Anda di halaman 1dari 4

1.

Streptococcus pyogens
a) Morfologi Sel
Coccus tunggal berbentuk batang atau ovoid dan tersusun seperti rantai, gram
positif. Namun, pada biakan lama dan bakteri yang mati, streptococcus
kehilangan gram positifnya dan terlihat seperti gram negatif (Jawetz, Melnick,
& Adelberg, 2008).

Gambar 1 morfologi sel dari streptococcus (Kayser, 2005)

b) Media Pertumbuhan, Biakan, Sifat Pertumbuhan dan Morfologi Koloni


1) Media Pertumbuhan
Streptococcus pyogens dapat tumbuh pada media blood agar dan akan terlihat
zona β-hemolysis karena adanya streptolysin (toksin bakteri) (Kayser, 2005)

Gambar 2 koloni streptococcus pada medium blood agar (Kayser, 2005).

2) Biakan
Sebagian besar streptococcus tumbuh di medium padat sebagai koloni diskoid
biasanya berdiameter 1-2 mm (Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2008). Pada
perbenihan biasa, pertumbuhannya kurang subur, jika didalamnya tidak
ditambahkan serum atau darah, mudah tumbuh pada semua enriched media
(Warsa, 2010).
3) Sifat pertumbuhan
Umumya Streptococcus bersifat anaerob fakultatif hanya beberapa jenis yang
anaerob obligat. Kuman ini tumbuh baik pada pH 7,4-7,6 suhu optimum
pertumbuhannya adalah 370C. Pertumbuhannya cepat berkurang pada suhu
400C. Penambahan glukosa dengan konsentrasi 0,5% akan meningkatkan
pertumbuhannya tetapi menyebabkan penurunan daya lisisnya terhadap sel
darah merah (Warsa, 2010)
4) Morfologi Koloni (Warsa, 2010).
Bentuk : Bulat
Bau : Tidak enak
Ukuran : Kecil- Sedang
Tepi : Rata
Elevasi : Opalesan
Permukaan : Mengkilat
Warna : keabu-abuan
c) Antigen, enzim dan toksin
1) Antigen
 Antigen dinding sel grup-spesifik
Karbohidrat ini terdapat pada dinding sel banyak streptococcus dan
merupakan dasar pengelompokan serologi (grup Lancefied A-H, K-U)
(Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2008).
 Protein M
Substansi ini merupakan faktor virulensi Streptococcus pyogens grup A
yang utama. Streptococcus bersifat virulen bila terdapat protein M, dan
apabila tidak ada antibodi spesifik-tipe M, organisme ini mampu bertahan
terhadap proses fagositosis oleh leukosi Polimorfonuklear. Streptococcus
grup A yang tidak memiliki protein M tidak bersifat virulen (Jawetz,
Melnick, & Adelberg, 2008).
 Zat T
Antigen ini tidak berhubungan dengan virulensi streptococcus. Tidak
seperti protein M, zat T tidak tahan terhadap asam dan panas. Antigen
permukaan lainnya disebut protein R (Jawetz, Melnick, & Adelberg,
2008).
2) Enzim & toksin
 Streptokinase (Fibrinolisin)
Enzim ini mengubah plasminogen pada plasma manusia menjadi plasmin,
suatu enzim proteolitik aktif yang mencerna fibrin dan protein lain
(Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2008).
 Streptodornase
Streptodornase (Streptococcal deoxyribonuclease) melakukan
depolimerisasi DNA.
 Hialuronidase
Berfungsi untuk memecah asam hialuronat sebuah komponen penting
bahan dasar jaringan ikat. Karena itulah hialuronidase membantu
penyebaran mikroorganisme yang infeksius (faktor penyebar) (Jawetz,
Melnick, & Adelberg, 2008).
 Eksotoksin Pirogenik
Ada tiga jenis eksotoksin streptococcus pirogenik yang dibedakan
berdasarkan sifat antigennya : A, B, C. Eksotoksin streptococcus
pirogenik dapat menimbulkan sindrom syok toksik streptococus dan
demam Scarlet (Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2008).
 Difosfopiridin Nukleotidase
Enzim ini kemungkinan berkaitan dengan kemampuan organisme
membunuh leukosit (Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2008).
 Hemolisin
Pemecahan total eritrsoit dengan pelepasan hemoglobin disebut β-
hemolisis. Lisis eritrosit yang tidak sempurna dengan pembentukan
pigmen hijau disebut α-hemolisis, Streptococcus pyogens β-hemolitik
grup A menghasilkan dua hemolisin (streptolisin).
Streptolisin dibagi menjadi dua, yaitu Streptolisin O yang dalam keadaan
tereduksi tetapi segera menjadi tidak aktif bila ada oksigen. Streptolisin O
berperan pada beberapa proses hemolisis yang terlihat ketika pertumbuhan
berada dalam medium blood agar. Sedangkan Streptolisin S adalah zat
yang berperan membentuk zona hemolitik di sekitar koloni streptococcus
yang tumbuh di media blood agar (Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2008).
d) Hasil Uji Biokimia
Uji Katalase negatif
Streptococcus hemolyticus sensitif terhadap cakram basitrasin 0,2 μg
1) Applikasi Klinis (Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2008).
 Erisipelas- Jika port d’entree berada di kulit, terjadi erisipelas dengan
edema masif kecoklatan dan tepi infeksi cepat melebar.
 Selullitis- merupakan infeksi kulit dan jaringan subkutan akut yang cepat
menyebar. Kelainan ini terajdi akibat infeksi setelah trauma, luka bakar,
luka atau insisi bedah.
 Demam Puerpueralis
Jika streptococcus masuk ke dalam uterus pasca persalinan.
 Sepsis
 Faringitis Bakterial- infeksi streptococcus yang menyerang saluran
pernafasan atas, penyakit ini dapat ditandai dengan timbulnya gejala
nasofaringitis berat, tonsilitis, dan membran mukosa membengkak dan
berwarna merah dengan eksudat yang purulen.
 Endokarditis akut
 GNAPS (Glomerulonephritis Acute Post Infection Streptococcus)
2) Lokasi pengambilan sampel
Spesimen diambil sesuai asal infeksi streptococcus. Faring swab, pus, atau
darah diambil untuk biakan. Serum diambil untuk penentuan antibodi (Jawetz,
Melnick, & Adelberg, 2008).

Daftar Pustaka
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Warsa, Chatib Usman. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :
Binarupa Aksara Publisher.
Kayser,Fritz.Bienz,Kurt.Eckert,Johannes. 2005. Color Atlas of Medical
Microbiology. Switzerland: Thieme

Anda mungkin juga menyukai