PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatk
an kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas Berkat dan
Bimbingan-Nya, sehingga Pa
nduan Time Out dapat diseles
aikan dan diterbitkan.
Panduan Time Out ini dibuat
agar dapat digunakan dalam
menjalankan kegiatan
pelayanan bagi petugas yang
ada di Unit Kamar Bedah sehi
ngga pelayanan yang
diberikan kepada pasien dapat
dipertanggungjawabkan secar
a profesional.
Untuk
peningk
mutu
pelayan
diperlukan
kebijaka
atan an pengembang
n,
an
pedoman, panduan dan prose
dur. Untuk itu kami sangat m
embutuhkan masukan,
kritik dan saran yang mem
bangun dari para pembaca
untuk pengembangan
pedoman ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA
R .............................
.................................
.................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. Error! Bookma
... i
Bookm
DAFTAR ISI ............
.................................. Bookm
..................................
.................................
ii
A.DEFINISI ............
.............................
.............................
.............................
...... Error!
B.
TUJUAN .............
.............................
.............................
.............................
...... Error!
BAB II RUANG LIN
GKUP ......................
.................................
.................................
2
BAB III TATA LAKS
ANA ........................
.................................
................................
3
A.
TATA LAKSAN
A SIGN IN ..........
.............................
.............................
....... 3
B.
TATA LAKSAN
A TIME OUT .....
.............................
.............................
........ 4
C.
TATA LAKSAN
A SIGN OUT ......
.............................
.............................
.......
7
BAB IVDOKUMENT
ASI ..........................
.................................
................................
8
FORM SURGICAL
SAFETY CHECKLI
ST ...........................
.................................
8
ii
BAB I
DEFINISI
A. DEFINI
SI
Keselamatan
pembedahan,
adalah suatu
program yang
dilakukan Ti
m Bedah
terhadap pasi
en yang akan
dioperasi, unt
uk meningkat
kan keselama
tan pasien
selama prose
dur pembeda
han, mencega
hterjadinya k
esalahan loka
si operasi
dan gi
pros
opermeng
kom
edur
asi,uran
plika
pembedahan.
B. TUJUAN
1. Tujuan U
mum
Tujuan utama
program ini a
dalah mencip
takan perilak
u tim pembed
ahan
dan lingkung
an pembedah
an yamg ama
n bagi pasien.
Sehingga terc
ipta
pembedahan
yang aman,
anesthesi ya
ng aman, pe
rawatan yan
g aman
hingga terwuj
ud keselamat
an pasien yan
g maksimal.
2. Tujuan K
husus
a.
Mencegah te
rjadinya me
dical error di
kamar opera
si yang meli
puti :
1) salah pros
edur
2) salah pasi
en
3) salah loka
si insisi
4) salah pem
berian obat
5) menguran
gi risiko cider
a pasien akib
at luka tekan,
hipotermi, lu
ka
bakar
6) risiko terj
adi infeksi ka
rena luka ope
rasi
b. Mencegah
kegagalan tin
dakan yang te
lah direncana
kan
3.
Menciptak
an komuni
kasi yang e
fektif pada
tim bedah
4. Mendoron
g perilaku se
bagai teamw
ork
5. Berdisipli
n dalam tim
1
BAB II
RUANG LIN
GKUP
Pelaksanaan p
rosedur kesel
amatan bedah
, dilakukan ol
eh Team Wor
k di Kamar O
perasi
yang terdiri d
ari :
1. Ahli Beda
h,
2. Ahli Anest
hesi,
3. Perawat A
nesthesi,
4. Perawat In
strumentaris,
5. Perawat A
sisten,
6. Perawat Si
rkuler
2
BAB III
TATALAKS
ANA
Pemeriksaan p
asien di Kamar
Operasi menur
ut Keselamata
n Pembedahan
(Surgical
Safety) dilakuk
an dalam tiga t
ahap, yaitu :
A. TATA LA
KSANA SIG
N IN
Sign In merup
akan tahap pe
rtama saat pa
sien tiba di R
uang terima
Kamar
Operasi. Sebel
um dilakukan i
nduksi anestesi
tim bedah haru
s hadir, tetapi
bila tidak
memungkinka
n, minimal ada
kehadiran ahli
anestesi dan pe
rawat untuk m
elakukan
beberapa peme
riksaan terhada
p kondisi pasie
n dan sarana p
endukung pe
mbedahan.
Pada tahap ini
yang dilakuka
n pengecekan
adalah :
1. Identitas pa
sien
Tim bedah me
minta kepada
pasien dan ata
u keluarganya
menyatakan se
cara
lisan nama len
gkap pasien, ta
nggal lahir/ ala
mat, dan meny
atakan tindaka
n apa
yang akan dila
kukan pada ba
gian tubuhnya.
2. Persetujuan
operasi/ Inform
ed consent
Tim bedah m
enanyakan ten
tang persetuju
an serta apak
ah informasi
yang
diberikan pasi
en dan keluar
ga sesuai den
gan data yan
g ada dalam
catatan
Rekam Medis
dan gelang ide
ntitas pasien.
Apabila pasien
dalam keadaan
Gawat
darurat, atau m
erupakan pasie
n anak-anak at
au pasien yang
tidak mampu u
ntuk
berkomunikasi
dengan baik,
maka pernyat
aan bisa diwa
kilkan oleh ora
ng tua,
atau wali pasie
n / keluarga.
3. Lokasi Ope
rasi/ Penandaa
n Daerah Oper
asi
Pemberian tan
da lokasi pemb
edahan diberik
an oleh ahli be
dah yang mela
kukan
operasi. Penan
daan dilakukan
teritama dalam
kasus yang me
libatkan perbe
daan
kanan atau kiri
, struktur atau t
ingkat, misaln
ya jari tertentu,
kaki, ruas tula
ng
belakang. Pena
ndaan dilakuka
n dengan men
ggunakan tinta
permanen yan
g bisa
dilihat pada sa
at dilakukan de
sinfeksi pada a
rea operasi. Pe
nandaan dilaku
kan
dengan mengg
unakan inisial
nama dokter.
4. Pemeriksaa
n Kelengkapan
Anestesi
Pengecekkan k
elengkapan an
estesi disini m
eliputi, keama
nan obat anest
esi yang
akan diberikan
pada pasien, te
rsedianya obat
- obat anestesi,
peralatan anest
esi
yang berfungsi
dengan baik,
peralatan bant
uan pernafasan
berfungsi den
gan
baik ,tersedia gas –gas anestesi yaitu Oksigen dan N2O, agen inhalasi, suction,
tersedianya alat dan obat emergency. Alat Pulse Oxymetry harus terapasang dan
berfungsi dengan baik, sebelum dilakukan tindakan induksi anestesi. Pembacaan
hasil pulse oxymetry, yaitu denyut nadi dan saturasi oksigen pasien dilakukan di
depan tim bedah.
5. Riwayat alergi
Ahli anestesi harus memastikan apakah pasien mempunyai riwayat alergi atau
tidak, serta mengetahui risiko apabila pasien mempunyai riwayat alergi.
6. Gangguan jalan napas/ risiko aspirasi.
Ahli anestesi harus memastikan tentang kondisi pernapasan pasien mengalami
gangguan atau tidak, serta adanya risiko aspirasi. Peralatan dan obat-obatan
untuk antisipasi komplikasi harus dicek fungsi dan keberadaanya.
7. Risiko kehilangan darah > 500 ml, anak-anak 7 ml/kg BB
Ahli anestesi harus memperkirakan adanya risiko perdarahan atau tidak pada
prosedur pembedahan yang akan dilakukan. Memastikan adanya cairan dan
darah umtuk resusitasi perdarahan. Risiko kehilangan darah harus ditinjau lagi
oleh ahli bedah saat tahap selanjutnya yaitu time out.
8. Surgeon Review
Adalah perhatian khusus pada pasien, langkah kritikal, dan adanya instrument
khusus atau implant.
9. Anesthesilogist Review
Perhatian khusus pada pasien dan rencana resusitasi kritikal.
B. TATA LAKSANA TIME OUT
Time out adalah tahap kedua atau langkah final pada pelaksanaan keselamatan
Pembedahan. Pelaksanaan dilakukan pada saat pasien sudah ada di dalam ruang
operasi, sesudah induksi anestesi dan sebelum ahli bedah melakukan sayatan pada
kulit pasien. Jika sayatan tidak diperlukan, maka hal ini dilakukan sebelum memulai
procedure invasive. Untuk kasus dalam 1 pasien yang akan dilakukan beberapa
tindakan, dan dilakukan oleh beberapa ahli bedah, maka tahap ini dilakukan setiap
prosedur pembedahan dan setiap pergantian ahli bedah. Tujuan dari tahap ini adalah
untuk mencegah terjadinya salah pasien, salah lokasi, salah prosedur pembedahan,
meningkatkan kerjasama dan meningkatkan komunikasi di antara tim bedah, serta
4
meningkatkan keselamatan pasien selama pembedahan. Pada pelaksanaan tahap ini
seluruh anggota tim bedah harus sudah hadir di ruang operasi dan menghentikan
kegiatan lain untuk berkonsentrasi untuk melakukan time out. Pada tahap ini yang
dilakukan adalah :
1. Semua anggota memperkenalkan nama dan peran dalam tim bedah.
2. Ahli bedah, ahli anestesi, perawat menegaskan nama pasien lokasi pembedahan
dan prosedur pembedahan. Koordinator tim mengajak semua yang hadir di
ruang operasi untuk menghentikan kegiatannya dan dan mengajak melakukan
time out secara lisan dan membacakan identitas pasien, lokasi pembedahan,
operasi yang akan dilakukan, rencana prosedur pembedahan dan menanyakan
kepada seluruh anggota tim apakah setuju dengan apa yang dibacakan tersebut.
Bila semua tim setuju maka langkah selanjutnya bisa dilakukan. Apabila pasien
tidak memerlukan pembiusan, konfirmasi langsung ke pasien.
3. Antisipasi kejadian berisiko, disini koordinator memimpin diskusi singkat antara
ahli bedah, ahli anestesi dan perawat untuk membicarakan risiko bahaya dalam
pembedahan dan rencana operasiyang akan dilakukan. Apabila operasi sering
dilakukan maka ahli bedah cukup menyatakan bahwa prosedur operasi sudah
rutin dilakukan dan menjelaskan lamanya operasi, dan memberi kesempatan
kepada ahli anestesi dan perawat untuk menjelaskan hal hal penting yang
berhubungan dengan pasien.
4. Review ahli bedah
Adalah perhatian khusus pada pasien, kemungkinan kesulitan yang akan dialami
dalam pembedahan, langkah kritikal dan langkah tidak terduga yang akan
dilakukan,
dan adanya risiko cidera, risiko kehilangan darah dan cara
mengantisipasinya, adanya instrument khusus atau implant atau preparat dan
lamanya operasi yang akan dilakukan.
5. Review Ahli anestesi
Perhatian khusus pada pasien dan rencana resusitasi kritikal pada pasien yang
berisiko, seperti risiko kehilangan darah, ketidakstabilan hemodinamik, pasien
dengan karakteristik morbiditas, yaitu pasien dengan penyakit jantung, paru,
aritmia, kelainan darah dll. Ahli anestesi meninjau ulang tentang persiapan
sarana resusitasi dan kemungkinan tranfusi darah pada pasien. Apabila tidak ada
5
risiko kritis pada prosedur pembedahan, cukup menyatakan ”saya tidak
mempunyai kekhawatiran khusus terhadap pasien ini”.
6. Review Tim Perawat
Menjelaskan kesterilan alat, apakah ada masalah dengan alat, memastikan
kesterilan alat yang akan dipakai, memeriksa indikator kesterilan alat eksternal
dan internal. Setiap ketidaksesuaian kesterilan alat harus dilaporkan kepada
semua anggota tim bedah, dan ditangani sebelum dilakukan sayatan pada kulit
pasien. Perawat instrumen mendiskusikan tentang kesiapan alat dan material
lainnya untuk operasi. Apabila tidak ada masalah dalam peralatan, perawat
instrumen dapat mengatakan kesterilan alat sudah diperiksa dan tidak ada
masalah dalam peralatan.
7. Memastikan
profilaksis antibiotik sudah diberikan 60 menit sebelum
pembedahan atau tidak. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadi infeksi luka
operasi, apabila diberikan harus sesuai tepat waktu pemberian, yaitu 30 menit
intra vena, sebelum insisi kulit. Diberikan di ruang operasi saat ahli anestesi
melakukan induksi. Apabila profilaksis diperlukan, koordinator tim memastikan
kepada tim bedah yang mengelola pemberian obat apakah profilaksis sudah
diberikan 60 menit sebelumnya. Jika belum maka segera diberikan saat itu juga
sebelum dilakukan insisi kulit. Apabila antibotik sudah diberikan 60 menit
sebelum pembedahan, maka ahli bedah mempertimbangkan kembali apa perlu
diberikan ulang antibiotik tersebut sesuai dosis. Jika tidak perlu pemberian
profilaksis antibiotik maka hanya dinyatakan dengan antibotik tidak diperlukan
dalam pembedahan.
8. Memastikan foto radiologi sudah terpasang atau tidak, apabila diperlukan.
Koordinator menanyakan kepada ahli bedah, apakah foto radiologi diperlukan
pada saat pembedahan, jika diperlukan maka koordinator memastikan foto
radiologi ada dan ditampilkan selama pembedahan. Jika memerlukan foto
radiologi tetapi tidak ada, foto radiologi harus sesegera diperoleh, ahli bedah
mempertimbangkan apaakah akan melakukan prosedur pembedahan tanpa foto
atau tidak. Jika foto radiologi tidak diperlukan dalam pembedahan, cukup
dinyatakan dengan hasil foto radiologi tidak diperlukan dalam pembedahan.
6
C. TATA LAKSANA SIGN OUT
Sign out adalah tahap akhir dari prose
dur keselamatan pembedahan, yang
dilakukan saat sebelum penutupan luka
sayatan operasi atau sesegera mungkin
setelah penutupan luka saat pasien belum
dikeluarkan dari Ruang Operasi. Langkah
-
langkah yang dilakukan adalah:
1. Perawa
secara
lisan
menyatak
kepada
timbedah
tentang
prosedur
t
an
pembedahan yang telah dilakukan.
2. Penghitungan jumlah alat, kasa, jarum,
yang dilakukan oleh perawat instrumen
dibantu oleh perawat sirkuler. Pastikan ju
mlah sesuai dan sudah dikeluarkan
dari tubuh pasien sebelum luka ditutup. A
hli bedah melihat lapangan operasi dan
memastikan alat dan benda sudah keluar s
emua sebelum penutupan luka, dan
memberika
n waktu
yang
cukup
untuk
perawat
instrumen
melakuka
t n
penghitungan. Apabila hasil tidak sesuai d
engan jumlah sebelum operasi, maka
perlu penghitungan ulang dan pencaria
n ulang kalau dirasa perlu maka
diperlukan pemeriksaan radiologi.
3. Pemberian etiket pada spesimen. Pera
wat sirkuler memastikan pemberian etiket
benar pada semua bahan pemeriksaan pat
ologis dengan menyebut nama, tanda
yang diberikan dan nama bahan spesimen.
4. Perawat mengidentifikasi adanya masa
lah pada alat agar tetap berfungsi dengan
baik dan mencegah alat didaur ulang kem
bali ke ruangan.
5. Ahli Bedah ahli Anestesi, Perawat
mengkaji dan mendiskusikan pemulihan
pasca operasi dan rencana pengelolaan pe
rawatan selanjutnya yang berfokus
khusus pada fase intraoperatif atau masal
ah anestesi yang mempengaruhi pasien
7
BAB IV
DOKUMENT
ASI
Kegiatan dala
m upaya pati
ent safety di
kamar operasi
, didokumenta
sikan dalam
Surgical Safety
Checklist, seba
gai berikut:
8
Rumah Sakit Royal Surabaya
Direktur,
drg. Henny Poeri Margatuti, M.A.
R.S.
9