Anda di halaman 1dari 13

GAMBARAN KECEMASAN PADA REMAJA DALAM

MENGHADAPI PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI MASA


PANDEMI COVID-19

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Strata I


Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
ADIT PUTRA MAHARDIKA
J210180034

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
i
ii
iii
GAMBARAN KECEMASAN PADA REMAJA DALAM MENGHADAPI
PEMBELAJARAN TATAP MUKA DI MASA PANDEMI COVID-19

Abstrak

Latar Belakang: Covid-19 di Indonesia mulai menurun dan sebagian besar


masyarakat sudah mendapatkan vaksin Covid-19, Kementrian Pendidikan
membuat surat edaran baru tentang penyelenggaraan pembelajaran tatap muka
tahun akademik 2021/2022 dengan pemberlakukan protocol kesehatan yang ketat.
Keadaan ini membuat perasaan pada remaja kususnya yang masih bersekolah
menjadi bingung dan juga cemas. Kondisi cemas pada remaja dimasa pandemi ini
tidak dapat dibiarkan karena dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
mereka dimasa yang akan datang. Tujuan : Mengetahui gambaran kecemasan pada
remaja dalam menghadapi pembelajaran tatap muka di masa pandemi covid-19.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan survey deskriptif. Sampel pada penelitian ini berjumlah
87 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental
sampling. Pengambilan data menggunakan intrumen penelitian kuesioner BAI
(Beck Anxiety Imventory) dengan jumlah 21 pernyataan. Hasil : Dari penelitian ini
di dapatkan hasil paling banyak remaja yang mengalami tingkat kecemasan ringan
dalam menghadapi pembelajaran di masa pandemi Covid-19 di SMPN 1 Polanharjo
80 responden (92.0%). Kesimpulan : Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
tingkat kecemasan remaja di SMP N 1 Polanharjo adalah kecemasan ringan
Kata Kunci : Covid-19, Pembelajaran Tatap Muka, Kecemasan

Abstract

Background: Covid-19 in Indonesia is starting to decline and most of the people


have received the Covid-19 vaccine, the Ministry of Education has issued a new
circular regarding the implementation of face-to-face learning for the 2021/2022
academic year with the implementation of a strict health protocol. This situation
makes the feelings of teenagers, especially those who are still in school, confused
and anxious. Anxiety conditions in adolescents during this pandemic cannot be
allowed because it can affect their development and growth in the future. The
Purpose: Knowing the picture of anxiety in adolescents in facing face-to-face
learning during the covid-19 pandemic. The Sampling Methods: This study uses
quantitative research methods using a descriptive survey approach. The sample in
this study amounted to 87 respondents with a sampling technique using accidental
sampling technique. Data collection using the BAI (Beck Anxiety Imventory)
questionnaire research instrument with a total of 21 statements. The Results: From
this study, it was found that the most teenagers experienced mild levels of anxiety
in dealing with learning during the Covid-19 pandemic at SMPN 1 Polanharjo 80
respondents (92.0%). Conclusion: Therefore, it can be concluded that the anxiety
level of adolescents at SMP N 1 Polanharjo is mild anxiety
Keywords: Covid-19, Face-to-face Learning, Anxiety

1
1. PENDAHULUAN
Covid -19 merupkan virus baru yang ditemukan pada akhir Desember tahun 2019
yang berasal dari Wuhan, Tiongkok, lalu pada awal tahun 2020 virus ini mulai
menyebar luas di seluruh dunia termasuk di Indonesia (Handayani et al., 2020).
Dampak Covid-19 sangat dahsyat mulai dari kehilangan nyawa, penurunan
ekonomi (resesi), terganggunya aktivitas pendidikan, ekonomi dan sosial dan yang
paling mengkhawatirkan dampak psikologis dan perubahan perilaku masyarakat.
Jumlah setiap hari angka pasien positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat,
menyerang pada setiap orang tanpa memandang jenis kelamin maupun usia
(Suryaatmaja & Wulandari, 2020). Hal ini tidak terkecuali pada usia remaja, Covid-
19 ini sangat mempengaruhi pada konsep diri setiap remaja (Roziika et al., 2020).
Menurut WHO remaja adalah anak yang rentang usia mulai dari 10-19
tahun. Berdasarkan data United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2021
terdapat 2/3 dari jumlah penduduk Indonesia merupakan usia prouktif dan 17%
adalah usia remaja yaitu sebanyak 46 juta orang dengan proporsi 48% berjenis
kelamin perempuan dan 52% berjenis kelamin laki-laki. Jumlah remaja yang pernah
terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 9,4% dengan 9,3% pasien sembuh dan
1,3% pasien meninggal berdasarkan data Satgas Covid 19. Dengan adanya Covid-
19 ini seluruh kegiatan pemberlajaran telah melakukan kegiatan pembelajaran
secara daring lebih dari 13.000 SMA dan 19.000 SMP di tutup.
Setelah jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mulai menurun dan sebagian
besar masyarakat sudah mendapatkan vaksin Covid-19, Kementrian Pendidikan
membuat surat edaran baru dengan No.4 Thn 2021 tentang penyelenggaraan
pembelajaran tatap muka tahun kademik 2021/2022. Sehingga saat ini sudah
banyak daerah dengan level PPKM rendah mulai melakukan uji coba pelaksaan
sekolah secara tatap muka dengan pemberlakukan protocol kesehatan dengan ketat.
Namun dengan adanya pembelajaran tatap muka ini memunculkan kecemasan bagi
remaja. Banyaknya beredar berita mengenai klaster dunia pendidikan banyak
remaja yang mengalami kebingungan dan menimbulkan kecemasan untuk
melakukan pembelajaran tatap muka karena tidak di izinkan oleh orang tua mereka.
Kecemasan berlebihan ini dapat mempengaruhi remaja dalam belajar menjadi
kurang maksimal(Nova et al., 2021).

2
Kecemasan adalah sifat ketakutan yang tidak pasti, yang berhubungan
dengan perasaan ragu-ragu atau tidak berdaya. Perasaan kecemasan sangat umum
dirasakan oleh setiap orang disaat sedang dihadapkan kondisi atau keadaan yang
tidak menyenangkan sehingga keadaan tersebut menyebabkan keresahan terhadap
individu tersebut (Dewi & Pusparatri, 2016). Perasaan cemas sering dialami dan
muncul dari respon tubuh terhadap perubahan yang terjadi dan di tuntut dalam
keadaan tersebut untuk beradaptasi. Kondisi cemas pada remaja dimasa pandemi
ini tidak dapat dibiarkan karena dapat mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan mereka dimasa yang akan datang.(Fitria & Ifdil, 2020).
Dengan dimulainya uji coba pembelajaran secara luring atau tatap muka
kembali remaja akan mulai beradaptasi dengan lingkungan yang baru mulai dengan
sosialisasi dengan teman baru, hal ini terkadang membuat remaja akan merasa
cemas apakah mereka akan diterima dengan baik oleh lingkungan dan orang-orang
yang baru. Remaja juga akan merasa cemas dengan pembelajaran secara langsung
dengan tatap muka apakah mereka bisa mengikuti dengan baik materi yang akan
disampaikan, karena merekan akan merasa berbeda yang awalnya pembelajaran
secara online atau tidak langsung menjadi pembelajaran secara luring(Prastyo et al.,
2020).
Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan peneliti pada bulan Oktober
2021 di SMP N 1 Polanharjo dengan jumlah siswa sebanyak 668 dengan rincian
jumlah perkelas yaitu Kelas 7 sebanyak 222 siswa, untuk kelas 8 sebanyak 222
siswa, untuk kelas 9 sebanyak 224 siswa. Tujuan penelitian ini untuk bisa
mengetahui Gambaran Kecemasan Pada Remaja Dalam Menghadapi Pembelajaran
Tatap Muka Di Masa Pandemi Covid-19 di SMP Negri 1 Polanharjo.

2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan survey deskriptif. Sampel pada penelitian ini berjumlah 87 respnden
dengan menggunakan tehnik non probility sampling dengan jenis accidental
sampling pada siswa/siswi SMP N 1 Polanharjo dalam menghadapi pembelajaran
tatapmuka dimasa pandemi covid-10. Pengambilan data menggunakan intrumen
penelitian kuesioner BAI (Beck Anxiety Imventory) dengan jumlah 21 item

3
pernyataan. Peneliti telah melakukan beberapa modifikasi terhadap kuisioner BAI
(Beck Anxiety Imventory) untuk menyesuaikan dengan responden dan kondisi
pandemi Covid-19 saat ini Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas sebanyak
26 siswa/siswi di SMP N 3 Polanharjo, Kabupaten Klaten. Hasil uji validitas dan
kuesioner terbukti valid dan reliable dengan koefisien Cronbach’s Alpha sebesar
0.956.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung
mendatangi disetiap kelas di SMP N 1 Polanharjo dengan pendampingan guru BK.
Responden di minta untuk mengisi kuisioner terkait tingkat kecemasan yang di
rasakan pada pembelajaran tatap muka di masa pandemi covid-19 dengan
instrumen BAI (Beck Anxiety Imventory). Setelah mendapatkan semua hasil
penelitian akan dianalisa menggunakan analisa deskrepsi frekuensi dan central
tendency menggunakan SPSS.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil
Penelitian.ini dilakukan kepada 87 responden yang merupakan siswa dan siswi
SMP yang telah memenuhi ktriteria inklusi di SMP N 1 Polanharjo Kabupaten
Klaten. Karakteristik.responden dalam penelitian.ini meliputi usia, jenis.kelamin,
pekerjaan.orang tua, .dan lingkungan tempat tiggal.
Tabel. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Siswa/Siswi SMPN 1
Polanharjo
Karakteristik Responden F %
Usia
12 Tahun 62 71.3%
13 Tahun 24 27.6%
14 Tahun 1 1.1%
Jumlah 87 100%
Jenis Kelamin
Perempuan 49 56.3%
Laki-laki 38 43.7%
Jumlah 87 100%
Pekerjaan Orang Tua
PNS 15 17.2%
Swasta 59 67.8%
Wirausaha 13 14.9%
Jumlah 87 100%

4
Karakteristik Tempat Tinggal
Desa 81 93.1%
Perumahan 5 5.7%
Kota 1 1.1%
Jumlah 87 100%
Tingkat Kecemasan
Ringan 80 92.0%
Sedang 7 8.0%
Berat 0 0.0%
Jumlah 87 100%

Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden


berumur 12 tahun sebanyak 71,3%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 56,3%,
pekerjaan orang tuanya sebagai swasta sebanyak 67.8%, karakteristik tempat
tinggal di desa sebanyak 93,1%. Sedangkan tingkat kecemasan responden ringan
sebanyak 80 responden (92.0%).
3.2 Pembahasan
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa karakteristik responden remaja dalam
menghadapi pembelajaran tatap muka di masa Pandemi di SMPN 1 Polanharjo
sebagian besar berusia 12 tahun. Menurut.WHO.remaja adalah anak yang
rentang.usia mulai dari.10-19 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Mentri
Kesehatan RI.No. 25 Thn 2014 rentan usia remaja ialah usia.10-18 tahun(Suwandi
& Malinti, 2020). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Sary, 2017) di mana pada usia remaja ini perasaan lebih sensitif terhadap sesuatu
hal tertentu, mudah menangis dan merasa cemas ketika dihadapkan dengan suatu
permasalahan. Perkembangan emosi setiap individu remaja masih sangat labil hal
ini akan terlihat pada tingkah laku dan sikapnya dalam kehidupan sehari-hari,
remaja akan bersikap lebih apatis terhadap lingkungan sekitar dan memiliki rasa
takut yang berlebihan ketika menghadapi suatu persoalan (Fitri & Adelya, 2017).
Hasil analisis karakteristik responden yang mengalami kecemasan sebagian
besar berusia 12 tahun dengan persentase 71.3%. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Saputro, 2017) yaitu dimana pada usia remaja awal ini mulai
terbentuknya identitas ego, terciptanya perkembangan kognitif, terciptanya
perkembangan psikogenital, dan terciptanya pembentukan moral. Perasaan cemas
sering dialami dan muncul pada siswa/siswi dalam menghadapi pembelajaran tatap
muka yang awalnya belajar secara online dan berubah menjadi offline kembali, hal

5
ini dapat memunculkan respon tubuh terhadap perubahan yang terjadi dan di tuntut
dalam keadaan tersebut untuk beradaptasi kembali (Fitria & Ifdil, 2020).
Hasil dari analisis penelitian diketahui bahwa sebagian besar reponden
siswa/siswi SMPN 1 Polanharjo yang mengalami tingkat kecemasan berjenis
kelamin perempuan sebanyak 49 responden (56.3%). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Fitri & Adelya, 2017) bahwa pada masa remaja
perempuan perubahan emosi tidak stabil mulai dengan rasa takut berlebihan, sikap
yang apatis terhadap lingkungan sekitar ataupun hal-hal yang mereka anggap tidak
penting. Menurut penelitian (Kurniasanti & Yuniartika, 2021) dimana faktor yang
membuat kecemasan terhadap remaja perempuan diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti keramaian, kondisi fisik, hubungan dengan teman sebaya. Selain itu remaja
perempuan lebih mudah terpengaruh oleh hal dari luar, lebih mudah mengikuti tren
zaman, lebih pemurung dan mudah cemas. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
di SMPN 1 Polanharjo laki-laki lebih dominan merasa ingin tahu, mencoba hal baru
dan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tingkat kecemasan
yang dirasakan lebih sedikit. Selain itu mayoritas setiap kelas lebih banyak
perempuannya.
Berdasarkan hasil analisis pekerjaan orang tua siswa/siswi SMPN 1
Polanharjo mayoritas memiliki pekerjaan sebagai swasta dengan persentase 67.8%.
pada usia remaja biasanya anak lebih senang menghabiskan waktu bersama teman-
teman sebanyanya, lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, dan juga
kemungkinan remaja akan menjadi membangkang atau tidak patuh terhadap orang
tua (Sary, 2017). Perkembangan remaja dalam hal psikolgis sangat dipengaruhi
oleh perhatian dari orang tua, berdasarkan penelitian yang dilakukan banyak
siswa/siswi yang mengatakan bahwa orang tua bekerja sebagai swasta yaitu
karyawan pabrik yang orang tuanya berangkat pagi dan pulang sore sehingga
memiliki waktu yang cukup sedikit bersama mereka.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas siswa-siswi di SMPN 1
Polanharjo bertempat tinggal di Desa dengan persentase 93.1%. karena berdasrkan
hasil penelitian wilayah sekolah SMPN 1 Polanharjo berada diwilayah pedesahan
sehingga mayoritas siswa/siswi bertempat tinggal di Desa. Wilayah tempat tinggal
sangat mempengaruhi perkembangan psikologis pada diri remaja hal ini berkaitan

6
dengan kebiasaan lingkungan tempat tinggal dalam memperoleh informasi baik
informasi positif maupun negatif biasanya lebih mudah diterima oleh masyarakat
tanpa harus mencari kebenaranya. Terumata dimasa pandemi covid-19 ini banyak
informasi simpang siur yang berkembang di masyarakat terutama dunia pendidikan.
Remaja juga akan merasa cemas dengan pembelajaran secara langsung dengan
tatap muka apakah mereka bisa mengikuti dengan baik materi yang akan
disampaikan, karena merekan akan merasa berbeda yang awalnya pembelajaran
secara online atau tidak langsung menjadi pembelajaran luring. Sehingga banyak
remaja yang mengalami kecemasan ketika akan menghadapi pembelajaran tatap
muka di masa pandemi Covid-19 (Prastyo et al., 2020).
Hasil penelitian dapat diketahui sebagian besar responden di SMPN 1
Polanharjo mengalami kecemasan ringan sebanyak 80 responden (92.0%).
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ketika bertemu dengan siswa-siswi
SMPN 1 Polanharjo mereka sudah mulai beradaptasi dengan pembelajaran tatap
muka yang dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan. Namun mereka masih
banyak yang mengatakan jika masih takut dengan pembelajaran secara luring atau
langsung, mereka cemas apakah masih bisa menerima materi dengan maksimal
ataupun tidak. Kecemasan ringan.ini menyebabkan siswa/siswi.menjadi lebih
waspada.terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Seorang individu yang
mengalami kecemasan ini masih waspada dan memiliki mekanisme koping adaptif,
bisa di berikan semangat belajar, masih bisa menyelesaikan masalah dengan baik
dan masih bisa mengasah kreatifitas.
Siwa/siswi SMP N 1 Polanharjo selain mengalami kecemasan ringan
terdapat 7 siswa yang mengalami kecemasan sedang (8%). Berdasarkan hasil
penelitian 4 siswa mengatakan jika siwa masih merasa takut jika bertemu orang
banyak atau berkerumun karena banyaknya kasus Covid-19 dilingkungan tempat
tinggal dan ada beberapa yang mengatakan jika teman seumuran siswa yang pernah
positif covid-19. Selain itu ada yang mengatakan jika keluarga terdekat remaja ada
yang meninggal akibat covid-19. Penelitian ini sejalan dengan (Sari et al., 2021)
Kesiapan pelaksanaan pembelajaran tatap muka sangat mempengaruhi kondisi
kesehatan mental siswa, guru dan orang tua perlu membekali diri siswa dengan
pengetahuan yang cukup tentang covid-19, selain itu siswa di harapkan mulai

7
membicarakan hal-hal terkait perasaannya selama mengikuti pembelajaran tatap
muka di sekolah dibantu oleh guru kelas atau guru konseling siwa maupun orang
tua.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Kecemasan Remaja Dalam
Menghadapi pembelajaran Tatap Muka Di Masa Pandemi Covid-19 dengan jumlah
responden sebanyak 87 dapat disimpulkan bahwa responden untuk SMP N 1
Polanharjo usia Remaja yaitu 12-14 tahun, dengan jenis kelamin terbanyak yaitu
perempuan dengan wilayah tempat tinggal sebagian besar berasal dari Desa, dengan
pekerjaan orangtua sebagian besar sebagai swasta. Maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat kecemasan remaja di SMP N 1 Polanharjo adalah kecemasan ringan.
4.2 Saran
a. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya dan
dapat melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih banyak serta lebih variatif
dengan variable lain.
b. Institusi Pendidikan/Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat dikelola dan disimpan dengan baik oleh intistusi
agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan acuan belajar serta dapat diaplikasi
dalam penelitian selanjutnya.
c. Siswa/Siswi SMP N 1 Polanharjo
Diharapkan dapat mengontrol tingkat kecemasan dengan baik dan bisa mencegah
terjadinya kecemasan yang berkelanjutan serta dapat meminimalisisr terjadinya
kecemasan dalam menghadapi pembelajaran tatap muka dimasa pandemi Covid-19
pada dirisendiri dan lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, E., & Pusparatri, E. (2016). Gambaran Gejala Somatik Kecemasan
Mahasiswa Keperawatan Semester Awal Saat Melakukan Osca. Journal
Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016, Vol.VII No(2).
Fitri, N. F., & Adelya, B. (2017). Kematangan emosi remaja dalam pengentasan

8
masalah. Jurnal Penelitian Guru Indonesia, 2(2), 30–39.
https://jurnal.iicet.org
Fitria, L., & Ifdil, I. (2020). Kecemasan remaja pada masa pandemi Covid -19.
6(1), 1–4.
Handayani, D., Hadi, D. R., Isbaniah, F., Burhan, E., & Agustin, H. (2020).
Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(2), 119–129.
Kurniasanti, N. A., & Yuniartika, W. (2021). Gambaran Kecemasan Pasca
Karantina pada Masyarakat di Kecamatan Cilacap Selatan. 87–94.
Nova, P., Gani, R. A., & Julianti, R. R. (2021). Tingkat Kecemasan Siswa Kelas
VII SMP Negeri 2 Telagasari dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Menghadapi Pertemuan Tatap Muka di Sekolah Pada Masa Pandemi Covid
19. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 7(5), 292–300.
https://doi.org/10.5281/zenodo.5541025
Prastyo, G. M., Kurniawan, F., & Resita, C. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Blended Learning Dalam Kebugaran Jasmani Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Kelas 12 Sekolah Ma Nurul Huda. Jurnal Literasi Olahraga, 1(1),
60–65. https://doi.org/10.35706/jlo.v1i1.3979
Roziika, A., Santoso, M. B., & Zainuddin, M. (2020). Penanganan Stres Di Masa
Pandemi Covid-19 dengan Metode Emotional Freedom Technique (EFT).
Jurnal Pekerjaan Sosial, 3(2), 121–130.
http://jurnal.unpad.ac.id/focus/article/view/28454
Saputro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25–32.
https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362
Sari, D. N., Alfansuri, F. N., Qurotun, A. R., Nur, K. M., & Wulandari, A. T. (2021).
Kesiapan Pembelajaran Tatap Muka Dan Kesehatan Mental Siswa Sekolah
Dasar Akibat Pembelajaran Daring (pp. 345–361).
Sary, Y. N. E. (2017). Perkembangan kognitif dan emosi psikologi masa remaja
awal. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Vol. 1(1), 6–12.
Suryaatmaja, D. J. C., & Wulandari, I. S. M. (2020). Hubungan Tingkat Kecemasan
Terhadap Sikap Remaja Akibat Pandemik Covid-19. MANUJU:
MALAHAYATI NURSING JOURNAL, 2(4), 820–829.
Suwandi, G. R., & Malinti, E. (2020). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan
Tingkat Kecemasan Terhadap Covid- 19 Pada Remaja Di SMA Advent
Balikpapan. 2(4), 677–685.

Anda mungkin juga menyukai