SKRIPSI
Disusun oleh :
DAN TURUNANNYA
YOGYAKARTA
2021
777
OKRA
SKRIPSI
Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2021
ii
777
Halaman Pengesahan
OKRA
17 / 18920/ THP-STPK
(Ir. Sunardi, M.si) (Dr. Ir. Ida Bagus Banyuro Parta, MS.)
Dosen Penguji
iii
777
KATA PENGANTAR
Tiada kata selain segala puji dan syukur yang dapat penulis haturkan
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya hingga
terselesaikannya skripsi ini. Shalawat beriring salam tak lupa pula disampaikan
kepada teladan terbaik penulis yakni Rasulullah SAW. Skripsi yang penulis tulis
dengan judul “Sabun Wajah Berbasis Sawit Dari Palm Kernel Oil – Red Palm Oil
Dengan Penambahan Arang Aktif Cangkang Sawit Dan Okra” ini tentu tak
terlepas dari doa, bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karenanya, dengan
penuh rasa hormat, ucapan terimakasih setulus hati penulis sampaikan kepada:
Kedua orang tua yang telah membesarkan, mendidik dan mendoakan atas
kesuksesan penulis.
Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Ida Bagus Banyuro Partha, MS. selaku Dekan Fakultas Teknologi
3. Ir. Sunardi, MSi selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Instiper
Yogyakarta.
4. Bapak Ir. Sunardi, Msi Dan Ibu Herawati Oktavianty, ST., MT. selaku
dosen pembimbing utama dan dosen penguji yang telah membimbing dan
Hasil Pertanian dan rekan seperjuangan yang telah membantu baik dalam
iv
777
ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif guna perbaikan ini sangatlah penulis harapkan. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat membuka wawasan pengetahuan
kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
v
777
Contents
Halaman Pengesahan.....................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................x
I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1
2.3. NaOH.........................................................................................................5
2.5. Okra............................................................................................................6
vi
777
4.4. Antiosidan................................................................................................47
5.1. Kesimpulan..............................................................................................50
5.2. Saran.........................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................51
LAMPIRAN....................................................................................................................56
DAFTAR TABEL
vii
777
viii
777
ix
777
DAFTAR GAMBAR
x
777
INTISARI
Telah dilakukan penelitian tentang pembutan sabun wajah berbasis sawit dari
palm kernel oil – red palm oil dengan penambahan arang aktif cangkang sawit dan
okra. Tujuan untuk memperoleh formulasi sabun wajah berbasis sawit dengan
okra sehingga di hasilkan sabun wajah sesuai SNI, untk mengetahui komposisi
arang aktif cangka sawit yang mengahsilkan daya pembersih yang optimal, dan
mengetahui komposisi ekstrak okra dapat di formulasikan dalam bentuk sediaan
sabun wajah.
Penelitian ini mengunakan Rancangan Blok Lengkap yang terdiri dari dua
faktor yaitu faktor pertama persen massa arang aktif cangka sawit A1 (3%), A2
(2%), A3 (1%), dan penambahan persen massa ekstrak okra B1 (2%), B2 (3%),
B3 (4%. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini yaitu : uji fisik, uji kimia, uji
efektivitas sabun, dan uji antiosidan.
Hasil penelitian menunjukan pengaruh penambahan persen massa arang aktif
cangkang sawit dan penambahan persen massa ekstrak okra yang memenuhi SNI
yaitu kadar air, alkali bebas, lemak taktersabunkan, dan yang tidak memenuhi SNI
yaitu kadar pH , kadar Asam Lemak Bebas. Dari hasil penelitian di dapat semakin
banyak persen massa arang aktif yang dipakai semakin tinggi daya pembersih.
Berdasarkan penambahan persen massa ekstrak okra yang berpengaruh terhadap
sabun yaitu kadar air, alkali, asam lemak bebas, aktivitas antioksidan, efektivitas
sabun
xi
2
I. PENDAHULUAN
Kelapa sawit adalah salah satu industri pertanian yang strategis dan
besar hasil panen kelapa sawit hanya diolah sampai crude palm oil (CPO)
dan Palm Kernel Oil (PKO) yang memiliki nilai tambah kecil, sehingga perlu
dibuat produk-produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Nilai tambah CPO
jika diolah menjadi minyak goreng sawit meningkat menjadi 60% dan bila
Palm Kernel Oil mengandung asam laurat (C12:0) sebanyak 48%, asam
miristat (C14:0) 16% dan asam oleat (C18:1) 15% (Odeghe dan Asagba, 2012).
sedangkan kandungan asam laurat dalam minyak sawit hanya sebesar 0.2%
(Gibon, 2012). Asam laurat adalah salah satu asam lemak yang menjadi
Red Palm Oil memiliki kandungan karoten sebesar 600 sampai 1000
menjaga kulit dari sengatan sinar matahari dan kelembapan kulit (Sinaga,
2016).
Buah Okra kaya akan vitamin C yang sangat diperlukan untuk menjaga
kulit agar tetap sehat. Vitamin C sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit
mencegah jerawat dan menjaga kulit tetap halus dan bercahaya (Kumar dkk,
aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 bekisar 38,11 ppm.
Tingkat kekuatan antioksidan yaitu Sangat kuat < 50 µg/mL, Kuat 50-100
kandungan asam laurat yang tinngi dan buah okra memiliki kandungan kaya
akan vitamin C yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku sabun wajah
aktif. Kandungan arang aktif di dalam sediaan sabun padat diketahui mampu
pembuatan sabun wajah berbasis sawit dengan memanfaatkan RPO dan PKO
4
serta okra dan arang aktif cangkang sawit, sehingga diperoleh sabun wajah
yang kaya dengan antioksidan sebagai antiaging dan mampu mengangkat sel-
sel kulit mati dan dalam rangka meningkatkan nilai tambah dari komoditas
sawit.
2 Berapa persen massa arang aktif cangkang sawit yang menghasilkan daya
3 Berapa persen massa ekstrak buah okra yang dapat diformulasikan dalam
Minyak inti sawit diperoleh dari biji buah sawit. Minyak inti sawit
memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa sehingga
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak
rantai pendek lebih rendah daripada minyak kelapa. Kandungan asam lemak
yang terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat
14-18%, asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam
memiliki kandungan asam laurat yang paling tinggi yaitu 46-52% (Alamu et
al. 2008). Kandungan asam laurat dalam minyak intisawit (PKO) sebesar
48% sedangkan kandungan asam laurat dalam minyak sawit hanya sebesar
0.2% (Gibon, 2012). Asam laurat adalah salah satu asam lemak yang menjadi
yang tinggi dan diproses tanpa melalui proses bleaching eart (tanah
kandungan karotenoidnya pada minyak sawit (Rossi, 2001). Read Palm Oil
4
memiliki kandungan karoten sebesar 600 sampai 1000 ppm. Minyak sawit
merah-
5
5
sengatan sinar matahari dan juga menjaga kelembapan kulit (Sinaga, 2016).
2.3. NaOH
berbentuk putih padat seperti pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh
50% yang biasa disebut larutan sorensen. Natrium hidroksida memiliki sifat
lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas.
NaOH sangat mudah larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
eksotermis. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan
NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH
tidak larut dalam dietil eter dan pelarut nonpolar lainnya (Rowe, 2009).
Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang terbuat dari bahan
menghilangkan noda hitam (Shancez dkk., 2019). Salah satu bahan baku
yang memiliki kandungan karbon yang relatif tinggi serta dapat dimanfaatkan
menjadi arang aktif adalah cangkang sawit. Arang aktif yang berasal dari
cangkang sawit memiliki kualitas yang baik. Lestari dkk, (2019) melaporkan
daya serap arang aktif cangkang sawit terhadap iodine dengan ukuran 200
mesh yang diaktivasi secara fisika pada suhu 600C adalah sebesar 766,4
mg/g. Nilai ini memenuhi syarat SNI No. 06-3730 yaitu minimal 750 mg/g
dan lebih unggul dibandingkan dengan arang aktif lain seperti yang berasal
dari tempurung kelapa dan kayu kelapa. Tempurung kelapa hanya sebesar
580 mg/g (Jamilatun dan Setyawan, 2014) dan kayu kelapa sebesar 544,2 –
665,1 mg/g (Polli, 2017). Daya adsorpsi arang aktif terhadap iodin
terhadap zat pengotor (Rumidatul, 2006). Selain itu, arang aktif cangkang
sawit juga mengandung serat yang membantu mengangkat sel-sel kulit mati
2.5. Okra
Tanaman okra Memiliki daun dengan diameter 10-20 cm, lebar dan
putih hingga kuning, terkadang berwarna merah atau ungu di dasar kelopak
bunga. Buah dengan panjang 10-25 cm, berdiameter 1,5-3 cm, meruncing ke
Buah okra muda mengandung kadar air 85,70 %; protein 8,30 %; lemak
2,05 %; karbohidrat 1,4 %; dan 38,9 % kalori per 100 g (Yudo, 1991). Okra
7
juga kaya akan vitamin C. Kandungan vitamin A yang sangat baik untuk
kesehatan kulit agar tetap sehat. Vitamin C sangat baik untuk menjaga
jerawat dan menjaga kulit tetap halus dan bercahaya (Kumar dkk., 2010).
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif dan zat aktif akan larut. Simplisia yang akan
bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat kemudian
keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan
konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama
antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam
oleh lamanya waktu kontak antara pelarut dengan sampel, dan kepolaran
pelarutnya. Semakin lama waktu kontak antara pelarut dengan sampel, maka
Sabun adalah garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal
dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun adalah bahan yang digunakan
untuk tujuan mencuci dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai
karbon C12 - C18 dan sodium atau potassium. Sabun yang digunakan sebagai
pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak, dan cair. Molekul sabun
dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat - zat non polar,
sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Keberadaan rantai
dalam air secara keseluruhan. Sabun mudah tersuspensi dalam air karena
menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa
yang biasanya digunakan adalah NaOH dan KOH. Hasil lain dari reaksi
saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16 sabun juga disusun oleh gugus
asam karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga
saponifikasi. Asam lemak yang berikatan dengan natrium atau kalium inilah
yang kemudian dinamakan sabun. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih
lambat larut dalam air dibandingkan dengan sabun yang dibuat dengan KOH.
Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH, KOH) mempunyai nilai pH
antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari alkali lemah
(NH4OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai 9,5
(Priyono, 2009).
10
jenuh berupa granul, potongan lilin, padat keras atau bubuk, berwarna
ambang bau 20 bpj) dan rasa yang seperti lemak, memiliki titik lebur
etanol (95%) eter, dan minyak sayur (Rowe, 2009). Asam stearat
kaustik atau soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat
2.8.3. Gliserin
rasa manis 0,6 kali lebih manis dari sukrosa. Gliserin dapat
11
kosmetik tidak lebih dari 30% (Rowe, 2009). Dalam sabun yang
2001).
2.8.4. Sukrosa
dari tebu, gula bit, dan sumber lainnya. Tidak mengandung zat
kristalin atau blok, atau bubuk kristal putih, dan memiliki rasa manis
2.8.5. Etanol
2.8.6. NaCl
2.8.7. Cocamide-DEA
sebagai NaOH)
4. Ph −¿ 8 -11
3.1.1 Alat
3.1.2. Bahan
sawit merah, minyak inti sawit, arang aktif, okra, NaOH, NaCl, Coco-
DEA, Gliserin, asam stearat, etanol, gliserin, gula pasir, pewangi dan
aquades.
(RBL) dengan Dua Faktor, Faktor pertama adalah persen massa Arang aktif
yang terdiri dari 3 taraf, yaitu A1 (3%), A2 (2%) dan A3 (1%). Faktor ke-2
adalah persen massa ektrak buah okra terdiri dari 3 taraf yaitu B1 (2%), B2
14
(3%), dan B3 (4%). Percobaan diulangi 2 kali, sehingga akan diperoleh 3 x 2
x 3 = 18 satuan eksperimental.
15
16
Blok I Blok II
1 2 3 1 2 3
1, 2, 3 …..n
A1B3 A3B3 A2B3 A2B2 A1B2 A1B1
7 8 9 = Ur 7 8 9 utan
Prosedur pada penelitian ini terdiri atas beberapa tahap, yakni Proses
proses pengeringan okra dipotong ke bagian yang lebih kecil. Hal ini
tersebut ke dalam oven. Proses ini dilakukan pada suhu 50°C dengan tekanan
Bahan Formula %
F1 F2 F3
Palm Kernel Oil ( g) 50 50 50
Red Palm Oil ( g) 50 50 50
Asam Stearat (g) 21 21 21
NaOH 30% (g) 60,9 60,9 60,9
Etanol 96 % (g) 45 45 45
NaCl (g) 0,6 0,6 0,6
Coco-DEA (g) 3 3 3
Gliserin (g) 39 39 39
Gula Pasir (g) 45 45 45
Pewangi (g) 0,3 0,3 0,3
Akuades ad (g) 25 25 25
3 2 1
Arang Aktif ¿)
2 3 4
Ekstrak okra ¿)
panas dengan waterbath sebagai medianya. Minyak kelapa sawit yang telah
asam stearat, lalu aduk hingga homogen. Kemudian masukkan larutan NaOH
30%. Setelah itu masukkan bahan pendukung lainnya yaitu, etanol 96%,
coco-DEA, NaCl, dan fragrance oil kemudian aduk hingga seluruh adonan
tercampur sempurna. Untuk penambahan arang aktif dan ekstrak buah okra,
dalam cetakan silikon dan diamkan selama 24 jam pada suhu ruang. Setelah
Mencuci
okra dengan
19
Memotong
Okra yang
Mengering
kan
Menghacur
kan Okra
Bubuk Okra
Menimban
g bubuk
Menyiapka
n etanol 96
20
Ekstrasi okra
Pemanasan
Minyak
RPO dan
21
Pencampuran IV 50℃
Penyimpanan
24 jam
Sabun
Penelitian mengenai pembuatan sabun wajah berbasis sawit dari palm kernel
oil – red palm oil dengan penambahan arang aktif cangkang sawit dan okra. Data
pengaruh dari perlakuan dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan
Data primer analisis kadar air sabun yang dihasilkan dapat dilihat
Tabel 4.1.1.1
B1 JUMLAH RERATA
I II
A1 10,265 10,335 20,6 10,3
A2 10,595 10,385 20,98 10,49
A3 10,805 10,48 21,285 10,6425
31,665 31,2
B2
A1 11,87 11,405 23,275 11,6375
A2 11,985 11,42 23,405 11,7025
A3 12,685 12,575 25,26 12,63
36,54 35,4
B3
A1 12,15 12,785 24,935 12,4675
A2 12,63 12,963 25,593 12,7965
A3 12,325 12,275 24,6 12,3
37,105 38,023
JUMLAH 105,31 104,623 209,933 104,967
Dari data primer kadar air sabun, selanjutnya dilakukan uji keragaman untuk
mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan terhadap kadar air yang terdapat pada
sabun yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Tabel 4.1.1.2.
23
24
Sumber
Keragaman Rk Fh Ftabel
Db Jk Jk/db Rkper/Rkeror 5% 1%
Blok 1 0,0262 0,02622
2
A 2 0,4543 0,2271 3,1164 tn 4,46 8,65
B 2 13,494 6,7472 92,5586 ** 4,46 8,65
4
AxB 4 1,1516 0,2879 3,9496* 3,84 7,01
Eror 8 0,5831 0,0728
Total 17 15,709 7,3614
8
Keterangan : (*) berbeda nyata (**) berbeda sangat nyata (tn) tidak berpengaruh
Dari Tabel 4.1.1.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang aktif
tidak berpengaruh terhadap kadar air sabun dan penambahan persen massa ektrak
okra berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air sabun. Adapun rerata kadar air
Berdasarkan hasil pengujian yang tersaji pada table 4.1.1.3. Nilai kadar air
ini menunjukkan bahwa sediaan sabun yang dihasilkan sesuai dengan nilai
persyaratan kadar air sediaan sabun padat yang ditetapkan SNI 3532-2016 yaitu
25
tidak lebih dari 15%. Pada penambahan persen massa arang aktif semakin banyak
persen massa arang aktif yang ditambahkan maka semakin rendah kadar air
sabun. Hal ini disebabkan karena menurut Pari (2006) besar kecilnya kadar air ini
Dari tabel 4.1.1.3. pada penambahan persen massa ekstrak okra semakin
besar penambahan persen massa yang ditambahkan maka semakin tinggi kadar air
pada sabun. Hal ini disesbabkan karena buah okra mengandung kadar air yang
cukup banyak. Menurut (Yudo, 1991) buah okra mengandung kadar air 85,70 %;
protein 8,30 %; lemak 2,05 %; karbohidrat 1,4 %; dan 38,9 % kalori per 100 g.
Menurut Hambali dkk. (2005) semakin banyak air yang terkandung dalam sabun,
maka sabun akan lebih mudah menyusut dan konsistensinya menurun sehingga
4.1.2. pH
Data primer analisis pH sabun yang dihasilkan dapat dilihat Tabel 4.1.2.1.
B1 JUMLAH RERATA
I II
A1 10,165 10,425 20,59 10,295
A2 10,01 9,795 19,805 9,9025
A3 9,805 9,745 19,55 9,775
29,98 29,965
B2
A1 10,145 10,29 20,435 10,2175
A2 9,94 9,64 19,58 9,79
A3 9,75 9,585 19,335 9,6675
29,835 29,515
B3
A1 10,05 10,285 20,335 10,1675
A2 9,89 9,635 19,525 9,7625
A3 9,405 9,05 18,455 9,2275
26
29,345 28,97
JUMLAH 89,16 88,45 177,61 88,805
Dari data primer pH pada sabun, selanjutnya dilakukan uji keragaman
pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Tabel
4.1.2.2.
aktif maka semakin meningkat nilai pH pada sabun. Hal ini disebabkan karena
dengan penambahan persen massa arang aktif terjadi penambahan nilai pH,
27
demikian juga selain sebagai bahan penyerap pada sabun. Menurut fadhilla dan
wahyuni (2016) mengatakan pada hasil filtrasi dengan penambahan arang aktif
cukup tinggi yang didapatkan untuk menaikkan nilai pH air. Dengan demikian
dapat dikatakan dengan penambahan persen massa arang aktif cangkang sawit
gugus fungsi dapat terbentuk pada karbon aktif ketika dilakukan aktifitas yang
terjadi interaksi radikal-radikal pada permukaan karbon dengan atom atom seperti
oksigen dan nitrogen, yang berasal dari proses pengolahan ataupun atmosfir.
dalam produksi karbon aktif akan menghasilkan gugus hidroksil, karbonil dan
karboksilat yang memberikan sifat atmosfer pada karbon, sehingga karbon aktif
Pada penambahan persen massa ekstrak okra tidak berpengaruh. Hal ini
disebabkan karena pH pada okra rendah hal ini didukung oleh (Fauzaet al., 2019)
menyatakan nilai pH buah okra adalah sebesar 4,60. Maka dari pernyataan
terhadap nilai pH sabun dan dilihat dari data bahwa dengan meningkatnya persen
Dari data yang diperoleh kadar pH pada sabun wajah belum memenuhi
SNI karena standar pH sabun wajah yaitu sebesar 7-8 tetapi untuk sabun mandi
sudah memenuhi SNI yaitu 9-10. Dikarenakan sabun wajah tidak memenuhi nilai
28
pH yang sesuai standar maka dapat ditambahkan asam sitrat karena berdasarkan
Data primer analisis Alkali bebas yang dihasilkan dapat dilihat Tabel
4.1.4.1.
Dari tabel 4.1.4.1. data primer alkali bebas, selanjutnya dilakukan uji
bebas yang terdapat pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman
Sumber RK Fh Ft
No db JK
Keragaman JK/db Rkper/Rkerror 5% 1%
1 A 2 0,0015 0,0007 31,53756** 4,46 8,65
2 B 2 0,0032 0,0016 65,9014** 4,46 8,65
3 A×B 4 9,2943 2,3235 0,933692 tn 3,84 7,01
4 BLOK 2 1,1923 1,1923
5 ERROR 8 0,0001 2,4886
Keterangan : (*) berbeda nyata (**) berbeda sangat nyata (tn) tidak berpengaruh
Dari Tabel 4.1.4.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang
aktif berpengaruh sangat nyata terhadap alkali bebas sabun dan penambahan
persen massa ekstraks okra berpengaruh sangat nyata terhadap alkali sabun.
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang berbeda dengan kolom maupun baris
menunjukkan adanya perbedaan berdasarkan uji jarak berganda
Duncan pada jenjang nyata 5%.
Dari tabel 4.1.4.3. menunjukkan penambahan persen massa arang aktif
berpengaruh terhadap alkali bebas. Hal ini disebabkan karena ukuran bahan arang
aktif mempengaruhi alkali bebas pada sabun dan semakin meningkatnya persen
massa arang aktif yang digunakan semakin tinggi alkali bebasnya. Hal ini
didukung (Utomo, 2014) menyatakan ukuran arang aktif paling optium apabila
meningkatnya persen massa arang aktif maka semakin meningkat kadar alkali
pada sabun.
Dari data bahwa semakin meningkatnya persen massa ekstrak okra maka
semakin menurun kadar alkali yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena Menurut
Lunfi (2018) Alkali bebas yang kelebihan pada sabun dapat disebabkan karena
jumlah alkali yang tidak berikatan dengan asam lemak akan menjadi terlalu tinggi.
Sebaliknya mengandung asam lemak yang tinggi dan asam lemak lebih bereaksi
dengan basa seiring dengan meningkatnya waktu penyabunan sehingga nilai alkali
bebas menurun. Maka dari pernyataan tersebut bahwa dari dua faktor yang
berpengaruh paling baik adalah penambahan persen massa ekstrak okra karena
pada okra terdapat asam lemak sehingga semakin meningkatnya persen massa
ekstrak buah okra maka semakin bertambah asam lemak sehingga proses
saponifikasi sabun baik, dan nilai alkali bebas menurun. Hal ini diddukung oleh
(Yudo, 1991) okra mengandung lemak 2,05%. Dari rerata penambahan massa
konsentrasi ekstrak okra 4% menunjukkan rerata kadar alkali bebas yang paling
baik yaitu sebesar 0,05 hal ini sudah memenuhi SNI yaitu maks 0,1%.
Data primer analisis asam lemak bebas yang dihasilkan dapat dilihat Tabel
4.1.5.1.
Dari tabel 4.1.5.1. data primer asam lemak bebas, selanjutnya dilakukan uji
keragaman untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan terhadap asam lemak
bebas yang terdapat pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman dapat
Dari Tabel 4.1.5.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang
aktif tidak berpengaruh terhadap asam lemak bebas sabun dan penambahan persen
massa ekstraksi okra berpengaruh sangat nyata terhadap asam lemak bebas sabun.
Adapun rerata asam lemak bebas sabun sajikan pada Tabel 4.1.5.3.
Keterangan : Rerata yang diikuti huruf yang berbeda dengan kolom maupun baris
menunjukkan adanya perbedaan berdasarkan uji jarak berganda
Duncan pada jenjang nyata 5%.
Dari tabel 4.1.5.3. analisis di atas jumlah penambahan persen massa arang
aktif tidak mempengaruhi kadar asam lemak bebas sabun yang dihasilkan. Hal ini
disebabkan arang aktif yang digunakan bebas lemak dan bersifat kering,
(ALB) pada sabun padat. Menurut Sari (2018), penggunaan arang aktif pada
minyak sawit dapat menurunkan kadar asam lemak bebas. Sabun padat yang
dihasilkan dalam penelitian ini lebih dari 2,5%, sehingga tidak memenuhi standar
SNI 06-3532-1996.
33
Dari data diatas penambahan persen massa ekstrak okra berpengaruh sangat
nyata. Hal ini karena okra mengandung asam lemak, hal ini didukung oleh
pernyataan (Yudo, 1991) okra mengandung lemak 2,05%. Selain itu pada ada
formulasi sabun wajah ini memakai bahan baku asam lemak dari kombinasi
minyak inti sawit dengan minyak merah sawit yang mengandung asam lemak hal
terdapat pada palm kernel oil yaitu : asam laurat 40-52%, asam miristat 14-18%,
asam oleat 11-19%, asam palmitat 7-9%, asam kaprat 3-7%, asam kaprilat 3-5%,
asam stearat 1-3%, dan asam linoleat 2% dan menurut (El-Hadad dkk., 2009) red
palm olein mengandung palmitat 39,3%, oleat 43,7%, linoleat 10,5% sehingga
asam lemak yang terkandung pada produk lebih besar. Hal ini didukung oleh
(williamsand Schmitt, 2002) semakin banyak jumlah minyak atau lemak yang
digunakan maka semakin besar pula jumlah asam lemak bebas yang terdapat pada
dilakukan uji keragaman untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan terhadap
lemak taktersabunkan yang terdapat pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis
Dari Tabel 4.1.5.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang
penambahan persen massa ekstrak okra juga berpengaruh sangat nyata terhadap
merupakan fraksi yang tidak dapat bereaksi dengan alkali, fraksi yang tidak
tersabunkan berkaitan dengan zat-zat yang terdapat dalam minyak atau lemak
yang tidak tersabunkan, zat-zat tersebut biasanya berupa sterol dan hidrokarbon.
Dari pernyataan berikut bahwa arang aktif berpengaruh karena pada arang aktif
mengandung karbon dan hydrogen sehingga mempengaruhi zat-zat yang ada pada
minyak atau lemak yang tidak tersabunkan. Hal ini didukung menurut
hydrogen dan oksigen yang secara kimiawi terikat dalam berbagai gugus fungsi
Dari tabel analisis keragaman diatas menunjukkan dari dua factor yang paling
berpengaruh pada kadar lemak tersabunkan yaitu massa konsentrasi ekstrak okra.
Hal ini dapat dilihat pada data primer bahwa semakin meningkat persen massa
ekstrak okra yang ditambah maka semakin menurun kadar lemak taktersabunkan.
Menurut (Hila, 2007) kandungan flavanol, alkaloid dan kandungan lain yang
berifat basa pada ekstrak teh putih memberikan pengaruh besar dalam
merupakan gugus flavanol yang cukup banyak hal ini didukung oleh (Zhu et al.,
2000; Roy et al., 2014) bahwa okra memiliki flavonoid yakni kuersetin dalam
jumlah 60-75%. Maka dari data diatas bahwa kadar lemak taktersabunkan pada
penelitian ini yaitu 0,1-0,4%. Hal ini menunjukkan sudah memenuhi SNI yang
Data primer analisis tinggi busa yang dihasilkan dapat dilihat Tabel
4.2.1.1.
untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan terhadap tinggi busa yang
Dari Tabel 4.2.1.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang
aktif tidak berpengaruh terhadap tinggi busa sabun dan penambahan persen massa
ekstrak okra tidak berpengaruh terhadap tinggi busa sabun. Adapun rerata tinggi
Dari tabel 4.2.1.3. diatas, diketahui bahwa jumlah penambahan persen massa
arang aktif tidak mempengaruhi stabilitas busa. Hal ini disebabkan arang aktif
busa sabun padat dipengaruhi oleh adanya bahan aktif sabun atau surfaktan
laurat yang mana pada penelitian ini menggunakan baku minyak inti sawit yang
mengandung asam laurat tetapi dengan kombinasi minyak merah sawit yang
mengandung asam palmitat yang memiliki sifat menstabilkan busa pada sabun
maka dari itu penambahan ekstrak okra tidak mempengaruhi stabilitas busa
sabun. Hal ini disebabkan karena okra mengandung asam lemak tak jenuh seperti
asam oleat dan asam linoleat yang mana asam lemak pada okra tidak memiliki
fungsi dalam pembentukkan busa. Hal ini didukung (Menurut sudarto, 1991) buah
okra mengandung lemak 2,05% yaitu asam lemak tak jenuh seperti asam oleat dan
asam linoleat.
Data primer uji kesukaan warna sabun wajah yang dihasilkan dapat
B3
A1 5,25 4,90 10,15 5,075
A2 4,85 4,50 9,35 4,675
A3 5,15 4,90 10,0500 5,0250
15,25 14,30 88,55
JUMLAH 45,0500 43,5 88,55 44,275
Dari data primer uji kesukaan warna sabun, selanjutnya dilakukan uji
keragaman untuk mengetahui pengaruh dari tiap perlakuan terhadap uji kesukaan
warna yang terdapat pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman dapat
Dari Tabel 4.2.2.2 dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang aktif
berpengaruh terhadap warna sabun dan penambahan persen massa ekstrak okra
tidak berpengaruh terhadap warna sabun. Adapun rerata kuji kesukaan warna
arang aktif mempengaruhi sensoris warna sabun padat yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan arang aktif cangkang kelapa sawit memiliki warna hitam pekat
sehingga warna sabun padat yang dihasilkan berwarna hitam pekat sehingga
Dari tabel diatas penambahan ektrak okra tidak berpengaruh. Hal ini
penambahan pesen massa ekstrak okra tertutupi oleh warna arang aktif yang tidak
Data primer uji kesukaan aroma sabun yang dihasilkan dapat dilihat
Tabel 4.2.3.1.
5,55 5,10
B3
A1 1,95 1,75 3,7 1,85
A2 2,20 1,70 3,9 1,95
A3 1,65 1,95 3,6000 1,8000
5,80 5,40 33,4
JUMLAH 17,6500 15,75 33,4 16,7
Dari data primer uji kesukaan aroma sabun, selanjutnya dilakukan uji
kesukaan aroma yang terdapat pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis
RK Fh Ft
Sumber
Db JK Rkper/
Keragaman
JK/db Rkerror 5% 1%
A 2 0,1303 0,0651 2,0480 tn 4.46 8.65
B 2 0,0686 0,0343 1,0786 tn 4.46 8.65
AxB 4 0,0756 0,0189 0,5939 tn 3.84 7.01
Blok 1 0,2006 0,2006
Error 8 0,2544 0,0318
Keterangan : (*) berbeda nyata (**) berbeda sangat nyata (tn) tidak berpengaruh
Dari Tabel 4.2.3.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang
aktif tidak berpengaruh terhadap aroma sabun dan penambahan persen massa
ekstrak okra tidak berpengaruh terhadap aroma sabun. Adapun rerata kuji
mempengaruhi aroma sabun padat, hal ini disebabkan arang aktif yang digunakan
tidak memiliki aroma spesifik sehingga tidak disukai panelis. Pada penambahan
ekstrak okra tidak berpengaruh. Hal ini disebabkan karena okra tidak memiliki
aroma khas sehingga aroma pada sabun tidak disukai panelis dan karena pada
penelitian ini sabun wajah tidak ditambah dengan pewangi sehingga ketertarikan
Data primer uji kesukaan tekstur sabun yang dihasilkan dapat dilihat
Tabel 4.2.4.1.
Dari data primer uji kesukaan tekstur sabun, selanjutnya dilakukan uji
kesukaan tekstur yang terdapat pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis
Dari Tabel 4.2.4.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang aktif
tidak berpengaruh terhadap tekstur sabun dan penambahan persen massa ekstrak
okra tidak berpengaruh terhadap sabun. Adapun rerata uji kesukaan tekstur sabun
arang aktif tidak mempengaruhi tekstur sabun padat, hal ini disebabkan karena
45
penambahan ekstrak okra tidak berpengaruh. Hal ini disebabkan karena okra tidak
perbedaan yang spesifik sabun yang dihasilkan hal ini didukung Hambali (2013)
kekerasan sabun yang dihasilkan dipengaruhi oleh asam laurat yang digunakan
sebagai mampu mengeraskan. Hal ini menyebabkan tidak ada pengaruh terhadap
Tabel 4.3.1.
Dari Tabel 4.3.2. dapat di lihat bahwa persen massa arang aktif berpengaruh
sangat nyata terhadap efektivitas sabun dan penambahan persen massa ekstrak
berpengaruh sangat nyata terhadap efektivitas sabun. Hal ini disebabkan karena
arang aktif berperan dalam menyerap kotoran melalui proses adsorpsi, dilihat dari
tabel dalam mengukur tingkat kekeruhan pada air bilasan semakin keruh air
tiga tahap dasar yaitu, adsorbat berupa kotoran atau lemak terjerap pada bagian
permukaan arang aktif yang kemudian berlanjut menuju ke dalam pori-pori arang
dan akhirnya terjerap dibagian dinding-dinding pori bagian dalam arang aktif.
berpengaruh sangat nyata. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan asam
lemak pada okra sehingga dapat menurunkan kadar efektivitas sabun. Menurut
(Qisti, 2009) semakin bagus kualitas bahan dasar sabun maka semakin baik
mengandung asam lemak bebas akan menurunkan daya bersih sabun dan akan
terikat pada molekul surfaktan. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan okra
berpengaruh dalam uji efektivitas sabun atau uji daya pembersih sabun karena
okra mengandung asam lemak dan formulasi sabun wajah ini juga menggunakan
bahan baku asam lemak dari minyak inti sawit dan minyak merah sawit, dan dari
hasil uji asam lemak bebas pada sabun wajah mengandung asam lemak yang cuku
4.4. Antiosidan
Tabel 4.4.1.
B1 JUMLAH RERATA
I II
A1 21,3043 21,407 42,7113 21,35565
A2 23,3594 23,5199 46,8793 23,43965
A3 25,423 25,4899 50,9129 25,45645
70,0867 70,4168
B2
A1 24,8009 24,7232 49,5241 24,76205
A2 25,7234 26,1943 51,9177 25,95885
A3 26,8493 26,885 53,7343 26,86715
77,3736 77,8025
B3
A1 25,5435 25,6245 51,168 25,584
A2 26,6434 27,3521 53,9955 26,99775
A3 27,717 28,506 56,223 28,1115
79,9039 81,4826
JUMLAH 227,364 229,702 457,066 228,53305
yang terdapat pada sabun yang dihasilkan. Hasil analisis keragaman dapat dilihat
Dari Tabel 4.4.2. dapat di lihat bahwa penambahan persen massa arang aktif
massa ekstrak okra berpengaruh sangat nyata terhadap antioksidan sabun. Adapun
terhadap antioksidan sabun. Hal ini disebabkan karena arang aktif memiliki
aktivitas penangkap radikal bebas kuat dan juga hal ini disebabkan oleh senyawa
yang bersifat polar dan non polar yang mengakibatkan pengaruh sangat nyata
terhadap sabun yang di hasilkan. Hal ini didukung oleh (Dewa, 2008) karbon aktif
mampu menyerap radikal bebas oleh senyawa yang bersifat non polar, dan
senyawa yang terdapat pada arang aktif memiliki aktivitas penangkap radikal
antioksidan sabun. Hal ini disebabkan karena kandungan okra memiliki antivitas
antioksidan yang tinggi. Menurut dari (Neldawati. el. al, 2013) menyatakan okra
dan lain-lain. (Zhu et al., 2000; Roy et al., 2014) bahwa okra memiliki flavonoid
5.1. Kesimpulan
yaitu kadar air, alkali bebas, asam lemak taktersabunkan dan yang tidak
2. Dari hasil penelitian di dapat semakin banyak arang aktif yang dipakai
5.2. Saran
menghasilkan sabun padat yang baik dan perlu penambahan asam sitrat
sabun wajah.
51
52
DAFTAR PUSTAKA
Ardhie, M.A. 2011. Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah
Application. 24(1): 4.
Badan Standardisasi Nasional. 2016. SNI 3532:2016 Syarat Mutu dan Cara Uji
Barel, A.O., Paye, M., and Maibach, H.I., 2001, Handbook of Cosmetic Science
Febriyenti, Sari, L.I., dan Nofita, R. 2014. Formulasi Sabun Transparan Minyak
Gibon V. 2012. Palm Oil and Palm Kernel Oil Refining and Fractionation
Hambali, E. A, Suryani dan Rival M., 2005. Membuat Sabun Transparan. Penebar
Plus. Jakarta.
Jamilatun, S., Setyawan, M. (2014). Pembuatan arang aktif dari tempurung kelapa
dan aplikasinya untuk penjernihan asap cair. Spektrum Industri, 12(1): 74-
83.
Online Journal
Kebijakan Fiskal..
Bandung.
Kumar, S., Dagnoko, S., Haougui, A., Ratnadass, A., Pasternak, D., dan Kouame,
Lestari, U., F. Farid dan A. Fudholi. (2019). Formulation and effectivity test of
Naufal, Fatkhi R, M., Achmad, Fuad, H. 2017. Ekstraksi Maserasi Sayur Okra
Odeghe, O. B. dan Asagba, S. O. (2012). Palm kernel oil effects on the acivity of
Polii, F. F. (2017). Pengaruh suhu dan lama aktivasi terhadap mutu arang aktif
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Owen, S.C. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Rozi, M. 2013. Formulasi Sediaan Sabun Mandi Transparan Minyak Atsiri Jeruk
Sinaga, A.G.S., Donald, S., dan Kasmirul, R.S. 2016. Potensi Minyak Sawit
Sri, Wahyuni. 2018. Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Padat
Hasanuddin Makassar.
Warra, A. A., L. G. Hasan, S.Y. Gunu, S.A. Jega. (2010). Cold-process synthetis
Wayan Ni Sri Agustini & Agustina H. Winarni. 2017. Karakteristik Dan Aktivitas
Vol. 12 No. 1
LAMPIRAN
1. Tinggi busa
menit. Busa yang terbentuk kemudian diamati dan dicatat tinggi busa sabun.
2. Organoleptik
1. Kadar Air
saksama 5 gram sampel sabun transparan pada cawan penguapan yang telah
diketahui bobotnya, panaskan pada lemari pengering pada suhu 105°C selama
w 1−w 2
Kadar air = Kadar air = ×100%
w
Keterangan :
tegak Dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N hingga TAT pink seulas
3. pH
4. Alkali Bebas
merah , kemudian titar dengan larutan HCL 0.1 N dalam alkohol sampai
V × N × 0.04
Alkali bebas = × 100 %
W
N = Normalitas HCL
W = Bobot contoh
1.2 Larutan bekas pemeriksaan asam lemak alkali ditambah 5 ml KOH 0.5 N
alkohollis berlebihan
1.3 Pasang pendingin tegak dan didihkan diatas penangas air selama 1 jam
1.4 Dinginkan sampai suhu 70℃ dan titar dengan HCL 0.5 N alkohollis
dipergunakan (V2)
sampel dalam 100 mL air dan dimasukkan ke dalam gelas beaker. Kemudian
kertas saring dipotong sebanyak formula yang akan diuji dan ditetesi minyak (oli
bekas) ke kertas saring dan dimasukkan ke dalam larutan sabun sampai terendam.
kertas saring diangkat dan dibilas dengan air (Warra dkk., 2010). Keefektifan
60
daya pembersih dinilai secara visual berdasarkan minyak dan noda yang tertinggal
dikertas saring dan dibandingkan dengan daya bersih sabun arang aktif komersil.
Secara kuantitatif pengujian ini dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang
dalam larutan sabun. Kain diaduk kemudian diangkat dan tingkat kekeruhan air
bilasan diasumsikan sebagai kotoran minyak yang dapat diangkat oleh sabun
padat. Tingkat kekeruhan diukur menggunakan alat pengukur kekeruhan air yaitu
dan Cuvelier (1995) dengan sedikit modifikasi. Ekstrak kasar karotenoid (25, 50,
125, 250 dan 500 µl) dan sabun transparan (5%, 10% dan 15%) ditambah masing-
metanol absolut sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5, 10, 25, 50 dan
100 ppm. Larutan blangko dibuat dengan cara menambahkan 1 ml DPPH 0,4 mM
Nilai IC50 dihitung dengan menggunakan persamaa regresi linear dari DPPH
yaitu Y = a + bx, dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji sedangkan sumbu
konsentrasi suatu bahan antioksidan yang dapat menyebabkan 50% radikal bebas
B1 JUMLAH RERATA
I II
A1 10,265 10,335 20,6 10,3
A2 10,595 10,385 20,98 10,49
A3 10,805 10,48 21,285 10,6425
31,665 31,2
B2
A1 11,87 11,405 23,275 11,6375
A2 11,985 11,42 23,405 11,7025
A3 12,685 12,575 25,26 12,63
36,54 35,4
B3
A1 12,15 12,785 24,935 12,4675
A2 12,63 12,963 25,593 12,7965
A3 12,325 12,275 24,6 12,3
37,105 38,023
JUMLAH 105,31 104,623 209,933 104,967
A. Tabulasi Data
( ¿)2 2
FK = = (235,576) = 2448,483568
r x a xb 2x 3x 3
2
Σ Blok
JK Blok = - FK
a.b
22036,59
= - 2448,483568
3.3
= 0,0260
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
63
4927,177125
= - 2448,483568
2
= 15,1049
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 22 + ΣA 3 2)
JK A = ¿ - FK
r xb
(14693,62753)
= – 2448,483568
6
= 0,4543
2 2
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 2 + ΣB 3 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(14771,88873)
= – 2448,483568
6
= 13,4978
B1 JUMLAH RERATA
I II
A1 10,165 10,425 20,59 10,295
A2 10,01 9,795 19,805 9,9025
A3 9,805 9,745 19,55 9,775
29,98 29,965
B2
A1 10,145 10,29 20,435 10,2175
A2 9,94 9,64 19,58 9,79
A3 9,75 9,585 19,335 9,6675
29,835 29,515
B3
A1 10,05 10,285 20,335 10,1675
A2 9,89 9,635 19,525 9,7625
A3 9,405 9,05 18,455 9,2275
29,345 28,97
JUMLAH 89,16 88,45 177,61 88,805
Tabel 1. Data Primer Analisis pH pada sabun wajah
A. Tabulasi Data
2 2
( ¿)
FK = = (177,61) = 1752,5173
r x a xb 2 x3 x3
3508,52135
= - 1752,5173
2
= 1,7433
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 22 + ΣA 3 2)
JK A = ¿ - FK
r xb
(10523,3133)
= – 1752,5173
6
= 1,3682
2 2
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 2 + ΣB 3 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(10516,4647)
= – 1752,5173
6
= 0,2267
A. Tabulasi Data
2 2
( ¿)
FK = = (374,035) = 7772,343401
r x a xb 2 x3 x 3
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
15546,71818
= - 7772,343401
2
= 1,0156
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 2 + ΣA 3 )
2 2
JK A = ¿ - FK
r xb
( 46637,37833)
= – 7772,343401
6
= 1,3682
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 22 + ΣB 32 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(10516,4647)
= – 7772,343401
6
= 0,5529
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 1,0156 – 1,3682 – 0,5529
= 0,3867
JK Eror = JK Total – JK Perlakuan – JK Blok
= 2,5107 – 1,0156 – 0,1521
= 1,3428
Tabel 2. Analisis Keragaman tinggi busa sabun
Sumber
Keragaman Rk Fh Ftabel
Db Jk Jk/db Rkper/Rkeror 5% 1%
Blok 1 0,1521 0,152168
A 2 0,5529 0,276493 1,647178 tn 4,46 8,65
B 2 0,0759 0,037976 0,22624 tn 4,46 8,65
AxB 4 0,3867 0,096687 0,576001tn 3,84 7,01
Eror 8 1,3428 0,167859
Total 17 2,5107 0,731183
Keterangan :
** = Berbeda sangat nyata
* = Berbeda nyata
tn = Tidak berbeda nyata.
68
A. Tabulasi Data
( ¿)2 2
FK = = (1,56255) = 0,1356
r x a xb 2 x3 x 3
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
0,281170063
= - 0,1356
2
= 0,0049
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 2 + ΣA 3 )
2 2
JK A = ¿ - FK
r xb
(0,823272283)
= – 0,1356
6
= 0,0015
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 22 + ΣB 32 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(0,833534413)
= – 0,1356
6
= 0,0032
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 0,0049 – 0,0015 – 0,0032
= 9,2943
Tabel 1. Data Primer Analisis asam lemak bebas pada sabun wajah
A. Tabulasi Data
2 2
( ¿)
FK = = (76,8573) = 328,1691
r x a xb 2 x3 x 3
673,2300053
= - 328,1691
2
= 8,4458
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 22 + ΣA 3 2)
JK A = ¿ - FK
r xb
(1969,492551)
= – 328,1691
6
= 0,0796
2 2
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 2 + ΣB 3 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(2019,175526)
= – 328,1691
6
= 8,3601
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 8,4458 – 0,0796 – 8,3601
= 0,006132317
A. Tabulasi Data
2 2
( ¿)
FK = = (5,259) = 1,5365
r x a xb 2 x3 x 3
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
3,58278818
= - 1,5365
2
= 0,2548
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 2 + ΣA 3 )
2 2
JK A = ¿ - FK
r xb
(9,30146598)
= – 1,5365
6
= 0,0137
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 22 + ΣB 32 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(10,66316942)
= – 1,5365
6
= 0,2406
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 0,2548 – 0,0137 – 0,2406
= 0,0004
A. Tabulasi Data
2 2
( ¿)
FK = = (2855,6) = 453025,0756
r x a xb 2x 3x 3
928474,46
= - 453025,0756
2
= 11212,1544
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 22 + ΣA 3 2)
JK A = ¿ - FK
r xb
(2767829,98)
= – 453025,0756
6
= 8279,9211
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 22 + ΣB 32 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(2729979,44)
= – 453025,0756
6
= 1971,4977
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 11212,1544 – 8279,9211 – 1971,4977
= 960,7355
B1 JUMLAH RERATA
I II
A1 21,3043 21,407 42,7113 21,35565
A2 23,3594 23,5199 46,8793 23,43965
A3 25,423 25,4899 50,9129 25,45645
70,0867 70,4168
B2
A1 24,8009 24,7232 49,5241 24,76205
A2 25,7234 26,1943 51,9177 25,95885
A3 26,8493 26,885 53,7343 26,86715
77,3736 77,8025
B3
A1 25,5435 25,6245 51,168 25,584
A2 26,6434 27,3521 53,9955 26,99775
A3 27,717 28,506 56,223 28,1115
79,9039 81,4826
JUMLAH 227,364 229,702 457,066 228,53305
A. Tabulasi Data
( ¿)2 ( 457,0661)2
FK = = = 11606,0788
r x a xb 2x 3x 3
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
23344,21033
= - 11606,0788
2
= 66,0262
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 22 + ΣA 3 2)
JK A = ¿ - FK
r xb
(69789,30444)
= – 11606,0788
6
= 25,4718
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 2 + ΣB 3 )
2 2
JK B = ¿ - FK
rxa
(69866,45791)
= – 11606,0788
6
= 38,3307
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 66,0262 – 25,4718 – 38,3307
= 2,2236
Tabel 1. Data Primer Analisis uji organoleptik warna pada sabun wajah
A. Tabulasi Data
2 2
( ¿)
FK = = (88,55) = 435,6168
r x a xb 2x 3x 3
JK Total = Σ {(a)2 + (b)2 + ... + (n)2} – FK
= Σ {(4,95)2 + (5,05)2 + (5,05)2} – 435,6168
= 436,2125- 435,6168
= 0,5957
Σ Blok 2
JK Blok = - FK
a.b
3921,7525
= - 435,6168
3.3
= 0,1334
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
79
871,9025
= - 435,6168
2
= 0,3344
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 2 + ΣA 3 )
2 2
JK A = ¿ - FK
r xb
(2614,9625)
= – 435,6168
6
= 0,2102
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 22 + ΣB 32 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(2613,7025)
= – 435,6168
6
= 0,0002
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 0,3344 – 0,2102 – 0,1334
= 0,1238
Tabel 1. Data Primer Analisis uji organoleptik aroma pada sabun wajah
A. Tabulasi Data
2 2
( ¿)
FK = = (33,4) = 61,9755
r x a xb 2x 3x 3
JK Total = Σ {(a)2 + (b)2 + ... + (n)2} – FK
= Σ {(2,35)2 + (1,65)2 + (2,10)2} – 61,9755
= 62,7050 - 61,9755
= 0,7294
2
Σ Blok
JK Blok = - FK
a.b
559,5850
= - 61,9755
3.3
= 0,2005
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
81
124,5000
= - 61,9755
2
= 0,2744
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 2 + ΣA 3 )
2 2
JK A = ¿ - FK
r xb
(372,6350)
= – 61,9755
6
= 0,1302
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 22 + ΣB 32 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(372,2650)
= – 61,9755
6
= 0,0686
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 0,2744 – 0,1302 – 0,0686
= 0,0755
Tabel 1. Data Primer Analisis uji organoleptik tekstur pada sabun wajah
A. Tabulasi Data
( ¿)2 2
FK = = (85,85) = 409,4568
r x a xb 2x 3x 3
JK Total = Σ {(a)2 + (b)2 + ... + (n)2} – FK
= Σ {(4,75)2 + (5,05)2 + (4,70)2} – 409,4568
= 409,7175 - 409,4568
= 0,2607
2
Σ Blok
JK Blok = - FK
a.b
3685,1125
= - 409,4568
3.3
= 0,0001
JK Perlakuan = Σ ¿ ¿¿ -FK
83
819,2175
= - 409,4568
2
= 0,1519
( ΣA 1 ¿ ¿ 2+ ΣA 2 + ΣA 3 )
2 2
JK A = ¿ - FK
r xb
(2457,3475)
= – 409,4568
6
= 0,1011
( ΣB 1 ¿ ¿ 2+ ΣB 22 + ΣB 32 )
JK B = ¿ - FK
rxa
(2456,8725)
= – 409,4568
6
= 0,0219
JK A x B = JK Perlakuan - JK Perlakuan A – JK Perlakuan B
= 0,1519 – 0,1011– 0,0219
= 0,0288