Anda di halaman 1dari 27

SPESIFIKASI TEKNIS

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

I.1. LINGKUP PEKERJAAN Yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah Kegiatan Pembangunan
Gedung Sekolah Ruang Kelas Baru (RKB)

I.2. PEKERJAAN PENDAHULUAN I.2.1. Pekerjaan Persiapan :


Sebelum pekerjaan dimulai harus diadakan persiapan dengan
menyediakan peralatan pokok dan pendukung sesuai kebutuhan
sehingga nantinya didapat hasil kerja maksimal dengan kualitas
baik.

I.2.2. Pembersihan lokasi :


Sebelum memulai pekerjaan, lokasi harus dibersihkan terlebih dahulu/
bebas gangguan, guna mempermudah jalannya pelaksanaan
pekerjaan.

I.2.3. Direksi-Keet / Bangsal Kerja :


Untuk Direksi-keet/ bangsal kerja dibuat bangunan sementara/
semi permanen disesuaikan dengan kebutuhan dan dilengkapi dengan
tempat duduk, meja kerja dan tempat untuk menempel gambar kerja.
Bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan selesai dilaksanakan.

I.2.4. Pengukuran/ Uitzet.


Sebelum memulai pekerjaan harus didakan pengukuran secara
keseluruhan guna didapatkan volume, ukuran yang jelas dan tepat
dan hasil pekerjaan sesuai rencana, dengan menggunakan alat ukur
waterpass/theodolite
I.3. PERATURAN TEKNIS BANGUNAN I.3.1. Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995.
YANG DIGUNAKAN I.3.2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5)
I.3.3. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002
I.3.4. Peraturan Umum Instalsi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
I.3.5. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga
Kerja
I.3.6. Peraturan Semen Portland IndonesiaNI 8 Tahun 1972
I.3.7. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-
2407-1997
I.3.8. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI
03-2410-1991
I.3.9. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1984
I.3.10. Peraturan & Ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah
setempat yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
II. SPESIFIKASI TEKNIS
II.1. PEKERJAAN PERSIAPAN II.1.1. Pembersihan Awal
Sebelum pekerjaan dilaksanakan perlu dilakukan pembersihan
lapangan dengan memindahkan barang-barang yang dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan dengan seijin dan
persetujuan pihak pengguna gedung, sekaligus pembersihan
bekas bongkaran pada pekerjaan pembongkaran.

II.1.2. Pasang Bouwplank


1. Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, Penyedia Jasa
diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran yang terdapat dalam
gambar kerja dan rencana pekerjaan, kemudian segera
memberitahukan kepada Direksi setiap perbedaan yang
terjadi.
2. Semua kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan yang
diakibatkan karena kelalaian Penyedia Jasa dalam
memberitahukan perbedaan ukuran seperti tersebut di atas
adalah sepenuhnya tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Ukuran-ukuran dan duga untuk pekerjaan ini harus dipasang
oleh Penyedia Jasa bersama-sama oleh Direksi dan
wakilnya.Penyedia Jasa diwajibkan untuk memelihara dan
menjaga patok-patok pengukuran yang telah dipasang
tersebut, di mana kebenarannya dan patok-patok ukuran duga
tersebut dengan ditambah pemasangan bouwplank dengan kayu
papan Meranti 3/20 dan kayu Meranti 5/7 pada bagian sudut dan
pertemuan 2 sisi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa.

II.2. PEKERJAAN TANAH II.2.1. Galian


1. Pekerjaan galian dilaksanakan untuk pekerjaan pondasi
strouss, plat setempat (poer) dan pondasi rollaq bata dengan
diameter, panjang, lebar dan kedalaman sesuai gambar
bestek dengan teknis pelaksanaan dan letak penempatan sesuai
yang ditunjuk dalam Gambar Perencanaan.
2. Tinggi dasar 0.00 m peil lantai bangunan, direncanakan
sesuai gambar-gambar pelaksanaan, tiap titik peil dilevelling
terhadap tinggi dasar 0.00 m yang permanen (bangunan
terdekat yang sudah ada).
3. Pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan
berikut pengerjaannya dan pengadaan segala macam bahan,
alat-alat, pengerahan tenaga kerja, dll. Meskipun hal tersebut
tidak diuraikan secara terperinci dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini.
4. Galian tanah yang tidak dipakai (sisa urug tanah kembali)
harus dibuang di luar lokasi pekerjaan.
5. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan
detail, hal-hal yang menyimpang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan lebih atau kurang.
6. Lubang galian tanah tanah harus dalam kondisi kering
sebelum dilaksanakan pekerjaan pondasi, apabila air tanah
keluar harus dikeringkan terlebih dahulu dengan menguras atau
dengan pompa air.

II.2.2. Urug Pasir dan Sirtu


1. Urug pasir dilaksanakan di bawah pondasi plat setempat
(poer) serta di tempat lainnya (lihat gambar).
2. Menggunakan pasir urug yang bagus, bebas dari kotoran.
3. Pengurugan dilaksanakan setebal sesuai gambar,
dilaksanakan selapis demi selapis dan dipadatkan dengan
kepadatan memenuhi syarat dan disetujui Direksi.
4. Urug sirtu dilaksanakan pada galian tanah pondasi, peninggian
peil lantai bangunan rencana setinggi gambar
rencana , urugan sirtu dilaksanakan selapis demi selapis disiram air
sampai jenuh dan dipadatkan dengan alat pemadat (stamper)
setiap lapisnya sampai dengan ketinggian yang ditentukan dengan
kepadatan yang memenuhi syarat yang disetujui oleh direksi.

II.3. PEKERJAAN BETON II.3.1. Keterangan Umum


a. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan yang diminta dalam
Dokumen Kontrak dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku SNI 2002 dan PBI
1971. Adapun pada garis besarnya pekerjaan beton bertulang yang
dilaksanakan adalah :
1) Strouss
2) Poer
3) Sloof
4) Balok
5) Kolom
6) Rabat beton bawah bawah lantai keramik.

b. Bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah :


1) Semen, dipakai PC (Portland Cement) Jenis I keluaran segala
merk yang beredar di Indonesia (Standart SNI) dan harus
dipakai satu macam merk semen untuk pekerjaan ini.
2) Agregat, dipakai batu pecah dan pasir butiran kasar yang
memenuhi syarat SNI/PBI.
3) Air, dapat digunakan dari segala sumber asal memenuhi syarat
SNI/PBI.

c. Pelaksanaan beton bertulang atau struktur menggunakan


mutu beton K 225 untuk beton bertulang campurannya diaduk
dengan mesin pengaduk / molen hingga mencapai mutu
sesuai yang disyaratkan, sedangkan untuk rabat beton bawah
lantai setebal 5 cm adukan beton dengan campuran 1Pc : 3Ps
: 6Kr . Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur
menurut keperluan untuk menjamin beton dengan konsistensi yang
baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau
gradasi (perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam mesin
pengaduk (mixer). Penambahan air untuk mencairkan kembali
beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi
kering sebelum dipasang sama sekali tidak diperkenankan.
Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan
sangat perlu.
d. Dimensi pekerjaan beton bertulang dan struktur dilaksanakan
sesuai gambar kerja

II.3.2. Syarat-Syarat Bahan Pekerjaan Beton a.


Semen
Semen yang dipakai harus PC yang telah disahkan atau disetujui
oleh yang berwenang dan dalam segala hal memenuhi syarat-
syarat yang dikehendaki oleh Peraturan
Beton Bertulang Indonesia, dalam hal ini dipakai Portland Cement (PC
Kelas I) sesuai dengan Standart Indonesia NI-B atau ASTM C-150
Type I, pada prinsipnya seluruh merk semen yang beredar di
Indonesia serta memenuhi standart mutu tersebut di atas dapat
dipakai.

b. Agregat
1) Batu pecah, dipakai batu pecah mesin ukuran 1/1 s/d 2/2 cm jenis
yang keras, tajam, bersih dari segala kotoran yang dapat
mengurangi daya rekatnya.
2) Pasir cor, dipakai pasir butiran kasar / tajam warna hitam (pasir
Jawa), bebas dari segala kotoran yang dapat mengurangi daya
rekatnya.

c. Baja Tulangan
Semua baja tulangan dipakai baja dengan tegangan leleh karakteristik
2400 kg/cm2 (besi polos / U24) atau 3200 kg/cm2
(besi ulir/U32) atau yang umum dijual di pasaran, ukuran dan jumlah
sesuai tertera dalam gambar. Bahan-bahan tersebut dalam segala
hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan SNI
2002 / PBI 1971.

d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari
bahan-bahan atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya
lekat semen.

e. Bekisting
Bekisting harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga beton
dapat dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak terjadi
perubahan bentuk acuan selama pengecoran dilaksanakan maupun
selama proses pengerasan beton. Bekisting untuk struktur bangunan
memakai papan kayu meranti 2/20 dan diberi lapisan plastik bila perlu.
Bikisting dari papan kayu meranti tersebut harus diperkuat dengan
rangka kayu meranti ukuran 5/7, 6/9, 6/12 dan sebagainya, untuk
mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari
bahan lain yang disetujui oleh Direksi Proyek

II.3.3. Prosedur dan metode Pekerjaan Beton bertulang (struktur beton)


1. Persyaratan umum bahan untuk pekerjaan beton adalah
sebagai berikut :
a. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur
bangunan ini harus menggunakan Beton mutu K 225
b. Adukan beton harus memakai campuran Mesin (molen)
c. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur
atas bangunan ini adalah sebagai berikut :
Mutu baja tulangan sampai dengan diameter 12 mm adalah
BJTD24.
Mutu baja tulangan diameter 13 mm keatas adalah
BJTD39.
d. Bekisting untuk struktur bangunan memakai papan kayu meranti
2/20 dan diberi lapisan plastik bila perlu. Bikisting dari papan
kayu meranti tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu
meranti ukuran 5/7, 6/9, 6/12 dan sebagainya, untuk
mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari
bahan lain yang disetujui oleh
Direksi Proyek. e.
Bonding agent
Bonding agent dipergunakan pada elemen-elemen beton yang
harus disambungkan/ harus di cor secara terputus untuk
mendapatkan sistim struktur yang kokoh sesuai dengan desain
dan perhitungannya. Cara pemakaiannya
harus sesuai petunjuk pabrik
2. Kelas dan Mutu Beton
Kelas dan mutu mengunakan Beton mutu K 225
Adukan beton harus memakai campuran Mesin/Ready Mix.
Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut
keperluan untuk menjamin beton dengan konsistensi yang baik
dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi
(perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk
(mixer). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat
hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering
sebelum dipasang sama sekali tidak diperkenankan.
Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan
sangat perlu.

3. Baja Tulangan
a. Semua baja tulangan beton yang didatangkan harus baru,
tidak bekas, bebas karat dan disimpan/diletakkan di tempat
yang bersih, tidak basah dan terhindar dari
segala kondisi yang dapat menyebabkan karat
b. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam berat :
- Diameter lebih kecil dari 16 mm :-5%
- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 4 %
c. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam diameter
(Dihitung dari diameter terkecil) :
- Diameter lebih kecil dari 16 mm : - 0.4 mm
- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 0.5 mm d.
Mutu baja tulangan beton yang didatangkan harus
benar, yang dinyatakan dengan surat/sertifikat keterangan dari
distributor/pabrik pembuatnya. Untuk menjamin kualitas baja
tulangan sesuai dengan perencanaan, maka harus dilakukan
pemeriksaan pada laboratorium yang disetujui Direksi
Proyek. Pengambilan contoh bahan pada semua jenis diameter
dan diambil secara random pada setiap datangnya material di
lokasi. Biaya test dibebankan pada kontraktor.
e. Baja tulangan beton dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai
dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera
pada gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak boleh
diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang
merusak bahannya. Semua batang harus dibengkokan dalam
keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya
diperkenankan bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh
Direksi proyek atau
Perencana.
f. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar
rencana. Untuk menempatkan tulangan tepat ditempatnya maka
tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton (bendrat)
dengan bantalan balok beton
cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi / cakar ayam
perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang horisontal
harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan
ada batang yang turun.
g. Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel apabilla
tidak ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,5
kali ukuran terbesar dari agregat
kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat
penggetar beton.
h. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan
gambar dan perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan
yang berbeda dengan gambar, maka
yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini
kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi Proyek.
i. Untuk Pekerjaan Baja dan Tulangan harus diadakan Tes uji
Tarik Pada Baja dan Tulangan yang akan Digunakan. Tes
Uji Tarik ini bisa dilakukan pada
Laboratorium yang menyediakan Tes Uji tarik Baja dan
Tulangan.

4. Selimut Beton
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung
dinding atau dasar cetakan, serta harus
mempunyai jarak tetap setiap bagian konstruksi sesuai yang
ditentukan di dalam gambar

5. Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat –
tempat lain dari yang tunjukan pada gambar, bentuk dari sambungan
harus disetujui oleh Direksi Proyek. Overlap pada sambungan –
sambungan tulangan minimal harus 40 x diameter batang, kecuali
jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan
harus mendapat persetujuan Direksi proyek.

6. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang
mempunyai ketelitian cukup untuk menempatkan dan mengawasi
jumlah dari masing – masing bahan beton.
Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Proyek

7. Pengadukan
Bahan – bahan pengadukan beton harus dicampur dan diaduk
dalam mesin pengaduk beton yaitu bath mixer.
Direksi proyek berwenang untuk menambah waktu
pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan
warna yang merata atau seragam dalam
komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan kecuali bila
diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air
harus dituangkan lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih
– lebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak
memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk yang
disentralisir (batching mixing plant) harus diatur hingga pekerjaan mengaduk
dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator. Mesin pengaduk tidak
boleh dipakai melebihi dari kapasistas yang telah ditentukan.

8. Cetakan (Bekisting)
a. Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran pada gambar rencana.
b. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi proyek sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan
tidak mengurangi
tanggung jawab kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap
perlunya perbaikan kerusakan – kerusakan yang mungkin dapat timbul
waktu pemakaian.
c. Sewaktu – waktu Direksi Proyek dapat mengafkir sesuatu bagian dari
bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan kontraktor harus
segera mengambil bentuk
yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.
d. Semua proses pemotongan dan pembuatan bentuk kayu dikerjakan dengan
menggunakan mesin kecuali untuk detail tertentu atas persetujuan Direksi
proyek. Proses pengerjaan tidak diperkenankan dilakukan ditempat
pemasangan.
e. Bentuk, ukuran, profil. Pola, nad dan peil yang tercantum dalam gambar
kerja adalah hasil jadi/ selesai. Bila terjadi penyimpangan tanpa persetujuan
Direksi Proyek, Maka kontraktor harus membongkar dan memperbaiki
kembali tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Biaya untuk
hal ini adalah tanggung jawab kontraktor, dan tidak dapat diajukan sebagai
pekerjaan tambah.
f. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut, plat penggantung,
angker, dinabolt, fisher, sekrup paku dan lem perekat harus rapi dan
sempurna, tidak
diperkenankan mengotori bidang – bidang tampak. Khusus pada
permukaan bidang tampak/exposed tidak diperkenankan dipasang dengan
cara memaku, tetapi harus disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi
Proyek. Lubang sekrup terlebih dahulu dibuat dengan bor. Kepala
sekrup harus tertanam, kemudian lubang
ditutup kembali dengan kayu sejenis yang dilem dengan lem kayu sesuai
persyaratan kemudian diratakan dengan amplas halus sehingga
permukaanya rata dan halus serta tidak tampak bekas penutupan lubang.
Hasil akhir dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui
toleransi kerataan 0,5 cm setiap 2 m.

9. Pengecoran
a. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat
pengecoran beton (cetakan) harus bersih
dari air tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting
dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor,
harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban /air dari beton yang
baru dicor tidak akan diserap.
b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor terlebih
dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika
dicor dengan beton baru. Pada sambungan ini harus dipakai perekat
beton yang disetujui
oleh Direksi Proyek.
c. Semua kotoran, beton yang mengelupas atau bahan asing yang
menutupinya harus dibersihkan dan dibuang, semua genangan air harus
dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
d. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap
penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistim
struktur/penulangan yang ada.
e. Beton boleh dicor hanya bila Direksi Proyek atau wakilnya yang
ditunjuk serta staf Kontraktor yang setaraf ada ditempat kerja, dan
persiapan betul-betul telah
memadai.
f. Dalam semua hal, Beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ketempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan
spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar
dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi,
atau sudut yang terlalu besar, atau bertumpuk dengan baja – baja
tulangan, tidak diijinkan.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari
2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis perlapis horisontal
dan tebalnya tidak lebih dari 50cm.
Direksi proyek mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm tidak dapat
memenuhi spesifikasi ini.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau
selama sedemikian rupa sehingga
spesi/mortel terpisah dari agregat kasar. Selain hujan, air semen atau
spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint dan air semen atau
spesi yang hanyut terhampar harus dibuang dan diganti sebelum
pekerjaan dilanjutkan

10. Pemadatan
a. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga
bebas dari kantong – kantong kerikil, dan menutup rapat – rapat semua
permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.
b. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar
(vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada
bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah, lamanya penggetaran
tidak boleh menyebabkan bahan beton terpisah dengan
yang airnya.
c. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar yang beroperasi
dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran permenit ketika
dibenamkan dalam beton.

11. Perawatan Beton (Curing)


a. Semua beton harus dirawat (curred) dengan air seperti ditentukan di
bawah ini. Direksi Proyek berhak menentukan cara perawatan bagaimana
yang harus digunakan pada bagian – bagian pekerjaan.
b. Beton yang dirawat (curred) dengan air harus tetap
basah paling sedikit 14 hari terus menerus segera sesudah beton cukup
keras untuk mencegah kerusakan, dengan cara menutupnya dengan
bahan yang dibasahi
air atau dengan pipa–pipa yang berlubang–lubang. Penyiraman
mekanis, atau cara–cara yang dibasahi yang akan menjaga agar
permukaan selalu basah. Air yang digunakan dalam perawatan
(curing) harus memenuhi spesifikasi– spesifikasi air untuk campuran
beton

12. Perlindungan (Protection)


a. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap segala
kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Direksi Proyek.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap
sinar matahari yang langsung, paling sedikit 3 hari sesudah
pengecoran.
c. Perlindungan semacam itu harus dibuat secepatnya setelah
pengecoran dilaksanakan.

13. Finishing Beton


a. Permukaan yang kelihatan
Beton yang permukaannya kelihatan (expose) harus difinish dengan
adukan. Lubang – lubang yang terjadi pada beton harus diisi
dengan adukan.
b. Untuk dinding penahan tanah, lubang pengikat acuan
tidak diperkenankan. Lubang – lubang pada permukaan beton tidak
boleh lebih dari 3 mm, lubang yang lebih besar dari diameter 3
mm tapi lebih kecil dari 20 mm tidak boleh melebihi 0,5 % air
permukaan beton tersebut. Lubang yang lebih besar dari 20 mm
tidak diperkenankan.

14. Perbaikan Permukaan Beton


a. Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak
sesuai dengan yang direncanakan yaitu beton semi esposed, atau
tidak tercetak menurut gambar atau
diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak,
hal itu dianggap tidak sesuai dengan spefisikasi ini dan harus
dibuang dan diganti oleh kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali
bila Direksi Proyek memberikan ijinnya untuk menambal tempat
yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal – pasal berikut. b.
Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan
ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan
– kerusakan karena cetakan, lubang–lubang karena keropos,
ketidak rata dan bengkak harus dibuang dengan
pemahatan atau dengan batu gerinda.
c. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat. Lubang lubang
pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor sedemikian
sehingga pengisian akan terikat/terkunci ditempatnya. Semua
lubang harus terus
menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya
disempurnakan.
d. Jika menurut pendapat Direksi Proyek, hal – hal tidak sempurna
pada bagian bangunan yang akan terlihat tidak cukup bila hanya
ditambal saja (karena menghasilkan sebidang dinding) yang tidak
memuaskan penglihatan,
kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi
plesteran 1 Pc : 3 PS ) dengan ketebalan yang tidak melebihi 1
cm juga pada dinding yang
berbatasan ( yang bersambungan ), sesuai dengan
intruksi dari Direksi Proyek
II.4. PEKERJAAN PASANGAN DAN II.4.1. Pasangan Batu Bata
PLESTERAN a. Dipakai batu bata ukuran yang berlaku di pasaran ex. Lokal
pembakaran yang matang dan berwarna seragam, untuk
pondasi dipakai batu kali ukuran sisi maksimum 10-20 cm.
b. Pasangan batu bata dipergunakan perekat 1Pc : 4Ps, batu
bata harus direndam air hingga kenyang sebelum dipasang,
sebanyak mungkin digunakan yang masih utuh, pemasangan
selalu memakai pedoman tegak dan datar sedemikian rupa
hingga selalu didapat pasangan yang rata, lurus, tegak, tebal nat
maksimal 2 cm, dikeruk sedalam 1 cm untuk memudahkan
pelaksanaan plesteran.
c. Persyaratan pelaksanaan
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor diwajibkan
memeriksa dengan seksama gambar kerja
dan melihat keadaan di lokasi pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2. Semua pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan
standard spesifikasi dari bahan / material yang
digunakan.
3. Kontraktor harus memperhatikan detail, bentuk profil
sambungan dan atau hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang tercantum
dalam gambar kerja.
4. Pemasangan batu bata
- Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi,
sama tebal, lurus tegak dan pola ikatan harus terjaga
baik diseluruh pekerjaan. Pengukuran dilakukan dengan
tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
- Pertemuan sudut antara 2 dinding harus siku, kecuali
apabila pertemuan tersebut memang tidak siku
seperti tercantum dalam gambar kerja.
- Untuk permukaan yang datar, batas teloransi
pelengkungan atau pencembungan bidang tidak
boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m vertikal dan
horisontal. Jika melebihi, kontraktor harus
membongkar atau memperbaiki, biaya untuk
pekerjaan ini ditanggung kontraktor dan tidak dapat
diajukan sebagai pekerjaan tambahan.
- Untuk setiap pertemuan dinding pasangan 1/2 bata
maupun 1 bata dan atau permukaan dinding seluas 9
m2 dan atau seperti tercantum dalam gambar harus
dipasang kolom praktis dan atau balok penguat beton
dengan ukuran 12/15, jumlah tulangan 4 Ø 12 mm
dan begel Ø 8 – 200 mm atau seperti pada gambar.
Demikian pula untuk setiap lubang (kusen pintu /
jendela) atau lubang lainnya selebar > 90 cm harus
dipasang balok penguat beton terlepas apakah hal
tersebut tergambar atau tidak di dalam gambar.
Untuk dinding dengan panjang maksimal 400 cm harus
diberi kolom praktis dan untuk dinding setinggi maksimal
400 cm harus diberi ring balok sebagai
pengikat.
- Ukuran batu bata digunakan adalah 22 x 11 x 6 cm
dengan toleransi 0,5 cm
- Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan adukan
perekat / spesi antar bata harus sama setebal 2,50 – 3,00 cm.
Siar – siar ini harus dikerok dengan kedalaman 1 cm dengan rapi
kemudian disiram air dan siap menerima plesteran. Semua kolom,
kolom praktis, balok
pengikat beton, maupun beton lainnya seperti tercantum dalam Gambar
Kerja, harus dipasang angker Ø 6 mm setiap jarak 75 cm. panjang
angker minimum 20 cm, 15 cm tertanam dalam bata, sisanya tertanam
dalam beton.
5. Adukan perekat
- Adukan perekat/spesi harus selalu dalam keadaan segar atau belum
mengeras pada waktu pemakaian. Jarak waktu pencampuran
adukan perekat/spesi dengan pemasangan jangan melebihi 20
menit, terutama untuk adukan kedap air.
- Pasangan batu bata dengan adukan perekat/ spesi 1
PC : 4 Psr, di laksanakan mulai dari ketinggian 20 cm diatas lantai,
terkecuali disyaratkan kedap air seperti tercantum dalam Gambar kerja.
6. Pemeliharaan
- Selama pemasangan dinding belum diberi lapisan bahan akhir
(difinish), kontrakor wajib memelihara dan menjaga atas kerusakan
atau pengotoran atas bahan lain.
- Apabila pada saat pemasangan bahan akhir terdapat kerusakan
berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor
harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi
Proyek / Konsultan. Biaya ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak
diajukan sebagai pekerjaan tambah

II.4.2. Pekerjaan Plesteran dan Benangan


a. Pekerjaan plesteran dipakai perekat semen Portland sesuai pekerjaan pasangan /
beton tersebut di atas dan pengisi pasir pasang dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan pasangan bata yang ada baik terlihat
maupun tidak terlihat termasuk plesteran
untuk pekerjaan beton.
c. Pelaksanaan segera setelah pasangan bata mengering, tebal lapisan maksimal
1,5 cm, selalu menggunakan pedoman tegak dan datar (straight dan level),
sehingga didapat permukaan yang rata lurus dan tegak tidak bergelombang, dan
pengadukan harus dilaksanakan secara homogen.
d. Pekerjaan Benangan/Acian dipakai perekat Portland Cement (PC) sesuai tersebut
di atas dan pasir pasang diayak halus, untuk seluruh bagian dengan
campuran 1Pc :
2Ps.Dilaksanakan pada setiap sudut luar dan dalam, sudut-
sudut dinding dan beton dan di tempat lainnya sesuai yang tertera dalam Gambar
Rencana. Pelaksanaan segera setelah pekerjaan plesteran selesai dilaksanakan,
dikerjakan oleh tukang yang khusus untuk pekerjaan ini, dengan pedoman tegak
dan datar sedemikian rupa sehingga didapat hasil yang lurus, rata halus, sudut
sikunya tajam.
e. Persyaratan Pelaksanaan
1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume
dengan cara pembuatannya
menggunakan mixer.
2. Beraben dan Plesteran
3. Beraben adalah plesteran kasar dengan campuran kedap air, yaitu
1 PC : 3Psr, dipakai untuk menutup permukaan dinding pasangan
yang tertanam di dalam tanah hingga ke permukaan tanah
dan/atau lantai.
4. Plesteran biasa adalah campuran 1PC : 4 Psr, adukan plesteran
ini untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bangunan,
terkecuali yang dinyatakan kedap air.
5. Plesteran halus/aci halus adalah campuran semen (PC)
dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga mendapatkan
campuran yang homogen. Plesteran halus ini merupakan
pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan.
6. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah adukan
plesteran sebagai lapisan dasar berumur 8
(delapan) hari atau sudah kering betul.
7. Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas harus disiapkan
sedemikian rupa sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan
belum mengering pada waktu pelaksanaan pemasangan.
Kontraktor harus
mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu pencampuran
adukan plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 20 menit,
terutama untuk plesteran kedap air.
8. Kontraktor harus menyediakan pekerja/tukang yang ahli untuk
pelaksanaan pekerjaan plesteran ini khususnya
untuk plesteran aci halus.
9. Terkecuali untuk beraben, permukaan semua adukan plesteran
harus diratakan, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak
berongga dan berlubang, tidak mengandung kerikil ataupun
benda – benda lain yang
membuat cacat.
10. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus
dibasahi terlebih dahulu dan siar – siarnya dikerok sedalam kurang
lebih 1 cm. Sedang untuk permukaan beton yang akan diplester,
harus dibersihkan dari sisa – sisa bekisting, kemudian di
kretek/scratched. Semua
lubang - lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus
tertutup adukan plesteran.
11. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai
pemasangan instalasi pipa yang ada di seluruh bagian dinding
bangunan.
12. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan cat
dipakai plesteran halus (acian) di atas permukaan plesterannya.
13. Untuk bidang dinding pasangan menggunakan bahan/material
akhir lain, permukaan plesterannya harus
diberi alur – alur garis horisontal untuk memberikan ikatan
yang lebih baik terhadap bahan/material yang akan digunakan
tersebut.
14. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan
atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 3 mm, untuk
setiap area 2 m1.
15. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan
dinding / kolom seperti yang dinyatakan dan tercantum dalam
gambar kerja. Tebal plesteran minimal
1,5 dan maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm,
maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
diikatkan/dipakukan kepermukaan dinding pasangan yang
bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.
16. Pemeliharaan
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan
berlangsung dengan wajar tidak berlangsung secara tiba –
tiba. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan
plesteran setiap kali terlihat kering dan melindunginya dari
panas matahari langsung dengan penutup yang
mencegah penguapan air secara cepat.
Pembasahan tersebut dilakukan selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai dengan selalu menyiram air
sekurang – kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan
bahan / material akhir, kontraktor wajib memelihara dan
menjaganya terhadap kerusakan–kerusakan dan
pengotoran, biaya pemeliharaan adalah tanggung jawab
kontraktor, dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan
tambah.
Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan
bahan/material akhir di atas permukaan plesteran
dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 1 (satu)
minggu, plesteran harus cukup kering, bersih dari retak,
noda dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut di
atas.
Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang
disyaratkan oleh Direksi Proyek / Konsultan, maka
Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki pekerjaan
tersebut sampai disetujui oleh Direksi
Proyek / Konsultan
II.5. PEKERJAAN RANGKA DAN II.5.1. Pekerjaan Atap
PENUTUP ATAP 1. Pekerjaan Penutup Atap
a. Penutup atap dipakai genteng kodok tipe karangpilang
kualitas I ex. Bambe, good year atau setara (sesuai
gambar bestek). Pemasangan sesuai petunjuk
direksi/pengawas lapangan, pemasangan harus rapat,
lurus dalam segala arah kaitan, saling menutup dan tidak
terdapat kebocoran.
b. Bubungan yang dipakai sesuai dengan tipe genteng
(sesuai gambar Bestek) ex. Bambe, good year atau setara
yang dipakai sebagai penutup atap yang dipasang dengan
baik dan rapat.

2. Pekerjaan Lisplank
Lisplank menggunakan papan kayu kamper 3/30 klas I kualitas
baik dan pemasangannya harus lurus, baik dan rapi.

3. Pekerjaan Rangka Atap


a. Rangka atap berupa kuda-kuda dipakai kayu Meranti klas I
dengan struktur kuda-kuda serta dimensi sesuai dengan
Gambar Kerja.
b. Rangka atap berupa gording dipakai kayu Meranti klas I
dengan ukuran sesuai dengan Gambar Rencana.
c. Pekerjaan reng / usuk menggunakan bahan usuk 5/7 kayu
Meranti kualitas I dan reng kayu Meranti ukuran 2/3
kualitas I dan dipasang sesuai ukuran genteng yang ada.
d. Pada rangka atap dilengkapi pula papan reuter 3/20 dan papan
kompres dengan menggunakan kayu meranti klas I.
e. Pada seluruh permukaan rangka atap kayu dilapis cat
meni.
f. Pada dinidng gewel dipasang roster.
II.6. PEKERJAAN RANGKA II.6.1. Rangka Plafond
PLAFON DAN PENUTUP a. Rangka plafond dipakai kayu meranti klas I kualitas baik
PLAFON ukuran dengan jarak dan struktur disesuaikan dengan gambar.
b. Dilaksanakan pada seluruh konstruksi penggantung plafond
dalam dan luar ruangan, pemasangan dan perletakan sesuai
gambar.
c. Pelaksanaan sesuai prosedur yang baik dan benar,
sambungan rapat, kuat,.

II.6.2. Penutup Plafond Dan List Plafond


a. Penutup plafond dipakai papan eternit klas I ukuran 1x1 m2,
dilaksanakan pada seluruh rangka langit-langit baru dengan teknis
pemasangan dan perletakan sesuai gambar.
b. Penutup plafond dipasang rapat rangka plafond, rata air
(levels), lurus dan siku, digunakan paku yang sesuai dengan jarak
15 cm.
c. Pemasangan penutup plafond dilengkapi dengan list plafond
kayu kamper 1/5 dilaksanakan pada pertemuan antara plafond
dan dinding sesuai gambar, dipasang rapat dan lurus setiap
sudut harus dipasang siku-siku dipaku dengan baik dan rapat.

II.6.3. Persyaratan dan Metode Pelaksanaan


a. Penutup plafond dipakai papan eternit klas I ukuran 1x1 m2,
dilaksanakan pada seluruh rangka langit-langit baru dengan
teknis pemasangan Pada pekerjaan pemasangan lapis
plafon(eternit) perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang
dalam pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan
pekerjaan langit – langit ini.
b. Sebelum dilaksanakan pemasangan lapis plafon, pekerjaan
lain yang terletak di atas langit – langit harus sudah terpasang
antara lain pekerjaan Elektrikal, Sound System, dan lain –
lain.
c. Bila ada pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam gambar
rencana plafond harus diteliti dahulu pada gambar – gambar
instalasi yang lain untuk detail pemasangan harus
konsultasi dengan konsultan pengawas dan owner.
d. Rangka penggantung langit – langit sesuai pola dalam gambar
rencana dan diperhatikan benar peilnya.
e. Lapis plafon harus dipilih yang padat dan tidak retak.
f. Lubang – lubang atau tonjokan bekas sekrup, paku pada
permukaan lapis plafon harus ditiadakan.
g. Rangka – rangka datar harus waterpas dan yang miring harus
sesuai dengan gambar detail arsitektur
h. Bahan–bahan penggantung disesuaikan dengan
kebutuhannya pemasangan rangka harus mengikuti gambar dan
standard pabrik pembuatnya.
i. Pada pertemuan langit – langit dan dinding dipasang list
gypsum dan pelaksanaanya harus sesuai dengan gambar.
II.7. PEKERJAAN KUSEN/DAUN PINTU/JENDELA, PENGGANTUNG DAN PENGUNCI
II.7.1. Kusen pintu dan jendela menggunakan kayu Meranti 6/15 kualitas baik (I).

II.7.2. Pekerjaan kusen maupun daun pintu / jendela harus dilaksanakan dengan halus, rapi, siku-siku dan baik,
sehingga dapat dipasang secara waterpass dan tegak lurus.

II.7.3. Pemasangan kusen dilaksanakan bersama dengan pemasangan tembok bata merah untuk mendapatkan
pemasangan kusen yang kuat dan baik.

II.7.4. Daun pintu menggunakan panil papan kayu kamper klas I


berkualitas baik

II.7.5. Untuk setiap daun pintu harus dipasang Engsel kuningan sebanyak 3 buah dan dipasang Kunci Tanam
2x Putar dan Grendel Tanam untuk pintu double.

II.7.6. Daun jendela menggunakan daun jendela kaca kayu Meranti dengan menggunakan kaca polos tebal 5 mm
dipasang Engsel kuningan sebanyak 2 buah dilengkapi dengan Grendel Kecil Kuningan dan Hak Angin sikutan.

II.7.7. Persyaratan dan Metode Pelaksanaan


1. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pekerjaan ini meliputi perhitungan pengadaan pemasangan pada setiap bagian dan penentuan
sambungan pertemuan/persilangan.
b. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas terselenggaranya pekerjaan – pekerjaan tersebut
diatas dengan baik dan apapun yang akan terjadi dikemudian hari pada bagian – bagian tersebut seperti
:
Terjadinya lendutan yang menyebabkan kaca pecah. Terjadinya kebocoran–kebocoran
akibat kelalaian dalam pekerjaan.
Kerusakan–kerusakan lain yang disebabkan kesalahan sistem konstruksi yang dipakai sehingga
menyebabkan kerugian dari pihak pemilik.
c. Sebelum memulai pelaksanaan, kontraktor diwajibkan meneliti gambar kerja dan kondisi lapangan.
Tipe pintu dan
jendela yang terpasang harus sesuai dengan daftar tipe yang tertera dalam gambar kerja dengan
memperhatikan ukuran – ukuran, bentuk profil material, detail, arah bukaan, perlengkapan pintu
dll.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan
membuat shop drawing dan membuat contoh jadi detail hubungan bagian tertentu untuk disetujui
Direksi Proyek
/Konsultan. Didalam shop drawing harus jelas tercantum semua informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan.
e. Semua rangka kusen dikerjakan secara pabrikasi dengan
teliti sesuai dengan ukuran dan kondisi lapangan agar hasilnya dapat dipertangung jawabkan. Bahan
yang akan diproses pabrikasi harus diseleksi terlebih dahulu sesuai dengan bentuk, toleransi ukuran,
ketebalan, kesikuan
2. Pemasangan Daun pintu / jendela
a. Pemasangan dan perlengkapannya harus dilakukan oleh tenaga yang ahli dan berpengalaman.
b. Engsel kupu-kupu dipasang sejumlah 3 (tiga) buah untuk daun pintu dan 2
(dua) buah untuk daun jendela.
c. Engsel kupu – kupu daun pintu dipasang dengan cara yaitu engsel atas
dipasang + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu, engsel bawah dipasang
22 cm (as) dari permukaan bawah pintu dan engsel tengah – tengah
antara kedua
engsel tersebut.
d. Engsel kupu – kupu daun jendela dipasang dengan cara yaitu dipasang + 15
cm (as) dari permukaan jendela.
e. Pembukaan pintu/ handle dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai.
f. Pemasangan seluruh hardware harus rapi lurus dan sesuai dengan letak
posisi yang telah ditentukan oleh Direksi Proyek / Konsultan.
g. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik untuk itu harus dilakukan
pengujian secara kasar dan halus.
3. Perlengkapan pintu
a. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku spesifikasi ini. Bila terjadi perubahan atau penggantian
akibat dari pemilihan merk, kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada
Direksi Proyek / Konsultan untuk mendapatkan persetujuan.
b. Engsel Digunakan dari jenis engsel kupu – kupu bahan dari stainless
stell yang disetujui Direksi Proyek / Konsultan.
c. Lockcase.
Latchbolt dan deadbolt dari bahan dasar stainless stell Lacth bolt dapat
dioperasikan dari dua arah dengan anak kunci atau handle dead
bolt hanya dapat dioperasikan dengan anak kunci.
Produk – produk KEND ataus setara yang disetujui
Direksi Proyek / Konsultan. d. Cylinder
Sesuai dengan sistem penguncian yang dipilih yaitu dengan sistem
anak kunci dari 2 arah atau sistem pemutar tombol disatu sisi bahan adalah
sintered steel dari produk KEND. Atau setara
e. Handle dan Backplate
Bahan dasar dari alumunium yang dilapisi bahan synthetic warna ditentukan
kemudian. Pemilihan type handle
disesuaikan dengan mekanisme pembukaan. Produk yang
digunakan KEND/DEKSON atau setara yang disetujui
Direksi Proyek / Konsultan
4. Perlengkapan jendela
a. Semua hardware yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam buku spesifikasi ini. Bila terjadi perubahan atau penggantian
akibat dari pemilihan merk, kontraktor wajib melaporkan hal tersebut kepada
Direksi Proyek / Konsultan untuk mendapatkan persetujuan.
b. Engsel Digunakan dari jenis engsel kupu – kupu bahan dari stainless
stell yang disetujui Direksi Proyek / Konsultan.
c. Grendel menggunakan type pegas dengan merk KEND/ DEKSON atau setara
d. Hak angin dipasang 2 buah untuk setiap daun jendela menggunakan type
lengan dengan merk KEND/DEKSON atau setara
II.8. PEKERJAAN LANTAI II.8.1. Dipakai keramik lantai Kw 1 ex, Asia, Milan , Roman atau setara
KERAMIK dipakai ukuran 40x40 cm (sesuai gambar bestek), corak dan
warna seeuai persetujuan Dreksi / User.
II.8.2. Dipasang pada tempat dan batasan-batasan sesuai yang terlihat
dalam Gambar Rencana.
II.8.3. Pemasangan dengan pola sesuai gambar / petunjuk Direksi /
User, memakai perekat 1Pc : 3Ps, jarak celah (nat) 2 mm diisi
semen cair/pasta semen sewarna dengan keramik sedemikian rupa
datar, nat-nya lurus dan siku.
II.8.4. Persyaratan Pelaksanaan Pemasangan Keramik
a. Sebelum dipasang, permukaan keramik harus direndam
dengan air hingga jenuh.
b. Pasangan yang langsung di atas tanah, tanah yang akan
dipasang sub lantai, harus dipadatkan dengan mesin vibrator
untuk memperoleh permukaan yang rata & padat, sehingga
diperoleh daya dukung tanah yang maksimum.
c. Pasir urug bawah lantai yang disyaratkan harus merupakan
permukaan yang keras, bersih bebas alkali asam maupun
bahan organik lainnya yang dapat mengurangi mutu
pasangan. Tebal lapisan pasir urug minimum 10 cm atau
sesuai dengan gambar, disiram dengan air hingga
memperoleh kepadatan yang pasti.
d. Pasir urug dilaksanakan di atas sub lantai/lantai kerja setebal
5 cm atau sesuai gambar dengan campuran 1 Pc : 3 Ps : 6 Krl.
e. Untuk pasangan di atas plat beton (lantai tingkat) pelat beton
diberi lapisan screed (1 Pc : 3 Ps) setebal minimum 2 cm atau
sesuai dengan gambar, kemiringan lantai harus diperhatikan
terutama di daerah basah dan teras.
f. Lantai kerja di atas lantai dasar permukaannya harus dibuat
benar – benar rata dengan memperhatikan kemiringan lantai
di daerah basah & teras.
g. Permukaan lantai yang akan dipasang keramik harus dibuat
benar – benar bersih dari debu cat dan kotoran lainnya.
h. Pada saat pemasangan keramik harus dalam keadaan baik tidak
retak, cacat, ternoda & warna sesuai dengan yang
disyaratkan/dipilih
i. Seluruh permukaan keramik bagian belakang harus terisi
padat dengan adukan perekat tidak boleh ada rongga.
j. Pola pasangan keramik harus sesuai petunjuk Direksi Proyek /
Konsultan. Pada prinsipnya pemasangan dimulai dari as
kolom / as dinding & atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan.
k. Apabila dalam pengukuran terjadi sisa keramik kurang dari
7cm maka mulai keramik utuh yang terakhir (1 baris/lebih) harus
dibagi dalam bagian sama untuk mendapatkan lebar minimum 8
cm & atau sesuai dengan petunjuk Direksi Proyek/Konsultan.
l. Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus
yang sesuai dengan petunjuk pabrik dan dikerjakan oleh orang
yang ahli dan pengalaman dalam pemasangan keramik
m. Pemasangan keramik harus benar – benar rata waterpas
sesuai dengan peil atau ketebalan akhir yang disyaratkan dalam
gambar kerja. Toleransi kecekungan adalah 2,5 mm untuk 2 m1
n. Garis-garis tepi keramik yang terbentuk maupun siar-siar
harus lurus, lebar siar harus sama, maksimal selebar 2 mm
dengan kedalaman 2 mm.
o. Bahan pengisi siar (nat) adalah bahan grouting dengan warna
yang sama dengan warna keramik. Persyaratan pelaksanaan
harus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang mengeluarkan agar
didapat hasil yang baik. Sebelum & sesudah pelaksanaan
adukan pengisi, siar harus bersih dari debu dan kotoran lainnya,
pembersihan harus segera dilakukan sebelum keras/kering dengan
lap basah.
p. Adukan perekat untuk pemasangan dengan campuran 1 Pc:3
Psr, dilakukan pada bagian lantai&dinding yang harus kedap air
seperti yang disyaratkan dalam Gambar kerja. Untuk lantai lainnya
digunakan adukan perekat campuran 1 Pc:5 Psr.
Adukan perekat tersebut dicampur dengan pasta semen additive,
penggunaannya sesuai dengan spesifikasi pabrik pembuatnya.
q. Keramik yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari
bercak noda adukan perekat dan adukan pengisi siar dengan
lap/kain yang dibasahi dengan air bersih, dan dilindungi dari
kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
r. Selama 2x24 jam setelah pemasangan, keramik harus dihindarkan
dari injakan atau pemberian beban dan dilindungi dari
kemungkinan cacat pda permukaannya.
s. Bila terjadi kerusakan/cacat, kontraktor diwajibkan untuk
memperbaiki kembali dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab kontraktor dan tidak
dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah

II.9. PEKERJAAN LISTRIK II.9.1. Seluruh pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh instalatir yang
berpengalaman untuk pekerjaan semacam ini dan mempunyai
Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh Asosiasi dengan
kualifikasi lingkup pekerjaan sesuai yang dipersyaratkan.
Instalasi listrik yang dilaksanakan adalah :
a. Instalasi Penerangan
1) Pemasangan saklar tunggal / ganda
2) Pemasangan instalasi penerangan
3) Pemasangan instalasi stop kontak
b. Lampu Penerangan
1) Lampu esensial 23, 18 dan watt ex. Philiph, osram atau
setara, perletakan sesuai gambar rencana
c. Pekerjaan Instalasi Kabel / Stop Kontak
1) Kabel instalasi dipakai kabel kualitas I ukuran 2,5 mm ex
supreme atau setara.
2) Instalasi under ground stop kontak outlet flour 16 A
II.9.2. Pemasangan saklar dan stop kontak serta instalasi penerangan /
titik lampu dan pemasangan instalasi stop kontak. Seluruh
material yang dipakai harus telah mendapatkan standart salah
satunya dari S II, LMK, SPLN, JIS, DIN, VDE, TEC, CEBEL,
KEMA, OVE, mateial harus baru tidak cacat serta dapat berfungsi
dengan baik melalui serangkaian test yang dilakukan oleh Direksi.
II.9.3. Stop kontak dan saklar ex. Broco, legrand atau setara inbow/rata
dinding, pemasangan harus rapi, rata, tidak miring dan dipakai bahan
kualitas I dengan ketinggian / letak pemasangan sesuai dengan
yang diisyaratkan PLN / sesuai Gambar Rencana.
II.9.4. Pemasangan lampu menempel di plafond atau perletakan sesuai
gambar, lampu dipasang dalam keadaan menyala / berfungsi dan
pada waktu serah terima pekerjaan ditest terlebih dahulu.
II.9.5. Instalasi kabel ex. Supreme atau setara yang dipergunakan
adalah sesuai dengan yang dipersyaratkan PLN dan kabel dipasang
di atas penggantung plafond, tarikan harus kencang.
Pada bagian yang masuk ke tembok, kabel dimasukkan ke dalam
conduit pipa PVC dengan ukuran sesuai jumlah kabel yang masuk (
5/8” - 3/4“) ujung atas pipa PVC harus diberi Elbow dengan ukuran
yang sesuai.
II.9.6. Sambungan antar kabel harus dilindungi las dop keramik / PVC
sedang pada bagian yang masuk tembok bila terdapat sambungan,
harus dilindungi junction box (kotak sambungan) PVC dan instalasi
kabel ini setelah terhubung seluruhnya harus bebas induksi yang
dibuktikan dengan test mager.
II.9.7. Setelah pemasangan seluruh instalasi listrik dilaksanakan
pengujian dan pengetesan instalasi sesuai dengan standar PLN
dengan mendatangkan istansi atau lembaga yang berkompeten untuk
melaksanakan pengujian dengan disaksikan oleh direksi dan
pengawas.

II.10. PEKERJAAN PENGECATAN II.10.1. Keterangan Umum


Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengecatan bagian-bagian yang
ditunjuk dalam gambar maupun bagian-bagian lain yang memerlukan
perlindungan dengan cara pengecatan.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan pengecatan adalah a.
Cat dinding
b. Cat plafond
c. Cat Kayu d.
Politur
Dan pekerjaan pengecatan lainnya sesuai yang ditunjuk dalam
Gambar Rencana dengan warna sesuai persetujuan User.
Penyempurnaan dan pengulangan pengecatan / polituran karena
belum merata, berubah warna atau sebab-sebab lainnya sampai pada
saat serah terima untuk yang kedua kalinya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

II.10.2. Cat Tembok Dan Plafond


a. Dipakai cat dinding kualitas 1 ex. Catylac, Vinilex, Dulux atau
setara warna ditentukan kemudian dengan persetujuan User /
Direksi
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dan plafond serta
pilar sesuai yang tertera dalam Gambar Rencana.
c. Pelaksanaan sesuai ketentuan pabrik pembuat.
d. Sebelum dicat permukaan dinding tembok / beton yang akan dicat
harus betul-betul rata dan dibersihkan dengan cara
menggosok memakai kain yang dibasahi / amplas basah dan
setelah kering diplamur sehingga permukaannya menjadi rata dan
licin. Untuk tembok yang rusak / pecah harus diperbaiki terlebih
dahulu.
e. Pengecatan dilakukan dengan kuas / roller sampai didapatkan hasil
akhir yang merata warnanya minimal 3 kali pengecatan
dan harus didapat warna yang merata.
f. Metode dan Persyaratan Pelaksanaan Pengecatan
Sebelum pelaksanaan, kontraktor wajib membuat contoh pekerjaan
pengecatan pada bidang dengan ukuran 100x100 cm, yang
merupakan contoh hasil akhir pengecatan. Biaya
percobaan ditanggung kontraktor dan hasil contoh tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Proyek / Konsultan untuk persetujuan
bagi pelaksanaan pekerjaan.
Pengecatan dilaksanakan dengan cara terbaik yang umum
dilakukan kecuali bila disyaratkan lain. Urutan pengecatan
penggunaan lapisan dasar dan ketebalan minimal sama
dengan syarat yang dikeluarkan pabrik.
Pengecatan harus rata, tidak bercucuran atau ada bekas– bekas yang
menunjukan tanda–tanda sapuan, semprotan dan roller.
Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar
beracun atau membahayakan keselamatan manusia maka kontraktor harus
menyediakan peralatan perlindungan misalnya masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan pekerjaan.
Pekerjaan pengecatan tidak diperkenankan dilaksanakan dalam keadaan
cuaca lembab, hujan, angin yang disertai debu.
Pada pelaksanaan pengecatan di dalam ruangan dengan cat yang bahan
dasarnya beracun atau membahayakan manusia maka ruangan tersebut
harus mempunyai ventilasi yang cukup agar pergantian udara dapat
berlangsung lancar.
Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, pompa udara, vacum cleaner,
semprotan dan sebagainya, harus tersedia dari kualitas mutu terbaik dan
jumlahnya cukup untuk melaksanakan pekerjaan ini.
Khusus untuk semua cat dasar, pengerjaannya harus disapukan
dengan kuas, penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui oleh
Direksi Proyek / Konsultan. Pemakaian amplas, pencucian dengan air,
maupun pembersihan dengan kain kering, terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Proyek / Konsultan kecuali
disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.
Hasil akhir pengecatan harus diawasi oleh tenaga ahli /
supervisi.
Hasil akhir pengecatan harus membentuk bidang cat yang utuh rata tidak ada
bintik–bintik atau gelembung udara dan hasilnya harus dijaga terhadap
kotoran yang mungkin melekat. Bila hasil pekerjaan harus diulangi dan
diganti, Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar
atau cat finis yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukan oleh
Direksi Proyek / Konsultan biaya untuk hal ini ditanggung oleh kontraktor dan
tidak dapat dilakukan sebagai pekerjaan tambah.
Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus di bersihkan dari debu,
lemak, kotoran atau noda lain, bekas
– bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat, dan dalam
kondisi kering.

II.10.3. Pengecatan Kayu


a. Dipakai cat kayu kualitas bagus, warna ditentukan kemudian dengan persetujuan
owner dan konsultan pengawas.
b. Dilaksanakan pada kusen, daun jendela, lisplafon, lisplank serta di tempat
lainnya yang memerlukan finishing dengan cat kayu
c. Sebelum dicat permukaan kayu yang akan dicat harus betul- betul rata dan
dibersihkan dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi / amplas
basah dan setelah kering didempul sehingga permukaannya menjadi rata dan
licin.
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan baik sampai
didapat hasil yang baik dan warna car yang
merata pelaksanaan pengecatan sesuai ketentuan pabrik
pembuat.

II.10.4. Politur
a. Dipakai politur kualitas I.
b. Dilaksanakan pada daun pintu panil
c. Sebelum dipolitur permukaan kayu harus betul-betul rata dan
dibersihkan dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi
/ amplas basah dan setelah kering didempul sehingga
permukaannya menjadi rata dan licin.
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan
baik sampai didapat hasil yang baik dan warna yang merata
pelaksanaan sesuai ketentuan pabrik pembuat.

II.11. PEKERJAAN AKHIR II.11.1. Setelah proyek selesai Penyedia Barang/ Jasa diwajibkan
membersihkan kembali lokasi proyek dari sisa-sisa material yang
tidak terpakai, agak lokasi proyek tampak bersih dan indah
Setelah dilaksanakan serah terima pekerjaan gedung siap dan
dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh User
III. PENUTUP

Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan, pekerjaan-pekerjaan, yang tidak
disebut perkataan atau kalimat “diselenggarakan oleh Kontraktor” maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.

Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi
tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS ini, haruslah diselelnggarakan oleh Kontraktor dan diterima
sebagai “hal” yang disebutkan.

Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Kuasa Pengguna Anggaran, bilamana
perlu didakan perbaikan dalam RKS ini.

Bandar Lampung, 24 Agustus 2016


CV. ARTHA PERDANA

ERI RIMBAWATI
Direktris

Anda mungkin juga menyukai