PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dokter dan dokter gigi sebagai salah satu komponen utama pemberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
karena terkait langsung dengan, mutu pelayanan. Penyelenggaraan upaya
kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan
moral tinggi, keadilan dan kewenangan yang secara terus menerus harus
ditingkatkan. Salah satu unsur utama dalam sistem pelayanan kesehatan
yangprima adalah tersedianya pelayanan medis oleh dokter dan dokter gigi
dengan kualitasnya yang terpelihara sesuai dengan amanah Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
Dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, setiap dokter dan dokter gigi
wajib mengacu pada standar, pedoman dan prosedur yang berlaku sehingga
masyarakat mendapat pelayanan medis secara profesional dan aman. Sebagai
salah satu fungsi pengaturan dalam UU Praktik Kedokteran yang dimaksud adalah
pengaturan tentang rekam medis yaitu pada Pasal 46 dan Pasal 47.
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud
dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa rekam medis
adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana
pelayanan kesehatan. Kedua pengertian rekam medis diatas menunjukkan
i
perbedaan yaitu Permenkes hanya menekankan pada sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan dalam UU Praktik Kedokteran tidak. Ini menunjukan pengaturan
rekam medis pada UU Praktik Kedokteran lebih luas, berlaku baik untuk sarana
kesehatan maupun di luar sarana kesehatan.
Permasalahan dan kendala utama pada pelaksanaan rekam medis adalah
dokter dan dokter gigi tidak menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam
medis, baik pada sarana pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan,
akibatnya rekam medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu.
B. Tujuan Pedoman
1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan praktik kedokteran dan tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensi dalam upaya pelayanan
kesehatan.
2. Sebagai acuan untuk membuat rekam medis di sarana pelayanan
kesehatan .
3. Sebagai acuan agar dapat lebih mengetahui perlunya membuat rekam
medis untuk kepentingan dokter, pasien, sarana pelayanan kesehatan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
D. Batasan Operasional
Merupakan bukti tertulis tentang proses pelayanan yang diberikan dokter dan
tenaga kedsehatan lainnya di Puskesmas, yang merupakan jaminan kerjasama
lebih dari satu orang tenaga kesehatan untuk menyembuhkan pasien.
i
E. Landasan Hukum
1. Undang-undang no 29 tahun 2004 tentang praktek kedokteran
2. Peraturan menteri kesehatan rebuplik indonesia nomor 269
/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis
3. Buku Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit . Departemen
Kesehatan RI. Dirjen Pelayanan Medik. Jakarta 1997
4. Pedoman Pengelolan Rekam medis Rumah Sakit di Indonesia revisi I
tahun 1997. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
Rebuplik Indonesia
5. Peraturan menteri kesehatan rebuplik indonesia nomor 43 tahun 2019
tentang puskesmas
i
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Ketenagaan Rekam Medis didistribusikan sesuai dengan kebutuhan Rumah
Sakit, terdiri dari :
1. Pendaftaran pasien
2. Mendistribusikan Rekam medis
3. Pengolahan data
4. Coding / Grouping
5. Pelaporan
6. Administrasi umum
C. Pengaturan Jaga
1. Penyelenggaraan rekam medis dipuskesmas dilaksanakan 24 jam
2. Pengaturan jaga petugas rekam medis terdiri dari :
a. Pelayanan poliklinik pada jam kerja
b. Pelayanan Gawat Darurat; Pagi, Sore dan malam
i
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Standar Fasilitas
Untuk terciptanya penyelenggaraan rekam medis yang bermutu, perlu adanya
sarana dan prasana penunjang yang memadai. Untuk itu harus disediakan fasilitas
yang sesuai dengan standar, diantaranya:
a. Fasilitas yang menyangkut akan kegiatan tulis menulis, berkas rekam medis
yang disediakan Kalau kita lihat dari failitas tulis menulis dan formulir yanng
tersedia harus disediakan jangan sampai kekurangan karena dapat
menghambat proses pelayan terhadap pasien.
b. Peralatan komputer dan perangkatnya ( jaringan yang baik, program yang
lancar dan tidak berbelit, printer. Dan dari segi peralatan komputer dan
perangakatnya harus dalam kondisi komputer khusus untuk program
pelayanan dan perlatan lain yang menyokong harus tetap stanby ( jaringan,
listrik tidak boleh terganggu).
c. Rak penyimpanan
Rak penyimpanan harus diperhatikan akan keselamatan petugas dan jarak
antar rak serta kondisi ruangan antar rak.
d. Kondisi ruangan ( luas ruangan, pencahayaan, kebisingan dan suhu)
Luas ruangan
Kalau dilihat dari segi kondisi ruangan yang yang diperhatikan yaitu luas ruangan
untuk penyimpanan, luas ruangan untuk pengolahan dan pendaftaran. Menurut
Canadian Federal Treasure Boards, yang menyarankan standar ruang minimal
untuk perorangan 2,5 m x 3 m = 7,5 m untuk personalnya.
Pencahayaan
Kalau dilihat dari segi jumlah pencahayaan untuk pekerjaan rutin, ruang
administrasi dan ruang kontrol 300 lux.
Rumus rata-rata pencahayaan general= Jumlah Pengukuran A bagian ruangan
A
Keterangan A = jumlah bagian ruangan berdasarkan luas ruangan
i
Suhu Ruangan
Sedangkan untuk suhu ruangan diatur sesuai dengan sifat pekerjaan yang
dilakukan. Temperatur yang dianjurkan ditempat kerja rekam rekam medis yang
tergolong beban kerja sedang ( 50%) adalah 210 C – 29,4 0
C.Apabila ruangan
rekam medis menggunakan AC , diusahakan agar perbedaan temperatur udara
dengan udara luar tidak melebihi 4 – 5 0 C.Kalau dapat mengutamakan ventilasi
alamiah, suhu untuk tempat kerja dianjurkan 24 0 C – 26 0 C.
Menurut Gradjean kondisi panas disekeliling yang berlebihan akan
mengakibatkan rasa letih dan kantuk sehingga meningkatnya jumlah angka
kesalahan sebaliknya kondisi dingin yang berlebihan akan mengakibatkan rasa
malas.
Adapun dampak dari kondisi panas yang berlebihan adalah sebagai berikut :
(Rusbandi,2017).
1. Bercak-bercak merah(heat rash )
Bercak merah kecil-kecil pada kulit yang perih bila terkena panas atau
disentuh.Hal ini terjadi akibat sumbatan pada kalenjar kulit.
2. Kejang otot karena panas( heat cramp)
Kejang atau kram otot terjadi pada otot – otot yang melakukan aktifitas paling
banyak. Penyebab kram otot ini kemungkinan ada hubungannya dengan
gangguan keseimbangan elektrolit serta cairan tubuh. Kram otot ini
menyebabkan otot terasa nyeri, sehingga penderita tidak mampu melanjutkan
kegiatan.
3. Kelelahan akibat panas ( heat exhaustion)
Sewaktu melakukan olahraga pada cuaca panas, cairan tubuh dapat keluar
melalui udara pernapasan serta keringat sebanyak ± 1 – 2 liter.Jika cairan
tubuh yang keluar ini tidak diganti dengan cara minum air yang cukup, dapat
terjadi dehidrasi ( kekurangan cairan).
4. Stroke karena panas ( heat stroke)
Pada heat stroke terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
berat. Selain itu juga terjadi kerusakan jaringan tubuh serta gangguan enzim-
enzim pengatur fungsi organ tubuh termasuk otak dapat disertai dengan
kesadaran menurun, kejang dan kulit kering.
i
Kebisingan
Kalau dilihat dari segi kebisingan, menurut Permenkes no
718/Menkes/Per/XI/1987 tentang kebisingan sesuai dengan peruntukkannya,
dibedakan atas beberapa zona yaitu:
a. Zona A adalah zona yang diperuntukkan untuk tempat penelitian, rumah
sakit, tempat perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.
b. Zona B adalah zona untuk perumahan, tempat pendidikan rekreasi dan
sejenisnya.
c. Zona C adalah zona yang diperuntukkan untuk perkantoran, perdagangan,
pasar dan sejenisnya.
d. Zona D adalah zona yang diperuntukkan untuk perkantoran, pabrik , stasiun
kereta api, terminal bus dan sejenisnya.
Tingkat Kebisingan(dB) Maksimum yang dianjurkan dan Maksimum yang
diperbolehkan
Zona Maksimum Maksimum
yang yang
dianjurkan diperbolehkan
Zona A 35 45
Zona B 45 55
Zona C 50 60
Zona D 60 70
Cara pengukuran kebisingan dengan menggunakan alat sound level meter adalah
berdirilah ditengan titik ruangan yang akan diukur, pada alat tersebut lihat
kebisingan selama 15 menit dengan 6 kali pengukuran, setelah hasil didapatkan
kemudian semua hasil dijumlahkan, dibagi dengan jumlah kolom yaitu sebanyak
kolom.
Rumus rata-rata kebisingan = Ʃ Pengukuran selama 15 menit
Banyak pengukuran
i
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
i
7. Aspek Dokumentasi
Rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena isinya menyangkut
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
i
ALUR PASIEN RAWAT JALAN
Tempat Penerimaan
( admission ) Pasien
Rawat Jalan
ya
Apotik
pulang
i
ALUR DOKUMEN REKAM MEDIK RAWAT JALAN
Ruang Penyimpanan
RMYa ya lama
Berobat jalan
Dira
wat POLIKLINIK Rawatan Ulang
pendidikan
Pulang
Penelitian
i
C. Pelayanan pendaftaran rawat inap
i
6. Mengentri data sosial pasien
7. Mengantar berkas rekam medis pasien keperawat ruangan.
8. Setelah selesai proses adminintrasinya, pasien diantar perawat keruangan
perawatan.
i
ALUR PASIEN RAWAT INAP
Pernah dirawat/
berobat Nomor
tidak
Rekam medis
baru
ya lama
Follow up
perawatan
RUANGAN RAWAT INAP Dirujuk ke RS
lain
ya
APOTIK
PULANG
i
ALUR DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP
Tempat penerimaan
(admission) pasien rawat
inap
Sudah ada
Nomor rekam medik No.RM
tidak
baru
ya lama
Ruang Penyimpanan
RM
Berobat jalan
pendidikan
Pulang
Penelitian
i
D. Isi rekam Medis
Berdasarkan Peraturan MENKES RI No. 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis, Isi rekam medis dibagi menjadi 3 bagian (pasal 3),
yaitu
a. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana pelayanan kesehatan
memuat :
Identitas pasien
Tanggal dan Waktu
Hasil anamnesis, sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit.
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/atau tindakan
Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
Persetujuan tindakan bila diperlukan
b. Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-
kurangnya memuat :
Identitas pasien
Tanggal dan Waktu
Hasil anamnesis, sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit.
Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
Diagnosis
Rencana penatalaksanaan
Pengobatan dan/atau tindakan
Persetujuan tindakan bila diperlukan
Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
Ringkasan pulang
Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan
tertentu yang memeberikan pelayanan kesehatan
i
Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu
Pasien gigi dilengkapi dengan odontogram klinik
i
IDENTIFIKASI PASIEN TIDAK DIKENAL
Pasien tidak dikenal adalah pasien yang datang berobat ke RSJ. Prof. HB. Sa’anin
tanpa ada keluarga sebagai penanggung jawab dan pasien tersebut tidak mengenal
identitas dirinya (hilang ingatan) serta tidak mempunyai kartu identitas (seperti :
KTP. SIM dan lain-lain)
Apabila ada pasien yang tidak dikenal atau tidak ada keluarga, maka cara
pemberian namanya sebagai berikut:
1. Petugas mencatat data antropologi pasien (jenis kelamin, perkiraan umur,
kesadaran umum, perkiraan ras/suku, tinggi badan, berat badan, ciri-ciri fisik)
2. Pasien diberikan nomor rekam medis baru
3. Untuk pasien laki-laki diberikan nama Mr. X, apabila pasien lebih dari satu
diberikan nama Mr. X1, Mr.X2, Mr. X3 dan seterusnya
4. Untuk pasien perempuan diberikan nama Mrs. Y, apabila pasien lebih dari
satu diberikan nama Mrs. Y1, Mrs. Y2, Mrs. Y3 dan seterusnya
PENOMORAN
Setiap pasien rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Prof.
Dr. HB Saanin Padang diberikan hanya 1 (satu) unit nomor yaitu “Unit Numering
System“ artinya baik pasien yang berobat dirawat jalan dan rawat inap hanya
menggunakan satu nomor . Pada saat seorang pasien berkunjung pertama kali
kerumah sakit apakah sebagai penderita berobat jalan ataupun dirawat, kepadanya
diberikan satu nomor (admiting number) yang akan dipakai selamanya untuk
kunjungan seterusnya, sehingga rekam medis pasien tersebut hanya tersimpan
didalam berkas dalam satu nomor.
F. Klasifikasi penyakit
Klasifikasi penyakit adalah pengelompokan penyakit berdasarkan ICD
(international Statistical Classification of Desease and related Health
Problem) revisi ke-10 dari WHO.
i
Klasifikasi tindakan adalah pengelompokan tindakan yang telah diberikan
kepada seorang pasien oleh beberapa profesi kesehatan Berdasarkan ICD-9-
CM.
Sistem klasifikasi memudahkan pengaturan pencatatan, pengumpulan,
penyimpanan , pengambilan dan analisis data kesehatan. Sistem ini juga
membantu pengembangan dan penerapan system pencatatan dan data
pengumpulan data pelayanan klinis pasien secara manual maupun elektronik.
Penerapan pengkodean Sistem ICD digunakan untuk :
1. Mengindeks pencatatan penyakit dan tindakan disarana pelayanan
kesehatan.
2. Masukan bagi system pelaporan diagnosis penyakit.
3. Memudahkan proses penyimpanan dan pengambilan data terkait
diagnosis karakteristik pasien dan penyedia pelayanan.
4. Pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas
5. Tabulasi data pelayanan kesehatan bagi proses evaluasi perencanaan
pelayanan medis.
6. Menentukan bentuk pelayanan yang harus direncanakan dan
dikembangkan sesuai kebuthan zaman
7. Analisa pembiayaan pelayanan kesehatan
8. Untuk penelitian epidemiologi klinis
Koding adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf
atau angka berdasarkan diagnosa dan tindakan yang tertera di dalam berkas rekam
medis. Untuk pengkodean yang akurat diperlukan rekam medis yang lengkap.
Setiap fasilitas kesehatan mengupayan supaya pengisian rekam medis harus
lengkap sesuai dengan pengaturan yang berlaku. Pengode harus melakukan
analisis kualitatif terhadap isi rekam medis untuk menemukan diagnosa, kondisi,
terapi dan pelayanan yang diterima pasien.
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis sangat tergantung kepada
pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu :
i
a. Tenaga Medis dalam menetapkan diagnosis
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan
tanggung jawab dokter ( tenaga medis ) yang terkait tidak boleh diubah
oleh karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan
lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD-10.
b. Tenaga Rekam Medis sebagai pemberi kode
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan
tanggung jawab dokter ( tenaga medis ) yang terkait tidak boleh diubah
oleh karenanya harus diagnosis yang ada dalam rekam medis diisi dengan
lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD-10.
c. Tenaga Kesehatan lainnya.
TOI = ( Tempat tidur x jumlah hari pada periode tertentu)- Hari perawatan
Jumlah pasien keluar hidup + meninggal
i
5. GROSS DEATH RATE (GDR) ANGKA KEMATIAN KASAR
GDR adalah perbandingan antara jumlah pasien yang meninggal dengan
seluruh pasien yang keluar rawat (hidup+meninggal) di rumah sakit. Indikator
ini melihatkan kualitas pelayanan perawatan.
GDR = Jumlah pasien meninggal besar sama 48 jam periode tertentu X 1000
Jumlah pasien keluar hidup + meninggal
Secara garis besar jenis pelaporan RS. Prof. HB. Sa’anin dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok antara lain:
1. Laporan Interen Rumah Sakit
Laporan interen rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan rumah
sakit.
Jenis Laporan meliputi :
a. Rawat jalan :
Jumlah kunjungan dan pengunjung pasien rawat jalan
10 ( sepuluh ) penyakit terbanyak pasien rawat jalan.
Jumlah kunjungan pasien rawat jalan berdasarkan tempat
tinggal
b. Rawat inap :
Indikator rawat inap ( BOR, LOS, BTO, TI, NDR, GDR, )
10 ( sepuluh ) penyakit terbanyak pasien rawat inap.
i
Jumlah pasien pulang menurut jenis pulangnya ( izin dari dokter,
lari, pulang paksa, meninggal )
Jumlah pasien pulang berdasarkan diagnosa, tempat tinggal dan
lain-lain.
i
H. Simbol dan tanda khusus
Tata cara penulisan simbol, singkatan dan tanda khusus:
1. Dokter yang merawat harus menuliskan tanda bahaya atau tanda alergi
obat pada map Rekam Medis sebagai peringatan untuk menjaga
keselamatan pasien.
2. Penulisan suatu istilah / simbol / singkatan tidak dituliskan sebelum
mendapat pengesahan dari Dikrektur RS. Jiwa Prof HB. Sa’anin Padang.
3. Setiap pencamtumkan istilah / singkatan / simbol yang akan digunakan
pada Rekam Medis harus diajukan melalui panitia Rekam Medis untuk
mendapatkan pengesahan.
4. Penulisan simbol dan singkatan harus seragam, agar mudah dimengerti
oleh semua pemberi pelayanan
Daftar Singkatan, Simbol dan defenisi lihat khusus buku Singkatan, Simbol dan
definisi
i
e. Petugas rekam medis yang menerima berkas rekam medis melakukan
pemeriksaan kelengkapan rekam medis dan menulis pada buku ekspedisi
penerimaan berkas rekam medis.
f. Apabila rekam medis pasien belum lengkap maka dibuat surat pengantar
serta dicatat di formulir khusus (formulir rekam medis yang harus
dilengkapi) dan berkas rekam medis tersebut dikembalikan ke dokter atau
ruang tempat pasien dirawat untuk dilengkapi dalam waktu maksimal 12
hari setelah pasien pulang. Rekam medis harus segera dilengkapi dan
dikembalikan ke bagian rekam medis.
g. Bagi pasien yang meninggal bilamana diperlukan pemeriksaan bedah
mayat/ biopsi disusul selambat-lambatnya 14 hari setelah pemeriksaan.
h. Bagi pasien yang dilakukan tindakan biopsi/kultur , maka hasil PA
menyusul paling lambat 14 hari setelah pemeriksaan
00 00 01
Angka Pertama Angka Kedua Angka Ketiga
(Primary digits) (Secondary digits) (Tertiary digits)
Lihat contoh berikut ini :
46-52-01 98-06-26 00-01-43
46-52-02 98-06-27 00-01-44
46-52-03 98-06-28 00-01-45
46-52-04 98-06-29 00-01-46
46-52-05 98-06-30 00-01-47
i
Penyimpanan Rekam Medis Aktif
Rekam Medis Aktif yaitu rekam medis pasien yang sering berobat ke rumah
sakit ( kurang dari 10 tahun). Rekam medis aktif disimpan diruang unit rekam
medis bersebelahan dengan tempat pendaftaran pasien (gedung Poliklinik).
Tata cara untuk mempermudah penyimpanan rekam medis :
a. Pada saat rekam medis dikembalikan kebagian rekam medis, harus
disortir menurut nomor sebelum disimpan. Hal ini membantu
menemukan rekam medis yang diperlukan yang ada dalam tempat
penyimpanan dan memudahkan pekerjaan penyimpanan.
1. Hanya petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam medis.
Dokter – dokter, staf rumah sakit, pegawai – pegawai dan bagian lain
tidak diperkenankan mengambil rekam medis dari tempat
penyimpanannya.
b. Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus
segera diperbaiki untuk mencegah makin rusak / hilangnya lembaran –
lembaran yang diperlukan.
d. Pengamatan terhadap penyimpanan dilakukan secara periodik untuk
menemukan salah simpan dan menemukan kartu pinjaman yang rekam
medisnya masih belum dikembalikan.
e. Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan teraturnya rak-rak
penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya.
f. Rekam medis yang sedang diproses/ dipakai oleh petugas bagian rekam
medis diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan maksud bahwa rekam
medis tersebut setiap saat dapat dipergunakan.
g. Rekam medis sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.
Penyimpanan Rekam Medis In Aktif
Penyimpanan rekam medis khusus penyakit jiwa 10 tahun tidak digunakan
lagi untuk berobat baru disortir untuk di in aktifkan dan disimpan keruang
penyimpanan in aktif. Sedangkan penyakit selain jiwa batas penyimpanannya
5 tahun tidak digunakan lagi untuk berobat. Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
i
HB Saanin Padang, rekam medis In Aktif telah disimpan diruangan terpisah
dari ruang rekam medis Aktif tetapi masih di gedung poliklinik
i
- Menulis tanggal pengembalian berkas pada buku ekspedisi peminjaman
dan bon peminjaman yang ada dalam treacer yang dikeluarkan.
- Selanjutnya berkas Rekam Medis yang telah dikembalikan disusun sesuai
dengan sistem penyimpanan.
Dokter-dokter atau pegawai-pegawai rumah sakit yang berkepentingan dapat
meminjam rekam medis, untuk dibawa keruang kerjanya selama jam kerja, tetapi
semua rekam medis harus dikembalikan keruang rekam medis pada akhir jam
kerja. Jika beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari rekam
medis tersebut disimpan dalam tempat sementara diruang rekam medis.
i
Jadwal retensi
NO KELOMPOK AKTIF AKTIF INAKTIF INAKTIF
RJ RI RJ RI
1 Jiwa 10 th 5 th 5th 5th
i
a. Alur proses penyusutan berkas rekam medis
P PEMINDAHAN RM RM
AKTIF IN AKTIF
E
Y
DINILAI
U TIM PENILAI
S
B
BERKAS RM RUSAK DIMUSNAHKAN
E TDK TERBACA TIM PEMUSNAH
R
M
BERKAS RM DILESTARIKAN
TERTENTU
i
b. Tata cara pemindahan berkas rekam medis aktif menjadi in aktif
Dilihat dari tanggal kunjungan terakhir
Setelah 5 tahun untuk kasus umum atau 10 tahun untuk kasus jiwa
(sesuai dengan jadual retensi diatas) dari kunjungan terakhir, berkas
dipisahkan diruang lain (ruang in aktif).
Berkas rekam medis in aktif dikelompokkan sesuai dengan tahun
terakhir kunjungan.
i
Prosedur penilaian berkas rekam medis
KETENTUAN
R TERTENTU DIRS
E LEMBAR RM SISA STLH
DIAMBIL LEMBAR TSB
K DIATAS
A DIMUSNAHKAN
M
TIM RETENSI
BERKAS RM TERTENTU
M
DIAMBIL LEMBAR TSB
E DIATAS
D
S
BERKAS RM RUSAK &
TDK TERBACA
Keterangan
Berkas rekam medis tertentu disimpan diruang berkas rekam medis in
aktif.
i
Lembar rekam medis sisa dan berkas rekam medis rusak tidak terbaca
disiapkan untuk dimusnahkan.
Tim penilai dibentuk dengan Sk Direktur beranggotakan Komiterekam
medis/Komite Medis, petugas rekam medis senior, perawat senior dan
tenaga lain yang terkait.
i
BAB V
LOGISTIK
i
Assesmen ulang nyeri
Discharge planing
Catatan perkembangan keperawatan rawat inap
i
1. Rekam Medis NAPZA
- Program detoksifikasi bagi residen
- Pengkajian keperawatan jiwa
B. Kelengkapan Identitas Pasien
Dalam pelayanan kesehatan, Informasi dasar identitas pasien sangat
diperlukan. Informasi identitas pasien dicatat dalam lembar pertama rekam
medis rawat inap disebut ringkasan masuk dan keluar, maupun pada lembar
pertama rawat jalan yang dikenal dengan nama ringksan riwayat klinik.
Isi data identitas pasien bersifat permanen dan setidaknya mencakup
informasi tentang :
Nama lengkap pasien
Nama keluarga ( Ayah/ ibu/ suami/ istri)]
Nomor rekam medis pasien dan nomor identitas lain (asuransi)
Alamat lengkap pasien
Tempat dan tanggal lahir pasien
Jenis kelamin (laki-laki atau perempuan)
Status pernikahan (menikah atau belum menikah)
Nama dan alamat keluarga terdekat sewaktu-waktu dapat dihubungi
Tanggal dan waktu terdaftar di tempat penerimaan pasien rawat inap /
rawat jalan atau gawat darurat)
Tujuan dari pengumpulan informasi ini adalah untuk menginformasikan
identitas pasien secara lengkap. Rumah sakit menggunakan identitas pasien
sebagai basis data statistic, riset dan perencanaan. Selain itu dapat juga digunakan
untuk kepentingan administrative, regulasi, operasional pelayanan kesehatan,
penggantian biaya pengobatan dan lain-lain.
i
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
i
a. Memantau dan memastikan panduan iudentifikasi pasien dikelola
dengan baik oleh kepala instalasi
b. Menjaga standarisasi dalam menerapkan panduan identifikasi
pasien
i
c. Petugas / perawat yang menerima telepon atau komunikasi verbal
tentang hasil pemeriksaan yang ekstrim rendah atau tinggi harus segera
melakukan pelaporan kepada dokter penanggung jawab pasien.
d. Petugas penunjang memberitahukan hasil pemeriksaan pasien yang
telah di cross cek kepada perawat melalui telepon
e. Perawat menerima hasil melalui telepon wajib menuliskan hasil
pemeriksaan tersebut dicatatan medik pasien dan perawat membacakan
kembali hasil pemeriksaan yang telah dibacakan oleh petugas
laboratorium atau radiologi
f. Menerima telepon maupun menelepon ke unit lain untuk koordinasi
pelayanan dirumah sakit
g. Petugas yang menerima telepon wajib menjawab : mengucapkan salam,
nama unit dan keperluan yang akan disampaikan.
h. Petugas menelpon menyebutkan ; menjawab salam, nama unit dan
keperluan yang akan disampaikan
i. Setelah selesai menelpon menyampaikan berita/pesan, penerima telepon
wajib mengulangi isi berita yang disampaikan
j. Setelah betul diklarifikasi diantara kedua belah pihak komunikasi
selesai
i
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Bahaya Potensial
Bahaya potensial petugas rekam medis adalah debu yang terdapat pada
penyimpanan dokumen rekam medis
B. Pelaksaan Program K3
1 Meyiapkan alat pelindung diri seperti masker
2 Menciptakan lingkungan kerja hygiene secara teratur, melalui monitoring
lingkungan kerja dari hazard yang ada
3 Mencuci tangan dengan hands crub atau air mengalir secara baik dan benar
i
BAB VIII
ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
i
berlaku, serta menganalisis rekam medis secara kualitatif dan kuantitatif
dalam rangka memberikan masukan bagi pengendalian mutu layanan medis.
3. Sarana pelayanan kesehatan atau rumah sakit
Bertanggung jawab memberikan perawatan dan pengobatan yang sempurna
kepada pasien baik pasien rawat inap, rawat jalan maupun gawat darurat.
i
10. Senantiasa berpartisipasi aktif dan berupaya mengembangkan serta
meningkatkan citra.
11. Wajib menghormati dan menaati peraturan dan kebijakan organisasi
profesi.
12. Administrator informasi kesehatan memberikan informasi tentang
identitas diri , kredensial profesi, pendidikan dan pengalaman serta
ungkapan minat dalam setiap pengadaan perjanjian kerja atau
pemberitahuan yang berkaitan.
13. Menjalin kerjasama yang baik dengan organisasi pemerintah dan
organisasi profesi lainnya dalam rangka peningkatan mutu administrator
informasi kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan.
14. Selalu menjaga kesehatan dirinya agar dapat bekerja secara baik.
15. Selalu mengikuti perkembangan rekam medis dan informasi kesehatan.
Sanksi disiplin
Pemiliharaan informasi kesehatan harus dilakukan dengan benar dan
sesuai dengan standar-standar , etika dan hukum. Undang-undang dan Permenkes
telah mengatur kewajiban dan pokok-pokok pembuatan dan pengelolaan rekam
medis, selanjutnya pedoman dan standar profesi mengatur rincian
pelaksanaannya. Tidak menaatii standar –standar dan ketentuan hukum diatas
akan mengakibatkan diperolehnya sanksi tertentu, seperti dicabutnya izin atau
akreditasi rumah sakit, denda atau bahkan hukuman penjara.
Sebagai contoh, dokter dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat
diancam pidana penjara satu tahun (Pasal 46 dan Pasal 79 UU Praktik
Kedokteran)
i
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
B. Sistem Pelaporan
1. Laporan kegiatan rekam medis disampaikan kepada Direktur melalui
Kepala Bidang Pelayanan Medis.
i
2. Laporan kegiatan dimaksud pada Point (1), bulanan, triwulan, semester
dan laporan tahunan serta laporan lainnya yang dibutuhkan rumah sakit.
3. Jenis laporan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4. Laporan kegiatan dapat secara manual dan/atau elektronik.
C. Indikator Kinerja
Pelayanan Rekam Medis
No Judul Kelengkapan pengisian rekam medis 24
. jam setelah selesai pelayanan
i
No Judul Kelengkapan Informed Concent setelah
. mendapatkan informasi yang jelas
i
No Judul Kecepatan penyediaan dokumen rekam
. medis pelayanan rawat jalan.
i
No Judul Kecepatan penyediaan dokumen rekam
. medis pelayanan rawat Inap.
i
D. Sub Komite Rekam Medis
Dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien, dalam penyelenggaraan
rekam medis dibentuk Sub Komite rekam medis dalam struktur komite
peningkatan mutu dan keselamatan pasien, dimana Sub Komite rekam medis yang
mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
1. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada ketua komite dalam
rangka pelaksanaan pedoman sistem rekam medik.
2. Menyusun standar dan pedoman pelayanan rekam medik.
3. Membuat program kerja dan kegiatan.
4. Mengusulkan bentuk formulir rekam medik
5. Mengusulkan upaya yang perlu dalam penanggulangan masalah rekam
medik.
6. Menganalisis secara teratur isi rekam medik untuk peningkatan mutu dan
kesesuaian dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku.
7. Mengevaluasi ketidaklengkapan pengisian catatan medik
8. Melakukan koordinasi dengan instalasi rekam medik
9. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan dan standar pelayanan rekam medik
10. Membuat laporan kegiatan kepada Ketua Komite.
i
BAB X
PENUTUP
i
medis hendaknya selalu mentaati ketentuan yang telah ditetapkan dalam buku
pedoman ini serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
REKAM MEDIS
i
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT
RUMAH SAKIT JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis adalah
merupakan proses kegiatan dimulai pada saat diterimannya pasien dirumah sakit,
diteruskan kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan
pelayanan medis dirumah sakit.
Penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan
penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan lainnya.
Isi rekam medis merupakan dokumen resmi yang mencatat seluruh proses
pelayanan medis dirumah sakit, dan sangat bermanfaat antara lain bagi aspek
administrasi, medis, hukum, peningkatan mutu pelayanan, menjaga keselamatan
pasien, penilitian, pendidikan, dokumentasi, perencanaan serta pemanfaatan
sumber daya.
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien / Sub Komite Rekam Medis di
rumah sakit diharapkan berperan lebih aktif untuk terus menerus melakukan
pemantauan secara cermat terhadap pelaksanaan penyelenggaraan rekam medis
rumah sakit.
Dengan telah adanya pedoman penyelenggaraan rekam medis ini,
diharapkan memberikan hasil yang optimal dalam pemberian pelayanan kepada
i
pasien dan memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan serta
meningkatkan mutu dan menjaga keselamatan pasien.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................ i
Daftar isi...................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan Pedoman............................................................................. 2
C. Ruang Lingkup............................................................................... 2
D. Batasan Operasional....................................................................... 2
E. Landasan Hukum........................................................................... 3
Bab II Standar Ketenagaan
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia................................................. 4
B. Distribusi Ketenagaan.................................................................... 4
C. Pengaturan Jaga.............................................................................. 4
Bab III Standar Fasilitas
A. Standar Fasilitas.............................................................................. 5
Bab IV Tata Laksana Pelayanan
A. Kegunaan Rekam Medis................................................................. 8
B. Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan............................................... 9
C. Pelayanan Pendaftaran Rawat Inap................................................ 13
D. Isi Rekam Medis............................................................................. 17
E. Sistem Identifikasi dan Penomoran................................................ 18
F. Klasifikasi Penyakit........................................................................ 20
G. Pengelolaan dan Analisa Data........................................................ 22
H. Simbol dan Tanda Khusus.............................................................. 26
I. Penyelesaian dan Pengembalian Rekam Medik............................. 26
J. Penyimpanan Rekam Medik.......................................................... 29
K. Akses Data Rekam Medik............................................................. 32
L. Peminjaman Rekam Medik........................................................... 33
M. Pemisahan Rekam Medik In Aktif................................................ 35
N. Pemusnahan Rekam Medik........................................................... 36
Bab V Logistik
A. Formulir Rekam Medis.................................................................. 41
B. Kelengkapan Identitas Pasien........................................................ 43
Bab VI Keselamatan Pasien
A. Ketepatan Identifikasi Pasien......................................................... 44
B. Komunikasi yang Efektif............................................................... 45
Bab VII Keselamatan Kerja
A. Bahaya Potensial............................................................................ 49
B. Pelaksanaan Program K3............................................................... 49
Bab VIII Aspek Hukum Rekam Medis
A. Pertanggungjawaban Rekam Medis............................................... 50
B. Pemilikan Rekam Medis................................................................. 51
C. Kerahasiaan Rekam Medis............................................................. 52
D. Pemberian Informasi Rekam Medis............................................... 53
E. Sanksi Disiplin dan Etik................................................................. 56
Bab IX Pengendalian Mutu
A. Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian................................... 58
B. Sistem Pelaporan............................................................................ 58
C. Indikator Kinerja............................................................................ 59
D. Sub Komite Rekam Medis............................................................. 63
Bab X Penutup........................................................................................... 64