Anda di halaman 1dari 53

Uji pemahaman Anda:

Pre-test (10 menit)

0
Hal-hal yang perlu di sampaikan pada Trainer saat dilakukan TIDP

Tujuan dari slide ini adalah agar proses pelaksanaan pelatihan dapat
berjalan dengan baik, dengan memperhatikan hal-hal berikut ini;
a) Inspeksi Ruangan/Area sebelum pelaksanaan pelatihan.
b) Pembukaan Pelatihan (opening) yaitu memberikan gambaran sasaran
pelatihan.
c) Penyampaian aturan pelatihan (rule) yang disepakati agar pelatihan berjalan
optimal.
d) Pre test untuk mengukur pengetahuan peserta sebelum mengikuti pelatihan.
e) Penyampaian materi sesuai modul.
f) Praktek (disesuaikan jenis pelatihan) untuk menambah kemampuan peserta
untuk mempraktekkan teori yang diberikan.
g) Pengisian Formulir Laporan Pelatihan SIMAK K3L (F-HCT-01.02)
h) Pengisian Formulir Evaluasi Pasca Pelatihan SIMAK K3L (F-HCT-01.04)
i) Saat pelatihan berlangsung dilakukan pengambilan dokumentasi (foto).

Slide ini wajib di sampaikan pada setiap dilaksanakan TIDP pada Trainer Kelas Pararel
1
Behavior-
based Safety
(BBS)
What influences employee behavior and how can you
change that behavior to prevent accidents and illness.
By the way, everything you learn in this session can be
used to influence employee behavior in other ways as
well.
Apa yang mempengaruhi perilaku karyawan dan
bagaimana Anda dapat mengubah perilaku tersebut
untuk mencegah kecelakaan dan penyakit. Namun,
semua yang Anda pelajari di sesi ini dapat digunakan
untuk memengaruhi perilaku karyawan dengan cara
lain juga.

By DAS
Agenda Layout
Behavior Based Safety – Season 1

BBS is about everyone’s 1 Introduction (3 to 8)


Behaviors, not just the
frontline (Agnew & Ashworth,
2012). 2 Principle (9 to 10)
BBS is one of the promising methods
implemented in industry to reduce the incidence of
accidents and injuries. Researchers have reported
3 Reason (11 to 15)
diverse BBS applications in various industries.
BBS adalah salah satu metode yang menjanjikan
diterapkan di industri untuk mengurangi insiden
kecelakaan dan cedera. Para peneliti telah
melaporkan beragam aplikasi BBS di berbagai
industri.
4 Leadership Behavior

Season 2 5 Preventive Measures

6 Applications

3
MATERI SEASON 2
10:15 Pentingnya perilaku dalam safety
Kesadaran Risiko dan Toleransi Risiko
ABC & PIC-NIC: Memahami tindakan tidak aman
Influence Model
Skill–Will & OILs: Coaching through effective feedback
Rutinitas Safety
Dialog kinerja
Diskusi & Tanya jawab
12:00 Selesai

4
Definition of behavior based safety
 Heinrech’s theory serves as the basis for behavior-based safety
Teori Heinrech berfungsi sebagai dasar untuk keselamatan berbasis perilaku
 This implies that 85-90% of workplace accidents are cause by
Unsafe behavior
Ini menyiratkan bahwa 85-90% kecelakaan kerja disebabkan oleh perilaku
tidak aman
 Heinrich reviewed numerous accident reports
Heinrich meninjau banyak laporan kecelakaan
 These report concluded that workers were generally responsible for
these accidents but did not investigated the causes
Laporan ini menyimpulkan bahwa para pekerja pada umumnya bertanggung The Heinrich
jawab atas kecelakaan tersebut tetapi tidak menyelidiki penyebabnya 300-29-1
Model
WHAT DOES BBS MEANS?
The majority of workplace accidents are caused by unsafe actions
Mayoritas kecelakaan kerja disebabkan oleh tindakan yang tidak aman

WHAT IS THE BASIC PRINCIPLE OF BBS?


The basic principle of BBS is the make employees more safety – conscious
Prinsip dasar BBS adalah membuat karyawan lebih sadar akan keselamatan

HOW DOES ONE MANAGE TO BECOME MORE SAFETY - CONSCIOUS?


The basic positive reinforcement in the workplace can help increase safety – consciousness e.g. Safe behaviour
amongst employees can be encouraged with praise, positive feedback and/or celebrating small successes etc.
Penguatan positif dasar di tempat kerja dapat membantu meningkatkan kesadaran keselamatan misalnya Perilaku aman di antara
karyawan dapat didorong dengan pujian, umpan balik positif dan / atau merayakan kesuksesan kecil, dll.
5
5
Definition of behavior based safety
Organizational Cultural Principles
Goal Tool Principles and impacts

Safety should be The organizational


BBS is a tool used to Build community based
integrated in the principles of BBS are
reinforce safe on respect and
behavior, routines, steering committees and
behavior through appreciation
motivation, and local representatives who
behavioral are responsible for e.g.
qualities of each
observation and monitoring, evaluation Membangun komunitas
employee
positive feedback. and management berdasarkan rasa hormat
dan saling menghargai
Keselamatan harus
BBS adalah alat yang Prinsip organisasi BBS
diintegrasikan dalam
digunakan untuk adalah komite pengarah
perilaku, rutinitas, dan perwakilan lokal yang
memperkuat perilaku
motivasi dan kualitas bertanggung jawab untuk
yang aman melalui
setiap karyawan monitoring, evaluasi dan
pengamatan perilaku
manajemen
dan feedback positif.

6
6
Behavior Based Safety: What Is It?
Behavior atau prilaku adalah cara untuk mengarahkan diri sendiri, oleh karena itu Behavior merupakan suatu
tindakan yang NAMPAK dan TERLIHAT.

Fokus dari Behavior Based Safety adalah serangkaian proses Kampanye membiasakan diri Bekerja mengikuti
Prosedur (memperhatikan Keselamatan Kerja)

Mechanism of unsafe behavior (unsafe act)


German psychologist Kurt Levin put forward "human behavior is
the function or results of the interaction between the need of people
Individual
and the environment ", namely: B = f(P , E).
Among them, B=behavior, f=functions, P=person, E=environment.

Inherent Need Push

Motivation Behavior
Pull
External Causes

If we want to reduce and contain the unsafe behavior of


human, conduct persons’ safe behavior, we must change and
Environment control personal and environmental factors.
Jika kita ingin mengurangi dan menahan perilaku tidak aman manusia,
melakukan perilaku aman seseorang, kita harus mengubah dan
The generated mode of behavior. mengendalikan faktor pribadi dan lingkungan.
7
7
Behavior Based Safety is NOT:
Sepenuhnya program pengembangan keselamatan.
 BBS adalah suatu rencana proses kerja untuk
mengeliminasi PEKERJA dari resiko
Suatu proses untuk menjalankan aturan keselamatan, bukan
untuk memperbaiki kondisi bahaya.
 Pelanggaran aturan Keselamatan dan kondisi tidak aman
harus diperbaiki di luar proses BBS.
Proses untuk mengkritik pekerja atau menyalahkan Pekerja.

8
8
The difference between Behavior Based Safety
with Traditional safety system
Traditional safety system ...
 Is reactive – focus pada perbaikan atas apa yang telah terjadi
 Mencari akar masalah dari suatu Insiden
• Menggunakan data insiden dari investigasi e.g. Incident and Severity
rate.
 Fokus pada meminimalkan kondisi tidak aman
 Suatu ketika menyalahkan kesalahan pada seseorang.

Behavior Base Safety ...


 Is proactive – menurunkan kebiasaan atau prilaku beresiko
(at risk behavior)
 Fokus pada pengamatan kebiasaan pekerja.
• Kebiasaan umum yang menempatkan pekerjaan pada suatu resiko
dicatat dan perbaikan dibuat.
 Memiliki hubungan pemahaman dari kebiasaan pekerja.
• Catatan pada lingkungan dimana kebiasaan terjadi, kebiasaan itu sendiri
dan konsekuensi dari kebiasaan tersebut.
9
9
Why Workers Engage in At-Risk Behaviors
Jobs get done faster (pekerjaan selesai lebih cepat)
Perception that risk is low (persepsi bahwa resiko lebih rendah)
“Nothing is going to happen to me” attitude (bersikap "Tidak ada yang akan
terjadi pada saya")
At-risk behavior is reinforced (Memperkuat prilaku beresiko)
Lack of awareness that behavior is risky (kurangnya kesadaran bahwa
perilakunya berisiko)

There are 3 Types of At Risk Behavior:

• Conscious Behavior (tidak sadar)


• Habitual Behavior (bawaan)
• Unintentional Behavior (tidak disengaja)

10
Four Behaviors or States that can lead to
one or more Four Critical Errors are:
Rushing (Terburu-buru)
Ketika Anda melebihi kecepatan di mana Anda biasanya
melakukan tugas, apakah itu bekerja, mengemudi,
berjalan atau berlari, mengangkat, bergerak, dll

Frustration (Frustasi)
Disebabkan oleh hubungan di dalam dan di luar tempat
kerja, peralatan tidak berfungsi, alat yang tidak memadai,
tujuan dan tekanan yang bertentangan, dll.

Fatigue (Kelelahan)
Terlalu lelah secara fisik atau mental untuk melakukan
pekerjaan dengan aman. Ini termasuk terlalu lelah untuk
bereaksi dengan cepat, konsentrasi yang lama itu sulit, dll.

Complacency (Kepuasan)
Cukup terbiasa dengan bahayanya untuk menjadi kurang
peduli dari waktu ke waktu. Ini berkontribusi secara
signifikan untuk tidak melihat atau memikirkan tentang apa
yang Anda lakukan.
11
11
Principles Stages of Behavior Based Safety
Planning Implementation
• Main Responsibility of Management
 Mainly concern Management • Steering Committee is introduce (usually
 Planning group is introduced the same as the original planning group)
 Goals and responsibilities are determined • Safety teams from each Department
• Employee participate as observers
Group perencana bertanggung jawab atas • Goals for improvement are identified
persiapan aktual proses BBS dan penyusunan • Action plans are prepared for each
Department
formulir dan materi pelatihan
• Tanggung Jawab Utama Manajemen
Group perencanaan harus terdiri dari: • Komite Pengarah diperkenalkan (biasanya
sama dengan kelompok perencanaan awal)
 Perwakilan dari setiap departemen • Tim Keselamatan dari masing-masing
 Seorang ahli keselamatan Departemen
 Perwakilan dari manajemen • Karyawan berpartisipasi sebagai pengamat
• Tujuan perbaikan diidentifikasi
• Rencana tindakan disiapkan untuk setiap
Departemen

4 Langkah Implementasi BBS:


 Membuat target yang memungkinkan
 Mengembangkan Checklist Observasi
 Observasi
 Memberikan Feedback

12
Principles the six Pillars of
Behavior Based Safety
Behavior Based Safety

Communication

Measurement
Engagement

Recognition
Leadership

Coaching

Masing-masing pilar
memiliki peran
pendukung dalam BBS
13
13
Reasons
Origin of Work - Related Accidents
T-O-I System

T O I
TECHICAL ORGANIZATION INDIVIDUAL
Outdated and unsafe Work requirements, labor Lack of knowledge/ ability/
facilities/ machinery, missing conditions, work organization. desire/ need.
safety guards, unstable Persyaratan Kerja, kondisi Kurang pengetahuan/
equipment pekerja, organisasi kerja. kemampuan / keinginan /
Fasilitas/ mesin sudah using kebutuhan.
dan tidak aman, safety
guards hilang, peralatan
yang tidak stabil

Imperfections in System

Technical Behavior Incident


Equipment Work Condition Knowledge
or
Accident
Latent Condition Active Errors
14
14
Reasons
How is behavior learned?

Behavior
Carries certain advantages and Carries certain disadvantages and
has positive consequences has negative consequences
Membawa keuntungan tertentu Membawa kerugian tertentu dan
dan memiliki konsekuensi positif memiliki konsekuensi negatif

The behavior is often The behavior is less likely to


demonstrated be demonstrated
Perilaku tersebut sering Perilaku tersebut cenderung
ditunjukkan tidak ditunjukkan

The behavior develops into a The behavior is abandoned


habit Perilaku tersebut ditinggalkan
Perilaku berkembang menjadi
kebiasaan

15
15
Reasons Motivational Psychology
Kriteria yang mempengaruhi
1 perilaku dapat berupa
3
keinginan terstruktur, tatanan
Dalam pengertian ini, atau untuk melindungi serta
Learning is connected to an motivasi adalah dorongan A distinction is made kebutuhan untuk dimiliki atau
individual's motives untuk mewujudkan motif-motif between universal and kebutuhan untuk diterima dan
tersebut individual motives dihargai.

Belajar terhubung ke motif In this sense, motivational Sebuah perbedaan dibuat Criteria that influences
individu is the drive to realize these antara motif universal dan behavior can be a desire for
motives individual structure, order or to protect
as well as a need to belong or
a need for acceptance and
2 appreciation
4

Tidak ada
Unauthorized kewenangan

Reasons Unable Tidak mampu

Causes of Unwilling Enggan

Unsafe Behavior
Tidak dapat
Unaccountable dipertanggung
jawabkan

Unaware Tidak sadar

16
16
Reasons
Hierarchy of Needed
Mortality, Creativity, Spontaneity,
Problem solving, Lack of prejudice,
Acceptance of facts.
Self Kematian, Kreativitas, Spontanitas,
Actualization Pemecahan masalah, Kurangnya
prasangka, Penerimaan fakta.

Self-Esteem, Confidence, Achievement,


Respect of others, Respect by others.
Esteem
Psychological Needs

Harga diri, Keyakinan, Prestasi,


Menghargai orang lain, Menghormati
oleh orang lain.

Friendship, Family, Sexual, Intimacy.


Love Belonging Persahabatan, Keluarga, Seksual,
Keintiman.
Security of Body, of Employment, of
Resources, of Mortality, of the Family,
of Health, of Property.
Safety Keamanan terhadap; Diri sendiri,
Pekerjaan, Sumber Daya, Kematian,
Physiological

Keluarga, Kesehatan, Properti.


Needs

Breathing, Food, Water, Sex, Sleep,


Physiological home status, excretions.
Pernapasan, Makanan, Air, Seks,
Tidur, status rumah, pengeluaran.

17
17
Reasons
Intervention Levels in Occupational Safety

Major Accidents
NEAR MISSES ARE GOLDEN
OPPORTUNITIES TO
Minor Accidents
PREVENT FUTURE ISSUES

Symptomatic tingkat masalah


Titik awal yang muncul
dari intervensi efektif yang
cepat dan tepat sasaran Risiko dan keluhan, teknis,
tetapi seringkali sepintas operasional, Perilaku, Manajemen
lalu dan selektif

Organizational and Culture


Titik awal dari
intervensi yang
berkelanjutan dan luas

Belum dilakukan atau budaya


belum berhasil dan atau Prilaku
organisasi, Manajemen

18
18
BBS is proven to reduce Injuries
At 850+ Companies
injuries were reduced by
an average of;
Pada 850+ cedera Perusahaan berkurang
rata-rata;
 37% after 1 year
 66% after 2 years
 87% after 3 years
Keuntungan lebih banyak daripada Biaya yang dikeluarkan
What is the return on Investment for BBS?
 Saves time, money and can improve morale among employees and between employees and managers
Menghemat waktu, uang dan dapat meningkatkan moral antar karyawan dan antara karyawan dan manajer
 Cost of accidents / incidents are both direct and indirect:
Biaya kecelakaan / insiden baik langsung maupun tidak langsung:
• Direct costs; investigation, production downtime, medical expenses, damage to equipment or product,
repairs, legal cost, fines, etc.
Biaya langsung; investigasi, waktu henti produksi, biaya pengobatan, kerusakan peralatan atau produk, perbaikan, biaya hukum, denda, dll.
• Indirect costs; employer / public liability, business interruption, training replacements, loss of goodwill /
employee morale, negative public image.
Biaya tidak langsung; tanggung jawab pemberi kerja / publik, gangguan bisnis, penggantian pelatihan, hilangnya niat baik / moral karyawan,
citra publik yang negatif.
19
Leadership Behaviours Which Reduce Injuries
Luangkan waktu bersama anggota tim Anda dan Memberikan feedback yang konstruktif untuk
1 bantu mereka mengidentifikasi masalah, 7 tindakan / prilaku tidak aman
sebelum kejadian.
Jangan mengabaikan Safety, bahkan saat Anda Bersikaplah adil dan jangan izinkan terjadi double
2 8
menjalankan Tugas dengan Jadwal ketat dan standard
berada di bawah tekanan
Diskusikan secara Reguler untuk mencari cara Sering mengunjungi tempat kerja Anda dan amati
3 9
meningkatkan Safety karyawan Anda berperilaku aman

Pastikan untuk memuji dan menghargai perilaku Libatkan karyawan Anda dalam memecahkan
4 10
Safety masalah Safety

Sambut dan dengarkan, ketika karyawan Anda Terus mendorong karyawan untuk meningkatkan
5 10
melaporkan masalah Safety dan insiden Kinerja Safety

Tunjukan keyakinan Anda terhadap pentingnya


Membina/Mendidik karyawan Anda terkait 12
6 Safety
pentingnya Safety

20
20
Key Components for achieving
Safety Excellence
Culture of Anticipation
Budaya Antisipasi
1
(how risks are understood by workers and systematically addressed)
bagaimana risiko dipahami oleh pekerja dan ditangani secara sistematis

Culture of Openness and Collaboration


Budaya Keterbukaan dan Kolaborasi
2
(how workers work together and support each other)
bagaimana pekerja bekerja sama dan saling mendukung

Operational Discipline
Disiplin Operasional
3
(how following the rules is transformed into organisational pride)
bagaimana mengikuti aturan diubah menjadi kebanggaan organisasi

Integrated Management System


4 Sistem manajemen terintegrasi
(cultural and risks based meshing together)
berbasis budaya dan risiko yang saling terkait

Understanding the relative performance of the organization in


relation of these Key Ingredients. This is central to designing an
21
intervention that will bring about sustainable improvement.
Memahami kinerja relatif organisasi dalam kaitannya dengan Bahan Utama ini. Ini penting
untuk merancang intervensi yang akan menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan.

21
Don’t be a part of Building This !
DEAD

SERIOUS INJURIES

MINOR INJURIES
REPEATERS
Are at a higher risk

NEAR MISS EVENTS

UNSAFE BEHAVIORS

Incidents breeds Severity!


22
22
Coffee Break: 10:00 – 10:15

23
HAZARD

27
PENGERTIAN PERILAKU

Menurut Geller (2001),


Perilaku sebagai tingkah atau tindakan yang dapat di observasi oleh orang lain, tetapi
apa yang dilakukan seseorang tidaklah selalu sama dengan apa yang individu tersebut
pikirkan, rasakan dan yakini.
Menurut Skinner,
Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan
respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut dengan
teori “S-O-R” atau “Stimulus_Organisme_Respons”.

28
29
MODEL BUDAYA K3

30
KORELASI BBS DAN SMKP

4. TINGKAT PROAKTIF
a) Target dan sasaran KP telah ada di masing-masing
dep/ bagian dan menjadi poin
b) Sistem dijalankan untuk pemenuhan kebutuhan
pekerjaan

2. TINGKAT REAKTIF 5. TINGKAT RESILIENT


a) Sistem bekerja berdasarkan kej/ insident Seluruh pekerja baik management
b) Hanya fokus thd masalah/ kej maupun pelaksana telah bekerja
c) Investigasi hanya difokuskan thd kesalahan sesuai peraturan dan budaya KP
manusia

3. TINGKAT TERENCANA
a) Telah terdapat sistem management yg terencana dan dikembangkan,
namun hanya berfokus thdp penurunan angka kec, kej berbahaya,
kej akibat penyakit TK dan PAK
b) Fokus hanya pada penetapan program KP yg telah direncanakan

1. TINGKAT DASAR
a) Sistem yg ada hanya sekedar pemenuhan regulasi
b) Implementasi hanya dilakukan saat kegiatan
pengawasan

31
32
33
OPENING – INTRODUCTION TO THE DAY

Tujuan sesi

Memahami Membangun Menentukan


1 pentingnya peran 2 keterampilan untuk 3 area untuk
perilaku berdiskusi dengan para menerapkan
(behavior) dalam pekerja tentang perilaku pembelajaran
safety safety mereka

34
OPENING – INTRODUCTION TO THE DAY

Tiga karakteristik budaya aman

1Manusiawi
Sadar pentingnya
2Tegas
Percaya diri dan tegas
3 Berani
Siap untuk
memanusiakan ketika mendiskusikan menghentikan
manusia safety, tidak ada kondisi dan tindakan
kompromi tidak aman

35
INTRO TO BBS – ROLE OF BEHAVIOR IN SAFETY

A Pentingnya perilaku dalam safety

Tujuan Outcome
Dengan memahami pentingnya perilaku dalam safety, kita
Mengenalkan peserta FBBS dapat memastikan bahwa kita fokus membentuk budaya kita
pada: dengan membentuk sikap dan perilaku, serta dengan
1. Konsep perilaku/ memastikan lingkungan kerja yang aman.
tindakan aman
2. Pentingnya
membentuk suatu
budaya
dengan mengubah perilaku
melalui coaching, feedback,
dan intervensi lain

36
INTRO TO BBS – ROLE OF BEHAVIOR IN SAFETY
Apa yang dimaksud dengan “Perilaku”?

TERLIHAT Perilaku Yang Apa yang saya


YANG KITA terjadi: lakukan/tidak
LIHAT DAN lakukan/tidak katakan
DIUSAHAKAN
UNTUK DIATASI Budaya adalah
suatu kumpulan
perilaku, pola
pikir, dan nilai
TIDAK Pemikiran Apa yang saya yang membentuk
TERLIHAT dan perasaan pikir/rasakan bagaimana
YANG TIDAK orang-orang
KITA LIHAY, Nilai Apa yang paling bekerja dan
TETAPI dan penting bagi saya saat berinteraksi
MEMBENTUK kepercayaan ini sehari-hari
PERILAKU
Kebutuhan Keinginan saya yang
yang lebih dalam
dipenuhi /
tidak
dipenuhi 37

37
INTRO TO BBS – ROLE OF BEHAVIOR IN SAFETY

Perilaku dipengaruhi interpretasi kita ke dunia sekitar

Interpret

Perceive Assign meaning

Perilaku
Stimulus

Pemikiran, perasaan, ,
values, nilai, kepercayaan,
beliefs, kebutuhan yg
dipenuhi/tidak dipenuhi

38
INTRO TO BBS – ROLE OF BEHAVIOR IN SAFETY

A2 Kesadaran Risiko dan Toleransi Risiko

Tujuan Outcome
Dengan memahami konsep Kesadaran Risiko dan Toleransi
Mengenalkan peserta FBBS Risiko, kita paham pola pikir pekerja dan melakukan
konsep Kesadaran Risiko intervensi yang sesuai dengan situasi.
(Risk Awareness) dan
Toleransi Risiko (Risk
Tolerance) dan bagaimana
kedua hal ini berubah
dalam keberjalanan waktu

39
INTRO TO BBS – ROLE OF BEHAVIOR IN SAFETY

Apa perbedaan Kesadaran Risiko & Toleransi Risiko?

Kesadaran risiko (risk awareness) Toleransi risiko (risk tolerance)


Sejauh mana seseorang menyadari tingkat risiko Sejauh mana seseorang atau organisasi
akan apa yang mereka lakukan mengizinkan kegiatan untuk dilakukan tanpa
melakukan kontrol yang diketahui

40
INTRO TO BBS – ROLE OF BEHAVIOR IN SAFETY
Behavioral Safety terkait dengan TTA, akibat rendahnya kesadaran risiko dan
tingginya toleransi risiko, dan sering disertai kepercayaan diri berlebih
Kesadaran risiko
• Setelah melakukan pekerjaan berulang-ulang,
kita sering jadi percaya diri dengan
keterampilan kita sendiri
• Ketika mulai timbul kepercayaan diri berlebih,
Toleransi risiko kita mungkin menjadi buta terhadap hazard
baru dan risiko terkait
• Di saat yang sama, pekerjaan tersebut menjadi
rutinitas, dan ambang toleransi kita menjadi
Pengalaman dengan aktivitas atau tugas lebih tinggi

330 Saya selalu melakukannya seperti itu 3


tahun terakhir
dan tidak pernah mengalami insiden”
29

Rata-rata, untuk setiap TTA yang dilakukan 4


1 kali/bulan, dalam ~7 tahun cedera atau insiden
berat dapat terjadi

# tindakan # cedera Cedera/


tidak aman ringan insiden Yang menjadi fokus sebagian besar organisasi
berat

SOURCE: Heinrich academic research on safety performance 41


INTRO TO BBS – UNDERSTANDING UNSAFE BEHAVIOR
Tindakan tidak aman sering dianggap 'memuaskan' dalam jangka pendek,
dengan konsekuensi negatif dalam jangka panjang

Keuntungan jangka pendek Keuntungan jangka panjang dari


dari tindakan tidak aman tindakan aman

• “Pekerjaan dapat diselesaikan dengan • Saya akan dapat memberikan


lebih cepat” kehidupan yang baik bagi keluarga
Contoh

• “Tidak mengenakan APD itu nyaman” saya

• Tindakan tidak aman sering dianggap • 'Tindakan aman’ sering dianggap


‘memuaskan’ dalam berbagai hal menyiksa (membutuhkan waktu yang
(kecepatan, kenyamanan,...) lebih lama, kurang ‘produktif’,...)

42
INTRO TO BBS – UNDERSTANDING UNSAFE BEHAVIOR

Faktor manusia: Manusia melakukan kesalahan dan melanggar aturan


Kesalahan Pelanggaran

Keputusan Keputusan Tidak


Tindakan Disengaja
Sadar Sadar

“Saya Lapse/Slip
melakukannya
seperti itu “Saya kurang “Saya melalukan “Saya hanya ingin
karena saya fokus setelah loading yang melakukannya dengan
lihat rekan makan siang” tidak bagus” cara saya sendiri”
saya seperti itu
dan pengawas
tidak berusaha
membetulkan
cara mereka”
Kapan tindakan disiplin tepat dilakukan dan kapan tidak Kapan tindakan disiplin tepat
tepat? dilakukan dan kapan tidak tepat?
Dari pengamatan lapangan, kita hanya dapat melihat apa yang orang-orang lakukan atau katakan,
tapi kita tidak dapat mengamati maksud dan motif tujuan mereka.
Hal tersebut hanya dapat terungkap melalui cara bertanya yang efektif.

43
B ABC & PIC-NIC: Memahami tindakan tidak aman
Analisis ABC adalah cara mengidentifikasi faktor pendorong utama dalam
memperbaiki perilaku safety
Tujuan Outcome
Mengenalkan peserta FBBS Dengan memahami konsep ABC, kita jadi lebih sadar baik
berbagai faktor yang persyaratan tertulis maupun mekanisme penegasan (positif
mempengaruhi perilaku dan negatif) dibutuhkan untuk mengubah perilaku

1 Activator = peristiwa atau situasi yang telah ada sebelum adanya tindakan yang dapat diamati; 2 Behavior = tindakan yang dapat diamati dan yang dilakukan seorang individu, secara
langsung dipengaruhi oleh Activator dan Consequence; 3 Consequence = hasil dari behavior atau tindakan yang dapat diamati yang bisa saja positif maupun negatif

44
D Influence Model

Tujuan Outcome
Mengenalkan peserta FBBS Dengan memahami Influence Model, kita dapat menyusun
konsep Influence Model program dan intervensi untuk mengubah perilaku melalui:
dengan 4 elemen, yang Role Modelling, Pemahaman, Mekanisme, dan Keterampilan.
mendorong perubahan
terjadi secara efektif dan
dapat bertahan

•Kampanye sosialasi

•SOP baru
•Audit

Dengan Influence Model, program dan intervensi untuk membentuk perilaku dapat disusun

46
D Skill–Will & OILs: Coaching through effective feedback
Coaching harus disesuaikan berdasarkan matriks Skill-Will setiap individu

Tujuan Outcome
Dengan memahami model Skill-Will, kita dapat menentukan
Mengenalkan peserta FBBS pendekatan efektif dalam menangani permasalahan terkait
konsep framework Skill-Will skill dan motivasi di tempat kerja.
agar memahami pemikiran
Tinggi
seseorang dan menyusun • Coaching & mentoring • Tugas yang menantang
• Pemagangan • Otonomi & delegasi
intervensi sesuai variasi • Peran & arah yang jelas • Penugasan sebagai mentor
• •
Will (komitmen para pekerja)
keterampilan dan Motivasi Pengakuan & penghargaan
• Persiapan untuk kenaikan jabatan
komitmen pekerja

• Gali pemahaman yang lebih • Gali pemahaman yang lebih


dalam (contoh: gunakan 5 Why) dalam (contoh: gunakan 5 Why)
• Feedback terdokumentasi • Metode yang memotivasi
• Rencana pengembangan yang • Perancangan ulang peran
jelas • Penugasan kembali tim
• Timeline untuk perubahan

Rendah
Rendah Tinggi
Skill (Keterampilan para pekerja)

47
D Skill–Will & OILs: Coaching through effective feedback
Model OILs – memberi & menerima feedback
Tujuan Outcome
Dengan memahami model OILs dan mampu memberikan
Mengenalkan peserta FBBS feedback sesuai dengan konsep ini, peserta dapat memiliki
konsep feedback sesi feedback objektif dengan rekan kerja untuk membentuk
menggunakan OILs perilaku
sehingga peserta memiliki
pendekatan terstruktur
dalam hal pemberian
feedback, yang mengurangi
penilaian subjektif.

48
E Rutinitas safety
Safety harus menjadi bagian rutinitas setiap orang, baik formal maupun informal

Tujuan Outcome
Mengenalkan peserta FBBS Dengan memahami konsep rutinitas safety formal dan
konsep rutinitas safety informal, peserta akan memahami bahwa terdapat acara dan
formal dan informal untuk forum di mana ada kesempatan untuk memberikan feedback
membentuk feedback
terstruktur.

49
F Dialog kinerja

Tujuan Outcome
Dengan memahami konsep dialog kinerja terstruktur yang
Untuk mengenalkan berbasis fakta dan fokus ke tujuan mendatang, partisipan
partisipan FBBS terhadap akan dapat melakukan dialog kinerja dan feedback ynag
konsep dialog kinerja lebih fokus pada pada hasil akhir daripada tujuan pribadi.
terstruktur guna
memberikan arahan
percakapan dan feedback
yang: berbasis fakta dan
fokus ke tujuan mendatang

50
MANAGING FRONTLINE – PERFORMANCE DIALOGUE

Performance dialogue yang baik memiliki urutan yang logis

Apakah kita Apa yang harus


melakukan apa terus kita lakukan
Tindakan yang kita katakan atau cara lain apa
saat terakhir kita yang harus kita
bertemu? coba?

Untuk kedepannya,
Apakah tindakan apakah kita sudah
tersebut menghasilkan dalam jalur untuk
Outcome
outcome yang kita mencapai tujuan?
harapkan? Bagaimana kita bisa
lebih baik?

Masa Lampau Masa Depan

51
MANAGING FRONTLINE – PERFORMANCE DIALOGUE

Selaraskan kata, nada, dan gestur untuk memastikan komunikasi yang tepat

Kata Nada Gestur


7% dari pesan 38% dari pesan 55% dari pesan
• Harus spesifik – • Sesuaikan nada dengan • Tunjukkan keterbukaan
gunakan contoh kata-kata yang dan kejujuran dengan
• Fokus pada perilaku, digunakan – Bertatap muka
bukan orangnya • Gunakan nada yang dengan individu,
• Memberikan dorongan mendukung, lengan santai dan
yang mengarah ke mendorong, dan santai terbuka
perbaikan – Menjaga kontak mata
• Jangan bertindak • Tetap tenang
offensive secara tiba- • Membangun hubungan
tiba; hal ini dapat dengan mencerminkan
menimbulkan reaksi gestur lawan bicara
defensif dengan halus

52
SAFETY BEHAVIOR GUIDANCE

53
SAFETY BEHAVIOR GUIDANCE

54
Diskusi dan tanya jawab
keseluruhan materi

55

Anda mungkin juga menyukai