Gempa berkekuatan 6,1 SR di Lebak, Banten, terjadi akibat subduksi (menyusupnya) lempeng
Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia. Sejarah panjang gesekan kedua lempeng ini sudah
cukup panjang dan tak sekadar menghasilkan gempa bumi.
Tsunami besar pernah terjadi pada abad ke-17 dan ke-18. Selat Sunda sempat mengalami
tsunami dahsyat akibat adanya guncangan gempa bumi dari perut Gunung Krakatau. Dalam
kurun waktu setahun, katanya, ada lebih dari 2.000 kali gempa di bawah 5,0 SR di wilayah Selat
Sunda.
“Tsunami 1800-an itu sudah lama, saat ini kan dua ratus tahun periodenya. Beda dengan gempa
yang di bawah lima itu banyak sekali. Jadi setahun itu 360 (gempa di atas 5,0 SR). Kalau
pengrusak itu ada 2.000 kali dalam setahun, jadi ada yang di atas lima dan di bawah lima,”
jelasnya.
Namun gesekan lempeng atau gempa yang kerap terjadi di sekitar pertemuan lempeng tak bisa
langsung menciptakan tsunami. Gelombang raksasa hanya terjadi jika ada gempa besar yang
menghentak air laut di kedalaman dangkal, seperti yang terjadi di Aceh.
Sumber : http://m.metrotvnews.com/news/daerah/0k8L3qWk-jejak-gempa-di-selat-sunda