Anda di halaman 1dari 18

2022

KOMUNIKASI PROFETIK
(RASULULLAH SAW THE GREAT COMMUNICATOR)
MUHAMMAD IRSYAD SIROJUL KHOEIR
Makalah Komunikasi Profetik

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah subhanau wata’ala, yang
alhamdulillah atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, saya selaku penulis dapat menyelesaikan
tugas menyusun makalah Komunikasi Profetik ini dengan baik. Selanjutnya, sholawat serta
salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. tak lupa juga
kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’in juga tabi’at-nya, dan kita semua selaku
ummatnya, semoga mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW, nanti di yaumil qiyamah,
amiin.
Nabi Muhammad SAW merupakan seorang utusan Allah SWT yang sudah tidak
diragukan lagi akan kepiawaian komunikasinya. Bahkan pada beberapa literatur sampai di
sebutkan bahwa jika seseorang berbincang dengan Rasulullah SAW. maka orang tersebut akan
merasa nyaman dan merasa sangat di hargai. Dalam konteks Dakwah, cara Komunikasi
Rasulullah SAW ini benar-benar mampu mempersuasi masyarakat hingga akhirnya bisa
menerima ajaran Islam dengan hati terbuka tanpa paksaan walau hanya melihat atau mendengar
dari cara komunikasi Rasulullah SAW. Di era sekarang, kita sangat perlu untuk mempelajari
serta memahami bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW. bukan hanya
sampai di situ, tapi juga harus mempelajari cara dan perilaku atau akhlak Rasulullah SAW
supaya bisa menselaraskan dengan Komunikasi ala Rasulullah SAW ini.
Maka dari itu saya menyusun makalah ini dengan mengambil referensi dari beberapa
sumber terpercaya baik media buku maupun website mengenai tokoh Rasulullah SAW. Selain
dari pada kebutuhan akan pemahaman komunikasi Profetik, makalah ini juga di buat dengan
tujuan untuk memahami apa saja yang menjadikan komunikasi Rasulullah ini sampai disebut
komunikator ulung terbaik di dunia. Oleh karena itu semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
pembaca khususnya mahasiswa atau pendakwah supaya mampu memahami komunikasi
Profetik dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelumnya, saya berterima kasih kepada berbagai pihak dan sumber yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini, walau begitu saya menyadari bahwa dalam
penulisan dan contoh dalam makalah ini masih banyak kekurangan, seperti kata pepatah “Tak
ada gading yang tak retak”. Maka dari itu, kritik serta saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi kualitas yang lebih baik di masa mendatang. Mungkin kata pengantar di
cukupkan sekian. Terimakasih.

Purwakarta, 13 Juni 2022

Rasulullah SAW The Great Communicator | i


Makalah Komunikasi Profetik

Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan ...................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................................... 2
BAB II ....................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
2.1 Tokoh Rasulullah SAW Sebelum Masa Kenabian ..................................................... 3
A. Kelahiran Rasulullah Muhammad SAW....................................................................... 3
B. Profil Rasulullah SAW .................................................................................................. 4
C. Masa Kanak-Kanak ....................................................................................................... 5
D. Masa Remaja ................................................................................................................. 7
E. Masa Dewasa ................................................................................................................. 7
2.2 Tokoh Rosulullah SAW Pada Periode Makkah.......................................................... 7
A. Awal Kerasulan Nabi Muhammad SAW ...................................................................... 7
B. Persitiwa Hijrah ............................................................................................................. 8
2.3 Tokoh Rasulullah SAW Pada Periode Madinah......................................................... 9
A. Pembentukan Negara Madinah ..................................................................................... 9
B. Politik Rasulullah SAW .............................................................................................. 10
BAB III.................................................................................................................................... 13
PENUTUP............................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

Rasulullah SAW The Great Communicator | ii


Rasulullah SAW The Great Communicator (Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir)

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rasulullah SAW merupakan sosok komunikator yang sudah diakui bahkan oleh
ilmuan-ilmuan non Muslim sebagai komunikator terbaik. Sifat, akhlak, perilaku, serta
perkataan beliau selalu berjalan beriringan. Beliau mempunyai sifat terbaik diantara yang
terbaik dan akhlak terindah diantara yang terindah. Rasulullah SAW lahir di lingkungan gurun
tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang mana pada masa itu kehidupan
manusia sangat lah buruk, sehingga pada masa itu disebut dengan zaman jahiliyah atau zaman
kebodohan manusia. Maka dari itu Allah SWT kemudian mengutus Nabi Muhammad SAW
sebagai seorang manusia pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan
akhlak yang mulia bagi umat manusia dan jin sampai akhir kehidupan di dunia ini.
Nama seorang Nabi Muhammad SAW ini sudah diramalkan bahkan dalam kitab-kitab
suci agama terdahulu, tidak hanya agama Samawi seperti Kristen dan Yahudi, tai dalam agama
Ardhi pun bisa ditemukan, seperti dalam kitab agama Buddha. Sang Buddha berkata : “Wahai
para pendeta, ketika manusia berusia 80.000 tahun, akan hadir di atas muka bumi seorang
Buddha bernama Metteyya (yang pengasih), manusia suci (Arahat), yang tercerahkan serta
penuh keagungan, dirahmati kebijaksanaan tindakannya, kesuksesan, pengatahuan atas jagat,
pengendara kereta kuda tiada tanding yang ramah; penguasa malaikat dan manusia; Buddha
yang diberkati, meskipun aku telah lahir di muka bumi ini, seorang Buddha dengan kualitas
yang sama akan diturunkan. Apa yang dia pahami dari langit akan dia kabarkan pada dunia
bersama para malaikat, sahabat, dan malaikat utama lainnya, dan orang-orang bijak serta
brahmana, pangeran, dan rakyat biasa; seperti halnya aku sekarang yang mengatakan hal yang
sama kepada pihak yang sama. Dia akan mengkhotbahkan agamanya, mulia asalnya, agung
pada puncak kejayaannya, dan agung pula tujuannya, baik dalam jiwa maupun ucapan. Dia
akan mengumandangkan kehidupan beragama yang utuh sempurna lagi menyeluruh, seperti
aku sekarang menyebarkan agamaku dan kehidupan sama. Dia akan memimpin ribuan
masyarakat, sedangkan aku hanya memimpin beberapa ratus pendeta. Jika kita telaah dan teliti
lebih lanjut perkataan diatas, maka kata-kata tersebut sangat sesuai dengan sosok Rasulullah
SAW yang mempunyai sifat penyayang, dianugrahi kebijaksanaan, panglima terhebat, serta
seseorang manusia yang ramah dan ahli dalam komunikasi.
Maka sungguh begitu agung dan mulia Rasulullah SAW ini. Nama beliau telah terukir
indah di surga dan di hati-hati orang-orang yang beriman, namanya terus di puji-puji sebagai
tanda kecintaan kepada kekasih Allah SWT dan juga insan pilihan, bahkan air mata terus
mengalir di mata-mata para perindu Rasulullah SAW yang mulia hingga akhir zaman. Yang
mampu memberikan cahaya kedamaian bagi hati yang sedang kegelapan, beliau adalah
“cayaha di atas cahaya”, NUURUN ALA NUURI”.
Rasulullah SAW ini mempunyai sifat fisik yang sempurna, Nabi Saw warna kulitnya
putih kemerah-merahan, bercahaya, wajahnya mempesona serta indah menawan, dahi beliau
luas, kepala beliau sempurna, hidung mancung bagai huruf alif bengkok sedikit dan bercahaya,
pipinya halus dan sedang, bulu matanya lebat, bola mata nya besar dan indah, matanya luas
dan bersangatan hitam bola matanya, putih mata beliau bercampur kemerah-merahan, gigi
muka rapi tersusun indah, jika beliau tersenyum sungguh bercahaya-cahaya, rambut beliau

Komunikasi profetik | 1
Makalah Komunikasi Profetik

lebat tidak terlalu keriting dan lurus indah menawan, yang panjangnya sampai ketelinga,
kadang panjangnya sampai kebahu, jenggotnya lebat, perut dan belakang rata, bahu beliau
besar, jari-jari lemas dan lembut, dan bentuk tubuh beliau sedang tidak terlalu tinggi dan tidak
pula terlalu rendah, tidak gemuk dan tidak pula kurus, tutur katanya paling halus dan santun,
bila Nabi SAW berbicara bercahaya dan senyum manis menyertai raut mukanya. Tatkala beliau
berjalan tenang bagaikan orang yang sedang turun dari tempat yang tinggi dan pandangan
beliau lebih banyak memandang kebawah dari pada ke atas, begitu tampan dan menawan
walaupun dilihat dari jauh, dan apabila sudah dekat tak ada kata yang bisa diucapkan sebab
begitu indahnya. Abu Hurairah ra pernah berkata : “Tak pernah aku melihat orang yang lebih
tampan indah dari Nabi Muhammad saw.
Nabi Muhammad Saw diutus untuk membawa pesan keimanan, etika, dan harapan yang
menjadi peringatan kepada seluruh manusia akan kehadiran-Nya, tuntunan-Nya, dan
datangnya Hari Kepulangan dan Perjumpaan. Dengan membawa pesan ini, di sepanjang
hidupnya Nabi SAW selalu bersedia mendengarkan setiap apapun dari manusia, baik itu
perempuan, anak-anak, laki-laki, budak, orang kaya, orang miskin, dan juga bahkan orang
terbuang. Dia mendengarkan, menyambut, dan menenteramkan mereka. Rasulullah SAW
selalu rendah hati dan tidak pernah bersikap tidak baik. Hal ini yang kemudian meguatkan
Rasulullah SAW sebagai manusia yang disebut sebagai “The Great Communicator”. Karena
selain dari kepiawainnya akan berbicara, juga akhlak dan kepribadian rasulullah SAW begitu
sempurna. Maka dari itu penulis berusaha menyusun sedikit dari sosok Rasulullah SAW mulai
dari beliau lahir sampai pada Periode Madinah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Seperti apakah sosok dan kepribadian Rasulullah Muhammad SAW?


2. Apa saja akhlak Rasulullah SAW mulai dari kanak-kanak hingga dewasa?
3. Bagaimana pribadi Rasulullah SAW?
1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengenal lebih dekat akan sosok Rasulullah SAW dari mulai Kanak-kanak sampai
periode Madinah
2. Untuk mengetahui perbedaan masa kanak-kanak Rasulullah SAW hingga Periode Madinah
3. Supaya bisa melihat dan mengenali bagaimana pribadi seorang Rasulullah SAW
4. Sebagai cara untuk lebih memahami dan menanamkan cinta kepada Rasulullah SAW
1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Sebagai rangkuman singkat dari sosok seorang Rasulullah SAW yang dimulai dari periode
sebelum kenabian, setelah kenabian, periode Makkah, hingga Periode madinah.
2. Sebagai acuan supaya kita bisa meneladani akhlak dan perilaku Rasulullah SAW
3. Untuk di jadikan referensi serta menjadi acuan dalam penulisan makalah kedepannya.

Rasulullah SAW The Great Communicator | 2


Rasulullah SAW The Great Communicator (Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir)

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Tokoh Rasulullah SAW Sebelum Masa Kenabian
A. Kelahiran Rasulullah Muhammad SAW
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan terkenal di
antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena letaknya. Kota ini dilalui
jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di Selatan dan Syiria di Utara. Dengan
adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi pusat keagamaan di semenanjung Arab. Waktu
itu di ka’bah tepatnya didalam Ka’bah terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala utama,
Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab pada masa itu
mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi.
Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keluarga terpandang yaitu bani Hasyim, Nabi
Muhammad SAW dilahirkan di Mekah pada hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, pada
permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka tahun itu kemudian dikenal dengan sebutan Tahun
Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu pasukan Abrahah, yang merupakan
gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), datang menyerang Kota Mekah dengan pasukannya yang
membawa banyak gajah untuk menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22
bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal, Muhammad Sulaiman Al-
manshurfury dan peneliti astronomi Mahmud Pasha.
Rasulullah SAW merupakan keluarga bani Hasyim, suatu kabilah yang sangat
dihormati dan masuk bagian dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi
Muhammad SAW ini lahir dari keluarga terhormat yang tidak begitu bergelimang akan harta.
Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang sangat
besar pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Nabi Muhammad
SAW dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia ketika Rasulullah
SAW masih di dalam Kandungan.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad SAW dapat ditemukan
dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa kelahiran Nabi
Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi terdahulu, yang melalui mereka
perjanjian telah dibuat dengan umat mereka masing-masing bahwa mereka harus menerima
atas kerasulan Muhammad SAW nanti.[6] Seperti dalam Qs. Ali ‘Imran ayat 81:

َّ‫ّي ََلَٓا اٰتَيْتُ ُك ْم ِٖم ْن ِكت ٰ ٍب ََّٖو ِح ْك َم ٍة ُث َٖم َجاۤءَ ُك ْم َر ُس ْو ٌل ُٖم َص ِ ٖد ٌق َِٖلَا‬ ‫َواِذْ ا ََخ َذ ُه‬
َ َ ‫اّٰلل ِميْث‬
َ ٖ ‫اق النَٖبِ ن‬
َّۗ ‫ي ۗ قَال ُ ْْٓوا ا َ َّقْ َر ْرنَا‬ َّْ ‫م َع ٰ َّل ذٰل ِ ُك‬
َّْ ‫م اِ ْص ِر‬ ََّ َ‫َمعَ ُك ْم لَتُ ْؤ ِم ُن َٖن بِ نه َولَتَنْ ُص ُرن َٖ ٗه ۗ ق‬
َّْ ‫ال ءَاَق َْر ْر ُت‬
َّْ ‫م َوا ََخ ْذ ُت‬
ََّ ‫م ِٖم‬
) ٨١ :‫ن ال هش ِه ِدي ْ َنَّ( آلَّعمران‬ َّْ ‫ال فَا ْشهَ ُد ْوا َواَنَاَّ َمعَ ُك‬
ََّ َ‫ق‬

Komunikasi profetik | 3
Makalah Komunikasi Profetik

“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: “Sungguh, apa saja yang
Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul
yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman
kepadanya dan menolongnya”. Allah berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima
perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?” mereka menjawab: “Kami mengakui”. Allah
berfirman: “Kalau begitu saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama
kamu”.
Sejumlah penulis besar tentang Sirah dan para pakar hadits telah banyak meriwayatkan
peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan, yang muncul pada saat kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Peristiwa-peristiwa diluar daya nalar manusia, yang mengarah kepada dimulainya era baru bagi
alam dan kehidupan manusia, dalam hal agama dan moral. Diantara peristiwa-peristiwa
tersebut adalah singgasana Kisra yang bergoyang-goyang hingga menimbulkan bunyi serta
menyebabkan jatuh 14 balkonnya, surutnya danau Sawa, padamnya api sembahan orang-orang
Persia yang belum pernah padam sejak seribu tahun lalu. Dan banyak kejadian istimewa
lainnya saat Rasulullah SAW lahir.
Nama Muhammad SAW, kala itu kurang populer di Semenajung Arab, dalam beberapa
sumber dikatakan bahwa nama tersebut berasal dari mimpi ibunya ketika ia masih
mengandung. Konon, mimpi itu juga telah memberitahukannya tentang kelahiran “pemimpin
umat ini” (sayyid hadzihi al-ummah); mimpi itu juga memberitahukan bahwa ketika bayinya
lahir, ia harus mengucapkan kalimat: “Aku meletakkan dirinya dalam lindungan Yang Maha
Esa [al-Wahid] dari segala kejahatan para pendengki.” Diselimuti kebimbangan antara
kesedihan ditinggal mati suaminya dan kegembiraan menyambut kelahiran anaknya, Sayyidah
Aminah berulang-ulang menyatakan bahwa ada tanda-tanda unik yang menyertai
kehamilannya, yang diikuti oleh proses persalinan yang sangat mudah.
B. Profil Rasulullah SAW
Nama : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim

Tarikh lahir : Subuh Isnin, 12 Rabiulawal / 20 April 571M (dikenali sebagai


tahun gajah; karena peristiwa tentera bergajah Abrahah yang
menyerang kota Mekah)

Tempat lahir : Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah

Nama Ayah : Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim

Nama Ibu : Aminah binti Wahab binti Abdul Manaf

Pengasuh pertama : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba


perempuan bapa Rasulullah SAW)

Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab)

Ibu susu kedua : Halimah binti Abu Zuaib As-Sa’diah (lebih dikenali Halimah As-
Sa’diah. Suaminya bernama Abu Kabsyah)

Rasulullah SAW The Great Communicator | 4


Rasulullah SAW The Great Communicator (Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir)

C. Masa Kanak-Kanak
Tidak lama setelah kelahirannya Nabi Muhammad SAW, Rasulullah SAW kemudian
diserahkan kepada Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah
menyusui Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, Nabi tetep menyimpan rasa
kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi Muhammad SAW selanjutnya
dipercayakan kepada Halimah As-Sa’diah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Di
Makkah, sudah menjadi kebiasaan untuk memercayakan bayi pada ibu susuan dari suku Badui
nomad yang tinggal di sekitar padang pasir terdekat. Karena Nabi Muhammad SAW anak
yatim, semua calon ibu susuan tak mau menyusuinya. Mereka khawatir statusnya itu tidak akan
menguntungkan. Halimah bersama suaminya, yang datang paling akhir karena unta
tunggangannya kelelahan, memutuskan untuk menerima anak ini meskipun dia seorang yatim,
karena perihal itu lebih baik daripada harus dicemooh oleh anggota suku mereka ketika kembali
ke rumah dengan tangan hampa.
Akhirnya mereka pulang membawa Nabi Muhammad SAW yang masih bayi. Halimah,
seperti halnya Aminah, juga menceritakan banyak tanda yang membuat ia dan suaminya
berpikir bahwa bayi ini membawa berkah. Selama empat tahun, anak yatim itu diasuh Halimah
dan tinggal bersama Bani Sa’d, suku Badui di padang pasir Arab. Dia menjalani kehidupan
kaum nomad di alam yang tandus dan keras, dan sejauh mata memandang, terlihat hamparan
pemandangan yang menyadarkan hati tentang kerapuhan manusia, dan menggugah diri untuk
merenung dan menyendiri. Meskipun belum dapat memafhuminya, Nabi Muhammad SAW
segera mengalami cobaan pertama dari Yang Maha Esa, yang telah memilihnya sebagai rasul
dan menjadi Pendidiknya, Rabb baginya.
Al-Quran menceritakan kondisinya saat menjadi seorang yatim berikut pelajaran-
pelajaran spiritual yang terkait dengan pengalaman hidup di padang pasir.
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Oleh karena
itu, janganlah kamu berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim. Dan janganlah kamu
menghardik orang yang meminta-minta. Dan terhadap nikmat dari Tuhanmu hendaknya
engkau menyebut-nyebutnya [dengan bersyukur] (Q. 93: 6-11).
Bayi tersebut kemudain diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan
tumbuh menjadi anak yang sehat dan kekar. Dikarenakan beliau hidup dalam lingkungan
padang pasir, maka lingkungan ini dapat membentuk diri seseorang dan pandangannya tentang
penciptaan dan unsur-unsur alam semesta. Ketika tinggal di padang pasir, Nabi Muhammad
SAW belajar dari kekayaan tradisi lisan masyarakat Badui dan kemahiran mereka bertutur kata
untuk mengembangkan penguasaannya terhadap bahasa lisan. Belakangan, Nabi terakhir ini
harus mengandalkan kekuatan kefasihan, keindahan tutur kata, dan lebih dari segalanya,
kemampuan menyampaikan ajaran-ajaran universal dan mendalam melalui ungkapan singkat
dan tepat. Padang pasir kerap menjadi wilayah yang akrab dengan kenabian karena secara
alamiah ia menawarkan cakrawala tanpa batas untuk diamati mata manusia. Bagi masyarakat
nomad yang selalu berpindah tempat, ruang tanpa batas itu diasosiasikan dengan kebebasan
yang, lagi-lagi berpadu dengan pengalaman kefanaan, kerapuhan, dan kehinaan. Orang nomad
belajar untuk selalu berpindah, menjadi terasing, dan memahami siklus waktu di pusat
ketidakterbatasan ruang. Kondisi semacam itu merupakan pengalaman hidup kaum beriman,

Komunikasi profetik | 5
Makalah Komunikasi Profetik

seperti yang kemudian Nabi lukiskan kepada Abdullah ibn Umar dalam ungkapan yang
menyiratkan dimensi kehidupan padang pasir: “Hiduplah di muka bumi seperti seorang asing
atau pengelana.”
Pada tahun-tahun pertama kehidupannya, Nabi membangun hubungan khusus dengan
alam yang terus terjalin sepanjang perjalanan kenabiannya. Alam raya yang dipenuhi tanda-
tanda yang mengingatkan kehadiran Sang Pencipta. Dan lebih dari yang lainnya, padang pasir
membuka mata manusia untuk mengamati, merenung, dan mencerap makna. Keterkaitan
dengan alam sangat mewarnai kehidupan Nabi Muhammad SAW sejak dini. Wajar bila kita
dengan mudah dapat menyimpulkan bahwa kedekatan dengan alam, dengan cara mengamati,
memafhumi, dan menghargainya, merupakan keharusan demi membentuk iman yang
mendalam.
Pengalaman paling aneh atas diri Nabi Muhammad SAW terjadi ketika beliau berusia
empat tahun, saat dia sedang bermain dengan anak-anak Bani Sa’d dari suku Badui. Halimah
menuturkan bahwa anaknya menghampiri ia dan suaminya sambil ketakutan dan
memberitahukan mereka bahwa “dua orang berjubah putih menangkap Muhammad dan
meletakkannya di atas tanah; kemudian mereka membuka dadanya dan memasukkan tangan
mereka ke dalamnya.”
Halimah dan suaminya berlari ke tempat kejadian yang ditunjukkan oleh anak mereka
dan menemukan Nabi Muhammad SAW sedang gemetar dan pucat. Dia membenarkan kisah
saudara angkatnya, sambil menambahkan bahwa setelah membuka dadanya, dua orang itu
“menyentuh sesuatu di dalam dada; aku tidak tahu apa yang mereka sentuh.”
Karena sangat terguncang dengan kisah itu dan khawatir jika Nabi Muhammad SAW
terluka, pasangan suami-istri itu memutuskan untuk mengembalikan Muhammad kepada ibu
kandungnya. Awalnya mereka menyembunyikan alasan utama mereka memulangkan Nabi
Muhammad SAW, tapi karena terus didesak pertanyaan oleh Aminah, mereka akhirnya
memberitahukan kejadian itu. Aminah tidak terkejut, bahkan ia menjelaskan bahwa dirinya
telah melihat berbagai tanda yang menunjukkan bahwa anaknya telah terpilih untuk menjalani
takdir yang unik.
Halimah menyayangi baginda Rasul seperti menyayangi anak sendiri, penuh kasih
sayang dan cinta, namun karena banyak kejadian yang luar biasa sehingga takut akan terjadi
hal-hal yang tidak baik sehingga dikembalikanlah Rasul SAW kepada keluarga beliau.
Saat Nabi Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermain-
main dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah mereka pulang,
namun Rasulullah pulang dengan menemui ibunda beliau, seraya berkata wahai ibunda mana
ayah?.. ibunda beliau terharu tampa jawaban yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas
jawaban tersebut, hingga suatu ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota
tempat ayah beliau dimakamkan. Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul
tercinta jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang mendalam
dan pulang bersama seorang pembantu nabi. Sekembalinya pulang sebagai anak yatim piatu
maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Namun dua tahun kemudian, kakeknya
pun yang berumur 82 tahun, juga meninggal dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada
di bawah tanggungjawab pamannya Abi Thalib.

Rasulullah SAW The Great Communicator | 6


Rasulullah SAW The Great Communicator (Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir)

Pada usia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurnya, Nabi bekerja dengan
memelihara kambing di Mekkah dan menggembalakan di bukit dan lembah sekitarnya.
Pekerjaan menggembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang bijaksana,
penyabar dan perenung seperti Nabi Muhammad SAW muda, ketika beliau memperhatikan
segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda kekuatan gaib yang
tersebar di sekelilingnya.
D. Masa Remaja
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Nabi Muhammad SAW menyertai
pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat yang kemudian beliau
berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat disebutkan bahwa pendeta
tersebut bernama Bahira atau Bukhaira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam
sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad SAW tidak
begitu banyak diketahui dikarenakan kurangnya sumber.
E. Masa Dewasa
Nabi Muhammad SAW besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari
yang dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan kelembutan,
kehalusan budi dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah memberi gelar kepada beliau
dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat dipercaya.
Pada usia 30 tahunan, Nabi Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan bijaksanya
beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan yang muncul di tengah-tengah suku
Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah. Mereka mempersoalkan siapa yang paling
berhak menempatkan posisi Hajar Aswad di Ka’bah. Maka kemudian kabilah tersebut
mendatangi Rasulullah SAW yang disebut Al-Amin, lalu beliau membagi tugas kepada mereka
dengan teknik dan strategi yang sangat adil dan melegakan hati mereka.
Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup berkecukupan
dari hasil usahanya. Kemudian pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid.

2.2 Tokoh Rosulullah SAW Pada Periode Makkah


A. Awal Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri
dari pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di
Utara Mekah. Di gua tersebut, nabi mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari
bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu
pertama dari Allah melalui Malaikat Jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada malam itu di gua bernama
Hira, dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri bathinnya, dicengkeram
oleh sebuah kekuatan yang sangat besar, seolah-olah seorang malaikat telah mencengkeram
beliau dalam pelukan yang menakutkan yang seakan mencabut kehidupan dan napas darinya.
Ketika beliau berbaring di sana, remuk redam, beliau mendengar perintah, “Bacalah!” malaikat
itu merangkulnya lagi dengan kekuatan yang begitu rupa, hingga turunlah ayat yang pertama
yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq:

Komunikasi profetik | 7
Makalah Komunikasi Profetik

َ ُٖ‫ َّاِق َۡراۡ َو َرب‬96:2 ‫ان ِم ۡن عَل َ ٍََّّۚق‬


َّ‫ك‬ َ َ ‫س‬ۡ ‫ن‬ِ ‫اۡل‬ ۡ ‫ق‬ َ َ ‫ل‬ ‫خ‬
َ َّ 96:1 ‫ق‬ َّ
َّۚ َ َ ‫ل‬ ‫خ‬
َ ‫ى‬ ۡ ِ َٖ ‫ك ال‬
‫ذ‬ َ ِ ٖ ‫ب‬‫ر‬ ِ
‫م‬
َ ۡ‫اس‬ ِ ‫ب‬ ۡ ‫ا‬‫ۡر‬
َ ‫ق‬ِ‫ا‬

96:5 َّ‫م‬ ۡؕ ۡ َ ‫ان َما ل َ ۡم ي َ ۡعل‬ ‫س‬ ۡ ‫ن‬ِ ‫اۡل‬


ۡ ‫م‬ َ ٖ ‫ل‬ َ ‫ع‬َّ 96:4 َّ‫م‬ ُۙ َّ ِ َ ‫ل‬َ ‫ق‬ۡ ‫ال‬ ِ ‫ب‬ ‫م‬ َ ٖ ‫ل‬َ ‫ع‬ ‫ى‬ۡ ِ َٖ ‫ َّال‬96:3 َّ‫ۡاۡلَك َۡر ُۙم‬
‫ذ‬
َ َ َ َ ُ
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dia merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan
turunnya wahyu yang pertama itu, berarti Nabi Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai
nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu
agama.
Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Nabi Muhammad SAW
sebagai seorang nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian
dikenal sebagai “Malam Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan menurut sebagian riwayat
terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun, yang menandai masa
awal kenabian, berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda (fatrah). Ketika hati Muhammad
SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi yang menghimpit, dia
pulang ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya untuk menyelimutinya. Saat
itulah turun wahyu yang kedua yang berbunyi:

ُۙ‫يْٰٓاَيُٖهَا ا َْلُ َٖد ٖثِ َُّر‬


“Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!.”
Dan seterusnya, yaitu surat al-Muddatstsir: 1-7. Wahyu yang kemudian turun sepanjang hidup
Muhammad SAW, muncul dalam bentuk suara-suara yang berbeda-beda. Tapi pada periode
akhir kenabiannya, wahyu surah-surah Madaniyah turun dalam satu suara. Penurunan wahyu
ini terjadi selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.

B. Persitiwa Hijrah
Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak kepada Nabi Muhammad SAW ,
kemudian dengan dialaminya kesedihan dengan wafat nya seorang paman Abu Thalib sebagai
pelindung dan wafatnya isteri tercinta yang setia menemani hari-hari beliau yaitu Khadijah

Rasulullah SAW The Great Communicator | 8


Rasulullah SAW The Great Communicator (Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir)

binti Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda Rasul SAW dengan terjadinya Isra’
dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan pada suatu malam ketika Nabi SAW ada
di Masjidil Haram di Mekkah, datanglah Jibril as. Dan beserta malaikat yang lain, lalu
dibawanya dengan mengendarai Buroq ke Masjidil Aqsa di negeri Syam, kemudian Nabi SAW
dinaikkan ke langit untuk diperlihatkan kepada Nabi SAW tanda-tanda kebesaran dan
kekayaan Allah SWT, pada malam itu juga Nabi SAW kembali kenegeri Mekkah. Perjalanan
dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dinamakan Isra, dan dinaikkannya Nabi SAW dari
Masjidil Aqso ke langit disebut Mi’raj. Pada malam inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5
kali dalam sehari.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah
Islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang
berhaji ke Mekah. Mereka, yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga
gelombang. Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj menemui
Muhammad SAW untuk masuk Islam, dan mengharapkan agar ajaran Islam dapat
mendamaikan permusauhan suku ‘Aus dan Khazraj. Kedua, pada tahun keduabelas kenabian,
delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh orang Khazraj dan dua orang ‘Aus serta seorang wanita
menemui Muhammad SAW di tempat bernama Aqabah. Mereka menyatakan ikrar kesetiaan.
Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Pertama”. Ketiga, pada musim haji berikutnya,
jama’ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama penduduk Yatsrib,
mereka meminta Nabi Muhammad SAW dan Muslimin Makkah agar berkenan pindah ke
Yatsrib. Mereka berjanji akan membelanya dari segala ancaman. Perjanjian ini dinamakan
dengan perjanjian “Aqabah Kedua”.
Dalam perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika di
Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa
hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi
membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat
peribadatan. Tak lama kemudian, Ali bin Abi Thalib menyusul nabi, setelah menyelesaikan
segala urusan di Mekah.
Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. Waktu yang
mereka tunggu-tunggu itu tiba, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya dengan penuh
kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota Yatsrib diubah
menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang
bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam memancar keseluruh dunia.
Kejadian itu disebut dengan “hijrah” bukan sepenuhnya sebuah “pelarian”, tetapi
merupakan rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama selama sekitar
dua tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menetapkan
saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun qamariyah.

2.3 Tokoh Rasulullah SAW Pada Periode Madinah


A. Pembentukan Negara Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW resmi
sebagai pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda
dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran

Komunikasi profetik | 9
Makalah Komunikasi Profetik

Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi
Muhammad SAW mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga
sebagai kepala negara.
Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan
Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi
risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi
kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh, nabi, sebagi kepala pemerintahan,
mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diijinkan berperang dangan dua
alasan:
(1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya.
(2) menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-
orang yang menghalang-halanginya.
Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum
muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal pemerintahannya,
mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon
pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang
baru dibentuk. Perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan
dengan maksud memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab mengutus
delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang
Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk.
Tahun itu disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud; peperangan
antara suku yang berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur
organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para
dai’ dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur
peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam.
Tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632
M., Nabi Muhammad SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.
B. Politik Rasulullah SAW
Strategi politik Rasulullah di Madinah identik dengan perjanjian, disini Nabi
Muhammad SAW betapa piawainya dalam berdiplomatik. beberapa strategi politik Nabi
Muhammad SAW, yaitu:
Pertama, Perjanjian Politik Piagam Madinah. Strategi politik yang dibangun Nabi
Muhammad Saw dalam menjaga keamanan dan ketenteraman Madinah dengan membuat
perjanjian persahabatan dan perdamaian dengan kaum Yahudi. Dalam perjanjian ini ditetapkan
hak kemerdekaan tiap-tiap golongan memeluk dan menjalankan agamanya, hak kemerdekaan
berpikir, hak kehormatan jiwa, negeri, dan harta. Inilah salah satu perjanjian politik yang belum
pernah dilakukan oleh Nabi-nabi terdahulu dan merupakan suatu peristiwa baru dalam
lapangan politik dan peradaban atau sivilisasi. (Rus’an, 1981: 97-98). Perjanjian ini dinamakan
dengan Piagam Madinah (al-Mitsaq al-Madinah) atau Konstitusi Madinah.

Rasulullah SAW The Great Communicator | 10


Rasulullah SAW The Great Communicator (Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir)

Menurut Akram Dhiyauddin Umari (dalam Jaih Mubarok, 2004: 49-50) isi Piagam
Madinah secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: pertama, perjanjian Nabi
Muhammad Saw dengan Yahudi dan kedua, perjanjian dengan Muhajirin dan Anshar. Dengan
adanya Piagam Madinah, maka penduduk Madinah bisa hidup dengan tenang dan damai serta
setiap pemeluk agama saling menghormati antara satu dengan yang lain. Suku Auz dan Khazraj
yang sebelumnya saling bertikai, berhasil didamaikan oleh Rasulullah dan Yahudi (Bani
Quraiza, Bani Nazhir, dan Bani Qainuka) bersatu dengan kaum muslimin baik yang muhajirin
maupun yang anshar. Piagam Madinah telah mengakomodasi prinsip-prinsip toleransi,
sehingga kehidupan beragama terjamin.
Kedua, Perjanjian HudaibiyahPada akhir tahun keenam hijriah, Nabi Muhammad Saw
beserta para sahabat pergi ke Mekah untuk melakukan umrah. Sebelum tiba di Mekah, para
rombongan berkemah di Hudaibiyah karena penduduk Mekah tidak mengizinkan masuk. Maka
diadakanlah perjanjian yang dikenal dengan nama perjanjian Hudaibiyah, yang mana selama
perjanjian ini dakwah Islam tersebar ke Jazirah Arab; menandakan bahwa betapa ampuhnya
strategi politik yang dibangun Nabi Muhammad Saw. Etika politik yang dibangun Rasulullah
dengan hikmah dan nasihat serta keputusan dalam politik menunjukkan keluasan pandangan,
menegakkan keadilan, membela kepentingan rakyat, menjunjung nilai-nilai akhlak dalam
berpolitik, dan kebijaksanaan yang cemerlang dalam memimpin.
Ketiga, Menjalin Persahabatan dengan Mengutus Delegasi. Pada bulan Ramadhan
tahun keenam hijriah dikenal dalam sejarah Islam sebagai tahun menjalin persahabatan dengan
mengutus beberapa delegasi kepada para penguasa dan raja-raja. Para delegasi membawa surat
yang ditulis oleh Nabi Muhammad Saw yang isinya menyeru untuk memeluk agama Islam.
(Samih Kariyyam: 2005: 188). Adapun para delegasi yang dikirim Nabi Muhammad Saw
sebagai berikut:
Dahyan bin Khalifah al-Kalbi dikrim ke raja Heraklius di Byzantium, Abdullah bin
Hudzaifah as-Sahmi dikirim kepada Kisra yang merupakan raja Parsi, Umar bin Umayyah ad-
Dhamri dikirik kepada Najasyi raja Habsyah, Hathib bin Abu Balta’ah dikirim kepada
Muqauqis raja Mesir, Syuja’ bin Wahab al-Asadi dikirim kepada Harist al-Ghassani raja Hirah,
dan Ibnu Umayyah al-Makhzumi dikirim kepada raja Harist al-Hamiri di Yaman.
Keempat, Perjanjian dengan Yohanes bin Ru’bah. Nabi Muhammad Saw kembali ke
Madinah dari Tabuk dengan membawa kemenangan pada awal Ramadan tahun kesembilan
hijriah, pada saat itu tidak lagi melakukan pertempuran setelah mundurnya negara tersebut. Di
samping itu, telah terjadi kesepakatan antara penduduk di perbatasan, diantaranya perjanjian
dengan penguasa Ailah Yohanes bin Ru’bah. Isi perjanjian tersebut bahwa Nabi Muhammad
Saw memberikan jaminan keamanan terhadap sumber air dan kendaraan kepada masyarakat
yang ada di darat dan di laut. Sebagai gantinya, Penduduk Ailah membayar pajak (zijyah)
kepada kaum muslimin sebesar tiga ratus dinar setiap tahunnya. (Samih Kariyyam: 2005: 235).
Sebagai pemimpin (kepala negara) di Madinah, strategi politik yang dibangun
Rasulullah Saw dengan hikmah dan menghasilkan perjanjian-perjanjian politik dengan
berbagai pihak berjalan dengan baik dan lancar, disini memperlihatkan kebijaksanaan Nabi
Muhammad Saw sebagai seorang politisi ulung dan cakap dalam berdiplomatik. Strategi politik
yang dibangun Rasulullah dengan mengusung berbagai macam perjanjian yang telah
disebutkan di atas sehingga Madinah menjadi negara terbaik, kota madani, dan menjadi acuan
atau referensi sebagai model negara yang baik pada zaman sekarang ini.

Komunikasi profetik | 11
Makalah Komunikasi Profetik

Begitu juga dengan Nabi Muhammad Saw sebagai politisi ulung, maka bagi politisi
zaman sekarang (legeslatif dan eksekutif) sudah selayaknya mencontoh keteladanan Nabi
Muhammad Saw dalam berpolitik sehingga rakyat bisa sejahtera dan mendapatkan kedamaian
hidup. Perjanjian di masa kampanye merupakan strategi politik yang telah mengantarkan
duduk di kursi pejabat, kini janji-janji tersebut akan ditagih oleh mayarakat yang telah
memberikan hak suaranya.
Perjanjian-perjanjian dalam politik akan mengantarkan seseorang kepada kemuliaan
dan kehormatan, manakala perjanjian tersebut dilaksanakan dan ditepati oleh seorang politisi.
Begitu sebaliknya, manakala perjanjian diingkari yang telah dibuat maka jatuhlah kehormatan
dan kehinaan akan mewarnai kehidupan seorang politisi dalam kancah perpolitikan.

Rasulullah SAW The Great Communicator | 12


Rasulullah SAW The Great Communicator (Muhammad Irsyad Sirojul Khoeir)

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari tokoh Rasulullah SAW ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di samping
sebagai pemimpin agama, seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap.
Juga merupakan seorang komunikator ulung.
Kita dapat membagi tokoh Nabi Muhammad SAW menjadi dua periode, yang satu berbeda
secara total dengan yang lainnya, yaitu:
- Periode Mekah, berjalan kira-kira tiga belas tahun.
- Periode Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
Di fase Makkah bisa kita lihat bagaimana Rasulullah SAW ini sebagai komunikator terbaik,
bahkan seluruh penduduk Makkah dan juga yang mengenal beliau begitu sangat menyayangi
dan mempercayai beliau, sampai-sampai hanya beliau lah yang mampu meredakan peperangan
antar suku karena akhlak dan sikap beliau.
Kemudian di fase Madinah bisa kita lihat bahwa Rasulullah SAW setelah menjadi Rasul ini
bisa menerapkan pemerintahan impian, menjadi teladan utama dan sumber ilmu bagi kaum
muslimin. Sikap beliau yang semakin memukau itu menjadi alasan kenapa banyak ilmuan yang
setuju memetakan beliau sebagai manusia paling sempurna dan paling berpengaruh di dunia.

Komunikasi profetik | 13
Makalah Komunikasi Profetik

DAFTAR PUSTAKA

Barkah, S. (2019, Juli 19). Nabi Muhammad SAW Sebelum Diangkat Menjadi Nabi dan
Rasul. Diambil kembali dari Umma: https://umma.id/post/nabi-muhammad-saw-
sebelum-diangkat-menjadi-nabi-dan-rasul-274662?lang=id
Muhammad, I. (2017, November 27). Kisah-Kisah Nabi Muhammad SAW Sebelum
Kenabian. Diambil kembali dari alif.id: https://alif.id/read/m-iqbal/205849-b205849p/
Nurhayati, L. (2020, Oktober 5). Ini Kepribadian Mulia Rasulullah Sebelum Kenabian.
Diambil kembali dari Glamedia News: https://galamedia.pikiran-
rakyat.com/humaniora/pr-35800743/ini-kepribadian-mulia-rasulullah-sebelum-
kenabian?page=3
Sukayat, T. (2019). Ilmu Dakwah: Perspektif Mabadi' Asyarah. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Tasmara, T. (1987). Komunikasi Dakwah. Jakarta: Media Pratama.
Ulum, S. (2019). SENI KOMUNIKASI ALA RASUL : CARA CERDAS MENJADI
KOMUNIKATOR ANDAL DAN ULUNG DENGAN METODE ALA SANG NABI.
Yogyakarta: Mueeza.
Widuastuti, R. (2021, Oktober 19). Mengenal Lebih Dekat Sosok Nabi Muhammad SAW,
Mulai dari Lahir hingga Wafat. Diambil kembali dari seputar lampung:
https://seputarlampung.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-972829140/mengenal-lebih-
dekat-sosok-nabi-muhammad-saw-mulai-dari-lahir-hingga-wafat

Rasulullah SAW The Great Communicator | 14

Anda mungkin juga menyukai