Anda di halaman 1dari 32

SPESIFIKASI TEKNIS

SYARAT-SYARAT DAN KETENTUAN TEKNIS

I. SPESIFIKASI UMUM

I.1. LINGKUP PEKERJAAN Yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah Pembangunan Prasarana Lift
di Gedung Kantor Dinas Pertanian (Gedung Kapiten), Kabupaten
Pasuruan.

I.2. PEKERJAAN PENDAHULUAN I.2.1. Pekerjaan Persiapan :


Sebelum pekerjaan dimulai harus diadakan persiapan dengan
menyediakan peralatan pokok dan pendukung sesuai kebutuhan
sehingga nantinya didapat hasil kerja maksimal dengan kualitas
baik.

I.2.2. Pembersihan lokasi :


Sebelum memulai pekerjaan, lokasi harus dibersihkan terlebih
dahulu/ bebas gangguan, guna mempermudah jalannya
pelaksanaan pekerjaan.

I.2.3. Direksi-Keet / Bangsal Kerja :


Untuk Direksi-keet/ bangsal kerja dibuat bangunan sementara/
semi permanen disesuaikan dengan kebutuhan dan dilengkapi
dengan tempat duduk, meja kerja dan tempat untuk menempel
gambar kerja. Bangunan ini harus dibongkar setelah pekerjaan
selesai dilaksanakan.

I.2.4. Pelaksanaan SMK3.


Sebelum memulai pekerjaan harus dipersiapkan perlengkapan
dan peralatan untuk K3 baik berkenaan dengan para pekerja dan
pengamanan lokasi pekerjaan serta kewajiban untuk memproteksi
pekerja dengan asuransi ketenagakerjaan untuk pekerjaan
konstruksi termasuk protokol kesehatan ditengah pandemi COVID
19 tatanan normal baru/New Normal (sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

I.3. PERATURAN TEKNIS I.3.1. Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995.
BANGUNAN YANG DIGUNAKAN I.3.2. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI NI-5)
I.3.3. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2019
I.3.4. Peraturan Umum Instalsi Listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987
I.3.5. Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga
Kerja
I.3.6. Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 Tahun 1972
I.3.7. Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Rumah dan Gedung SNI 03-
2407-1997
I.3.8. Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi SNI
03-2410-1991
I.3.9. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung
SNI 03-1729-2002
I.3.10. Peraturan & Ketentuan yang dikeluarkan Pemerintah Daerah
setempat yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
II. SPESIFIKASI TEKNIS
II.1. PEKERJAAN PERSIAPAN II.1.1. Pembersihan Awal
Sebelum pekerjaan dilaksanakan perlu dilakukan pembersihan
lapangan dengan memindahkan barang-barang yang dapat
mengganggu pelaksanaan pekerjaan dengan seijin dan
persetujuan pihak Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), sekaligus
pembersihan bekas bongkaran pada pekerjaan pembongkaran.

II.1.2. Pengukuran dan Pasang Bouwplank


1. Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, Penyedia Jasa
diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran yang terdapat dalam
gambar kerja dan rencana pekerjaan, kemudian segera
memberitahukan kepada Direksi setiap perbedaan yang
terjadi.
2. Semua kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan yang
diakibatkan karena kelalaian Penyedia Jasa dalam
memberitahukan perbedaan ukuran seperti tersebut di atas
adalah sepenuhnya tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Ukuran-ukuran dan duga untuk pekerjaan ini harus dipasang
oleh Penyedia Jasa bersama-sama oleh Direksi dan wakilnya.
Penyedia Jasa diwajibkan untuk memelihara dan menjaga
patok-patok pengukuran yang telah dipasang tersebut, di
mana kebenarannya dan patok-patok ukuran duga tersebut
dengan ditambah pemasangan bouwplank dengan kayu
papan Meranti 3/20 dan kayu Meranti 5/7 pada bagian sudut
dan pertemuan 2 sisi sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.

II.1.3. Pembongkaran
Pekerjaan pembongkaran dilaksanakan di antaranya :
a. Pembongkaran dinding pasangan bata
b. Pembongkaran kusen dan daun jendela
c. Pembongkaran partisi ruangan
d. Pembongkaran plafon
e. Pembongkaran lantai granite tile/keramik
Untuk bongkaran, bahan / material dibongkar dengan hati-hati dan
bongkaran dikumpulkan serta ditata rapi dan pembongkaran
lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
dilaksanakan sesuai gambar. Semua hasil bongkaran harus
diinventarisasi kemudian diserahkan kepada Pemimpin Proyek /
User dengan membuat Berita Acara Penyerahan yang dibuat oleh
Kontraktor dan diserahkan kepada Pemimpin Proyek / User
dengan diketahui Direksi / Instansi Teknis terkait.
Pemborong tidak diperkenankan membawa keluar lokasi bekas
bongkaran tersebut dengan / untuk maksud / tujuan tertentu tanpa
persetujuan Direksi / Pemberi Tugas / Pemimpin Proyek / User,
terkecuali bekas bongkaran yang rusak dan tidak dapat dipakai /
dimanfaatkan kembali harus dibuang keluar lokasi.
Pemborong bertanggung jawab atas kerusakan-kerusakan pada
bagian lain akibat dari pelaksanaan pekerjaan pembongkaran dan
harus diperbaiki seperti semula dengan biaya dari pihak
Kontraktor.

I.1.4. Papan Nama Proyek


Papan nama proyek berupa informasi/identitas proyek terbuat dari
triplek tebal 12 mm dengan tulisan dari printout vinil dengan lis
siku aluminium pada tepi triplek dan usuk 4/6 kayu meranti
II.2. PEKERJAAN TANAH II.2.1. Galian
1. Pekerjaan galian dilaksanakan untuk pekerjaan bore pile dan
pondasi plat setempat (poer) serta saluran drainase dengan
diameter, panjang, lebar serta kedalaman sesuai gambar
bestek dengan teknis pelaksanaan dan letak penempatan
sesuai yang ditunjuk dalam Gambar Perencanaan.
2. Tinggi dasar  0.00 m peil lantai bangunan, direncanakan
sesuai gambar-gambar pelaksanaan, tiap titik peil dilevelling
terhadap tinggi dasar  0.00 m yang permanen (bangunan
terdekat yang sudah ada).
3. Pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan
berikut pengerjaannya dan pengadaan segala macam bahan,
alat-alat, pengerahan tenaga kerja, dll. Meskipun hal tersebut
tidak diuraikan secara terperinci dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini.
4. Tanah dari galian tanah pondasi diurugkan kembali diratakan
dan dipadatkan sedangkan sisanya yang tidak dipakai (sisa
urug tanah kembali) harus dibuang di luar lokasi pekerjaan.
5. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan
detail, hal-hal yang menyimpang akan diperhitungkan sebagai
pekerjaan lebih atau kurang.
6. Lubang galian tanah harus dalam kondisi kering sebelum
dilaksanakan pekerjaan pondasi, apabila air tanah keluar
harus dikeringkan terlebih dahulu dengan menguras atau
dengan pompa air.

II.2.2. Urug Pasir


1. Urug pasir dilaksanakan di bawah pondasi serta di tempat
lainnya (lihat gambar).
2. Menggunakan pasir urug yang bagus, bebas dari kotoran.
3. Pengurugan dilaksanakan setebal sesuai gambar,
dilaksanakan selapis demi selapis dan dipadatkan dengan
kepadatan memenuhi syarat dan disetujui Direksi.

II.3. PEKERJAAN BETON II.3.1. Keterangan Umum


a. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan yang diminta
dalam Dokumen Kontrak dan dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku SNI 2019 dan PBI
1971. Adapun pada garis besarnya pekerjaan beton bertulang
yang dilaksanakan adalah :
1) Bore Pile
2) Poer
3) Kolom
4) Balok
5) Plat lantai
6) Plat atap
7) Plat Leufel/kanopy
8) Plat dinding
9) Rabat beton bawah pondasi dan bawah lantai

b. Bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah :


1) Semen, dipakai PC (Portland Cement) Jenis I keluaran
segala merk yang beredar di Indonesia (Standart SNI) dan
harus dipakai satu macam merk semen untuk pekerjaan
ini.
2) Agregat, dipakai batu pecah dan pasir butiran kasar yang
memenuhi syarat SNI/PBI.
3) Air, dapat digunakan dari segala sumber asal memenuhi
syarat SNI/PBI.

c. Pelaksanaan beton bertulang menggunakan mutu beton K 175


untuk beton bertulang kolom praktis, plat leufel/kanopy, dan
beton praktis lainnya, sedangkan untuk struktur utama Gedung
menggunakan mutu beton K350. untuk konstruksi beton
campurannya diaduk dengan mesin pengaduk / molen hingga
mencapai mutu sesuai yang disyaratkan, untuk beton K350
untuk struktur utama harus menggunakan beton ready mix,
sedangkan untuk rabat beton lantai kerja dan bawah lantai
menggunakan beton mutu K 100. Banyaknya air yang dipakai
untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin
beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan
variasi kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari
agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer).
Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat hasil
pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering
sebelum dipasang sama sekali tidak diperkenankan.
Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan
sangat perlu.

d. Dimensi struktur beton dan penulangan pekerjaan beton


bertulang dan struktur dilaksanakan sesuai gambar kerja

II.3.2. Syarat-Syarat Bahan Pekerjaan Beton


a. Semen
Semen yang dipakai harus PC yang telah disahkan atau
disetujui oleh yang berwenang dan dalam segala hal
memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki oleh Peraturan
Beton Bertulang Indonesia, dalam hal ini dipakai Portland
Cement (PC Kelas I) sesuai dengan Standart Indonesia NI-B
atau ASTM C-150 Type I, pada prinsipnya seluruh merk
semen yang beredar di Indonesia serta memenuhi standart
mutu tersebut di atas dapat dipakai.

b. Agregat
1) Batu pecah, dipakai batu pecah mesin ukuran 1/1 s/d 2/3 cm
jenis yang keras, tajam, bersih dari segala kotoran yang
dapat mengurangi daya rekatnya.
2) Pasir cor, dipakai pasir butiran kasar / tajam warna hitam
(pasir Jawa), bebas dari segala kotoran yang dapat
mengurangi daya rekatnya.

c. Baja Tulangan
Semua baja tulangan dipakai baja dengan tegangan leleh
karakteristik 2800 kg/cm2 (besi polos / U28) atau 4200 kg/cm2
(besi ulir/U42) umum dijual di pasaran, ukuran dan jumlah
sesuai tertera dalam gambar. Bahan-bahan tersebut dalam
segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan SNI 2019 /
PBI 1971.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas
dari bahan-bahan atau campuran-campuran yang
mempengaruhi daya lekat semen.

e. Bekisting
Bekisting harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga
beton dapat dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak
terjadi perubahan bentuk acuan selama pengecoran
dilaksanakan maupun selama proses pengerasan beton.
Bekisting untuk struktur bangunan memakai papan kayu
meranti 2/20 atau mutiplek dan diberi lapisan plastik bila perlu.
Bekisting dari papan kayu meranti tersebut harus diperkuat
dengan rangka kayu meranti ukuran 5/7, 6/9, 6/12 dan
sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang
sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Direksi
Proyek

II.3.3. Prosedur dan metode Pekerjaan Beton bertulang (struktur


beton)
1. Persyaratan umum bahan untuk pekerjaan beton adalah
sebagai berikut :
a. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur
bangunan ini harus menggunakan Beton mutu K175
untuk beton praktis dan K350 untuk struktur utama
gedung, serta beton K 100 untuk lantai kerja dan bawah
lantai
b. Adukan beton harus memakai campuran Mesin (molen)
dan untuk beton K350 di syaratkan menggunakan beton
ready mix.
c. Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh
struktur atas bangunan ini adalah sebagai berikut :
 Mutu baja tulangan polos adalah BJTP28.
 Mutu baja tulangan ulir BJTD42.
d. Bekisting untuk struktur bangunan memakai papan kayu
meranti 2/20 dan diberi lapisan plastik bila perlu.
Bekisting dari papan kayu meranti/multiplek. tersebut
harus diperkuat dengan rangka kayu meranti ukuran 5/7,
6/9, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan
dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang
disetujui oleh Direksi Proyek.
e. Bonding agent
Bonding agent dipergunakan pada elemen-elemen beton
yang harus disambungkan/ harus di cor secara terputus
untuk mendapatkan sistim struktur yang kokoh sesuai
dengan desain dan perhitungannya. Cara pemakaiannya
harus sesuai petunjuk pabrik

2. Kelas dan Mutu Beton


 Kelas dan mutu mengunakan Beton mutu K 100 dan
K175, serta K350 diwajibkan membuat benda uji berupa
kubus atau tabung secara acak pada saat pengecoran
untuk dilakukan tes kuat tekan beton pada umur 7, 14, 21
dan 28 hari
 Adukan beton harus memakai campuran Mesin molen
/Ready Mix. Banyaknya air yang dipakai untuk beton
harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton
dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan
variasi kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari
agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (mixer).
Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat
hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi
kering sebelum dipasang sama sekali tidak
diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk
setiap kali pengadukan sangat perlu.

3. Baja Tulangan
a. Semua baja tulangan beton yang didatangkan harus
baru, tidak bekas, bebas karat dan disimpan/diletakkan
di tempat yang bersih, tidak basah dan terhindar dari
segala kondisi yang dapat menyebabkan karat
b. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam berat :
- Diameter lebih kecil dari 16 mm :-5%
- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 4 %
c. Toleransi ukuran baja tulangan beton dalam diameter
(Dihitung dari diameter terkecil) :
- Diameter lebih kecil dari 16 mm : - 0.4 mm
- Diameter sama/lebih besar dari 16 mm : - 0.5 mm
d. Mutu baja tulangan beton yang didatangkan harus
benar, yang dinyatakan dengan surat/sertifikat
keterangan dari distributor/pabrik pembuatnya. Untuk
menjamin kualitas baja tulangan sesuai dengan
perencanaan, maka harus dilakukan pemeriksaan pada
laboratorium berupa kuat tarik yang disetujui Direksi
Proyek. Pengambilan contoh bahan pada semua jenis
diameter dan diambil secara random pada setiap
datangnya material di lokasi. Biaya test dibebankan
pada kontraktor.
e. Baja tulangan beton dibengkok/dibentuk dengan teliti
sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera
pada gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak
boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan
cara yang merusak bahannya. Semua batang harus
dibengkokan dalam keadaan dingin, pemanasan dari
besi beton hanya diperkenankan bila seluruh cara
pengerjaan disetujui oleh Direksi proyek atau
Perencana.
f. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan
gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan tepat
ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan
kawat beton (bendrat) dengan bantalan balok beton
cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi / cakar ayam
perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang
horisontal harus digunakan penunjang yang tepat,
sehingga tidak akan ada batang yang turun.
g. Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel
apabilla tidak ditentukan dalam gambar rencana,
minimal harus 1,5 kali ukuran terbesar dari agregat
kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya
alat penggetar beton.
h. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai
dengan gambar dan perhitungan. Apabila dipakai
dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka
yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini
kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi Proyek.
i. Untuk Pekerjaan Baja dan Tulangan harus diadakan
Tes uji Tarik Pada Baja dan Tulangan yang akan
Digunakan. Tes Uji Tarik ini bisa dilakukan pada
Laboratorium yang menyediakan Tes Uji tarik Baja dan
Tulangan.

4. Selimut Beton
Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh
menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus
mempunyai jarak tetap setiap bagian konstruksi sesuai yang
ditentukan di dalam gambar

5. Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat –
tempat lain dari yang tunjukan pada gambar, bentuk dari
sambungan harus disetujui oleh Direksi Proyek. Overlap
pada sambungan – sambungan tulangan minimal harus 40 x
diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di
dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan
Direksi proyek.

6. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan
yang mempunyai ketelitian cukup untuk menempatkan dan
mengawasi jumlah dari masing – masing bahan beton.
Perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Proyek

7. Pengadukan
Bahan – bahan pengadukan beton harus dicampur dan
diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu bath mixer.
Direksi proyek berwenang untuk menambah waktu
pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan
gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan
kekentalan dan warna yang merata atau seragam dalam
komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan kecuali
bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau
konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu selama
pekerjaan penyempurnaan.
Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang
berlebih – lebihan (lamanya) yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang
tidak memuaskan harus diperbaiki. Mesin pengaduk yang
disentralisir (batching mixing plant) harus diatur hingga
pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari
stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai
melebihi dari kapasistas yang telah ditentukan.

8. Cetakan (Bekisting)
a. Cetakan harus sesuai dengan bentuk dan ukuran pada
gambar rencana.
b. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi proyek sebelum pembuatan
cetakan dimulai, tetapi persetujuan tidak mengurangi
tanggung jawab kontraktor terhadap keserasian bentuk
maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan –
kerusakan yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian.
c. Sewaktu – waktu Direksi Proyek dapat mengafkir sesuatu
bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi
apapun dan kontraktor harus segera mengambil bentuk
yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.
d. Semua proses pemotongan dan pembuatan bentuk kayu
dikerjakan dengan menggunakan mesin kecuali untuk
detail tertentu atas persetujuan Direksi proyek. Proses
pengerjaan tidak diperkenankan dilakukan ditempat
pemasangan.
e. Bentuk, ukuran, profil. Pola, nad dan peil yang tercantum
dalam gambar kerja adalah hasil jadi/ selesai. Bila terjadi
penyimpangan tanpa persetujuan Direksi Proyek, Maka
kontraktor harus membongkar dan memperbaiki kembali
tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Biaya untuk
hal ini adalah tanggung jawab kontraktor, dan tidak dapat
diajukan sebagai pekerjaan tambah.
f. Pelaksanaan sambungan seperti pemasangan klos, baut,
plat penggantung, angker, dinabolt, fisher, sekrup paku
dan lem perekat harus rapi dan sempurna, tidak
diperkenankan mengotori bidang – bidang tampak.
Khusus pada permukaan bidang tampak/exposed tidak
diperkenankan dipasang dengan cara memaku, tetapi
harus disekrup atau cara lain yang disetujui Direksi
Proyek. Lubang sekrup terlebih dahulu dibuat dengan
bor. Kepala sekrup harus tertanam, kemudian lubang
ditutup kembali dengan kayu sejenis yang dilem dengan
lem kayu sesuai persyaratan kemudian diratakan dengan
amplas halus sehingga permukaanya rata dan halus
serta tidak tampak bekas penutupan lubang. Hasil akhir
dari pemasangan harus rata, lurus dan tidak melampaui
toleransi kerataan 0,5 cm setiap 2 m.

9. Pengecoran
a. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan
pada tempat pengecoran beton (cetakan) harus bersih
dari air tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang
menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus
dibasahi dengan merata sehingga kelembaban /air dari
beton yang baru dicor tidak akan diserap.
b. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor terlebih
dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan
lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada
sambungan ini harus dipakai perekat beton yang disetujui
oleh Direksi Proyek.
c. Semua kotoran, beton yang mengelupas atau bahan
asing yang menutupinya harus dibersihkan dan dibuang,
semua genangan air harus dibuang dari permukaan
beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
d. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap
penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut,
terhadap sistim struktur/penulangan yang ada.
e. Beton boleh dicor hanya bila Direksi Proyek atau
wakilnya yang ditunjuk serta staf Kontraktor yang setaraf
ada ditempat kerja, dan persiapan betul-betul telah
memadai.
f. Dalam semua hal, Beton yang akan dicor harus
diusahakan agar pengangkutan ketempat posisi terakhir
sependek mungkin, sehingga pada waktu pengecoran
tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan
spesinya. Pemisahan yang berlebihan dari agregat kasar
dalam beton yang disebabkan jatuh bebas dari tempat
yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar, atau
bertumpuk dengan baja – baja tulangan, tidak diijinkan.
g. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari
2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis
perlapis horisontal dan tebalnya tidak lebih dari 50cm.
Direksi proyek mempunyai hak untuk mengurangi tebal
tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm
tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.
h. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan
deras atau selama sedemikian rupa sehingga
spesi/mortel terpisah dari agregat kasar. Selain hujan, air
semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada
construction joint dan air semen atau spesi yang hanyut
terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan
dilanjutkan

10. Pemadatan
a. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat
mungkin, sehingga bebas dari kantong – kantong kerikil,
dan menutup rapat – rapat semua permukaan dari
cetakan dan material yang diletakkan.
b. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat
penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan
menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari
lapisan yang terletak di bawah, lamanya penggetaran
tidak boleh menyebabkan bahan beton terpisah dengan
yang airnya.
c. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar
yang beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 3.000
putaran permenit ketika dibenamkan dalam beton.

11. Perawatan Beton (Curing)


a. Semua beton harus dirawat (curred) dengan air seperti
ditentukan di bawah ini. Direksi Proyek berhak
menentukan cara perawatan bagaimana yang harus
digunakan pada bagian – bagian pekerjaan.
b. Beton yang dirawat (curred) dengan air harus tetap
basah paling sedikit 14 hari terus menerus segera
sesudah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan,
dengan cara menutupnya dengan bahan yang dibasahi
air atau dengan pipa–pipa yang berlubang–lubang.
Penyiraman mekanis, atau cara–cara yang dibasahi yang
akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang
digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi
spesifikasi– spesifikasi air untuk campuran beton

12. Perlindungan (Protection)


a. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap
segala kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh
Direksi Proyek.
b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap
sinar matahari yang langsung, paling sedikit 3 hari
sesudah pengecoran.
c. Perlindungan semacam itu harus dibuat secepatnya
setelah pengecoran dilaksanakan.

13. Finishing Beton


a. Permukaan yang kelihatan
Beton yang permukaannya kelihatan (expose) harus
difinish dengan adukan. Lubang – lubang yang terjadi
pada beton harus diisi dengan adukan.
b. Untuk dinding penahan tanah, lubang pengikat acuan
tidak diperkenankan. Lubang – lubang pada permukaan
beton tidak boleh lebih dari 3 mm, lubang yang lebih
besar dari diameter 3 mm tapi lebih kecil dari 20 mm
tidak boleh melebihi 0,5 % air permukaan beton tersebut.
Lubang yang lebih besar dari 20 mm tidak diperkenankan
.
14. Perbaikan Permukaan Beton
a. Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton
yang tidak sesuai dengan yang direncanakan yaitu beton
semi esposed, atau tidak tercetak menurut gambar atau
diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan
yang rusak, hal itu dianggap tidak sesuai dengan
spefisikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh
kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Direksi
Proyek memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang
rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal – pasal berikut.
b. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan
perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan
– kerusakan karena cetakan, lubang–lubang karena
keropos, ketidak rata dan bengkak harus dibuang dengan
pemahatan atau dengan batu gerinda.
c. Sarang kerikil dan beton lainnya harus dipahat. Lubang
lubang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan
dicor sedemikian sehingga pengisian akan
terikat/terkunci ditempatnya. Semua lubang harus terus
menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan
seterusnya disempurnakan.
d. Jika menurut pendapat Direksi Proyek, hal – hal tidak
sempurna pada bagian bangunan yang akan terlihat tidak
cukup bila hanya ditambal saja (karena menghasilkan
sebidang dinding) yang tidak memuaskan penglihatan,
kontraktor diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding
(dengan spesi plesteran 1 Pc : 3 PS ) dengan ketebalan
yang tidak melebihi 1 cm juga pada dinding yang
berbatasan ( yang bersambungan ), sesuai dengan
intruksi dari Direksi Proyek

II.4. PEKERJAAN PASANGAN DAN II.4.1. Pasangan Batu Bata


PLESTERAN a. Dipakai batu bata merah ukuran yang berlaku di pasaran merk
Lokal ukuran seragam.
b. Pasangan batu bata merah dinding dipergunakan perekat 1Pc
: 5Ps, batu bata merah harus direndam air hingga kenyang
sebelum dipasang, sebanyak mungkin digunakan yang masih
utuh, pemasangan selalu memakai pedoman tegak dan datar
sedemikian rupa hingga selalu didapat pasangan yang rata,
lurus, tegak, tebal nat maksimal 2 cm, dikeruk sedalam 1 cm
untuk memudahkan pelaksanaan plesteran
c. Pekerjaan pasangan dinding bata merah menggunakan pasir
pasang lokal.
d. Persyaratan pelaksanaan
1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, kontraktor
diwajibkan memeriksa dengan seksama gambar kerja
dan melihat keadaan di lokasi pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
2. Semua pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai dengan
standard spesifikasi dari bahan / material yang
digunakan.
3. Kontraktor harus memperhatikan detail, bentuk profil
sambungan dan atau hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam gambar kerja.
4. Pemasangan batu bata
- Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi,
sama tebal, lurus tegak dan pola ikatan harus terjaga
baik diseluruh pekerjaan. Pengukuran dilakukan
dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
- Pertemuan sudut antara 2 dinding harus siku, kecuali
apabila pertemuan tersebut memang tidak siku
seperti tercantum dalam gambar kerja.
- Untuk permukaan yang datar, batas teloransi
pelengkungan atau pencembungan bidang tidak
boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m horizontal
dan horizontal. Jika melebihi, kontraktor harus
membongkar atau memperbaiki, biaya untuk
pekerjaan ini ditanggung kontraktor dan tidak dapat
diajukan sebagai pekerjaan tambahan.
- Untuk setiap pertemuan dinding pasangan ½ bata
maupun 1 bata dan atau permukaan dinding seluas 9
m2 dan atau seperti tercantum dalam gambar harus
dipasang kolom praktis dan atau balok penguat beton
bertulang seperti pada gambar. Demikian pula untuk
setiap lubang (kusen pintu / jendela) atau lubang
lainnya selebar > 90 cm harus dipasang balok
penguat beton terlepas apakah hal tersebut
tergambar atau tidak di dalam gambar.
Untuk dinding dengan panjang maksimal 400 cm
harus diberi kolom praktis dan untuk dinding setinggi
maksimal 400 cm harus diberi ring balok sebagai
pengikat.
- Ukuran batu bata digunakan adalah 22 x 11 x 6 cm
dengan toleransi 0,5 cm
- Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga
ketebalan adukan perekat / spesi antar bata harus
sama setebal 2,50 – 3,00 cm.
Siar – siar ini harus dikerok dengan kedalaman 1 cm
dengan rapi kemudian disiram air dan siap menerima
plesteran. Semua kolom, kolom praktis, balok
pengikat beton, maupun beton lainnya seperti
tercantum dalam Gambar Kerja, harus dipasang
angker Ø 6 mm setiap jarak 75 cm. panjang angker
minimum 20 cm, 15 cm tertanam dalam bata, sisanya
tertanam dalam beton.
5. Adukan perekat
- Adukan perekat/spesi harus selalu dalam keadaan
segar atau belum mengeras pada waktu pemakaian.
Jarak waktu pencampuran adukan perekat/spesi
dengan pemasangan jangan melebihi 20 menit,
terutama untuk adukan kedap air.
- Pasangan batu bata dengan adukan perekat/ spesi 1
PC : 5 Psr, di laksanakan mulai dari ketinggian 20 cm
diatas lantai, terkecuali disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar kerja.
6. Pemeliharaan
- Selama pemasangan dinding belum diberi lapisan
bahan akhir (difinish), kontrakor wajib memelihara
dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran atas
bahan lain.
- Apabila pada saat pemasangan bahan akhir terdapat
kerusakan berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor
harus memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima
oleh Direksi Proyek / Konsultan. Biaya ini ditanggung
oleh Kontraktor dan tidak diajukan sebagai pekerjaan
tambah

II.4.2. Pekerjaan Plesteran dan Acian


a. Pekerjaan plesteran dipakai perekat semen Portland sesuai
pekerjaan pasangan / beton tersebut di atas dan pengisi pasir
pasang dengan campuran 1 Pc : 5 Ps .
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan pasangan bata yang
ada baik terlihat maupun tidak terlihat termasuk plesteran
untuk pekerjaan beton.
c. Pelaksanaan segera setelah pasangan bata orizonta, tebal
lapisan maksimal 1,5 cm, selalu menggunakan pedoman
tegak dan datar (straight dan level), sehingga didapat
permukaan yang rata lurus dan tegak tidak bergelombang, dan
pengadukan harus dilaksanakan secara orizont.
d. Pekerjaan Benangan/Acian dipakai perekat Portland Cement
(PC) sesuai tersebut di atas dan pasir pasang diayak halus,
untuk seluruh bagian dengan campuran 1Pc :
2Ps.Dilaksanakan pada setiap sudut luar dan dalam, sudut-
sudut dinding dan beton dan di tempat lainnya sesuai yang
tertera dalam Gambar Rencana. Pelaksanaan segera setelah
pekerjaan plesteran selesai dilaksanakan, dikerjakan oleh
tukang yang khusus untuk pekerjaan ini, dengan pedoman
tegak dan datar sedemikian rupa sehingga didapat hasil yang
lurus, rata halus, sudut sikunya tajam.
e. Persyaratan Pelaksanaan
1. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran
dalam volume dengan cara pembuatannya
menggunakan mixer.
2. Plesteran biasa adalah campuran 1PC : 4 Psr dan
campuran 1PC : 5 Psr, adukan plesteran ini untuk
menutup semua permukaan dinding pasangan
bangunan, terkecuali yang dinyatakan kedap air.
3. Plesteran halus/aci halus adalah campuran semen (PC)
dengan air yang dibuat sedemikian rupa sehingga
mendapatkan campuran yang orizont. Plesteran halus ini
merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding
pasangan.
4. Pekerjaan plesteran halus ini dilaksanakan sesudah
adukan plesteran sebagai lapisan dasar berumur 8
(delapan) hari atau sudah kering betul.
5. Semua jenis adukan plesteran tersebut di atas harus
disiapkan sedemikian rupa sehingga selalu dalam
keadaan masih segar dan belum orizonta pada waktu
pelaksanaan pemasangan. Kontraktor harus
mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran adukan plesteran dengan pemasangan
tidak melebihi 20 menit, terutama untuk plesteran kedap
air.
6. Kontraktor harus menyediakan pekerja/tukang yang ahli
untuk pelaksanaan pekerjaan plesteran ini khususnya
untuk plesteran aci halus.
7. Terkecuali untuk beraben, permukaan semua adukan
plesteran harus diratakan, tidak bergelombang, penuh
dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak
mengandung kerikil ataupun benda – benda lain yang
membuat cacat.
8. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester
harus dibasahi terlebih dahulu dan siar – siarnya dikerok
sedalam kurang lebih 1 cm. Sedang untuk permukaan
beton yang akan diplester, harus dibersihkan dari sisa –
sisa bekisting, kemudian di kretek/scratched. Semua
lubang – lubang bekas pengikat bekisting atau form tie
harus tertutup adukan plesteran.
9. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan
setelah selesai pemasangan instalasi pipa yang ada di
seluruh bagian dinding bangunan.
10. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan
cat dipakai plesteran halus (acian) di atas permukaan
plesterannya.
11. Untuk bidang dinding pasangan menggunakan
bahan/material akhir lain, permukaan plesterannya harus
diberi alur – alur garis horisontal untuk memberikan
ikatan yang lebih baik terhadap bahan/material yang
akan digunakan tersebut.
12. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi
pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh
melebihi 3 mm, untuk setiap area 2 m1.
13. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan
permukaan dinding / kolom seperti yang dinyatakan dan
tercantum dalam gambar kerja. Tebal plesteran minimal
1,5 dan maksimal 2,5 cm. Jika ketebalan melebihi 2,5
cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
diikatkan/dipakukan kepermukaan dinding pasangan
yang bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat
plesteran.
14. Pemeliharaan
 Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga
pengeringan berlangsung dengan wajar tidak
berlangsung secara tiba – tiba. Hal ini dilaksanakan
dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali
terlihat kering dan melindunginya dari panas matahari
langsung dengan penutup yang mencegah
penguapan air secara cepat.
 Pembasahan tersebut dilakukan selama 7 (tujuh) hari
setelah pengacian selesai dengan selalu menyiram
air sekurang – kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai
jenuh.
 Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan
bahan / material akhir, kontraktor wajib memelihara
dan menjaganya terhadap kerusakan–kerusakan dan
pengotoran, biaya pemeliharaan adalah tanggung
jawab kontraktor, dan tidak dapat diajukan sebagai
pekerjaan tambah.
 Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan
bahan/material akhir di atas permukaan plesteran
dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 1
(satu) minggu, plesteran harus cukup kering, bersih
dari retak, noda dan cacat lain seperti yang
disyaratkan tersebut di atas.
Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang
disyaratkan oleh Direksi Proyek / Konsultan, maka
Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki
pekerjaan tersebut sampai disetujui oleh Direksi
Proyek / Konsultan

II.5. PEKERJAAN RANGKA II.5.1. Rangka Plafond


PLAFON DAN PENUTUP a. Rangka plafond dipakai hollow galvalum 40.40.0,2 dengan
PLAFON jarak dan struktur disesuaikan dengan gambar.
b. Dilaksanakan pada seluruh konstruksi penggantung plafond
dalam dan luar ruangan, pemasangan dan perletakan sesuai
gambar.
c. Pelaksanaan sesuai prosedur yang baik dan benar,
sambungan rapat, kuat.

II.5.2. Penutup Plafond Dan List Plafond


a. Penutup plafond dipakai papan gypsum tebal 9 mm,
dilaksanakan pada seluruh rangka langit-langit baru dengan
teknis pemasangan dan perletakan sesuai gambar.
b. Penutup plafond dipasang rapat rangka plafond, rata air
(levels), lurus dan siku, digunakan sekrup yang sesuai dengan
jarak 15 cm.
c. Pemasangan penutup plafond dilengkapi dengan list plafond
gypsum dilaksanakan pada pertemuan antara plafond dan
dinding sesuai gambar, dipasang rapat dan lurus setiap sudut
harus dipasang siku-siku dipaku dengan baik dan rapat.

II.5.3. Persyaratan dan Metode Pelaksanaan


a. Penutup plafond dipakai papan gypsum tebal 9 mm,
dilaksanakan pada seluruh rangka langit-langit baru dengan
teknis pemasangan Pada pekerjaan pemasangan lapis plafon
perlu diperhatikan adanya pekerjaan lain yang dalam
pelaksanaannya sangat erat hubungannya dengan pekerjaan
langit – langit ini.
b. Sebelum dilaksanakan pemasangan lapis plafon, pekerjaan
lain yang terletak di atas langit – langit harus sudah terpasang
antara lain pekerjaan Elektrikal, Sound System, dan lain –
lain.
c. Bila ada pekerjaan tersebut di atas tidak tercantum dalam
gambar rencana plafond harus diteliti dahulu pada gambar –
gambar instalasi yang lain untuk detail pemasangan harus
konsultasi dengan konsultan pengawas dan owner.
d. Rangka penggantung langit – langit sesuai pola dalam gambar
rencana dan diperhatikan benar peilnya.
e. Lapis plafon harus dipilih yang padat dan tidak retak.
f. Lubang – lubang atau tonjokan bekas sekrup, paku pada
permukaan lapis plafon harus ditiadakan.
g. Rangka – rangka datar harus waterpas dan yang miring harus
sesuai dengan gambar detail arsitektur
h. Bahan–bahan penggantung disesuaikan dengan
kebutuhannya pemasangan rangka harus mengikuti gambar
dan standard pabrik pembuatnya.
i. Pada pertemuan langit – langit dan dinding dipasang list
gypsum dan pelaksanaanya harus sesuai dengan gambar.

II.6. PEKERJAAN FINISHING II.6.1. Lantai dipakai lantai Granite tile ukuran 60x60, serta pemasangan
LANTAI DAN DINDING travertine pada dinding pintu masuk lift dengan menggunakan
material KW 1 dengan warna dan motif sesuai gambar rencana
dengan persetujuan direksi.
II.6.2. Batu alam dilaksanakan pada fasade depan dengan
menggunakan batu alam tempel sesuai gambar perencanaan baik
jenis maupun perletakannya dengan persetujuan Direksi / User.
II.6.3. Dipasang pada tempat dan batasan-batasan sesuai yang terlihat
dalam Gambar Rencana.
II.6.4. Pemasangan dengan pola sesuai gambar / petunjuk Direksi /
User, memakai perekat 1Pc : 3Ps, jarak celah (nat) diisi semen
cair/pasta semen sewarna dengan keramik sedemikian rupa
datar, nat-nya lurus dan siku.
II.6.5. Persyaratan Pelaksanaan Pemasangan
a. Permukaan yang akan dipasang granite tile, tranvertine dan
batu alam tempel harus dibuat benar – benar bersih dari debu
cat dan kotoran lainnya.
b. Pada saat pemasangan harus dalam keadaan baik tidak retak,
cacat, ternoda & warna sesuai dengan yang disyaratkan/dipilih
c. Seluruh permukaan bagian belakang harus terisi padat
dengan adukan perekat tidak boleh ada rongga.
d. Pola pasangan dinding harus sesuai petunjuk Direksi Proyek /
Konsultan. Pada prinsipnya pemasangan dimulai dari as
kolom / as dinding & atau sesuai petunjuk Direksi/Konsultan.
e. Apabila dalam pengukuran terjadi sisa granite tile, tranvertine
dan batu alam tempel kurang dari 7cm maka mulai granite tile,
tranvertine dan batu alam tempel utuh yang terakhir (1
baris/lebih) harus dibagi dalam bagian sama untuk
mendapatkan lebar minimum 8 cm & atau sesuai dengan
petunjuk Direksi Proyek/Konsultan.
f. Pemotongan material harus menggunakan alat potong khusus
yang sesuai dengan petunjuk pabrik dan dikerjakan oleh orang
yang ahli dan pengalaman dalam pemasangan keramik
g. Pemasangan harus benar – benar rata waterpas sesuai
dengan peil atau ketebalan akhir yang disyaratkan dalam
gambar kerja. Toleransi kecekungan adalah 2,5 mm untuk 2
m1
h. Garis-garis tepi yang terbentuk maupun siar-siar harus lurus,
lebar siar harus sama, maksimal selebar 2 mm dengan
kedalaman 2 mm.
i. Bahan pengisi siar (nat) adalah bahan grouting dengan warna
yang sama dengan warna keramik. Persyaratan pelaksanaan
harus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang mengeluarkan
agar didapat hasil yang baik. Sebelum & sesudah
pelaksanaan adukan pengisi, siar harus bersih dari debu dan
kotoran lainnya, pembersihan harus segera dilakukan sebelum
keras/kering dengan lap basah.
j. Adukan perekat untuk pemasangan dengan campuran 1 Pc:3
Psr, dilakukan pada bagian lantai&dinding yang harus kedap
air seperti yang disyaratkan dalam Gambar kerja. Untuk lantai
lainnya digunakan adukan perekat campuran 1 Pc:5 Psr.
Adukan perekat tersebut dicampur dengan pasta semen
additive, penggunaannya sesuai dengan spesifikasi pabrik
pembuatnya.
k. Granite tile, tranvertine dan batu alam tempel yang telah
terpasang harus segera dibersihkan dari bercak noda adukan
perekat dan adukan pengisi siar dengan lap/kain yang
dibasahi dengan air bersih, dan dilindungi dari kemungkinan
cacat akibat pekerjaan lain.
l. Selama 2x24 jam setelah pemasangan, harus dihindarkan dari
injakan atau pemberian beban dan dilindungi dari
kemungkinan cacat pda permukaannya.
m. Bila terjadi kerusakan/cacat, kontraktor diwajibkan untuk
memperbaiki kembali dengan tidak mengurangi mutu
pekerjaan. Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab
kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah

II.7. PEKERJAAN LISTRIK II.7.1. Seluruh pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh instalatir yang
berpengalaman untuk pekerjaan semacam ini dan mempunyai
Sertifikat Keahlian yang dikeluarkan oleh Asosiasi dengan
kualifikasi lingkup pekerjaan sesuai yang dipersyaratkan.
Instalasi listrik yang dilaksanakan adalah :
a. Instalasi Penerangan
1) Pemasangan saklar
2) Pemasangan instalasi penerangan
b. Lampu Penerangan
1) Jenis dan jumlah lampu dengan grouping dan penempatan
sesuai gambar perencanaan
c. Pekerjaan Instalasi Kabel
1) Kabel instalasi dipakai kabel kualitas I ukuran 2x2,5 mm
untuk penerangan ex supreme atau setara.
d. Pekerjaan pemasangan Panel elektrikal dan mekanikal
dengan detail peralatan/komponen, instalasi dan penempatan
dilaksanakan sesuai gambar perencanaan
II.7.2. Pemasangan saklar serta instalasi penerangan / titik lampu,
seluruh material yang dipakai harus telah mendapatkan standart
salah satunya dari S II, LMK, SPLN, JIS, DIN, VDE, TEC, CEBEL,
KEMA, OVE, mateial harus baru tidak cacat serta dapat berfungsi
dengan baik melalui serangkaian test yang dilakukan oleh Direksi.
II.7.3. Saklar merk Broco, panasonic setara dengan inbow/rata dinding
dan rata lantai untuk stop kontak lantai, pemasangan harus rapi,
rata, tidak miring dan dipakai bahan kualitas I dengan ketinggian
/ letak pemasangan sesuai dengan yang diisyaratkan PLN /
sesuai Gambar Rencana.
II.7.4. Pemasangan lampu menempel di plafond atau perletakan sesuai
gambar, lampu dipasang dalam keadaan menyala / berfungsi dan
pada waktu serah terima pekerjaan ditest terlebih dahulu.
II.7.5. Instalasi kabel merk Supreme, eterna yang dipergunakan adalah
sesuai dengan yang dipersyaratkan PLN dan kabel dipasang di
atas penggantung plafond, tarikan harus kencang. Pada bagian
yang masuk ke tembok, kabel dimasukkan ke dalam conduit pipa
PVC dengan ukuran sesuai jumlah kabel yang masuk ( 5/8” - 
3/4“) ujung atas pipa PVC harus diberi Elbow dengan ukuran yang
sesuai.
II.7.6. Sambungan antar kabel harus dilindungi las dop keramik / PVC
sedang pada bagian yang masuk tembok bila terdapat
sambungan, harus dilindungi junction box (kotak sambungan)
PVC dan instalasi kabel ini setelah terhubung seluruhnya harus
bebas induksi yang dibuktikan dengan test mager.
II.7.7. Setelah pemasangan seluruh instalasi listrik dilaksanakan
pengujian dan pengetesan instalasi sesuai dengan standar PLN
dengan mendatangkan istansi atau lembaga yang berkompeten
untuk melaksanakan pengujian dengan disaksikan oleh direksi
dan pengawas.

II.8. PEKERJAAN BACKDROP II.8.1. Rangka Backdrop


a. Rangka backdrop dipakai hollow galvalume ukuran 40.20.0,2
dan 40.40.0,2 dengan jarak dan struktur disesuaikan dengan
gambar.
b. Penyambungan rangka backdrop harus dilaksanakan dengan
ketepatan dan keahlian.
c. Dilaksanakan pada seluruh konstruksi rangka backdrop
dengan pemasangan dan perletakan sesuai gambar.
d. Pelaksanaan sesuai prosedur yang baik dan benar,
sambungan rapat, kuat

II.8.2. Penutup Backdrop


a. Penutup backdrop dipakai multiplek tebal 12 mm,
dilaksanakan pada seluruh rangka backdrop dengan teknis
pemasangan dan perletakan sesuai gambar.
b. Penutup backdrop dipasang rapat rangka backdrop, rata air
(levels), lurus dan siku, digunakan sekrup yang sesuai dengan
jarak 15 cm.
c. Sebelum dilaksanakan pemasangan penutup backdrop,
pekerjaan lain yang terletak di dalam backdrop harus sudah
terpasang antara lain pekerjaan Elektrikal dan lain – lain.
d. Lapis penutup backdrop harus dipilih yang rata dan tidak
bergelombang.
e. Lubang – lubang atau tonjokan bekas sekrup, paku pada
permukaan multiplek harus ditiadakan.
f. Rangka – rangka datar harus waterpas dan yang miring harus
disesuaikan dengan gambar detail arsitektur

II.8.3. Pemasangan Lis kayu profil


a. Lis kayu profil digunakan tipe sesuai gambar harus sudah
halus, utuh, tidak patah dan retak dengan tipe dan ukuran
sesuai gambar perencanaan
b. Pemasangan lis kayu menggunakan paku lem kayu dengan
pemasangan rata, lurus dan rapi, terutama pada sambungan
sehingga tersamar.
c. Pemasangan lis kayu hanya pada bagian backdrop yang
tertera pada gambar perencanaan.

II.8.4. Pemasangan Letter Acrylic


a. Untuk letter menggunakan acrylic dengan warna dan
penulisan serta ukuran huruf serta penempatan dilaksanakan
sesuai dengan gambar perencanaan.
II.9. PEKERJAAN PENGECATAN II.9.1. Keterangan Umum
Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengecatan bagian-bagian
yang ditunjuk dalam gambar maupun bagian-bagian lain yang
memerlukan perlindungan dengan cara pengecatan.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan pengecatan adalah
a. Cat dinding
b. Cat plafond
c. Cat besi/kayu Spray/Duco
d. Cat couting batu alam
e. Waterprofing
Dan pekerjaan pengecatan lainnya sesuai yang ditunjuk dalam
Gambar Rencana dengan warna sesuai persetujuan User.
Penyempurnaan dan pengulangan pengecatan / polituran karena
belum merata, berubah warna atau sebab-sebab lainnya sampai
pada saat serah terima untuk yang kedua kalinya menjadi
tanggung jawab Kontraktor.

II.9.2. Cat Tembok Dan Plafond


a. Dipakai cat dinding untuk eksterior menggunakan cat dinding
watershield sedangkan cat dinding dalam dan partisi termasuk
plafon menggunakan cat interior kualitas 1 Catylac, Vinilex,
Dulux, warna ditentukan kemudian dengan persetujuan User /
Direksi
b. Dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding/partisi dan
plafond serta pilar sesuai yang tertera dalam Gambar
Rencana.
c. Pelaksanaan sesuai ketentuan pabrik pembuat.
d. Sebelum dicat permukaan dinding tembok / beton yang akan
dicat harus betul-betul rata dan dibersihkan dengan cara
menggosok memakai kain yang dibasahi / amplas basah dan
setelah kering diplamur sehingga permukaannya menjadi rata
dan licin. Untuk tembok yang rusak / pecah harus diperbaiki
terlebih dahulu.
e. Pengecatan dilakukan dengan kuas / roller sampai didapatkan
hasil akhir yang merata warnanya minimal 3 kali pengecatan
dan harus didapat warna yang merata.
f. Metode dan Persyaratan Pelaksanaan Pengecatan
Sebelum pelaksanaan, kontraktor wajib membuat contoh
pekerjaan pengecatan pada bidang dengan ukuran 100x100
cm, yang merupakan contoh hasil akhir pengecatan. Biaya
percobaan ditanggung kontraktor dan hasil contoh tersebut
harus diserahkan kepada Direksi Proyek / Konsultan untuk
persetujuan bagi pelaksanaan pekerjaan.
 Pengecatan dilaksanakan dengan cara terbaik yang umum
dilakukan kecuali bila disyaratkan lain. Urutan pengecatan
penggunaan lapisan dasar dan ketebalan minimal sama
dengan syarat yang dikeluarkan pabrik.
 Pengecatan harus rata, tidak bercucuran atau ada bekas–
bekas yang menunjukan tanda–tanda sapuan, semprotan
dan roller.
 Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung
bahan dasar beracun atau membahayakan keselamatan
manusia maka kontraktor harus menyediakan peralatan
perlindungan misalnya masker, sarung tangan dan
sebagainya yang harus dipakai pada waktu pelaksanaan
pekerjaan.
 Pekerjaan pengecatan tidak diperkenankan dilaksanakan
dalam keadaan cuaca lembab, hujan, angin yang disertai
debu.
 Pada pelaksanaan pengecatan di dalam ruangan dengan
cat yang bahan dasarnya beracun atau membahayakan
manusia maka ruangan tersebut harus mempunyai
ventilasi yang cukup agar pergantian udara dapat
berlangsung lancar.
 Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, pompa udara,
vacum cleaner, semprotan dan sebagainya, harus tersedia
dari kualitas mutu terbaik dan jumlahnya cukup untuk
melaksanakan pekerjaan ini.
 Khusus untuk semua cat dasar, pengerjaannya harus
disapukan dengan kuas, penyemprotan hanya boleh
dilakukan bila disetujui oleh Direksi Proyek / Konsultan.
 Pemakaian amplas, pencucian dengan air, maupun
pembersihan dengan kain kering, terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Proyek / Konsultan
kecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi ini.
 Hasil akhir pengecatan harus diawasi oleh tenaga ahli /
supervisi.
 Hasil akhir pengecatan harus membentuk bidang cat yang
utuh rata tidak ada bintik–bintik atau gelembung udara dan
hasilnya harus dijaga terhadap kotoran yang mungkin
melekat. Bila hasil pekerjaan harus diulangi dan diganti,
Kontraktor harus melakukan pengecatan kembali bila ada
cat dasar atau cat finis yang kurang menutupi atau lepas
sebagaimana ditunjukan oleh Direksi Proyek / Konsultan
biaya untuk hal ini ditanggung oleh kontraktor dan tidak
dapat dilakukan sebagai pekerjaan tambah.
 Sebelum pelaksanaan, seluruh permukaan harus di
bersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda lain, bekas
– bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah
dicat, dan dalam kondisi kering.

II.9.3. Pengecatan Besi dan Kayu


a. Dipakai cat besi/kayu kualitas bagus merk Nippon Paint,
Propan, Emco, warna ditentukan kemudian dengan
persetujuan owner dan konsultan pengawas.
b. Dilaksanakan pada Ornamen Plat Cutting dan MDF Cutting,
serta di tempat lainnya yang memerlukan finishing dengan cat
besi/kayu dengan metode spray/duco
c. Sebelum dicat permukaan yang akan dicat harus betul-betul
rata dan dibersihkan dengan cara menggosok memakai kain
yang dibasahi / amplas basah.
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan
baik sampai didapat hasil yang baik dan warna cat yang
merata pelaksanaan pengecatan sesuai ketentuan pabrik
pembuat.

II.9.4. Pelapisan Waterprofing


a. Dipakai produk water proofing kualitas I merk SIKA
b. Dilaksanakan pada plat beton atap dan leufel yang kontak
dengan air
c. Sebelum di waterprofing permukaan plat harus dibersihkan
dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi setelah
kering baru dilaksanakan pelapisan waterprofing
d. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan
baik sampai didapat hasil yang baik dan merata pelaksanaan
sesuai ketentuan pabrik pembuat.
e. Persyaratan dan metode pelaksanaan
1. Persiapan permukaan
 Permukaan harus betul–betul kering sebelum
pemasangan lapisan waterproofing.
 Seluruh permukaan harus sudah bebas dari minyak,
retak atau lubang, serbuk aduk beton, debu gumpalan
aduk beton, bagian–bagian yang menonjol tajam
permukaan halus dan rata.
 Retak lubang yang tidak berguna dan sebagainya
harus ditutup dengan adukan kedap air 1Pc:2PS
sehingga padat dan diratakan permukaan.
2. Lapisan primer
Pelaksanaan dengan spray roller atau kuas dengan daya
sebar 6 – 8 m2/ liter lapisan primer harus langsung ditutup
dengan lapisan waterproofing. Jika dalam satu hari kerja
ada area yang telah diberi lapisan primer tetapi belum
sempat tersebut harus diberi primer kembali pada hari
kerja berikutnya.
3. Lapisan Waterproofing (Underlayer Torching)
 Jika dipandang perlu bahan dapat ditukar/diganti
dengan bahan– bahan pengganti yang memenuhi
syarat dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi
Proyek
 Cara–cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti
petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan
dan atas petunjuk Direksi Proyek
 Bila ada hal apapun antara gambar kerja spesifikasi
dan lainnya kontraktor harus segera melaporkan
kepada Direksi proyek dan Konsultan Perencana
sebelum pekerjaan dimulai. Pekerjaan baru dapat
dimulai setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi proyek dan Konsultan Perencana.
 Untuk melaksanakan pekerjaan ini kontraktor harus
menempatkan tenaga ahli ditempat pekerjaan pada
saat pekerjaan tersebut sedang berlangsung.
 Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas
kesempurnaan pekerjaan walaupun telah mendapat
persetujuan tertulis dari Direksi Proyek dan Konsultan
Perencana sampai dengan berakhirnya masa garansi.
Pada bagian sambungan harus mempunyai
overlapping minimum 20 cm.
 Kontraktor wajib membuat shop drawing (gambar detail
pelaksanaan) berdasarkan gambar kerja dan telah
disesuaikan dengan keadaan lapangan dan pada
daerah–daerah yang menurut Direksi Proyek dan
Konsultan MK perlu. Dalam shop drawing harus jelas
dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk jenis bahan cara pemasangan dan
persyaratan khusus yang belum tercakup secara
lengkap didalam gambar pelaksanaan sesuai dengan
spesifikasi pabrik.
4. Lapisan Pelindung
 Lapisan pelindung menggunakan screed ketebalan + 2
cm atau seperti tertera dalam gambar kerja termasuk
arah kemiringannya.
 Pengujian lapisan waterproofing
 Setelah semua pemasangan lapisan waterproofing dan
sebelum pelaksanaan lapisan pelindung kontraktor
harus melaksanakan pengujian kebocoran terutama
untuk permukaan horizontal. Cara pengujian adalah
dengan menuangkan air minimum 50 mm dan dibiarkan
selama 2 x 24 jam. Beri tanda bagian – bagian yang
tidak sempurna atau bocor.
5. Perbaikan Lapisan Waterproofing
6. Bagian dari lapisan waterproofing baru diatas kebocoran
disobek secukupnya. Letak potongan lapisan waterproofing
baru sejauh minimal 150 mm kesegala arah dihiitung dari
celah sobekkan pekerjaan ini dilaksanakan setelah
pengujian permukaan harus kering betul.
7. Pengamanan Pekerjaan
 Kontraktor wajib mengadakan pengamanan dan
perlindungan terhadap pemasangan yang telah
dilakukan, terhadap kemungkinan pergeseran, lecet
permukaan atau kerusakan lainnya.
Apabila terjadi kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian
Kontraktor baik pada waktu pekerjaan ini dilakukan
/dilaksanakan maupuan pada saat pekerjaan telah selesai,
maka Kontraktor harus memperbaiki/mengganti bagian
yang rusak tersebut sampai dinyatakan dapat diterima oleh
Direksi Proyek. Biaya yang timbul untuk pekerjaan
perbaikan ini adalah tanggung jawab Kontraktor.

II.10. PEKERJAAN LAIN-LAIN II.10.1. Pekerjaan partisi ruangan dengan rangka metalstud atau hollow
besi 40x80 dengan penutup gypsumboard atau multiplek tebal
12 mm serta partisi kaca bening 5 mm dengan rangka kusen
aluminium 4” brown, dilaksanakan dengan material, dimensi
dan desain serta konstruksi dan penempatan sesuai gambar
perencanaan.

II.10.2. Pekerjaan plat besi cutting motif tebal 0,8 mm dan 2 mm


finishing cat besi lengkap dengan rangka hollow besi
dilaksanakan dengan penempatan sesuai gambar
perencanaan.
II.11. PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN LIFT

Peraturan
Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor harus tunduk kepada :
- Undang Undang No. 1 Tahun 1970, tentang keselamatan kerja.
- Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah yang terakhir
diubah dengan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1980. tentang K3 pada konstruksi bangunan.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-04/MEN/1995, tentang PJK3 dibidang lift.
- Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-03/MEN/1999, tentang syarat syarat keselamatan kerja dan
kesehatan Kerja lift untuk mengengkut barang dan orang.
- Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
KEP/407/BW/1999, tentang persyaratan, penunjukan, hak dan kewajiban teknisi lift
- Peraturan umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56)
- Peraturan Instalasi Listrik (PUIL 2000)
- Peraturan Umum Bahan Nasional (PUBI 1982)
- Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengarahan Tenaga Kerja)
- SKSNI T-15-1991-03
- Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6573- 2001) Tata Cara Perancangan Lift.
- Standar Nasional Indonesia (SNI 05-7052-2004) Syarat – syarat Umum Konstruksi Lift yang dijalankan
dengan motor traksi tanpa kamar mesin.
- Peraturan – peraturan lainnya yang mengikat.( EN 81 , JIS ,ASME )

Persyaratan :
Umum
1. Untuk pekerjaan elevator yang di Subconkan Peserta lelang harus mendapat dukungan ( Surat
Dukungan Resmi ) dari Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan escalator yang mempunyai
dan wajib melampirkannya didalam dokumen lelang sebagai berikut :
a. NIB perusahaan dengan KBLI ( Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) :
- KBLI 28160 Industri alat Pengangkat dan pemindah
b. Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksana Kontruksi dengan klasifikasi bidang usaha Instalasi
Mekanikal dan Elektrikal, Subklasifikasi MK005 Jasa Pelaksana Konstruksi Pemasangan Lift dan
Tangga Berjalan
c. Surat Penunjukan Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Bidang Kegiatan :
Pemasangan / Instalatir dan Pemeliharaan Pesawat Lift & Escalator yang dikeluarkan oleh
Kementrian Ketenagakerjaan RI
d. Minimal 3 ( tiga ) orang personel yang mempunyai sertifikat :
- K3 Pemasangan & Pemeliharaan Elevator & Eskalator yang dikeluarkan oleh Kementrian
Ketenagakerjaan RI, serta mempunyai Kartu Lisensi K3 - Teknisi K3 Elevator dan Eskalator
yang dikeluarkan oleh Kementrian Ketenagakerjaan RI.
- The occupational safety and Healt (OSH) Technical Training of Installation and maintenace
of elevator and escalator yang dikeluarkan oleh Perusahaan pabrik pembuat elevator dan
escalator yang diberikan perushaan yang ditunjuk sebagai Agen elevator dan escalator di
Indonesia.
e. 1 (satu) orang personel STM Teknik Mesin mempunyai sertifikat :
- Sertifikat Keterampilan Kerja (SKT) Pelaksana Perawatan Instalasi Sistem Transportasi
Vertikal Dalam Gedung, yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi (
LPJK )
- Sersertifikat K3 Pemasangan & Pemeliharaan Elevator & Eskalator serta mempunyai
Lisensi K3 Elevator dan Eskalator yang dikeluarkan oleh kementrian Ketenagakerjaan RI
- The occupational safety and Healt (OSH) Technical Training of Installation and
maintenace of elevator and escalator yang dikeluarkan oleh Perusahaan pabrik pembuat
elevator dan escalator yang diberikan kepada perushaan yang ditunjuk sebagai Agen
elevator dan escalator di Indonesia
f. 1 (satu) orang personel S1 Teknik Mesin yang mempunyai sertifikat :
- Sertifikat Keahlian (SKA) Madya Transportasi Dalam Gedung, yang dikeluarkan oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Kontruksi ( LPJK )
-Sertifikat Teknisi K3 Pemasangan & Pemeliharaan Elevator & Eskalator yang dikeluarkan
oleh Kementrian Ketenagakerjaan RI, serta mepunyai Kartu Lisensi K3 - Teknisi K3
Elevator dan Eskalator yang dikeluarkan oleh Kementrian Ketenagakerjaan RI
g. Surat Penunjukan Agen Tunggal dari Perusahaan pabrik pembuat unit elevator dan escalator.
h. Serttifikat Merek Produk elevator yang ditawarkan dari Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
i. Sertifikat dari pabrik pembuat elevator & escalator : ISO 9001, ISO 14001, BS OSHAS 18001,
sertifikat tentang effesiensi energy lift sesuai dengan VDI 4707-1:2009.
j. Surat kesanggupan yang dicantumkan dalam surat dukungan : memberi garansi free maintenance
selama minimal 6 bulan, garansi mesin elevator minimal 5 tahun dan garansi free spare part
elevator lainya selama minimal 2 tahun terhitung sejak serah terima pekerjaan.
k. Surat kesanggupan menjamin ketersediaan spare part untuk jangka waktu 10 tahun kedepan bila
ada spare part yang harus diganti karena factor life time maupun karena rusak.

Sertifikat garansi dan sertifikat produk :


Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan escalator untuk pekerjaan pengadaan dan pemasangan
elevator diwajibkan menyerahkan dokumen atau sertifikat yang diserahkan setelah serah terima pkerjaan
sebagai berikut :
1. Sertifikat TKDN
2. Sertifikat garansi dari pabrik pembuat (penanggung jawab system).
3. Certificate of Origin ( COO ) elevator yang terpasang
4. Sertifikat ijin pemakaian elevator dari Disnaker
5. Sertifikat Free maintenance 6 bulan dan Garansi mesin 5 tahun serta Garansi spare part elevator
lainya 2 tahun
6. Manual book Pengoperasian elevator

Survey Lokasi
Setiap Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan escalator bersedia disurvey oleh team lelang ke
kantor, workshop, gudang. Hal ini dilakukan untuk memastikan ketersediaan spare part dan kecepatan
respon bila ada panggilan trouble elevator dan untuk memastikan kelengkapan ketersediaan sparepart
elevator.

Lingkup Pekerjaan

1. Sistem harus dari jenis yang sesuai untuk beroperasi didaerah tropis dengan kelembaban tinggi
2. Sistem harus mengikuti standard yang dikeluarkan oleh salah satu dari berikut ini, “ BRITISH
STANDARD INSTITUTION “, Specification for Lifts, Escalators Passengers Conveyors and
Patternosters; BS.2655 AMERICAN NATIONAL STANDARD INSTITUTE, Safety Code for Elevators,
Dumbwaiters, Escalators and Moving Walks; ANSI 17.11.3 Japan Industrial Standards,Atau standard
lain yang dianggap setaraf dan disetujui untuk di pergunakan oleh “DIREKSI PENGAWAS/MK.”
3. Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan escalator harus menawarkan seluruh lingkup
pekerjaan yang di jelaskan baik dalam spesifikasi teknis ini ataupun yang tertera dalam gambar-
gambar perencanaan, dimana bahan-bahan dan peralatan yang digunakan sesuai dengan ketentuan
pada spesifikasi teknis ini.
4. Bila ternyata terdapat perbedaan antara spesifikasi bahan dan atau peralatan yang dipasang
dengan spesifikasi teknis yang di persyaratkan pada pasal ini, merupakan kewajiban Perusahaan Agen
sekaligus aplikator Elevator dan escalator untuk mengganti bahan atau peralatan tersebut sehingga
seesuai dengan ketentuan pada pasal ini tanpa adanya ketentuan tambahan biaya.
5. Penyelesaian segala perijinan kepada badan yang berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku
6. Pengujian dan commissioning terhadap seluruh system oleh pihak dari perwakilan dari Perusahaan
Agen sekaligus aplikator Elevator dan escalator yang melaksanakan pekerjaan tersebut.
7. Lingkup pekerjaan yang bukan menjadi tanggung jawab Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator
dan escalator adalah sebagai berikut :
Pengadaan dan pemasangan struktur sipil shaft elevator secara lengkap sehingga dapat beroperasi
dengan baik sesuai dengan fungsinya.
Pelaksanaan Pengadaan dan pemasangan hoke, separator beam, structure opening, jamb elevator
menjadi tanggung jawab contractor
Perapihan celah-celah antara panel-panel operasi pada dinding beton dan celah-celah antara jamb
maupun transom dengan dinding beton sesuai dengan finishing arsitektur.
Peralatan pendukung lainnya yang diperlukan untuk kesempurnaan kerja sistem, meskipun peralatan
tersebut tidak disebutkan secara jelas atau terinci di dalam Gambar Perencanaan dan Persyaratan
Teknis.
Penagadaan dan pemasangan Panel SDP diruang mesin untuk operasional elevator.
Penagdaan dan penarikan kabel dari MDP ke SDP lift diruang mesin elevator.
Pengadaan dan pemasangan : Power listrik untuk alat kerja selama proses pemasangan elevator, Sub
Panel listrik dekat mesin elevator sebesar 60 ampere / unit elevator, 3 phase, 380 Volt, 50 Hz untuk
operasional elevator, Penambahan daya listrik ke PLN bila daya listrik tidak mencukupi.
Penyediaan gudang utk penyimpanan material elevator serta alat kerja selama proses pemasangan.
8. Hal penting yang harus diperhatikan adalah sistem harus beroperasi tanpa menyebabkan penerusan
suara ke daerah hunian hingga menyebabkan polusi suara di atas ambang batas yang diijinkan.
Sistem juga harus tidak menyebabkan menerusan getaran melalui struktur bangunan yang lebih besar
dari toleransi yang diijinkan.
9. Pilihan merk produk elevator yang digunakan : Mitsubishi, Delta Lift

Persyaratan teknik elevator

1. Faktor keamanan design kereta tidak boleh kurang dari yang di tuliskan bawah ini :
a. Rope Suspenssion : 2 : 1
b. Breaking load : working load = 10 : 1
c. Governor tripping speed maximum/minimum, Stopping distance harus sesuai dengan
ketentuan pada BS. 2655 atau ANSI A17.1. Brake/rem mampu menahan tidak kurang dari
125 % contact load
d. Safety factor of wire rope car = 10
e. Kontraktor harus memberikan surat jaminan dari pabrik pembuat bahwa mesin/sistem
elevator tersebut memenuhi salah satu dari standard tersebut diatas.

2. Persyaratan Operasi
a. Operasi dan Penggunaan Kereta
Elevator dari jenis Passenger Elevator Gearless Traction Machine dengan menggunakan ruang
mesin elevator seperti yang dijelaskan pada gambar dan lampiran yang menyertai dokumen ini.
b. Panel Operasi Kereta (Car Operating Panel)
c. Harus dipasang pada sisi kanan depan dan kiri depan di dalam kereta dengan kelengkapan seperti
berikut ini :
1. Push-button, dengan lampu tanda terdaftar (identification to register call), dan lampu tersebut
akan padam bila kereta sampai pada lantai pendaratan tersebut.
2. Tanda asal gerak dengan tanda panah menyala (illuminated car direction indicator)
3. Tombol penghenti dan alarm bell dipasang rata (recessed alarm bell stop button)
4. Tombol permintaan mempercepat pembukaan dan penutupan pintu (door re-open and close
button)
5. Intercom 2 (dua) arah komunikasi dengan microphone and receiver slave unit’, antara kereta
dengan ruang mesin dan front office / jaga piket.
6. Recessed cabinet dengan kunci khusus di bagian bawah panel operasi berisi peralatan
kontrol sebagai berikut :
 Tombol UP, DOWN dan BY-PASS
 With & Without-Attendant selector switch
 ON/OFF switch untuk penerangan kereta dan kipas ventilasi
 Independent service switch
 Emergency stop dan reset switch.
d. Panel Operasi Hall (Landing Panel) :
1. Dari jenis Illuminated hall-call push button dengan tanda panah arah gerak kereta harus
dipasang pada setiap lantai pendaratan sebagai berikut,
2. Tombol permintaan naik pada lantai dasar.
3. Tombol permintaan naik dan turun pada lantai lainnya.
4. Tombol-tombol tersebut harus dipasang pada ‘recessed box dengan steel face plate’.
5. Penunjuk-arah gerakan kereta, dan arrival gong tanda posisi kereta harus dipasang pada
setiap lantai.
e. Sistem Operasi dan Pengarah
1. Sistem untuk operasi adalah sebagai berikut :
 Pada saat terjadi permintaan kereta pada suatu lantai, permintaan tersebut akan didaftar
(registered call)
 Bila suatu permintaan akan kereta terjadi pada saat kereta, searah dengan permintaan
telah melalui lantai tersebut (permintaan yang terlambat) maka permintaan tersebut
menjadi permintaan yang didaftar.
 Permintaan yang didaftar (registered demand/hall call) dilayani sesuai dengan priority
order yang ditentukan.
 Kereta yang sedang bertugas menjemput panggilan menuju kepada panggilan pertama
yang terdaftar dan kemudian menuju ke lantai panggilan berikutnya untuk panggilan
searah.

2. Kelengkapan operasi seperti pada schedule operasi elevator terlampir dan operasi lainnya
berikut ini :
 Attendand Operation
Dengan sebuah saklar yang ditempatkan pada kotak terkunci di bawah panel operasi
dalam kereta yang akan memberikan kontrol secara penuh kepada petugas untuk
mengoperasikan kereta terhadap panggilan, berangkat, berhenti & arah gerak kereta.
 Auto/hand Operation
 Dengan sebuah saklar ‘AUTO / HAND OPERATION’ yang berada di atap kereta,
kereta dapat dioperasikan secara langsung dengan tombol-tombol berikut dan
seluruh kontrol otomatis akan padam.
 Tekanan jari (continuous pressing) pada tombol ‘UP’ atau ‘DOWN’ pada panel
operasi di atas atap kereta akan membuat kereta bergerak naik atau turun dengan
kecepatan rendah 0.25 m/detik atau lebih lambat, dan kereta akan segera berhenti
bila tombol dilepas.
 Operasi ini digunakan untuk kepentingan perawatan dan pemeriksaan saja.
 Automatic by pass Operation
 Operasi ini harus secara otomatis mengirim mereka kepada permintaan mendarat
dari dalam kereta pada lantai terdekat apabila kereta telah dibebani secara penuh.
 Kereta akan secara otomatis mengabaikan panggilan dari lantai pendaratan bila
kereta telah mendapat pembebanan penuh.
 Overload Protection
 Sebuah peralatan pengaman beban lebih (overload protection device) harus
dipasang pada setiap kereta dan akan secara otomatis tetap menahan pintu landing
dan pintu kereta pada posisi terbuka serta menahan kereta.
 Sistem tersebut akan membunyikan buzzer dan lampu kedip-kedip pertanda
overload bila jumlah penumpang melebihi kapasitas beban yang ditentukan
(predetermined contract load).
 Automatic Emergency Power Operation
Pada kondisi power supply utama mengalami gangguan, kereta harus kembali ke lantai
terdekat dan mengabaikan seluruh panggilan-panggilan pendaratan dan permintaan
kereta, membuka pintu dan mematikan seluruh sistem operasi sampai daya listrik
cadangan masuk kembali.
 Fire emergency return Operation
 Signal adanya kebakaran diambil dari sistem Fire Alarm bangunan.
 Dalam keadaan ini, kereta harus kembali ke lantai utama dan mengabaikan seluruh
panggilan-panggilan pendaratan dan permintaan kereta, membuka pintu dan
mematikan seluruh sistem operasi.
 Dalam keadaan ini akan dapat dioperasikan kembali dengan kunci khusus,
menggunakan sumber daya emergency.
 Firemen’s operation

3. Konstruksi Kereta dan Mesin Pengangkat


a. Ketentuan Umum
1. Harus mengikuti segala ketentuan yang tercantum pada British Standard BS : 2655 dan
suplemennya atau ANSI.A17.1 dan supplemennya atau standard lain yang setaraf dan telah
disetujuinya.
2. Apabila konstruksi sistem pengangkat dan kereta yang ditawarkan tidak mengikuti ketentuan
di atas maka kontraktor harus secara jelas dan dapat menyerahkan tembusan standard yang
diikuti oleh sistem elevator tersebut kepada Direksi Pengawas / MK untuk diperiksa.
3. Tembusan standard tersebut harus dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.
4. Dengan menyerahkan tembusan standard tersebut, tidak berarti bahwa sistem standard
tersebut disetujui dan dapat digunakan pada elevator bangunan ini.
b. Pintu, Dinding dan Lantai
1. Dinding kereta.
 Frame kereta dari konstruksi baja, interior dinding kereta terbuat dari plat stainless
dengan dinding dalam (interior wall panel) seperti yang disyaratkan.
 Kereta harus dilengkapi dengan hal-hal berikut :
 Penerangan darurat dengan battery didalam kereta.
 Ventilasi dengan ceiling fan.
 Pintu darurat di langit-langit.
 Intercom darurat yang dihubungkan ke Ruang Mesin / Operator dan ke Ruang lobby
dengan sumber daya battery
2. Pintu kereta dan pintu masuk
 Jenis Pintu Lift yang dimaksud pada pekerjaan ini adalah single entrance
 Pintu masuk (entrance door) harus dari konstruksi pintu lapis rapat udara dengan
pembukaan sesuai dengan skedul / spesifikasi kereta.
 Operasi pintu harus menggunakan sistem otomatis dengan listrik searah tanpa suara
maupun getaran maupun kejutan pada saat bekerja dan dilengkapi dengan ‘retractable
safety edge’.
 Harus dilengkapi dengan sistem interlock sehingga hal-hal berikut dapat terpenuhi.
 Pintu-pintu kereta dan entrance harus tidak dapat terbuka atau dibuka sebelum
kereta mencapai pemberhentiannya dengan benar.
 Kereta harus tidak dapat berjalan apabila ada pintu kereta maupun pintu landing
yang terbuka pada lantai pemberhentian tersebut maupun pada lantai
pemberhentian lainnya.
 Pintu landing harus tidak dapat dibuka atau dibuka pada saat kereta sedang
bergerak.
 Setiap pintu harus dilengkapi dengan kunci khusus untuk membuka dari sisi masuk.
3. Lantai / dasar kereta
 Rangka kereta harus terbuat dari profil baja / plat baja yang dibentuk dengan las dan
buat, sehingga tidak akan berubah bentuk / rusak pada semua kondisi beban.
 Bila lantai dengan finish dari vinyl, harus menggunakan vinyl dengan tebal yang tidak
kurang dari 6 mm.
4. Sistem Kontrol dan Pengabelan
a. Panel Kontrol
1. Harus dari jenis ‘free standing’ dan merupakan kotak panel yang kokoh, dilengkapi dengan
lubang-lubang ventilasi dan pintu dari jenis pintu berengsel yang dilengkapi kabel
2. Seluruh peralatan harus ditempatkan didalam panel tersebut di atas.
3. Sistem kontrol harus tidak menimbulkan suatu bising dan harus di pasang dengan jarak-jarak
antar peralatan secukupnya agar tidak terjadi loncatan listrik statik.
4. Sistem kontrol harus dilengkapi dengan peralatan yang akan mencegah terjadinya kegagalan
operasi kereta dengan adanya kebocoran arus listrik.
5. Controller
 Harus dilengkapi dengan control system untuk setiap operasi, sistem pengamanan
kereta dan sistem pengatur pintu.
 Kabinet untuk penempatan peralatan kontrol ini harus dengan konstruksi yang tidak
membutuhkan peralatan-peralatan pengatur kondisi lingkungan sehingga dapat secara
bebas ditempatkan di ruang Mesin.
 Sistem harus dari jenis yang memudahkan pekerjaan pemeriksaan/ perbaikan dengan
maksud agar down time seminimal mungkin.
 Sistem harus dari ‘Variable Voltage Variable Frequency Controller’.
b. Pengkabelan
Segala peraturan dan ketentuan dalam pengkabelan harus mengikuti British Standard BS:2566:72
dan suplemennya atau ANSI.A17.1 atau EN 81-1 dan supplemennya atau standard lain yang
setaraf dan telah disetujui dan standard yang belaku di Indonesia.

Spesifikasi elevator
Spesifikasi Passenger Elevator Kap. 1000 KG / 13 orang, 3 Lantai / 3 Stop / 3 Door
1. DRIVE MACHINE / MESIN ELEVATOR :
- Gearles traction Permanen magnet without machine room ( Roomless )
Daya mesin : 6.3 KW, 380 V, 3 Phase, 14A, 24Hz, Torque 535 Nm, Traction ratio 2:1
Speed : 1 m / s
- Power supply : 380 V, 3 Phase, 50 Hz. Lighting : 220 V, 50 HZ
2. MAIN CONTROL ELEVATOR :
- Control drive : VVVF Close Loop
- Control system : CPU / PLC
3. Operational System Elevator : Simplex Full Collective
4. Hoistway / Shaft / Ruang Luncur Elevator
- Dimensi shaft : Lebar (W) 2900 mm X Panjang (D) 2000 mm
- Kedalaman pit ground : 1500 mm
- Tinggi tiap lantai : 1F =4000, 2F= 4000, 3F / Overhead=4200 mm
- Display Penomoran lantai : 1,2,3
5. Posisi bandul penyeimbang : Di belakang sangkar lift
6. Elevator car Size and decoration
- Inside Car Size(W*D*H)(mm) :1600*1400*2300
- Car Side Walls Finishing : Hairline stainless steel
- Car Rear Walls Finishing : Hairline stainless steel
- Car Front Walls Finishing : Hairline stainless steel
- Car Door opening: : Automatic Center Opening 800 x 2100 mm
- Car Door finishing: :Hairline stainless steel
- Handrail : Stainless steel plate
- Flooring : Granite tile
- Ceiling & Lighting : Hairline stainless finish with lamp led
- C O P : Soft push button, Hairline Stainless steel panel COP with dot matrix display
- Ventilation : 1 nos. of Noiseless Electric blower with side vents
- Car sill : Extruded hard aluminum
- Safety device : Gradual Type
- Pit Buffers : spring type
7. Desain pintu luar / entrance design
- Opening pintu luar : Automatic Center Opening Lebar 900 mm X Tinggi 2100 mm
- Bahan pintu luar : Hairline stainless steel
- H O P : Soft push button, Hairline Stainless steel panel with dot matrix on all floors
- Jamb type : Narrow jamb, Hairline stainless steel
- Elevator Brand option Use : Mitsubishi, Delta Lift
8. Standard function :
- VVVF drive
- VVVF door operator
- Automatic pass without stop
- Automatically adjust door opening time
- Reopen with hall call
- Express door closing
- Car stops and door opens
- Car arrival gong
- Command register cancel
- Infrared ray curtain
- Emergency car lighting
- Inching running
- Designated stop
- Overload holding stop
- Anti-stall timer protection
- Start protection control
- Inspection operation
- Fault self-diagnosis
- Repeated door opening & closing
- Ascending car over speed protection
- Ascending car over speed protection
- Descending car over speed protection
- Five way intercom
- Alarm bell
- Fire emergency return
- car ventilation, light automatic shut off
- Remote shut off
- Electro magnetic brake
- Full high multi beam door protection
- Car call cancel
- Hydarulic buffer
- Air Sterilizer in elevator cabin

Testing dan Commissioning elevator

1. Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan eskalator harus menyerahkan laporan pengujian
fungsi peralatan elevator kepada Pengawas.
2. Pekerjaan akan dinyatakan selesai bila seluruh pengujian berhasil baik dan dapat diterima oleh
Konsultan Pengawas dan Pemilik.
3. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat berfungsi baik dan telah
sesuai dengan persyaratan teknis yang dimana, maka Kontraktor diwajibkan menguji seluruh
pekerjaannya dengan standrad uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam peraturan / Spesifikasi
Peralatan.
4. Pengujian ini dilaksanakan dibawah Pengawasan Direksi / Pengawas Lapangan yang ditunjuk Jadwal
Pelaksanan Pengujian dapat diatur seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama.
5. Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan escalator harus menyerahkan kepada Konsultan
Pengawas dalam rangkap 3 ( tiga ) mengenai hal – hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan secara visual terhadap kelengkapan peralatan, apabila terjadi kerusakan fisik atau
tidak berfungsinya sistem harus diperbaiki oleh pemborong sampai berfungsi sebagai mana
mestinya. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggunan Perusahaan Agen sekaligus aplikator
Elevator dan escalator dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah atau biaya tambah.
b. Pemeriksaan kekuatan mekanis, seluruh Sistem harus diperiksa, diteliti dan diuji dengan baik
sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus menyertakan Konsultan Pengawas dan bila perlu
dengan petugas dari Instansi terkait yang berwenang.
c. Pengujian pembebanan kereta
d. Pengujian kecepatan kereta
e. Pengujian operasi kereta
6. Pengujian lainnya sesuai dengan persyaratan pada standard yang diikuti dan persyaratan instansi yang
berwenang setempat (Authority Having Jurisdiction).

Pilihan merk produk yang digunakan :


a. Pilihan Merk elevator yang digunakan : Mitsubishi, Delta Lift
b. Bahan dan peralatan harus memenuhi spesifikasi, ttidak diperbolehkan untuk mengajukan merk
elevator lain selain merk elevator yang sudah tercantum di Rencana dan Syarat – syarat Kerja (RKS)
kecuali Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan escalator yang merknya dicantumkan
didalam RKS ini tidak berserdia atau tidak sanggup melaksakana pekerjaan elevator tersebut.

Pendidikan Calon Operator Elevator


a. Proses pengamanan keselamatan.
b. Pengelolaan masing-masing tiap alat-alat sistem elevator.
c. Prosedur pemeliharaan secara rutin.
d. Calon operator yang harus dididik sebanyak 3 (tiga) orang.

Pemeliharaan, Pelayanan Dan Garansi setelah Berita Acara Serah terima pekerjaan elevator
a. Jaminan pemeliharaan dan perbaikan kembali jika terjadi kerusakan selama 6 bulan terhitung
sejak tanggal penyerahan selesai pekerjaan.
b. Pemeliharaan dan pemeriksaan rutin tidak kurang dari tiap 2 (dua) bulan sekali, oleh orang yang
berkompeten dengan pembetulan-pembetulan, penyetelan-penyetelan, pembersihan –
pembersihan semua alat-alat elevator yang dipandang perlu
c. Jaminan pelayanan free panggilan darurat selama periode 6 bulan terhitung sejak tanggal
penyerahan selesai pekerjaan.
d. Garansi spare part selama 12 ( dua belas ) bulan terhitung sejak tanggal penyerahan selesai
pekerjaan.
e. Selama masa jaminan pemeliharaan, Perusahaan Agen sekaligus aplikator Elevator dan eskalator
harus memperbaiki dan mengganti semua kerusakan yang terjadi atas biaya sendiri untuk instalasi
dan material yang rusak . Garansi tidak berlaku apabila kerusakan disebabkan karena kesalahan
pemakai dan kondisi gedung yang tidak aman seperti kena petir, kebocoran air, tampias air hujan,
spare part hilang dicuri atau disabotase.

II.12. PEKERJAAN U-DITCH DAN II.12.1, Pekerjaan Pasang/penataan kembali kanstin beton pracetak
PERBAIKAN AKSES SERTA dan saluran U-Ditch dilaksanakan dengan penempatan, dimensi
LOKASI PROYEK dan material sesuai gambar perencanaan.

.
II.13. PENYELENGGARAAN SMK3 II.13.1. Penyiapan RK3K  kontraktor wajib mengidentifikasi jenis
KONSTRUKSI bahaya dan resiko K3 beserta pengendalian bahaya dan rejiko
K3 sehingga bisa dibuat manual prosedur kerja, instruksi kerja
dan ijin-ijin kerja, termasuk Kartu Identitas Pekerja (KIP)

II.13.2. Sosialisasi Promosi K3  Kontraktor wajib memberikan


sosialisasi promosi K3 berupa induksi K3 kepada pekerja baru,
pengarahan K3 setiap akan memulai pekerjaan, pelatihan K3,
simulasi K3 dengan dilengkapi alat peraga, spanduk, poster dan
papan infomasi K3
II.13.3. Alat Pelindung Kerja  kontraktor wajib menyiapkan alat
pelindung kerja di area pekerjaan berupa jarring pengaman, tali
keselamatan, penahan jatuh, pagar pengaman dan pembatas
area pekerjaan.
II.13.4. Alat Pelindung Diri  kontraktor wajib meyediakan dan makai
alat pelindung diri pada seluruh pekerja dan orang-orang yang
berkepentingan memasuki area pekerjaan berupa : topi
pelindung, pelindung mata, tameng muka, masker, sarung
tangan, sepatu keselamatan, full body harmes dan rompi
keselamatan.
II.13.5. Asuransi dan Perijinan  kontraktor wajib mengikutsertakan
seluruh pekerja asuransi BPJS ketenagakerjaan dan kseshatan
kerja dan mengurus surat perijinan kelaikan peralatan yang
digunakan, serta perijinan untuk operator alat, serta ijin iji n
pengesahan panitia Pembina keselamatan dan kesehatan
kerja.
II.13.6. Personil K3  dalam pelaksanaan rencana, prosedur dan
pelaksanaan K3 dalam pekerjaan, kontraktor wajib
mengadakan personil K3 yang terdiri dari Ahli K3 bersetifikasi,
petugas K3, petugas tanggap darurat, petugas P3k, dan asisten
petugas K3
II.13.7. Fasilitas dan Sarana Kesehatan  kontraktor wajib
menyediakan fasilitas dan sarana kesehatan berupa peralatan
P3K berupa kotak P3K, tandu, tabung oksigen, obat luka,
perban dan lain-lain)
II.13.8. Rambu-rambu  sebagai penunjang pelaksanaan SMK3
kontraktor wajib membuat dan memasang rambu-rambu yang
terdiri dari rambu petunjuk, larangan, peringatan, kewajiban,
informasi dan rambu pekerjaan sementara
II.13.9. Lain-lain Terkait Pengendalian Resiko K3  kontraktor wajib
menyediakan alat pemadam kebakaran ringan (APAR), Sirine,
bendera K3, lampu darurat serta membuat dan meyusun
program inspeksi dan audit internal serta pelaporan dan
penyelidikan insiden K3 yang terjadi selama masa pelaksanaan
konstruksi

II.14. PEKERJAAN TAMBAH DAYA II.14.1. Tambah Daya Listrik PLN


LISTRIK PLN a. Proses tambah daya listrik PLN dilaksanakan oleh
kontraktor pelaksana dengan memenuhi Syarat administrasi
yaitu :
- Kartu identitas pemilik/pengguna gedung yang masih
berlaku
- Gambar denah/peta lokasi bangunan (memudahkan
proses survey PLN)
- Surat kuasa apabila pengajuan permohonan tidak
dilakukan oleh pemilik/pengguna gedung (diwakilkan)
- Pembayaran biaya penyambungan dengan daya 6600
watt
b. Setelah proses permohonan disetujui dan pembayaran,
maka pelaksanaan dilaksanakan oleh pihak PLN sesuai
standar baik teknis dan non teknis serta peraturan yang
berlaku.
II.15. PEKERJAAN AKHIR II.15.1. Setelah proyek selesai Penyedia Barang/ Jasa diwajibkan
membersihkan kembali lokasi proyek dari sisa-sisa material
yang tidak terpakai, agak lokasi proyek tampak bersih dan
indah Setelah dilaksanakan serah terima pekerjaan gedung
siap dan dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh User
III. PENUTUP

Apabila dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini untuk uraian bahan-bahan, pekerjaan-pekerjaan, yang
tidak disebut perkata atau kalimat “diselenggarakan oleh Kontraktor” maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan.

Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk dalam pekerjaan ini, tetapi
tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS ini, haruslah diselelnggarakan oleh Kontraktor dan
diterima sebagai “hal” yang disebutkan.

Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini akan ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK), bilamana perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini.

Anda mungkin juga menyukai