Anda di halaman 1dari 21

PEMOLISIAN

MASYARAKAT
(PROBLEM
SOLVING)

KORBINMAS
BAHARKAM POLRI
APA ITU MASALAH?
APA SAJA YANG MENJADI MASALAH?
•  Perkap 3/2015 tentang Pemolisian Masyarakat (Pasal 1 Angka 2)
¡  Pemolisian Masyarakat (Community Policing) yang selanjutnya disingkat Polmas adalah suatu kegiatan
untuk mengajak masyarakat melalui kemitraan anggota Polri dan masyarakat, sehingga mampu
mendeteksi dan mengidentifikasi permasalahan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat
(Kamtibmas) di lingkungan serta menemukan pemecahan masalahnya.

•  Perkap 3/2015 tentang Pemolisian Masyarakat (Pasal 1 Angka 6)


¡  Forum Kemitraan Polri dan Masyarakat yang selanjutnya disingkat FKPM adalah wahana komunikasi
antara Polri dan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar kesepakatan bersama dalam rangka
membahas masalah Kamtibmas dan masalah-masalah sosial yang perlu dipecahkan
bersama guna menciptakan kondisi yang menunjang kelancaran penyelenggaraan fungsi
kepolisian dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

•  Perkap 3/2015 tentang Pemolisian Masyarakat (Pasal 2 huruf b)


¡  Tujuan pengaturan Polmas meliputi:
¡  terwujudnya kemitraan Polri dan masyarakat yang didasarkan pada kesepakatan bersama untuk
menangani masalah sosial yang dapat mengganggu Kamtibmas guna menciptakan rasa
aman, tertib, dan tenteram.
TIDAK HANYA TERBATAS MASALAH HUKUM
SAJA !!!
Sosial yang
dapat mengganggu
KAMTIBMAS

Sosial

MASALAH

Keamanan

Ketertiban
Masyarakat
SA RA
•  Konsep yang disarankan oleh Herman Goldstein (1979) untuk Pemecahan Masalah dalam
optimalisasi pemolisian yang dilakukan dalam konsep Community Oriented Policing (COP),
dikenal kemudian melalui Problem Oriented Policing (POP). Dimulai sejak 1987.
Diimplementasikan pertama di Newport News,Virginia,
•  Menurut Goldstein, dalam implementasi COP, bahwa polisi harus berkonsentrasi pada
pemecahan masalah kejahatan dan gangguan di lingkungan (yang dapat mengganggu kualitas
hidup masyarakat), -singkatnya melakukan Pencegahan Kejahatan, bukan hanya menanggapi
panggilan baik untuk mengatasi kejadian, merespon aduan atau memberikan layanan

¡  (Herman Goldstein . 1979. “Improving Policing: A Problem-Oriented Approach.” Crime and


Delinquency, 25:236–58 )

•  Tahapan proses sistematis : Scanning, Analysis, Response, and Assesment.


•  Berangkat dari pemikiran bahwa permasalahan-permasalahan tertentu bisa berkembang
menjadi persoalan serius yang mengganggu kualitas hidup (quality of live) masyarakat. à
Gunakan SARA
S-A-R-A
Apa yang berkontribusi / penyebab permasalahan?

Apa Apa yang dapat dilakukan


Permasalahannya? untuk menanggapi
Permasalahannya?

Apakah tanggapan atas permasalahan berhasil?


Elemen Pokok Community Policing

Response
(Tanggapan
hasil
Analisa)
Assessment
(Evaluasi hasil
Tindakan)
Scanning
(Identifikasi Masalah)

Analysis
(Analisa – 5W1H)

ü  Kebutuhan & Kepentingan


Segi Tiga Kejahatan (Needs & Interest)
Segi Tiga Analisa ü  Harapan (Expectation)
Matthew Sec heider, Permasalahan
“Community Policing
ü  Kekuatiran (Anxiety/
Defined”, COPS-USDoJ : Concern)
2008 dan
Poeloengan : “Paradigma
Polisi Indonesia”,
unpublished yet, 2015
Apa Permasalahannya?
Scanning •  Permasalahan dapat berupa: Sikap/perilaku, tempat/lokasi, orang/
(Check) beberapa orang (Pelaku), waktu/keadaan tertentu, atau
kombinasi dari kesemuanya.
•  Sebelum menangani masalah, polisi melalui masukan dari
masyarakat :
a)  Mengidentifikasi permasalahan
S b)  Kemudian mengurutkan prioritas penanganan /
pembahasannya
c)  Memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai
alasan pemilihan mengenai prioritas penanganan /
pembahasannya seperti tersebut
Tujuan :
1)  Mengidentifikasi akar permasalahan,
2)  Menentukan sifat/jenis dari masalah,
3)  Menentukan ruang lingkup keseriusan dari masalah,
4)  Mengurutkan prioritas permasalahan yang akan ditangani,
5)  Menentukan pemangku kepentingan (pihak),
6)  Menetapkan langkah-langkah awal
Apa yang berkontribusi /
Analyse
(Act) penyebab Permasalahan?

•  Analysis untuk mengetahui apa-apa saja yang diketahui/didapat


dari permasalahan yang ada
A •  Analyisis merupakan “Jantung” dari proses dalam pemecahan
masalah
•  Salah dalam menganalisa, akan menjadi salah dalam mengambil
tindakan / intervensi (Response), sehingga berpotensi
menimbulkan masalah baru

Tujuan :
1)  Membangun pemahaman akan dinamika permasalahan,
2)  Membangun pemahaman akan batasan/ruang lingkup tanggapan /
response yang telah dilakukan saat ini,
3)  Membangun pemahaman akan hubungan satu sama lain dalam
permasalahan,
4)  Mengembangkan pemahaman tentang sebab dan akibat,
5)  Mencoba mencari Hipotesa akar permasalahan
6)  Menyusun Rancang - Tindak untuk menanggapi Hipotesa
Respond
(Plan)
Apa yang dapat dilakukan untuk
menanggapi Permasalahannya?

R
•  Response/Tanggapan dari model SARA melibatkan pengembangan dan penerapan
strategi untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi, dengan mencari cara menanggapi/
response (cara mengatasi masalah) yang strategis pula, yaitu yang menyeluruh dan tanpa
hambatan (menyeluruh/komprehensif dan tidak menimbulkan permasalahan baru).
•  Sifat dan bentuknya harus:
1)  Logis, mengikuti logika berpikir ilmu pengetahuan yang terkait pada permasalahan
tertentu (Deduktif / Induktif / Abduktif)
2)  Rasional
3)  Efisien dan Efektif
4)  Meminimalisasi Resiko atau Dampak Buruk yang mungkin terjadi
Tujuan : 5)  Komperhensif
1)  Menanggapi Hipotesa yang •  Hasil yang diharapkan dari Response/Tanggapan dari suatu permasalahan adalah:
didapat dalam Analysis 1)  Dapat berupa apakah benar-benar menghilangkan masalah (menyelesaikan akar
2)  Menindaklanjuti penyelesaian permasalahan),
dari Hipotesa permasalahan 2)  Atau, mengurangi masalah secara substansial/mendasar,
3)  Mengembangkan solusi dalam 3)  Ataupun, mengurangi jumlah kerugian yang disebabkan oleh masalah,
mewujudkan pengurangan 4)  Bahkan jika dimungkinkan mengembalikan kondisi masyarakat pada keadaan yang
jumlah dan tingkat masalah seharusnya,
pada waktu yang lama dan 5)  Hingga meningkatkan kualitas hubungan antar-masyarakat.
berkelanjutan (permanen).
Apakah tanggapan atas permasalahan berhasil?
Assessment
(Do) •  Assessment / Penilaian merupakan tahapan dalam mengevaluasi keberhasilan dari strategi
Response / Tanggapan (tindakan) yang telah diambil/dilakukan terhadap permasalahan.
•  Tujuan :
1)  Menganalisa penerapan strategi dalam masalah tertentu,
2)  Mengevaluasi pengembangan dan penerapan strategi masalah tertentu,

A
3)  Menentukan tingkat keberhasilan pengembangan dan penerapan strategi untuk
mengatasi masalah tertentu

•  Yang keseluruhannya telah teridentifikasi dalam proses response.


1)  Apakah permasalahan telah berhasil hilang, jika Response ditujukan untuk berkontribusi
dalam benar-benar menghilangkan masalah (menyelesaikan akar permasalahan) ?
2)  Apakah permasalahan telah berhasil menurun kualitasnya, jika Response ditujukan untuk
berkontribusi dalam mengurangi masalah secara substansial/mendasar ?
3)  Apakah jumlah kerugian telah berkurang, jika Response ditujukan untuk berkontribusi
mengurangi jumlah kerugian yang disebabkan oleh masalah ?
4)  Apakah kualitas hubungan antar-masyarakat semakin membaik, jika Response ditujukan
untuk berkontribusi meningkatkan kualitas hubungan antar-masyarakat ?

•  Informasi yang berupa hasil Assessment ini tidak hanya membantu upaya saat ini, tetapi juga dapat merupakan “proses alamiah/natural
dalam pengumpulan data” yang akan membangun pengetahuan (tentang permasalahan) untuk masa yang akan datang.
•  Penilaian atas strategi dan program dari Response adalah penilaian dalam tahapan Prosesnya, atau Hasilnya, atau yang paling ideal
adalah Keduanya (Proses dan Hasil), ketika menjalankan pemecahan masalah.
1)  Jika ternyata didapat hasil bahwa Response/Tanggapan yang telah dilaksanakan selama ini tidak efektif, maka informasi yang didapatkan
dalam tahapan proses Analysis harus ditinjau ulang akurasi / validitasnya.
2)  Informasi baru tersebut harus dikumpulkan terlebih dahulu sebelum solusi baru dapat dikembangkan dan diuji pada tahapan
Response.
3)  Seluruh proses dalam SARA harus dipandang sebagai lingkaran keterpaduan dan berkelanjutan, sehingga berarti bahwa kegiatan dan
informasi Scanning, Analysis, atau Response tambahan, mungkin saja diperlukan jika ternyata Response/Tanggapan yang telah
dilaksanakan selama ini ternyata tidak efektif.
Segi Tiga Analisa Permasalahan Menggunakan Segi Tiga Analisa
Permasalahan
•  Dalam pemecahan masalah, Polisi harus
menahan diri untuk melewati tahapan
Alnalysis, atau akibatnya berpotensi:
ü  A k a n b e r e s i k o m e n i m b u l k a n
permasalahan yang lebih berbahaya
ü  Akan beresiko melakukan solusi yang
tidak efektif
ü  Akan beresiko menimbulkan masalah baru
•  Untuk me-Response permasalahan tertentu
ya n g m e m b u t u h k a n t a n g g ap a n
segera, terkadang terbantu dengan
melakukan Visualisasi tentang hubungan
antara :
ü  Korban – Pelaku – Lokasi (Segi Tiga
Kejahatan) dan Faktor-faktor yang
John E. Eck, “Police Problems : The Complexity of
Problem Theory, Research and Evaluation,” in
mempengaruhinya.
Problem-Oriented Policing: From Innovation to
Mainstream, ed. Johannes Knutsson, vol. 15 of
•  Segi Tiga Kejahatan kemudian dikembangkan
Crime Prevention Studies (Monsey, NY: Criminal
Justice Press, 2003) 79–114 dalam Matthew
menjadi Segi Tiga Analisa
Secheider, “Community Policing Defined”, COPS-
USDoJ : 2008 dan Poeloengan : “Paradigma Polisi Permasalahan
Indonesia”, unpublished yet, 2015
•  Segi Tiga Analisa Permasalahan digunakan sebagai salah satu cara dalam Tahapan
Analysis pada SARA
•  Salah satu cara untuk memulai adalah dengan bertanya Siapa? Apa? Kapan?
Dimana? Bagaimana? Mengapa? dan Kenapa tidak? Atas masing-masing Variabel
ü  Variabel “Penjaga/Pengawas/Penanggungjawab/Wali” untuk faktor yang
mempengaruhi Korban/Sasaran;
ü  Variabel “Petugas/Penanggungjawab” untuk faktor yang mempengaruhi Pelaku;
ü  Variabel “Pengelola” untuk faktor yang mempengaruhi Lokasi
•  Terhadap Insiden/Kejadian/Peristiwa yang terjadi berulangkali, Segi Tiga Analisa
Permasalahan mendasarkan kepada Pendekatan Kegiatan Rutin yang berpendapat
bahwa ketika terjadi tindak kejahatan/pelanggaran, tiga hal terjadi pada saat yang
sama dan di tempat yang sama, yaitu:
ü  Target/Sasaran yang cocok tersedia.
ü  Kekurangan kemampuan atau jumlah Penjaga /Pengawas/Penanggungjawab/Wali
untuk mencegah kejahatan / pelanggaran terjadi.
ü  Pelaku termotivasi hadir (bisa jadi penanganan terdahulu belum efektif dan efisien).
KEBUTUHAN – HARAPAN – KEKUATIRAN
¡  Tujuan : Ø  Analisa Kebutuhan (& Kepentingan) – Harapan –
Agar Para Pihak (Pemangku Kekuatiran atau disebut dengan KHK:
Kepentingan) yang terlibat •  Kebutuhan adalah harapan dan/atau kekuatiran yang
dalam permasalahan menjadi akan menjadi isu Bersama
lebih dapat memahami atau
memprediksi atau •  Harapan adalah sesuatu yang dikehendaki agar dapat
mengestimasi atas kondisi terealisasi
yang diharapkan terjadi dan •  Kekuatiran adalah sesuatu yang dicemaskan mungkin
ko n d i s i y a n g m u n g k i n
dikuatirkan terjadi karena
dapat terjadi atau mungkin lebih buruk dapat terjadi,
perannya masing-masing dan yang bukan merupakan harapan
maupun peran pihak lain Ø  Analisa KHK merujuk kepada Metode penyelesaian
dalam permasalahan,
permasalahan melalui Musyawarah Mufakat, dengan
sehingga Para Pihak
dimaksud juga diharapkan cara Gotong Royong, dalam suasana Kekeluargaan
akan menjadi lebih saling (PANCASILA).
berempati dan diharapkan Ø  Dibutuhkan : Partisipasi, Peran Aktif, Kesadaran,
menjadi lebih terbuka untuk
bersama-sama diantara
Toleransi dan Empati dari dan diantara para Pemangku
mereka untuk berpartisipasi Kepentingan (Para Pihak / Siapapun yang terlibat
aktif dalam menyelesaikan dalam permasalahan).
Permasalahan yang
m e r u p a k a n ke b u t u h a n
mereka.
Ø  KHK merupakan proses pengidentifikasian, penganalisaan, dan tanggapan (Search,
Analysis, Response) yang awalnya dilakukan oleh masing-masing Pemangku
Kepentingan yang kemudian dibahas secara bersama-sama oleh para Pemangku
Kepentingan, lalu secara berkala mereka sendiri dan/atau secara bersama-sama
melakukan evaluasinya (Assessment).
Ø  Biasanya digunakan untuk menyelesaikan Permasalahan yang berbentuk Perselisihan /
Pertikaian / Konflik, dengan melibatkan para Pemangku Kepentingan (eg. Pelaku, Masy
Terdampak, Pemerintah, TNI, Polri, dan pihak terkait lainnya)
Ø  Dapat juga dilakukan dalam menangani Kejahatan / Pelanggaran / Ketidaktertiban
Sosial
Ø  Melalui KHK digali dan dibangun empati akan Kebutuhan Harapan Kekuatiran tidak
hanya Korban, melainkan juga Pelaku, Keluarga Pelaku, Keluarga Korban, Masyarakat
lingkungan Pelaku, Masyarakat lingkungan Korban, Aparat/Petugas, Pemerintah, dan
pihak terdampak lainnya, agar bersama-sama dapat menemukan solusi bukan saja
dari insiden/kejadian maupun permasalahan, tetapi juga solusi atas akar
permasalahan, yang berkelanjutan dan menyeluruh
Ø  Untuk itulah dalam KHK dibutuhkan juga pemetaan pihak-pihak yang terkait beserta
peranannya, baik langsung maupun tidak langsung.
Ø  Setelah menemukan KHK dari masing-masing
Pemangku Kepentingan, maka diklasifikasikan mana
KHK yang termasuk kategori :
•  Sama,
•  Berbeda (tidak sama tapi bukan yang
dipertentangkan),
•  Konflik (berbeda dan dipertentangkan),
Ø  Setelah menemukan KHK dari masing-masing
Pemangku Kepentingan, maka kemudian di urutkan
prioritasnya mulai dari yang Tidak Terlalu Penting,
Biasa, hingga Segera. (Pada dasarnya masing-masing
pihak selalu merasa KHK-nya Penting)

Ø  Setelah menemukan KHK dan mengurutkan


prioritasnya, maka masing-masing Pemangku
Kepentingan mencari beberapa pilihan (Opsi)
Solusi, yang dapat memenuhi Harapan dan
meminimalisasi Kekuatiran dari dirinya maupun
para Pemangku Kepentingan lainnya.
Ø  Opsi yang telah ditemukan, tidak langsung
ditawarkan oleh masing-masing Pemangku
Kepentingan, melainkan dikategorikan dan
dipisahkan terlebih dahulu menjadi:
Ø  Setelah pemilahan dan pengkategorikan
Opsi Solusi tersebut, maka masing-masing
Pemangku Kepentingan melakukan Prediksi
atas:
•  Alternatif penyelesaian terbaik yang dapat
dilakukan untuk memenuhi KHKnya dan
memenuhi KHK pihak lainnya. (BATNA)
•  Alternatif penyelesaian terburuk yang
terjadi melalui forum penyelesaian
permasalahan lainnya, jika tidak dapat
terakomodir KHK dirinya dan tidak dapat
mengakomodir KHK pihak lain (WATNA)
•  Alternatif penyelesaian sebagian, jika hanya
ada sebagian KHK yang terpenuhi dari
masing-masing Pemangku Kepentingan
(MLATNA)
•  Kemungkinan dan Alternatif cara dan
bentuk, penyelesaian lainnya jika gagal, yang
sama sekali tidak perlu memperhatikan
KHK pihak lainnya (NAA/ABG)
Ø  Setelah melakukan Prediksi dan klasifikasi kategori POLA DETEKS-AKSI: PENANGKALAN, PENCEGAHAN, PENANGANAN
KEJAHATAN & PEMULIHAN, DALAM HARKAMTIBMAS
dari KHK serta mengurutkan prioritasnya, lalu
melakukan pemilahan Opsi Solusi, dan Prediksi bila
gagal, maka para Pemangku Kepentingan dengan Dampak Gangguan ßà
itikad baik dan kesadaran penuh membahas RehabilitaFf
DETEKSI (Pemulihan) AKSI
p e nye l e s a i a n p e r m a s a l a h a n m e l a l u i
Musyawarah Mufakat, dengan semangat Gangguan Nyata ßà Represif
(Penindakan)
Gotong Royong, dalam suasana Kekeluargaan.
à Nilai Pancasila Ambang Gangguan ßà
Ø  P e m b a h a s a n d i m a k s u d s e b a i k n y a ( j i k a ANALISA PrevenFf
(Pencegahan) INTERVENSI
memungkinkan / diperlukan) dapat menggunakan DIAGNOSA / TINDAKAN
Pihak Ke Tiga yang bukan para Pemangku Potensi Gangguan ßà
PreempFf
Kepentingan, sebagai pemandu jalannya komunikasi (Penangkalan)
antar para Pemangku Kepentingan, dan dilakukan
dengan Cara, Tahapan, dan Keterampilan yang
sistematis. Bagaimana cara ber-Musyawarah untuk
Ø  Kapan Analisa KHK yang merujuk kepada Metode Mufakat, dengan semangat Gotong Royong,
penyelesaian permasalahan melalui Musyawarah
Mufakat, dengan semangat Gotong Royong, dalam dalam suasana Kekeluargaan, yang lebih
suasana Kekeluargaan (PANCASILA), dapat berdaya guna dan berhasil guna (efisien &
dilakukan ? efektif), sehingga peluang tercapainya
•  Pada saat membangun Kesepakatan (dalam konteks
Pencegahan / Penangkalan / Pemulihan)
“Kesepakatan atas Penyelesaian
•  Pada saat merumuskan Kebijakan (dalam konteks Permasalahan bagi para Pemangku
Pencegahan dan Penangkalan) Kepentingan”, agar menjadi lebih besar ?
•  Pada saat Penyelesaian Permasalahan baik berbentuk
Perselisihan / Pertikaian / Kejahatan / Pelanggaran
(sebagai bagian dari Penindakan dan Ultimum
TUJUAN PENERAPAN (IMPLEMENTASI) POLMAS
a)  Penerapan Polmas bertujuan untuk mewujudkan kerjasama antara polisi dan masyarakat lokal (komunitas) guna menanggulangi
kejahatan dan ketidaktertiban sosial dalam rangka menciptakan ketenteraman umum dalam kehidupan masyarakat setempat.
b)  Menanggulangi kejahatan dan ketidaktertiban sosial, mengandung makna bukan hanya mencegah timbulnya tetapi juga mencari
jalan ke luar pemecahan permasalahan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban yang bersumber dari
komunitas itu sendiri serta dalam batas-batas menyelesaikan pertikaian antar warga sehingga tidak memerlukan penangananmelalui
proses formal dalam sistem peradilan pidana.
c)  Mewujudkan ketenteraman umum, mengandung makna bahwa yang dituju oleh Polmas bukan hanya sekedar ketiadaan gangguan
faktual terhadap keamanan dan ketertiban tetapi perasaan takut warga dalam kehidupan bersama dalam komunitas mereka.
d)  Kerjasama polisi  dan  masyarakat,  mengandung makna bukan sekedar bekerja bersama dalam operasionalisasi penanggulangan
kejahatan dan ketidak tertiban sosial tetapi juga meliputi  mekanisme kemitraan  yang mencakup keseluruhan proses manajemen,
mulai dari perencanaan  sampai pengawasan pengendalian dan analisis/evaluasi atas pelaksanaannya.  Karena itu sebagai suatu
tujuan kerjasama tesebut merupakan proses yang terus menerus tanpa akhir.
e)  Mencegah kejahatan berbasis warga,  guna meniadakan Niat (N) dan Kesempatan (K) jahat agar tidak menjadi Kejahatan /
Kriminalitas /Crime (N+K=C) adalah  tujuan utama  dari  Polmas, dan karena warga tinggal dalam suatu lingkungan maka  sistem
keamanan lingkungan merupakan andalan utama pencegahan kejahatan. Dalam pengertian Kepolisian London Keamanan Lingkungan,
meliputi :
1)  Public Surveilance, warga dalam suatu lingkungan dianjurkan untuk menjadi mata dan telinga polisi yaitu mengawasi orang-orang
dan kendaraan yang mencurigakan untuk dilaporkan kepada polisi.
2)  Property Marking, polisi meminjamkan alat mereka kepada warga agar dapat memberi tanda pada barang-barang berharga
miliknya. Pemberian tanda dilingkungan dengan menuliskan nama atau tanda lain agar mudah dikenali ulang.
3)  Home security, polisi mengunjungi rumah warga bertanya tentang berbagai hal dan memberikan saran-saran  pengamanan
rumah dan lingkungan warga.
Sistem keamanan lingkungan yang selama ini  diterapkan selalu dibentuk dan diorganisir warga dengan mendapat bantuan
polisi.  Keamanan lingkungan  ini  berbentuk  Satpam, Ronda Kampung, Hansip dan berbagai nama. Berbagai perusahaan besar juga
telah membentuk satuan pengamanan sendiri. Akhir-akhir ini juga telah berkembang badan usaha jasa pengamanan yang menawarkan
berbagai bentuk pengamanan berdasarkan kontrak.
KEMITRAAN MASYARAKAT (COMMUNITY
PARTNERSHIP)
¡  Prinsip ini mendukung pengembangan kemitraan yang sejajar antara polisi dengan berbagai kelompok warga yang ada
untuk bekerja sama dan berkonsensus dalam memecahkan masalah. CP  menuntut dibangunnya kemitraan baru antara
polisi dengan warga  didasarkan pada  saling menghargai,  persamaan,  tulus  dan  setara. Sebelum kemitraan dapat dicapai
terlebih dahulu perlu dibangun saling percaya (trust) antara warga dengan polisi.
¡  Kepercayaan / trust  adalah keyakinan akan satunya kata dengan perbuatan. Organisasi polisi harus membuktikan
integritasnya, bahwa apa yang dijanjikan kepada warga benar-benar dilaksanakan.  Saling percaya  yang terbentuk akan
mengurangi saling curiga antara polisi dengan warga, dan merupakan  fondasi yang kuat  untuk  membangun kerjasama
polisi  dengan  warga, didasarkan pada  saling pengertian  dan  saling menghormati. Membangun kepercayaan adalah suatu
proses yang lama terlebih bila kecurigaan antara kedua pihak sudah berlangsung lama dan mendalam.
¡  Tujuan utama kemitraan  adalah untuk menciptakan dan memelihara saling percaya (mutual trust) antara polisi,
pejabat pemerintah lokal, dan warga masyarakat. Membangun saling percaya adalah langkah yang sangat sulit dan
memerlukan upaya yang terus menerus.
¡  Kemitraan masyarakat
¡  Ditandai oleh :
1.  Hubungan positif dengan warga.
2.  Pelibatan warga dalam pencegahan dan pemberantasan kejahatan.
3.  Penanganan atas masalah mendesak yang dihadapi warga.
4.  Tanggung jawab bersama dalam menetapkan solusi atas masalah warga.
5.  Kontak dengan warga dalam hal-hal yang bermanfaat.
6.  Komunikasi yang tulus dalam rangka pemecahan masalah.
7.  Kepercayaan, karena yakin pada upaya polisi.
8.  Pertukaran informasi antara polisi dengan warga dan sebaliknya.
¡  Sebagai contoh :
•  Beberapa Polsek tertentu di Indonesia mengalami penurunan angka kejahatan.
•  Beberapa masalah-masalah sosial yang diselesaikan bersama warga, antara lain :
Kenakalan remaja; pencegahan Narkoba di RT/ RW, Kelurahan; perselisihan antar
warga, dll.

¡  Penerapan model Community Policing  melalui  berbagai proyek  disamping  positif,


n a m u n m a s i h  m e m e r l u k a n penataan lebih l a n j u t  g u n a
Sinkronisasi dalam Implementasinya.
”Bila memiliki banyak harta,
berbagilah untuk sahabatmu, bila
memiliki banyak ilmu, maka
amalkanlah untuk memintarkan
lingkunganmu ”

Anda mungkin juga menyukai