatani, kunjungan kantor, surat menyurat, hubungan telepon dan
magang.
2. Kelompok, Penyuluhan berhubungan dengan sekelompok orang untuk menyampaikan pesannya
seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, widyawisata/karyawisata, kursus tani, temu karya, tem
lapang, temu usaha, mimbar sarasehan, perlombaan dan pemutaran slide.
3. Massal, Penyuluhan menjangkau sasaran yang banyak, antara lain rapat umum, siaran melalui
radio, televisi, pertunjukan kesenian, penyebaran bahan tertulis, dan pemutaran film.

Berdasarkan teknik komunikasi metode penyuluhan dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

1. Metode penyuluhan langsung, yaitu metode penyuluhan tanpa melalui perantara misalnya
kursus tani, demonstrasi, widya karya.
2. Metode penyuluhan tidak langsung, yaitu metode penyuluhan melalui perantara atau media
seperti pertunjukan film, siaran melalui radio atau televisi dan penyebaran bahan tercetak.

29 - 10 Tabel 29.1 Data Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial terhadap PMKS (jiwa)
Tahun 2004—2009***) Jenis PMKS 2004 2005 2006 2007 2008 2009***) Anak telantar
70.774 65.394 64.894 62.200 67.768 **) Anak jalanan 55.930 46.800 45.300 21.700 17.500
**) Anak nakal 11.175 11.080 11.770 8.340 14.583 **) Anak cacat 5.900 6.065 6.065 6.035
14.550 **) Lanjut usia telantar 16.590 15.920 15.920 16.000 64.930 70.111 Penyandang
cacat 38.841 37.910 28.670 16.375 80.942 162.592 Tuna sosial *) 5.630 5.330 5.230 3.350
20.882 23.239 Korban penyalahgunaan napza 4.990 4.100 4.100 4.100 20.332 19.898
Sumber: Departemen Sosial Keterangan: *) Terdiri atas gelandangan, pengemis,
bekas narapidana, pekerja seks komersial. **) Data bulan Juni 2009 untuk anak
telantar, anak jalanan, anak nakal, dan anak cacat belum tersedia. ***)s.d bulan Juni
2009 Sistem kekeluargaan yang masih erat pada sebagian besar masyarakat,
khususnya di perdesaan, memungkinkan pola penyaluran melibatkan aspek
kekeluargaan pula, seperti aparat daerah setempat, kepala rukun warga (RW), rukun
tetangga (RT), kepala dusun (kadus), ataupun kepala desa (kades). Oleh karena itu,
pembaruan data BLT tahun 2008 telah melibatkan aparat daerah setempat.
Selanjutnya, pada tahun 2009, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional
yang diperkirakan belum membaik sebagai dampak krisis ekonomi global dan
masyarakat belum sepenuhnya pulih dari krisis ekonomi, BLT kembali dialokasikan
kepada 18,5 juta RTS dengan jangka waktu pemberian selama 2 bulan. Data yang
29 - 11 digunakan merupakan hasil Program Pendataan Pelayanan Sosial (PPLS)
tahun 2008 yang dilakukan BPS sejak bulan September 2008 dan telah menjadi hasil
keputusan rapat Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Khusus untuk
pemenuhan kebutuhan pangan, Pemerintah telah memberikan bantuan dalam bentuk
subsidi pangan bagi masyarakat miskin. Program beras bersubsidi untuk masyarakat
miskin (raskin) pada tahun 2004 mencakup 8,6 juta RTS dengan alokasi beras
sebanyak 2 juta ton, sedangkan pada tahun 2008 mencakup 19,1 juta RTS dengan
alokasi beras sebanyak 3,3 juta ton. Dalam rangka meningkatkan kemampuan
ekonomi keluarga RTSM yang memiliki anak balita, atau anak usia sekolah setingkat
SD-SMP, ibu hamil dan menyusui, dan untuk meningkatkan jangkauan atau
aksesibilitas mereka terhadap pelayanan publik khususnya fasilitas kesehatan dan
fasilitas pendidikan, mulai tahun 2007 Pemerintah telah mengujicobakan pelaksanaan
bantuan tunai bersyarat dengan nama resmi Program Keluarga Harapan (PKH). PKH
merupakan program pemberian uang tunai kepada RTSM yang memenuhi persyaratan
tertentu. Sasaran PKH adalah RTSM yang sesuai dengan kriteria PKH (memiliki ibu
hamil, ibu menyusui dan anak usia sekolah setingkat SD-SMP). Program itu
merupakan salah satu upaya Pemerintah dalam mengembangkan sistem perlindungan
sosial di Indonesia. PKH pertama kali diluncurkan dengan cakupan 7 provinsi sebagai
lokasi uji coba PKH (pilot project), yaitu Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Lokasi
yang dipilih sebagai uji coba PKH didasarkan pada beberapa kriteria seperti kesediaan
daerah, komitmen pemerintah daerah, kondisi kemiskinan, gizi buruk, angka putus
sekolah dan kesiapan supply side pelayanan kesehatan dan pendidikan. Tahun 2008
cakupan program ini diperluas menjadi 13 provinsi, yaitu Nanggroe Aceh
Darussalam, Sumatera Utara, Banten, DI Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Nusa
Tenggara Barat di 70 kabupaten/kota dengan sasaran penerima manfaat sebanyak
620.000 RTSM.
29 - 12 Guna lebih memantapkan pelaksanaan program, pada tahun 2009 pelaksanaan
PKH difokuskan pada perbaikan beberapa komponen termasuk penyiapan sistem
informasi manajemen (management information system/MIS) serta pelatihan bagi
penyedia layanan pendidikan dan kesehatan. Perluasan dilakukan sebatas pada
penambahan jumlah penerima bantuan menjadi 720.000 RTSM pada provinsi dan
kabupaten yang sama seperti pada pelaksanaan tahun 2008. PKH diharapkan dapat
dikembangkan lebih jauh sebagai bagian penting dalam pelaksanaan sistem
perlindungan sosial. Program PKH pada tahun 2010 akan difokuskan pada perbaikan
semua komponen PKH, dan secara bertahap direncanakan akan diperluas. Dalam hal
penanganan korban bencana alam, beberapa hasil yang telah dilaksanakan, antara lain,
adalah (1) pemberian bantuan fisik dan nonfisik bagi korban bencana alam; (2)
pemberian bantuan peralatan darurat (evacuation kit) yang terdiri atas tenda peleton,
tenda regu, genset, perahu karet bermesin, velbed, rompi pelampung, alat dapur,
mobil dapur umum lapangan (dumlap), dan alat komunikasi; (3) pemberian bantuan
bahan bangunan rumah (BBR) bagi korban bencana alam diberbagai wilayah di 33
provinsi; dan (4) pemantapan Taruna Siaga Bencana (Tagana), instruktur, Satuan
Tugas Sosial Penanggulangan Bencana (Satgasos PB), tim reaksi cepat (TRC), dan
penyelenggaraan mobil dapur umum lapangan di 33 provinsi. Sementara itu, bantuan
sosial lain yang telah diberikan kepada korban bencana sosial akibat konflik sosial
yang terjadi di beberapa daerah, di antaranya adalah (1) pemberian bantuan tanggap
darurat untuk para pengungsi; (2) pemberian bantuan untuk pemulangan
pengungsi/terminasi; dan (3) pemberian bantuan pemulangan pekerja migran
bermasalah. Dalam memberdayakan masyarakat miskin, dilaksanakan program
bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial (BLPS) yang diberikan dalam bentuk
bantuan modal usaha ekonomi produktif (UEP). UEP ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat miskin yang berkelompok dan membentuk Kelompok
Usaha Bersama
29 - 13 (Kube), melalui mekanisme perbankan. Sasaran langkah kebijakan ini, antara
lain, adalah (1) memberikan bantuan modal UEP bagi KK miskin di 33 provinsi; (2)
menentukan lokasi penerima bantuan berdasarkan syarat dan pertimbangan
keberadaan dinas/instansi sosial, ketersediaan pendamping sosial, tingkat
produktivitas Kube/UMKM, dan kesanggupan melakukan pendampingan sosial, serta
pelaksanaan kegiatan dan evaluasi terhadap bantuan. Selain itu, beberapa kegiatan
seperti program kemitraan usaha antara kelompok usaha bersama fakir miskin (Kube
FM) dengan pihak swasta, pemberian modal usaha ekonomi produktif (UEP), dan
modal usaha bergulir untuk Kube fakir miskin telah diberikan kepada lembaga
keuangan mikro (LKM) dengan pendekatan bagi hasil (syari’ah). Dalam pelaksanaan
Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT), hasil yang dilaksanakan
pada tahun 2005 dan tahun 2006 mencapai 13.177 rumah tangga, sedangkan di tahun
2007 mencakup 12.300 kepala keluarga. Kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan
meliputi (1) persiapan kegiatan pemberdayaan yang meliputi pemetaan, penjajagan,
studi kelayakan dan pemantapan kesiapan masyarakat; (2) pelaksanaan kegiatan
pemberdayaan yang berkaitan dengan permukiman dan penempatan warga serta
pemberian stimulus; dan (3) pelaksanaan pemantapan kegiatan terkait dengan
lingkungan sosial, sumber daya manusia, dan kerja sama pemberdayaan. Kegiatan
penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial ditujukan untuk (1) meningkatkan
kualitas manajemen dan profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosial dilaksanakan
berdasarkan bukti-bukti hasil penelitian empiris atau evidence-based social policy; (2)
peningkatan kualitas sarana dan prasana pelayanan kesejahteraan sosial; (3) penetapan
standardisasi dan akreditasi pelayanan kesejahteraan sosial; (4) pengembangan sistem
informasi penanganan masalah kesejahteraan sosial; (5) penataan sistem peraturan dan
perundang-undangan kesejahteraan sosial yang merespons perkembangan masalah
kesejahteraan sosial. Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain, adalah (1)
meningkatkan keterampilan para perencana program dalam mengembangkan
mekanisme perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi pelayanan
kesejahteraan sosial; (2)
29 - 14 mengkaji dan meneliti upaya peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan
sosial, termasuk manajemen, sarana dan prasarana; (3) melaksanakan sosialisasi
pengarusutamaan gender bidang sosial pada tingkat akar rumput (grass root level) di
33 provinsi; dan (4) melaksanakan kegiatan keterampilan dan pengembangan
kapasitas berwawasan gender bagi warga binaan sosial. Hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial adalah
terlaksananya pelatihan dan pendidikan kedinasan bagi pelaksana pembangunan
kesejahteraan sosial melalui program yang diselenggarakan Sekolah Tinggi
Kesejahteraan Sosial (STKS), yaitu pendidikan dengan gelar D-4 dan pendidikan
Spesialis 1 (Sp 1) yang setara dengan S-2 . Mahasiswa yang melaksanakan pendidikan
kedinasan saat ini mengikuti pendidikan dengan jurusan rehabilitasi sosial dan
pengembangan sosial masyarakat. Semewntara itu, bagi dosen-dosennya
melaksanakan tugas belajar S-3 melalui kerja sama dengan Universitas Sains
Malaysia, yaitu sebanyak 15 orang. Hasil kegiatan lainnya adalah (a)
dimanfaatkannya 21 paket hasil penelitian, pengkajian, dan studi banding, penataan
manajemen pelayanan kesejahteraan sosial; (b) tersusunnya sistem dan mekanisme
kelembagaan, termasuk standar dan akreditasi pelayanan kesejahteraan sosial; (c)
terlaksananya sosialisasi pengarusutamaan gender bidang sosial pada tingkat akar
rumput (grass root level) di 33 provinsi; (d) terlaksananya pelatihan keterampilan
bidang kewirausahaan yang dikhususkan bagi kelompok miskin perempuan; (e)
terwujudnya sistem informasi pelayanan kesejahteraan sosial; dan (f) terintegrasinya
data dan informasi PMKS ke dalam survei dan sensus nasional. Dalam pelaksanaan
pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, dilaksanakan beberapa kegiatan,
antara lain (1) meningkatkan peran aktif masyarakat dalam mendukung upaya
penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS; (2) meningkatkan
kualitas SDM bidang kesejahteraan sosial dan masyarakat (TKSM/relawan sosial,
Karang Taruna, organisasi sosial, termasuk kelembagaan sosial di tingkat lokal); (3)
meningkatkan kerja sama pelaku usaha kesejahteraan sosial (UKS), masyarakat dan
dunia usaha, termasuk organisasi sosial tingkat lokal; dan (4)
29 - 15 meningkatkan pelestarian dan pendayagunaan nilai kepahlawanan,
keperintisan, kejuangan dan kesetiakawanan sosial (K4S); (5) Pemeliharaan,
pemugaran dan rehabilitasi Taman Makam Pahlawan/Makam Pahlawan Nasional
(TMP/MPN). Beberapa hasil yang telah dicapai, antara lain (1) terbentuknya
kelompok wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat melalui pertemuan-
pertemuan lembaga sosial komunitas lokal di berbagai desa; (2) terberdayakannya
organisasi sosial masyarakat dan pekerja sosial masyarakat; (3) terjalinnya kerj asama
kemitraan dengan dunia usaha di beberapa lokasi industri, termasuk pengembangan
usahanya; (4) terlaksananya pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, dan
kejuangan, dan (5) terpugar serta terpeliharanya Taman Makam Pahlawan (TMP),
Makam Pahlawan Nasional (MPN), pemberian bantuan bagi perintis kemerdekaan
dan janda perintis kemerdekaan, dan penelitian kesejarahan terhadap Pahlawan
Nasional. Tabel berikut menunjukkan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial selama tahun 2004 sampai tahun
2009 (Tabel 29.2). Selama tahun 2005 sampai tahun 2009, telah dilaksanakan
penyuluhan kesejahteraan sosial dengan cara yaitu (1) meningkatkan penyuluhan
kesejahteraan sosial, terutama pada daerah-daerah terpencil, rawan/paska konflik,
rawan bencana dan gugus pulau; (2) meningkatkan kualitas penyuluh kesejahteraan
sosial melalui pelatihan bimbingan tenaga penyuluh; (3) penyuluhan sosial melalui
film, media massa cetak (majalah, koran, pamplet), dan media elektronik (televisi dan
radio), (5) kegiatan penyuluhan sosial dan penyuluhan sosial keliling di gugus pulau
dan perdesaan di daerah perbatasan. Dalam pengembangan dan keserasian kebijakan
kesejahteraan rakyat untuk kepentingan masyarakat, kegiatan yang dilaksanakan
antara lain adalah (1) melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait untuk
menyinergikan pendanaan dalam upaya penanggulangan kemiskinan; (2)
melaksanakan koordinasi pelaksanaan kebijakan pemenuhan kebutuhan dasar dan
pangan yang ditujukan bagi keluarga miskin; (3) mendukung koordinasi pelaksanaan
kegiatan yang menyangkut tanggap cepat kesejahteraan
29 - 16 rakyat, seperti kejadian luar biasa (merebaknya penyakit, korban bencana alam
dan konflik sosial); (4) melaksanakan koordinasi dalam rangka Program Keluarga
Harapan (PKH). Tabel 29.2 Data Kegiatan Pemberdayaan Kelembagaan
Kesejahteraan Sosial Tahun 2004—2009*) Uraian Satuan 2004 2005 2006 2007 2008 2009*)
Pemberdayaan Karang Taruna KT 2.595 2.407 2.325 2.368 2.365 515 Pemberdayaan Organisasi
Sosial/Lembaga Swadaya Masyarakat Orsos 1.821 1.747 1.146 1.218 4.975 1.039 Pemberdayaan
Pekerja Sosial Masyarakat PSM 5.890 5.412 5.462 5.462 5.436 1.680 Wahana Kesejahteraan Sosial
Berbasis Masyarakat WKSBM 300 122 122 330 320 154 Kerjasama Kelembagaan Sosial
Masyarakat Kegiatan -- -- -- 273 192 28 Perbaikan Taman Makam Pahlawan TMP 45 54 54 36 35 33
Pemugaran Taman Makam Pahlawan TMP -- 11 8 -- -- 1 Pemeliharaan Makam Pahlawan Nasional
MPN 6 36 78 -- 78 83 Pemeliharaan Rumah Perintis Kemerdekaan/Janda Rumah -- 36 78 -- 108 106
Bantuan Keluarga Pahlawan/Warakawuri KK -- 68 68 -- 74 74 Sumber : Departemen Sosial
Keterangan : *) Data hingga bulan Juni 2009 Hasil-hasil yang telah dicapai selama
tahun 2005 sampai tahun 2009, antara lain, adalah (1) tersusunnya kesepakatan
mengenai kebijakan dan pelaksanaan peningkatan kesejahteraan rakyat dengan
berbagai instansi; (2) tertanganinya masalah strategis yang
29 - 17 menyangkut tanggap cepat kesejahteraan rakyat, seperti kejadian luar biasa
(merebaknya penyakit, korban bencana alam dan konflik sosial); (3) terlaksananya
koordinasi pemberian bantuan bencana yang selama ini terjadi di berbagai wilayah;
(4) terserasikannya penanganan masalah-masalah yang menyangkut kesejahteraan
rakyat, terutama fakir miskin dan orang tidak mampu; dan (5) terbentuknya lembaga
Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) yang diharapkan dapat mengharmonisasikan
dan mempercepat pelaksanaan SJSN. III.TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang masih akan dihadapi, tindak lanjut yang
akan dilaksanakan dalam pembangunan perlindungan dan kesejahteraan sosial, antara
lain, menyempurnakan sistem jaminan dan bantuan kesejahteraan sosial bagi
penduduk miskin, rentan, dan PMKS lainnya. Selanjutnya, dalam meningkatkan
kualitas hidup para PMKS, maka perlu untuk meningkatkan pembinaan, pelayanan
dan perlindungan sosial dan hukum bagi korban eksploitasi, perdagangan perempuan
dan anak, dan korban kekerasan, serta meningkatkan kualitas pelatihan keterampilan
dan praktek belajar kerja bagi anak telantar, termasuk di dalamnya adalah anak
jalanan, anak nakal, dan anak cacat. Dalam rangka pemberian bantuan dasar
kesejahteraan sosial bagi korban bencana alam dan sosial, perlu menjamin
ketersediaan bantuan darurat sebagai buffer stock kesiapsiagaan menghadapi bencana,
seperti beras, lauk-pauk, sandang dan peralatan dapur keluarga, baik di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, terutama daerah-daerah yang rawan bencana alam. Guna
mengantisipasi dampak dari gejolak sosial ekonomi, pada tahun 2010, Pemerintah
berencana akan tetap menyalurkan bantuan pemenuhan kebutuhan pangan dalam
bentuk subsidi beras (Raskin) bagi 17,5 juta RTS dengan alokasi sebanyak 15
kg/RTS/bulan.
29 - 18 Dalam rangka meningkatkan jangkauan pemberdayaan sosial dan arah
pemberdayaan sosial yang ditetapkan, kondisi sasaran program perlu diperhatikan.
Selain itu, diperlukan usaha untuk lebih memantapkan dan meningkatkan kinerja
program dan percepatan pemberdayaan sosial, antara lain dengan menyesuaikan
program-program pemberdayaan sosial ke dalam payung Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Dalam meningkatkan kuantitas dan
kualitas SDM dalam penanggulangan bencana dan mendukung pelayanan
kesejahteraan sosial bagi PMKS, perlu meningkatkan kemampuan tenaga pelaksana
pelayanan kesejahteraan sosial, misalnya melalui pendidikan dan pelatihan kepada
Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tim Reaksi Cepat (TRC), petugas posko
Penanggulangan bencana, dan Satuan Tugas Logistik. Untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan kesejahteraan sosial yang lebih efektif dan tepat sasaran, perlu
ditingkatkan kualitas penyuluhan khususnya di daerah perbatasan, gugus pulau, rawan
konflik dan kumuh yang dilaksanakan melalui media, masa baik cetak maupun
elektronik. Selain itu, perlu pula ditingkatkan kualitas sistem pendataan dan
pelaporan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Dalam rangka mewujudkan suatu
sistem perlindungan sosial yang lebih efektif dan tepat sasaran, pemberian bantuan
langsung tunai melalui pelaksanaan PKH kepada rumah tangga sangat miskin yang
memenuhi persyaratan tertentu diharapkan menjadi suatu rintisan yang akan mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama melalui bidang pendidikan dan
kesehatan. Pelaksanaan PKH pada tahun 2010, akan difokuskan pada perbaikan-
perbaikan beberapa komponen pelaksanaannya, seperti sistem informasi manajemen
(MIS) dan sistem verifikasi. Pertimbangan lainnya adalah untuk perluasan secara
nasional, masih diperlukan survei tambahan oleh BPS untuk menentukan RTSM yang
sesuai dengan kriteria PKH, yaitu RTSM yang memiliki ibu hamil, ibu menyusui,
anak balita, atau anak usia sekolah SD-SMP. Dalam mewujudkan SJSN, DJSN secara
bertahap akan bertugas merumuskan kebijakan penyelenggaraan jaminan sosial
29 - 19 secara menyeluruh. Agenda regulasi yang sedang disusun dan menjadi
prioritas adalah ketentuan mengenai bantuan iuran bagi penduduk miskin dalam
keikutsertaan program jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Selain agenda
tersebut, regulasi mengenai kedudukan dan keberadaan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) juga senantiasa akan diselaraskan dengan agenda

Anda mungkin juga menyukai