Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NABI MUHAMMAD SAW SEBAGAI TOLAK UKUR


KETELADANAN

Nama : Miftahul Kismaeni


Nim : 105351116718
Kelas : BG7G

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang mana atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya
telah di bimbing dalam menuntaskan penulisan Makalah “NABI MUHAMMAD SAW
SEBAGAI TOLAK UKUR KETELADANAN”  yang penulis susun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah AIK. Tak lupa shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir
zaman Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.

Penulis mengakui dalam makalah yang sederhana ini mungkin banyak sekali terjadi
kekurangan sehingga hasilnya jauh dari nama kesempurnaan. Penulis sangat berharap kepada
semua pihak untuk kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Besar harapan penulis dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan tambahan
bagip enilaian dosen bidang studi AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN dan mudah-
mudahan isi dari makalah penulis ini dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak yang
membaca makalah ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan. Dengan
ini penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya karena masih begitu banyak kekurangan
disana-sini dalam penyusunan makalah ini.

Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Makassar, 09 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
C. TUJUAN.................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

A. Rasulullah SAW Suri Tauladan Sepanjang Masa..............................................6


B. Pentingnya menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai Tolak
Ukur Keteladanan...........................................................................................................7
C. Sifat – sifat Mulia Rasulullah SAW dan Cara Meneladani dalam
Kehidupan Sehari – hari.................................................................................................9

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Kesimpulan.............................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keteladanan (uswah hasanah) dijadikan sebagai metode dalam pendidikan Islam
secara psikologi didasarkan akan fitrah manusia yang memiliki sifat gharizah
(kecenderungan mengimitasi atau meniru orang lain). Sehingga Al-Quran memberikan
petunjuk pada manusia kepada siapa mereka harus mengikuti agar mereka tidak tersesat.
Rasulullah SAW adalah manusia paripurna yang diutus dengan kesempurnaan akhlak.
Ia menjadi telandan segenap manusia sepanjang masa. Allah SWT dalam Alquran surah
Al-Qalam [68] ayat 4 berfirman, Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti
yang agung. Muhammad SAW adalah sosok yang berakhlak mulia. Sejak usia belia,
penduduk Kota Makkah telah menggelarinya al-Amin (orang yang tepercaya). Bahkan,
beliau diutus Sang Khalik sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menyempurnakan akhlak
manusia.
Rasulullah SAW bukan hanya seorang nabi dan rasul yang telah membangkitkan salah
satu peradaban yang besar, beliau juga seorang hakim teradil, negarawan terkemuka,
pemimpin terbesar, saudagar terjujur, perintis pejuang kemanusian, pemimpin militer
yang agung, pribadi berakhlak mulia, serta seorang ayah teladan. Menurut Ensiklopedi
Islam, pada usianya yang masih muda 20 tahun Muhammad SAW telah telah mendirikan
Hilful Fudul, sebuah lembaga yang bertujuan untuk membantu orang-orang miskin dan
mereka yang teraniaya. Lewat lembaga itu, Muhammad SAW melindungi setiap orang
yang membutuhkan, baik pribumi maupun pendatang.
Dengan keindahan lahir, kesempurnaan fisik, dan keagungan akhlaknya, musuh-
musuhnya tak menemukan sesuatu yang bisa dicela, papar Dr Akram. Muhammad SAW
adalah teladan bagi setiap manusia di muka bumi. Tak heran jika Michael H Hart dalam
bukunya The 100, menetapkan Muhammad  SAWsebagai tokoh paling berpengaruh
sepanjang sejarah manusia.Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih
keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin
bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah menjadi bangsa maju yang bahkan
sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran, ujar Hart.
Menurut John L Esposito dalam Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, kaum
Muslim menempatkan Nabi Muhammad di seputar citra religius kunci. Bagi para
ilmuwan hukum Islam, sang Nabi adalah hakim sekaligus legislator yang mendefinisikan
batasan dan kebolehan pelaksanaan ritual, papar Guru Besar untuk bidang Agama dan
Hubungan Internasional, serta Guru Besar untuk bidang Studi Islam pada  Universitas
Georgetown, AS itu.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa Rasulullah SAW sebagai tauladan umat manusia ?

4
2. Mengapa meneladani sikap Rasulullah SAW itu penting ?

C. TUJUAN
1. Membahas keteladan Rasulullah SAW dan contoh – contoh yang dapat dilakukan
dalam meneladani Rasulullah
2. Membahas mengapa pentingnya menjadikan Rasulullah suri tauladan / tolak ukur
keteladanan

5
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Rasulullah SAW Tauladan Sepanjang Masa

Sungguh dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan dalam berkeluarga,
bermasyarakat, dan bernegara. Beliau adalah pribadi yang paling mulia akhlaknya. Beliau
juga teladan terbaik dalam bertetangga, bergaul, berteman, berkawan dan bermuamalah.
Dalam semua itu kita diperintahkan untuk menjadikan beliau sebagai teladan dan model
panutan. Teladan Rasul SAW Bukan hanya dalam aspek akidah, spiritual, moral dan
sosial saja. Namun beliau juga memberikan teladan kepemimpinan dalam bernegara,
berpolitik, menjalankan pemerintahan, menerapkan hukum dan menyelesaikan
persengketaan. Teladan Rasul SAW dalam segala aspek harus kita contoh dan berusaha
merealisasikan keteladanan beliau didalam menjalani hidup. Hal itu sebagaimana yang
Allah SWT perintahkan kepada kita :“Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian,
terimalah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian
kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukuman-Nya” (TQS al-Hasyr [59]:7).

Maka dari itu, kita harus total menjadikan Rasulullah saw. sebagai panutan dan suri
tauladan dalam segala aspek, baik dalam aspek individu, keluarga, maupun negara. Salah
satu aspek teladan Rasul saw. yang saat ini penting untuk diaktualisasikan adalah teladan
kepemimpinan Rasul SAWRasulullah Muhammad SAW bukan hanya pemimpin
spiritual, tetapi juga pemimpin politik. Dalam konteks saat ini, beliau dapat disebut
sebagai pemimpin negara (ra’is ad-daulah).Allah SWT berfirman : “Tidaklah kami
mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk ditaati dengan izin Allah (QS An-Nisa
[4]:64.). Ayat ini menegaskan bahwa kehadiran Rasulullah saw. tidak sebatas penyampai
risalah semata. Beliau juga sekaligus pemimpin yang wajib untuk ditaati setiap perintah
dan larangannya.

Hal ini ditegaskan dalam ayat selanjutnya, bahwa diantara bukti kesempurnaan iman
adalah menjadikan Rasul saw. sebagai hakim dan keputusan beliau diterima tanpa ada
keberatan sedikitpun. Sepeninggal Rasul SAW., hal itu adalah dengan menjadikan
syariah sebagai hukum untuk memutuskan segala perkara (lihat :QS an-Nisa’[4]:65).
Rasul SAW. juga memberikan teladan bagaimana menjalankan sistem pemerintahan
Islam. Beliau membangun struktur Negara. Beliau menunjuk dan mengangkat para
penguasa, baik mu’awin wali maupun ‘amil. Beliau menunjuk para panglima dan
komandan pasukan.

Beliau mengangkat qadhi (hakim) untuk berbagai wilayah. Beliau juga mengangkat
para pegawai administratif untuk berbagai urusan. Semua merupakan penjelasan atas
kewajiban menerapkan hukum-hukum Islam. Maka sudah seharusnya kita harus
meneladani apa-apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, baik itu qaul (perkataan),
fi’lun (perbuatan) maupun taqrir nya beliau. mengikuti dan meneladani Rasulullah saw

6
memang sesuai fitrah manusia. Kita perlu memahami bagaimana mengikuti Rasul dalam
melakukan aktivitas kesehariannya, seperti memperlakukan pekerjanya, istri-istrinya,
para sahabatnya, termasuk memimpin negara dalam berbagai urusan; politik, ekonomi,
sosial, budaya, pengadilan, hukum, dan pemerintahan. Dan, kita pun insyaAllah bisa
menjadikan beliau sebagai teladan dalam aktivitas keseharian kita. Allah Swt.
berfirman:“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Ali Imran [3]: 31)

B. Pentingnya menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai Tolak Ukur Keteladanan

Meneladani Nabi Muhammad Saw adalah salah satu cara untuk berakhlak kepadanya.
Semua ini merupakan konsekuensi logis dari iman akan adanya Nabi Muhammad Saw
sebagai Rasulullah. Beriman kepada Rasulullah adalah meyakini dan memercayai dengan
sepenuh hati bahwa Allah Swt memilih di antara manusia untuk dijadikan rasul-Nya
untuk menyampaikan wahyu-wahyuNya kepada umat manusia. Meneladani Nabi
Muhammad Saw dalam kehidupan sehari-hari harus dimulai dengan mengetahui apa saja
sifat-sifat yang dimilikinya dan bagaimana perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Alquran dan Sunnah/Hadits, sebagai dua sumber utama ajaran Islam, memberikan
informasi yang lengkap tentang semua sifat dan perilaku Nabi Muhammad Saw. Dengan
menjadikan kedua sumber ajaran ini sebagai landasan utama dalam sikap dan perilaku
kita, berarti kita benar-benar telah meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam kehidupan
kita sehari-hari.

Akhlak kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan konsekuensi logis dari akhlak
kepada Allah Swt. Rasulullah Saw. dan juga para rasul yang lain merupakan utusan Allah
yang menyampaikan pesan-pesan Allah kepada umat manusia. Allah Swt. menurunkan
wahyu-wahyuNya kepada manusia melalui para rasul-Nya mulai Nabi Adam a.s. hingga
Nabi Muhammad Saw. Nabi Muhammad Saw. sebagai nabi dan rasul Allah yang terakhir
memiliki keistimewaan dibanding nabi-nabi sebelumnya. Salah satu keistimewaannya
adalah misi risalah Muhammad tidak terbatas pada umat (bangsa) tertentu, tetapi meliputi
semua umat manusia (rahmatan lil'alamin). Semua umat manusia yang hidup pada masa
Muhammad hingga tibanya hari akhir nanti wajib mengikuti syariat yang dibawa Nabi
Muhammad Saw. Sebagai nabi yang terakhir, Muhammad dibekali satu kitab Allah yang
terlengkap, yakni Alquran yang isinya memuat keseluruhan isi kitab-kitab yang pernah
turun sebelumnya. Dengan Alquran inilah Nabi Muhammad dapat menyelesaikan semua
permasalahan yang dihadapinya, di samping juga dengan ide-idenya yang mendapatkan
bimbingan wahyu dari Allah Swt. (Sunnah/hadis). Semua yang tertuang dalam Alquran
terealisasi dalam sikap dan perilaku Nabi Muhammad Saw. sehari-hari.

Tidak ada satu pun sikap dan perilaku Muhammad yang menyimpang atau
bertentangan dengan apa yang tertuang dalam Alquran. Karena itulah, setiap umat Islam
wajib meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Berakhlak terhadap Nabi Muhammad Saw. merupakan salah satu pilar keyakinan (iman)
dalam Islam. Banyak cara yang harus dilakukan dalam rangka berakhlak kepada Nabi
Muhammad Saw. adalah menyintai dan memuliakannya, taat dan patuh kepadanya, serta

7
mengucapkan shalawat dan salam kepadanya. Namun, yang paling penting dari semua itu
adalah meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa konsekuensi dari kedudukan Nabi Muhammad Saw. sebagai rasul
terakhir. Pertama, dengan berakhirnya risalah kenabian kepada Muhammad Saw. berarti
bahwa ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. telah sempurna dan
menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya. Allah Swt. berfirman: "Pada hari ini Aku
telah menyempurnakan agamamu itu untukmu semua, dan Aku telah melengkapkan
kenikmatan-Ku padamu, dan Aku telah rela Islam itu sebagai agama untukmu semua."
(QS. al-Maidah (5): 3).

Kedua, dengan posisinya sebagai nabi terakhir berarti bahwa ajaran yang dibawa Nabi
Muhammad Saw., yakni agama Islam, bersifat mendunia dan berlaku untuk seluruh umat
manusia. Allah Swt. berfirman: "Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada
umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. Saba' (34): 28). Dan yang
ketiga, karena kedudukannya sebagai penutup serangkaian para nabi, maka Nabi
Muhammad Saw. adalah rasul untuk semua umat manusia. Allah Swt. berfirman:
"Katakanlah: 'Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua'."
(QS. al-A'raf (7): 158).

Kewajiban umat Islam untuk mengimani Allah sekaligus mengimani Rasulullah Saw.
dinyatakan dalam Alquran surat al-A'raf (7): 158: "Katakanlah: "Hai manusia
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai
kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang
menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya,
Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-
kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (QS. al-A'raf (7): 158).

Karena itulah, sebagai umatnya, kita harus menyintai beliau dan sekaligus
memuliakannya. Cinta kita kepada beliau harus melebihi cinta kita kepada yang lain
selain Allah Swt. Cinta ini akan tumbuh dalam diri kita jika kita benar-benar beriman.
Jika iman kita tidak utuh, maka kita tidak akan dapat menyintai beliau. Dengan demikian
cinta seorang mu'min kepada Nabi Muhammad Saw. harus melebihi cintanya kepada
dirinya sendiri, orang tuanya dan kaum kerabatnya, serta semua manusia. Artinya, orang
yang cinta kepada selain Allah Swt. melebihi cintanya kepada Nabi, berarti ia belum
beriman secara benar.

Cinta kita kepada Nabi Muhammad Saw. harus benar-benar mendominasi perasaan
cinta kita sebagaimana cinta kita kepada Allah Swt. Dengan cinta kepada Allah dan
Rasulullah inilah kemudian ditambah jihad di jalan Allah, kita berharap agar Allah
senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada kita. Jika kita tidak menyintai Allah dan
Rasulullah serta tidak mau berjihad di jalan Allah, maka kita dimasukkan ke dalam
golongan orang-orang fasik yang jauh dari petunjuk Allah.

8
C. Sifat – sifat Mulia Rasulullah SAW dan Cara Meneladani dalam Kehidupan Sehari
– hari

Dalam surat Al-Ahzab ayat 21, Allah SWT berfirman bahwa sudah ada suri tauladan
dalam diri Nabi Muhammad SAW yang patut kita teladani. Nabi Muhammad SAW
merupakan nabi dan utusan Allah yang pastinya sudah diberikan bekal, yaitu kemuliaan.
Sifat Rasulullah yang mulia ini juga dapat kita teladani. Ada 4 sifat mulia Rasul yang
patut kita contoh, yaitu:

a. Shidiq (jujur)

Jujur dalam perkataan dan perbuatan. Dalam pandemi ini, kita dapat menerapkannya
di saat pembelajaran online. Contohnya, mengerjakan tugas-tugas sekolah dan ujian
dengan jujur. Atau jujur terhadap orangtua (dan orang lainnya).

b. Amanah (dapat dipercaya)

Rasulullah biasa dipercaya untuk menyelesaikan masalah orang satu dengan orang
lain, karena semua orang percaya terhadap Rasul. Rasulullah pastinya mengerjakan
apa yang dipercayakan oleh beliau dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu, kita
bila diberikan kepercayaan terhadap orangtua, teman, ataupun guru untuk
mengerjakan sesuatu (misal menjadi ketua osis atau apapun itu) harus mengerjakan
dengan sugguh-sungguh. Janganlah menghianati kepercayaan dari orang yang sudah
mempercayai kita.

c. Tabligh (menyampaikan)

Rasul mendapat wahyu dari Allah SWT yang nantinya akan diberitahukan ke
kaumnya. Rasul selalu memberitahu wahyu Allah SWT dengan detail dan tepat. Nah,
kita dapat meneladani sifat ini dengan menyampaikan persis seperti apa yang di
dengar dari orang yang memberitahu kita. Jangan pernah menambah-nambahkan atau
bahkan menyembunyikannya.

d. Fatanah (cerdas)

Allah SWT sudah membekali Rasul dengan kecerdasan karena risalah beliau yang
berat. Rasulullah pasti bisa menyelasaikan suatu masalah dengan bijaksana. Oleh
karena itu, kita sebagai umat islam harus menuntun ilmu agar menjadi cerdas. Nah,
dengan cerdas kita dapat membantu banyak orang, dan membantu diri sendiri. Misal,
kita menjadi susah untuk ditipu, dapat menyelesaikan masalah dengan baik, dapat
menyampaikan suatu dakwah, dan memberikan solusi dari suatu masalah.

9
Diluar 4 sifat mulia diatas, Rasul juga mempunyai sifat mulia lainnya. Nabi
Muhammad SAW jauh dari maksiat. Walau beliau merupakan manusia biasa yang pernah
lupa, namun Allah SWT pasti memberitahu Rasul, yang nantinya Rasul pasti akan
melaksanakannya. Beliau juga dikenal sebagai Al-amin (orang yang dipercaya) oleh
orang Mekkah, bahkan diusianya yang begitu muda.

Para rasul mempunyai tugas untuk menyampaikan risalah kebenaran dari Allah swt,
Kepada umatnya. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari seharusnya sebagai
umatnya kita meneladani sifat-sifat Rasul yang mulia tersebut. Misalnya :

a. Rasul rajin beribadah kepada Allah. Sebagai umatnya kita harus mencontoh rasul
yang selalu rajin beribadah kepada Allah dalam segala hal.
b. Rasul orang yang jujur, tidak pernah berdusta. Sebagai umatnya kita harus senantiasa
berlaku jujur dalam berprilaku kepada setiap orang.
c. Rasul orang yang dapat dipercaya dalam memegang amanah. Oleh karena itu, sebagai
umatnya kita harus selalu berbuat amanah kepada setiap orang.
d. Rasul orang yang cerdas. Sebagai umatnya, maka kita harus menjadi orang yang
pandai. Kita harus bisa menguasai ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu
keduniawian. Dalam melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya pun harus
didasarkan ilmu.
e. Rasul selalu menyampaikan kebenaran sepahit apapun kepada orang lain. Sebagai
umatnya, kita pun harus bisa menyampaikan kebenaran walaupun dirasakan pahit.
f. Rasul selalu sabar dalam menghadapi ujuan dari Allah swt, tidak pernah berputus asa.
Kita harus yakin dengan ketetapan yang telah Allah berikan. Kita harus sabar dalam
melaksanakan tugas dan amanah Allah swt. Kita tidak boleh berputus asa.

10
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Meneladani Rasulullah bukanlah hal yang sulit-sulit amat. Tetapi juga bukan
amalan yang mudah-mudah amat. Ia merupakan amal unggulan yang membutuhkan
mujahaddah yang amat keras Menggapaikan-Nya. Rasullah saw adalah teladan
dalam segala aspek. Bukan hanya imam bagi nabi yang lain, beliau adalah sosok
sempurna yang tanpa cela. Memang, beliau pernah berlaku salah. Tapi, hanya
kesalahan kecil, ditegur oleh Allah dan kemudian dosanya diampuni.

b. Saran
Penulis perlu melakukan kajian lebih dalam dan lanjut untuk penyempurnaan
penyusunan makalah akademik mengenai Nabi Muhammad Sebagai tolak Ukur
Keteladanan ini secara lebih lanjut.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kwalah, Ayu. ( 2019 ). Rasulullah Tauladan Sepanjang Masa. Diakses pada 10


Oktober 2021, dari https://www.mediasulsel.com/rasulullah-teladan-sepanjang-
zaman/

Ulfah, Marya. ( 2020 ). Rasulullah Suri Tauladan Kita. Diakses pada 10 Oktober
2021, dari
https://www.kompasiana.com/maryaulfah/5e5a28d9d541df24a856bd52/rasulullah-
suri-tauladan-kita

SMAN 12 Banda Aceh. ( 2017 ). Meneladani Sifat – Sifat Rasulullah dalam


Kehidupan Sehari – hari. Diakses pada 10 Oktober 2021, dari
http://sman12bna.sch.id/2017/05/19/meneladani-sifat-sifat-rasulullah-dalam-
kehidupan-sehari-hari/

SMPIT Abu Bakar Fullday School Yogyakarta. ( 2020 ). Meneladani Sifat Mulia
Rasulullah SAW. Diakses pada 10 Oktober 2021, dari
https://smpitabyfds.sch.id/meneladani-sifat-mulia-rasulullah-saw/

12

Anda mungkin juga menyukai