Anda di halaman 1dari 8

Transportasi 

ANALISIS PEMILIHAN TIPE INTERCHANGE JALAN TOL KUTA  –  TANAH LOT  – 
SOKA
(044T)

Putu Kwintaryana Winaya

 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas


Universitas Udayana
 Email : kwintaryana@yahoo.com

ABSTRAK
Sektor perhubungan, khususnya darat merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
pembangunan, mengingat sektor ini akan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan jumlah
penduduk, kebutuhan perjalanan dan aktivitas masyarakat yang menyebabkan meningkatnya arus
lalu lintas sehingga kebutuhan akan jalan raya sebagai sarana perhubungan darat akan semakin
meningkat. Dalam
Dalam perkembangannya jalan yang merupakan sarana sarana perhubungan tidak lagi mampu
berfungsi karena arus lalu lintas yang makin padat sehingga terjadi berbagai permasalahan seperti
terjadi kemacetan, biaya perjalanan mahal, waktu tempuh yang lama serta kenyamanan lalu lintas
yang tidak terjamin.
terjamin. Dari permasalahan ini, dapat ditempuh beberapa pemecahannya,
pemecahannya, misalnya
adanya pelebaran jalan, pembukaan jalan baru. Untuk pembukaan jalan baru dapat dipilih alternatif 
alternatif 
 jalan bebas hambatan. Persimpangan tak sebidang (interchange) yang dimaksudkan adalah suatu
sistem penghubung jalan raya yang diperbantukan dengan satu atau lebih pemisah bidang untuk 
melayani pergerakan lalu lintas antara dua atau lebih jalan raya atau jalan bebas hambatan pada level
yang berbeda. Setiap persimpangan mencakup pergerakan lalu lintas menerus dan lalu lintas yang
saling memotong pada satu atau lebih kaki persimpangan dan mencakup juga pergerakan
perputaran. Sehubungan dengan pola pergerakan yang bervariasi pada persimpangan tak sebidang,
maka perlu dilalukan analisis yang mendetail dalam perencanaan geometrik pada simpang jalan
Soka –  Tanah Lot –  Kuta, beserta menganalisis alternatif pengaturan persimpangan sehingga
nantinya didapatkan perencanaan dan pengaturan yang efektif dan efisien serta memberikan tingkat
pelayanan simpang tak sebidang yang memadai.Masalah
memadai.Masalah yang sering timbul dalam merencanakan
merencanakan
Jalan Tol adalah pembebasan lahan.
lahan. Untuk mengurangi penggunaan lahan, maka salah salah satu usaha
adalah dengan memilih tipe simpang tak sebidang ( Interchange) dengan tepat tanpa mengurangi
kenyamanan
kenyamanan dan keamanan
keamanan pemak
pemakai
ai jalan.
jalan. Tujuan dari penelitian
penelitian ini adalah
adalah untuk merancang
merancang
geometrik simpang tak sebidang dan mendapatkan alternatif terbaik di dalam pemilihan desain
Soka  –  Tanah Lot – 
persimpangan tak sebidang pada jalan bebas hambatan Soka –  Lot –  Kuta yaitu penggunaan
lahan seminimal mungkin. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik 
beberapa kesimpulan
kesimpulan : Alternatif terbaik dalam pemilihan
pemilihan tipe simpang tak sebidang
sebidang pada simpang
susun Seseh dengan pertimbangan luas lahan yang minimum adalah tipe Trumpet dengan luas lahan
2
yang diperlukan adalah 80.931 m .Berdasarkan prediksi pertumbuhan lalu lintas dengan tingkat
pertumbuhan
pertumbuhan sedang
sedang diperkira
diperkirakan
kan pada tahun
tahun 2041
2041 Ruas Tol Seseh
Seseh - Buduk akan
akan mempunyai
mempunyai
derajat kejenuhan lebih dari 0,6 atau tingkat pelayanan jalan C sehingga diperlukan penambahan
lajur. Berdasarkan
Berdasarkan prediksi pertumbuhan
pertumbuhan lalu lintas dengan tingkat pertumbuhan
pertumbuhan sedang
diperkiraka
diperkirakann sampai
sampai akhir
akhir tahun
tahun rencana Nyanyi –  Seseh dan ruas tol Seseh – 
rencana (2042) Ruas Tol Nyanyi
Batubelig belum melewati kapasitasnya dengan derajat kejenuhan kurang dari 0,6 sehingga belum
perlu dilakukan penambahan lajur. Berdasarkan prediksi pertumbuhan lalu lintas dengan tingkat
pertumbuhan
pertumbuhan sedang
sedang diperkirak
diperkirakan
an sampai
sampai akhir
akhir tahun
tahun rencana
rencana (2042)
(2042) Ramp
Ramp ke semua
semua arah
arah belum
melewati kapasitasnya dengan derajat kejenuhan kurang dari 0,6 sehingga belum perlu dilakukan
penambahan lajur.

Kata Kunci : Interchange, Jalan Tol

1. PEND
PENDAH
AHUL
ULUA
UAN
N
Transportasi merupakan urat nadi kehidupan, dan mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan
penunjang pembangunan. Transportasi sebagai suatu sistem, terdiri atas sarana dan prasarana yang didukung oleh
tata laksana dan sumberdaya manusia membentuk jaringan prasarana dan jaringan pelayanan. Banyak elemen yang
terkait dalam sistem transportasi baik sarana, prasarana, maupun pergerakan, antara lain: kelaikan, sertifikasi,
perambuan, kenavigasian, sumberdaya manusia, geografi, dan demografi.

Konferensi
Konferensi Nasional Teknik Sipil
Sipil 7 (KoNTekS
(KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS)
(UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 T-19
Transportasi 

Sektor perhubungan, khususnya darat merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
pembangunan, mengingat sektor ini akan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk,
kebutuhan perjalanan dan aktifitas masyarakat yang menyebabkan meningkatnya arus lal u lintas sehingga kebutuhan
akan jalan raya sebagai sarana perhubungan darat akan semakin meningkat. Dalam perkembangannya jalan yang
merupakan sarana perhubungan tidak mampu berfungsi karena arus lalu lintas yang makin padat sehingga terjadi
berbagai permasalahan seperti terjadi kemacetan, biaya perjalanan mahal, waktu tempuh yang lama serta
kenyamanan lalu lintas tidak terjamin.
Dari permasalahan ini, dapat ditempuh beberapa alternatif pemecahannya, misalnya dengan pelebaran
 jalan, penambahan lapisan perkerasan jalan (overlay) atau pembukaan jalan baru. Untuk pembukaan jalan baru dapat
dipilih alternatif jalan bebas ha mbatan.
Jalan bebas hambatan ( free way) adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan
pelayanan menerus / tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan
sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan (PP No.15/2005). Jalan bebas hambatan tentunya
memerlukan biaya yang tidak murah dan umumnya berstandar tinggi. Untuk jalan  –  jalan yang berkualitas tinggi
pemerintah menempuh kebijaksanaan untuk tidak menyediakan dana pembangunan dan pemeliharaan jalan tersebut
dengan pertimbangan masih banyak daerah yang memerlukan dana untuk pembuatan jalan baru atau meningkatkan
 jalan yang sudah ada. Jalan keluar yang dianggap dapat mengatasi dilema tersebut adalah pembuatan jalan tol
dengan menerapkan persimpangan tak sebidang dibeberapa persimpangan tol. Dengan pembuatan jalan tol secara
tidak langsung pemakai jalan akan membiayai pembangunan dan pemeliharaan jalan itu sendiri, dapat dikatakan
bahwa sistem tol di Indonesia didasarkan pada pertimbangan keadilan dan pemerataan penggunaan dana
pembangunan, disamping pertimbangan ekonomi.
Masalah yang sering timbul dalam merencanakan Jalan Tol adalah pembebasan lahan. Untuk mengurangi
penggunaan lahan yang digunakan, maka salah satunya adalah dengan pemilihan tipe simpang tak sebidang
(Interchange) dengan tepat tanpa mengurangi kenyamanan dan keamanan pemakai jalan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang geometrik simpang tak sebidang dan mendapatkan
alternatif terbaik di dalam pemilihan desain persimpangan tak sebidang pada jalan bebas hambatan Soka  –  Tanah
Lot – Kuta dengan penggunaan lahan seminimal mungkin.

2. KAJIAN PUSTAKA
Karakteristik Tipe Simpang Tidak Sebidang
Terdapat beberapa karakteristik kunci keenam tipe utama simpang tidak sebidang. Garber & Fontaine,
(Virginia Transportation Reasearch Council, 1999), telah membahas karakteristik kapasitas relatif, ROW, dan biaya
terhadap tipe simpang tidak sebidang diamond , SPUI,  partial cloverleaf, full cloverleaf , trumphet dan directional,
seperti ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan Karakteristik Persimpangan Tak Sebidang
Tipe Simpang Keperluan Kapasitas Biaya Keterangan
Right of Way
Diamond Rendah Rendah Rendah Simpang paling sederhana
SPUI Rendah Sedang Rendah –  Didesain untuk kota, masalah-
Sedang masalah akomodasi pejalan kaki
Partial Sedang Sedang Sedang Loop harus diatur untuk melayani
Cloverleaf  pergerakan belok kanan terbesar
Full Cloverleaf Tinggi Sedang Tinggi Area jalinan aman dan kapasitas
harus cukup

Trumphet Sedang – Tinggi Sedang Sedang –  Digunakan pada simpang dengan


Tinggi tiga kaki
Directional Sangat Tinggi Tinggi Sangat Simpang dianjurkan untuk 
Tinggi menghubungkan sesama jalan
bebas hambatan
Sumber : Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, 2004
Masih dari sumber yang sama, pada Tabel 2 ditampilkan perbandingan sistem pada simpang tidak sebidang antara
tipe  full cloverleaf, directional/semi directional dan  fully directional. Sedangkan Tabel 3 adalah perbandingan
tingkat pelayanan pada simpang tidak sebidang. Keputusan tipe mana yang akan digunakan harus berdasarkan
karakteristik fisik dan kondisi lalu lintas lokasinya.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


T-20 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Transportasi 

3. METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah ata sekunder yang diperoleh dari publikasi atau laporan instansi terkait. Data
sekunder merupakan data yang bersumber dari berbagai publikasi Instansi Pemeri tah, Lembaga Penelitian,
Konsultan, Publikasi ilmiah serta laporan-laporan hasil studi terkait yang telah dilakukan sebelumnya. Data
sekunder  yang akan digunakan adalah data prediksi LHR tahun 2016 dimana jalan tol Soka –  Tanah Lot –  Kuta
direncanakan akan dibuka.
Rancangan Penelitian
Sesuai tujuan yang hendak icapai, maka konsep rancangan penelitian secara s kematis ditunjukkan pada
Gambar 1.

Gambar 1 Skema Rancangan Penelitian

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (K NTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta,  24-26 Oktober 2013 T-21
Transportasi 

Konferensi Nasional T knik Sipil 7 (KoNTekS 7)


T-22 Universitas Sebelas Maret (UNS) - urakarta, 24-26 Oktober 2013
Transportasi 

Gambar 2 Skema Pemilihan Tipe Simpang Tidak Sebidang

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (K NTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta,  24-26 Oktober 2013 T-23
Transportasi 

Menentukan LHRT
LHRT ditentukan berdasarkan LHR tahun 2008 yang dijadikan sebagai tahun dasar perencanaan. Dari hasil
survei tersebut data LHRT untuk 30 (tiga puluh) tahun mendatang dapat diprediksi dengan faktor pertumbuhan lalu
lintas per tahun yang didapat berdasarkan data LHR 2008-2010.
Untuk memprediksi volume lalu lintas yang akan melalui ruas jalan Kuta-Tanah Lot-Soka sampai dengan
umur proyek (30 tahun) dilaksanakan berdasarkan 3 (tiga) hal, yakni:
 Faktor pertumbuhan lalu lintas Normal (Normal Growth)
 Faktor pertumbuhan lalu lintas Bangkitan (Generated Growth)
 Volume Lalu lintas Alihan dan Faktor Pertumbuhannya (Diverted Growth)
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lalu lintas diantaranya adalah pertumbuhan LHR,
pertumbuhan kepemilikan kendaraan, dan pertumbuhan ekonomi. Namun keberadaan data historis yang dapat
dipertanggungjawabkan merupakan kendala dalam melakukan prediksi. Untuk itu, prediksi pertumbuhan lalu lintas
didasarkan atas keberadaan data historis baik dari data statistik maupun dari data hasil survai yang telah dilakukan
sebelumnya.
Tabel 2 Rekapitulasi Perkiraan Tingkat Pertumbuhan Lalu Lintas
Tingkat
No Variabel  pertumbuhan “i” Kategori
% per tahun
1. Pertumbuhan LHR 5,51 Sedang (Medium)
2. Pertumbuhan Ekonomi 3,69 Rendah (Low)
Pertumbuhan Jumlah Kendaraan
3. 10.64 Tinggi (High)
Bermotor
 Departemen Pekerjaan Umum Prop. Bali, 2008 

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Prediksi Arus Menerus dan Belok Simpang
Untuk memprediksi besarnya arus menerus maupun berbelok pada tiap-tiap kaki simpang dipergunakan data matrik 
O – D, persentase pengalihan ke jalan tol dan LHRT dalam Pra Studi Kelayakan Jalan Tol. Untuk mengetahui arus
pada masing-masing ruas di tahun-tahun mendatang diprediksi selama 30 tahun dari tahun 2016 rencana jalan tol
dibuka sampai tahun 2046. Kapasitas ruas tol adalah 9200 smp/jam/2arah.

 Departemen Pekerjaan Umum Prop. Bali, 2008 


Gambar 3 Skema ruas tol dan prediksi pergerakan belok pada simpang susun Seseh pada tahun 2006

Prediksi Arus Ruas Jalan Tol Nyanyi  –  Seseh


Lalu lintas harian rata-rata ruas jalan tol Nyanyi – Seseh pada tahun 2008 adalah 7868 smp/hari/2 arah seperti pada
Gambar 3 diatas. Berdasarkan tingkat pertumbuhan lalu lintas sedang (5,51% per tahun) diperkirakan sampai akhir
tahun perencanaan, volume lalu lintas jalan tol masih berada dibawah kapasitasnya dengan derajat kejenuhan
kurang dari 0,6 sehingga belum perlu menambah jumlah lajur.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


T-24 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Transportasi 

Pemilihan Tipe Simpang Tidak Sebidang


Untuk pemilihan tipe simpang mengacu pada Gambar 2 Skema Pemilihan Tipe Simpang Tidak Sebidang
dimana untuk jalan dengan simpang tiga kaki dapat dipilih dua tipe yaitu tipe Trumpet dan tipe Semi Directional.
Sedangkan Persimpangan Tak Sebidang dianjurkan untuk mempergunakan simpang tipe Directional untuk simpang
tidak sebidang yang menghubungkan sesama jalan bebas hambatan.
Dari pertimbangan-pertimbangan diatas maka pemilihan tipe simpang tidak sebidang untuk simpang susun
Seseh dipilih alternatif simpang tipe Trumpet dan simpang tipe Directional.
Luas Lahan Simpang Tidak Sebidang
Kebutuhan lahan untuk pembangunan simpang tak sebidang ini dapat diketahui dari luas area yang ditandai sesuai
dengan jarak ruang milik jalan pada gambar desain simpang berikut:

Gambar 4 Luas area simpang tipe Trumphet minimum Gambar 5 Luas area simpang tipe
Directional minimum

Gambar 6 Luas area simpang tipe Trumphet ideal Gambar 7 Luas area simpang tipe Directional ideal

Rekapitulasi Parameter Perancangan Geometrik Simpang


Dalam merancang Simpang Susun Seseh terdapat beberapa parameter desain geometrik yang dapat dipilih
untuk mendapatkan luas lahan simpang yang berbeda-beda. Beberapa parameter perancangan geometrik simpang
tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 T-25
Transportasi 

Tabel 3 Parameter Perancangan Geometrik 


Tipe Tipe Luas Parameter Perancangan Geometrik Luas
Simpang V tol V ramp e R Rumija Lahan
2
(km/jam) (km/jam) (%) (m) (m) (m )
Trumpet Minimum 80 40 10 50 50 80.931
Ideal 80 40 6 145 50 218.836
Directional Minimum 80 80 10 280 50 171.123
Ideal 80 80 6 495 50 315.217

5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dalam
perancangan geometrik simpang tak sebidang Simpang Susun Seseh sebagai berikut:
 Alternatif terbaik dalam pemilihan tipe simpang tak sebidang pada simpang susun Seseh dengan pertimbangan
2
luas lahan yang minimum adalah tipe Trumphet dengan luas lahan yang diperlukan adalah 80.931 m .
 Berdasarkan prediksi pertumbuhan lalu lintas dengan tingkat pertumbuhan sedang diperkirakan pada tahun 2045

Ruas Tol Seseh - Buduk akan mempunyai derajat kejenuhan lebih dari 0,6 atau tingkat pelayanan jalan C
sehingga diperlukan penambahan lajur.
 Berdasarkan prediksi pertumbuhan lalu lintas dengan tingkat pertumbuhan sedang diperkirakan sampai akhir
tahun rencana (2046) Ruas Tol Nyanyi –  Seseh dan ruas tol Seseh –  Batubelig belum melewati kapasitasnya
dengan derajat kejenuhan kurang dari 0,6 sehingga belum perlu dilakukan penambahan lajur.
 Berdasarkan prediksi pertumbuhan lalu lintas dengan tingkat pertumbuhan sedang diperkirakan sampai akhir
tahun rencana (2046) Ramp ke semua arah belum melewati kapasitasnya dengan derajat kejenuhan kurang dari
0,6 sehingga belum perlu dilakukan p enambahan lajur.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pekerjaan Umum, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Direktorat Jendral Bina Marga,
Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Prop. Bali dan Universitas Udayana, 2006, Pra Studi Kelayakan Jalan Tol Tohpati -
Kusamba, Beringkit – Batuan – Purnama, Soka – Kuta, Denpasar.
Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah, 2004, P edoman Perencanaan Persimpangan Jalan Tidak Sebidang, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1992, Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 2004, Undang-undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Pustaka Widyatama,
Yogyakarta..
McShane W. R., Roess R. P., 1990, Traffic Engineering, Prentice Hall Inc, New Jersey.
Oglesby C. H., Hicks R. G., 1990, Teknik Jalan Raya, Terjemahan, Erlangga, Jakarta.
Pem. Prop. Bali, Badan Pusat Statistik (2004), Data Bali Membangun 2004
Presiden Republik Indonesia, 2005, Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol, Jakarta
Saodang H., 2004, Konstruksi Jalan Raya, Nova, Bandung.
Sukirman S., 1999, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Nova, Bandung.
Tamin, O.Z., 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB, Bandung.
Warpani S., 1993, Rekayasa Lalu Lintas, Bharata, Jakarta.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


T-26 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai