Definisi
TAT merupakan singkatan dari Thematic
Apperception Test. TAT adalah sebuah test yang
dilakukan untuk mengetahui kognitif atau
gambaran kepribadian secara umum dari seorang.
Dan yang diteliti di sini, adalah pengukuran yang
dibutuhkan dalam sebuah pemberian nilai dari test
ini. Dengan berbagai macam perhitungan, kita bisa
mengetahui alat ukur yang digunakan untuk
menghitung, bahkan mampu menarik sebuah
kesimpulan, dalam menentukan kepribadian dan
kognitif seseorang secara umum.
Metode dengan menggunakan dengan kartu
bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing
– masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang
berbeda dan 1 kartu kosong. Partisipan berjumlah
1619 yang diambil secara acak dari 2460
inteviewee. Mereka akan diberikan waktu untuk
menceritakan arti kartu bergambar tersebut,
secara lisan, detail dengan emosi yang mendalam
(mendramatisir).
Hasilnya, berdasarkan deskriptif statistik,
menunjukkan alat ukur yang digunakan, mampu
menunjukkan skor yang tinggi. Ini berarti
penggunaan TAT dengan pengukuran untuk
menhitung angka jumlah berkorelasi dengan baik.
Kepribadian secara umum dapat terlihat sesuai
data yang ada.
Prosedur
Dalam tes ini, klien diminta membuat cerita
dari beberapa kartu bergambar yang disajikan
satu persatu. Klien dapat menulis sendiri ceritanya
atau examiner yang menulis cerita klien. Tugas
klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi
saat ini, sebelumnya (situasi apa yang
menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana
pikiran dan perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam
cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang
dibuat klien.
Sejarah
TAT diciptakan oleh seorang psikolog dari
Harvard bernama Morgan dan Murray dan TAT
yang lazim dilakukan kepada orang-orang terdiri
dari setumpuk kartu bergambar, yang
mengandung ekspresi-ekspresi yang kuat. Kartu
TAT ini juga di kategorikan berdasarkan gender,
B untuk boys, G untuk girls dan M-
F untuk maleand female, yakni untuk kedua jenis.
Dasar Pikiran
Usia Testi
Inquiry :
Teknik Analisis/Interpretasi TAT/CAT
A. Teknik Inspeksi/Teknik
kesan/Pengamatan, yaitu dengan melakukan
pengamatan sepintas :
Dalam teknik ini interpreter hanya membaca
cerita yang dibuat oleh subjek, yaitu dengan
membaca 10 cerita yang sudah dibuat oleh subjek
dengan maksud untuk mendapatkan gambaran
umum yang akan dijadikan sebagai kerangka
berpikir untuk menganalisis secara lebih
mendalam
Kemudian interpreter membaca lagi secara
lebih cermat dengan melihat hal-hal yang
mempunyai arti penting spesifik dan unik sebagai
petunjuk emosi negatif
Kemudian interpreter membaca lagi untuk
yang ketiga kalinya, dengan memberi tanda lagi
pada bagian-bagian yang menunjukkan adanya
kecemasan dan defance mechanism
Kemudian interpreter membaca kembali dari
awal sampai cerita terakhir untuk memperoleh
kesimpulan umum. Bila belum yakin, maka dibaca
lagi dari awal dan seterusnya.
Teknik ini adalah cara interpretasi yang
paling “mudah”, karena dapat dikerjakan dalam
waktu singkat.
B. Teknik Bellak
Penggunaan teknik Bellak dalam interpretasi TAT
relatif sederhana dan mudah dipelajari karena
langsung diarahkan pada isi dan dinamika
cerita. Tujuan interpretasi menurut Bellak adalah
untuk menemukan pola umum dari cerita-cerita
yang diperoleh melalui kartu-kartu TAT. Pola
umum ini diperoleh dari pengulangan-
pengulangan dalam needs, press, mekanisme
pertahanan, konflik, kecemasan dsb. Pada
beberapa cerita yang di ulang ulang.
10 variabel yang diperlukan dalam interpretasi
1. Tema pokok (the main theme)
2. Tokoh utama (the main hero)
3. Kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan
yang utama dari hero (main needs and drives of
hero)
4. Konsepsi tentang lingkungn/dunia (the
conception of the environment word)
5. Sosok dalam cerita dilihat sebagai... (figure seen
as...) melihat konsep diri subjek
6. Konflik-konflik yang signifikan (significant
conflicts)
7. Hakekat kecemasan (nature of anxieties)
8. Pertahanan-pertahanan utama melawan konflik
dan ketakutan (main defenses against conflicts and
fears)
9. Ketepatan superego sebagaimana ditampakkan
dalam bentuk “hukuman” terhadap “kejahatan”
(adequacy of superego as manifested by
“punishment” for “crime”)
10. Integrasi ego (integration of ego)
Diringkas menjadi :
1. Tema : interaksi antara kebutuhan dan lingkungan
2. Hero : Tokoh utama
3. Needs : Kebutuhan, harapan, cita-cita, yang
berasal dari dalam diri seseorang
4. Press : lingkungan yang menghambat pemenuhan
needs
5. Konflik : ini dapat terjadi antara
a. kebutuhan dalam diri seseorang : need vs
need
b. kebutuhan dengan lingkungan : need vs
press
c. antar lingkungan di sekitar subjek : press
vs press
Kartu CAT
Kartu TAT
Usia Testi
Perangkat gambar TAT yang disiapkan Murray disediakan untuk anak laki-laki
dan perempuan usia 4 – 14 tahun, dan untuk pria dan wanita diatas 14 tahun.
PENYAJIAN
Seperti umumnya penyajian tes, raport tester – testi diperlukan. Suasana
hendaknya sedemikian rupa sehingga testi merasa akan mendapatkan simpati dan
merasa akan mendapatkan penerimaan. Niat baik dan dihargai oleh tester, sehingga
testi dapat mengembangkan kreativitasnya. Kreativitas sendiri sulit berkembang pada
suasana yang kaku,dingin, formal, terlalu menuntut dan terlalu ilmiah.
Prosedur penyajian yang dianggap baku ialah penyajian individual dalam bentuk
lain. Dalam prosedur ini tester memberikan petunjuk pelaksanaan tugas dan menyajikan
gambar satu demi satu. Testi menanggapi secara verbal setiap gambar yang disajikan.
Tester mencatat/merekam semua tanggapan terhadap gambar sampai tes berakhir.
Sebaiknya disediakan tempat duduk tegak, tester dan testi duduk berhadapan,
sehingga komunikasi lancar.
“Ini adalah tes daya khayal, yang merupakan suatu bentuk tes kecerdasan. Saya
akan menyajikan beberapa gambar, satu demi satu. Tugas anda adalah
membuat cerita untuk tiap-tiap gambar, buatlah cerita itu sedramatis mungkin.
Ceritakan peristiwa apa yang terjadi sebelum kejadian tersebut ceritakan
kejadian yang sedang berlangsung pada gambar tersebut, apa yang dirasakan
dan dipikirkan oleh para pelakunya, dan berikan akhir ceritanya. Anda katakan
secara langsung saja apa yang ada dalam pikiran anda. Apakah anda sudah
memahami permintaan saya?”
Sedang bagi anak-anak atau orang dewasa yang kurang cerdas dan kurang pendidikan,
juga untuk orang psikotis, Murray menyarankanpetunjuk penyajian sebagai berikut:
“Ini adalah tes bercerita. Ada beberapa gambar yang akan saya
tunjukkan. Saya kamu membuat cerita mengenai masing-masing gambar.
Ceritakan apa yang terjadi sebelumnya, dan apa yang sedang terjadi sekarang.
Katakan apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh orang-orang dalam cerita itu.
Dan katakan bagaimana akhir ceritanya. Buatlah ceritanya sesukamu.
Sedahkah kamu mengerti maksudku?”
Nah ini gambar pertama. Waktu untuk mengarang cerita ada lima
menit. Mari kita dengan apa yang dapat anda ceritakan.
Petunjuk penyajian tidak harus tepat seperti saran Murray. Petunjuk hendaknya
disesuaikan dengan umur, kecerdasan, kepribadian, dan keadaan lain-lain test.
Selain itu, ada orang merasa lebih bangga bila tidak dianggap pandai berkhayal.
Sedang ada orang lain yang merasa cemas karena adanya sebutan te daya khayal.
Karena itu terserah pada kebijaksanaan tester untuk memperkenalkan tugas testi.
Pokok-pokok yang harus disampaikan kepada testi dan harus dipahaminya ialah:
Mari kita lihat apa yang dapat anda bayangkan dari kartu kosong ini.
Bayangkan ada gambar dikartu kosong ini, dan buatlah cerita dengan gambar
tersebut.
Bila testi tidak berhasil membuat cerita, tester dapat member saran. “Pejamkan
mata anda, dan bayangkan suatu gambar”. Setelah testi menceritakan gambaran yang
dibuatnya, bila ia tidak membuat cerita, tester dapat mebuat saran lagi “sekarang
buatlah cerita dari gambar tersebut”.
Variasi Penyajian
Penyajian dalam bentuk lisan, seperti yang telah diuraikan tadi, memerlukan
banyak waktu. Lebih-lebih biltes disajikan pada kelompok besar,seperti pada seleksi atau
penelitian perbandingan antar kelompok.
Peran tester pada dasarnya member semangat testi untuk menanggapi dengan
bebas stimuli yang disajikan. Ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengarahkan
atau tidak mempengaruhi testi untuk memilih respon tertentu. Jadi peran tester adalah
member dorongan, tetapi netral.
Tester hendaknya menunjukkan minat akan cerita testi, tetapi tidak
menunjukkan menyetujui cerita tersebut.
1. Tidak member sugesti mengenai isi cerita. Misalnya tidak meminta penjelasan
mengenai bagian gambar yang tidak dimengertinya, tester harus menjawab
bahwa terserah pada interpretasi/pendapat testi sendiri. Ini diberi tahukan
dengan ramah, sehingga membeeri kesan tester memberikan kebebasan,
bukan memaksa testi berpendapat.
2. Tidah usah banyak menyela. Bila perlu bertanya, hendaknya tidak menggangu
jalan pikiran testi dan tidak membuat testi merasa diinterogasi atau tidak
dipercayai.
Kementar-kementar diperlukan dalam hal:
a. Memberi tahu testi bahwa ia terlalu ceepat selesai, atau terlalu panjang
bercerita, dan menyarankan agar waktu 5 menit dimamfaatkan sebaik-
baiknya. Namun demikian bila testi tetap mempertahankan gaya
berceritanya, maka perlu da interupsi danperlu dicatat sebagai bahan
interpretasi.
Untuk menanyakan lebih lanjut (inquiry) mengenai dari mana ide cerita didapat,
dapat dilkukan sesudah dilakukan sesudah testi selesai satu cerita (Murray). Untuk
menanyakan dua gambar yang paling tidak disenangi, dilakukan setelah semua gambar
disajikan (Henry).
Pencatatan
Pada catatan yang berbentu langsung, adanya salah ucap, salah kata, ulangan
kata, susunan kalimat yang tidak teratur, dan kalimat-kalimat yang aneh, hendaknya
digrisbawahi, untuk membedakan dengan kesalahan pencatatan.
Observasi
Bahan lain yang perlu dicatat untuk interpretasi ialah tingkah laku testi selama
tes berlangusng. Sebab sering kali tingkah laku ini adalah akibat langsung dari perasaan,
sentiment, kecemasan dan lain-lain yang timbul karena stimuli yang disajikan, atau
cerita yang dibuatnya.
a. Berhenti atau macet selagi bercerita, ini dapat ditandai dengan garis ---- yang
banyaknya sesuai dengan lamanya.
b. Mendehem.
c. Gelisah.
d. Menggosok-gosok atau memegang bagian-bagian badan, seperti mengusap
hidung, menarik telinga dan sebagainya.
e. Berkeringat.
f. Berhenti untuk menyulut rokok.
g. Meminta diri untuk pergi ke WC.
h. Ragu-ragu.
i. Adanya Tics (saradan).
Reaksi testi terhadap tester dan suasan tes pada umumnya, juga perlu dicatat.
Misalnya komentar-komentar mengenai kompetisi testeer, kritik terhadap gambar,
terhadp penyajian ataupun ruangan, dan lain-lain.
Demikian juga perlu dicatat perubahan suasana hati dan perubahan sikap yang
ditunjukkan oleh testi.
MATERI TES
11 kartu untuk segala testi; termasuk disini kartu kosong, dan 9 krtu disesuaikan
untuk dewasa/anak dan pria/wanita. Ke 9 kartu ditandai dengan:
Teknik Murray
Cara ini kurang populer, karena konsep need dan press bukanlah konsep yang
mudah dipahami. Selain itu cara ini dapat menyita waktu 4 sampai 5 jam untuk
menganalisis 20 cerita.
Banyak konsep diajukan oleh Murray, yang jargonnya sering berbeda dengan
konsep sehari-hari. Ia menyarankan agar setiap kejadian dalam cerita dianalisis ke
dalam: (a) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal dari tokoh pahlawannya (the
hero), dan (b) kekuatan atau kekuatan-kekuatan yang berasal dari lingkungannya (yang
disebut press oleh Murray).
A. Pahlawan
pertama untuk menganalisis suatu cerita ialah menentukan pahlawan
yang diidentifikasikan oleh diri pengarangnya. Pahlawan ini biasanya adalah:
a. Tokoh yang paling diminati oleh pengarangnya, yang paling akrab
digambarkna perasaan dan motif-motifnya.
b. Tokoh yang paling menyerupai keadaan pengarang: jenis kelamin, umur,
status dan perannya, dan yang paling serupa pula sentimen dan
sasarannya. (Murray mengartikan sentimen sebagai kecenderungan
seseorang untuk tertarik atautidak tertarik/tidak menyukai suatu objek).
c. Orang atau orang-orang yang dilukiskan dalam gambar.
d. Orang yang memainkan peran utama dalam drama, yang muncul pada
permulaaan cerita dan yang paling terlibat pada akhir cerita.
Tokoh pahlawan mungkin sulit ditemukan dalam hal-hal berikut ini:
1. N-Abasement
Mengalah (submission). Menurut dengan enggan kemauan orang lain, untuk
memperoleh atau terpeliharanya hubungan baik dengan orang yang dingini, atau
untuk menghindari disalamkan atau menghindari hukuman, atau menghindari
penderitaan atau kematian. Menyerah pada penghinaan, kesakitan, dipersalhakan,
hukuman, atau kekalahan tanpa melakukan perlawanan. Mengakui kesalahan,
meminta maaf, berjanji, untuk lebih baik, untuk memperbaikan kelaikuan, untuk
kembali kejalan yang benar. Pasrah dan menerima nasib secara pasif. Menderita
cobaan yang luar biasa tanpa usaha melawan. Masochisme.
2. N-Autonomy
a. Kebebasan. Membebaskan dri atau menghindari lingkungan yang
mengekang atau memaksa. Membebaskan diri dari lingkup yang terbatas,
lari dari penjara, melarikan diri dari rumah, meninggalkan sekolah, keluar
dari pekerjaan, atau membelok dari ketentaraan karena adanya larangan-
larangan, kewajiban dan keharusan. Meninggalkan atau melepaskan diri
dari seseorang untuk membebaskan diri dari kewajiban ikatan. Tekad
untuk tetap bebas, mengindari persekutuan yang menjerat, atau
larangan-larangan yang membatasi. Pergi melaksanakan sesuatu yang
sah neski tidak direstui orang tua.
b. Bertahan (resistance). Menolak paksaan. Menolak melakukan atau tidak
dilakukan apa yang dituntut orang. Mendebat pertimbangan atasan.
Berpikir kontra, negativism, pendebat, tidak mau mundur, tidak patuh.
c. Asocial. Melakukan sampai taraf yang membahayakan, sesuatu yang
dilarang, dikritik, atau dapat dikenai hukuman, kelakuan jelek,
tidak menurut aturan, melanggar tata tertib. Melanggar standar moral dan
social. Menipu, curang, berjudi, mabuk, kepelacuran. Melakukan
kejahatan yang bukan mencuri.
3. N-Blameavoidance. Takut diperingatkan, dipersalahkan, atau dihukum, dan
menghindari kekeliruan. Menahan diri dari keinginan melakukan sesuatu
yang unconventional atau dapat dikritik. Mengakui kesalahan, meminta ma’af,
berjanji memperbaiki diri, menyesal, agar terhindar dari dipersalahkan lebih
lanjut. Kembali ke jalan yang benar dan menjadi orang baik.
4. N-Deference
a. Patuh (compliance). Menyerah pada keinginan, saran, paksaan orang
sekutunya. Siap untuk menyenangkan, siap untuk menyetujui, bekerja
sama, menuruti dengan senang kepemimpinan seseorang yang dikagumi.
b. Hormat (respect). Menyatakan kehormatan dan kekaguman dalam bentuk
tindakan, kultus individu. Mengakui jasa atau bakat, memuji prestasi yang
baik.
5. N-Harmavoidance. Menunjukkan ketakutan, kecemasan, kebingungan, malu,
menghindari perkelahian/bahaya sebab takut luka, sakit atau mati. Melarikan
diri ketika dikejar binatang, musuh (takut dilukai), atau polisi (takut
dipenjarakan atau mendapat hukuman fisik).
Need mengenai reaksi terhadap diri sendiri.
Cathexes
Ada hubungannya dengan need ialah objek, aktivitas, orang, dan ide yang
menarik atau menolak tokoh pahlawan. Objek, aktivitas, orang, dan ide-ide yang tampak
membuat pahlawan merasa tertarik disebut hal-hal yang di-cathested-kan secara positif.
Sebaliknya hal-hal yang menyebabkan rasa tidak senang pada tokoh pahlawan di-
cathested-kan secara negative.
Variasi lain yang digunakan oleh Murray ialah inner states dan emosi.
D. Akhir Cerita
Dari cerita (out come), interpreter dapat menilai dan memperbandingkan
antar kekuatan yang dimiliki tokoh pahlawan dengan kekuatan yang ada
dilingkungan (perbandingan antara need dan press). Kekuatan manakah
yanhg menang? Adakah jalan pemecahan bila ada konflik?
Bagaimanakah bentuk pemecahannya?
E. Thema
Interaksi antara need (atau perpaduan need) tokoh pahlawan dengan
press (atau perpaduan press) dari lingkungan, ditambah dengan akhir
cerita (keberhasilan dan kegagalan tokoh pahlawan) merupakan apa
yang disebut Murray “Thema”. Kombinasi thema-thema sederhana, yang
saling berkaitan atau berurutan disebut “”Complex Thema. Menurut
Murray arti thema ini secara tepat adalah struktur dinamika abstrak suatu
episode, sedang arti secara lebih longgar ialah jalan/liku-liku cerita, motif,
pokok pembicaraan (tema), atau penampilan pokok dramanya suatu
cerita.
Dari cerita-cerita testi, interpreter akan mendapatkan thema-thema, baik
mayor maupun minor. Dari kumpulan thema ini dapat dilihat issue, konflik,
atau dilema apa yang paling dipikirkan oleh pengarangnya.
Beberapa themaumum ialah thema mengenai prestasi, persaingan,
percintaan, deprivasi, paksaan atau larangan, pelanggaran dan hukuman,
konflik keinginan, ekplorasi, perang dan sebagainya.