Anda di halaman 1dari 5

BAB VI

PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAI

A. Pengertian
1. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya, agar
diperoleh produktifitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 pasal 23)
2. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dan kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan menuju tempat
kerja atau kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja yang masih
berhubungan dengan pekerjaan
3. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
(Permenakertrans Nomor : o1/Men/1981. Pasal 1 ayat a)
4. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Kepres Nomor : 22 tahun 1003 tentang
penyakit yang timbul akibat hubungan kerja)
5. Tempat berisiko adalah tempat kerja di lingkungan RSU SEMBIRING DELI
TUA yang karena jenis maupun proses kegiatan di tempat tersebut dapat
menyebabkan lingkungan kerjanya menimbulkan risiko terjadi kecelakaan kerja,
penyakit akibat kerja dan atau gangguan kesehatan lainnya bagi pekerja yang ada
di dalam tempat kerja tersebut
6. Tempat berisiko dibedakan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan jenis
risiko yang dapat menyebabkan kecelakaan maupun penyakit. Di dalam denah
masing-masing kelompok diberi tanda dengan warna yang berbeda
7. Alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari
bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan dalam
UU Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
8. Alat pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan
pekerjaan berisiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cidera
akibat kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja
B. Kecelakaan Kerja
1. Penggolongan kecelakaan kerja
a. Kecelakaan di tempat kerja Kecelakaan di tempat kerja adalah kecelakaan
yang terjadi pada pekerja di tempat kerja selama dalam jam kerja, baik yang
disebabkan oleh proses kerja, alat-alat kerja, maupun lingkungan kerja
b. Kecelakaan dalam perjalanan Kecelakaan dalam perjalanan adalah kecelakaan
yang terjadi pada pekerja selama dalam perjalanan dari rumah tinggal pekerja
menuju ke tempat kerja atau dari tempat kerja pulang menuju tempat tinggal
pekerja dengan jalur yang biasa dilalui oleh pekerja dan masih dalam
tenggang waktu yang wajar atau kecelakaan yang terjadi saat pekerja dalam
perjalanan pergi dan pulang menuju ke suatu tempat yang masih berhubungan
dengan pekerjaannya
2. Biaya pengobatan
Biaya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pengobatannya ditanggung oleh
RSU SEMBIRING DELI TUA dengan memperhatikan jaminan atau asuransi
yang diberikan kepada pekerja yang bersangkutan. Jenis dan status kepegawaian
bagi pekerja yang bekerja di RSU SEMBIRING mengacu pada ketentuan yang
berlaku di RSU SEMBIRING. Bagi dari pihak ketiga (out sourcing) yang
melaksanakan pekerjaan di RSU SEMBIRING adalah menjadi tanggung jawab
pihak ketiga dan tidak masuk dalam ketentuan ini. Kecelaan kerja yang terjadi
dalam perjalanan dan merupakan kecelakaan lalu lintas yang dinyatakan oleh
instansi yang berwenang, biaya perawatan/pengobatannya diklaimkan kepada PT
Jasa Raharja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini RSU
SEMBIRING hanya membantu sesuai ketentuan yang berlaku untuk itu
Kecelakaan kerja yang terjadi ditempat kerja biaya pengobatan di klaimkan
kepada PT JAMSOSTEK sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Penerimaan gaji selama pengobatan
Bila selama pengobatan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tidak dapat
masuk kerja, maka gaji dan uang kesejahteraan akan diterimakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Ganti rugi cacat
Bila setelah selesai pengobatan akibat kecelakaan kerja ini ternyata timbul cacat
permanen, maka pekerja tersebut berhak mendapat santunan cacat sesuai dengan
peraturan dari PT.JAMSOSTEK.
5. Santunan kematian
Santunan kematian akibat kecelakaan kerja dibayarkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di PT JAMSOSTEK dan RSU SEMBIRING
6. Pelaporan kecelakaan kerja
Sistim pelaporan kecelakaan kerja diatur dalam pedoman pelaporan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja
7. Pengawasan dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi kecelakaan kerja dilakukan oleh Tim K-3 minimal satu
tahun sekali, disampaikan kepada Direktur Utama RSU SEMBIRING
C. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja dapat ditemukan melalui dua jalan, yaitu melalui pelayanan
rawat inap maupun rawat jalan pada saat pekerja mengalami sakit dan melalui
pemeriksaan berkala. Karena penyakit akibat kerja mempunyai manifestasi yang
sama dengan penyakit lain, maka perlu cara khusus untuk menegakkan diagnose.
Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosan penyakit akibat kerja adalah dengan
anamnesa yang rinci, pemeriksaan jasmani, pemeriklsaan laboratorium dan penunjang
lainnya, riwayat pekerjaan dan menentukan sumber pemaparan.
1. Anamnesa
Anamnesa merupakan langkah terpenting dalam menegakkan diagnosis.
Anamnesa yang tidak tepat akan mengurangi kemungkinan ditemukannya
penyakit akibat kerja. Bila dalam anamnesa dicurigai adanya penyakit akibat
kerja, perlu dilengkapi dengan data-data pekerjan yang rinci.
2. Pemeriksaan jasmani
Pada pemeriksaan jasmani untuk menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja
perlu kecermatan dan ketelitian, serta meliputi seluruh tubuh. Kadang-kadang
pekerja tidak mengeluh pada bagian tubuh tertentu karena dianggap hal itu tidak
berbahaya, padahal bagi dokter merupakan tanda yang khas untuk penyakit akibat
kerja tertentu. Pemeriksaan jasmani yang perlu dilakukan adalah :
a. Keadaan umum : Penurunan berat badan Penampilan
cushingoid Nadi dan tekanan darah
b. Kulit : Kanker kulit Dermatitis
c. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan : Katarak Penurunan pendengaran
d. Paru-paru dan jantung : Wheezing, suara abnormal Oedema
paru Gangguan pada jantung dan
pembuluh darah
e. Abdomen : Kolik abdomen Pembesaran hepar,
asites, dll
f. Urogenita : Gangguan kencing Penyakit-penyakit
ginjal Infertilitas
g. Sistem musculoskeletal : Nyeri punggung, LBP,gangguan
sendi
h. Neuropsikiatrik : Neuropati, neuritis, psikosis
i. Hematologi : pucat, perdarahan gusi, hematom, dll
3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain
a. Pemeriksaan laboratorium rutin dan penunjang lain diperlukan untuk
menegakkan penyakit
b. Pemeriksaan kandungan zat-zat tertentu dalam tubuh diperlukan untuk
menegakkan penyakit akibat kerja bila ada dugaan terjadi paparan terhadap
zat kimia di lingkungan kerja. Macam pemeriksaannya tegantung zat kimia
apa yang akan dibuktikan sebagai penyebab penyakit akibat kerja
4. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan merupakan bagian penting untuk dapat menegakkan diagnose
penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu dieroleh data lengkap dan rinci mengenai
pekerjaan, baik pekerjaan sekarang maupun pekerjaan sebelumnya.
5. Menentukan sumber pemaparan
Dari hasil pemeriksaan diatas, dokter pemeriksa membuat dugaan sumber
pemaparan. Kemudian dokter meminta Instalasi Penyehatan dan Pemeliharaan
Sarana Medis Lingkungan Rumah Sakit untuk melakukan pemeriksaan
lingkungan kerja sesuai dengan pemaparan. Dari hasil pemeriksaan pada pekerja
tersebut dan didukung oleh hasil pemeriksaan lingkungan kerja, dokter dapat
menentukan apakah karyawan bersangkutan menderita penyakit akibat kerja atau
bukan penyakit akbat kerja
6. Pengobatan dan rehabilitasi
Pengobatan pada pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja sesuai dengan
keadaan penyakitnya dan mengacu pada standar pelayanan medis di RSU
SEMBIRING DELI TUA. Biaya pengobatan adalah dengan memanfaatkan
Assuransi Takaful yang berlaku di RSU SEMBIRING DELI TUA. Bila selama
pengobatan atau setelah selesai pengobatan ada kemungkinan akan terjadi
kekambuhan penyakit ketika karyawan kembali bekerja di tempat semula, maka
dokter akan membuat rekomendasi agar karyawan tersebut di alihkan ke tempat
kerja yang lain yang resiko kerjanya lebih kecil.
7. Pengkajian pengobatan
Bila selama pengobatan karyawan yang mengalami penyakit akibat kerja tidak
dapat masuk kerja maka gajinya tetap diterimakan sesuai dengan gaji yang
diterima setiap bulan.
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan untuk karyawan RSU SEMBIRING DELI TUA dapat
dikategorikan menjadi 3 jenis pemeriksaan kesehatan yang digunakan sebagai dasar
memantau tingkat kesehatan karyawan, yaitu :
1. Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja
Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja adalah pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan lama yang akan dimutasikan
ke tempat g, bekerja di tempat tersebut. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk
melakukan seleksi karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan, menmpatkan
karyawan sesuai dengan factor risiko, kapasitas kerja dan keterbatasan pekerjaan,
serta untuk membuat data dasar kesehatan karyawan. Pemeriksaan kesehatan
prakarya meliputi :
a. Pemeriksaan klinis dan penunjang secara secara umum
b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan risiko penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh
c. lingkungan kerja maupun proses kerja di tempat kerja tertentu
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaasn kesehatan untuk karyawan
yang dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali, dalam hal ini karyawan
yang berada di tempat berisiko sesuai dengan jenis dan tingkat risiko yang
dihadapi. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mendeteksi secara
dini gangguan-gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat risiko yang
ditimbulkan akibat pekerjaannya maupun lingkungan kerjanya
3. Pemeriksaan kesehatan khusus Pemeriksaan kesehatan khusus adalah
pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk karyawan yang mengalami
Kecelakaan Kerja (KK), Penyakit Akibat Kerja (PAK) atau yang hasil
pemeriksaan berkalanya menunjukkan perubahan kearah risiko terkena penyakit
akibat kerja. Tujuan pemeriksaan kesehatan khusus adalah untuk menindaklanjuti
hasil pemeriksaan kesehatan berkala dari kemungkinan terjadinya penyakit akibat
kerja dan rekomendasi pelaporan untuk karyawan yang mengalami kecelakaan
kerja selama bekerja dan menganalisa perjalanan penyakit akibat kerja untuk
menempatkan kembali karyawan yang sembuh dari sakit.
E. Tempat-tempat Beresiko
Upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat berupa pengendalian lingkungan kerja, prosedur kerja yang baik,
penggunaan alat pelindung diri maupun pemeriksaan kesehatan berkala dengan
mempertimbangkan prioritas pada tempat-tempat yang resikonya lebih tinggi
Pengendalian lingkungan kerja untuk tempat-tempat berisiko mengikuti ketentuan
yang ditetapkan oleh rumah sakit mengacu pada Permenkes
No.1204/Menkes/Per/XI/2004 tentang Persyaratan Lingkungan Kerja Rumah Sakit
dan keputusan Dirjen PPM&PLP No.HK.00.06.6.44 tahun 1993 Tata cara dan
petunjuk teknis penyehatan lingkungan rumah sakit Prosedur kerja di tempat berisiko
memperhatikan keselamatan dan kesehatan para petugas yang bekerja, sesuai dengan
jenis kegiatan maupun risiko masing-masing.
Tempat berisiko dan tanda warna pada denah

No Jenis Resiko Tanda


1 Penyimpanan bahan mudah menguap dan mudah terbakar Merah
2 Tekanan tinggi Oranye
3 Infeksius atau adanya paparn tinggi penyakit menular Kuning
4 Lingkungan fisik atau melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) : suhu, Biru
kelembaban, kebisingan, getaran, elektrik

Di tempat berisiko tersebut diberi rambu-rambu sesuai dengan ketentuan yang


ditetapkan oleh rumah sakit

F. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di RSU SEMBIRING DELI TUA adalah
wajib dipergunakan oleh semua petugas/pekerja yang akan mengerjakan pekerjaan
berisiko, baik resiko terhadap penularan penyakit, keterpaparan obat beracun ataupun
resiko cedera.
APD digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan berisiko
sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cedera akibat kerja atau menekan
seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja. Semua jenis APD diinventaris dan
dirawat oleh masing-masing instalasi/unit.
Penggunaan APD dipergunakan di semua instalasi yang mempunyai resiko terhadap
kecelakan akibat kerja, antara lain : instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi
Radiologi, IPSMLRS, Rawat Inap, Rawat Jalan, Sanitasi, Linen/Laundry, CSSD,
Pemeliharaan, Laboratorium, IGD.
1. Pelindung mata
Adalah perlengkapan pelindung organ mata yang digunakan oleh petugas pada
saat bekerja yang bertujuan untuk melindungi mata dari resiko akibat kerja.
Jenisnya Goggles (kacamata menutup rapat seperti untuk menyelam).
2. Pelindung kepala dan wajah
Adalah perlengkapan pelindung kepala dan wajah ketika melakukan pekerjaan.
Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi diri dari terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada petugas rumah sakit didalam
mengerjakan pekerjaan yang berisiko. Jenisnya kaca pelindung wajah
(faceshield), topi pelindung kepala (industrial safety helmet), topi penutup rambut
3. Pelindung telinga
Merupakan alat untuk melindungi telinga ketika melakukan pekerjaan di tempat
yang mempunyai intensitas kebisingan yang mengganggu kenyamanan kerja,
bahkan dapat merusak organ pendengaran. Tujuan digunakannya alat ini untuk
menjaga keselamatan kerja, melindungi cedera terutama pada organ
pendengaran . Jenisnya, Ear mufflers (pelindung telinga dengan daun telinga
tertutup rapat)
4. Pelindung tangan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
tangan, baik hanya meliputi telapak tangan maupun sampai bagian lengan ketika
melakukan pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi
kedua tangan dari cedera maupun dari terkenanya bahan kimia, cairan tubuh dan
panas, yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Jenisnya, sarung tangan
pelindung bahan kimia, sarung tangan pelindung tergores, sarung tangan biasa,
sarung tangan pelindung panas.
5. Pelindung badan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi badan bagian
depan, pakaian dan tubuh seluruhnya. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk
melindungi badan bagian depan, pakaian, tubuh seluruhnya dari ceceran,
tumpahan dan percikan dari bahan cair, gas, hembusan uap, radiasi atau partikel-
partikel yang dapat merusak kesehatan. Jenisnya pakaian kerja, pakaian pelindung
biasa, pakaian pelindung radiasi/ apron.
6. Pelindung kaki
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
kaki, baik hanya sampai pergelangan kaki maupun sampai bagian bawah lutut.
Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi kedua kaki dari cedera
atau terkena bahan kimia. Jenisnya, sepatu pelindung biasa dan boots.

Anda mungkin juga menyukai