Anda di halaman 1dari 34

THEMATIC APPERCEPTION TEST (TAT)

Definisi
TAT merupakan singkatan dari Thematic
Apperception Test. TAT adalah sebuah test yang
dilakukan untuk mengetahui kognitif atau
gambaran kepribadian secara umum dari seorang.
Dan yang diteliti di sini, adalah pengukuran yang
dibutuhkan dalam sebuah pemberian nilai dari test
ini. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa
mengetahui alat ukur yang digunakan untuk
menghitung, bahkan mampu menarik sebuah
kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan
kognitif seseorang secara umum.
Metode dengan menggunakan dengan kartu
bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing
– masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang
berbeda dan 1 kartu kosong. Partisipan berjumlah
1619 yang diambil secara acak dari 2460
inteviewee. Mereka akan diberikan waktu untuk
menceritakan arti kartu bergambar tersebut,
secara lisan, detail dengan emosi yang mendalam
(mendramatisir).
Hasilnya, berdasarkan deskriptif statistik,
menunjukkan alat ukur yang digunakan, mampu
menunjukkan skor yang tinggi. Ini berarti
penggunaan TAT dengan pengukuran untuk
menhitung angka jumlah berkorelasi dengan baik.
Kepribadian secara umum dapat terlihat sesuai
data yang ada.
Prosedur
           Dalam tes ini, klien diminta membuat cerita
dari beberapa kartu bergambar yang disajikan
satu persatu. Klien dapat menulis sendiri ceritanya
atau examiner yang menulis cerita klien. Tugas
klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi
saat ini, sebelumnya (situasi apa yang
menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana
pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang
dibuat klien.
           

Sejarah
TAT diciptakan oleh seorang psikolog dari
Harvard bernama Morgan dan Murray dan TAT
yang lazim dilakukan kepada orang-orang terdiri
dari setumpuk kartu bergambar, yang
mengandung ekspresi-ekspresi yang kuat. Kartu
TAT ini juga di kategorikan berdasarkan gender,
B untuk boys, G untuk girls dan M-
F untuk maleand female, yakni untuk kedua jenis.
           

TAT ini didasarkan pada teori needs Murray


yang memandang bahwa dalam suatu perilaku
manusia pasti didorong oleh adanya motivasi
internal dan eksternal, sedangkan lingkungan
dipandang sebagai press (tekanan) yang
mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan
membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan
lingkungan yang disebut sebagai tema. Kesatuan
tema merupakan kesatuan interaksi itu yang
terbentuk sejak jaman kanak-kanak tanpa
disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu
perilaku unik (khas) seseorang.

Dasar Pikiran

Dalam TAT kepribadian testi tidak diungkap/


ditanyakan secara langsung kepada testi, dengan
alasan 

1.   Tidak semua orang dapat mengkomunikasi-kan


secara jelas ide-ide dan sikap-sikap yang ada
dalam kesadarannya
2. Lebih mudah menghindari untuk mengatakan hal-
hal tersebut walau tidak dengan maksud
menyembunyikan atau menipu
3.      Banyak hal yang tidak disadari oleh seseorang
yang tidak mampu untuk mengungkapkan nya.

Dalam usaha untuk menyusun cerita, komponen


kepribadian memegang peranan penting, karena
ada dua kecenderungan :

1. Kecenderungan bahwa seseorang akan meng-


interpretasikan sesuatu yang tidak jelas menurut
pengalaman masa lalunya dan kebutuhan-
kebutuhan masa kininya.
2.  Kecenderungan seseorang waktu membuat cerita
untuk mengambil bahan dari perbenda-haraan
pengalamannya dan mengekspresi-kan
kesenangannya/ketidak-senangannya maupun
kebutuhannya baik disadari maupun tidak
disadari

Sehingga Gambar sebagai stimuli pemancing cerita


ternyata lebih efektif untuk menggugah imajinasi,
memaksa pembuat cerita berpikir sendiri
mengenai masalah manusiawi yang disajikan, dan
stimuli yang disajikan dapat distandarisasikan

Usia Testi

TAT digunakan untuk :


 anak laki-laki dan perempuan usia : 4 – 14
tahun
 Pria dan wanita usia 14 tahun keatas

Inquiry :

Maksud dari inquiry adalah interview yang


dilakukan setelah selesainya suatu tes TAT. Ada
dua cara dalam melakukan inquiry :
1. Diberikan sesudah satu cerita selesai dan
waktunya tidak diperhitungkan
2. Cara yang lebih baik untuk mengadakan
inquiry adalah seperti pada tes Rőrschach
yaitu setelah selesai seluruh cerita

Hal yang ditanyakan dalam inquiry:

1. Dari mana cerita berasal (ide cerita) (dari


buku, film atau karangan sendiri)
2. Jenis kelamin dan usia masing-masing
tokoh dalam cerita
3. Tanyakan juga tentang dua gambar yang
disenangi dan dua gambar yang tidak
disenangi (dari 2 sesion)
4. Apa yang terdapat dalam gambar yang
membuat anda bercerita begitu
5. Apakah orang-orang yang anda
masukkan dalam cerita mengingatkan anda
pada seseorang dalam kehidupan anda

Teknik Analisis/Interpretasi  TAT/CAT
A.    Teknik Inspeksi/Teknik
kesan/Pengamatan, yaitu dengan melakukan
pengamatan sepintas :
 Dalam teknik ini interpreter hanya membaca
cerita yang dibuat oleh subjek, yaitu dengan
membaca 10 cerita yang sudah dibuat oleh subjek
dengan maksud untuk mendapatkan gambaran
umum yang akan dijadikan sebagai kerangka
berpikir untuk menganalisis secara lebih
mendalam
 Kemudian interpreter membaca lagi secara
lebih cermat dengan melihat hal-hal yang
mempunyai arti  penting spesifik dan unik sebagai
petunjuk emosi negatif
 Kemudian interpreter membaca lagi untuk
yang ketiga kalinya, dengan memberi tanda lagi
pada bagian-bagian yang menunjukkan adanya 
kecemasan dan defance mechanism
 Kemudian interpreter membaca kembali dari
awal sampai cerita terakhir untuk memperoleh
kesimpulan umum. Bila belum yakin, maka dibaca
lagi dari awal dan seterusnya.
 Teknik ini adalah cara interpretasi yang
paling “mudah”, karena dapat dikerjakan dalam
waktu singkat.

B.     Teknik Bellak
Penggunaan teknik Bellak dalam interpretasi TAT
relatif sederhana dan mudah dipelajari karena
langsung diarahkan pada isi dan dinamika
cerita. Tujuan interpretasi menurut Bellak adalah
untuk menemukan pola umum dari cerita-cerita
yang diperoleh melalui kartu-kartu TAT. Pola
umum ini diperoleh dari pengulangan-
pengulangan dalam needs, press, mekanisme
pertahanan, konflik, kecemasan dsb. Pada
beberapa cerita yang di ulang ulang.
10 variabel yang diperlukan dalam interpretasi
1.      Tema pokok (the main theme)
2.      Tokoh utama (the main hero)
3.      Kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan
yang utama dari hero (main needs and drives of
hero)
4.      Konsepsi tentang lingkungn/dunia (the
conception of the environment word)
5.      Sosok dalam cerita dilihat sebagai... (figure seen
as...) melihat konsep diri subjek
6.      Konflik-konflik yang signifikan (significant
conflicts)
7.      Hakekat kecemasan (nature of anxieties)
8.      Pertahanan-pertahanan utama melawan konflik
dan ketakutan (main defenses against conflicts and
fears)
9.      Ketepatan superego sebagaimana ditampakkan
dalam bentuk “hukuman” terhadap “kejahatan”
(adequacy of superego as manifested by
“punishment” for “crime”)
10.  Integrasi ego (integration of ego)

Diringkas menjadi :
1. Tema : interaksi antara kebutuhan dan lingkungan
2. Hero : Tokoh utama
3. Needs : Kebutuhan, harapan, cita-cita, yang
berasal dari dalam diri seseorang
4. Press : lingkungan yang menghambat pemenuhan
needs
5. Konflik : ini dapat terjadi antara
a. kebutuhan dalam diri seseorang : need vs
need
b. kebutuhan dengan lingkungan : need vs
press
c. antar lingkungan di sekitar subjek : press
vs press

6. Penyelesaian : akhir cerita


a. Konflik terselesaikan : happy ending
b. Konflik tidak terselesaikan dan hero
pasrah atau seseorang menyerah : sad
ending
c. Belum menemukan jalan keluar / cerita
menggantung : confused

Kartu CAT
Kartu TAT
Usia Testi

Perangkat gambar TAT yang disiapkan Murray disediakan untuk anak laki-laki
dan perempuan usia 4 – 14 tahun, dan untuk pria dan wanita diatas 14 tahun.

Variasi gambar-gambar semacam TAT kini telah banyak digunakan,


menyesuaikan umur, budaya, atau aspek-aspek yang akan diungkap. Hal ini akan
dibicarakan terutama pada bab Derivat TAT nanti.

PENYAJIAN
Seperti umumnya penyajian tes, raport tester – testi diperlukan. Suasana
hendaknya sedemikian rupa sehingga testi merasa akan mendapatkan simpati dan
merasa akan mendapatkan penerimaan. Niat baik dan dihargai oleh tester, sehingga
testi dapat mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas sendiri sulit berkembang pada
suasana yang kaku,dingin, formal, terlalu menuntut dan terlalu ilmiah.

Prosedur penyajian yang dianggap baku ialah penyajian individual dalam bentuk
lain. Dalam prosedur ini tester memberikan petunjuk pelaksanaan tugas dan menyajikan
gambar satu demi satu. Testi menanggapi secara verbal setiap gambar yang disajikan.
Tester mencatat/merekam semua tanggapan terhadap gambar sampai tes berakhir.

Sebaiknya disediakan tempat duduk tegak, tester dan testi duduk berhadapan,
sehingga komunikasi lancar.

Murray menyarankan disajikan ke 20 kartu dalam 2 sidang (session). Sidang


pertama menyajiikan seri pertama (kartu 1 – 10) terlebih dahulu. Selang minimal satu
hari atau lebih disajikan seri kedua (kartu 11 - 20). Testi tidak diberi tahu bahwa akan
ada penyajian sidang kedua, agar ia tidak mempersiapkan diri sebelumnya. Penyajian
seluruh kartu dalam sidang tunggal, akan melelahkan testi yang produktivitas tengahan.
Kelelahan dapat berakibat cerita menjadi datar dan tidak berisi.

Petunjuk penyajian pada remaja dan orang dewasa (yang cukup


kemampuannya) bagi sidang pertama disarankan sebagai berikut:

“Ini adalah tes daya khayal, yang merupakan suatu bentuk tes kecerdasan. Saya
akan menyajikan beberapa gambar, satu demi satu. Tugas anda adalah
membuat cerita untuk tiap-tiap gambar, buatlah cerita itu sedramatis mungkin.
Ceritakan peristiwa apa yang terjadi sebelum kejadian tersebut ceritakan
kejadian yang sedang berlangsung pada gambar tersebut, apa yang dirasakan
dan dipikirkan oleh para pelakunya, dan berikan akhir ceritanya. Anda katakan
secara langsung saja apa yang ada dalam pikiran anda. Apakah anda sudah
memahami permintaan saya?”

“Anda dapat memamfaatkan sekitar lima menit untuk tiap-tiap gambar.


Inilah gambar pertama”.

Sedang bagi anak-anak atau orang dewasa yang kurang cerdas dan kurang pendidikan,
juga untuk orang psikotis, Murray menyarankanpetunjuk penyajian sebagai berikut:

“Ini adalah tes bercerita. Ada beberapa gambar yang akan saya
tunjukkan. Saya kamu membuat cerita mengenai masing-masing gambar.
Ceritakan apa yang terjadi sebelumnya, dan apa yang sedang terjadi sekarang.
Katakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang-orang dalam cerita itu.
Dan katakan bagaimana akhir ceritanya. Buatlah ceritanya sesukamu.
Sedahkah kamu mengerti maksudku?”

Nah ini gambar pertama. Waktu untuk mengarang cerita ada lima
menit. Mari kita dengan apa yang dapat anda ceritakan.

Petunjuk penyajian tidak harus tepat seperti saran Murray. Petunjuk hendaknya
disesuaikan dengan umur, kecerdasan, kepribadian, dan keadaan lain-lain test.

Beberapa ahli menyarankan agar pertanyaan “yang merupakan bentuk tes


kecerdasan” dihilangkan. Pada umumnya, penghilangan ini tidak merugikan, bahkan
menghindarkan tester dari pertanyaan-pertanyaan mengenai hasil tes kecerdasan.

Selain itu, ada orang merasa lebih bangga bila tidak dianggap pandai berkhayal.
Sedang ada orang lain yang merasa cemas karena adanya sebutan te daya khayal.
Karena itu terserah pada kebijaksanaan tester untuk memperkenalkan tugas testi.

Yang penting dalam memberikan petunjuk ialah testi memahami tugasnya.


Petunjuk dapatdiubah, diulang, atau dijelaskan lebih lanjut, bila diperlukan.

Pokok-pokok yang harus disampaikan kepada testi dan harus dipahaminya ialah:

1. Ia diminta membuat suatucerita. Ini berarti mendeskripsikan apa yang


tergambar saja belum cukup. Cerita adalaha serentetan kejadian yang
berkembang mengikuti waktu. Ada permulaan, pertengahan dan akhir cerita.
2. Dalam membuat cerita ini, ia diminta menggunakan inamjinasinya. Ini berarti ia
harus menerangkan dengan interpretasinya sendiri gambar yang disajikan.
Orang berbeda dalam membuat interpretasi gambar. Minat tester adalah
pada ide testi sendiri.
3. Ia diminta mendeskripsikan situasi yang dilukiskan dalam gambar (menurut
interpretasinya) dan ia diminta membuat saran mengenai perasaan-
perasaan, ide-ide, watak dan lain-lain untuk melengkapi pelukisan sitiasu
tersebut.
4. Testi diminta menceritakan empat hal pokok dalam menyusun cerita.
 Peristiwa yang terjadi sebelumnya.
 Peristiwa yang terjadi sekarang.
 Perasaan dan pikiran para pelaku.
 Akhir cerita (out come).
Petunjuk penyajian siding kedua tidak berbeda dengan siding pertama. Hanya
disiniperlu ditekankan adanya kebebasan sepenuhnya dalam menggunakan imajinasi.

Contoh penyajian untuk orang dewasa:


“Hari ini tes kita laksanakan sama seperti cara yang kemarin dului.
Hanya sekarang anda dapat lebih bebas dalam menggunakan daya khayal
anda”.

“Sepuluh cerita anda terdahulu sudah baik, tetapi terbatas pada


kehidupan sehari-hari. Sekarang akan kita lihat apa yang dapat anda lakukan
bila anda tidak usah memperhatikan kenyataan sehari-hari danmembiarkan
daya khayal bebas, seperti dalam perumpamaan, dongeng, dan cerita khayal”.

“Inilah gambar pertama”.

Contoh bentuk penyajian untuk anak-anak:

“Sekarang saya akan tunjukkan padamu beberapa gambar lagi.


Kamuakan lebih mudah membuat cerita, karena gambar-gambarnya lebih baik
dan menarik. Kemarin dulu ceritamu bagus-bagus. Sekarang saya ingin lihat
apakah kamu cpat membuat cerita lebih banyak lagi. Buatlah yang lebih
menarik daripada yang sebelumnya. Inilh gambar pertama”.

Petunuk Penyajian bagi kartu 16:

Mari kita lihat apa yang dapat anda bayangkan dari kartu kosong ini.
Bayangkan ada gambar dikartu kosong ini, dan buatlah cerita dengan gambar
tersebut.

Bila testi tidak berhasil membuat cerita, tester dapat member saran. “Pejamkan
mata anda, dan bayangkan suatu gambar”. Setelah testi menceritakan gambaran yang
dibuatnya, bila ia tidak membuat cerita, tester dapat mebuat saran lagi “sekarang
buatlah cerita dari gambar tersebut”.

Variasi Penyajian

Penyajian dalam bentuk lisan, seperti yang telah diuraikan tadi, memerlukan
banyak waktu. Lebih-lebih biltes disajikan pada kelompok besar,seperti pada seleksi atau
penelitian perbandingan antar kelompok.

Jalan keluar yang mungkin dilakukan ialah memperpendek penyajian dengan


menggunakan tidak semua kartu dan atau mengganti bentuk lisan menjadi bentuk
tertulis.

PERAN TESTER DALAM PENYAJIAN

Peran tester pada dasarnya member semangat testi untuk menanggapi dengan
bebas stimuli yang disajikan. Ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengarahkan
atau tidak mempengaruhi testi untuk memilih respon tertentu. Jadi peran tester adalah
member dorongan, tetapi netral.
Tester hendaknya menunjukkan minat akan cerita testi, tetapi tidak
menunjukkan menyetujui cerita tersebut.

Untuk jelasnya, testi disarankan untuk:

1. Tidak member sugesti mengenai isi cerita. Misalnya tidak meminta penjelasan
mengenai bagian gambar yang tidak dimengertinya, tester harus menjawab
bahwa terserah pada interpretasi/pendapat testi sendiri. Ini diberi tahukan
dengan ramah, sehingga membeeri kesan tester memberikan kebebasan,
bukan memaksa testi berpendapat.
2. Tidah usah banyak menyela. Bila perlu bertanya, hendaknya tidak menggangu
jalan pikiran testi dan tidak membuat testi merasa diinterogasi atau tidak
dipercayai.
Kementar-kementar diperlukan dalam hal:
a. Memberi tahu testi bahwa ia terlalu ceepat selesai, atau terlalu panjang
bercerita, dan menyarankan agar waktu 5 menit dimamfaatkan sebaik-
baiknya. Namun demikian bila testi tetap mempertahankan gaya
berceritanya, maka perlu da interupsi danperlu dicatat sebagai bahan
interpretasi.
Untuk menanyakan lebih lanjut (inquiry) mengenai dari mana ide cerita didapat,
dapat dilkukan sesudah dilakukan sesudah testi selesai satu cerita (Murray). Untuk
menanyakan dua gambar yang paling tidak disenangi, dilakukan setelah semua gambar
disajikan (Henry).

Pencatatan

Berkas TAT hendaknya dilengkapi data pribadi testi untuk kepentingan


identifikasi maupun interpretasi. Selain nama, jenis kelamin, umur, pendidikan, alamat,
status keluarga (anak keberapa dari berapa bersaudara), status perkawinan, juga perlu
dicatat tanggal tes, keperluan, dan nam tester.

Karena penting bagi interpretasi, tester hendaknya mencatat semua tanggapan


testi terhadp gambar maupun terhadap suasana penyajian. Jadi catatan tidak hanya
berupa skema cerita, tetapi berisi semua ucapan-ucapan testi dan catatan observasi
tingkahlaku testi.

Pada catatan yang berbentu langsung, adanya salah ucap, salah kata, ulangan
kata, susunan kalimat yang tidak teratur, dan kalimat-kalimat yang aneh, hendaknya
digrisbawahi, untuk membedakan dengan kesalahan pencatatan.

Untuk memudahkan pencatatan dapat digunakan tape recorder. Transkrip


dalam bentuk tertulisnya hendaknya juga selengkapnya mungkin.

Observasi
Bahan lain yang perlu dicatat untuk interpretasi ialah tingkah laku testi selama
tes berlangusng. Sebab sering kali tingkah laku ini adalah akibat langsung dari perasaan,
sentiment, kecemasan dan lain-lain yang timbul karena stimuli yang disajikan, atau
cerita yang dibuatnya.

Tingkah laku terbuka yang perlu dicatat ialah:

a. Berhenti atau macet selagi bercerita, ini dapat ditandai dengan garis ---- yang
banyaknya sesuai dengan lamanya.
b. Mendehem.
c. Gelisah.
d. Menggosok-gosok atau memegang bagian-bagian badan, seperti mengusap
hidung, menarik telinga dan sebagainya.
e. Berkeringat.
f. Berhenti untuk menyulut rokok.
g. Meminta diri untuk pergi ke WC.
h. Ragu-ragu.
i. Adanya Tics (saradan).
Reaksi testi terhadap tester dan suasan tes pada umumnya, juga perlu dicatat.
Misalnya komentar-komentar mengenai kompetisi testeer, kritik terhadap gambar,
terhadp penyajian ataupun ruangan, dan lain-lain.

Demikian juga perlu dicatat perubahan suasana hati dan perubahan sikap yang
ditunjukkan oleh testi.

MATERI TES

Materi TAT terdiri dari 20 gambar:

11 kartu untuk segala testi; termasuk disini kartu kosong, dan 9 krtu disesuaikan
untuk dewasa/anak dan pria/wanita. Ke 9 kartu ditandai dengan:

BM = Boy & Male (untuk pria)

GF = Gilr & Female (Untuk wanita)

MF = Male & Female (untuk dewasa)

GB = Boy & Girl (untuk anak-anak 4 – 14 tahun).

Meskipun tanpa gambarpun kita dapat menyarahkan seseorang untuk bercerita,


pengalaman menunjukkan bahwa:

1. Gambar ternyata efektif untuk menimbulkan imajinasi.


2. Memaksa seseorang menangani dengan caranya sendiri situasi manusiawi
tertentu.
3. Stimuli yang digunakan dapat dibakukan.

Teknik Murray

Interpretasi menggunakan perincian needpress mempunyai keeunggulan


tersendiri, terutama bila digunakan pada penelitian-penelitian yang memerlukan
perincian ini, dan bila tidak ada tuntutan untuk selesai dengan cepat.

Cara ini kurang populer, karena konsep need dan press bukanlah konsep yang
mudah dipahami. Selain itu cara ini dapat menyita waktu 4 sampai 5 jam untuk
menganalisis 20 cerita.

Banyak konsep diajukan oleh Murray, yang jargonnya sering berbeda dengan
konsep sehari-hari. Ia menyarankan agar setiap kejadian dalam cerita dianalisis ke
dalam: (a) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal dari tokoh pahlawannya (the
hero), dan (b) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungannya (yang
disebut press oleh Murray).

A. Pahlawan
pertama untuk menganalisis suatu cerita ialah menentukan pahlawan
yang diidentifikasikan oleh diri pengarangnya. Pahlawan ini biasanya adalah:
a. Tokoh yang paling diminati oleh pengarangnya, yang paling akrab
digambarkna perasaan dan motif-motifnya.
b. Tokoh yang paling menyerupai keadaan pengarang: jenis kelamin, umur,
status dan perannya, dan yang paling serupa pula sentimen dan
sasarannya. (Murray mengartikan sentimen sebagai kecenderungan
seseorang untuk tertarik atautidak tertarik/tidak menyukai suatu objek).
c. Orang atau orang-orang yang dilukiskan dalam gambar.
d. Orang yang memainkan peran utama dalam drama, yang muncul pada
permulaaan cerita dan yang paling terlibat pada akhir cerita.
Tokoh pahlawan mungkin sulit ditemukan dalam hal-hal berikut ini:

a. Tokoh pahlawan berubah-ubah dalam satu cerita.


b. Dua segi kepribadian yang sama kuat tetapi berlawanan arah diwakili oleh
dua tokoh, misalnya dorongan antisosial dan hati nurani, masing-masing
diwakili oleh penjahat dan polisi.
c. Adanya crita dalam cerita. Misalnya tokoh pahlawan mengamati atau
mendengar kejadian mengenai tokoh lain yang juga mendapat simpati
dari pengarangnya.
d. Jenis kelamin pahlawan yang diidentifikasikan berlawanan. (pada wanita
ini berarti memiliki komponen pria dengan kadar tinggi, dan pada pria
memiliki komponen wanita pada kadar tinggi).
e. Kepahlawanan terbagi rata pada beberapatokoh atau kelompok orang,
atau:
f. Pahlawan berkedudukan sebagai objek dalam situasi cerita subjek-subjek.
Watak kepahlawanan ini kemudian dapat ditinjau dari beberapa klasifikasi:
superioritas (kekuasaan, kemampuan), inferioritas, kriminalitas, penyimpangan
mental, soliter, belonginess, kepemimpinan, dan kecenderungan bertengkar.

B. Motif, Kecenderungan dan perasaan tokoh pahlawan


Tugas interpreter kemudian mengamati perincian cerita megnenai
pahlawan ini. Perasaan, pikiran, dan tindakannya, sambil memperhatikan
adanya kenyataan-kenyataan yang menandai tipe kepribadian atau kelainan
mental, juga hal-hal yang khusus, spesifik, atau hal-hal yang biasa tetapi
dengan intensitas atau frekuensi luar biasa tinggi atau luar biasa rendah.
Dalam merumuskan reaksi-reaksi tokoh pahlawan, interpreter dapat
menggunakan variabel-variabel yang dipilih sesuai dengen kebutuhannya:
ekstraversi-introversi, maskulinitas-feminitas, ascendence-submission
(meang-menangan-ngalahan); tanda-tanda kecemasan, meras berdosa, atau
rendah diri, melacak sumber-sumber sentimen yang berakar, atau
merencanakan untuk memperhatikan semua itu.
Murray menggunakan daftar klasifikasi 28 need (atau drive) yang
didasarkan pada arah atau sasaran langsung suatu aktivitas.
Suatu need dapat memperlihatkan diri sebagai suatu impulse, suatu
keinginan, atau niat, atau suatu kecenderungan tingkah laku yang dapat
diamati.
Need dapat berpadu sehingga satu tindakan memuaskan sekaligus
dua need atau lebih (disebut fused need).
Need dapat hanya berfungsi sebagai kekuatan instrumental yang
membantu terpenuhinya need yang lebih dominan (yang pertama tadi
disebut subsidiary need).
Kekuatan need diskor 1 sampai 5. Skor 5 adalah skor tertinggi bagi
suatu variabel dalam suatu cerita. Kriteria kekuatan ialah intensitas, lama
berlangsung, frekuensi, dan pentingnya need tersebut dalam jalan cerita.
Adanya sedikit tanda-tanda munculnya suatu variabel (misalnya
sekilas kejengkelan) mendapat skor 1, sedang bentuk yang intens
(misalnya marah sampai mengamuk) atau bentuk-bentuk lain yang lebih
lunak (misalnya selalu bertengkar) tetapi terus-menerus atau berulang-
ulang, medapat skor 5. Skor 2, 3, dan 4 disediakan untuk antara kedua
skor di atas.
Bila ke-20 cerita telah diskor demikian untuk masing-masing variabel,
jumlahnya dibandingkan dengan skor standar menurut jenis kelamin dan
umur (bila ini tersedia Manual TAT Murray hanya menyajikan satu norma
untuk sampel mahasiswa pria, dan untuk 9 need, konflik, perubahan
emosi dan dejeksi). Kemudian variabel-variabel yang diatas atau dibawah
rata-rata dicatat dan diteliti lebih lanjut kaitannya satu dengan lainnya.
Daftar need yang disarankan Murray (diolah kembali oleh Sanford)
adalah sebagai beerikut:
Need (disingkt n) yang dapat disimpulkan dari tindakan tokoh
pahlawan yang berhubungan dengan objek atau situasi:
1. N-Achievement. Mengerjakan sesuatu yang penting dengan tenaga dan
kegigihan. Berusaha keras untuk melaksanakan sesuatu yang berharga.
Ambisi yang tertuang dalam bentuk tindakan.
2. N-Accuisition.
a. Sosial. Bekerja untuk uang, kekayaan atau hak milik. Mencoba untuk
mendapatkan barang yang berharga. Melakukan barter, perdagangan,
atau perjudian. Tamak, rakus, atau keinginan memperoleh kekayaan
yang ditampilkan dalam bentuk tindakan.
b. Asosial. Mencuri, menipu, menyelundupkan, memalsu cheque.
3. N-Change, Travel, Adventure. Gelisah, dan selalu berpindah-pindah. Haus
akan pemandangan baru, tempat baru. Mencari petuangan. Memimpikan
kunjungan ke negeri jauh atau negeri asing. Bepergian, pergi melakukan
eksplorasi, mencari harta karun.
4. N-Cognizance. Ingin tahu. Memandang sesuatu dengan intens. Mengawasi,
mengintip, berusaha ingin tahu lebih banyak, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat menyelidiki. Mencari sesuatu, meneliti, melakukan
eksplorasi, atau bertindak seperti detektif. Voyurism.
5. N-Construction. Mengorganisasikan, mengatur, membangun, atau
menciptakan sesuatu.
6. N-Counteraction. Berjuang untuk mendapatkan kembali atau mempertahankan
kehormatan diri. Kebanggan yang dilukai atau terancam yang menggugah
kembali tokoh pahlawan untuk menambah usahanya sesudah kegagalan,
atau mencoba dan mencoba lagi, atau mati-matian menaklukkan hambatan
yang besar. Mengatasi kelemahan, inferioritas, malapetaka turun-
temurun,atau rasa malu, dengan melakukan hal-hal yang suka, yang tidak
disukai atau ditakuti. Membalas dendam atas penghinaan.
7. N-Excitence, dissipation. Mencari rangsang emosional dengan berbagai cara:
berpergian, berpetualangan dengan wanita, judi, menyampret-nyampret
bahaya.
8. N-Nutriance. Mencari dan menikmati makanan dan minuman: merasa lapar
dan haus. Minum-minuman keras dan obat-obatan. Melakukan pekerjaan
yang berhubungan dengan makanan dan minuman.
9. N-Passivity. Menikmati ketenangan, kesantaian, istirahat, tidur, berbaring.
Merasa apatetik (masa bodoh), letih sesudah sedikit usaha atau tanpa
melakukan usaha. Menikmati pikiran-pikiran pasif atau mengabsorbsi kesan-
kesan rangsangan. Mengalah pada orang lain karena apati atau masa bodoh.
10. N-Playmirth. Bermain. Meluangkan meluangkan waktu hanya untuk
bersenang-senang, pergi ke pesta. Melucu, tertawa, berolok-olok.
Menghadapi situasi dengan cara santai, atau main-main.
11. N-Retantion. Memgang teguh suatu obyek. Menolak meminjamkannya,
berusaha menghindarkan dari pencurian, menyembunyikan dari orang
banyak, menimbun, membuat koleksi, melestarikan. Hemat dan kikir.
12. N-Sentience.
a. Epicurean. Mencari dan menikati kenyamanan, kemewahan, kemudahan,
rasa senang, makan dan minum enak.
b. Aesthatic. Sensitif terhadap aspek rangsangan alam. Menikmatiseni,
musik, sestra. Menciptakan, membuat, dan komposisi, menulis karangan.
13. N-Understanding. Berjuang unutk memperoleh pengetahuan dan
kebijaksanaan. Giat belajar disekolah, mendapatkan pendidikan, membaca
agar memperoleh pengetahuan mengenai sesuatu. Berpikir, berspekulsi
untuk memcahkan persoalan. Berpergian atau mencari pengalaman unutk
memperoleh kebijaksanaan.
Need yang dapat disimpulkan dari tindakan tokoh pahlawan yang
berhubungan dengan orang lain :
1. N-Affiliation.
a. asosiatif. menjalin atau memelihara hubungan persahabatan :
i) Memusat. Menikmati kehadiran teman setia. Bekerja dan bermain
bersama. Merasamemiliki kecintaan yang dalam (dinyatakan atau
tidak dinyatakan) kepada orang tertentu.
ii) Difus. Menyukai berbagai orang. Mengolompok dan bermasyarakat.
Bekerja atau bermain dengan suatu kelompok.
b. Emosional. Terikat oleh kecintaan yang mendalam, simpati atau
kehormatan pada orang lain: Jatuh cinta, menikah, dan tetap setia.
2. N-Aggression.
a. Emosional, verbal. Marah atau menbenci seseorang (meskipun perasaan
ini tidak dinyatakan dalam bentuk kata-kata). Bertengkar. Mengutuk,
mengkritik, memperingatkan, menyalahkan, mempertawakan.
Mencetuskan agresi melawan seseorang atau suatu kelompok dengan
kritik masyarakat.
b. Fisik, sosial. Berkelahi atau membuat dalam membela diri atau membela
seseorang yang dicintai. Membalas dendam terhadap penghinaan tanpa
pancingan(tanpa alasan), atau terhadap perlakuan tidak adil. Berjuang
untuk negaranya sendiri atau negara sahabat dalam suatu perang.
Meghukum tindakan tercela.
c. Fisik, asosial. Menodong, menyerang, melukai, atau membunuh manusia
(melawan hukum). Tindakan kejahatan. Memulai berantam tanpa tanpa
alasan yang mapan, atau membalas perasaan disakiti dengan kekjaman
dan pengrusakan yang berlebihan. Berjuang melawan wewenang yang
syah (orang tua, atasan, pemerintah). Mengkhianati, dan berjuang
melawan negaranya sendiri. Sadisme.
d. Destruktif. Menyerang atau membunuh binatang. Memecah,
menghancurkan, membakar, atau merusak sesuatu.
3. N-Dominance. Mencoba mempengaruhi tingkah laku, sentimen, atau ide orang
lain.bekerja untuk mendapatkan kedudukan eksekutif. Membimbing,
mengelola, memerintah. Sardiskusi atau berdebat untuk mempengaruhi
orang lain. Menyerang pandangan yang berbeda. Menangkap dan
memenjarakan musuh atau penjahat.
4. N-Exposition. Memberi informasi, berita, menerangkan, memberi petunjuk,
mengajar.
5. N-Nurturance. Menyatakan simpati dalam bentuk stindakan, mengasihi dan
menghibur seseorang. Baik hati dan penuh pengertianterhadap perasaan
orang lain.
6. N-Recognition. Mencari tepuk tangan, pujian, prestise, nama. Menikmati
dukungan, mencari penghargaan dari orang lain. Membanggakan diri.
Menonjolkan diri, menarik perhatian. Melakukan sesuatu atau berpidato di
depan umum, mendramatisasikan diri di depan oranglain.
7. N-Rejection. Menyatkan ketidak puasan, ketidak senangan atau kemarahan
dalam bentuk tindakan. Menghidari dari sesuatu, seseorang, suatu
pekerjaan, atau ide-ide yang asing dari minatnya.
8. N-Sex. Mencari dan menikmati lawan jenisnya. Melakukan hubungan sex.
9. N-Succorance. Mencari bantuan atau simpati. Meminta bantuan; tergantung
pada oran glain untuk mendapatkan doronga, perlindungan, pemeliharaan.
Menikmati simpati dari orang lain, makanan atau pemberian yang
bermanfaat. Merasa kesepian bila sendirian, rindu bila pisah dari orang yang
dingini, tidak berdaya menghadapi krisis. Melarikan diri ke minumam keras
atau obat-obatan.
Need yang dapat disimpulkan dari reaksi tokoh pahlawan terhadap aktivitas yang
berasal dari orang lain:

1. N-Abasement
Mengalah (submission). Menurut dengan enggan kemauan orang lain, untuk
memperoleh atau terpeliharanya hubungan baik dengan orang yang dingini, atau
untuk menghindari disalamkan atau menghindari hukuman, atau menghindari
penderitaan atau kematian. Menyerah pada penghinaan, kesakitan, dipersalhakan,
hukuman, atau kekalahan tanpa melakukan perlawanan. Mengakui kesalahan,
meminta maaf, berjanji, untuk lebih baik, untuk memperbaikan kelaikuan, untuk
kembali kejalan yang benar. Pasrah dan menerima nasib secara pasif. Menderita
cobaan yang luar biasa tanpa usaha melawan. Masochisme.

2. N-Autonomy
a. Kebebasan. Membebaskan dri atau menghindari lingkungan yang
mengekang atau memaksa. Membebaskan diri dari lingkup yang terbatas,
lari dari penjara, melarikan diri dari rumah, meninggalkan sekolah, keluar
dari pekerjaan, atau membelok dari ketentaraan karena adanya larangan-
larangan, kewajiban dan keharusan. Meninggalkan atau melepaskan diri
dari seseorang untuk membebaskan diri dari kewajiban ikatan. Tekad
untuk tetap bebas, mengindari persekutuan yang menjerat, atau
larangan-larangan yang membatasi. Pergi melaksanakan sesuatu yang
sah neski tidak direstui orang tua.
b. Bertahan (resistance). Menolak paksaan. Menolak melakukan atau tidak
dilakukan apa yang dituntut orang. Mendebat pertimbangan atasan.
Berpikir kontra, negativism, pendebat, tidak mau mundur, tidak patuh.
c. Asocial. Melakukan sampai taraf yang membahayakan, sesuatu yang
dilarang, dikritik, atau dapat dikenai hukuman, kelakuan jelek,
tidak menurut aturan, melanggar tata tertib. Melanggar standar moral dan
social. Menipu, curang, berjudi, mabuk, kepelacuran. Melakukan
kejahatan yang bukan mencuri.
3. N-Blameavoidance. Takut diperingatkan, dipersalahkan, atau dihukum, dan
menghindari kekeliruan. Menahan diri dari keinginan melakukan sesuatu
yang unconventional atau dapat dikritik. Mengakui kesalahan, meminta ma’af,
berjanji memperbaiki diri, menyesal, agar terhindar dari dipersalahkan lebih
lanjut. Kembali ke jalan yang benar dan menjadi orang baik.
4. N-Deference
a. Patuh (compliance). Menyerah pada keinginan, saran, paksaan orang
sekutunya. Siap untuk menyenangkan, siap untuk menyetujui, bekerja
sama, menuruti dengan senang kepemimpinan seseorang yang dikagumi.
b. Hormat (respect). Menyatakan kehormatan dan kekaguman dalam bentuk
tindakan, kultus individu. Mengakui jasa atau bakat, memuji prestasi yang
baik.
5. N-Harmavoidance. Menunjukkan ketakutan, kecemasan, kebingungan, malu,
menghindari perkelahian/bahaya sebab takut luka, sakit atau mati. Melarikan
diri ketika dikejar binatang, musuh (takut dilukai), atau polisi (takut
dipenjarakan atau mendapat hukuman fisik).
Need mengenai reaksi terhadap diri sendiri.

N-integression. Menyalahkan, mengkritik, memarahi, atau memperkecil diri sendiri


karena kesalahan, kebodohan, atau kegagalan. Menderita rasa rendah diri, merasa
berdosa, menyesali diri. Menghukum diri sendiri. Bunuh diri.

Cathexes

Ada hubungannya dengan need ialah objek, aktivitas, orang, dan ide yang
menarik atau menolak tokoh pahlawan. Objek, aktivitas, orang, dan ide-ide yang tampak
membuat pahlawan merasa tertarik disebut hal-hal yang di-cathested-kan secara positif.
Sebaliknya hal-hal yang menyebabkan rasa tidak senang pada tokoh pahlawan di-
cathested-kan secara negative.

Keadaan batin (inner states) dan emosi

Variasi lain yang digunakan oleh Murray ialah inner states dan emosi.

a. Konflik : suatu keadaan tidak menentu, tidak terputuskan. Oposisi sementara


atau terus-menerus antara impuls-impuls, need, keinginan, dan sasaran yang
saling berlawanan. Konflik moral. Penahanan diri yang melumpuhkan.
b. Perubahan emosi : mengalami perubahan perasaan yang kentara terhadap
seseorang. Berubah-ubah, tidak stabil, tidak konsisten dalam memberikan
afeksi. Menampakkan perubahan suasan hati dan temperamen. Terjadinya
rasa senang luar biasa (exaltasi) dan depresi pada satu cerita. Tidak toleran
terhadap tiadanya perubahan atau kestatisan. Mencari orang-orang baru,
minat baru, pekerjaan baru.
c. Dejection : mengalami perasaan kecewa, harapan tidak terpenuhi, depresi,
menyesal, sedih, tidak bahagia, melankolic, putus asa.
Keadaan batin yang lain : kecemasan, excitasi, curiga, cemburu.

C. Kekuatan-kekuatan dilingkungan tokoh pahlawan]


Dengan mengamati para testi menyusun lingkungan sebagai latar
belakang cerita, interpreter dapat menyimpulkan sebagaimana
pandangan testi terhadap lingkungannya.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat dijawab:
“Apakah lingkungan mendukung atau menghambat perkembangan,
keinginan, tindakan-tindakan tokoh pahlawab?”
“Apakah tokoh pahlawan merasa lingkungannya menyenangkan,
memuaskan, atau tidak menyenangkan/menegecewakan?
Subur/gersang?, apakah ia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya?”
Juga manusia-manusianya: apakah mereka ramah? Bagaimana karakter
tokoh ibu digambarkan? Tokkoh bapak?
Murray menyediakan daftar press (disingkat p) yang klasifikasinya
berdasarkan pengaruhnya (atau yang akan berpengaruh atau
mengancam) terhadap tokoh pahlawan. (Press menurut Murray ialah
kekuatan lingkungan atau situasi-situasi lingkungan).
Cara penyekoran press serupa dengan cara penyekoran need. Skor 1
sampai 5 diberikan berdasar intensitas, lama berlangsung, frekuensi, dan
arti pentingnya press tersebut dalam jalan cerita.
Sesudah ke-20 cerita diskor, skor masing-masing variabel dikonsultasikan
dengan norma jenis kelamin dan umur. Skor yang dibawah atau diatas
rata-rata dicatat dan diteliti lebih lanjut.
Press yang sering terlibat dalam cerita:
1. P-Accuisition. Seseorang pengusaha merebut, merampok, menggelapkan
milik (uang, kekayaan) tokoh pahlawan. Atau seorang saingan dalam bisnis
mengancam keamanan finansialnya.
2. P-Afiliation
a. Assosiatif. Tokoh pahlawan mempunyai seorang teman atau lebih, atau
sahabat. Ia adalah anggota kelompok keakraban.
b. Emosional. Seseorang (ayah, ibu, saudara kandung, sanak, pacar)
memiliki dedikasi pada tokoh pahlawan. Ia bercintaan (dicintai dan
mencintai) atau menikah.
3. P.Aggresion
a. Emosional, verbal. Seseorang marah atau membenci tokoh pahlawan. Ia
dikritik, dihina, dimarahi, ditertawakan, seseorang memfitnahnya.
b. Fisik, sosial. Tokoh pahlawan dalam posisi bersalah (ia penyerang,
penjahat), dan seseorang mempertahankan diri, membalas,mengejar,
memenjarakan atau membunuhnya. Pemerintah, polisi, ayah atau ibu
menghukum tokoh pahlawan mempertahankan diri.
c. Fisik, asosial. Seorang penjahat atau suatu geng penyerang, melukai, atau
membunuh tokoh pahlawan. Seseorang memulai perkelahian dan tokoh
pahlawan mempertahankan diri.
d. Destruktif. Sesuatu milik tokoh pahlawan dirusak atau dihancurkan.
4. P-Cognizance. Seseorang ingin tahu mengenai tokoh pahlawan, apa yang
sedang dilakukannya, ia dimata-matai. Seseorang menggeledah, menyelidiki,
atau menginterogasinya.
5. P-Deference
a. Patuh. Seseorang atau sekelompok orang dengan senang hati mengikuti
kepemimpinan atau permintaan tokoh pahlawan. Seseorang ingin
menyenangkannya, bekerja sama, dan menuruti perintahnya. Kepatuhan
ini mengkin bersifat pasif.
b. Hormat. Tokoh pahlawan dikagumi oleh seseorang atau sekelompok
orang. Bakat dan jasanya diakui, ia dihargai dan dipuji oleh masyarakat.
6. P-Dominance
a. Paksaan. Seseorang mencoba memaksa tokoh pahlawan melakukan
sesuatu. Ia mendapat perintah, suruhan, atau paksaan dari ayah atau ibu,
atau yang berwenang.
b. Larangan. Seseorang mencoba mencegah tokoh pahlawan dari melakukan
sesuatu. Ia dikenai pengawan, larangan, atau hambatan.
c. Ajakan (inducement). Seseorang mencoba membuat tokoh pahlawan
melakukan sesuatu, dengan jalan meminta, mempengaruhi, memberi
dorongan, menggunakan strategi yang cerdik, atau menawan hatinya.
7. P-Example
a. Pengaruh baik. Seseorang, suatu kelompok, atau suatu sebab,
mempengaruhi tokoh pahlawan secara konstruktif. Seseorang yang
berbakat dijadikan contoh kearah kebaikan.
b. Pengaruh jelek. Tokoh pahlawwan menjadi jahat karena pengaruh
pergaulan. Atau,perilaku idealnya merosot karena mengikuti saran atau
ajakan orang-orang yang dapat dipercaya atau tidak bertanggungjawab.
8. P-Exposition. Seseorang mengatakan, menerangkan, menginterpretasikan,
atau mengajarkan sesuatu pada tokoh pahlawan.
9. P-Nurturance. Seseorang memberi makan minum, memberi dorongan,
perlindungan atau perawatan pada tokoh pahlawan. Ia mendapatkan simpati,
terlipur dan dikasihani.
10. P-Rejection. Seseorang menolak, memarahi, tidak hormat lagi, tidak
mengakui, tidak sudi, atau meninggalkan tokoh pahlawan.
11. P-Retention. Seseorang mempertahankan sesuatu yang diingini tokoh
pahlawan. Tidak mau meminjami atau memberi, kikir, hemat, atau posesif.
12. P-Sex. Objek heterosex jatuh cinta pada tokoh pahlawan, atau afeksinya
disambut oleh seorang penggoda. Tokoh pahlwan menikah.
13. P-Succorance. Seseorang mencari simpati, bantuan, perlindungan dari tokoh
pahlawan. Ada objek yang tidak berdaya, sengsara, memelas yang
mengandung reaksi tokoh pahlawan. Seseorang menolongnya.
14. P-Lack, Loss
a. Kekurangan. Tokoh pahlwan tidak memiliki apa yang dibutuhkan untuk
hidup, untuk berbahagia, atau untuk berhasil. Ia miskin. Keluarganya
melarat. Ia tidak memiliki martabat, pengaruh, teman. Tidak adanya
kesempatan bersuka ria, atau maju.
b. Kehilangan. Seperti pada kekurangan, tetapi disini tokoh pahlawan
kehilangan sesuatu atau seseorang.
15. P-Physical Danger
a. Aktif. Tokoh pahlwan terkena bahaya fisik yang bukan manusiawi, binatang
buas, tabrakan kereta api, petir, angin ribut dan sebagainya.
b. Tidak adanya dukungan. Tokoh pahlawan dalam bahaya: jatuh atau
tenggelam. Mobilnya terbalik, kapalnya rusak, kapal terbangnya tidak
beres, atau ia ada diujung tebing.
16. P-Physical Injury. Tokoh pahlawan dilukai oleh seseorang (p-Aggression),
dilukai binatang, atau luka karena kecelakaan (p-Physical Danger). Badannya
terpotong atau rusak.
Dari sontoh diatas dapat dimengerti bahwa satu kekuatan lingkungan mungkin dapat
berpengaruh sebagai beberapa press.

D. Akhir Cerita
Dari cerita (out come), interpreter dapat menilai dan memperbandingkan
antar kekuatan yang dimiliki tokoh pahlawan dengan kekuatan yang ada
dilingkungan (perbandingan antara need dan press). Kekuatan manakah
yanhg menang? Adakah jalan pemecahan bila ada konflik?
Bagaimanakah bentuk pemecahannya?
E. Thema
Interaksi antara need (atau perpaduan need) tokoh pahlawan dengan
press (atau perpaduan press) dari lingkungan, ditambah dengan akhir
cerita (keberhasilan dan kegagalan tokoh pahlawan) merupakan apa
yang disebut Murray “Thema”. Kombinasi thema-thema sederhana, yang
saling berkaitan atau berurutan disebut “”Complex Thema. Menurut
Murray arti thema ini secara tepat adalah struktur dinamika abstrak suatu
episode, sedang arti secara lebih longgar ialah jalan/liku-liku cerita, motif,
pokok pembicaraan (tema), atau penampilan pokok dramanya suatu
cerita.
Dari cerita-cerita testi, interpreter akan mendapatkan thema-thema, baik
mayor maupun minor. Dari kumpulan thema ini dapat dilihat issue, konflik,
atau dilema apa yang paling dipikirkan oleh pengarangnya.
Beberapa themaumum ialah thema mengenai prestasi, persaingan,
percintaan, deprivasi, paksaan atau larangan, pelanggaran dan hukuman,
konflik keinginan, ekplorasi, perang dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai