Anda di halaman 1dari 2

PROSEDUR PEMANTAUAN DAN PENANGANAN KIPI SERTA

MEKANISME RUJUKAN
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
Poliklinik Mapolda Kalsel
Jl. S. Parman No 16
Banjarmasin - - 01

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


KA POLIKLINIK MAPOLDA
STANDAR 14 Januari 2021 BANJARMASIN
OPERASIONAL
PROSEDUR Tanggal Revisi

- Rusmilawati. S.Kep
Penda 1 NIP 198206112006042012
PENGERTIAN Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi atau biasa disebut KIPI
merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan dengan
vaksinasi. Penatalaksanaan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KIPI) adalah penanganan / tindakan medis yang diberikan segera
terhadap tanda atau gejala yang diduga terjadi akibat pemberian
imunisasi.
TUJUAN Sebagai acuan dalam penerapan langkah - langkah untuk
tatalaksana kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).
KEBIJAKAN Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian
Penyakit Nomor: Hk.02.02/4/ 1 /2021 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
PROSEDUR Petugas mempersilakan penerima vaksin untuk menunggu 30
menit untuk dilakukan pemantauan (antisipasi apabila ada KIPI).
Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinasi COVID-19 hampir
sama dengan vaksin yang lain. Beberapa gejala tersebut antara
lain:
1. Reaksi lokal, seperti:
 nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan,
 reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis.
2. Reaksi sistemik seperti:
 demam,
 nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
 nyeri sendi (atralgia),
 badan lemah,
 sakit kepala.
3. Reaksi lain, seperti:
 reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem,
 reaksi anafilaksis,
 syncope (pingsan).
4. Tatalaksana Kasus KIPI :
a. Vaksin Reaksi lokal ringan: petugas kesehatan dapat
menganjurkan penerima vaksin untuk melakukan kompres
dingin pada lokasi tersebut dan meminum obat paracetamol
sesuai dosis.
PROSEDUR PEMANTAUAN DAN PENANGANAN KIPI SERTA
MEKANISME RUJUKAN
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
Poliklinik Mapolda Kalsel
Jl. S. Parman No 16
Banjarmasin - - 02
PROSEDUR b. Untuk reaksi ringan sistemik seperti demam dan malaise,
petugas kesehatan dapat menganjurkan penerima vaksin
untuk minum lebih banyak, menggunakan pakaian yang
nyaman, kompres atau mandi air hangat, dan meminum
obat paracetamol sesuai dosis.
c. Reaksi syok anafilaktik: Injeksi epinefrin (adrenalin)
intramuskular pada regio midanterolateral paha, 0,01 mg/kg
larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa) atau
0,3 mg (anak): catat waktu pemberian dosis dan ulangi 5-15
menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien respon terhadap
1-2 dosis. Jika pasien membaik dan stabil dilanjutkan
dengan injeksi difenhidramin 5-20 mg atau dexametason 5-
10 mg secara IV/IM perlahan, segera pasang infus NaCl
0,9% berikan sebanyak 1-2 liter pada 5-10 menit awal pada
orang dewasa. Kemudian rujuk ke IGD RS setempat. Untuk
kasus ringan cukup observasi 6 jam.
5. Isi dari Kit Anafilaktik terdiri dari :
 Satu ampul epinefrin 1 : 1000
 aminofilin ampul, difenhidramin vial, dexamethasone ampul
 Beberapa spuit 1 cc, 3 cc
 Beberapa infus set
 beberapa kantong NaCl 0.9 % atau Dextrose 5%
 Tabung Oksigen
6. Petugas harus terlatih dalam penanganan anafilaktik, memiliki
kesiapan kit anafilaktik yang lengkap untuk tatalaksana reaksi
anafilaktik dan memiliki akses yang cepat untuk merujuk pasien.
7. Segera Rujuk ke RS setempat bila terjadi KIPI berat / sedang
berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana rujukan yang
tersedia yang ditentukan oleh Dinas Kab/Kota. Petugas
mencatat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi denyut
jantung, frekuensi pernafasan, denyut nadi) setiap waktu dan
catat dosis setiap pengobatan yang diberikan. Yakinkan catatan
detail tersebut juga dibawa bersama pasien ketika dirujuk.
UNSUR TERKAIT a. Poliklinik Mapolda Kalsel.
b. Unit Medical Check Up.
c. Instalasi Gawat Darurat.
d. Instalasi Rawat Inap.

Anda mungkin juga menyukai