Anda di halaman 1dari 5

PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA

LEMBAGA DAKWAH NAHDLATUL ULAMA (LDNU)


KABUPATEN BANYUMAS
Sekretariat : Jl. Sultan Agung Karangklesem RT 01 RW. 01 No. 42 Kec. Purwokerto Selatan
Kabupaten Banyumas 53144 Telp/Fax (0281) 622687
e_mail : pcnu_kab.banyumas@yahoo.co.id, staffpcnubanyumas@gmail.com

“Moderat dalam Beragama, Maslahat dalam Berbangsa”

Khutbah I

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Sebelum khatib menyampaikan materi khutbahnya, mari kita
bersama-sama menata niat dengan baik dan benar, hadir di majelis Jumat ini lillahitaala (karena Allah
swt). Jangan sampai kehadiran kita di kesempatan yang mulia ini sekadar untuk menggugurkan
kewajiban, apalagi hanya untuk numpang beristirahat dengan menyempatkan diri berbincang-bincang
ataupun tidur saat khatib menyampaikan khutbahnya. Semestinya kita memperhatikan hadits yang
sering disampaikan oleh para bilal di antaranya yang diriwayatkan oleh Muttafaqun ‘alaihi yang
berbunyi:

Artinya:“Jika kamu berkata kepada temanmu, ‘diamlah!’ sementara imam sedang berkhutbah di hari
jumat, sungguh ia telah berbuat sia-sia.” Semoga dengan menata niat dengan baik, aktivitas shalat
Jumat dan rangkaiannya ini akan benar-benar menjadi sebuah ibadah yang bernilai ibadah. Bukan
ibadah yang tak menghasilkan pahala ibadah. Pada kesempatan ini, tak bosan-bosan, khatib juga
menyampaikan wasiat sebagai salah satu rukun dalam khutbah Jumat, yakni mengingatkan para jamaah
untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan takwa kepada Allah swt. Takwa merupakan bekal yang
paling baik dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 197:

Artinya: “Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah
kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 143:

Artinya : “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) ”umat pertengahan” agar kamu
menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu.” Ayat ini mengingatkan kepada kita semua bahwa Allah swt memberi petunjuk pada umat-Nya
untuk senantiasa menjadi umat yang wasathiyah yakni umat yang moderat, umat yang proporsional,
berada di tengah dalam berbagai hal, khususnya moderat dalam beragama. Kita perintahkan untuk tidak
beragama secara ekstrem, baik ekstrem kanan dan juga tidak boleh larut pada ekstrem kiri. Dalam
beragama pun, Allah juga memerintahkan untuk tidak berlebih-lebihan yang diistilahkan dengan
“ghuluw”. Allah SWT berfirman dalam QS An-Nisa ayat 171:

Artinya: “Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Dalam konteks kehidupan di Indonesia, bersikap moderat adalah
mampu menempatkan diri pada situasi perbedaan dan keberagaman yang sudah menjadi sunnatullah.
Kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang dianugerahi kebinekaan suku, budaya, bahasa, termasuk
agama. Jika kita tidak moderat dalam bersikap, maka perbedaan yang ada akan saling berbenturan
sehingga rawan terjadi konflik dan perpecahan. Oleh karenanya, para pendiri bangsa telah dengan bijak
merumuskan ideologi yang sangat tepat dalam menaungi kebinekaan ini dengan ideologi Pancasila yang
dibingkai dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bersikap moderat atau dengan istilah mudahnya
adalah bersikap santai, biasa-biasa saja ini sebenarnya sudah dicontohkan oleh ulama nusantara yang
dengan bijak mampu berdakwah dengan menggunakan infrastruktur budaya.

Para ulama bisa menanamkan prinsip yang memadukan beragama, berbudaya, dan berbangsa dalam
satu tarikan napas. Namun seiring dengan adanya revolusi teknologi, di mana informasi bisa diakses oleh
siapapun, di manapun, dan kapan pun, paham keagamaan radikal ekstremis juga bermunculan seperti
jamur di musim hujan. Paham keagamaan transnasional dari luar negeri yang awalnya tidak dikenal di
Indonesia, masuk mempengaruhi paham keagamaan yang moderat di Indonesia dengan memanfaatkan
teknologi . Termasuk, mereka melakukan propaganda untuk mengganti ideologi Pancasila dan NKRI
dengan sistem yang menafikan perbedaan dan keragaman seperti sistem khilafah dan sejenisnya.
Padahal Allah menciptakan perbedaan bukan untuk saling bermusuhan, namun untuk saling melengkapi
dengan saling kenal-mengenal. Allah berfirman dalam surat Al Hujurat ayat 13:

Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling
mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Beragama secara moderat menjadi kunci kemaslahatan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Diperlukan upaya dan usaha untuk menjadikan diri kita sosok yang
moderat. Di antaranya adalah dengan terus menambah pengetahuan yakni terus belajar dan memahami
esensi dari beragama dengan melihat situasi dan kondisi masyarakat. Dengan memahami ajaran agama
dan bersikap fleksibel dalam kehidupan di masyarakat, seseorang akan bisa menyikapi perbedaan-
perbedaan yang ada di masyarakat. Dengan sikap ini, niscaya tidak akan ada yang merasa paling pintar
dan paling benar sendiri serta gampang menyalahkan orang lain. Dalam beragama, kita juga harus
mengganti emosi keagamaan dengan cinta keagamaan. Emosi dan terlalu semangat dalam beragama
tanpa dilandasi dengan pengetahuan ilmu yang memadai, malah akan menjadikan seseorang bisa
melanggar tuntunan agamanya sendiri.

Selain itu, kita harus selalu berhati-hati dengan godaan setan yang selalu mengganggu niatan ibadah
dengan memasukkan unsur riya’, sombong, dan paling saleh sendiri dalam hati kita. Oleh karenanya,
mari kita kuatkan niat beribadah bukan karena motif dan misi lain terlebih misi yang bersifat duniawi.
Jangan sampai ibadah kita sia-sia. Rasul saw sudah menegaskan dalam haditsnya di kitab Ta’limul
Muta’allim :

Artinya: “Banyak amalan yang tampak sebagai perbuatan duniawi berubah menjadi perbuatan ukhrawi
lantaran niat yang bagus. Banyak pula amalan yang terlihat sebagai perbuatan ukhrawi berubah menjadi
perbuatan duniawi lantaran niat yang buruk.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Inti dari paparan ini, mari kita terus menebar perdamaian di
masyarakat kita melalui moderasi beragama. Semoga kita bisa terus menebar kesejukan dalam
kehidupan berbangsa dan beragama dengan nilai-nilai dan sikap moderat. Moderat dalam beragama,
maslahat dalam berbangsa. Amin.
KHUTBAH II

Anda mungkin juga menyukai