Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 14 No. 2, Januari 2014: 109-127


ISSN 1411-5212

Peran Kelembagaan Perdesaan untuk Keberlanjutan Penerapan SRI di


Kabupaten Karawang
Roles of Rural Institution in SRI Application Sustainability at Karawang
Regency

Luh Putu Suciatia,∗, Bambang Juandaa , Akhmad Fauzib , Ernan Rustiadic


a
Pascasarjana Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Departemen Ilmu
Ekonomi, FEM, IPB
b
Departemen Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, FEM, IPB
c
Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W), IPB

Abstract
Sustainability of System of Rice Intensification (SRI) requires rural institution role. The study was con-
ducted in Karawang and uses institutional economics approach and logit regression. The analysis shows
potential problems of SRI related with principal-agent/institutional relation and economics transaction cos-
ts. Strengthening the activities within farmer groups will reduce economics transaction costs in beginning of
application. Farmer will choose ”bagi hasil /revenue sharing” as land management cooperation with modera-
te risks and transaction costs. Monitoring and incentive mechanism will reduce problems of adverse selection
and moral hazard. Some factors which determine the sustainability of SRI are production, principal position,
off farm work and ex ante transaction costs.
Keywords: Rural Institution, Transaction Cost Economics, System of Rice Intensification

Abstrak
Keberlanjutan penerapan metode System of Rice Intensification (SRI) membutuhkan peran kelembagaan
perdesaan. Studi dilakukan di Kabupaten Karawang dan menggunakan pendekatan kelembagaan ekonomi
dan regresi logit. Hasil analisis menunjukkan potensi problem metode SRI terkait hubungan kelembagaan
principal-agent dan biaya transaksi ekonomi. Penguatan kinerja kelembagaan perdesaan melalui kegiatan
bersama dalam kelompok tani mengurangi biaya transaksi ekonomi pada awal aplikasi SRI. Pilihan kerja
sama pengelolaan lahan pola bagi hasil banyak dipilih terkait risiko dan biaya transaksi yang moderat.
Potensi masalah berupa moral hazard dan adverse selection dapat dikurangi dengan pemantauan dan
mekanisme insentif. Faktor determinan keberlanjutan penerapan metode SRI adalah peningkatan produksi
padi, posisi sebagai pemilik lahan, pekerjaan di luar usaha tani, dan biaya transaksi sebelum pelaksanaan.
Kata kunci: Kelembagaan Perdesaan, Biaya Transaksi Ekonomi, System of Rice Intensification

JEL classifications: D23, O17, R38

Pendahuluan


Metode System of Rice Intensification (SRI)
Alamat Korespondensi: Fakultas Pertanian Univer-
sitas Jember Jln. Kalimantan III Kampus Tegalboto
merupakan salah satu pendekatan budi da-
Jember, Jawa Timur 68121. E-mail : suciatiluhputu@ ya padi yang menekankan pada manajemen
gmail.com. pengolahan tanah, tanaman, dan air melalui
110 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

pemberdayaan kelompok dan kearifan lokal, di Kabupaten Garut dan Ciamis menunjukkan
untuk meningkatkan produksi. Prinsip dasar (1) budi daya padi metode SRI mampu me-
SRI terkait pada beberapa perlakuan seperti ningkatkan hasil dibandingkan budi daya pa-
tanam benih usia muda, tanam tunggal, sistem di konvensional; (2) meningkatkan pendapat-
pengairan berselang (intermitten), pengguna- an; (3) terjadi efisiensi produksi dan usaha ta-
an pupuk lebih sedikit, dan lebar jarak tanam ni secara finansial; dan (4) peluang harga pasar
(Laulanie, 1992). Konsep metode SRI terkon- padi SRI lebih tinggi dibandingkan padi kon-
sentrasi pada dua isu utama, yaitu (1) menggu- vensional, karena dapat dipasarkan sebagai be-
nakan air irigasi sesedikit mungkin dengan ti- ras sehat.
dak membanjiri lahan untuk mendapatkan alir- Hasil studi Juanda dan Anwar (2011) di Ka-
an udara lebih besar bagi tanah dan akar, dan bupaten Cianjur memberikan informasi bahwa
(2) penggunaan bibit muda dipindahkan satu penerapan SRI murni (aplikasi pupuk dan pes-
per satu dengan jarak lebih lebar dari biasa- tisida organik buatan sendiri, sistem pengair-
nya, minimum (25 cm x 25 cm). Pelaksanaan an berselang dan tanam tunggal) memiliki ni-
metode SRI banyak mengalami modifikasi, ter- lai B/C ratio 2,56, tidak terlalu berbeda jauh
utama dalam pengelolaan air. Hal tersebut di- dengan penerapan SRI tanpa tanam tunggal
sesuaikan dengan keadaan lahan dan iklim. (aplikasi pupuk dan pestisida organik buatan
Produktivitas padi dengan metode SRI sendiri, sistem pengairan berselang, tanpa ta-
cenderung lebih tinggi, meskipun hasilnya nam tunggal), yaitu 2,98. Sedangkan penerap-
berbeda-beda pada tiap daerah. Hasil perco- an ’SRI Campuran 1’ (campuran pupuk dan
baan di Kabupaten Karawang misalnya, ha- pestisida kimia, pola pengairan terus-menerus
sil panen padi metode konvensional rata-rata dengan tanam tunggal) memiliki B/C ratio
adalah 5 ton/hektar, sedangkan jika meng- 3,18 dan ’SRI Campuran 2’ (campuran pu-
gunakan metode SRI dapat mencapai sekitar puk dan pestisida kimia, pola pengairan terus-
7,5 ton/hektar (Kementerian Pertanian (2011) menerus, tanpa tanam tunggal) menghasilkan
dalam Balai Besar Wilayah Sungai Citarum B/C ratio 2,21.
(BBWS), Citarum, 2012). Keunggulan lain- Kondisi tersebut menjelaskan bahwa keun-
nya penanaman padi metode SRI organik yang tungan petani dari penerapan SRI memiliki
menggunakan pupuk alami dan pestisida na- perbedaan tidak terlalu besar dibandingkan
bati (pesnab) adalah unsur hara tanah meng- penerapan intensifikasi padi konvensional de-
alami perbaikan. Hal ini merupakan alterna- ngan kisaran B/C ratio 2,21. Hal serupa juga
tif bagi lahan-lahan pertanian intensif yang terjadi di Kabupaten Karawang, di mana pe-
menggunakan pupuk dan pestisida kimia sela- nerapan SRI Campuran 2 memiliki B/C ratio
ma bertahun-tahun yang sudah sangat rendah 2,79 berbeda tipis dari B/C ratio penerapan
kandungan bahan organiknya. intensifikasi padi konvensional sebesar 2,31.
Awal mula penerapan metode SRI di Indone- Hanya saja, peningkatan produksi padi dan
sia pada 1999 oleh Balai Besar Penelitian Ta- keuntungan per musim tanam dirasakan belum
naman Padi (BBP Padi) Kementerian Perta- cukup signifikan bagi petani, sehingga keber-
nian melalui pelaksanaan penelitian, penguji- lanjutan penerapan belum optimal. Usaha tani
an, dan evaluasi di Sukamandi, Jawa Barat. padi, walaupun sudah membudaya bagi peta-
Sejak awal diperkenalkan, tingkat penerapan ni, namun penerapan inovasinya cukup berisi-
metode SRI secara umum di Indonesia terasa ko. Analisis biaya dan manfaat yang sudah di-
lambat, walaupun memiliki prospek pengem- lakukan perlu dilengkapi identifikasi biaya ter-
bangan yang cukup bagus. Diungkapkan oleh sembunyi (hidden cost) melalui identifikasi bi-
Anugerah et al. (2008), penerapan metode SRI aya transaksi ekonomi. Kelembagaan di perde-
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 111

saan umumnya dapat membantu mengurangi Tinjauan Referensi


biaya transaksi ekonomi sehingga sistem budi
daya padi yang lebih baik dapat berkelanjutan. Kelembagaan dapat diartikan sebagai aturan
Studi ini diharapkan menjadi salah satu infor- yang dianut oleh masyarakat atau organisasi
masi upaya menjamin keberlanjutan penerap- yang dijadikan pegangan oleh seluruh anggota
an metode SRI melalui aspek kelembagaan me- masyarakat atau anggota organisasi tersebut
lalui telaah hubungan kelembagaan atau agen- dalam mengadakan transaksi satu sama lain-
cy dan biaya transaksi ekonomi. nya. Kelembagaan menurut Ruttan dan Haya-
mi (1984) adalah aturan di dalam suatu kelom-
Upaya mendorong penerapan intensifikasi pok masyarakat atau organisasi yang memfasi-
padi SRI memerlukan penanganan yang berke- litasi koordinasi antar-anggotanya untuk mem-
sinambungan. Hal tersebut terkait persepsi pe- bantu para anggotanya dengan harapan setiap
tani terhadap penerapan metode SRI sebatas orang atau organisasi dapat mencapai tujuan
orientasi proyek tanpa kejelasan keberlanjutan bersama yang diinginkan. Ostrom (1985) men-
dan dilaksanakan oleh beberapa pemangku ke- definisikan kelembagaan sebagai aturan dan
pentingan dengan tujuan yang berbeda. Per- rambu-rambu sebagai panduan yang dipakai
masalahan keberlanjutan penerapan intensifi- para anggota untuk mengatur hubungan yang
kasi padi metode SRI membutuhkan penguat- saling mengikat dan tergantung satu sama la-
an kelembagaan dan kerja sama antar-daerah in. North (1990) lebih menekankan kelembaga-
dan pemangku kepentingan. an sebagai aturan main di dalam suatu kelom-
pok yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
Tujuan studi adalah menemukenali faktor ekonomi, sosial, dan politik.
determinan yang menentukan pilihan meto- Berdasarkan definisi-definisi kelembagaan,
de intensifikasi padi untuk selanjutnya meni- dikatakan bahwa kelembagaan adalah atur-
lai faktor yang menentukan keberlanjutan pe- an yang memfasilitasi institusi atau organisa-
nerapan metode SRI berdasarkan potensi ma- si dalam berkoordinasi dan bekerja sama un-
salah dalam lingkup kelembagaan perdesaan. tuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan.
Pertanyaan penelitian pada studi ini adalah (1) Aturan mencakup aturan formal dan nonfor-
bagaimana potensi masalah, peran, dan kiner- mal yang diperlukan dan disepakati bersama.
ja kelembagaan dalam mengatasi masalah pe- Aturan yang ditetapkan harus jelas, terukur,
nerapan intensifikasi padi metode SRI di Ka- dan konsisten. Organisasi atau institusi yang
bupaten Karawang; (2) berapa besarnya bia- terlibat diharapkan mempunyai sumber daya
ya transaksi ekonomi sebelum pelaksanaan (ex manusia yang kredibel dan mempunyai penge-
ante) dan sesudah pelaksanaan (ex post); dan tahuan serta pengertian yang cukup tentang
(3) faktor determinan apa yang memengaruhi permasalahan yang ada.
peluang keputusan petani menentukan pilihan Anwar (1995a) menjelaskan bagian dari te-
keberlanjutan metode SRI di Kabupaten Ka- ori kelembagaan terkait masalah-masalah da-
rawang? lam hubungan antara dua atau lebih indivi-
du, dikenal dengan teori agency (agency the-
Studi ini bermanfaat untuk memberikan in- ory). Salah satu bentuk teori agency adalah
formasi dalam penentuan kebijakan terkait ke- principal-agent antara pemilik lahan (princi-
tahanan pangan dan ketahanan air. Penerap- pal ) dan penggarap lahan (agent) yang me-
an intensifikasi padi metode SRI diharapkan mengaruhi tindakan produksi dan tingkat hasil
mampu meningkatkan pendapatan petani me- (produksi) lahan pemiliknya. Bentuk kelemba-
lalui peningkatan produksi sekaligus menjamin gaan hubungan principal-agent muncul sebagai
kualitas lingkungan yang lebih baik. respons terhadap informasi sepihak (asymetric
112 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

information) yang menimbulkan biaya agen principal-agent umumnya merupakan sistem


(agency cost) atau biaya transaksi. Usaha me- kontrak (usaha tani, tenaga kerja, lahan, dan
nurunkan biaya transaksi dapat dilakukan de- lain-lain). Bentuk keterkaitan kontrak (contra-
ngan mempertemukan kepentingan dan tujuan ct interlikages) umumnya bersifat informal de-
yang ingin dicapai oleh penggarap dan pemilik ngan tujuan memperkecil biaya-biaya transak-
lahan, yang dikombinasikan dengan sistem pe- si. Hubungan tersebut dilakukan oleh masya-
mantauan yang efektif sehingga dapat meng- rakat perdesaan karena sistem pasar yang ber-
urangi ketidaksimetrian informasi dan perila- saing di wilayah perdesaan masih sederhana
ku yang tidak jujur. Masalah penting dari teo- dan belum berkembang, yang disebabkan (i)
ri hubungan principal-agent adalah bagaimana buruknya sistem transportasi dan komunikasi;
agar pihak principal dapat mengamati perila- (ii) langkanya informasi pasar dan mahalnya
ku agent. Apabila pemilik lahan (principal ) ti- biaya untuk memperolehnya; serta (iii) barang-
dak dapat mengamati perilaku petani pengga- barang input dan output hasil produksi yang
rap (agent), maka pemilik lahan harus meng- dipertukarkan jumlahnya terbatas, baik menu-
atur struktur insentif kepada pihak penggarap rut keadaan ruang maupun waktu. Sebagai aki-
lahan. batnya, keadaan pasar menjadi tersekat-sekat
(segmented marked ) ke dalam unit-unit kecil
Paradigma principal-agent ditandai dengan
yang terbatas pada tingkat komunitas lokal.
tindakan principal yang memaksimalkan tuju-
an dengan kendala utilitas agent (Sappington,
Teori biaya transaksi berasal dari pendekat-
1991). Pada sebagian besar model principal-
an kelembagaan ekonomi baru dan berfokus
agent, untuk kasus bagi hasil seperti yang di-
pada tata kelola kelembagaan. Menurut Willi-
kemukakan oleh Harris dan Raviv (1979) serta
amson (1986) dan Anwar (1995b), ekonomi bi-
Shavell (1979), karakteristik pemilik tanah cen-
aya transaksi, berlainan dengan ekonomi neo-
derung bersifat risk-neutral. Sebaliknya, peta-
klasikal yang menganggap dalam aktivitas eko-
ni penggarap bersifat menghindari risiko (risk-
nomi tidak mengalami hambatan yang berarti
averse). Studi oleh Braverman dan Stiglitz
karena mempunyai informasi yang sempurna.
(1982) tentang biaya berbagi masukan meng-
Keadaan sebenarnya adalah bahwa pada seti-
hasilkan pilihan (trade off ) antara menghinda-
ap proses pertukaran ekonomi seperti dalam
ri risiko dan insentif yang tidak tepat. Seorang
jual beli (economic exchange), terdapat ham-
pemilik lahan tanpa petani penggarap tidak
batan informasi yang dapat disebut biaya tran-
memiliki masalah insentif tapi menanggung se-
saksi. Biaya-biaya transaksi tersebut dapat di-
mua risiko. Sebaliknya, jika mempekerjakan pe-
golongkan sebagai biaya informasi, biaya ne-
tani penggarap, pihak pemilik lahan menang-
gosiasi, biaya kontrak, dan biaya pemantauan.
gung risiko tingkat kelalaian petani penggarap,
Biaya informasi dapat bersifat ”pra” sebelum
tetapi tidak lagi menanggung risiko secara pe-
pertukaran terjadi, seperti biaya untuk mem-
nuh.
peroleh harga dan produk yang diperjualbeli-
Elemen kunci dalam mengurangi masalah kan dan biaya identifikasi mitra usaha (trad-
kelembagaan, dalam masalahprincipal-agent, ing partner ) yang cocok atau sesuai. Biaya ne-
adalah dengan memperkecil kesenjangan in- gosiasi merupakan biaya-biaya dari pelaksana-
formasi dan perilaku oportunitas melalui pro- an secara fisik dari transaksi yang dilakukan
ses negosiasi, pemantauan, struktur insentif yang dapat meliputi biaya komisi, biaya nego-
yang efisien, dan pengembangan aturan-aturan siasi tentang syarat perjanjian pertukaran, dan
untuk pencapaian tujuan bersama. Anwar biaya merumuskan kontrak bisnis. Sebaliknya,
(1995b) menjelaskan dalam bidang pertani- biaya pemantauan dapat terjadi setelah tran-
an di wilayah perdesaan, bentuk hubungan saksi yang merupakan biaya-biaya untuk me-
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 113

yakinkan bahwa perjanjian menyangkut tran- menggunakan metode purposive sampling, ya-
saksi, standar kualitas atau pengaturan pem- itu penarikan contoh berdasarkan pada bebe-
bayaran bersifat mengikat kepada pihak-pihak rapa pertimbangan dan tujuan tertentu (Juan-
yang bertransaksi. da, 2009a). Pemilihan lokasi penelitian di Keca-
Hipotesis yang mendasari teori biaya tran- matan Telagasari dan Kecamatan Rawamerta
saksi ekonomi adalah bahwa lembaga yang me- berdasarkan pertimbangan bahwa terdapat ke-
minimalkan pengaturan biaya transaksi dapat lompok tani sasaran kegiatan Integrated Cita-
berubah dan berkembang (Williamson, 1998). rum Water Resources Management Invesment
Secara umum, penentuan pilihan suatu tran- Program (ICWRMIP) tahun 2010 dan 2011
saksi ekonomi, apakah dilakukan melalui sis- dan Bantuan Sosial program SRI tahun 2012
tem pasar atau melalui sistem organisasi non- sampai 2013. Pada setiap kecamatan dipilih be-
pasar dengan bentuk institusi lain, ditentukan berapa kelompok tani yang pernah menjadi sa-
oleh pertimbangan tingginya biaya transaksi. saran program SRI. Selanjutnya pada tiap ke-
Penekanan dalam analisis ekonomi biaya tran- lompok tani akan dipilih 10 orang petani res-
saksi terletak pada proses transaksi itu sendiri. ponden yang pernah menerapkan metode SRI
Apakah suatu transaksi ekonomi akan dilaksa- secara random sampai mencapai kuota respon-
nakan di dalam sistem pasar atau bentuk orga- den sebanyak 50 orang. Distribusi responden
nisasi lainnya tergantung besarnya biaya-biaya petani dan lokasinya diuraikan pada Tabel 1.
transaksi yang terjadi. Prinsip dasar penentu Teknik pengumpulan data kualitatif pada
atau pengambil keputusan akan berusaha me- studi ini dilakukan dengan diskusi kelompok
nekan biaya-biaya transaksi sampai tingkat mi- atau Focus Group Discussion (FGD) yang ber-
nimum (Anwar, 2003). tujuan menemukan makna sebuah tema me-
Pada dasarnya, setiap hubungan transaksi nurut pemahaman kelompok. Potensi masalah
mengandung tiga komponen ekonomi menda- penerapan SRI yang dikemukakan oleh respon-
sar, yaitu (1) alokasi nilai atau distribusi keun- den disusun keterkaitannya dalam bentuk ke-
tungan dari pertukaran; (2) alokasi ketidakpas- rangka logika, selanjutnya dianalisis menggu-
tian dan risiko-risiko yang terkait; serta (3) alo- nakan metode Analisis Kerangka Logika atau
kasi kepemilikan (property rights) yang mem- Logical Framework Analysis (LFA) untuk iden-
batasi pengambilan keputusan dalam suatu hu- tifikasi akar masalah dan fokus isu penerapan
bungan. Permasalahan penting yang muncul metode SRI. Identifikasi fokus isu berdasarkan
adalah tidak selalu sebuah kontrak tercipta jumlah panah yang masuk ke kotak masalah,
dengan persyaratan yang lengkap, dengan di- sedangkan akar masalah ditunjukkan dari ko-
tambah kehadiran opportunitas sehingga bia- tak masalah yang memiliki panah keluar paling
ya transaksi selalu muncul (Williamson (1998) banyak (Gambar 1).
dalam Manzilati (2011)). Biaya transaksi eko-
nomi dapat didefinisikan berdasarkan tiga ka- Peran dan kinerja kelembagaan serta hu-
rakteristik yang memengaruhi biaya transaksi, bungan pemilik dan penggarap lahan dalam
yaitu kekhususan aset, ketidakpastian, dan fre- penerapan metode SRI menggunakan pende-
kuensi transaksi. katan ekonomi kelembagaan. Pengukuran ki-
nerja kelembagaan berdasarkan prinsip ke-
lembagaan yang dikembangkan Ostrom et al.
Metode (2006) terkait pengelolaan sumber daya. Jika
prinsip-prinsip keberlanjutan kelembagaan ter-
Lokasi studi dilakukan di dua kecamatan di sebut dapat dipenuhi, maka kelembagaan akan
Kabupaten Karawang, yaitu Kecamatan Te- berjalan dengan baik dan stabil, sedangkan jika
lagasari dan Rawamerta. Pengambilan contoh tidak, maka kelembagaan akan rapuh bahkan
114 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...
Tabel 1: Distribusi Responden Petani Berdasarkan Lokasi Kecamatan

Kriteria Responden Nama Kelompok Tani dan Lokasi di Kabupaten Karawang


1. Petani yang tergabung dalam kelompok tani 1. Kelompok Tani Dewi Sri, Desa Cariumulya,
dan pernah melaksanakan metode SRI mini- Kecamatan Telagasari;
mal satu kali;
2. Petani pernah mengikuti pelatihan budi daya 2. Kelompok Tani Resep Makaya Desa Pasir Ka-
padi SRI dan; muning Kecamatan Telagasari;
3. Kelompok tani pernah menerima bantuan so- 3. Kelompok Tani Benong II dan Kelompok Tani
sial penerapan SRI Asahan Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasa-
ri;
4. Kelompok Tani Wargi Mukti Desa Sukamerta
Kecamatan Rawamerta
Sumber: Hasil Pengamatan Penulis

menuju kehancuran. lihan petani.


pi
Logit(pi ) = log
Prinsip kinerja kelembagaan yang disampa- 1 − pi
ikan Ostrom et al. (2006) adalah (1) kejelasan = β0 + β1 Lahan + β2 U mur
batasan hak individu untuk mengelola kelem- + β3 P roduksi + β4 Jarak sawah
bagaan terkait struktur organisasi; (2) kesesua-
+ β5 D poktan + β6 D P A
ian pemberian (appropriation) antara pemaka-
ian sumber daya dengan kontribusi yang dibe- + β7 D kerja + β8 T CE pra
rikan; (3) kegiatan bersama (collective action) + β9 T CE pasca + ε
atau partisipasi dalam lembaga; (4) kegiatan (1)
pemantauan kelembagaan; (5) penerapan sank-
si jika ada pelanggaran; (6) mekanisme penye- dengan:
lesaian konflik; dan (7) kewenangan pengatur- pi
log 1−p = pilihan penerapan intensifikasi pa-
i
an dengan kewenangan lembaga lain. di metode SRI (nilai 1 adalah jika peta-
ni melaksanakan metode SRI lebih dari 1
Analisis terhadap berbagai faktor yang me- musim tanam dan nilai 0 adalah jika pe-
mengaruhi keputusan petani terhadap pene- tani belum menerapkan metode SRI atau
rapan metode SRI menggunakan model pilihan hanya menerapkan 1 kali musim tanam);
biner, yaitu regresi logit. Model pilihan biner β0 = konstanta, β1 − β9 = koefisien regresi;
mengasumsikan bahwa individu-individu (unit Lahan = luas lahan sawah (m2);
pengamatan) dihadapkan pada pilihan antara L = umur petani (tahun);
dua alternatif dan pilihannya tergantung dari Produksi = produksi padi (kg/Musim Ta-
karakteristik individu (Juanda, 2009b). Model nam);
regresi logit pada studi ini bertujuan menen- Jarak sawah = jarak rumah ke sawah petani
tukan peluang individu petani di wilayah stu- (meter);
di dengan karakteristik tertentu akan memilih D poktan = variabel artifisial atau dummy
intensifikasi padi dari dua alternatif yang ter- keikutsertaan dalam kelompok tani (nilai
sedia. 1 jika keterlibatan sebagai pengurus ke-
lompok tani dan nilai 0 jika keterlibatan
sebagai anggota kelompok tani);
Berikut formulasi model regresi logit dan D PA = variabel artifisial atau dummy hu-
faktor yang diduga memengaruhi keputusan pi- bungan principal-agent (nilai 1 jika petani
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 115

merupakan pemilik lahan dan nilai 0 jika tani dirangkum dengan metode keterkaitan
petani merupakan penggarap lahan); antar-masalah menggunakan LFA (Gambar 1).
D kerja = variabel artifisial atau dummy pe- Melalui FGD, responden petani mengungkap-
kerjaan utama sebagai petani (nilai 1 jika kan berbagai permasalahan dan kendala pene-
pekerjaan utama sebagai petani dan nilai 0 rapan SRI dan kemudian mengaitkan satu ma-
jika memiliki pekerjaan selain sebagai pe- salah dengan masalah lain. Identifikasi fokus
tani); isu dan akar masalah penerapan intensifikasi
TCE pra = biaya transaksi sebelum pelaksa- padi metode SRI merupakan tujuan LFA.
naan metode SRI (Rp/Musim Tanam); Berdasarkan interaksi permasalahan yang
TCE pasca = biaya transaksi setelah pelak- dihadapi, fokus isu penerapan metode SRI ada-
sanaan metode SRI (Rp/Musim Tanam); lah tambahan biaya usaha tani dan hubungan
ε = eror. kerja dengan pemilik lahan terkait beberapa
perlakuan dan risiko penerapan. Akar masalah
Hasil dan Analisis penerapan SRI adalah belum adanya pendam-
pingan bagi petani terkait risiko awal penerap-
Permasalahan dalam Penerapan Me- an. Pendampingan bagi petani terutama pada
tode SRI, Peran, dan Kinerja Kelem- masa awal penerapan diperlukan untuk meng-
bagaan urangi risiko yang ditanggung petani. Masalah
jaminan pasar menjadi penting dalam penerap-
Upaya meningkatkan minat petani untuk me- an suatu inovasi. Oleh karena itu, strategi yang
nerapkan intensifikasi metode SRI telah di- dilakukan adalah memberikan jaminan pasar
lakukan melalui berbagai kebijakan dan pro- produk gabah atau beras SRI. Aktivitas sis-
gram. Beberapa program pelatihan dirancang tem insentif yang dirancang harus diarahkan
secara rutin dan telah dilakukan oleh Dinas pada pemberian jaminan kepada petani untuk
Pekerjaan Umum melalui BBWS Citarum un- menghadapi risiko penerapan.
tuk mendorong petani agar menerapkan meto-
de SRI. Kementerian Pertanian melalui Direk- Hasil LFA mengindikasikan bahwa potensi
torat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian masalah keberlanjutan penerapan metode SRI
(Ditjen PSP) memberikan bantuan pendanaan membutuhkan peran kelembagaan perdesaan.
bagi kelompok tani untuk mendukung pelatih- Hal tersebut karena manfaat penerapan meto-
an pengenalan metode SRI di Kabupaten Ka- de SRI terhadap produksi padi dan perbaik-
rawang. Pada tahun 2009, melalui Direktorat an kualitas lahan akan berdampak nyata dan
Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (Ditjen relatif stabil setelah beberapa musim. Bebera-
PLA) dilakukan program ICWRMIP dengan pa perbedaan aplikasi metode SRI memerlukan
dukungan dana dari Asian Development Bank biaya tambahan dan membutuhkan dukungan
(ADB). Salah satu program yang dilaksanakan kelembagaan perdesaan yang kuat.
pada tahun 2010 adalah bantuan untuk tiap Perkembangan kelembagaan perdesaan telah
kelompok tani yang melaksanakan intensifikasi banyak mengalami pergeseran sejalan dengan
metode SRI dengan luas lahan minimal 20 hek- dinamika sosial ekonomi masyarakat. Penerap-
tar dalam 1 hamparan. Fasilitas yang diperoleh an metode SRI memerlukan interaksi teknologi
adalah bantuan 2 buah Alat Pengolah Pupuk irigasi dan elemen partisipan di mana terdapat
Organik (APPO) dan 1 becak motor (cator) interdependensi satu sama lain. Atas dasar ini,
atau kendaraan roda tiga untuk mengangkut kelembagaan yang kuat perlu diwujudkan seba-
jerami dari sawah ke tempat pengolahan kom- gai aturan main untuk mengatur pelaku ekono-
pos. mi dalam suatu komunitas. Sistem kelembaga-
Beberapa permasalahan yang dihadapi pe- an tersebut bertujuan ke arah efisiensi dengan
116 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...
Gambar 1: Bagan Alir Logical Framework Analysis (LFA) Permasalahan Penerapan Metode SRI di
Kabupaten Karawang

Sumber: Olahan Hasil FGD, 2013

mengurangi biaya transaksi (transaction cost). anggota kelompok tani (indikator ke-4). Secara
Secara umum, struktur insentif dan mekanis- keseluruhan, semakin kuat interaksi kelemba-
me alokasi sumber daya akan menentukan efek- gaan di perdesaan akan mendorong minat pe-
tivitas kelembagaan yang pada akhirnya ber- tani menerapkan suatu inovasi.
pengaruh terhadap keberlanjutan kelembaga- Selain kinerja kelembagaan, hubungan pemi-
an. Beberapa aspek kelembagaan seperti dike- lik sumber daya (principal ) dan petani pengga-
mukakan oleh Ostrom et al. (2006) perlu di- rap juga menentukan minat petani. Permasa-
perhatikan untuk menjamin keberlanjutan pe- lahan hubungan agen/pelaku menjadi salah sa-
nerapan suatu inovasi. Studi ini mengukur ki- tu fokus studi terkait dengan risiko penerapan
nerja kelembagaan petani berdasarkan indika- intensifikasi padi metode SRI. Identifikasi hu-
tor dukungan keberlanjutan penerapan metode bungan agen/pelaku pada penerapan intensifi-
SRI. Hasil skoring kinerja kelembagaan petani kasi padi metode SRI berdasarkan kontrak usa-
menunjukkan kinerja dengan kriteria ”sedang” ha tani yang dilakukan antara pemilik sumber
(Tabel 8). Beberapa aspek indikator kelemba- daya atau pemilik lahan dan pengguna sum-
gaan yang mendorong minat petani menerap- ber daya atau penggarap lahan. Aspek penting
kan metode SRI yaitu kegiatan bersama yang hubungan agen/pelaku ditentukan dari bagai-
dilakukan dalam kelompok (indikator ke-3) dan mana kontrak awal dilakukan. Pihak pemilik
seringnya pemantauan di antara pengurus dan lahan sebagai pemilik sumber daya memiliki
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 117
Tabel 2: Distribusi Responden Petani Berdasarkan Lokasi Kecamatan

Jenis Pendayagunaan Hubungan Agency


Pengelolaan lahan dengan upah tetap • Principal (P) = Pemilik lahan : Memfasilitasi seluruh
biaya dengan membayar upah dan pembelian sarana
produksi
• Agent (A) = Petani penggarap mengerjakan lahan
dengan upah tertentu
Bagi hasil pengelolaan lahan sistem maro dari hasil pa- • P = Memfasilitasi sewa alat (traktor), menyediakan
nen dikurangi semua biaya sarana produksi (pupuk, pestisida dll.),
• A= Petani penggarap → biaya tenaga kerja ta-
nam, pemeliharaan (pengairan, penyiangan, pemupuk-
an, pemberantasan hama penyakit), panen
Sewa atau gadai lahan • P = Pemilik lahan menerima pembayaran uang sewa
atau gadai dari petani penggarap sesuai perjanjian
• A = Petani penggarap/penggadai secara mandiri me-
nyediakan semua kebutuhan untuk usaha tani dengan
jangka waktu tertentu, minimal 1 tahun (2 musim ta-
nam padi).
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan Tahun 2013

berbagai pilihan pendayagunaan lahan, apakah obatan jika ada serangan hama dan penya-
(a) mengusahakan lahan dengan mempekerja- kit tanaman, serta alat mesin pertanian (sewa
kan orang dengan sistem upah tetap; (2) sistem traktor untuk olah lahan). Pengeluaran biaya
bagi hasil/maro; (3) gadai; ataukah (4) sewa, tenaga kerja seperti penanaman, pemupukan,
seperti diuraikan pada Tabel 2. serta pemberantasan hama dan panen menjadi
Pada penerapan metode SRI, masalah pe- tanggung jawab pihak penggarap. Pada akhir
milik lahan adalah bagaimana memaksimal- masa kontrak, hasil pembagian adalah separuh
kan profit dari lahan sementara karakter pe- hasil panen dalam bentuk gabah kering pungut
tani penggarap yang tidak sepenuhnya dapat (GKP) setelah dikurangi segala biaya yang di-
diobservasi. Hal ini terkait dengan beberapa keluarkan pemilik dan penggarap lahan. Risiko
perbedaan penerapan metode SRI dibanding terkait sistem sewa atau gadai terkait pola usa-
metode konvensional yang menyebabkan ada- ha tani yang dilakukan penyewa atau pengga-
nya tambahan usaha dan pemantauan. Fokus dai adalah jika sistem usaha tani menggunakan
studi ini mengutamakan aspek pendayaguna- pupuk dan obat kimia dosis tinggi dan meng-
an lahan dan tenaga kerja karena merupakan gunakan cara budi daya merusak lahan. Tata
hal penting dan menentukan keberhasilan usa- cara budi daya seperti itu menyebabkan kondi-
ha tani padi. si kesuburan lahan berkurang dan harga lahan
Pengelolaan lahan dengan sistem upah me- akan turun.
miliki risiko dan biaya transaksi paling ting- Sistem maro menjadi pilihan yang sifatnya
gi di antara pilihan pendayagunaan lahan lain- moderat baik dari sisi risiko dan biaya tran-
nya. Hal ini terjadi karena petani pemilik sulit saksi ekonomi, baik bagi pihak pemilik mau-
mengontrol pekerjaan petani penggarap. Sis- pun penggarap lahan. Seperti terlihat pada Ta-
tem maro memiliki risiko moderat di antara bel 3, sistem maro menguntungkan kedua belah
pengelolaan dengan upah tetap dan sewa atau pihak jika pemilik dan penggarap lahan sama-
gadai. Sistem maro ditandai dengan bebera- sama berbagi risiko usaha tani. Bagi pengga-
pa perjanjian yang intinya bahwa pihak pemi- rap tidak perlu mengandalkan pihak lain un-
lik lahan menanggung segala biaya terkait ke- tuk memenuhi kebutuhan sarana produksi, se-
butuhan sarana produksi seperti pupuk, obat- dangkan bagi pihak pemilik lahan, hasil pro-
118 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...
Tabel 3: Urutan Preferensi dalam Pemilihan Kerja sama

Pihak Principal (pemilik sumber daya) Pilihan Kerja Sama


• Risiko L>M>S
• Biaya transaksi ekonomi L>M>S
Pihak Agent (penggarap/penyakap (=orang yg menggarap tanah atas dasar bagi hasil))
• Risiko S>M>L
• Biaya transaksi ekonomi S>M
• Kesempatan wirausaha/berkreasi S>M
Sumber: Hasil Pengamatan Lapangan Tahun 2013 dan
Sumber: Adaptasi dari Hayami dan Kikuchi (1981)
Keterangan: S = sewa lahan dengan biaya sewa tertentu,
Keterangan: M = bagi hasil/maro,
Keterangan: L = pengelolaan lahan dengan upah tetap

duksi meningkat terkait keterampilan dan usa- Fakta penerapan SRI oleh petani menun-
ha penggarap. Sistem sewa dan gadai memiliki jukkan bahwa ketidakpastian iklim dan biaya
risiko dan biaya transaksi rendah, lebih rendah transaksi yang tinggi sering menyebabkan kon-
bagi pemilik lahan, namun sebaliknya bagi pi- trak yang tidak lengkap dan umumnya disele-
hak penggarap yang menyewa atau menggadai saikan dengan kesepakatan informal dan kode
lahan. etik tak tertulis. Akibatnya, jika ada perselisih-
an, maka pihak ketiga (arbitrase) tidak mampu
Pola kontrak maro merupakan pilihan paling menegakkan kontrak yang tidak lengkap terse-
rasional bagi petani dengan kondisi ketidakpas- but. Kondisi tersebut menyebabkan hubungan
tian iklim penyebab endemik hama yang tidak kerja sama lebih diutamakan daripada hubung-
mampu diprediksi seperti hama sundep (beru- an yang berbasis profit. Berdasarkan gambaran
pa ulat kupu-kupu) dan serangan tikus. Salah sistem kontrak usaha tani di wilayah studi, po-
satu alasan pemilik lahan terkait profit yang la bagi hasil banyak dipilih oleh pemilik lahan
diterima lebih tinggi, dan pemilik lahan dapat walaupun dengan risiko cukup tinggi.
memantau pekerjaan petani penggarap walau-
Potensi masalah dalam kerja sama penerap-
pun dengan risiko lebih tinggi. Perbandingan
an metode SRI antara lain, pertama, masalah
profit yang diperoleh pemilik lahan jika me-
kerusakan moral (moral hazard ) yang diarti-
nyewakan lahan sawah kelas satu, yang letak-
kan sebagai aksi tersembunyi penggarap lahan
nya dekat jalan dari usaha tani, dalam 1 ta-
yang dikonotasikan berdampak negatif dan ti-
hun (asumsi 2 musim tanam) adalah sebesar
dak dapat diobservasi oleh pemilik lahan. Ma-
Rp16 juta. Jika pemilik lahan memilih sistem
salah muncul ketika pihak penggarap lahan ti-
maro dengan asumsi hasil bersih 3 ton GKP
dak mengikuti instruksi pemilik lahan. Hal ini
dengan harga Rp4.000–Rp4.500 per kg GKP,
menyebabkan peningkatan biaya pemantauan
maka dalam 1 tahun penerimaan dari lahan sa-
terhadap petani penggarap seiring makin se-
wah minimum Rp24 juta. Kendala aplikasi me-
ringnya intensitas pemilik lahan ke sawah. Se-
tode SRI memerlukan waktu melalui persetu-
mentara, penerapan metode SRI bagi pengga-
juan pemilik dan penggarap lahan terkait tam-
rap agak sulit untuk mengomunikasikan meto-
bahan biaya dan pekerjaan seperti tanam benih
de SRI jika pemilik lahan berdomisili di luar
umur muda dan tunggal, konsekuensi tumbuh
wilayah Karawang. Hal ini terkait kesepakatan
gulma lebih banyak, pengaturan air, dan bia-
penyediaan sarana produksi (kompos dan pes-
ya pengangkutan kompos. Tanpa adanya insen-
nab) dan risiko penurunan hasil panen.
tif dari pihak pemilik lahan, maka penggarap
enggan menerapkan metode SRI. Kedua, masalah seleksi yang merugikan
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 119

(adverse selection), yaitu terkait dengan infor- tersebut, biaya transaksi ekonomi sering dika-
masi tersembunyi baik dari pihak pemilik ma- takan sebagai biaya untuk memastikan berja-
upun dari pihak penggarap lahan yang ber- lannya sistem ekonomi.
tujuan memaksimalkan kepentingan masing-
Isu utama dalam analisis biaya transaksi
masing pihak. Masalah ini banyak berdampak
ekonomi adalah pengukuran. Berdasarkan ber-
bagi pemilik lahan karena penerapan SRI pada
bagai studi empiris, biaya transaksi ekonomi
tahap awal masa tanam sampai padi umur satu
dapat diformulasikan berdasarkan definisi dan
bulan merupakan masa adaptasi tanaman dan
permasalahan yang hendak dikaji. Pengukuran
rawan terserang hama penyakit tanaman. Ada-
biaya transaksi ekonomi dalam aplikasi meto-
nya informasi tersembunyi dapat menyebabkan
de SRI juga disesuaikan dengan kegiatan yang
potensi penurunan hasil.
dilakukan. Tabel 4 menjelaskan estimasi bia-
Solusi untuk kerusakan moral dan seleksi
ya transaksi ekonomi penerapan metode SRI
yang merugikan bagi pihak pemilik lahan ada-
yang terdiri dari biaya sebelum penerapan dan
lah melakukan pemantauan berdasarkan pe-
biaya setelah penerapan. Besarnya biaya tran-
nyadaran manfaat metode SRI dan memberi-
saksi ekonomi penerapan metode SRI sangat
kan insentif yang sifatnya menumbuhkan spon-
bervariasi antar-satu petani dan petani lain.
tanitas untuk memaksimalkan produksi. Solusi
Posisi sebagai pemilik atau penggarap lahan
tersebut memerlukan biaya kelembagaan yang
berpengaruh terhadap besarnya biaya transak-
menambah biaya usaha tani. Faktor kedekatan
si yang dikeluarkan. Biaya transaksi penerap-
domisili, hubungan kekerabatan, dan intensitas
an intensifikasi metode SRI minimal Rp47.000–
komunikasi dengan petani di sekitar lahan, a-
Rp404.000 per musim tanam dengan asumsi
kan mengurangi biaya kelembagaan. Solusi ba-
rata-rata kepemilikan lahan sekitar 1 hektar.
gi pihak penggarap untuk meyakinkan pemilik
Besarnya biaya transaksi tidak linier dengan
lahan dalam penerapan metode SRI adalah ke-
luas lahan.
bersamaan penerapan metode dalam satu ham-
paran sawah melalui keikutsertaan dalam ke- Biaya transaksi ekonomi sebelum pelaksana-
giatan kelompok tani dan bantuan penerapan an meliputi biaya menghadiri pertemuan ke-
metode SRI seperti program Ditjen PSP Ke- lompok, negosiasi dan pemantauan tanaman
menterian Pertanian. Namun, program terse- yang lebih banyak, serta biaya kesempatan (op-
but hendaknya terintegrasi dengan kementeri- portunity cost) penyediaan kompos dan pes-
an lain agar penerapan metode SRI dapat ber- nab. Tingginya biaya transaksi ekonomi sebe-
kelanjutan. lum pelaksanaan pada awal masa penerapan
terkait pemantauan pelaksanaan kegiatan awal
Biaya Transaksi Ekonomi dan Faktor seperti cara semai, cara tanam, penyediaan sa-
rana produksi seperti kompos, dan pengatur-
Determinan Pilihan Intensifikasi Padi
an air secara berselang (intermitten). Biaya
Pendekatan ekonomi kelembagaan membangun transaksi berbeda jika posisi sebagai pemilik
gagasan bahwa melalui kelembagaan dan orga- atau sebagai penggarap lahan. Fakta di lapang-
nisasi berupaya mencapai efisiensi dan memi- an menunjukkan bahwa konsistensi penerapan
nimalkan biaya transaksi, bukan hanya biaya metode SRI lebih banyak dilakukan oleh pihak
produksi. Biaya transaksi umumnya dibangun pemilik lahan, karena biaya sebelum pelaksa-
berdasar pada dua asumsi umum, yaitu opor- naan sebagian besar terkait biaya kesempatan
tunisme dan keterbatasan rasionalitas (boun- dan pemantauan. Biaya transaksi yang cukup
ded rationality) atau keterbatasan memproses besar adalah biaya kesempatan menjamin ke-
informasi dan pemecahan masalah yang kom- tersediaan pupuk kompos dan pesnab. Keterse-
pleks (Williamson, 1981; 1991). Pada kondisi diaan sarana produksi tersebut sering kali di-
120 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...
Tabel 4: Estimasi Biaya Transaksi Ekonomi Penerapan Metode SRI

Besar Biaya (Rp/MT)


No Jenis Biaya Keterangan
Minimal Maksimal
A Biaya Pra Pelaksanaan
1 Informasi Tentang SRI (Diskusi Kelom- 5 48 Jumlah Pertemuan Kelompok X Biaya
pok Tani) Transportasi
2 Usaha Tambahan (Misal: Negosiasi de- 36 126 Intensitas ke Sawah X Biaya Transpor-
ngan Pemilik Lahan atau Pemantauan tasi ke Lahan
Penggarap)
3 Menjamin Ketersediaan Pupuk Kom- 0 100 Biaya Kesempatan Pembuatan Kompos
pos per Musim Tanam
4 Menjamin Ketersediaan Obat/Pesnab 0 100 Biaya Kesempatan Pembuatan Pesnab
per Musim Tanam
Jumlah Biaya Pra Pelaksanaan 41 374
B Biaya Pasca Pelaksanaan
1 Biaya Diskusi dan Rapat Pemantauan 0 30 Jumlah Pertemuan Kelompok X Biaya
Evaluasi Penerapan SRI Transportasi
Total Biaya Transaksi Ekonomi 41 404
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

penuhi secara pribadi, belum dilakukan seca- Analisis regresi logistik digunakan untuk
ra berkelompok dan belum ada alternatif lain. menduga peluang kejadian tertentu dari va-
Bantuan alat mesin pertanian pendukung ke- riabel respons kategori menggunakan variabel
giatan yang diberikan untuk kelompok tani se- penjelas berupa variabel kategorik atau varia-
benarnya dapat memperkecil biaya kesempat- bel numerik (Juanda, 2009b). Regresi logistik
an pembuatan kompos dan pesnab. Biaya tran- sebenarnya sama dengan analisis regresi ber-
saksi setelah kegiatan lebih menyangkut evalu- ganda, namun variabel terikatnya merupakan
asi dan pemantauan antar-anggota kelompok variabel dummy (0 dan 1) atau variabel artifisi-
setelah penerapan SRI dan persiapan musim al. Model regresi linier berganda disebut seba-
tanam berikutnya. Kegiatan yang dilakukan gai model yang baik jika model tersebut meme-
adalah pertemuan formal ataupun informal un- nuhi kriteria estimator terbaik yang tidak bias
tuk mendiskusikan permasalahan yang dihada- atau Best Linier Unbiased Estimator (BLUE)
pi dan mencari solusi bersama-sama. yang dicapai bila memenuhi asumsi klasik, ya-
Analisis regresi logit berganda dilakukan un- itu uji normalitas, multikolinieritas, otokorela-
tuk mengetahui faktor determinan peluang pi- si, heteroskedasitas, dan uji linieritas. Regre-
lihan petani melakukan keputusan intensifika- si logistik tidak memerlukan asumsi linieritas,
si padi metode SRI di Kabupaten Karawang. normalitas eror, otokorelasi, dan homokedasti-
Analisis logit merupakan salah satu cara meng- sitas, tetapi tidak boleh ada multikolinieritas
uantitatifkan variabel respons (Y), yang pada antarvariabel bebas. Pada model regresi logit
studi ini merupakan pilihan metode intensifi- kasus penerapan SRI di Kabupaten Karawang,
kasi padi (nilai 1 adalah jika petani konsisten dilakukan uji multikolinieritas dengan melihat
melakukan metode SRI dan 0 jika petani be- nilai Varian Infloating Factor (VIF). Jika ni-
lum pernah atau sudah pernah menerapkan na- lai VIF > 10, maka diindikasikan bahwa model
mun tidak melakukan lagi). Hipotesis yang di- memiliki gejala multikolinieritas. Jika terjadi
bangun adalah bahwa peluang pilihan keber- gejala multikolinieritas berarti terjadi korela-
lanjutan metode SRI dipengaruhi oleh karak- si yang kuat (hampir sempurna) antarvariabel
ter hubungan pemilik-penggarap lahan, biaya bebas dalam model. Hasil analisis model logit
transaksi ekonomi, dan luas lahan petani. diketahui bahwa semua variabel memiliki ni-
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 121

lai VIF < 10 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pertanian lain seperti budi daya tanam-
tidak terjadi multikolinier, seperti yang ditun- an hortikultura lebih antusias dalam menerap-
jukkan pada Tabel 5. kan metode SRI. Variabel pekerjaan utama res-
ponden (d kerja) berpengaruh nyata terhadap
Hasil analisis regresi logit tampak pada para-
peluang keputusan petani menerapkan metode
meter utama, yaitu nilai Likelihood Ratio (LR)
SRI. Tanda negatif (-) pada koefisien menan-
yang dinyatakan oleh nilai Prob > Chi2 , statis-
dakan bahwa petani yang memiliki pekerjaan
tika Z direpresentasikan oleh P > |z| dan good-
di luar usaha tani memiliki peluang lebih be-
ness of fit menggunakan nilai Pseudo R2 . Nilai
sar dengan peluang sebesar nilai odds ratio-nya
LR merupakan pengganti statistika F yang ber-
sebesar 0,017. Komoditas padi menjadi tumpu-
fungsi menguji apakah secara bersama-sama
an bahan pangan keluarga petani, jika memili-
variabel bebas memengaruhi variabel terikat.
ki usaha di luar usaha tani sebagai penghasilan
Pada Tabel 6, hasil output diketahui dengan
lain, maka respons terhadap risiko perubahan
tingkat keyakinan sebesar 95%, probabilitas
tata cara tanam padi akan lebih baik. Pada
statistik LR adalah 0,0000, sehingga secara
studi ini diketahui bahwa petani yang memi-
bersama-sama kesembilan variabel, yaitu (1)
liki pekerjaan di luar usaha tani padi memili-
lahan, (2) umur, (3) produksi, (4) jarak ke sa-
ki peluang lebih tinggi melaksanakan metode
wah, (5) posisi dalam kelompok tani, (6) hu-
SRI dibandingkan petani yang hanya mengan-
bungan agency, (7) pekerjaan, (8) biaya tran-
dalkan usaha tani padi jika variabel lain tidak
saksi sebelum kegiatan, dan (9) biaya transaksi
berubah (ceteris paribus).
sesudah kegiatan, signifkan memengaruhi pelu-
ang pilihan penerapan metode SRI. Nilai Pseu- Kedua, biaya transaksi sebelum kegi-
do R2 menunjukkan nilai 0,5246 artinya bahwa atan usaha tani (tce pra) merupakan bia-
proporsi variabel dalam model sebesar 52,46% ya yang dikeluarkan petani sebelum menerap-
mendukung aspek peluang pengambilan kepu- kan metode SRI seperti mengikuti pertemuan
tusan petani dalam memilih penerapan meto- dan biaya kesempatan pembuatan kompos dan
de intensifikasi padi, di mana selebihnya sebe- pesnab. Variabel biaya transaksi ekonomi sebe-
sar 47,54%, dijelaskan oleh variabel lain di luar lum pelaksanaan (tce pra) berpengaruh signi-
model. Hasil analisis regresi logit disajikan pa- fikan positif terhadap peluang menerapkan me-
da Tabel 6. tode SRI pada taraf kepercayaan sebesar 95%.
Tanda positif (+) pada nilai odds ratio sebe-
Pada Tabel 6 diketahui bahwa variabel yang
sar 1,002 diartikan peluang petani yang berse-
diduga memiliki peluang signifikan menentu-
dia mengeluarkan biaya transaksi sebelum ke-
kan pilihan penerapan metode SRI adalah
giatan usaha tani yang lebih banyak memiliki
pekerjaan utama responden (d kerja), biaya
peluang keberlanjutan penerapan metode SRI
transaksi sebelum kegiatan, hubungan kelem-
lebih tinggi daripada petani yang tidak berse-
bagaan atau agency (d P A), keikutsertaan da-
dia mengeluarkan biaya sebelum pelaksanaan.
lam kelompok tani (d poktan), dan produk-
Hal ini berarti besarnya biaya transaksi ekono-
si. Berikut penjelasan masing-masing varia-
mi berpengaruh positif terhadap pilihan petani
bel. Pertama, pekerjaan utama respon-
untuk memilih metode intensifikasi padi.
den (d kerja) merupakan variabel dummy di
mana nilai 1 jika petani hanya bekerja seba- Ketiga, posisi petani sebagai pemilik
gai petani padi dan nilai 0 jika petani memi- lahan atau petani penggarap (d P A) me-
liki pekerjaan tambahan selain bertanam padi rupakan variabel dummy dengan nilai 1 jika pe-
(off farm). Umumnya, responden yang memi- tani berposisi sebagai pemilik lahan dan nilai
liki pekerjaan tambahan seperti jasa bengkel, 0 jika petani berposisi sebagai petani pengga-
usaha penyewaan alat mesin pertanian, dan rap. Posisi petani dalam hubungan kelembaga-
122 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...
Tabel 5: Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Koefisien Nilai VIF


lahan -1,176000 5,938
umur -0,003 2,358
produksi 1,838000 4,748
d poktan -0,162 4,013
jarak sawah 8,698000 1,545
d PA 0,231 1,281
d kerja -0,327 1,602
tce pra 3,131000 1,339
tce pasca 1,065000 1,326
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Tabel 6: Dugaan Peluang Faktor Determinan Pilihan Intensifikasi Padi

Variabel Koefisien Std. Err. (P> |z|)


Lahan -0,0003971** 0,0003038 0,0003038
Umur -0,0099737 0,0003038 0,811
Produksi 0,0008103* 0,0005058 0,109
d poktan 4,421681** 2,302685 0,055
jarak sawah 0,0010497 0,0023219 0,651
d pa 2,174105* 1,130264 0,054
d kerja -4,035133** 1,965897 0,04
tce pra 0,0000298** 0,0000151 0,048
tce pasca 0,0005997 0,0004072 0,141
Konstanta -10,12736 5,97633 0,09
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
Keterangan: * signifikan pada taraf 10%
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: LR Chi2 (9) = 36,32
Keterangan: Prob. > Chi2 = 0,0000
Keterangan: Pseudo R2 = 0,5264

an berpengaruh nyata terhadap peluang pilih- dummy dengan nilai 1 jika petani sebagai pe-
an metode intensifikasi pada taraf kepercayaan ngurus dan nilai 0 jika petani sebagai anggota
sebesar 90%. Posisi sebagai pemilik lahan me- kelompok tani. Posisi petani dalam kelompok
nentukan apakah mengolah sawah dengan me- tani berpengaruh nyata terhadap peluang me-
tode SRI yang lebih ramah lingkungan ataukah nerapkan metode SRI pada taraf kepercayaan
menggunakan metode lainnya. Nilai odds ra- sebesar 90%. Posisi petani sebagai pengurus
tio sebesar 8,79 diartikan peluang petani seba- kelompok tani memberikan peluang lebih be-
gai pemilik lahan untuk melaksanakan metode sar tani terkait kemudahan informasi. Umum-
SRI cenderung lebih tinggi dibandingkan peta- nya pengurus dilibatkan lebih intensif dalam
ni sebagai penggarap, jika variabel lainnya sa- kegiatan pelatihan dan informasi lainnya, se-
ma (ceteris paribus). Petani dengan posisi pe- hingga memberikan peluang menerapkan me-
milik lahan memiliki daya tahan terhadap ri- tode SRI lebih besar daripada posisi sebagai
siko relatif lebih tinggi dalam menentukan pi- anggota kelompok tani. Nilai odds ratio sebe-
lihan intensifikasi padi sehingga lebih leluasa sar 83, 23 diartikan bahwa peluang petani seba-
dalam menentukan pilihan metode SRI. gai pengurus dalam menerapakan metode SRI
lebih besar dibanding petani sebagai anggota,
Keempat, keikutsertaan dalam kelom-
jika variabel lain tidak berubah (ceteris pari-
pok tani (d poktan) merupa- kan variabel
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 123

bus). Artinya informasi masih berjalan asime- lahan, memiliki pekerjaan di luar usaha tani,
trik, sehingga pelibatan petani anggota perlu dan kemampuan menanggung biaya transak-
digerakkan dalam kegiatan yang lebih sesuai si sebelum kegiatan usaha tani. Secara parsi-
dengan kondisi sosial ekonomi dan waktu pe- al, variabel dummy bernilai positif untuk fak-
tani. tor keanggotaan dalam kelompok tani (pengu-
Kelima, tingkat produksi menentukan pi- rus kelompok tani = 1) memiliki kemungkin-
lihan petani dalam intensifikasi padi pada taraf an 67% untuk menerapkan metode SRI diban-
kepercayaan 90%. Keputusan petani memilih ding anggota kelompok tani. Demikian juga va-
menerapkan metode SRI memiliki kemungkin- riabel dummy untuk posisi sebagai pemilik la-
an lebih tinggi jika terjadi peningkatan produk- han (pemilik lahan=1) memiliki kemungkinan
si. Nilai odds ratio sebesar 1,00 diartikan pelu- sebesar 49% untuk menerapkan metode SRI
ang penerapan intensifikasi padi menggunakan dibandingkan penggarap. Sedangkan variabel
metode SRI lebih besar jika terjadi peningkat- dummy faktor d kerja (memiliki pekerjaan di
an produksi sebesar 1 kg jika varibel lain tidak luar usaha tani = 0) bertanda negatif diartikan
berubah (ceteris paribus). bahwa terdapat kemungkinan sebesar 76% bagi
petani yang memiliki pekerjaan di luar usaha
Beberapa variabel yang tidak signifikan ber- tani untuk penerapan metode SRI. Nilai varia-
pengaruh terhadap pilihan intensifikasi padi bel biaya transaksi ekonomi sebelum penerap-
metode SRI adalah luas lahan (ha), jarak sa- an SRI (tce exan) nilainya sangat kecil namun
wah (meter), umur petani (tahun), dan biaya signifikan. Hal tersebut diartikan bahwa petani
transaksi ekonomi setelah kegiatan usaha tani yang bersedia mengeluarkan biaya lebih besar
(pasca). Variabel tersebut penting untuk dika- sebelum pelaksanaan metode SRI memiliki ke-
ji terkait dengan hipotesis bahwa penguasaan mungkinan keberlanjutan lebih besar daripada
lahan berpengaruh terhadap pilihan intensifi- petani yang tidak bersedia mengeluarkan biaya
kasi. Faktor jarak ke sawah terkait dengan in- transaksi ekonomi. Faktor-faktor yang terkait
tensitas pemantauan lahan yang lebih intensif, dengan kemungkinan penerapan metode SRI
di mana kecenderungan petani dengan jarak tersebut terkait kemampuan menanggung risi-
ke sawah relatif jauh cenderung kurang ber- ko dan beradaptasi dalam meningkatkan pro-
lanjut dalam menerapkan metode SRI. Vari- duksi.
abel umur petani terkait dengan penerimaan
terhadap inovasi dan perbedaan perlakuan an- Hasil analisis logit menjelaskan beberapa
tara intensifikasi metode SRI dan metode kon- upaya perlu dilakukan untuk mendorong pe-
vensional. Sedangkan biaya transaksi setelah nerapan intensifikasi yang diarahkan untuk ke-
kegiatan dalam intensifikasi padi relatif kecil berlanjutan metode SRI secara meluas terka-
sehingga kurang signifikan untuk menentukan it dengan penyadaran kepada para pemilik la-
peluang keberlanjutan penerapan metode SRI. han. Selama ini, sasaran penyuluhan dan ber-
Hasil analisis juga memungkinkan menghi- bagai program adalah para penggarap yang
tung nilai efek marginal yang menunjukkan be- sebenarnya sangat tergantung pada perintah
sarnya peluang dari variabel penjelas terhadap pemilik lahan. Penerapan metode SRI buk-
kemungkinan keberlanjutan penerapan meto- an hanya terkait dengan pengetahuan namun
de SRI. Hasil analisis ditampilkan pada Tabel kebiasaan petani dalam usaha tani padi, se-
7. Hasil pengolahan menunjukkan bahwa rata- hingga adanya program berupa paket pelatih-
rata peluang penerapan SRI akan meningkat an dan sarana produksi akan sangat memban-
sebesar 0,55 jika terjadi peningkatan empat va- tu. Diperlukan durasi minimal dua tahun un-
riabel yang signifikan, yaitu keterlibatan da- tuk membiasakan sumber daya petani dan la-
lam kegiatan kelompok tani, akses pengelolaan han beradaptasi terhadap metode yang diper-
124 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...
Tabel 7: Nilai Efek Marjinal Kemungkinan Pilihan Intensifikasi Padi

Variabel dy/dx Std. Err. Peluang (P> |z|)


Lahan -0,0000982 0,00008 0,201
Umur -0,0024666 0,01031 0,811
Produksi 0,0002004 0,00013 0,114
d poktan 0,6737655** 0,2127 0,002
jarak sawah 0,0002596 0,00057 0,649
d pa 0,4931219** 0,21407 0,021
d kerja -0,7651674** 0,2029 0
tce pra 7,360000** 0 0,045
tce pasca 0,0001483 0,0001 0,147
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis
Keterangan: ** signifikan pada taraf 5%
Keterangan: dy/dx = untuk perubahan diskrit dari nilai variabel dummy dari 0 ke 1
Keterangan: Nilai probabilitas efek marjinal y = Pr(d sri) (predict) = 0,55187806

kenalkan. Program perluasan metode SRI di pola bagi hasil banyak dipilih terkait risiko dan
Kabupaten Karawang dari tahun 2010 sampai biaya transaksi yang moderat. Potensi masa-
2013 mencapai kurang lebih 750 kelompok de- lah kerusakan moral dan seleksi yang merugi-
ngan luasan lahan 15.000 hektar yang menca- kan dapat dikurangi dengan pemantauan dan
kup sekitar 25% dari total luas lahan persa- insentif terkait pengalaman petani penggarap,
wahan di Kabupaten Karawang. Capaian ter- kepercayaan, dan kedekatan hubungan dalam
sebut sudah cukup bagus, namun durasi waktu komunitas.
yang hanya satu tahun menyebabkan tidak se- Kedua, biaya transaksi ekonomi sebelum
mua kelompok tani dapat menjaga keberlan- pelaksanaan lebih tinggi daripada pengeluaran
jutan penerapan metode SRI. Adanya sinyal setelah pelaksanaan dalam penerapan metode
komitmen berupa insentif dalam bentuk pro- SRI. Faktor determinan pilihan petani dalam
gram atau penghargaan dari pemilik lahan dan intensifikasi padi terkait keberlanjutan pene-
pemangku kepentingan terkait akan berpenga- rapan metode SRI adalah hubungan kelemba-
ruh dalam menentukan pilihan intensifikasi un- gaan antara pemilik lahan dan petani pengga-
tuk musim tanam berikutnya. rap, pendapatan di luar usaha tani padi, pe-
ningkatan produksi, dan biaya transaksi sebe-
lum penerapan metode SRI.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah disampa- Implikasi Kebijakan
ikan, dapat ditarik beberapa simpulan terkait
studi ini. Pertama, fokus isu penerapan in- Kebijakan pada sisi mikro di tingkat petani
tensifikasi padi metode SRI di Kabupaten Ka- adalah diseminasi metode SRI hendaknya me-
rawang adalah hubungan antar-pelaku (antara libatkan kelembagaan yang berperan nyata da-
pemilik lahan dan petani penggarap) dan biaya lam kegiatan usaha tani dan diimbangi kegiat-
tambahan. Dibutuhkan pendampingan (pen- an pemantauan dalam jangka waktu tertentu.
danaan dan jaminan pasar) sebagai tindakan Diperlukan rekrutmen kader SRI atau tenaga
yang harus dilakukan untuk mengatasi risiko pendamping minimal dalam jangka waktu dua
awal penerapan. Dukungan kelembagaan per- tahun sesuai masa adaptasi terhadap risiko pe-
desaan dibutuhkan untuk meningkatkan minat nurunan produksi padi ketika awal penerapan
petani sebagai upaya mengurangi biaya tran- SRI.
saksi ekonomi. Kerja sama pengelolaan lahan Pada skala makro, Pemerintah Kabupaten
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 125

Karawang khususnya melalui Dinas Pertani- [11] Juanda, B., & Anwar, A. (2011). Rancang Bangun
an Tanaman Pangan dapat memfasilitasi me- Sistem Insentif untuk Meningkatkan Pendapatan
Petani, Efisiensi Penggunaan Air dan Ketahanan
lalui Peraturan Daerah (Perda) yang mendu-
Pangan Nasional. Laporan Akhir Hibah Kompeten-
kung penerapan metode SRI disertai pembuat- si. Jakarta: DP2M Dikti.
an sertifikat SRI untuk lahan-lahan yang telah [12] Laulanie, H. De. (1992). Technical Presentation of
melewati masa adaptasi penerapan SRI untuk the System of Rice Intensification, Based on Ka-
tayama’s Tillering Model. Association TefySaina
memastikan pemberian insentif jasa lingkung-
(ATS), Antananarivo, Madgascar. http://sri.
an. ciifad.cornell.edu/aboutsri/Laulanie.pdf
(Accessed January 11, 2013).
[13] Manzilati, A. (2011). Kontrak yang Melemahkan:
Relasi Petani dan Korporasi. Malang: Universitas
Daftar Pustaka Brawijaya Press.
[14] North, D. (1990). Institutions, Institutional Cha-
[1] Anugerah, I. S., Sumedi, & Wardana, I. P. (2008).
nge and Economic Performance. USA: Cambridge
Gagasan dan Implementasi System of Rice Inten-
University Press.
sification (SRI) dalam Kegiatan Budidaya Padi
[15] Ostrom, E. (1985). Formulating the Elements of
Ekologis (BPE). Analisis Kebijakan Pertanian, 6
Institutional Analysis. Paper. Presented to Confe-
(1), 75–99. http://pse.litbang.pertanian.go.
rence on Institutional Analysis and Development.
id/ind/pdffiles/ART6-1c.pdf (Accessed Janu-
Washington D.C. May 21–22, 1985.
ary 11, 2013).
[16] Ostrom, E. (1996). Governing the Commons:
[2] Anwar, A. (1995a). Dasar-Dasar Ilmu Teori Agen-
The Evolution of Institutions for Collecti-
cy (Agency Theory). Bahan Kuliah Ekonomi Or-
ve Action. UK: Cambridge University Press.
ganisasi Perdesaan. Bogor: PPS Ilmu Perencana-
http://www.kuhlen.name/MATERIALIEN/eDok/
an Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Institut
governing_the_commons1.pdf (Accessed March
Pertanian Bogor.
13, 2013).
[3] Anwar, A. (1995b). Analisis Ekonomi Biaya-Biaya
[17] Ostrom, E., Gardner, R., & Walker, J. (2006). Ru-
Transaksi (Transaction Cost Economics Analysis).
les, Games, and Common-Pool Resources. USA:
Makalah. Disampaikan dalam Ceramah Umum
The University of Michigan Press. http://www.
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Ilmu Pe-
press.umich.edu/pdf/9780472065462-fm.pdf
rencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,
(Accessed March 13, 2013).
PPs-IPB.
[18] Ruttan, V. W., & Hayami, Y. (1984). Toward the
[4] Anwar, A. (2003). Suatu Analisis Tentang Sistem
Theory of Induced Institutional Inovation. Discus-
Kontrak Pertanian yang Terjadi di Wilayah Perde-
sion Paper, 200, February 1984. Minneapolis: Cen-
saan. Makalah Petunjuk Bagi Penelitian Kontrak
tre for Economic Research, Departement of Econo-
Usahatani dan Industri Kecil di Wilayah Perdesa-
mic, University of Minnesota.
an. Bogor: Program Studi PWD-IPB.
[19] Ruttan, V. W., & Hayami, Y. (1984). To-
[5] [BBWS] Balai Besar Wilayah Sungai Citarum.
ward a Theory of Induced Institutional In-
(2012). Efisiensi Air Melalui Penanaman Padi Me-
novation. Center for Economic Research Di-
tode SRI (System of Rice Intensification). PPK
scussion Paper, 200. Minneapolis, Minneso-
PendayagunaanTata Guna Air (PTGA). www.
ta: Department of Economics, University of
citarum.org.
Minnesota. http://www.econ.umn.edu/library/
[6] Braverman, A., & Stiglitz, J. E. (1982). Share-
mnpapers/1984-200.pdf (Accessed February 5,
cropping and the Interlinking of Agrarian Markets.
2013).
American Economic Review, 72 (4), 695–715.
[20] Sappington, D. E. M. (1991). Incentives in
[7] Harris, M., & Raviv, A. (1979). Optimal Incentive
Principal-Agents Relationships. The Journal of
Contracts with Imperfect Information. Journal of
Economic Perspectives, 5 (2), 45–66.
Economic Theory, 20 (2), 231–259.
[21] Shavell. (1979). Risk Sharing and Incentives in the
[8] Hayami, Y., & Kikuchi, M. (1981). Dilema Eko-
Principal and Agent Relationship. The Bell Jour-
nomi Desa: Suatu Pendekatan Ekonomi terhadap
nal of Economics, 10 (1), 55–73.
Perubahan Kelembagaan di Asia. Jakarta: Yayasan
[22] Williamson, O. E. (1981). The Economics of Orga-
Obor Indonesia.
nization: The Transaction Cost Approach. Ameri-
[9] Juanda, B. (2009a). Metodologi Penelitian Ekono-
can Journal of Sociology, 87 (3), 548–577.
mi dan Bisnis, Edisi Kedua. Bogor: IPB Press.
[23] Williamson, O. E. (1986). Economic Organization:
[10] Juanda, B. (2009b). Ekonometrika: Pemodelan
Firms, Markets and Policy Control. New York:
dan Pendugan. Bogor: IPB Press.
126 Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ...

New York University Press.


[24] Williamson, O. E. (1998). Transaction Cost Eco-
nomics: How it Works; Where it is Headed. De
Economist, 146 (1), 23–58.
[25] Williamson, O. E. (1991). Comparative Economics
Organization: The Analysis of Discrete Structural
Alternatives. Administrative Science Quarterly, 36
(2), 269–296.
Luh P. S., Bambang J., Akhmad F., & Ernan R./Peran Kelembagaan Perdesaan ... 127
Tabel 8: Kinerja Kelembagaan Petani di Wilayah Studi

No Uraian Kelompok Tani Dewi Sri Gapoktan Mekar Tani


1 Kejelasan batasan hak individu untuk mengelola kelembagaan 1,7 2,7
terkait dengan struktur organisasi (1 = batasan tidak jelas, 2 =
batasan kurang jelas, 3 = batasan jelas)
a. Sistem keanggotaan (1 = tertutup, 2 = tertutup dengan persya- 2 3
ratan, 3 = terbuka)
b. Lingkup pengelolaan kelembagaan, apakah terbatas lingkup pe- 2 3
tani? (1 = terbatas, 2= terbatas dengan aturan tertentu, 3 =
tidak terbatas)
c. Memiliki AD/ART? (1 = tidak memiliki AD/ART, 2 = memiliki 1 2
AD/ART, namun belum dilaksanakan, 3 = memiliki AD/ART)
2 Kesesuaian appropriation (pemberian), antara pemakaian sum- 1 1,5
ber daya dengan kontribusi yang diberikan (1 = kesesuaian ren-
dah, 2 = kesesuaian sedang, 3 = kesesuaian tinggi)
a. Iuran atau kontribusi (1 = tidak ada iuran, 2 = ada iuran tapi 1 2
tidak banyak yang berkontribusi, 3 = ada iuran untuk lembaga)
b. Apakah iuran sesuai luas lahan (1 = tidak sesuai, 2 = dise- 1 1
suaikan dengan luas lahan, tapi belum terlaksana, 3 = iuran
tergantung luas lahan)
3 Kegiatan bersama (collective action) atau partisipasi dalam 2,7 2,0
lembaga (1 = rendah , 2 = sedang, 3 = tinggi)
a. Kegiatan dalam lembaga( 1 = belum ada kegiatan, 2 = ada 3 2
kegiatan tapi banyak yang tidak aktif, 3 = ada kegiatan dan
banyak yang aktif)
b. Keterlibatan anggota dalam kegiatan lembaga? (1 = keterlibat- 3 2
an rendah, 2 = keterlibatan sedang, 3 = keterlibatan tinggi)
c. Menetapkan aturan main (1 = belum melalui musyawarah, 2 2 2
= musyawarah hanya melibatkan pengurus, 3 = musyawarah
melibatkan pengurus dan anggota)
4 Monitoring kelembagaan (1= belum pernah, 2=jarang, 3 = se- 2,3 2,0
ring)
a. Bentuk monitoring kelembagaan? Misal: rapat evaluasi (1 2 2
= belum pernah, 2 = kadang-kadang, 3 = monitoring ru-
tin/terjadwal)
b. Jadwal rutin rapat pengurus? (1 = belum ada, 2 = jarang, 3 = 3 2
ada dan rutin)
c. Jadwal rutin rapat anggota? (1 = belum ada, 2 = jarang, 3 = 2 2
ada dan rutin)
5 Penerapan sanksi jika ada pelanggaran (1 = belum diterapkan 1,7 1,7
sanksi, 2 = jarang diterapkan, 3 = ada sanksi)
a. Apakah ada pelanggaran? (1 = belum pernah, 2 = kadang, 3 = 2 2
sering)
b. Sanksi jika melanggar? (1 = belum pernah ada sanksi, 2 = ada 2 2
sanksi tapi jarang diterapkan, 3 = ada sanksi)
c. Tingkatan sanksi? (berat, sedang, ringan) (1 = belum ada ting- 1 1
katan, 2 = ada tingkatan tapi belum dijalankan, 3 = ada ting-
katan sanksi)
6 Mekanisme penyelesaian konflik (1 = rumit, 2 = biasa, 3 = 3 3
mudah)
a. Konflik dalam lembaga? (1 = sering sekali, 2 = jarang, 3 = 2 2
belum ada)
b. Penyelesaian konflik (sesama anggota, melalui pengurus, melalui pengurus pengurus
desa atau lainnya)
7 Kewenangan pengaturan terkait kewenangan lembaga lain? (1 3 3
= sering kali berbenturan, 2 = kadang-kadang berbenturan, 3
= otoritas tidak berbenturan )
a. Pengakuan lembaga lain (1 = pengakuan lemah, 2 = pengakuan 3 3
tergantung prioritas masalah, 3 = selalu diakui otoritasnya)
b. Pengakuan kewenangan oleh dinas/instansi terkait (1 = penga- 3 3
kuan lemah, 2 = pengakuan tergantung prioritas masalah , 3 =
selalu diakui otoritasnya)
Rata-rata 2,2 2,3
Sumber: Hasil Pengolahan Penulis

Anda mungkin juga menyukai