Anda di halaman 1dari 272

Inovasi Pembangunan

Air Minum dan Sanitasi


di Indonesia
Pembelajaran dari Kisah Sukses
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Komunitas
Pemenang AMPL Award
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Inovasi Pembangunan
Air Minum dan Sanitasi
di Indonesia
Pembelajaran dari Kisah Sukses
Pemerintah Kabupaten/Kota dan Komunitas
Pemenang AMPL Award

Daftar Singkatan 3i
ii
Diterbitkan Oleh
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(Pokja AMPL) bekerjasama dengan WASPOLA Facility
Penanggung Jawab
Nugroho Tri Utomo
(Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas)
Redaktur
Oswar Mungkasa, Eko Wiji Purwanto
Editor
Maraita Listyasari, Yudi Wijanarko
Penulis dan Foto
Nur Aisyah Nasution, Aldy Mardikanto, Nissa Cita, Darajat Mulyanto,
Louise Desrainy, Adhitya Wirayasa, Rozi Kurnia, Cheerli, Nur
Apriatman, Alma Arief, Dyota Condrorini, Herry Widjanarko, Wiwit
Heris, Hendra Murtidjaja, Adam Dwi, Arie Yudhistira, Nury Sybli, Arie
Yudhistira
Kontributor Data
Udin Hianggio (Walikota Tarakan), Irwan Yuwanda (Dinkes Tarakan), Kartiko Edhy dan Iwan
(Bappeda Tarakan), Sonya Wijayanti (DKPP Tarakan), Niken Setyawati dan Heri Suswanto (Dinas PU
Tulungagung), Agus Priyanto (Dinkes Tulungagung), Sukarno (HIPPAM Sumbersongo), Pan Budi
Marwoto (BKP Bangka), Irzoni (Bappeda Bangka), Anggia Murni dan Susilawati (Dinkes Bangka),
Petrus Sukrislisbagyo (Kominfo Setda Bangka), Sakban Siregar (HIPPAM Aloe Pochiek), Bachtiar
Ismail (Bappeda Kota Malang), Jemianto (PDAM Kota Malang), Enny Sekar Rengganingati dan Karbi
(Dinkes Kota Malang)
Staf Produksi
Nur Aini, Almuzammil Putra, Iswanto, Agus Syuhada
Tata Letak dan Desain Grafis
Asep Muhaemin, Darajat Mulyanto

iii
Foto

iv
Kata Pengantar
Pembangunan air minum dan sanitasi telah berlangsung lama,
dan dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, swasta,
maupun komunitas masyarakat. Sepanjang perjalanannya
banyak pembelajaran dan praktik terbaik yang dapat diambil.
Salah satu upaya untuk mengapresiasi pihak-pihak yang telah
melaksanakan pembangunan air minum dan sanitasi adalah
dengan menyelenggarakan suatu kompetisi dalam bentuk
AMPL Award pada tahun 2011.

Dari kompetisi tersebut kemudian terpilih 6 Kabupaten/kota


dan 5 komunitas yang dinilai berhasil dalam melaksanakan
pembangunan AMPL, dilihat dari berbagai bidang. Agar hal-
hal yang telah dilakukan oleh para pemenang AMPL Award
dapat menjadi contoh dan pembelajaran bagi pihak lain, Pokja
AMPL Nasional mencoba merekam dan mengulas kembali
kisah-kisah keberhasilan dengan segala tantangan yang
dihadapi oleh para pemenang AMPL Award .

Akhir kata, semoga buku ini dapat menambah pengetahuan


dan inspirasi pembaca, serta memberi manfaat bagi
peningkatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi di
Indonesia

Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas

Nugroho Tri Utomo

v
Foto

vi
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................................................................... v
Daftar Isi .......................................................................................................................................................... vii

Bagian 1 Pendahuluan .................................................................................................. 1


Bagian 2 Upaya Pemerintah Daerah dalam Pembangunan Air Minum
dan Sanitasi ................................................................................................... 17

Bab 1 Memperbaiki Wajah Kota Tarakan melalui Peraturan Daerah ..................................... 19


Bab 2 Regulasi Menjaga Kelangsungan Layanan Air Minum dan Sanitasi
Kabupaten Bima ........................................................................................................................... 41
Bab 3 Tiga Pilar Keberhasilan Program STBM di Kabupaten Sumedang .............................. 61
Bab 4 Komitmen Kabupaten Malang untuk Inisiasi dan Inovasi Sanitasi ............................ 83
Bab 5 Revolusi Data dari Kabupaten Bangka ............................................................................... 103
Bab 6 Layanan Zona Air Minum Prima Kota Malang ................................................................. 127

Bagian 3 Peran Komunitas dalam Pembangunan Air Minum dan Sanitasi ........... 145

Bab 7 HIPPAM Wambuloli, Buton : Dana dari Warga, Air untuk Semua ............................... 147
Bab 8 HIPPAM Sumbermaron, Malang : Bangkit dari Keterpurukan
dengan Mikrohidro ................................................................................................................... 169
Bab 9 HIPPAM Cibodas, Bandung Barat : Menjaga Alam, Menjaga Kehidupan ................. 191
Bab 10 HIPPAM Sumbersongo, Tulungagung : Dari Layanan Air Bersih hingga
Kebangkitan Ekonomi Warga ................................................................................................ 213
Bab 11 HIPPAM Mata Le Aloe Poechiek, Aceh Besar : Sentuhan Perempuan dalam
Perkumpulan Mata le Alue Poechik ..................................................................................... 233

Bagian 4 Penutup ..................................................................................................... 255

Daftar Singkatan ....................................................................................................................................... 258

vii
viii
Bagian 1
Pendahuluan

1
2
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Gebrakan AMPL
Kompetisi Inisiatif Terbaik

Pembangunan AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) di


Indonesia hingga saat ini belum ideal. Namun bukan berarti hal itu
tidak mungkin dicapai. Sejumlah Kabupaten/Kota dan Komunitas
melakukan beberapa inisiatif terobosan AMPL yang bisa menjadi
bahan pembelajaran.

Aw ard Inisiatif Pembangunan AMPL Terbaik ini pertama kali dilaksanakan dalam
Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional (KSAN) tahun 2011. Aw ard ini juga
dimaksudkan untuk memotret perkembangan sektor AMPL setelah 8 (delapan) tahun
Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Berbasis Masyarkat diluncurkan. Kompetisi ini
lebih dilakukan dalam upaya memberikan penghargaan terhadap upaya-upaya inisiatif
AMPL dan bukan dimaksudkan untuk mengukur kinerja AMPL secara menyeluruh

Bagian 1 Pendahuluan 3
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Otonomi daerah memberikan mandat bahwa salah satu urusan wajib pemerintah
daerah kabupaten/kota adalah penyediaan air minum dan penyehatan lingkungan
(sanitasi). Namun kondisi yang ada masih jauh panggang dari api. Untuk kewenangan
yang satu ini sebagian besar pemerintah kabupaten/kota masih banyak yang
menyepelekannya. Mereka jarang menjadikan AMPL sebagai prioritas pembangunan
daerah. Salah satu buktinya, terlihat dari rendahnya anggaran pembiayaan AMPL yang
masih dibawah 2 % dari rata-rata APBD di daerah (dari hasil Studi World Bank tahun
2005).

4 Bagian 1 Pendahuluan
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Hal tersebut di atas tentunya menjadi kontradiktif apabila dikaitkan dengan RPJMN
(2010-2014) yang menargetkan 70% penduduk Indonesia terlayani air minum dan
sanitasi. Pemenuhan layanan air minum dan sanitasi dasar juga merupakan salah satu
target MDG dengan komitmen pemerintah Indonesia “akan mengurangi setengah
proporsi penduduk yang tidak mendapatkan akses terhadap air minum dan sanitasi
dasar yang berkelanjutan pada tahun 2015”.

Bagian 1 Pendahuluan 5
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mendorong komitmen pemerintah daerah,


sekaligus mengembangkan inisiatif dan inovasi yang layak. Di antaranya adalah dengan
pembentukan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) di
tingkat Pusat. Hal itu kemudian diikuti dengan pembentukan di 33 provinsi dan lebih
dari 200 Pokja AMPL di Kabupaten/Kota. Pokja AMPL merupakan wadah koordinasi dan
sinergi dari lintas sektor yang dikoordinasikan oleh Bappenas di tingkat pusat, dengan
agenda penting yaitu mengarusutamakan sektor AMPL dalam agenda pembangunan.
Berbagai program di sektor AMPL yang dikawal kelembagaan adhoc seperti Pokja
AMPL menunjukkan kemajuan yang menggembirakan. Termasuk juga inisiasi berbagai
program yang berbasis masyarakat.

6 Bagian 1 Pendahuluan
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Gebrakan AMPL melalui Kompetisi Penghargaan Inisiatif AMPL untuk Kabupaten/


Kota dan untuk Komunitas Pengelola Sarana Air Minum di tingkat masyarakat adalah
salah satu pemicu untuk peningkatan pelayanan air minum dan sanitasi. Aw ard ini
diselenggarakan oleh Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja
AMPL) didukung oleh WASPOLA (Water Supply and Sanitation Policy and Action Planning)
Facility yang didanai oleh AusAID (The Australia Agency for International Developm ent)
dan Pemerintah Indonesia.

Bagian 1 Pendahuluan 7
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sebelas penghargaan telah diberikan kepada kabupaten/kota dan komunitas/


pengelola air minum mandiri yang telah memberikan kontribusi penting dalam upaya
pemenuhan akses dan layanan air minum dan sanitasi di daerahnya.

Hal menarik dari kompetisi ini adalah ditemukannya beberapa inovasi dan terobosan
yang unik dari berbagai kabupaten/kota yang pantas diangkat sebagai pembelajaran
keberlanjutan AMPL. Temuan lainnya adalah adanya konsistensi pembangunan AMPL
di daerah yang sangat ditentukan oleh kekuatan dan komitmen dari Pokja AMPL dalam
mengawal proses. Sedangkan dari sisi komunitas, ditemukan fakta yang menunjukkan
bahwa masyarakat mampu membiayai dan mengelola secara profesional pelayanan air
minum. Artinya masyarakat mampu untuk mengelola secara mandiri.

Penghargaan untuk kategori kabupaten/kota terbaik, ditinjau berdasarkan kriteria


penilaian yaitu (i) yang meliputi perencanaan yang tertuang dalam RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah), termasuk upayanya dalam menyinergikan
rencana pembangunan sektor AMPL, (ii) kelembagaan koordinasi lintas SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) serta memiliki regulasi yang jelas, (iii) pembiayaan
pembangunan AMPL dengan kecenderungan meningkat dalam 3 (tiga) tahun terakhir,
termasuk meningkatnya proporsi yang berasal dari APBD, (iv) mengoptimalkan
pelibatan peran perempuan dan masyarakat, (v) penerapan teknologi yang tepat guna
dan inovasi di bidang AMPL serta (vi) adanya monitoring dan evaluasi telah dilakukan
secara rutin dengan pelibatan masyarakat dan stakeholder, termasuk dalam hal ini
pengelolaan data terkelola dengan baik.

8 Bagian 1 Pendahuluan
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kabupaten Malang menerima penghargaan inisiatif terbaik untuk


pengembangan teknologi sanitasi. Sampai tahun 2011, angka cakupan layanannya
untuk air minum 42% dan 72% untuk sanitasi. Diantara inovasi unggulannya yaitu
pengelolaan sampah pada sumbernya (inovasi m ulty drum com poster), Tempat
Pengelolaan Sampah Terpadu – Reduce, Reuse dan Recycle (TPST – 3R) berbasis
masyarakat. TPA Sampahnya juga dikemas sebagai Wisata Edukasi, selain ada pula
Pengelolaan Air Limbah Berbasis Masyarakat. Inovasi paling menonjol dari Kabupaten
Malang yaitu penerapan teknologi energi alternatif untuk mendapatkan energi listrik
m icrohydro , dan mampu mengintegrasikan dengan kegiatan pelayanan kesehatan
dasar.

Bagian 1 Pendahuluan 9
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kabupaten Bima menerima penghargaan inisiatif terbaik untuk regulasi


di bidang AMPL. Kabupaten ini memiliki Peraturan Daerah (Perda) No 6 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Perda ini menempatkan
masyarakat sebagai peran utama dan menjamin pembangunan AMPL berkelanjutan.
Keunggulan Kabupaten Bima ini terutama dari proses penyusunan Perda yang
partisipatif. Dilakukan melalui serangkaian pertemuan koordinasi dan konsultasi
publik. Forum uji publik dihadiri unsur Pokja, LSM terkait, Perguruan Tinggi, Pers, tokoh
masyarakat, perwakilan Kelompok Pengelola sarana AMPL (KPP), perwakilan camat dan
kepala desa.

10 Bagian 1 Pendahuluan
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kota Tarakan menerima penghargaan inisiatif terbaik bidang kelembagaan


dan regulasi Kesehatan Lingkungan. Sampai tahun 2011, angka cakupan layanannya
64% untuk air minum dan 73% untuk sanitasi. Keunggulan Tarakan dalam pelembagaan
terutama karena Perencanaan AMPL sejak awal termuat dalam RPJMD. Sasaran,
kebijakan, dan program sesuai RPJMD diformulasikan ke dalam Strategi Sanitasi
Kabupaten/Kota sampai tahun 2014. Kemudian secara operasional dituangkan dalam
Rencana Strategis (Renstra) Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum
& Tata Ruang, Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta Badan Lingkungan Hidup
Daerah dengan target terukur. Untuk partisipasi warga, tidak kurang dari 32 Badan
Keswadayaan Masyarakat terlibat dalam menjaring aspirasi dan implementasi.

Bagian 1 Pendahuluan 11
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kabupaten Bangka menerima penghargaan inisiatif terbaik untuk


monitoring dan evaluasi serta kesetaraan gender. Keunggulan kota ini tampak dari
sistem perencanaan pembangunan AMPL yang terencana dan didukung data akurat.
Kota Bangka telah memiliki SIM (Sistem Informasi Managemen) data AMPL yang
dapat diperbaharui setiap saat. Berdasarkan data inilah dilakukan benchm arking dan
pembangunan dapat tepat sasaran. Kelebihan lain Kota Bangka yaitu setiap program
selalu mengacu atau didasarkan pada pendekatan Pengarusutamaan Jender (Gender
Mainstream ing).

12 Bagian 1 Pendahuluan
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kota Malang menerima penghargaan inisiatif terbaik untuk kelembagaan


dan inovasi di bidang air minum. Sampai tahun 2011, angka cakupan layanan air
minum mencapai 74% dan 60% untuk sanitasi. Keunggulan Kota Malang terletak pada
koordinasi kelembagaan dan pelayanan Zona Air Minum Prima (ZAMP). Koordinasi
kelembagaan dan pelayanan air minum dipayungi Perda terkait AMPL 13 buah,
Peraturan Walikota (Perwali) 5 buah dan Surat Keputusan (SK) Pokja Sanitasi tahun 2011.
Melalui ZAMP, Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kota Malang juga mengklaim
layanan air minum pada beberapa zona dinyatakan bebas bakteri sehingga layak
minum.

Bagian 1 Pendahuluan 13
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kabupaten Sumedang menerima penghargaan terbaik untuk


sinergi Sanitasi Total Terbasis Masyarakat (STBM). Untuk memicu kesadaran warga
akan pentingnya sanitasi, Sumedang menerbitkan Peraturan Bupati (Perbub) Nomor
113/2009. Substansinya memberikan penekanan bahwa Sumedang Puseur Budaya
Sunda untuk memperkuat pelaksanaan STBM di lapangan. Sebagai Puseur artinya
pusat budaya sunda warga Sumedang selayaknya menjunjung nilai budaya yang
cinta kebersihan dan hidup sehat. Identitas bersih dan sehat diyakini sejak lama
menjadi nilai keseharian rakyat Sunda yang berpusat di Sumedang. Tradisi budaya lain
yang mendukung STBM di kabupaten Sumedang antara lain longser STBM dari desa
Cibungur, Rancakalong, Tarawangsa. Terbukti sejak 2006 sampai 2011 capaian Open
Defecation Free (ODF) di Kabupaten Sumedang melonjak tajam.

14 Bagian 1 Pendahuluan
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sebanyak 5 (lima) komunitas/pengelola air minum di


tingkat masyarakat sebagai penerima Penghargaan
Inisiatif Pembangunan AMPL Terbaik tahun 2011.
Keempat komunitas/pengelola air minum mandiri
tersebut telah memenuhi kategori inisiatif proyek
kemitraan dengan pemerintah maupun proyek terkait
AMPL, dan satu komunitas memenuhi kategori
sebagai inisiatif com m unity self finance terbaik.

HImpunan Penduduk Pemakai Air MInum (HIPPAM) Sumber Songo,

1 Kabupaten Tulung Agung, mendapatkan predikat terbaik untuk


inisiatif pengelolaan dan perluasan cakupan layanan. Perluasan
layanan mencapai 3.344 Sambungan Rumah (SR) atau 27.000 jiwa
dan mampu menumbuhkan kegiatan ekonomi produktif.

BPSABS (Badan Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi)


Cibodas, Kabupaten Bandung Barat dinilai bagus dalam
perencanaan, kelembagaan dan pengelolaan kelembagaan
berusia 24 tahun, mampu mengembangkan keberlanjutan
2
dan memperluas layanan lintas desa dan telah banyak
memberikan kontribusi pendapatan desa.

Bagian 1 Pendahuluan 15
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Masih di wilayah Provinsi Jawa Timur BPSABS Sumber


Maron, Kabupaten Malang adalah contoh terbaik teknologi
energi alternatif m icrohydro dan integrasi program kegiatan
pelayanan kesehatan dasar.
3
Perkumpulan Mata Ae Aloe Poechiek, Kabupaten Aceh

4 Besar menarik perhatian dewan juri dalam hal penerapan


kesetaraan gender untuk pengelolaan sarana dan mampu
pendanaan subsidi silang.

BPSABS Wambuloli Bone Warambe Kabupaten Buton


mendapatkan penghargaan khusus inisiatif com m unity self
financing (CSF) Penghargaan ini diberikan khusus daerah
terpencil dan miskin yang mampu swadaya dan swakelola
5
Melalui buku ini, Anda akan mendapat pembelajaran
luar biasa dari para pemenang yang diuraikan secara
menarik oleh tim penulis buku AMPL Award. Selamat
membaca, semoga memberikan inspirasi dan memicu
kita semua untuk kearah perubahan AMPL yang lebih
baik.

16 Bagian 1 Pendahuluan
Bagian 2
Upaya pemerintah daerah
dalam pembangunan
air minum dan sanitasi

17
18
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 1
Memperbaiki Wajah Kota Tarakan Melalui
Peraturan Daerah

Dalam peta kabupaten/kota di Indonesia yang memberi perhatian


pada pembangunan sektor AMPL, Kota Tarakan menampakkan
dirinya dengan tegas. Sebuah Peraturan Daerah tentang Kesehatan
Lingkungan telah dimiliki dan dimplementasikan. Derajat kesehatan
warga meningkat, wajah kota pun tertata

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 19
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Letak geografis Kota Tarakan


sangat strategis. Kota pulau
ini menjadi wilayah transit
perdagangan antara Indonesia,
Malaysia, dan Filipina. Posisinya
yang strategis menempatkannya
sebagai salah satu kota
terdepan di Indonesia. Kota
Tarakan juga kaya akan sumber
daya minyak bumi dan gas,
sehingga tak mengherankan
banyak kabupaten di sekitarnya
Tak hanya jalan dan sekolah, sudut-sudut pelabuhan di Kota
bergantung padanya. Tarakan dijaga kebersihannya

Areal pusat perbelanjaan. Ikon terbaru Kota Tarakan

20 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Namun posisi dan peran


strategis itu tidak diimbangi
dengan sarana air minum
dan sanitasi, terutama
sarana persampahan yang
layak. Hal itu berakibat
pada menurunnya derajat
kesehatan warga dan
buruknya wajah kota karena
sampah yang tak terolah. Hal
itulah yang melatari Kota
Tarakan menyusun Perda
Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Kesehatan Lingkungan. Tak
hanya sekedar menyusun,
peraturan yang sangat
komprehensif terkait
dengan lingkungan ini juga
diimplementasikan dengan
baik melalui penegakan
hukum yang juga tegas.

Kaw asan Konservasi Mangrove dan


Bekantan Tarakan

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 21
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Hasilnya dapat dilihat, Kota


Tarakan menjadi salah
satu kota yang memiliki
lingkungan bersih dan
teratur. Derajat kesehatan
warga pun meningkat.
Akhirnya, berbagai
penghargaan pun berhasil
diraih, termasuk AMPL
Aw ard.

Kondisi jalan Kota Tarakan. Bersih,


indah dan bebas sam pah

Pantai Am al yang m enjadi kebanggaan Kota Tarakan

22 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kondisi Air Minum dan Sanitasi Tidak Mendukung

Gam baran nyata m enurunnya kualitas dan kuantitas sum ber air di Kota Tarakan

Kondisi air minum dan sanitasi di Kota Tarakan sungguh ironis dengan kekayaan sumber
minyak bumi dan gas yang dimiliki. Kondisi sumber air minum di sana sangat minim.
Mayoritas warga di sana sampai saat ini masih bergantung pada air hujan sebagai
sumber air minum. Posisi Kota Tarakan di pulau yang relatif kecil juga menyebabkan
sulitnya memperoleh sumber air bersih dari mata air. Hampir di setiap rumah, terutama
di kawasan pinggir perkotaan, memiliki tempat Penampungan Air Hujan (PAH) yang
tersambung langsung dari talang di atap rumah.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 23
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sumber air PDAM pun


berasal dari air hujan
yang ditampung di
beberapa embung.
Kondisi ini menyebabkan
cakupan pelayanan
PDAM Kota Tarakan
sampai saat ini baru
mencapai 47,5 persen.
Sesungguhnya Kota
Tarakan dibelah oleh 24
sungai, namun hanya
4 sungai yang sampai
saat ini dimanfaatkan
sebagai air baku PDAM.
Keempat sungai itu
adalah Sungai Kampung Drainase yang m elew ati jalan-jalan desa
Bugis, Sungai Persemaian,
Sungai Binalatung dan Sungai Semunti. Meski memiliki sumber air permukaan, namun
PDAM masih kekurangan sumber air baku. Hal ini karena kapasitas sungai yang relatif
kecil, dan banyak sungai yang tidak menjamin kontinuitas ketersediaan air. Kapasitas
air baku yang kecil semakin diperparah dengan beberapa parameter kualitasnya
melebihi ambang batas. Salah satunya adalah teridentifikasinya bakteri E. Coli dalam
air. Rendahnya kualitas dan kuantitas air sungai sebagai sumber air baku menunjukkan
bahwa sungai yang ada tidak dapat dijadikan tulang punggung sumber air baku di
Tarakan.

24 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Selain air, keterbatasan juga dihadapi dalam pengelolaan sampah. Data terakhir dari
Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman mencatat bahwa timbulan sampah
yang muncul setiap harinya mencapai 63,43 ton per hari. Dari jumlah tersebut, jumlah
yang terangkut baru mencapai 47 ton per hari. Dengan demikian masih ada lebih dari
16 ton sampah yang diolah oleh masyarakat sendiri setiap harinya. Tingginya timbunan
sampah tanpa ada penanganan yang berarti tentu akan berdampak pada kesehatan
lingkungan masyarakat.

Tim bunan sam pah di Kota Tarakan

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 25
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Solusi Melalui Regulasi


Berbagai keterbatasan tersebut
membuat pemerintah menyadari
pentingnya pengaturan lingkungan,
salah satunya melalui Peraturan
Daerah tentang Kesehatan
Lingkungan. Inisiatif awal dilakukan
tahun 2006 oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kota Tarakan. Namun
pada awalnya poin-poin yang
diatur hanya hal-hal yang terkait
dengan makanan dan minuman,
dengan nama Peraturan Higiene,
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan.
Karena dirasa terlalu sempit, pokok
peraturan pun diperluas dengan
penambahan hal-hal terkait kualitas
udara, pengelolaan sampah, dan
lingkungan permukiman.

Perilaku hidup bersih dan sehat


ditegakkan di sekolah, seperti halnya
di SMP Negeri 1 Tarakan

26 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pem aparan Perda Kesehatan Lingkungan Kota Tarakan

Proses penyusunan regulasi itu pun dimulai. Mekanisme penyusunan Perda Kesehatan
Lingkungan dimulai dengan identifikasi permasalahan. Kerjasama dengan Universitas
Borneo pun dijalin untuk dapat menonjolkan landasan teori dan fakta-fakta yang
berkembang di Kota Tarakan. Hal ini bertujuan memperkuat advokasi ke berbagai pihak,
terutama legislatif. Dari berbagai permasalahan yang telah diidentifikasi secara ilmiah,
seluruh pemangku kepentingan sadar bahwa urusan kesehatan lingkungan di Kota
Tarakan membutuhkan penanganan segera.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 27
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Penyusunan Perda Kesling ini berlangsung panjang dan lama serta penuh liku.
Perjalanannya mencapai waktu lima tahun! Perda yang diinisiasi sejak tahun 2006 itu
baru disahkan tahun 2011. Panjangnya masa penyusunan itu dilandasi sebab internal
Dinas Kesehatan yang menjadi pengusul Perda tersebut. Ketika itu Dinas Kesehatan
masih menitikberatkan
diri pada persiapan “Perda Kesehatan Lingkungan Kota Tarakan
penilaian standar
kualitas kinerja pada
menitikberatkan pada 8 (delapan) pokok
tahun 2009. Hal inilah sasaran, yaitu pengelolaan makanan,
yang membuat proses pengawasan kualitas air, depot air minum,
penyusunan Perda kualitas udara dan kebisingan, pestisida,
terkendala. Namun
pergeseran prioritas
pengelolaan sampah, lingkungan permukiman,
ini ternyata berbuah dan lingkungan tempat umum,”
baik. Dinas Kesehatan
Kota Tarakan pada akhirnya memperoleh ISO 9001-2008 yang menjadi pemicu untuk
bekerja lebih baik lagi, termasuk dalam penyusunan Rancangan Pembangunan Daerah
(Raperda) hingga disahkan menjadi Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Kesehatan Lingkungan (Perda Kesling).

“Perda Kesehatan Lingkungan Kota Tarakan menitikberatkan pada 8 (delapan) pokok


sasaran, yaitu pengelolaan makanan, pengawasan kualitas air, depot air minum, kualitas
udara dan kebisingan, pestisida, pengelolaan sampah, lingkungan permukiman, dan
lingkungan tempat umum,” ujar Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan
Kota Tarakan, Irwan Yuwanda.

28 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Perbaikan Sarana Air Minum dan Sanitasi


Upaya penataan lingkungan dan peningkatan kesehatan masyarakat di Kota Tarakan
tidak berhenti pada penyusunan regulasi. Tahap berikutnya adalah implementasi dan
penegakan hukumnya. Di sisi ini, Kota Tarakan mengedepankan penegakan hukum,
misalnya tentang pengaturan pembuangan sampah. Sesuai Perda Kesling, masyarakat
dilarang membuang sampah di luar jadwal dan lokasi yang telah ditetapkan, yaitu
pukul 17.00-20.00 di Tempat Pengolahan Sementara (TPS) dan diangkut oleh petugas
ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) pada pukul 21.00-04.00.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 29
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Apabila hal itu dilanggar,


Pemerintah tidak segan-
segan memberikan
sanksi. Namun di sisi
lain pemerintah juga
memberikan solusi atas
hal ini. Untuk mengurangi
sampah terbuang,
masyarakat dianjurkan
untuk melakukan upaya
3R, pengomposan,
pengemasan sampah
secara rapi, dan tidak
membakar sampah.
Di samping itu juga
diluncurkan Program
Tabungan Lingkungan
atau Taling. Program
yang serupa dengan
Bank Sampah di tempat
lain ini lebih menyasar
ke sekolah-sekolah sejak
bulan Februari 2012.
Sampai dengan bulan
Agustus, 27 sekolah telah
melaksanakan program ini.
Wujud nyata perilaku hidup bersih dan sehat sisw a SMP Negeri 1
Kota Tarakan

30 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Program Taling telah


memberi dampak positif
baik bagi masyarakat
atau siswa maupun
secara umum pada
kondisi kesehatan
lingkungan di Kota
Tarakan. Dampak yang
terjadi pada siswa

Spanduk Program Tabungan Lingkungan di SMP Negeri 1 Tarakan

misalnya adanya perubahan pola pikir siswa


terhadap sampah. Perubahan pola pikir ini
membuat siswa memahami bahwa sampah
sebenarnya memiliki nilai yang dapat diuangkan.
Antusiasme siswa dalam pelaksanaan program ini
menunjukkan bahwa program ini cukup realistis
dan dapat dilaksanakan di seluruh tingkatan.
Untuk mendukung keberlanjutan program,
sinergi dengan Dinas Pendidikan juga dilakukan,
salah satunya adalah dengan memasukkan
program Taling menjadi salah satu muatan lokal
Sebagian tabungan sam pah yang pendidikan lingkungan hidup.
sudah dikum pulkan

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 31
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di sisi lain, masyarakat


terbantu dalam hal edukasi
lingkungan hidup. Adanya
Taling memberikan nuansa lain
dalam lingkungan masyarakat
yang sebelumnya juga telah
menerapkan program Green
and Clean . Program ini juga
secara efektif mengurangi
sampah non-organik yang
dibuang sampai mencapai 3,2
persen per 1 harinya. Hal ini Jenis-jenis sam pah yang bisa kum pulkan

menunjukkan bahwa program


Taling memberikan kontribusi
yang cukup signifikan
dalam pengelolaan sampah
anorganik di Kota Tarakan.
Program Taling ke depan akan
diwajibkan untuk seluruh
sekolah dan kantor, baik
negeri maupun swasta. Selain
itu, pengembangan juga akan
dilakukan melalui kerjasama
Sam pah-sam pah yang telah berhasil dipilah dengan Bank Mandiri.

32 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Masih terkait dengan perbaikan pengelolaan sub sektor persampahan, Pemerintah


Kota Tarakan menelurkan program pembuatan kompos (com posting). Untuk
menyukseskan program itu, Pemerintah kota Tarakan membangun sejumlah Depo
Sampah untuk mengolah sampah organik menjadi kompos. Sampai saat ini terdapat
5 unit depo yang tersebar di Kelurahan Selumit Pantai, Lingkas Ujung, Karang Anyar
Pantai, Juwata Laut, dan Mamburungan. Rata-rata setiap depo mampu mengelola
sampah sebanyak 100 kilogram setiap harinya. Pemerintah Kota Tarakan menargetkan
mereduksi sampah organik hingga 20 persen pada tahun 2020.

Kelom pok m asyarakat pendukung Tabungan Lingkungan

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 33
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Depo Sampah dikelola


secara swadaya oleh
masyarakat melalui Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat
(LPM). Sosialisasi dan upaya
pemberdayaan masyarakat
memakan waktu yang
tidak sebentar. Setidaknya
pemerintah membutuhkan
waktu hingga 2 tahun
menggunakan prinsip
“safari gotong royong”
untuk melakukan sosialisasi
Area pengom posan di salah satu depo sam pah Kota Tarakan
tersebut. Hasil kompos
itu selain dijual kepada
masyarakat, juga dibeli
beberapa perusahaan swasta
melalui program Corporate
Social Rersponsibility (CSR).
Salah satu perusahaan yang
aktif memanfaatkan kompos
itu adalah Medco. Perusahaan
yang bergerak di bidang
minyak ini memiliki program
penghijauan dan reklamasi
Pupuk kom pos organik hasil pengolahan sam pah Kota Tarakan lahan bekas penambangan.

34 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Berkaitan dengan minimnya


sarana dan layanan air minum,
Pemerintah kota Tarakan telah
melakukan beberapa upaya
untuk mengatasi permasalahan
itu. Upaya tersebut antara
lain dengan mengupayakan
pemanfaatan sumber air
tanah dan perbaikan embung.
Pengambilan air tanah di Kota
Tarakan melalui pengeboran
telah cukup intensif dilakukan
baik melalui pengeboran
dangkal (< 40 m) maupun
pengeboran dalam (>40 m).
Di Kota Tarakan tercatat tidak
kurang 26 buah sumur bor
dalam dan lebih dari 80 buah
sumur bor dangkal.

Tabel Inventarisasi Sungai Kota Tarakan

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 35
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Selain itu, kebutuhan air bersih di Kota Tarakan pada tahun 2010 juga disuplai dari
embung yang kemudian dikelola oleh PDAM Tarakan. Jumlah embung saat ini
sebanyak 2 buah yaitu Embung Persemaian dengan kapasitas 95 ribu meter kubik
danEmbung Binalatung dengan kapasitas 472 ribu meter kubik. Daya tampung
embung yang cukup besar ditambah dengan curah hujan yang tinggi hingga mencapai
4.000 mm/tahun diperkirakan cukup untuk menampung air sampai tahun 2025.
Meskipun demikian, pemerintah juga telah merencanakan pembangunan Embung
Bengawan dengan kapasitas 174 ribu meter kubik. Rencana pembangunan jembatan
yang menghubungkan Tarakan dengan Bulungan juga akan dimanfaatkan untuk
menyambung pipa suplai air minum dari daratan utama Kalimantan.

Em bung Persem aian, salah satu


dari dua em bung yang dikelola
oleh PDAM Tarakan

36 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sum ber : w w w .delgosea.eu

Apresiasi dan Penghargaan


Melihat pergerakan pembangunan sektor AMPL di Kota Tarakan, berbagai pihak
memberikan apresiasi dalam bentuk penghargaan. Di samping AMPL Aw ard , salah satu
yang terbaru adalah penghargaan Pilot City Aw ard for Excellence dari Dem ocratic Local
Governance in South East Asia (DELGOSEA). Penghargaan ini dianugerahkan di Bangkok,
pada bulan Agustus 2012. Penghargaan dari Kementerian Kesehatan juga terus diraihnya
berkat komunitas Forum Kota Sehat (Forkohat).

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 37
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Menyikapi hal itu, Walikota Tarakan, Udin


Hianggio mengatakan, pembangunan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tarakan
bukan semata-mata hanya untuk meraih
penghargaan. Pihaknya yakin, penghargaan
akan datang dengan sendirinya jika kita
serius memberikan pelayanan yang terbaik
untuk masyarakat, terutama di bidang
air minum dan sanitasi. Oleh karena itu,
Walikota dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) Kota Tarakan selalu
memberikan dukungan dan dorongan
terhadap berbagai ide pembangunan AMPL
yang muncul. Hal ini dirasa sangat penting,
mengingat AMPL berkaitan langsung
dengan kesehatan masyarakat. Termasuk
dukungan penuh untuk program Tabungan
Udin Hianggio, Walikota Tarakan Lingkungan (Taling).

38 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pertem uan Tim Penyusun Buku AMPL Aw ard dengan Pem aparan program -program kesehatan
Walikota Tarakan, Udin Hianggio lingkungan Kota Tarakan

...pembangunan yang dilaksanakan oleh


Pemerintah Kota Tarakan bukan semata-mata
hanya untuk meraih penghargaan....
Sekali lagi, Kota Tarakan telah membuktikan, bahwa kerja keras dan semangat melayani
warga akan menemukan muaranya. Kesehatan lingkungan terjaga, kesehatan warga
pun meningkat. Bermula dari regulasi, perbaikan sarana air minum dan sanitasi terus
diperbaiki.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 39
40
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 2
Regulasi Menjaga Kelangsungan Layanan
Air Minum dan Sanitasi Kabupaten Bima

Di Indonesia, belum banyak daerah yang berperhatian pada sektor


sanitasi. Minimnya dukungan kebijakan maupun pendanaan adalah
buktinya. Oleh karenanya, apa yang telah dilakukan Kabupaten
Bima adalah sebuah lompatan besar dan bersejarah. Pemerintah
Kabupaten (Pemkab) Bima telah memiliki Peraturan Daerah tentang
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Perda AMPL)

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 41
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Lahirnya Perda AMPL di Kabupaten Bima didasari keinginan untuk menjamin


keberlanjutan pelayanan air minum dan sanitasi di sana. Data tahun 2011 menyebutkan,
capaian akses masyarakat terhadap air minum mencapai 62,56%. Sedangkan akses
sanitasi sebesar 54,52%. Agar angka capaian itu bisa ditingkatkan dan bisa mencapai
target Millenium Developm ent Goals (MDGs) tahun 2015, Kelompok Kerja (Pokja AMPL)
Kabupaten Bima menyimpulkan perlunya keberlanjutan program dan layanan sektor
AMPL. Untuk menjaganya, ketersediaan sebuah regulasi di bidang AMPL menjadi
kebutuhan.

42 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Proses Penyusunan Perda


Titik penting Peraturan Daerah (Perda) AMPL Kabupaten Bima, terletak pada peran
utama masyarakat dalam pembangunan AMPL. Perda juga menekankan keberlanjutan
pembangunan AMPL dan pentingnya pengelolaan paska pembangunan. Di samping
itu, selama ini pembangunan AMPL cenderung bersifat sektoral. Pembangunan AMPL
belum memperhatikan prinsip-prinsip untuk menjamin keberlanjutan. Di sisi lain, AMPL
belum menjadi isu utama dalam prioritas pembangunan daerah dan masyarakat belum
berperan maksimal.

Demikian halnya dengan isu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) belum terintegrasi
dalam sistem pendidikan sekolah tingkat dasar. Selain itu, sinergitas peran pemerintah
kabupaten dan kecamatan belum maksimal dalam pengeloaan AMPL. Hal penting
lain adalah upaya percepatan pencapaian target RPJMD, RPJMN, dan MDG’s. Titik-titik
krusial Perda itu dirumuskan dan disusun oleh Pokja AMPL sebagai penggagas utama.
Di samping peran penting Komisi II DPRD Kabupaten Bima dan fasilitasi UNICEF (United
Nations Children’s Fund) dan WASPOLA Facility.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 43
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sebelum Perda disusun dan disahkan, Pokja AMPL


mendapatkan gambaran yang mengejutkan ketika
memetakan persoalan AMPL di Kabupaten Bima.
Ditemukan fakta bahwa belum adanya upaya
keberlanjutan program di setiap sarana yang
telah terbangun. Kondisi ini dikhawatirkan akan
mengancam pembangunan
AMPL ke depan. Oleh karenanya,
Pokja melakukan kajian evaluasi,
... Ditemukan fakta bahwa belum
yang akhirnya merumuskan adanya upaya berkelanjutan
perlunya regulasi bidang AMPL. program di setiap sarana yang telah
terbangun. Kondisi ini dikhawatirkan
Rumusan perlunya sebuah
regulasi di bidang AMPL akan mengancam pembangunan
terus dibahas dalam berbagai AMPL ke depan .... Rumusan
kesempatan. Hal itu menjadi perlunya sebuah regulasi di bidang
isu sentral dalam Lokakarya
Exit Strategi WSLIC2 (Second
AMPL terus dibahas dalam berbagai
Water and Sanitation for Low kesempatan.
Incom e Com m unities) tanggal
20-22 September 2010. Lokakarya menghasilkan
beberapa hal penting yaitu. Pertama, pentingnya
dukungan pemerintah daerah dalam pelaksanaan
penyediaan sarana air dan sanitasi tingkat
masyarakat. Kedua, pentingnya memperkuat Pokja
AMPL sebagai lembaga adhoc yang membantu

44 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

dan mengoordinasikan SKPD terkait AMPL


dalam pelaksanaan pembangunan AMPL di
lapangan. Ketiga, pentingnya memperkuat
kelembagaan AMPL tingkat kecamatan dan
desa, Keempat, pola pembangunan AMPL
berbasis masyarakat.

Kebutuhan akan adanya regulasi sektor


AMPL makin mengemuka. Sampai pada
akhirnya dibentuklah Tim Penyusun
Materi Perda. Termasuk di dalamnya Tim
Kecil Penyusunan Draft Awal RanPerda
AMPL. Anggota tim terdiri dari Bappeda,
Dinas PU, Dinas Kesehatan, Bagian Hukum,
serta perguruan tinggi yang diwakili oleh
Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kesehatan Kabupaten Bim a, Muham m ad Farid
dan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Bima.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 45
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pem bersihan WC di SDN II Maria Kecam atan Waw o Kabupaten Bim a yang m elibatkan para sisw a

Sebuah proses pun dimulai. Pendeskripsian latar belakang dan rasional penyusunan
Perda AMPL, serta uraian mengenai substansi materi Perda AMPL ditelaah oleh berbagai
pihak. Konsultasi dan koordinasi dengan Bagian Hukum Sekretariat Daerah juga
dilakukan. Hal itu untuk mendapatkan masukan mengenai proses penyiapan Perda dan
materi substansi yang akan diusulkan. Untuk memberikan justifikasi kepada rancangan
Perda yang telah disusun, diperlukan kajian akademis sehingga regulasi yang lahir dapat
dipertanggung jawabkan.

46 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dalam berbagai forum pembahasan, disepakati bahwa nantinya Perda AMPL akan
mengatur bagaimana pengelolaan air minum dan lingkungan yang baik. Proses
pengawasan dari pemerintah, termasuk mengatur tentang sanksi yang diberikan
jika terjadi pelanggaran tentang semua hal yang berkaitan dengan air minum dan
penyehatan lingkungan. Diskusi dan masukan berbagai pihak kemudian dikembangkan
menjadi Rancangan Perda AMPL. Raperda itu dibahas melalui berbagai pertemuan yang
dihadiri unsur Pokja AMPL, SKPD terkait, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) serta tokoh masyarakat.

Pembahasan rancangan Ranperda menjadi Ranperda dan akhirnya menjadi Perda


berjalan panjang. Serangkaian diskusi, lokakarya hingga konsultasi dilakukan dengan
berbagai pihak. Pembahasan rancangan Ranperda pertama kali berlangsung tanggal 12
November 2010. Setelah pertemuan itu, masih dilakukan sedikitnya lima kali pembahasan
hingga akhirnya menjadi Ranperda untuk diserahkan kepada DPRD. Sebelum diserahkan
ke DPRD dilakukan Konsultasi Publik yang melibatkan hampir seluruh pemangku
kepentingan di Kabupaten Bima.

Rancangan Perda sebagai hasil dari Konsultasi Publik secara substansial mengatur
tentang pengelolaan air harus berwawasan lingkungan, pentingnya Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat dan keberpihakan pada masyarakat miskin. Di samping juga menempatkan
peran perempuan dalam pengambilan keputusan, perlunya akuntabilitas program
pembangunan, peran serta masyarakat serta penerapan prinsip nilai budaya setempat.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 47
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Proses perbaikan naskah akademis dan Ranperda AMPL dilakukan secara maraton
sejak pertengahan November 2010 sampai 8 Februari 2011. Sebelum dibahas di DPRD,
Ranperda AMPL diajukan oleh bagian Hukum Setda untuk masuk Program Legislasi
Daerah (Prolegda), serta mengajukan Ranperda AMPL pada masa sidang pertama tahun
2011.

Ranperda AMPL untuk pertama kali dibahas dalam sidang paripurna I tanggal 23 Februari
2011. Kemudian disahkan menjadi Perda No 7 Tahun 2011 dalam Sidang Paripurna
tanggal 30 April 2011. Meskipun proses di DPRD hanya memakan waktu sekitar 2 bulan,
namun proses yang terjadi cukup rumit dan melelahkan. Di samping dibahas dalam
empat kali sidang paripurna, Ranperda juga dibahas dalam rapat-rapat Panitia Khusus
(Pansus). Pembentukan Pansus Perda AMPL sendiri terjadi pada saat Sidang Paripurna
yang ketiga tanggal 3 Maret 2011.

Jadwal sidang sebagai bagian dari proses pengesahan Ranperda menjadi Perda dilakukan
dalam empat kali sidang paripurna. Sidang Paripurna Kesatu tanggal 23 Februari 2011
membahas tentang naskah akademis yang disampaikan oleh Bupati. Kemudian Sidang
Paripurna Kedua tanggal 1 Maret 2011 beragendakan pertanyaan-pertanyaan fraksi
terhadap naskah akademis.

48 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pada Sidang Paripurna Ketiga tanggal 3 Maret 2011 Bupati menjawab pertanyaan yang
diajukan fraksi. Dalam Sidang Paripurna Ketiga ini pula, Ketua DPRD, H Muhdar Arsyad
membentuk Panitia Khusus (Pansus) yang bertugas membahas secara khusus Ranperda
AMPL. Anggota Pansus ditetapkan 9 orang yang merupakan perwakilan dari Komisi.

Pembahasan oleh Pansus berlangsung mulai 18 Maret hingga 26 April 2011. Selama
rentang waktu itu, di samping mengadakan rapat pembahasan Pansus juga melakukan
sejumlah kegiatan lain seperti konsultasi kepada Pokja AMPL Nasional pada tanggal 25
Maret 2011. Di samping itu, Pansus juga Studi Banding ke Kabupaten Takalar tanggal 15
April 2011.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 49
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Hal yang menjadi sorotan Pansus adalah pasal 8 tentang pengintegrasian perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam mata pelajaran umum di sekolah dasar dan
menengah. Selain itu, pasal 12 tentang peran pemerintah sebagai fasilitator. Berbagai
masukan dari konsultasi ke Pokja AMPL Nasional dan studi banding ke Takalar menjadi
bahan penting dalam rapat-rapat lanjutan Pansus dalam finalisasi penyusunan
Ranperda AMPL sebelum ditetapkan sebagai Perda dalam Sidang Paripurna tanggal
30 April 2011. Akhirnya, dalam sidang paripurna yang disepakati lewat forum lobi,

Peringatan HCTPS yang dihadiri juga oleh Bupati Bim a H Ferry Zulkarnain. ST

50 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Ranperda disahkan menjadi Perda Nomor 7 Tahun 2011. Kemudian pada tanggal 25
Mei 2011 Perda dituangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 06 Tahun
2011.

Sampai di sini, selesaikah tugas Pokja AMPL mengawal lahirnya regulasi AMPL?
Ternyata belum. Pokja masih melakukan pekerjaan lanjutan dengan melakukan
penyusunan Perbup AMPL sebagai penjabaran teknis Perda AMPL. Penyusunan dan
pembahasan Perbup AMPL dilakukan sejak tanggal 9 hingga 30 Mei 2011. Berbagai
pertemuan lanjutan terus dilakukan, hingga diperoleh Rancangan Final Perbup AMPL
untuk dimasukkan ke dalam proses legalisasi di Bagian Hukum Setda Kabupaten Bima.
Akhirnya pada tanggal 4 Oktober 2011 tersusunlah Perbup Nomor 14 Tahun 2011, dan
dicantumkan dalam Berita Daerah Kabupaten Bima Nomor 11 Tahun 2011.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 51
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pembangunan AMPL Paska Pemberlakuan Perda


Kemajuan dan perbaikan kondisi pembangunan AMPL pasca disahkannya Perda,
terjadi di semua lapisan. Baik di tata pemerintahan maupun praktik di lapangan. Di level
perencanaan dan program pembangunan, misalnya, Pembangunan AMPL menjadi
prioritas Pembangunan Daerah. Hal ini terjadi karena terbangun keterbukaan antara
eksekutf dan legislatif melalui em otional aproach . Saat ini usulan sektor AMPL mudah
masuk ke dalam Kebijakan Umum Anggaran Program Prioritas Anggaran Sementara
(KUA-PPAS). Program AMPL juga tidak lagi tumpang tindih, karena Bappeda mulai
menerapkan perencanaan AMPL berbasis masyarakat Perkembangan yang signifikan,
misalnya terjadi dalam aspek pendanaan sektor AMPL dalam APBD Kabupaten Bima.
Dalam tahun 2010 belanja sektor AMPL sebesar Rp. 3.032.597.000. Tahun 2011 naik
menjadi Rp. 3.657.713.291. Prosentase pembiayaan AMPL untuk kedua tahun itu
diperkirakan sekitar 2% dari belanja publik.

52 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pada aspek kelembagaan,


posisi Pokja AMPL yang
sejak awal mengawal
kelahiran Perda AMPL
posisinya semakin kuat.
Mutasi yang sering terjadi
di lingkungan birokrasi
tidak mempengaruhi
kinerja Pokja. Pasalnya,
kemampuan para
anggota Pokja baik yang
lama maupun baru relatif
sama di bidang AMPL.
Kemajuan yang terjadi
di level pemerintahan
adalah program
pembangunan AMPL
di SKPD/Dinas terkait
mendapatkan porsi
yang besar. Misalnya saja
program dan kegiatan
terkait AMPL di Dinas
Kesehatan, Dinas PU dan
Dinas Pendidikan dan
Olahraga.
Aktivitas w arga dalam m em bangun MCK kom unal

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 53
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kemajuan juga terjadi di tataran praktis pembangunan yang terimplementasi di lapangan.


Hal itu mulai terlihat misalnya saja status ODF yang disandang kecamatan Wawo. Selain
itu, telah terbangun sistem air limbah perpipaan di desa Sari Sape. Kemajuan lainnya
adalah AMPL menjadi bagian dari Bulan Bakti Gotong Royong, PNPM (Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat) memasukkan AMPL sebagai menu program, sedang
dibangun TPA sanitary landfill di Keli dan PHBS terintegrasi dalam kurikulum pendidikan
kesehatan jasmani.

Kemajuan sektor AMPL yang juga telah terjadi di Bima misalnya, AMPL menjadi indikator
Lomba Desa dan P2WKSS (Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan
Sejahtera), Dinas Kesehatan membuat Jamban Percontohan dan aspirasi masyarakat
tentang AMPL masuk melalui Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan),
anggota dewan terlibat mulai di tingkat kecamatan. Di Kecamatan Wawo misalnya,
sebagian besar desanya mulai memiliki Perdes (Peraturan Desa) AMPL. Perkembangan
menggembirakan lainnya adalah saat ini sudah ada 40 SD (sekolah Dasar) mengikuti
Lokakarya Penyusunan Kurikulum tentang AMPL terintegrasi dalam pendidikan
kesehatan lingkungan dan keagamaan.

Keberadaan Perda dirasakan juga sangat membantu dalam proses perencanaan


pembangunan di tingkat masyarakat. Perencanaan berlangsung secara bottom up , mulai
dari Musrenbang di tingkat desa, forum Musrenbang tingkat Kecamatan. Dalam proses
tersebut, SKPD terkait dan anggota DPRD dari Dapil (Daerah Pemilihan) setempat terlibat
aktif menjelaskan dan memberi arahan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam
pembangunan AMPL.

54 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Aspek regulasi pun berkembang ke tingkatan bawah. Paska adanya Perda AMPL, regulasi
AMPL di tingkat desa bermunculan dalam bentuk Peraturan Desa (Perdes). Sebagai
contoh Desa Pai Wera dan Sari di Kecamatan Sape dan Kambilo di Wawo telah memiliki
Perdes Kebersihan Lingkungan.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 55
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tokoh Dibalik Kesuksesan


Selalu ada tokoh di balik semua kesuksesan. Demikian
halnya dengan kelahiran Perda AMPL di Kabupaten
Bima, serta pesatnya perkembangan sektor AMPL di
sana.

Sebagai produk legislasi, munculnya Perda AMPL


tidak dapat dilepaskan dari peran DPRD Kabupaten Bima. Ketua DPRD
Drs. H Muhdar Arsyad, Ketua Pansus Harsam, S.E. dan Sekretaris Pansus
Ir. Suryadin, bersama-sama berperan mengawal proses penyusunan Perda
AMPL, dan selanjutnya mengawal pengajuan dan pembahasan anggaran
melalui Banggar DPRD Kabupaten Bima

Selain Legislatif, nama-nama di jajaran Eksekutif juga berperan aktif. Untuk


sekedar menyebut beberapa, Amar Ma’ruf S.H., sekarang Kabid Sosbud/Ketua Pokja

56 Bagian 2 Upaya pemerintahBagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

AMPL, dan H Nasrullah S.Sos., sekarang sebagai Sekretaris Bappeda, serta Iwan Susanto
P, S.K.M., M.P.A. sebagai staf, adalah nama-nama yang tidak bisa dilepaskan perannya.
Mereka adalah Koordinator Tim Penyusunan Perda AMPL dan Penyusunan Peraturan
Pelaksanaan Perda (Perbup). Berkat komitmen serta perjuangan mereka, maka proses
pengawalan ditiap tahapan proses penyusunan, sosialisasi serta implementasi lapangan
dapat berjalan baik.

Para tokoh di luar Bappeda seperti Tasmin Bukhori S.K.M. sebagai Kabid P2PL Dinkes,
Moh. Farid S.Sos. sebagai Kasi Penyehatan Lingkungan, serta Heru Joko Sutiyono,
S.K.M. Mereka berperan dalam proses awal penyusunan, pelaksanaan sosialisasi serta
implementasi STBM. Dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga tersebutlah As’ari, S.E.
Kasubag Penyusunan Program dan Arsyad HAR, S.pd., M.Pd. Keduanya berperan dalam
proses penyusunan, sosialisasi serta implementasi yaitu memfasilitasi/menyiapkan dan
melatih para guru SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) di lingkup Kabupaten Bima tentang cara
pengintegrasian materi PHBS ke dalam mata pelajaran umum

Para tokoh lain yang berjasa di antaranya Burhan, S.T., Agus Surgawan, Staf Pada Bidang
Cipta Karya, Dinas Pekerjaan Umum, Samsurizal, S.Sos., Chairy Chalidiyanto, S.Sos., Wahyu
Arif Setiawan S.E., Staf pada Bidang Kelembagaan, Pengembangan Adat dan Sosbud
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. Selanjutnya Zulkifli, S.H., M.hum., Kasubag
Peraturan Perundang-undangan Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bima.
Suryadin, S.S., Kasubag Pemberitaan Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah serta
Camat Wawo Drs. Muhammad Rum M.si., dan Kapolsek Wawo Yahya Baharudin, S.H., M.Sc.
Tidak ketinggalam nama Camat Lambitu Kurniawan, S.E. dan Fasilitator Kelembagaan
Pokja AMPL, Buyung Nasution, S.S.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 57
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pembelajaran dan Tantangan


Kelahiran Perda AMPL di Kabupaten Bima memberi pelajaran berharga bagi kita semua.
Banyak nilai-nilai yang dapat dipetik. Di samping tentang semangat dan komitmen
kuat pada sektor AMPL, beberapa titik penting yang perlu dijadikan pelajaran misalnya
tentang pentingnya advokasi terhadap DPRD untuk dukungan penyusunan Perda.
Kesamaan dalam pemahaman dan persepsi yang sama dari pemangku kepentingan
akan pentingnya pembangunanya AMPL yang berkelanjutan menjadi faktor utama

58 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Peran Kepala Daerah juga sangat penting. Bupati Bima selalu berbicara tentang
pentingnya AMPL dalam setiap kesempatan. Dampak positifnya, pembangunan AMPL
menjadi prioritas pembangunan daerah. Setelah terbitnya Perda AMPL, isu AMPL masuk
dalam pembahasan prioritas KUA PPAS (Kebijakan Umum Perubahan Anggaran- Program
Prioritas Anggaran Sementara) tahun 2011 dan KUA PPAS tahun 2012.

Adapun tantangan yang dihadapi misalnya penyusunan peraturan turunan dari Perda
dan Perbup AMPL. Hal ini dilakukan dengan meneruskan inisiasi penyusunan Perdes
secara lebih luas di Kabupaten Bima, sehingga ada kewajiban bagi desa untuk menyusun
Peraturan Desa. Tantangan lain adalah melakukan sosialisasi peraturan di seluruh
tingkatan pemerintahan dan masyarakat dengan mempromosikan isi Perda dan Perbup
AMPL. Implementasi kaidah Perda dan Perbup AMPL terutama tentang norma yang
terkait perubahan perilaku masyrakat, dan penerapan sanksi hukum dimulai dengan
penerapan sanksi sosial.

Acara Konsultasi Publik Buku Putih Sanitasi


PPSP Kabupaten Bim a
Foto :w w w .ntbterkini.com

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 59
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tantangan lain yang disadari oleh Pokja AMPL adalah terdapat 10 agenda dalam Perda
dan Perbup AMPL yang menunjuk Pokja AMPL dan jajaran SKPD terkait untuk segera
menyusun pedoman pelaksanaannya agar dapat implementatif di lapangan. Selain itu,
dalam tataran pengelolaan Data AMPL diperlukan upaya untuk menyepakati bersama
definisi operasional dan tata cara penghitungannya, sehingga diperoleh data akurat
untuk perencanaan.

Kerja keras seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Bima dalam peningkatan


pembangunan sektor AMPL terus berlanjut. Komitmen dan kerja keras yang telah terbina
di sana memberi pemahaman kepada kita, suksesnya AMPL adalah kesuksesan yang
harus diraih bersama. AMPL menjadi urusan bersama!

60 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 3
Tiga Pilar Keberhasilan Program STBM
di Kabupaten Sumedang

Kabupaten Sumedang adalah gambaran ideal implementasi integrasi


dalam pembangunan sektor sanitasi. Komitmen, semangat dan
kerja keras melebur dengan dukungan kebijakan dan pendanaan.
Kesuksesan program Sanitasi Total Berbasis Masyatakat (STBM)
adalah salah satu buktinya. Kabupaten Sumedang membuktikan
betapa komitmen semua pemangku kepentingan menjadi kunci
keberhasilan.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 61
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bangga. Papan ucapan selam at datang m enandai Desa Sukaw ening, Kecam atan Ganeas, Kabupaten Sum edang
sudah bebas buang air besar sem barangan

Keberhasilan Program STBM di Kabupaten Sumedang adalah bertemunya tiga kata ini:
komitmen, regulasi dan pendanaan. Ketiga bertemu dalam satu tarikan nafas tekad untuk
menjadikan Sumedang sehat. Fakta yang terjadi, ketiga kata memiliki daya dorong yang
sangat kuat untuk keberhasilan STBM di sana.

Salah satu indikator penting keberhasilan Program STBM di Kabupaten Sumedang adalah
desa yang terbebas dari kebiasaan warga melakukan Buang Air Besar Sembarangan
(BABS). Jumlah desa yang dinyatakan bebas BABS di Kabupaten Sumedang tahun 2012
sebanyak 114 desa dan 983 Rukun Warga (RW). Kabupaten Sumedang pun menjadi
kabupaten penyumbang terbanyak jumlah desa bebas BABS di Jawa Barat.

62 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Aktivitas 3R di Desa Sukaw ening

Integrasi Komitmen, Regulasi dan Pendanaan


Kata integrasi seringkali hanya menjadi tagline atau semboyan mati. Tapi di Kabupaten
Sumedang, kata itu sangat luar biasa sakti dan terimplementasi. Hal itu terjadi hampir di
semua lini pembangunan, termasuk untuk sektor Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
(AMPL).

Pokja AMPL sebagai garda terdepan pembangunan sektor AMPL melakukan sinergi dan
integrasi dengan berbagai pihak. Hal itu dapat dilihat sebagai salah satu contoh dengan
penerapanan perencanaan one plan for all. Upaya itu dimulai tahun 2011 dan diterapkan
untuk semua sektor pembangunan, termasuk untuk program STBM. Dalam praktiknya,
semua pelaku pembangunan telah memanfaatkan Forum Ngadu Bako sebagai media
untuk melakukan koordinasi, sinergi dan kolaborasi antarprogram, termasuk STBM.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 63
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Instalasi tradisional saluran air bersih

Untuk tercapainya optimalisasi pembangunan, integrasi kegiatan semua pelaku


pembangunan sanitasi di Sumedang juga dilakukan dengan skema Pembangunan
Integratif melalui Program INTEGRASI. Artinya, semua program yang terkait sanitasi, dan
atau program yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sanitasi, semua pelakunya
diajak untuk beintegrasi sejak perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan sampai
pengawasan dan pertanggungjawaban.

Praktik yang terjadi, program STBM menjadi salah satu program strategis yang
dimasukkan ke dalam mekanisme Proses Perencanaan Pembangunan sejak di tingkat
desa. Hasilnya, STBM menjadi salah satu program prioritas pembangunan. Skema tersebut
mempertemukan aspirasi masyarakat dengan kepentingan pemenuhan janji politik dan
kebutuhan teknokratik birokratik. Proses ini menjadikan program STBM-AMPL menjadi
salah satu prioritas pembangunan yang termuat dalam APBD.

64 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di samping kuatnya integrasi dan komitmen, dukungan yang sangat menonjol untuk
Program STBM adalah adanya Peraturan Bupati Nomor 113 Tahun 2009 tentang
Sumedang Puseur Budaya Sunda. Regulasi ini memperkuat pelaksanaan pembangunan,
termasuk program STBM. Para pemangku kepentingan pembangunan di Sumedang
mengembangkan sistem nilai untuk memperkuat pelaksanaan STBM di lapangan. Nilai
budaya Sunda atau dikenal dengan nama Rawayan Jati Sunda diimplementasikan dalam
pendekatan STBM mulai perencanaan, implementasi dan juga monitoring dan evaluasi.

Tak hanya lew at papan-papan him bauan, m asyarakat diajak berperilaku hidup bersih sehat m elalui kesenian
daerah

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 65
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dukungan regulasi untuk Program


STBM lebih kuat lagi dilakukan dengan
diterbitkannya Peraturan Bupati Nomor
30 Tahun 2010 tentang STBM. Perbup ini
memuat target Sumedang Sehat 2013.
Dalam upaya mencapai target tersebut,
salah satu agenda besar yang dilakukan
adalah bersinergi dengan PNPM Perdesaan.
Sinergi STBM dengan PNPM Perdesaan
terjadi dengan memasukkan menu STBM
dalam kegiatan-kegiatan PNPM.

Inovasi regulasi terus terjadi. Setelah


lahirnya kedua kebijakan di atas, Kabupaten
Sumedang masih menerbitkan regulasi
berikutnya. Regulasi ketiga untuk dukungan
pada sektor sanitasi dan khususnya Program
STBM adalah Perbup Nomor 4 Tahun 2012
tentang RAD (Rencana Aksi Daerah) AMPL.
Beberapa poin penting dalam Perbup ini
adalah penjelasan dokumen–dokumen
perencanaan terkait sanitasi yang sudah
dibuat Sumedang, seperti Renstra AMPL,
BPS (Buku Putih Sanitasi), SSK (Strategi
Him bauan untuk selalu m enjaga kebersihan di
Sanitasi Kabupaten/Kota), RAD AMPL adalah pasang di sudut-sudut jalan. Tak heran Kabupaten
Sum edang tam pak cantik
berkedudukan setara

66 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di samping itu, pembiayaan program fisik sanitasi apapun yang masuk ke kabupaten
Sumedang hanya bisa dilakukan terhadap masyarakat pada tangga sanitasi kedua, artinya
pada tangga sanitasi pertama (belum ODF/SBS) harus dipicu dengan (CLTS) Com m unity
Led Total Sanitation .

Dukungan regulasi belum selesai sampai di sini. Saat ini kabupaten Sumedang tengah
menyusun rancangan Perda tentang Lingkungan Hidup. Perda ini diharapkan dapat
menjadi payung hukum dan menguatkan Perbup Nomor 30 Tahun 2010 dan Perbup
Nomor 4 Tahun 2012. Rancangan Perda ini mencantumkan sanksi hukum bagi setiap
pelaku pembangunan maupun individu masyarakat yang membuang limbah ke
lingkungan tidak sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan (termasuk
limbah tinja dan sampah domestik). Di samping itu, disusun rancangan Perda Tata Kelola
Rumah Tangga, termasuk STBM menjadi salah satu indikator Rumah Tangga Sehat di
kabupaten Sumedang.

Sem angat m em buang sam pah pada tem patnya disebarkan di tiap rum ah

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 67
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Hal yang perlu dicatat pula


adalah adanya regulasi dalam
tingkatan operasional langsung
menyentuh Program STBM.
Regulasi itu adalah SK Bupati no
147.2/681/BPMPD/2011 tanggal
31 Juli 2010 tentang Petunjuk
Teknis Operasional Program
SAUYUNAN, ditetapkan kegiatan
bidang kesehatan termasuk
STBM dengan alokasi anggaran
10% dari alokasi dana kegiatan
program SAUYUNAN.

68 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keram ik filter, salah satu inovasi air bersih yang diterapkan di Desa Sukaw ening

Regulasi yang mendukung Program STBM masih ditambah dengan disusunnya dengan
Perbup Nomor 68 tahun 2011 yang disahkan pada tahun 2012. Perbup ini berisi tentang
SPM (Standar Pelayanan Minimal), dengan STBM menjadi indikator program kesehatan
lingkungan.

Selanjutnya, setelah adanya dukungan regulasi, bentuk dukungan pendanaan adalah


tahap penting berikutnya. Dukungan pendanaan menunjukkan kecenderungan yang
sangat fenomenal. Pada tahun 2006 dana untuk kegiatan STBM berjumlah Rp 28 juta.
Tahun 2007 naik menjadi Rp 100 juta. Tahun 2008 lebih besar lagi dengan jumlah Rp 238
juta.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 69
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Barang buangan yang disulap jadi peluang. Pot-pot cantik hasil karya kelom pok 3R

Tahun 2009 Program STBM dikucuri dana Rp 379, 2 juta. Kemudian tahun 2010 Rp 365 juta,
tahun 2011 naik signifikan menjadi Rp 651 juta dan akhirnya tahun 2012 ini jumlahnya
“menggila” menjadi Rp 1,8 Miliar!

Keberhasilan capaian baik komitmen, regulasi dan investasi juga tidak dapat dilepaskan
dari aktifnya advokasi yang dilakukan. Advokasi Program STBM dan AMPL secara luas
disasarkan kepada semua kalangan mulai dari Bupati, DPRD, jajaran SKPD sampai tingkat
masyarakat.

70 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kilas Balik Program STBM


Perjalanan Program STBM di Kabupaten Sumedang terbaca dari catatan yang tertulis
mulai dari masa rintisan hingga sekarang. Periode tahun 2006 – 2008 menjadi mula. Ketika
itu pelaksanaan STBM banyak diinisiasi secara kelembagaan melalui Dinas Kesehatan.
Dinas Kesehatan memanfaatkan program Desa Siaga sehingga bisa langsung menyentuh
masyarakat di bawah. Lokasi yang pertama kali disasar adalah Desa Sukawangi Pamulihan.
Desa ini dipilih karena cakupan sarana sanitasinya rendah, IPM terendah dan desa paska
KLB diare. Dua bulan paska pemicuan yang dilakukan dalam pelatihan bulan Agustus
tersebut, desa Sukawangi Pamulihan menjadi desa pertama yang bebas BABS dengan
jumlah jamban terbangun sebanyak 287 buah. Pemicuan awal dilakukan di 2 RW rawan
tetapi berhasil memicu 11 RW lain sehingga tercapai ODF desa.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 71
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tahun 2007 Sumedang mendapatkan


PPK–IPM (Program Pengembangan
Kompetensi–Indeks Prestasi Manusia)
dengan kegiatan CLTS dimasukkan
sebagai salah satu kegiatannya. Periode
ini telah berhasil dilatih kader CLTS
sebanyak 86 kader dari 43 desa binaan
PPK-IPM yang kemudian berlanjut
dengan pelaksanaan pemicuan secara
swadaya oleh kader tersebut. Pada tahun
ini desa ODF jumlah 6 desa.

Tahun 2008 Program PAMSIMAS masuk


ke Sumedang. Pamsimas membawa misi
kunci 5 pilar STBM. Adanya Pamsimas
menambah sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk pengelolaan STBM.
Pada tahun ini desa ODF berjumlah 10
desa.

72 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Babak berikutnya atau tahun 2009. Pada babak ini, motor penggerak tidak hanya satu
dinas saja, melainkan lintas sektor. Pembentukan Pokja AMPL Kabupaten Sumedang pada
tahun 2009 menaikkan kelas perhatian dari satu lembaga menjadi lintas lembaga/dinas.
Tercatat 8 SKPD terkait, Perguruan Tinggi, LSM, Organisasi Masyarakat (Ormas), Asosiasi
terlibat dalam Pokja AMPL ini. Berdirinya Pokja AMPL membuat program STBM semakin
moncer dan dapat bersinergi dengan program lain seperti PNPM bahkan Forum CSR.
Pada tahun ini 35 desa bebas BABS. Pada tahun 2010, dalam kerangka pengembangan
program STBM di Sumedang, disadari bahwa koordinasi baik lintas program maupun
lintas sektor sangat penting sehingga dibentuklah Pokja AMPL Sumedang sejak 2009
dan diresmikan oleh Bupati Sumedang bulan Mei 2010.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 73
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dengan koordinasi
terpadu Pokja AMPL
mencoba menjadi
wadah integrasi, wadah
informasi terkait Air Minum
Penyehatan Lingkungan.
Kegiatan fasilitasi STBM
dilaksanakan pula melalui
berbagai program rutin
pengembangan Klinik
Sanitasi maupun integrasi
dengan program lain.
Pada tahun ini desa ODF
berjumlah 43 desa.

Wujud perilaku hidup bersih dan sehat m asyarakat


Desa Sukaw ening

74 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di tahun 2011 integrasi program


dilaksanakan dalam upaya
keterpaduan program STBM
maupun Pronangkis (Program
Penanggulangan Kemiskinan)
melalui PNPM Integrasi. Integrasi ini
menjadikan kegiatan STBM masuk
dalam Musrenbang di tingkat
kecamatan dan kabupaten. Melalui
pengembangan Klinik Sanitasi, STBM
dilaksanakan melalui metode CLTS
Produk tas dari program 3R yang berasal dari bungkus kopi
dan MPA PHAST. Selain juga pada
instan tahun ini mulai penyusunan Buku
Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi
Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK).
dalam upaya ekspose BPS dan SSK,
Pokja AMPL berkolaborasi dengan
Forum Integrasi melaksanakan
sebuah kegiatan Bursa Sanitasi dan
RPJMDes dengan nuansa budaya.
Tahun ini pula dimulai sebuah
kegiatan Laboratorium STBM (pilar
4 khususnya) untuk wilayah industri
yaitu CSR dari Coca Cola Company
(Coke Farm). Pada tahun ini desa ODF
Produk kerajinan dari koran bekas berjumlah 104.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 75
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Antrian w arga
untuk m enyetorkan
berbagai jenis
lim bah kertas ke
Bank Sam pah

Dukungan anggaran APBD Kabupaten tahun 2012 untuk fasilitasi STBM sangat besar.
Melalui proses fasilitasi yang dilakukan sampai dengan akhir Juni 2012, terdapat
kenaikan desa Stop BABs dari 104 desa pada akhir tahun 2011, menjadi 112 desa.
Sedangkan target Stop BABS seluruh desa atau 283 desa/kelurahan akan dicapai pada
November 2012 (Hari Kesehatan Nasional).

Selain itu, tahun 2012 dibentuk Forum CSR Kabupaten yang salah satu program
prioritasnya adalah Penyehatan Lingkungan (AMPL). Selain juga mulai aktifnya bank
sampah yang tersebar di beberapa desa/kelurahan yang ada.

76 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Mem berikan pelayanan pada


w arga. Petugas Bank Sam pah
m em bantu w arga m em ilah
sam pah rum ah tangga yang
akan disetor

Untuk itu, POKJA AMPL Kabupaten Sumedang mengembangkan sebuah Gandrung


Sanitas yaitu sebuah usaha proaktif dalam mengembangkan sanitasi mulai dari
lingkungan sendiri sebagai sebuah pusat pembelajaran (society learning) di tingkat
Kabupaten Sumedang. Diharapkan Gandrung Sanitas tingkat Kabupaten ini dapat
menjadi percontohan dan rujukan dari Gandrung Sanitas yang ada di tingkat
Kecamatan sampai tingkat Desa/Kelurahan. Pengelolaan Gandrung Sanitas Pokja
AMPL Sumedang, di bawah koordinator sekretariat Pokja AMPL, di awali dengan modal
tabungan pokok 7 orang anggota pokja AMPL @ Rp 50.000,- dan tabungan rutin setiap
bulan @Rp 25.000,- ditambah dengan pinjaman kas HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan
Lingkungan Indonesia) sebesar Rp 1.500.000,- sehingga modal awal berjumlah
Rp 2.025.000,- .

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 77
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kampiun
Tak mudah menyebut satu persatu para kampiun atau pemrakarsa serta pejuang
suksesnya Program STBM di Kabupaten Sumedang. Pasalnya, kesuksesan itu adalah buah
kerja bersama seluruh elemen masyarakat. Mulai dari Bupati Dr. H. Don Murdono, S.H.,
M.Si., hingga masyarakat.

Jika harus disebutkan, maka pihak-pihak seperti Sekretaris Daerah (Setda) Ir. H. Atje Arifin,
Asisten Setda, Staf Ahli Bupati hingga DPRD juga ikut aktif ambil bagian. Daftar itu masih
ditambah dengan jajaran SKPD/Dinas mulai dari Bappeda, Dinas Kesehatan, DPPKAD
(Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah), Dinas Perdagangan dan
Perindustrian, BPMPD (Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa) dan
Badan Lingkungan Hidup (BLH). Pihak lainnya di antaranya PKK (Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga), LSM, PNPM, Kecamatan, Sanitarian, Kepala Desa sampai ke kader kesehatan di
desa. Seluruh pihak memegang peran dan tugas masing-masing dengan tujuan sama,
yakni suksesnya Program STBM di Sumedang.

78 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pembelajaran yang Dapat Diraih


Sebuah keberhasilan akan
meninggalkan nilai-nilai positif.
Nilai-nilai itu bisa menjadi
inspirasi dan pembelajaran
bagi pihak lain, ketika ingin
melakukan hal yang sama.
Untuk kesuksesan Program
STBM di Kabupaten Sumedang
nilai-nilai yang dapat
diterapkan di lain tempat
misalnya adanya kesungguhan
dalam mewujudkan
keberhasilan program. Hal ini
terlihat dari tanggungjawab
dan kerelaan dalam bekerja/
ketulusan masih tinggi
yang diperlihatkan semua
pihak, baik pejabat tingkat
kabupaten, kecamatan sampai
ke tingkat desa.

Acara Innovative Governm ent Aw ard 2012 yang dilangsungkan di


Jakarta

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 79
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

keberhasilan Sum edang m eraih penghargaan Innovative


Goverm ent Aw ard kategori daya saing daerah

Nilai penting lainnya adalah sinkronisasi dan kebersamaan yang kuat antara pemerintah
dan masyarakat. Hal itu juga terjadi dalam proses integrasi Program STBM dengan
Program PNPM. Selain itu, pentingnya internalisasi program STBM ke dalam program
pemerintah daerah melalui jalur Musrenbang adalah menjadi nilai lebih. Nilai penting
lain adalah pemanfaatan sumber dana lain di luar dana pemerintah seperti dana CSR.
Meskipun dukungan dana dari APBD juga cukup mendukung.

Pada titik lainnya, kreatifitas dan kemauan yang kuat dari pelaku kegiatan, baik
pemerintahan dan masyarakat dari level kabupaten sampai ke desa juga menjadi nilai
penting. Dukungan dana yang tak memadai pada tahap awal kegiatan tidak menutup
kreatifitas tersebut.

80 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tantangan ke Depan
Keberhasilan Program STBM di
Kabupaten Sumedang sudah diakui
banyak kalangan, tidak saja pada
tingkat lokal atau regional, bahkan
keberhasilan itu sudah diakui secara
nasional. Meski demikian, untuk
keberlanjutan ke depan, beberapa
tantangan yang mesti dihadapi dan
dicarikan solusi.

Dalam konteks keberlanjutan,


perlu adanya aturan baku serta
penghargaan dan hukuman untuk
kelanjutan program. Di samping
tentu saja monitoring dan evaluasi.
Tantangan lainnya adalah menjadikan
kesuksesan pencapaian Program
STBM menjadi indikator kinerja bagi
setiap pejabat di semua level. Hal lain
yang juga penting dilakukan adalah
perlu peningkatan kuantitas dan
kualitas sanitarian dari kondisi yang
Murid SDN Cileuw eung Kecam atan Ganeas ada saat ini.
sedang m em ilah sam pah

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 81
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Program advokasi dan atau sosialisasi juga


perlu untuk dilakukan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
memanfaatkan atau kerja sama dengan media
lokal, baik cetak, audio maupun visual untuk
kampanye terus menerus berperilaku hidup
bersih dan sehat. Untuk dukungan regulasi
draft Perbup Tata Kelola Rumah Tangga dapat
dimanfaatkan sebagai panduan internalisasi
perilaku hidup bersih dan sehat.

Terkait dengan sistem pendataan diperlukan


pengolahan data cakupan bebas BABS
tidak hanya tentang cakupan desa bebas
BABS tetapi juga dusun. Titik krusial lain
berkaitan dengan keberhasilan Program
STBM di Kabupaten Sumedang adalah saat
ini Kabupaten Sumedang menjadi lokasi
pembelajaran dari daerah lain. Tapi di sisi
lain, Sumedang belum banyak mendapatkan
pembelajaran dari kabupaten/kota lain yang
sudah berhasil. Hal ini memberi kesan Program
STBM berjalan berdasarkan inovasi internal
saja. Pengayaan dari wilayah lain akan semakin
memperkaya inovasi Program STBM.

82 Bagian
Bagian 2 Upaya pemerintah
pemerintah daerah
daerahdalam
dalampembangunan
pembangunanair
airminum
minumdan
dansanitasi
sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 4
Komitmen Kabupaten Malang untuk Inisiasi
dan Inovasi Sanitasi

Pembangunan sanitasi akan selalu menghadapi banyak persoalan


apabila hanya dibicarakan. Mulai dari keterbatasan anggaran,
kurangnya perhatian pemangku kepentingan serta sekian banyak
alasan. Namun jika dikerjakan, sanitasi akan melahirkan banyak
inisiasi serta inovasi. Kabupaten Malang sudah membuktikan!

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 83
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Berawal hanya dari satu kata: komitmen!


Pembangunan sanitasi di Kabupaten
Malang, Jawa Timur, mengalami
perkembangan yang menakjubkan.
Penanganan dua subsektor sanitasi, yakni
persampahan dan limbah cair domestik,
setidaknya dapat memberi gambaran
keberhasilan sebuah gerakan yang
diawali dari munculnya sebuah komitmen.
Perkembangan berikutnya adalah
berkembangnya inisiasi dan inovasi. Jika
di kabupaten/kota lainnya pembangunan
sanitasi masih diwacanakan, di Kabupaten
Malang hal itu sudah diimplementasikan.

Implementasi yang dilakukan dengan


penuh komitmen tanpa keriuhan. Namun
di lapangan hasilnya nyata. Keberhasilan
itu setidaknya dapat diukur dari apresiasi
yang diberikan dalam bentuk penghargaan
Inisiatif Pembangunan Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (AMPL) Award
tahun 2011. Sebuah penghargaan
berstandar nasional untuk bidang Air
Minum dan Sanitasi.

84 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bermula dari Komitmen Pemda


Sebuah langkah penting yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang
dimulai dari dibentuknya wadah para pemerhati dan penggiat sektor air minum dan
sanitasi di lingkungan birokrasi. Wadah tersebut berupa Kelompok Kerja Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Keberadaan Pokja AMPL dilegitimasi dengan
Surat Keputusan (SK) Bupati No. 180/318/KEP/421.013/2011. Pokja dimaksudkan sebagai
institusi yang akan mengawal segala kegiatan berkaitan dengan sektor air minum
dan sanitasi. Anggotanya lintas sektoral/SKPD sebagai bentuk kebersamaan dalam
pengelolaan sektor air minum dan sanitasi.

Sejatinya, itu bukan langkah awal wujud komitmen Pemkab Malang dalam pembangunan
air minum dan sanitasi. Beberapa tahun sebelumnya, sekitar tahun 2009, wujud komitmen
itu sudah nampak. Bekerjasama dengan Environm ental Services Program (ESP), sebuah
program bantuan USAID (United States Agency for International Developm ent), cikal-bakal
pembangunan air minum dan sanitasi dimulai. Dua sub sektor yang menjadi perhatian
adalah pengelolaan sampah dan air limbah domestik

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 85
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kecerdasan dan jiwa inovatif yang dimiliki pecinta sanitasi di jajaran Pemkab Malang
terlihat dari lokasi yang dipilih untuk kedua kegiatan tersebut. Fokus kegiatan dipusatkan
di wilayah-wilayah sekitar Sungai Brantas. Bantuan dari fasilitasi pengolahan sampah dan
MCK Komunal ESP diletakkan di lokasi sekitar Sungai Brantas. Hal ini dilakukan dalam
rangka mengurangi dan secara perlahan menghilangkan perilaku mandi dan buang
air besar secara terbuka di Sungai Brantas. Namun di samping untuk wilayah bantaran
sungai, penyediaan jamban keluarga juga dibangun di daerah permukiman. Bantuan dari
ESP itu tidak dilihat sebagai bantuan semata, namun dimaknai sebagai sebuah proyek uji
coba yang kelak akan direplikasi dan dibangun di wilayah yang lain.

Rencana replikasi sarana sanitasi itu dituangkan dalam dokumen Buku Putih Sanitasi/
Strategi Sanitasi Kota (BPS/SSK) yang disusun dalam Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP). Langkah dan tahapan penyusunan BPS/SSK pun dilalui
mulai dari studi Environm ental Health and Risk Assessm ent (EHRA) hingga penyusunan
Memorandum Program.

86 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Setelah rencana disusun, kegiatan


berlanjut pada promosi dan advokasi.
Bappeda melakukan langsung kegiatan
tersebut. Sasarannya adalah para
pengambil kebijakan dan masyarakat luas.
Bappeda juga mendorong masyarakat
untuk menjadikan pembangunan sanitasi
sebagai salah satu isu utama yang
diikutsertakan dalam perencanaan, mulai
dari tingkat desa hingga kabupaten.
Melalui hal ini, diharapkan adanya usulan-
usulan pembangunan di sektor air minum
dan sanitasi, terutama di kecamatan-
kecamatan yang sudah maju.

Bappeda juga menekankan, dalam hal


pengajuan usulan pembangunan air
minum dan sanitasi, masyarakat tidak
perlu mempersoalkan ketersediaan
dana. Pasalnya, apabila APBD tidak dapat
mengakomodir usulan yang ada, Pemkab
akan tetap mengupayakan pendanaan
melalui berbagai alternatif yang tersedia.
Selain itu, Pemkab juga berjanji akan
selalu menyediakan bantuan teknis
kepada masyarakat luas.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 87
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Komitmen Pemkab Malang juga sangat terlihat dari upaya-upaya pendanaan sektor
sanitasi. Keterbatasan dana APBD tidak dijadikan halangan untuk memberikan pelayanan
pembangunan sanitasi kepada masyarakat. Pemkab menggali dana dari sumber-
sumber alternatif. Salah satu alternatif pendanaan adalah melalui CSR (Corporate Social
Responsibility). Usulan-usulan kegiatan yang tidak dapat dibiayai melalui APBD, namun
masuk sebagai potensi CSR akan langsung ditawarkan ke perusahaan untuk dibantu
melalui dana CSRnya. Selain itu, alokasi dana CSR ini juga sedang dalam proses penyusunan
Perda. Tujuannya adalah untuk mengarahkan dan menata bantuan masyarakat supaya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

88 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Melihat Hasil Kerja Keras dari TPST 3R, Wisata


Edukasi TPA hingga Pengelolaan Air Limbah
Setiap kerja keras pasti akan ada hasilnya. Kabupaten Malang mengalami hal itu.
Keberanian dalam berinovasi menjadi salah satu kekuatan dari Kabupaten Malang.
Beberapa contoh keberhasilan dapat dilihat dalam pengelolaan sampah di TPST dengan
metode 3R, pengelolaan TPA Sampah serta pengelolaan air limbah domestik berbasis
masyarakat.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 89
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu


Mulyoagung Bersatu
Kabupaten Malang melihat masyarakat sebagai pihak yang memiliki potensi besar untuk
dilibatkan dalam pengelolaan sampah. Pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah
ini salah satunya diwujudkan dalam pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu
(TPST) 3R Mulyoagung Bersatu.

TPST Mulyoagung Bersatu saat ini menjadi salah satu lokasi TPST percontohan di tingkat
nasional. TPST ini melayani 5.000 KK dari 3 desa di Kabupaten Malang dan 1 desa di Kota
Batu dan telah berhasil memberikan lapangan kerja bagi 64 keluarga miskin.

90 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Mereka dilibatkan dalam pengelolaan TPST sebagai karyawan dengan gaji berkisar
antara Rp. 650.000 – Rp. 950.000 bergantung kepada masa kerja karyawan bersangkutan.
Teknis operasional TPST dimulai dari pengambilan sampah dari rumah-rumah warga yang
dilakukan setiap hari sepanjang tahun dan tidak ada hari libur. Masyarakat yang dilayani
dipungut retribusi untuk pengelolaan TPST. Retribusi ini dikelola sendiri oleh TPST dan
tidak dibayarkan kepada Pemerintah Daerah. Pemkab Malang membebaskan setoran
retribusi ini sebagai bentuk penghargaan bagi masyarakat yang telah mau mengelola
sampahnya. Retribusi dari pemerintah baru dibebankan pembuangan residu dari TPST
ke TPA.

TPST Mulyoagung Bersatu menerapkan beberapa tahapan proses dari sampah yang
masuk. Pertama, sampah dipilah oleh para petugas pemilah. Dari hasil pemilahan itu,
sampah dikelompokkan berdasarkan jenisnya: botol, plastik, karet, sampah sisa nasi,
sampah yang bisa dikompos, dan seterusnya. Sampah yang masuk dalam satu hari harus
bisa diproses sampai dengan selesai. Sehingga tidak menimbulkan bau. Selain itu, untuk
menurunkan populasi lalat, di daerah sekitar TPST dibangun sebuah kolam ikan. Belatung
yang ada di sampah dijadikan makanan ikan.

Hasil pengomposan saat ini dijual kepada petani. Dalam rangka memperbaiki kualitas
komposnya, pengelola TPST 3R Mulyoagung Bersatu ini menjalin kerjasama dengan
Trubus dan Petrokimia Gresik.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 91
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Hanya Ada di Malang: Wisata Edukasi di Tempat


Pembuangan Akhir Sampah
Malang tidak hanya dikenal karena buah apelnya. Dalam konteks sanitasi, wisata edukasi
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah sesuatu yang hanya ada di sana.
Lokasinya di TPA Talangagung. TPA tersebut saat ini dinamakan TPA Wisata Edukasi. Hal ini
karena TPA Talangagung menjadi sebuah wahana edukasi karena banyak sekali daerah
lain yang berkunjung untuk belajar, termasuk guru-guru dalam rangka mendukung
Adiwiyata. Salah satu sekolah yang cukup berhasil dalam mengupayakan program
Adiwiyata adalah SMP Negeri 5. Saat ini, SMP 5 telah memperoleh penghargaan Adiwiyata
Mandiri. Lebih dari itu, komitmen kuat Kepala Sekolah SMPN 5 ini mendorong penularan
semangat ke sekolah-sekolah lainnya, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah.

92 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Ketika belajar ke TPA Wisata Edukasi,


pengunjung akan disuguhi tempe metan
dan kopi/teh metan. Dinamakan demikian
karena proses pembuatannya menggunakan
bahan bakar yang berasal dari gas metan yang
dihasilkan dari TPA. Gas metan ditangkap dan
disalurkan ke dapur untuk bahan bakar kompor.
Selain penangkapan gas metan, di TPA ini juga
dilakukan pengomposan dengan metode
m ulti-drum com poster . Sampah yang akan
dijadikan kompos dimasukkan ke dalam drum.
Masing-masing drum memiliki perbedaan lama
pengomposan, mulai dari 1 minggu hingga 4
minggu. Gas metan yang dihasilkan dari proses
pengomposan juga ditangkap dalam tabung
dan disalurkan untuk kompor sederhana.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 93
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

TPA Wisata Edukasi dikelola oleh


Dinas Cipta Karya, di bawah bidang
Kebersihan dan Pertamanan.
Renung Rubiyatadji, Kepala Bidang
Permukiman, Dinas Cipta Karya,
menjelaskan bahwa pengelolaan TPA
ini tidak dilaksanakan oleh UPTD (Unit
Pengelola Teknis Daerah). Salah satu
alasannya adalah adanya kendala
administrasi. Jika TPA dikelola oleh
UPTD, maka UPTD lain tidak dapat
membuang sampahnya ke lokasi TPA
yang dikelola UPTD lainnya.

“Sementara itu, jika dikelola oleh


Dinas, seluruh UPTD bisa membuang
sampah ke TPA yang tersedia. UPTD
sendiri mengelola pengangkutan
sampah. Di Kabupaten Malang,
terdapat 7 UPTD untuk 33 Kecamatan.
Masing-masing UPTD membawahi 3-5
Kecamatan,”jelas Renung.

94 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pengelolaan Air Limbah Domestik di Ardiredjo


Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Malang diinisiasi melalui program
Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS). Salah satu contoh keberhasilan dari program
SANIMAS di Kabupaten Malang adalah pengelolaan air limbah komunal di Ardiredjo.
Ada keterkaitan langsung antara TPA Wisata Edukasi dengan Sanimas Ardiredjo. Sanimas
Ardiredjo dikelola oleh KSM di bawah pimpinan Rudy Santoso. Dia adalah juga pengurus
TPA Wisata Edukasi. Sanimas di desa Ardiredjo menggunakan sistem jaringan air limbah
yang kemudian disalurkan ke instalasi pengolahan limbah komunal yang melayani 68 KK.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 95
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Para Pemrakarsa
Suatu keberhasilan tak lepas dari upaya yang dilakukan seseorang atau suatu pihak.
Mereka adalah para pemrakarsa, perintis dan pelaku yang tidak ada habis-habisnya
memperjuangkan sesuatu hingga sampai pada titik keberhasilan. Mereka memiliki
kapasitas yang mampu menggerakkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai
sebuah tujuan. Mereka adalah para champion/kampiun.

Kabupaten Malang memiliki beberapa kampiun untuk pembangunan air minum dan
sanitasi. Di tingkat Pemerintah Daerah, setidaknya ada tiga individu yang memiliki
perhatian tinggi terhadap kondisi sanitasi di daerahnya. Mereka adalah Renung
Rubiyatadji, Koderi dan Dwi Siswahyudi.

96 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Renung Rubiyatadji adalah Kepala


Bidang Permukiman di Dinas Tata
Ruang dan Permukiman. Koderi
berasal dari Dinas Lingkungan
Hidup sedangkan Dwi Siswahyudi
merupakan Kepala Bidang Sarana
dan Prasarana Pengembangan
Wilayah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Malang. Dari pemikiran
dan tangan mereka bertiga inisiasi
dan inovasi sanitasi bermunculan
dan bermuara pada ide-ide kreatif.
Inovasi dan ide kreatif Renung dan
Koderi di antaranya dapat dilihat Kepala Bidang Perm ukim an Dinas Tata Ruang dan
Perm ukim an Kabupaten Malang, Renung Rubiyatadji
pada TPA Talangagung di Kota
Kepanjen. Tantangan yang muncul
saat itu adalah meningkatkan kualitas pelayanan TPA Talangagung Kepanjen dari open
dumping menjadi controlled landfill . Selain penutupan harian, penangkapan gas metan
menjadi salah satu isu yang harus dihadapi. Koderi dan Renung, pada saat itu, melakukan
eksperimen dengan menggunakan AC di kantor yang sudah tidak lagi terpakai. Dengan
AC bekas tersebut, mereka mencoba untuk membuat sebuah lab-scale model untuk
penangkapan gas metan dan mengkonversikan gas tersebut dalam bentuk cair yang
kemudian bisa disimpan dalam tabung-tabung gas. Menariknya, kendaraan milik Koderi
dimodifikasi supaya dapat menggunakan bahan bakar gas hasil dari penangkapan gas
metan di TPA.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 97
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Melihat potensi dari eksperimen


dan inovasi yang dilakukan
Koderi dan Renung, Dwi
Siswahyudi melihat peluang
dan masuk dalam “lingkaran
kreatifitas” itu. Dwi mencoba
mendorong peningkatan dari
inovasi tersebut. Upaya untuk
mendorong implementasi
lebih luas dari inovasi
tersebut diwujudkan melalui
penyelenggaraan diskusi
dengan masyarakat, sosialisasi
dan presentasi kepada para
pemangku kepentingan melalui Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pengem bangan
Wilayah Badan Perencanaan Pem bangunan Daerah
musrenbang, dan berbagai upaya (Bappeda) Kabupaten Malang, Dw i Sisw ahyudi
lainnya.

Ketiga individu ini memiliki hubungan baik sehingga komunikasi yang terjalin selalu
berjalan mulus. Hubungan itu diwujudkan dalam pemutusan rantai birokrasi saat
mereka bertiga berkreasi. Mereka mengakui bahwa salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan koordinasi adalah suasana informal yang tercipta di antara para individu.

“Sebagai contoh, hanya dengan undangan melalui telepon, siapapun akan dengan
sukarela datang untuk menghadiri rapat atau kegiatan diskusi mengenai air minum dan
sanitasi,” ujar ketiganya kompak.

98 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Namun bukan berarti ketiganya


adalah rule breakers. Langkah-langkah
birokratis tetap dilakukan, namun
juga didukung oleh upaya-upaya
informal. Keikhlasan bekerja untuk
pembangunan air minum dan sanitasi
serta komitmen kuat akan muncul
ketika dalam diri masing-masing
individu memiliki passion terhadap hal
yang dilakukan.

Di samping aparat pemerintah,


maraknya inovasi sanitasi di
Kabupaten Malang juga bersumber
dari kader-kader di masyarakat.
Kabupaten Malang memiliki kader-
kader lingkungan yang mengelola
sarana pengolahan air limbah, sarana
air bersih dan pengelolaan sampah.
Supadi dan Rudy Santoso merupakan
sebagian dari kader-kader lingkungan
yang bergerak untuk memperbaiki
kondisi sanitasi di Kabupaten Malang.

Pengelola TPA Wisata Sam pah Edukasi dan Ketua KSM


pengelola sarana air bersih dan sanitasi di Desa Ardiredjo,
Rudy Santoso

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 99
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Ketua KSM TPST Mulyoagung Bersatu, Supadi

Supadi saat ini menjabat sebagai Ketua KSM yang mengelola TPST Mulyoagung Bersatu.
Kesehariannya Supadi bekerja sebagai pegawai Tata Usaha di Universitas Brawijaya.
Sementara Rudy Santoso merupakan pengelola TPA Wisata Sampah Edukasi dan Ketua
KSM pengelola sarana air bersih dan sanitasi di Desa Ardiredjo.

Dedikasi dan kontribusi keduanya untuk pembangunan sanitasi di Kabupaten Malang


sangat luar biasa. Dampak lanjutannya menjadikan mereka ahli dalam bidang sanitasi.
Bahkan untuk sektor sanitasi, mereka cukup sering diminta untuk berbicara di berbagai
forum tentang pengalamannya dalam pembangunan sektor sanitasi. Forum yang dihadiri
tak hanya di dalam negeri, mereka bahkan tampil hingga ke luar negeri.

100 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sanitasi Kabupaten Malang ke Depan


Inovasi Kabupaten Malang dalam pembangunan sanitasi tidak berhenti, bahkan semakin
melebar dengan bidang garapan yang lebih luas. Perkembangan bidang garapan tersebut
dapat dilihat dengan upaya munculnya program Sanitasi untuk Pesantren (SANITREN)
dan Sanitasi untuk kompleks perumahan Angkatan Darat (SANIDAD). Kedua program itu
juga cukup menarik dan unik dan belum banyak dilakukan di lain tempat.

Program SANIDAD dirintis sejak tahun 2009. Pemilihan lokasi di lingkungan asrama
tentara didasari kenyataan bahwa banyak perumahan prajurit yang tidak disertai dengan
layanan sanitasi yang layak. Program ini dalam perkembangannya pernah tertunda dan
dilanjutkan kembali dengan Infanteri 502 yang ingin belajar mengenai pengelolaan
sampah. Dinas Lingkungan Hidup menyambut baik hal itu dan memberikan bantuan alat
pencacah sampah. Kerjasama dengan Pemkab Malang berkembang tidak hanya dalam
pengelolaan sampah namun juga pengelolaan air limbah domestik. Sasaran utama
dari pengelolaan air limbah ini adalah barak-barak prajurit. Pemkab Malang mengganti
tangki septik yang ada dikomplek perumahan tentara itu dengan sistem sew erage dan
pengolahan limbah komunal.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 101
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Selain perbaikan kualitas lingkungan di kawasan militer, Pemkab Malang juga memiliki
inisiatif lain dalam pembangunan sanitasi. Upaya kerjasama dengan kementerian
Perumahan Rakyat sudah mulai digagas. Hal yang ingin dicapai adalah mendorong
implementasi sistem tangki dengan instalasi pengolahan air limbah komunal bagi
kawasan perumahan yang dibangun oleh pengembang.

Kabupaten Malang membuktikan tentang sebuah komitmen yang berujung pada inisiasi
kreasi dan inovasi sanitasi. Daya dukung yang ada, baik jajaran Pemerintahan maupun
Masyarakat telah menjadikan Kabupaten Malang sebagai tempat belajar dan menjadi
inspirasi pembangunan sanitasi di tanah air!

102 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 5
Revolusi Data dari Kabupaten Bangka

Data sudah sejak lama menjadi persoalan di Indonesia. Masalah tidak


saja berkutat pada akurasinya, keberadaan data itu sendiri menjadi
sesuatu yang langka. Kabupaten Bangka berbenah memperbaikinya.
Hasilnya, sebuah revolusi dalam bidang data telah menghasilkan
sistem data yang membuat banyak pihak ternganga!

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 103
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kabupaten Bangka merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang sudah memiliki


data air minum dan sanitasi hingga ke tingkat rumah tangga. Pada awalnya hal itu tak
ubahnya hanya mimpi, mengingat persoalan data adalah masalah bersama di negeri ini.
Namun mimpi itu akhirnya menjadi nyata.

Kejadian langka ini tidak didapatkan dalam waktu singkat dan secara cuma-cuma,
namun melalui serangkaian proses dan perjuangan panjang. Kunci kesuksesan itu ada
di dua titik, yakni pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) perangkat daerah dan
koordinasi horizontal dan vertikal. Keberhasilan Kabupaten Bangka dalam mewujudkan
angan-angan tidak sekedar kompilasi data saja, namun menciptakan sistem pendataan
yang cepat, akurat dan spesifik hingga ke tingkat rumah tangga

Atas inovasi langka ini Kabupaten Bangka mendapatkan apresiasi berupa AMPL Award
dalam Konferensi Sanitasi dan Air Minum tahun 2011. Kategori yang diraih adalah
Kabupaten/Kota Terbaik dalam Sistem Informasi Manajemen Data Air Minum dan
Penyehatan Lingkungan.

104 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Mengenal SIMPUS AMPL


Namanya pendek, SIMPUS. Namun sejarah dan perjalanan berikutnya cukup panjang
berliku. SIMPUS dikenal sebagai Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Inovasi
manajemen pendataan ini pertama kali diinisiasi pada tahun 2004. Kebutuhan adanya
data rekam medis masyarakat untuk indikator penentuan Jamkesda (Jaminan Kesehatan
Masyarakat Sepintu Sedulang) menjadi pendorong terciptanya SIMPUS.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 105
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Inisiasi ini sejalan dengan konsep


e-governm ent yang dicanangkan
oleh Bupati terpimpin saat
itu. Untuk mewujudkannya,
Dinas Kesehatan dan Bagian
Telkominfo Setda Kabupaten
Bangka bekerjasama untuk
mengembangkan sistem
informasi data terkomputerisasi
hingga ke tingkat individu.
Melalui sistem ini, setiap orang
bisa mengakses dan mengetahui
perkembangan kondisi kesehatan
masing-masing rumah tangga
dan seluruh anggota keluarganya.
Seiring dengan diperkenalkannya
AMPL di Kabupaten Bangka yang
difasilitasi oleh Waspola Facility
pada tahun 2009, Pokja AMPL
Kabupaten Bangka berinisiasi
untuk mengintegrasikan
kebutuhan data air minum
dan sanitasi ke dalam Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas
(SIMPUS).

106 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keistimewaan SIMPUS terletak pada kecepatan dan keakuratan dalam menjawab kondisi
kesehatan dan AMPL hingga ke tingkat individu. Kondisi data seperti ini tidak dapat
dijawab oleh data yang sebelumnya dikumpulkan melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas). Menariknya, pengembangan sistem hardw are dan softw are tersebut tidak
memerlukan biaya yang besar. Hal ini menjadikan keterbatasan anggaran tidak menjadi
penghalang Pokja AMPL Kabupaten Bangka dalam mewujudkan pengembangan
manajemen data AMPL.

Demi pengembangan SIMPUS, Pemerintah Kabupaten Bangka melakukan berbagai upaya.


Misalnya saja untuk softw are, SIMPUS pada awalnya mengadaptasi sistem percontohan
nasional dari Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Namun karena kebutuhan datanya berbeda,
maka Kabupaten Bangka mengembangkan kembali sistem tersebut dari awal. Untuk
hardw are, awalnya hanya menggunakan komputer yang sudah ada, sebagian merupakan
bantuan dari Pemerintah Pusat melalui program Decentralized Health Services (DHS).
Seiring dengan manfaat yang didapat dan SIMPUS telah dilegalisasi melalui Peraturan
Bupati, pengadaan hardw are berasal dari APBD. Bahkan sekarang sudah merambah pada
swadana oleh masing-masing Puskesmas.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 107
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Perencanaan dan Pengembangan Sistem


Integrasi data Air Minum dan Penyehatan Lingkungan ke dalam SIMPUS dilakukan
melalui serangkaian tahapan. Tahapan itu dimulai dari penyamaan persepsi tentang
pentingnya data AMPL. Kondisi sebelumnya, banyak SKPD di Kabupaten Bangka terlibat
dalam pengelolaan data Air Minum dan penyehatan lingkungan. Meskipun banyak
instansi yang terlibat tetapi tidak ada kesepakatan yang diacu tentang kebutuhan data
perencanaan. Untuk itu, pada tahap ini dibangun suatu kesepahaman bersama bahwa
data air minum dan penyehatan lingkungan merupakan hal yang penting dan diperlukan
dalam menyusun perencanaan dan juga pemantauan. Proses penyamaan persepsi ini
dilakukan melalui sebuah lokakarya yang terstruktur antar seluruh perangkat daerah
yang terlibat dalam pembangunan air minum dan sanitasi.
Tahap berikutnya adalah penyepakatan konsep praktis yang kemudian menjadi acuan
dalam pengelolaan data AMPL di Kabupaten Bangka. Beberapa aspek yang disepakati
yaitu penentuan variabel data prioritas. Diskusi dan serangkaian pertemuan tentang
variabel akhirnya menyesuaikan dengan skala kebutuhan, yaitu kebutuhan bagi
perencanaan.

108 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Penyamaan persepsi antarpemangku kepentingan

Kesepahaman antar stakeholder terbangun

Memahami pengelolaan data AMPL saat ini

Pertukaran informasi proses pengumpulan data cakupan AMPL

Identifikasi kebutuhan pengelolaan data AMPL


(Variabel data, pengumpulan, pengelolaan, dan publikasi)

Kejelasan tentang : maksud data AMPL dikumpulkan, dikelola, dan dipublikasi

Penyepakatan konsep praktis pengelolaan data AMPL kab. Bangka


(Variable data, mekanisme pengumpulan dan pengelolaan serta monitoring data)

Kesepakatan tentang konsep pengelolaan data AMPL

Rangkaian TOT (Training Of the Trainer)/pelatihan dan praktik


pengumpulan data

Enumerator dan sanitarian terlatih serta uji coba konsep di lapangan

Implementasi pengelolaan data AMPL di kab. Bangka


(Strategi peningkatan kapasitas pengumpulan dan konsolidasi data)

Rencana kerja implementasi pengelolaan data AMPL

Sum ber : Buku Pendataan AMPL : Lesson Learn Meraw ang Kabupaten Bangka, 2009

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 109
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Proses pelatihan dan praktik pengum pulan data kepada enum erator (kader m asyarakat)

Tahapan yang dilakukan kemudian adalah menentukan skala dan metode pendataan.
Inovasi pendataan Kabupaten Bangka lahir atas dasar kebutuhan data yang tidak dapat
disediakan oleh Data Susenas karena cakupannya hanya hingga tingkat kecamatan. Bagi
Kabupaten Bangka, data AMPL pada tingkat desa mutlak diperlukan, sehingga proses
perencanaan dan pemantauan dapat dilakukan dengan benar. Oleh sebab itu, pada tahap
ini disepakati bahwa pendataan akan dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat
dusun, desa, kecamatan yang kemudian dikonsolidasi menjadi data Kabupaten. Metode
yang digunakan adalah metode registrasi rumah tangga bagi wilayah dengan ukuran
jumlah penduduk kecil, dan uji petik (sam pling) bagi wilayah dengan jumlah penduduk
relatif besar.

110 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Langkah selanjutnya dengan melakukan identifikasi pemangku kepentingan dan


pembagian peran. Pemerintah Kabupaten Bangka berprinsip bahwa keberlanjutan
sistem pengelolaan data dapat terjadi jika pada setiap prosesnya melibatkan peran
lokal yaitu kader masyarakat serta perangkat Puskesmas. Kader masyarakat/Posyandu
dilibatkan sebagai enum erator (aparat pendata) di desa, sedangkan para bidan dan
sanitarian menjadi supervisor dalam pendataan.

Proses registrasi data puskesm as

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 111
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Implementasi Registrasi Data Air Minum


dan Sanitasi: Sebuah tantangan!
Proses pencacahan atau registrasi data dilakukan secara berjenjang yang pada akhirnya
dikonsolidasikan di tingkat kabupaten. Pada praktiknya, registrasi data di tingkat
masyarakat dilakukan di Puskesmas, yaitu berdasarkan pendaftaran pasien serta
pencatatan rekam medis. Namun, untuk mendata secara menyeluruh, registrasi juga
dilakukan di tingkat rumah tangga oleh enum erator . Kedua sistem registrasi data ini
sifatnya saling melengkapi untuk mendapatkan pendataan di tingkat kecamatan secara
menyeluruh

112 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Registrasi data di Puskesmas dilakukan dalam beberapa tahap yaitu melalui loket
pendaftaran yang kemudian dilanjutkan melalui pencatatan rekam medis pada setiap
poli, salah satunya yaitu Poliklinik Sanitasi. Setiap Puskesmas memiliki pola alur yang
berbeda bergantung dari hardw are dan teknologi yang digunakan namun prinsip dan
sistem softw are yang digunakan tetap sama.

Tahap 1 : Pencatatan keluhan penyakit akibat sanitasi buruk di klinik

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 113
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Puskesmas Sungailiat merupakan


Puskesmas pertama yang menjadi
percontohan SIMPUS di Kabupaten
Bangka. SIMPUS diperkenalkan
pertama kali di sana pada tahun
2008 dengan mengadaptasi SIMPUS
dari Kabupaten Ngawi. Melalui
serangkaian evaluasi, perubahan
dan perkembangan sistem, pada
tahun 2010 sistem tersebut betul-
betul digunakan secara efektif oleh
Tahap 2 : Pencatatan rekam m edis klinik sanitasi petugas Puskesmas Sungailiat.
direkapitulasi setiap hari dim asukkan dan diserahkan
kepada staf puskesm as untuk diinput dalam sistem SIMPUS
Manfaat yang dirasakan sangat
besar. Jumlah pasien di Puskesmas
Sungailiat mencapai sekitar 300
pasien per hari. Dengan adanya
SIMPUS, maka proses pelayanan
pasien dapat dilakukan secara
lebih cepat karena tidak lagi
menggunakan kartu pasien secara
manual. Seluruh sistem sudah
terkomputerisasi mulai dari proses
registrasi, pencatatan rekam medis/
keluhan oleh dokter hingga rujukan
obat. Bahkan melalui pencatatan
Tahap 3 : Input rekam data m edis dalam sistem SIMPUS rekam medis per jiwa yang sangat

114 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tahap 4 : Monitoring
berkala setiap bulan
oleh petugas Dinas
Kesehatan kepada
kepala Puskesm as
terkait dengan hasil
pendataan SIMPUS

baik, data SIMPUS seringkali digunakan sebagai data bagi forensik.


Kendala dalam melakukan registrasi data di Puskesmas adalah perlu memberikan
pelatihan kembali serta pemahaman kepada petugas Puskesmas. Mengubah pola kerja
yang sudah ada tidaklah mudah dan membutuhkan proses dan waktu yang lama. Berbeda
dengan Puskesmas Sungailiat, untuk Puskesmas Kenanga, memakan waktu sekitar 6
bulan sampai sistemnya betul-betul stabil. Kendala lainnya ada pada sistem operasional
yaitu masalah padamnya listrik dan server . Beberapa Puskesmas sudah menggunakan
genset . Untuk Puskesmas yang belum dilengkapi dengan genset biasanya alternatif yang
dilakukan adalah dengan menggunakan sistem manual terlebih dahulu kemudian baru
dimasukkan kembali setelah listrik menyala.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 115
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kabupaten Bangka memiliki 12


Puskesmas, 11 puskesmas sudah dapat
menjalankan SIMPUS dengan baik, satu
puskesmas masih akan dikembangkan
karena Puskesmas masih baru. Setiap
bulan, Dinas Kesehatan Kabupaten
Bangka menyelenggarakan koordinasi
rutin antar Puskesmas. Koordinasi
ini dilakukan untuk membahas isu
yang terjadi, salah satunya untuk
mengevaluasi sistem pendataan. Hal
ini penting dalam memantau proses
registrasi data di tingkat Puskesmas

116 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Proses registrasi di rumah


tangga dilakukan oleh kader
masyarakat sebagai enum erator .
Kader masyarakat ini merupakan
tokoh yang aktif dalam kegiatan
Puskesmas. Jumlah enumerator
di setiap kecamatan berbeda-
beda tergantung dari jumlah
rumah tangganya. Puskesmas
Sungailiat merupakan salah satu
dari Puskesmas dengan jangkauan
pelayanan terbanyak di Kabupaten
Bangka. Jumlah kader masyarakat Sedangkan untuk puskesmas
yang terlibat dalam registrasi di dengan jangkauan pelayanan lebih
rumah tangga sebanyak 40 orang. kecil, salah satunya yaitu Puskesmas
Kenanga. Di sana jumlah kader
masyarakat sebanyak 9 orang.
Proses registrasi kader masyarakat
di setiap Puskesmas pertama kalinya
memakan waktu selama 2 bulan
dengan masing-masing kader
menangani sekitar 12 sampai dengan
15 rumah tangga per hari. Proses
ini memakan waktu yang cukup
lama sebab merupakan pendataan
baseline sehingga diperlukan sensus.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 117
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

SIMPUS dan Manfaatnya


Manfaat yang diperoleh dari SIMPUS telah melebihi perkiraan sebelumnya. SIMPUS
saat ini dimanfaatkan secara lintas sektor oleh dinas/badan perangkat daerah untuk
menentukan program daerah. Perangkat daerah Kabupaten Bangka justru merasa bahwa
data SIMPUS lebih representatif dalam menunjukkan kondisi masyarakat Kabupaten
Bangka dibandingkan dengan sistem pendataan lainnya. Karena sifatnya yang sensus
dan terkomputerisasi sehingga lebih akurat, on-tim e, dan tidak rentan akan manipulasi
data. Pemanfaatan data AMPL dalam SIMPUS secara formal dilaksanakan 2 kali dalam
setahun sebagai dasar penyusunan program dan anggaran. Hal yang menarik, beberapa
kampiun Pokja AMPL Kabupaten Bangka ternyata aktif juga sebagai anggota panitia
penentuan anggaran daerah sehingga hasil analisis data dari SIMPUS AMPL lebih terjamin
pemanfaatanya dalam penentuan program daerah.

118 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tentang
Para
Pemrakarsa
Lahirnya SIMPUS tidak dihasilkan
oleh orang per orang. Namun
dari kerjasama tim dan kesadaran
para pihak yang terkait dengan
kebutuhan data air minum dan
sanitasi di Kabupaten Bangka.
Para pemrakarsa mulai dari
pejabat nomor satu di Kabupaten
Bangka hingga ke staf teknis di
Bupati Kabupaten Bangka Periode 2008 - 2012,Yusroni Yazid Z Dinas/SKPD terkait.

Bupati Yusroni Yazid memerintah Kabupaten Bangka pada periode tahun 2008 – 2012.
Visi yang diemban adalah “Ideal dalam Pelayanan, Amanah dalam Pemerintahan dan Anti
terhadap Kemiskinan”. Selama memimpin, Bupati memiliki banyak terobosan. Salah satu
terobosannya adalah dengan menerapkan grand strategy yang dilengkapi oleh sasaran
kinerja dan indikator yang terukur. Konsekuensinya, seluruh program dilaksanakan dalam
koridor pencapaian sasaran kinerja dan target-target kuantitatif yang menyertainya. Hal
ini dianggap penting untuk melakukan monitoring hasil pembangunan pada setiap
tahapan secara berkesinambungan. Indikator-indikator kinerja tersebut tentu saja
mensyaratkan data yang memiliki validitas tinggi

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 119
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Masih menurut Bupati Bangka, data yang valid akan menghasilkan pembangunan
yang valid, sedangkan data yang salah akan menghasilkan pembangunan yang salah.
Oleh karena itu, pada periode pemerintahan 2008 - 2012, persoalan data menjadi
perhatian serius bagi Pemerintah Kabupaten Bangka. Dalam konteks inilah, Yusroni Yazid
menginstruksikan kepada seluruh perangkat daerah untuk mewujudkan e-governm ent
dengan meningkatkan kinerja, khususnya dalam pendataan dan informasi.

120 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Selain Bupati, Kepala Dinas Kesehatan saat itu, Dr. Hendra Kusumajaya M. Epid juga
menjadi tokoh pemrakarsa atau inisiator SIMPUS. SIMPUS AMPL pertama kali diinisiasi
atas permintaan Kepala Dinas Kesehatan kepada Bagian Kominfo Kabupaten Bangka
untuk menjadi basis bagi penentuan jaminan kesehatan masyarakat. Dengan adanya
dukungan dan komitmen yang besar, data rekam medis masyarakat Kabupaten Bangka
berhasil diwujudkan.

Tokoh lainnya adalah M. Kamil Abubakar,


SH, Kepala Bappeda. Kontribusi serta peran
Kepala Bappeda Kabupaten Bangka sangat
besar dalam mewujudkan SIMPUS AMPL
terutama dalam hal mengintegrasikan
sistem informasi yang tadinya hanya
mengakomodasi data kesehatan kemudian
menjadi terintegrasi dengan data air minum
dan sanitasi. Tidak hanya itu, peran Bappeda
dalam melaksanakan koordinasi lintas sektor
dinilai sangat berhasil. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat keaktifan Pokja AMPL Kabupaten
Bangka yang sangat tinggi.

M. Kam il Abubakar, SH, m antan Kepala Bappeda


Kabupaten Bangka yang berkontribusi besar dalam
m ew ujudkan SIMPUS AMPL

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 121
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di samping para pejabat di tingkatan Kepala Dinas, para pihak yang terlibat aktif
membidani SIMPUS adalah para pejabat di tingkatan teknis. Mereka di antaranya
adalah Sekretaris Bappeda, Panbudi Marwoto. Panbudi merupakan motor dan
penggerak kegiatan Pokja AMPL Kabupaten Bangka. Perannya sangat penting
dalam mengkoordinasikan rumusan kebijakan dan kegiatan Pokja AMPL Kabupaten
Bangka. Di samping Panbudi, drg. Mulyono Susanto MHSM yang saat itu menjabat
sebagai Kepala Bidang Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan
dan Kabupaten Bangka menelurkan Ide pembuatan sistem pendataan yang
terkomputerisasi dan berbasis w eb .

Sekretaris Bappeda Kabupaten Bangka, Panbudi Marw oto

122 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Saat itu Mulyono terinspirasi dari


keberhasilan pendataan kesehatan
di Australia. Melihat adanya sistem
pendataan terkomputerisasi di Puskesmas
setempat membuat Mulyono ingin
mewujudkan hal yang sama di daerah
tempat tinggalnya. Dengan adanya
komitmen dan dukungan penuh
dari Kepala Dinas Kesehatan saat itu,
dilakukanlah kerjasama dengan bagian
Telkominfo Setda Kabupaten Bangka.
Saat ini Mulyono telah menduduki
jabatan sebagai Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Bangka.

Nama-nama lain yang ikut berjasa dengan


kelahiran SIMPUS adalah Kepala Bagian
Pengolahan Data Elektronik Sekretariat
Daerah, Kabupaten Bangka Petrus
Sukrislisbagyo. Petrus merupakan otak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka,
drg. Mulyono Susanto MHSM
dari lahirnya perangkat lunak SIMPUS.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 123
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Perannya dalam kaderisasi dan pelatihan kepada pegawai teknis di setiap Puskesmas yang
bertugas untuk melakukan registrasi data. Di samping itu, peran aktif perangkat teknis
Dinas Kesehatan juga berperan aktif melatih sanitarian dan kader masyarakat. Tanpa
adanya keterlibatan aktif dari Susilawati, SKM selaku staf pelaksana seksi penyehatan
lingkungan serta Anggia Murni kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Jaminan Kesehatan,
semangat inisiasi SIMPUS yang ada di tingkat pemerintah daerah tidak akan dapat
dipindahkan dengan baik pada tingkat perangkat puskesmas dan kader masyarakat.
Mereka sangat berperan dalam melakukan pembinaan serta supervisi secara berkala
kepada sanitarian dan kader masyarakat yang melakukan registrasi data. Tidak hanya
itu, mereka juga berperan dalam melakukan rumusan konsep, analisis serta diseminasi
pemanfaatan hasil pendataan SIMPUS.

124 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sesuatu bisa dimulai dari mimpi! Itulah


Mimpi dan barangkali gambaran yang pas untuk kelahiran
Rencana ke Depan SIMPUS. SIMPUS pada awalnya hanya mimpi
untuk kebutuhan pendataan data Jaminana
Kesehatan Daerah (Jamkesda). Siapa sangka
akhirnya merambah hingga ke integrasi
data dengan sektor lain termasuk sektor air
minum dan penyehatan lingkungan. Petrus
Sukrislisbagyo, mengungkapkan, mimpi
terbesar Pokja AMPL Kabupaten Bangka adalah
mengintegrasikan sistem pendataan ini dengan
sektor lain yang lebih luas.

Rencana pengembangan selanjutnya atau mimpi


yang akan diwujudkan adalah menjadikan sistem
pendataan ini sebagai data interoperabilitas.
Tahap awal aktualisasi mimpi itu akan dilakukan
dengan “mengawinkan” SIMPUS dengan data
kependudukan serta catatan sipil. Selain itu,
akan dikembangkan juga sistem informasi spasial
atau yang biasa dikenal dengan GIS (Geographic
Inform ation System ). Melalui GIS, basis data
statistik yang selama ini sudah terkomputerisasi
dengan baik dapat disilangkan dengan fitur
spasial dan pola ruang.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 125
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Benar kata orang bijak, “Jangan Pernah


Menyepelekan Mimpi”. Berkat kerja keras,
komitmen, inovasi dan semangat melayani, ”Jangan Pernah
Pemerintah Kabupaten Bangka sudah
mewujudkan sebuah mimpi, yang agaknya, agak
Menyepelekan
sulit hadir di tempat lain! Mimpi”

126 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 6
Layanan Zona Air Minum Prima
Kota Malang

Pelayanan air siap minum atau air minum prima belum banyak
dirasakan pelanggan PDAM di Indonesia. Di Kota Malang, Jawa
Timur, PDAM setempat telah mampu memberikan pelayanan air
siap minum kepada 87 persen pelanggannya. Kuncinya, kolaborasi
antarinstansi dan dukungan pemangku kepentingan dengan
menomorsatukan pelayanan.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 127
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sum ber Mata Air Wendit

Kota Malang, Jawa Timur, dianugerahi Tuhan sumber air berlimpah dengan kualitas
prima. Anugerah air yang berlimpah itu mampu dikelola dengan baik oleh PDAM sebagai
penyedia layanan dengan dukungan Dinas/SKPD terkait lainnya. Hasilnya, mayoritas
warga pelanggan PDAM sudah menikmati air siap minum.

128 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Mengapa Zona Air Minum Prima?


Keberlimpahan sumber air di Kota Malang dapat dibayangkan dari besarnya sumber
air baku yang dimiliki, yakni memiliki kapasitas 1.235 liter/detik. Dari sumber air yang
tersedia, pada tahun 2011 produksi air bersih PDAM Kota Malang mencapai 42.074.109
m3 untuk melayani 113.697 pelanggan. Di samping jumlahnya yang berlimpah, kualitas
airnya terjaga. Kualitas air PDAM Kota Malang telah memenuhi standar kualitas air minum
atau sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.416/Menkes/
Per/IX/1990.

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 129
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pengam bilan Sam pel air


dan langsung diikuti dengan
pem eriksaan kualitas air di
Laboratorium

130 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Laboratorium PDAM Kota Malang

PDAM Kota Malang telah melakukan pemeriksaan laboratorium pada air hasil olahannya.
Pemeriksaan meliputi tiga parameter utama yaitu parameter fisik, kimia dan biologi. Hasil
uji parameter untuk fisika berupa bau, kadar TDS 120, dengan tingkat kekeruhan satu
dan tidak berasa. Hal ini menunjukkan bahwa dari parameter ini sudah masuk dalam
standar baku mutu. Pemeriksaan parameter kimia menunjukkan bahwa tidak ada bahan
kimia berbahaya misalnya air raksa, alumunium, fluoride dan berbagai kimia berbahaya
lainnya. Untuk pemeriksaan mikrobiologi berupa koliform tinja dan total koliform tidak
ditemukan di dalam air PDAM Kota Malang.

Kualitas air yang demikian bagus ini menginspirasi munculnya Program ZAMP. ZAMP atau
Zona Air Minum Prima, merupakan sebuah kawasan pelayanan dari PDAM yang kualitas
airnya setara dengan kualitas air minum. Artinya pelanggan dapat langsung minum air
PDAM tanpa perlu dimasak terlebih dahulu

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 131
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Suasana peluncuran kran air siap m inum

Program ini dinisiasi sejak tahun 2004. Ketika itu terdapat program CATNIP (Certification
and Training for Netw ork Im provem ent Project) hasil kerjasama Persatuan Perusahaan Air
Minum Indonesia (PERPAMSI) dengan USAID. Program berlangsung sekitar bulan Juni
2003 – September 2004. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air minum
melalui program sertifikasi dan pelatihan untuk perbaikan jaringan perpipaan PDAM.

PDAM yang mendapatkan bantuan Program CATNIP untuk pembentukan ZAMP ada
tiga yaitu, PDAM Kota Malang, Medan dan Bogor. Ketiga PDAM menjadi wilayah proyek
percontohan ZAMP di Indonesia. Pembentukan ZAMP dimaksudkan untuk mewujudkan
pelayanan air yang bisa langsung diminum di kawasan yang sudah ditentukan.
Keikutsertaan ketiga daerah tersebut diharapkan dapat dijadikan contoh pengembangan
pelayanan air minum yang diharapkan akan mengarah pada tercapainya target MDGs.

132 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sistim Zona Induk Pelaynan Reservoir Mojolangu


Sum ber : Dokum en ZAMP Direktur Teknik PDAM Kota Malang

Untuk mengimplementasikan ZAMP, PDAM Kota Malang melakukan serangkaian


tahapan. Tahapan tersebut dimulai dari pemilihan lokasi ZAMP. Sejumlah kriteria untuk
memilih lokasi ZAMP di antaranya adalah adanya dukungan masyarakat serta konsumsi
air rata-rata di atas 20 m3/bulan/rumah. Di samping beberapa standar teknis harus
dipenuhi, seperti material pipa harus sesuai dengan spesifikasi untuk air minum. Selain

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 133
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

adanya ketersediaan suplai air distribusi alternatif serta kebocoran air (fisik) harus bisa
ditekan.

Tahapan selanjutnya adalah membentuk sistem Zona Induk Pelayanan dan membentuk
Isolasi Sistem Jaringan Distribusi. Di samping mengupayakan suplai air dan penyediaan
reservoir yang cukup untuk memenuhi kebutuhan total pelanggan dengan aliran
24 jam. Tahap berikutnya yang juga dilakukan adalah menyiapkan fasilitas guna
kemudahan operasi dan pengendalian
Penyiapan fasilitas ini meliputi BO = 8 lokasi ( 1 BO/2000 SR), Hydrant = 20 Lokasi
(1 Hydrant/750 SR), BR = 75 Lokasi (1 BR/200 SR), Residual Chlorine Monitoring plus
kran air minum langsung untuk umum = 6 lokasi (1 RMC/2.500 SR), Titik Pengambilan
Sampel = 19 Lokasi (KEPMENKES RI TH 2002) dan Titik Pengukuran Tekanan = 150 Lokasi
(1 tekanan/100 SR). Fasilitas lainnya meliputi disinfeksi dengan instalasi Chlorinator di
unit Produksi, Reservoir dan Distribusi serta sertifikasi laboratorium.

Dimulai dari Pondok Blimbing Indah


Uji coba ZAMP pertama kali dilakukan di kompleks Perumahan Pondok Blimbing Indah
(PBI), Kota Malang. Perumahan PIB merupakan sub zona dari zona induk Reservoir
Mojolangu, dengan jumlah pelanggan kurang lebih sebanyak 2.000 pelanggan. Menurut
Kepala Bappeda Kota Malang, Bachtiar Ismail, pemilihan PBI sebagai lokasi pertama ZAMP
karena perumahan tersebut adalah areal perumahan baru. Pada lokasi tersebut, jaringan
perpipaannya masih baru dan dalam kondisi yang bagus.

134 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Setelah berhasil diterapkan di PIB, pada tahun-tahun berikutnya ZAMP dikembangkan ke


perumahan/perkampungan lainnya. Pada saat itu, cakupan layanannya sudah mencapai
35% dari 92.000 pelanggan. Cakupan layanan ZAMP pada perkembangannya terus
meluas dan pada tahun 2010, cakupan ZAMP telah mencapai daerah pelayanan Reservoir
Mojolangu di daerah Dinoyo. Catatan jumlah pelanggan ZAMP ketika itu mencapai 60%
dari total 103.000 pelanggan. Di tahun 2011, perkembangan pelanggan sedikit ditekan
demi perbaikan kualitas layanan.

Pengecekan dan pem bersihan kran air siap m inum satu m inggu sekali

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 135
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

“Target kam i pasti akan 100 persen, nam un itu akan


dicapai secara bertahap. Untuk tahun 2013, target
capaian kam i sekitar 97 persen”

Direktur Utama PDAM


Kota Malang, HM Jemianto,
mengatakan, pihaknya
lebih memfokuskan
pada peningkatan dan
perbaikan kualitas. Hal ini
membuat pihaknya tidak
memperluas pelanggan
secara agresif. Meskipun
demikian, hingga tahun ini
(2012) jumlah pelanggan
ZAMP sudah hampir 87
persen. “Target kami pasti
akan 100 persen, namun
itu akan dicapai secara
bertahap. Untuk tahun
2013, target capaian kami
sekitar 97 persen,”katanya.

Kaw asan ZAMP Juli 2012


Sum ber : Dokum en ZAMP Direktur Teknik PDAM Kota Malang

136 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Hadirnya ZAMP disambut antusias


oleh masyarakat Kota Malang.
Meski pada awalnya banyak yang
belum tahu, namun saat diberitahu
mengenai ZAMP dan manfaatnya
warga merasa senang. Di lokasi–
lokasi penempatan chiller, warga
tanpa ragu-ragu mengisi botol-
botol bekas air mineral dengan
air ZAMP. Jumlah chiller yang
disediakan oleh PDAM Kota
Malang berjumlah 8 buah dan
tersebar di beberapa lokasi.

Direktur Utam a PDAM Kota Malang, HM Jem ianto

Dari Perumahan ke Sekolah


Antusiasme warga Kota Malang akan hadirnya ZAMP disambut baik PDAM. Setelah
melayani perumahan dan perkampungan, PDAM menambah wilayah layanan ke
sejumlah sekolah. Salah satu sekolah yang sudah dilayani ZAMP adalah Sekolah Dasar
Negeri (SDN) Tunjung Sekar 1. Salah seorang pengajar di SD tersebut, Yani, mengatakan
sarana atau fasilitas ZAMP di sekolahnya sudah terpasang sejak tahun 2007. Pada waktu
itu, katanya, setelah memenangkan Lomba Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat Kota
Malang, pihaknya ditunjuk PDAM Kota Malang menjadi lokasi ZAMP di sekolah. Peralatan
yang dipasang berupa w ater tap dan chiller .

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 137
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Adanya sarana ZAMP


di sekolah tentu saja
disambut baik para
murid dan guru serta
karyawan lainnya. Mereka
mengaku hampir setiap
hari mengkonsumsi
air dari fasilitas ZAMP
tersebut. Setiap setelah
beraktivitas, mereka tanpa
ragu minum air ZAMP.
Mereka juga mengakui
bahwa dengan adanya
fasilitas ZAMP, persoalan
kebersihan dan kesehatan
utamanya untuk air bisa
lebih terjamin.
Murid dan Guru SDN Tunjung Sekar II m enggunakan Fasilitas ZAMP

Daya Dukung Pemangku Kepentingan


Keberhasilan ZAMP di Kota Malang tidak berdiri sendiri. Di samping faktor sumber daya,
adanya dukungan penuh dari instansi lain juga menjadi kunci dari keberhasilan program
ini. Dukungan datang dari Dinas/SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Malang, seperti
Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas Kesehatan Kota Malang.

138 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Menurut Bachtiar, Bappeda memberikan dukungan penuh program ini dari aspek
regulasi. Dikatakan, kontribusi Bappeda diwujudkan dalam bentuk Peraturan Daerah
(Perda) No 8 Tahun 2011 tentang Penyertaan Modal. Melalui Perda tersebut, PDAM Kota
Malang sebagai BUMD dapat mengajukan modal pengembangan kepada Pemerintah
Kota melalui dana APBD. Keuntungan yang didapat sebagian diserahkan kepada
pemerintah daerah, sebagian lagi diambil oleh PDAM Kota Malang untuk dipakai dalam
rangka pengembangan PDAM sendiri.

Kontruksi ZAMP :

• Disinfeksi di unit Sertifikasi


Komitmen Produksi, Reservoir, ZAMP :
SOP/IK Pemilihan Sosialisasi
pelayanan dan Distribusi
• ISO 9001:2008
ZAMP lokasi • Isolasi jaringan ZAMP
ZAMP ZAMP • FORKAMI
• Perbaikan sistem standard C
distribusi ZAMP (K3)

Proses Pem bangunan ZAMP Kota Malang


Sum ber : Dokum en ZAMP Direktur Teknik PDAM Kota Malang

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 139
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dukungan lain terhadap program ZAMP juga diberikan secara nyata oleh Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Malang. Kasi Penyehatan Lingkungan Dinkes Kota Malang
Drs. Karbi, MM mengatakan bahwa PDAM Kota Malang meminta Dinkes
untuk mengadakan pengawasan kualitas eksternal. Langkah
yang kemudian dilakukan Dinkes adalah mengambil
sampel ZAMP atau air minum secara keseluruhan baik
yang teraliri dengan ZAMP maupun bukan ZAMP.

“Setiap tahun rata-rata 990


sampel. Sebanyak 900 sampel
diperiksa secara mikrobiologi,
sementara yang 90 sampel
diperiksa secara kimia.
Pengambilan sampel
dilakukan di titik–
titik pelanggan yang
menyebar ke seluruh
Kota Malang,” jelas Karbi.

Kasi Penyehatan Lingkungan


Dinkes Kota Malang
Drs. Karbi, MM

140 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Antara Tantangan, Hambatan dan Target Pelayanan


PDAM Kota Malang berkomitmen memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
Kota Malang, meskipun tidak sedikit hambatan menghadang. Di antara hambatan yang
terjadi adalah kebocoran pipa. Menurut Jemianto, kebocoran pipa ini mengakibatkan
tercampurnya air dengan bahan-bahan lainnya. Meskipun secara kuantitas sudah
tercapai, namun dari sisi kualitas masih perlu ditingkatkan. Menurutnya, selama ini masih
dijumpai kebocoran yang kemudian menyebabkan terjadinya kontaminasi air.

Agar masalah pipa tidak menghambat pelayanan, jalan keluar yang dilakukan adalah
penggantian jenis pipa. PDAM Kota Malang sampai saat ini masih menggunakan pipa
PVC (Polyvinyl chloride) sekitar 20 persen. Untuk peningkatan kualitas layanan, secara
bertahap pipa-pipa PVC tersebut akan digantikan dengan pipa yang kualitasnya lebih
baik lagi, yaitu pipa polietilena (PE).

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 141
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Penggantian pipa disamping


karena faktor seringnya terjadi
kebocoran juga terkait dengan
pernyataan World Health
Organization (WHO) yang
menyatakan bahwa ketika
mencapai suhu tertentu saat
terkena panas, bahan kimia
yang ada di pipa PVC akan
mengurai. Dari zat penguraian
itu akan tercampur ke dalam
air dan jika dikonsumsi
dalam waktu yang lama akan
menyebabkan kanker.

Besarnya dana yang dibutuhkan


menyebabkan penggantian
pipa tidak bisa dilakukan
secara cepat. Oleh karena itu,
penggantian pipa hanya bisa
dilakukan secara bertahap.
Namun PDAM Kota Malang
menargetkan 20 persen
pipa PDAM yang masih
Pipa penyalur air
menggunakan pipa PVC sudah
bisa diganti dengan pipa PE.

142 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Meskipun masih dibayangi sejumlah tantangan dan hambatan, PDAM Kota Malang telah
mematok target 100% layanan ZAMP untuk seluruh Kota Malang. Beberapa persiapan
sarana dan prasarana dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut. Salah satu langkah yang
dipersiapkan adalah rencana untuk mengeksploitasi mata air Sumberpitu di Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang. Nota kesepahaman antara Walikota Malang dan Bupati
Malang telah ditandatangani pada bulan November 2011. Pemerintah Pusat juga telah
menyetujui jika pengelolaan sumber air tersebut dilakukan oleh dua PDAM yaitu PDAM
Kota Malang dan PDAM Kabupaten Malang.

Kran Air Siap m inum di Kelurahan Tunjungsekar

Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi 143
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Apa yang dilakukan PDAM Kota Malang beserta jajaran


Pemerintah Kota Malang layak direplikasi PDAM dan
Pemerintah Daerah lainnya. Betapa pelayanan prima
kepada masyarakat atau pelanggan harus menempati
peringkat pertama, apapun tantangan dan hambatannya!

144 Bagian 2 Upaya pemerintah daerah dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Bagian 3
Peran komunitas
dalam pembangunan
air minum dan sanitasi

145
146
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 7
Dana dari Warga, Air untuk Semua
Kemiskinan tidak menghalangi semangat memperbaiki keadaan.
Berbekal gotong royong dan pengumpulan dana melalui iuran warga,
Desa Wambuloli dan Bonemarambe Kecamatan Mawasangka Timur
Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, terbebas dari kekurangan air
bersih. Warga berupaya, semua sejahtera.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 147
Inovasi
Inovasi Pembangunan
Pembangunan Air
Air Minum
Minum dan
dan Sanitasi
Sanitasi di
di Indonesia
Indonesia

Dulu, air bersih adalah barang langka dan mahal bagi warga Desa Wambuloli dan Desa
Bonemarambe Kecamatan Mawasangka Timur, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.
Warga tidak memiliki sarana air bersih. Untuk sekedar mendapatkan air bersih, warga
harus menyeberang teluk menggunakan perahu. Untuk kebutuhan mandi dan mencuci,
mereka melakukannya di kolam pemandian. Praktis, air bersih dan sehat benar-benar
sulit didapatkan.

148 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keadaan berubah mulai tahun


2003, ketika LSM Sintesa cabang
Buton peduli pada kedua desa
tersebut dan menawarkan program
air bersih dengan mekanisme
pinjaman dana investasi atau
Com m unity Self Financing (CSF).
Tawaran itu langsung disambut
warga dengan antusias, meskipun
mereka harus mengeluarkan biaya
untuk mendukung pembangunan
sarana air bersih. Kerja keras mereka
tak sia-sia, kini seluruh warga di dua
desa tersebut sudah bisa menikmati
air bersih.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 149
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tak hanya bisa menikmati


air bersih berkecukupan,
Badan Pengelola Sarana Air
Bersih dan Sanitasi (BPSABS)
Wambuloli-Bonemarambe
bahkan dihadiahi
penghargaan AMPL Award
pada Konferensi Sanitasi dan
Air Minum Nasional (KSAN)
2011 untuk kategori inisiatif
com m unity self-financing .
Kategori khusus ini diberikan
sebagai penghargaan atas
keberhasilan masyarakat
membangun dan mengelola
sarana air minum dengan
mekanisme swadana. Sarana
dibangun oleh masyarakat
atas dukungan LSM Sintesa
Buton dengan pendanaan
dari Komite Jerman. Sebagian
besar biaya konstruksi sarana
kemudian dikembalikan oleh
masyarakat dengan cara
mencicil melalui pembayaran
iuran rutin setiap bulan

150 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Mandi di Kolam
Sungguh tak mudah mencapai Desa Wambuloli dan Desa Bonemarambe. Lokasi kedua
desa tersebut berjarak sekitar 73 km dari Kota Baubau yang dapat ditempuh selama 2,5-
3 jam menggunakan sepeda motor. Waktu tempuh semakin lama jika menggunakan
kendaraan roda empat. Penyebabnya kondisi jalan yang rusak bahkan sebagian ruas
jalan di wilayah Mawasangka sudah tidak beraspal.

Untuk menyeberang dari Kota Baubau di Pulau Buton ke wilayah Pulau Muna tersedia
pilihan ferry atau perahu penumpang kayu dengan waktu penyeberangan 30 menit
hingga 1 jam. Alternatif lain adalah menggunakan perahu penumpang cepat (speed boat)
dari Kota Baubau langsung ke Ibukota Kecamatan Mawasangka Timur dan sebaliknya,
dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Namun moda ini hanya tersedia 1 hari sekali
setiap pagi pukul 6.30 dan biasanya penuh penumpang.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 151
Inovasi
Inovasi Pembangunan
Pembangunan Air
Air Minum
Minum dan
dan Sanitasi
Sanitasi di
di Indonesia
Indonesia

Wambuloli-Bonemarambe berada di pesisir pantai di Teluk Wambuloli yang berhadapan


langsung dengan Laut Flores. Dahulu Desa Wambuloli berada jauh di daratan di tengah
hutan dengan wilayah yang luas mencakup area Kecamatan Mawasangka Timur saat ini.
Sekitar tahun 1968 pemerintah memindahkan lokasi desa ke pesisir untuk memudahkan
akses. Desa Wambuloli pun dimekarkan menjadi 6 desa, Desa Bonemarambe adalah salah
satu desa pemekaran yang lokasinya bersebelahan dengan desa induk Wambuloli.

Tipologi tanah yang berbatu dan tebing patahan di belakangan pemukiman tidak banyak
menyediakan lahan untuk bertani. Kebun-kebun masyarakat umumnya masih berada di
sekitar wilayah desa asal yang cukup jauh dan relatif sulit aksesnya. Sebagian penduduk
beralih profesi menjadi nelayan dan beberapa tahun belakangan ini banyak yang bertani
rumput laut, namun banyak pula yang merantau karena penghidupan dari laut tidak bisa
selalu dilakukan sepanjang tahun.

152 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sebelum tersedia sarana air perpipaan, masyarakat menggunakan kolam pemandian


yang berasal dari mata air untuk mandi dan mencuci. Terdapat tiga kolam pemandian
seperti ini. Untuk air minum, sebagian masyarakat membeli dari desa lain yang berada di
daratan seberang yang terpisah oleh Teluk Wambuloli. Sulit untuk membuat sumur gali
di wilayah ini karena tanahnya dipenuhi batu-batu yang sangat keras.

Perubahan terjadi pada tahun 2003 saat LSM Sintesa cabang Buton menawarkan program
air bersih dengan mekanisme pinjaman dana investasi atau Com m unity Self Financing
(CSF).

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 153
Inovasi
Inovasi Pembangunan
Pembangunan Air
Air Minum
Minum dan
dan Sanitasi
Sanitasi di
di Indonesia
Indonesia

Setelah terjadi kesepakatan, proses dimulai dengan pencarian sumber air,


perencanaan teknis dan pelatihan bagi masyarakat. Proses pembangunan
sarana dimulai tahun 2004 dikerjakan oleh seluruh masyarakat dua desa
selama 9 bulan. Total biaya investasi sebesar Rp. 643.506.005. Masyarakat
berkontribusi dalam bentuk dana swadaya sebesar Rp. 25 juta dan
Rp. 95.840.000 dalam bentuk natura (benefit in-kind)

154 Bagian 1
3 Upaya
Peran komunitas
pemerintahdalam pembangunan
daerah air minumairdan
dalam pembangunan sanitasi
minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tantangan Kondisi Alam


Sarana air bersih Wambuloli-Bonemarambe merupakan sarana air bersih perpipaan
gravitasi dengan pemompaan yang melayani dua desa yaitu Desa Wambuloli dan Desa
Bonemarambe. Sumber air berasal dari mata air di wilayah Wambuloli yang berada di
dalam gua berbatu sedalam 55 meter. Air dipompa dengan tenaga mesin diesel ke bak
penampung yang kemudian disalurkan secara gravitasi ke rumah-rumah warga di dua
desa tersebut dengan sistem sambungan rumah tanpa ada keran umum.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 155
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kondisi alam di kedua wilayah desa memang sangat berat. Untuk sampai ke sumber
air, pemasangan pompa dan pipa transmisi masuk ke dalam gua yang di beberapa
bagian sangat curam dan sempit. Ini adalah proses terberat, terlebih semua itu hanya
diterangi oleh cahaya senter. Pada awal terbangun, sarana menggunakan pompa celup
(subm ersible) dengan kapasitas 7,5 KW, yang digerakkan oleh listrik melalui kabel dengan
ukuran 4x35 mm sepanjang 250 meter dari generator yang menggunakan mesin diesel
merek Perkins. Rumah genset dengan ukuran 4x6 meter dan bak penampung dengan
ukuran 6x6x3 meter atau berkapasitas 108 meter kubik melengkapi sarana ini.

Jaringan distribusi menggunakan pipa besi GIP (galvanished iron) kualitas medium B
dengan total panjang 5.682 meter. Sebagian besar pipa tidak ditanam di dalam tanah
karena permukaan tanah yang berbatu sangat sulit untuk digali, namun di lokasi
persimpangan dengan jalan dan perlintasan sungai diberi pengamanan yang cukup
memadai. Masyarakat pun sudah terlatih untuk bisa memperbaiki jaringan pipa jika
terjadi kerusakan.

156 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat


Kelembagaan pengelola sarana dibentuk berdasarkan kesepakatan melalui pertemuan
yang melibatkan masyarakat kedua desa. Peran dan fungsi lembaga tersebut adalah
memastikan layanan dapat berjalan dengan baik. Di samping itu, peran lainnya berupa
mengumpulkan dan mengelola keuangan dari iuran air masyarakat, membimbing
dan mengawasi pemakaian air sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama,
dan mengembangkan kegiatan usaha yang memanfaatkan layanan untuk menunjang
kegiatan operasional sarana dan kesejahteraan pengurus.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 157
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Struktur lembaga terdiri dari Ketua, Sekretaris/Bendahara, Teknisi/Operator, Kolektor


iuran, dan Tenaga Sanitasi. Seluruh aturan kelembagaan dan operasional diatur dalam
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), begitu pula anggota pengurus yang
dipilih langsung melalui mekanisme musyawarah masyarakat dua desa tersebut. Untuk
memperkuat legalitas, pengurus Sarana Air Bersih (SAB) terpilih pada setiap periode
ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa setempat.

Keterlibatan
Peran dan fungsi lembaga adalah masyarakat sangat
memastikan layanan dapat berjalan dengan tinggi, sejak tahap
perencanaan dan
baik. Disamping itu, peran lainnya berupa pembangunan
mengumpulkan dan mengelola keuangan hingga kini pada
dari iuran air masyarakat, membimbing dan tahap operasi dan
pemeliharaan.
mengawasi Pemilihan
pemakaian air sesuai dengan aturan yang teknologi dan
telah disepakati bersama. perencanaan teknis
dimusyawarahkan
bersama-sama,
termasuk layanan yang hanya menyediakan sambungan rumah. Kesepakatan untuk
tidak menyediakan keran umum dalam rangka mengantisipasi kendala pengelolaan di
masa datang.

158 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keterlibatan masyarakat Pertimbangan utama dalam pemilihan


teknologi dan layanan adalah kualitas,
sangat tinggi, sejak daya tahan dan keterjangkauan dari
tahap perencanaan dan segi harga. Dengan desain seperti ini
pembangunan hingga kini diharapkan layanan akan bertahan
setidaknya hingga 20 tahun. Satu-
pada tahap operasi dan satunya kerusakan parah adalah saat
pemeliharaan. terjadi petir yang menyebabkan panel
pada rumah genset terbakar. Kerusakan
ini menyebabkan pompa tidak dapat
digunakan lebih dari 1 bulan. Kondisi
ini cukup membuat warga kesulitan
sehingga berinisiatif untuk menyediakan
suku cadang jika suatu saat terjadi
kerusakan serupa. Tidak hanya itu, warga
pun sudah mengumpulkan dana dan
membeli pompa cadangan yang lebih
besar untuk antisipasi.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 159
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Penentuan tarif dan iuran juga


memperhitungkan biaya operasional
pengelolaan sarana dan kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan kesepakatan,
pengelolaan hasil iuran digunakan 70% untuk
pengembalian investasi, 20% untuk insentif
pengelola BPSABS, 5% untuk dana cadangan,
dan 5% sisanya disetor ke desa sebagai
kontribusi dana kegiatan pembangunan desa.
Dengan tingkat pembayaran iuran diatas 95%,
setiap bulan rata-rata BPSABS memperoleh
pendapatan 5 juta rupiah.

Sejak September 2011 terjadi penambahan 47


Sambungan Rumah (SR) baru, sehingga saat
ini jumlah pelanggan air di dua desa tersebut
sebanyak 324 pelanggan dari total 343 rumah
yang ada. Terdapat 19 rumah yang tidak
memiliki SR karena penghuninya merantau
atau rumah tersebut hanya ditempati
orang tua jompo yang dapat mengakses
air dari rumah keluarga disebelahnya. Tidak
berlebihan jika dikatakan cakupan dan akses
air sudah mencapai 100%. Selain itu, air juga
disalurkan ke mesjid, sekolah dan Puskesmas
Pembantu (Pustu) tanpa dipungut iuran.

160 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Berdasarkan hasil kesepakatan warga, BP-SABS akan mengganti mesin diesel penggerak
pompa dengan tenaga listrik untuk meringankan biaya rutin dan perawatan mesin diesel.
Dana yang dibutuhkan untuk memasang instalasi listrik dengan daya lebih dari 10 ribu
watt adalah Rp 32,5 juta. Warga sepakat untuk swadaya iuran sebesar Rp 105.000 per
sambungan rumah. BPSABS memberikan subsidi Rp 31.500 per pelanggan dari cadangan
iuran meteran sehingga setiap pelanggan hanya perlu menyumbang Rp 73.500. Dalam
tiga bulan seluruh dana terkumpul dan biaya pemasangan instalasi listrik sudah lunas
dibayarkan, tinggal menunggu jadwal penambahan daya dari PLN. Rencana ke depan
setelah listrik untuk pompa terpasang, masyarakat kembali sepakat untuk swadaya
membeli pompa air cadangan. Pengalaman pompa yang pernah terbakar sehingga
selama beberapa hari tidak ada air rupanya dirasakan sebagai pengalaman yang tidak
menyenangkan oleh warga.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 161
Inovasi
Inovasi Pembangunan
Pembangunan Air
Air Minum
Minum dan
dan Sanitasi
Sanitasi di
di Indonesia
Indonesia

Walaupun belum mendapat dukungan dari pemerintah daerah, keberhasilan


pembangunan sarana air bersih di Wambuloli-Bonemarambe memicu pembangunan
sarana air bersih di desa-desa lain. Pengelolaan sarana oleh masyarakat terbukti dapat
berjalan dan berkelanjutan. Laporan pertanggungjawaban pengelola SAB kepada
masyarakat selalu dijalankan dua kali dalam setahun. Selain itu, terlaksana musyawarah
warga yang diadakan setidaknya tiga kali dalam setahun untuk memastikan keberlanjutan
sarana. Tidak hanya itu, mekanisme pengelolaan yang melibatkan seluruh masyarakat
melalui musyawarah seperti ini juga kemudian diterapkan pada pelaksanaan program-
program lain.

162 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Desa ODF Pertama


Keberhasilan pembangunan dan pengelolaan sarana air bersih di kedua desa
berdampak baik terhadap tingkat kesehatan masyarakat kedua desa. Kesadaran akan
pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) semakin meningkat. Saat ini akses
dan kepemilikan jamban di Desa Wambuloli sudah mencapai 100%, sedangkan di Desa
Bonemarambe kepemilikan jamban masih sekitar 50%. Di kedua desa kebiasaan buang
air besar di sembarang tempat sudah tidak ada lagi. Pencapaian ini jauh berbeda dengan
kondisi sebelum tersedia sarana air. Saat itu, sebagian besar masyarakat masih buang air
besar sembarangan, di kebun atau di pantai. Jangankan WC, kamar mandi di rumah pun
belum banyak yang memiliki.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 163
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keberhasilan ini tidak lepas dari program PHBS yang merupakan bagian dari
pembangunan sarana air bersih yang didukung oleh LSM Sintesa. Masyarakat selain
diberi tanggung jawab memelihara sarana air juga difasilitasi untuk membangun jamban
keluarga. Bahkan tersedia juga subsidi bagi yang tergolong kesejahteraan rendah melalui
kredit jamban bergulir yang dapat dicicil bersamaan dengan iuran air setiap bulannya.

164 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keberhasilan Wambuloli mencapai


100% akses jamban pribadi
menginisiasi pencanangan Desa
Sadar Jamban sebagai penghargaan
Keterlibatan masyarakat atas pencapaian tersebut sekaligus
sangat tinggi, sejak mendorong desa-desa lain untuk
tahap perencanaan dan melakukan hal serupa. Pencanangan
pembangunan hingga kini tersebut dilaksanakan oleh Bupati
Kabupaten Buton tanggal 21 Oktober
pada tahap operasi dan 2012. Desa Sadar Jamban Wambuloli
pemeliharaan. merupakan desa pertama di Sulawesi
Tenggara yang mencapai status ODF
(Open Defecation Free), walau belum
ada program STBM di provinsi tersebut.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 165
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Saat ini di Bonemarambe terdapat


Program Pembangunan Infrastruktur
Pemukiman (PPIP) dari Direktorat
Jenderal Cipta Karya – Pekerjaan
Umum (DJCK-PU) yang sedang dalam
tahap perencanaan masyarakat. Untuk
mendukung rencana pengembangan
pemukiman yang akan dilakukan,
BPSAB sudah membuat rencana
perluasan jaringan perpipaan agar
dapat menjangkau wilayah baru
tersebut. Pendanaan untuk perluasan
jaringan perpipaan akan diusulkan
melalui mekanisme PNPM Perdesaan
Tahun Anggaran (TA) 2014.

166 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Salah seorang tokoh kunci


dari keberlangsungan sarana
air ini adalah Ketua BPSABS,
Hudin, yang juga merupakan
Sekretaris Desa Bonemarambe.
Selain kesibukannya sebagai
nelayan, saat ini Hudin menjadi
salah satu orang penting
di Kecamatan Mawasangka
Timur dan sekitarnya.
Terlihat dari sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk mengatasi
sarana air di desa lain yang
mengalami kerusakan.
Bahkan pembangunan sarana
baru di desa lain pun sudah
menggunakan jasanya, karena
keterampilan dan peralatan
yang dimiliki. Ringan tangan,
sigap dan ramah adalah
karakter kesehariannya. Rasa
bangga akan tanggung
jawab yang diberikan oleh
masyarakat untuk mengelola
sarana air bersih memberikan Hudin, ketua BPSABS Desa Wam buloli dan Bonem aram be
Kecam atan Maw asangka Tim ur Kabupaten Buton,
kebahagian tersendiri baginya. Sulaw esi Tenggara

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 167
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Rasa bangga akan tanggung jawab yang diberikan


oleh masyarakat untuk mengelola sarana air bersih
memberikan kebahagiaan tersendiri baginya
- Ketua BPSABS Hudin. E -

Peran penting juga diemban oleh LSM Sintesa yang konsisten mengedepankan
pendekatan pemberdayaan masyarakat. Salah seorang personil yang menangani
program sarana air bersih dan lingkungan adalah Manan. Komitmen dan kepedulian
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi semangat kesehariannya.
Walau harus menempuh ratusan kilometer mengelilingi Kabupaten Buton
mendampingi masyarakat dalam mewujudkan sarana air bersih yang dibutuhkan.

Kesadaran tinggi Warga Desa Wambuloli dan Bonemarambe memberikan inspirasi,


bahwa kesulitan seberapa pun beratnya, bisa diatasi dengan kerja keras dan gotong
royong.

168 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 8
Bangkit dari Keterpurukan dengan Inovasi
Pembangkit Listrik Mikrohidro
Warga Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang,
Jawa Timur, tak pernah membayangkan bisa menikmati sarana
air bersih dan sanitasi seperti sekarang. Apalagi bisa membantu
warga di desa-desa sekitarnya. Mereka mengelola sarana air minum
sendiridengan semangat kebersamaan, kerja keras, inovasi dan
kreatiitas. Hasilnya, mereka bisa mengelola sarana air minum secara
mandiri dan bahkan menghasilkan inovasi teknologi Pembangkit
Listrik Mikro Hidro. Untuk menjamin keberlanjutan, lembaga
pengelola sarana pun didirikan.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 169
Inovasi
Inovasi Pembangunan
Pembangunan Air
Air Minum
Minum dan
dan Sanitasi
Sanitasi di
di Indonesia
Indonesia

Sebelum tahun 2005, Desa Karangsuko adalah potret desa dengan kondisi kekurangan
air bersih dan sanitasi. Sarana air bersih ataupun MCK tak ada di desa seluas 399 hektar
itu. Warga buang air dan mandi di pekarangan atau sungai. Akibatnya, banyak warga
menderita diare dan penyakit kulit. Kini kondisi 4.914 jiwa di Karangsuko berubah drastis.
Swadaya dan semangat warga dibarengi inovasi teknologi membangkitkan mereka dari
keterpurukan.

170 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Air dan Sanitasi Buruk: dari Diare hingga


Perkelahian Antarwarga
Desa Karangsuko terdiri dari 2 (dua) Dusun yaitu Dusun Krajan dan Dusun Adiluwih.
Topografi Desa Karangsuko berupa dataran tinggi, sehingga warga kerap menghadapi
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air minum untuk keperluan sehari-hari. Warga
mampu di sana memiliki sarana air bersih dari sumur gali atau dongki. Tapi mayoritas
miskinnya mengambil air dari mata air yang cukup jauh dari tempat tinggalnya dan
bertumpu dari air irigasi. Intinya, warga kekurangan air bersih.

Kondisi ini berdampak buruk. Banyak warga menderita diare dan penyakit kulit karena
terbiasa mengonsumsi air yang tidak higienis. Sumber air yang ada telah terkontaminasi
karena warga Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di sungai dan pekarangan. Kebiasaan
ini dilakukan karena tidak adanya sarana Mandi, Cuci dan Kakus (MCK). Dampak lain yang
sering terjadi adalah terjadinya perkelahian antarwarga memperebutkan air saat musim
kemarau. Maka, lengkap sudah keterpurukan warga Karangsuko akibat ketiadaan sarana
air bersih dan sanitasi layak.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 171
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sesungguhnya, kondisi kurang air bersih itu menjadi sebuah ironi besar bagi warga
Karangsuko. Pasalnya, desa itu memiliki potensi sumber daya air. Desa Karangsuko
merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Pagelaran yang memiliki potensi mata air
terbesar. Setidaknya ada 4 (empat) mata air dengan debit besar di Karangsuko yaitu Mata
Air Sumber Taman, Sumber Maron, Sumber Jeruk, dan Sumber Pinang. Bahkan selain
keempatnya masih ada beberapa mata air lainnya dengan debit yang lebih kecil.

172 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Desa Karangsuko m erupakan satu-satunya desa di Kecam atan Pagelaran yang m em iliki potensi m ata air
terbesar

Kekayaan sumber air itu tidak termanfaatkan oleh warga karena berbagai persoalan.
Di antaranya mereka tidak tahu sumber air yang ada harus diapakan dan bagaimana
caranya agar bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga.

Titik terang perubahan mulai menyingkap sekitar tahun 2005. Ketika itu Desa Karangsuko
menjadi salah satu lokasi sasaran program Water Supply and Sanitation for Low Incom e
Com m unities (WSLIC)-II di Provinsi Jawa Timur. WSLIC adalah program pinjaman dari Bank
Dunia dalam menyediakan sarana air minum dan sanitasi bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR).

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 173
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Swadaya Dana dan Tenaga


Kehadiran program WSLIC II tidak disia-siakan warga. Mereka bersemangat dan sangat
aktif mengikuti program tersebut. Mereka ingin segera berubah dari kondisi yang buruk.
Oleh karena itu, berbagai upaya mereka lakukan agar ketersediaan sarana air bersih dan
sanitasi bagi mereka segera menjadi kenyataan.

Warga secara gotong royong dan berkesadaran penuh bersedia berkontribusi untuk
pendanaan pembangunan sarana air minum. Hasil swadaya warga dalam bentuk iuran
berupa uang mencapai Rp. 10 juta dan iuran non-uang sebanyak Rp.67,4 juta.

Hasil pem bangunan Program


WSLICII

174 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Peresm ian Pem bangkit Listrik Mikrohidro Sum berm aron

Agar semangat dan keswadayaan itu berlangsung efektif, atas dasar musyawarah warga,
sistem iuran untuk swadaya dikategorikan menjadi 3 kelompok berdasarkan strata
ekonomi. Tingkatan iuran itu terdiri dari Rp. 30 ribu, Rp. 35 ribu dan Rp. 50 ribu. Kontribusi
tersebut untuk mengimbangi bantuan dana hibah yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
sebesar Rp. 175 juta/desa dan dana dari Pemerintah Kabupaten sebesar Rp. 25 juta.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 175
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kerja pun dimulai. Didahului


proses pelaksanaan Methodology
for Participatory Assessm ent-
Participatory Hygiene and
Sanitation Transform ation
(MPA-PHAST) dan penyusunan
Rencana Kerja Masyarakat
(RKM), masyarakat Karangsuko
menyepakati untuk membangun
sarana air minum dengan
mempergunakan potensi
mata air Sumber Maron. Saat
itu, teknologi terpilih untuk
pendistribusian air adalah
dengan pompanisasi dan
gravitasi

Dekan FT UMM, Sudarm an m eletakkan batu pertam a


pem bangunan Pem bangkit Listrik Mikrohidro Sum ber Maron
Sum ber w w w .um m .ac.id

176 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kerja keras dan gotong royong itu bermuara pada bulan Maret 2006. Ketika itu, untuk
pertama kalinya sebanyak 150 Kepala Keluarga (KK) di Karangsuko bisa menikmati air
bersih dari dari mata air Sumber Maron melalui sarana yang mereka bangun sendiri
dengan fasilitasi WSLIC II. Mata air Sumber Maron memiliki kapasitas 70 liter/detik,
debit yang terpakai baru sebesar 12 liter/detik. Besarnya debit andalan Sumber Maron
menjadikan mata air ini kemudian difungsikan juga menjadi sarana rekreasi air bagi
masyarakat Kabupaten Malang.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 177
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sebagai bentuk
kepedulian serta
melanggengkan sikap
gotong royong serta
menjamin keberlanjutan
layanan, pada tahun
2006 itu pula warga
membentuk Badan
Pengelola Sarana Air
Bersih dan Sanitasi (BP-
SABS) Sumber Maron.
Pembentukan lembaga
tersebut berlangsung
sukses berkat dukungan
Kepala Desa dan tokoh
masyarakat. Paska
pembentukan, pengurus
BP-SABS langsung
menyusun program
kerja untuk peningkatan
akses masyarakat miskin
di Karangsuko terhadap
sarana air bersih yang
telah ada.
Mata air Sum berm aron m em iliki kapasitas 70 liter/ detik, sem entara debit
yang terpakai baru sebesar 12 liter/ detik

178 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Warga Karangsuko benar-benar memiliki komitmen tinggi melayani. Pengurus BP-SABS


yang tekah dilantik melahirkan program-program yang berpihak pada warga miskin di
sana. Program-program ”pro-miskin” itu antara lain memberikan bantuan jamban dan
biaya sambungan rumah (SR) gratis, pemasangan meter air di tempat umum seperti
masjid, sekolah, mushola dan pondok pesantren. Di samping itu, tersedia program-
program yang secara langsung tidak berkaitan dengan air bersih seperti bantuan
santunan anak yatim serta pengadaaan batu nisan dan tlesik gratis.

Pengurus BP-SABS pun tidak terlalu membebani warga pengguna dalam soal iuran.
Besarnya iuran dihasilkan lewat forum musyawarah antara pengurus BP-SPABS dan warga.
Hasil musyawarah menyepakati tarif yang diberlakukan adalah Rp. 9 ribu/KK/bulan bagi
warga Karangsuko dan Rp. 11 ribu/KK/bulan bagi warga luar Desa Karangsuko yang ingin
menyambung.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 179
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Adanya peluang bagi warga di luar Desa Karangsuko itu menarik minat desa-desa
tetangga. Tahun 2006-2008 dilakukan perluasan jaringan distribusi ke desa di luar
Karangsuko. Sampai pada akhirnya hingga saat ini, terdapat 6 (enam) dusun pemanfaat
yang tersebar di 4 (desa) yaitu Desa Karangsuko dan Desa Sukosari, Desa Gondanglegi
Kulon dan Desa Panggungrejo di Kecamatan Gondanglegi. Total pemanfaat saat ini
mencapai 4.660 jiwa (1.265 KK).

Kondisi ini memberi banyak manfaat bagi warga. Di samping hilangnya kebiasaan BABS,
warga tidak lagi terlibat perkelahian karena perebutan pemakaian air.

180 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Melayani dan Berinovasi


Waktu berjalan, kondisi kesehatan warga Karangsuko dan sekitarnya telah membaik
seiring dengan terpenuhinya kebutuhan air bersih dan sanitasi. Jumlah pelanggan yang
dilayani BP-SABS Sumber Maron pun terus bertambah. Seiring dengan itu, permasalahan
mulai timbul, utamanya terkait dengan teknologi yang dipilih untuk distribusi. BP-SABS
Sumber Maron menggunakan pompa untuk proses distribusi. Akibatnya, biaya listrik
yang setiap bulan harus dikeluarkan sangat besar. Menurut Ketua BP-SABS Sumber
Maron, Sayid Muhammad, setiap bulan pihaknya membayar tagihan listrik sedikitnya Rp.
9 - Rp10 juta. Mahalnya biaya listrik itu disebabkan karena tarif dasar listrik (TDL) yang
dikenakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah tarif untuk unit usaha.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 181
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Menghadapi masalah itu, kata


Sayid Muhammad, pihaknya mulai
memikirkan alternatif teknologi
untuk menekan biaya tersebut.
Apa yang terjadi di Desa Berdasarkan informasi dari Kepala
Karangsuko bukan saja tentang Bidang Permukiman, Dinas Tata
keberhasilan m engatasi Ruang dan Permukiman, Kabupaten
persoalan air m inum dan Malang, Renung Rubiyatadji, bahwa
sanitasi. Nilai yang sangat Dinas Pengairan melaksanakan
penting adalah kuatnya Forum Berbagi dengan Universitas
kerjasam a, gotongroyong, Muhammadiyah Malang (UMM).
kom itm en serta sikap pantang Forum tersebut membahas mengenai
alternatif teknologi tepat guna
m enyerah dengan kondisi yang
yang dapat dipergunakan untuk
ada. Terbukti, sem ua itu bisa
menggerakkan air di antaranya melalui
m em bangkitkan m asyarakat teknologi Mikro Hidro. Dari forum
dari keterpurukan! tersebut, terinisiasi keinginan adanya
kerjasama antara BP-SABS Sumber
Maron dengan UNM.

182 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keinginan Sayid Muhammad dan segenap pengurus BP-SABS Sumber Maron terlepas
dari masalah mahalnya biaya listrik PLN seperti menemukan jalan. Pada saat yang
bersamaan, Australian Aid (AusAid) melalui proyek Indonesia Infrastructure Initiative
(IndII) bersama dengan Water and Sanitation Program (WSP)-Bank Dunia sedang
melakukan penilaian bagi Com m unity Based Organization (CBO) atau dikenal dengan
nama BP-SABS di Jawa Timur dan Jawa Barat dalam rangka implementasi proyek Second
Generation Project-Upgrading Com m unity Based Piped Water Services w ith Private Sector
Support atau SGP.

Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap sarana air


minum bagi ±10.000 penduduk di 2-5 kabupaten di Jawa
Barat dan Jawa Timur. Proyek tersebut dilaksanakan dengan
meningkatkan kapasitas BP-SABS melalui implementasi proyek
yang terstruktur baik termasuk pelaksanaan kerjasama dengan
pihak swasta, pemerintah daerah dan BP-SABS.

Ketua BP-SABS Sum ber Maron,


Sayid Muham m ad

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 183
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Proyek ini bertujuan untuk m eningkatkan akses


terhadap sarana air m inum bagi kurang lebih
10.000 penduduk di 2-5 kabupaten di Jaw a Barat
dan Jaw a Tim ur.

Setelah melalui serangkaian proses, BP-SABS Sumber Maron akhirnya terpilih sebagai
lokasi implementasi proyek SGP. Pada tanggal 1 November 2010, proyek resmi
diimplementasikan. Perkembangan selanjutnya, kata Sayid Muhammad, dalam rangka
membahas kemungkinan kerjasama dengan pihak swasta untuk meningkatkan layanan
BP-SABS melalui skema Public Private Partnership (PPP) dilakukan m arket sounding pada
bulan Januari 2011.

Berdasarkan diskusi terdapat 3 (tiga) opsi PPP yang paling diminati oleh BP-SABS, yakni
perluasan jaringan melalui mekanisme Build-Lease-Transfer (BLT), Bulk Water Supply dan
Maintenance Service Contract . Untuk menyiapkan proyek yang dapat diminati swasta,
IndII dan WSP membantu BP-SABS dalam menyusun Surat Izin Pengusahaan-Sistem
Penyediaan Air Minum (SIP-SPAM), Pre-Feasibility Study dan Detailed Financial Analysis.

184 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

”Tapi karena Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur belum mengatur PPP dalam skala kecil, akhirnya disepakati oleh
Pemerintah Pusat untuk mendesain kerjasama PPP melalui skema Business to Business (B
to B). Skema tersebut mensyaratkan kontrak akan ditandatangani oleh Ketua BP-SABS,
Kepala Desa sebagai penasihat panitia tender dan pihak swasta terpilih,” jelas Sayid.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 185
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Masih menurut Sayid, pihaknya dibantu IndII dan WSP untuk menentukan tipe kontrak
yang sesuai dan membantu dalam proses tender serta dalam pembuatan draft dokumen
tender. Setelah melewati serangkaian proses, pihak yang terpilih sebagai pemenang
tender kerjasama dengan BP-SABS Sumber Maron adalah PT. Mitra Lingkungan Duta
Consult Jakarta.

”Kontrak kerjasama ditandatangani pada tanggal 10 Oktober 2011 dan tipe kontrak
yang dipilih adalah BLT. Tipe tersebut dipilih dikarenakan BP-SABS Sumber Maron tidak
memiliki dana untuk memperluas jaringan distribusinya dan menambah SR baru. Selain
itu BLT dipilih karena BP-SABS dapat berhubungan langsung dengan konsumen dalam
hal pengumpulan dan penagihan,”katanya.

186 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

sum ber : w w w .indii.co.id

IndII, senior staf dan koordinator proyek WSP bersam a staf Pem da m elihat Mikrohidro

Bersama dengan UMM, IndII dan WSP serta pemerintah daerah setempat, BP-
SABS Sumber Maron mengembangkan penggunaan teknologi alternatif dengan
menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Teknologi tersebut
dipilih guna menggantikan teknik pompanisasi yang membutuhkan daya listrik
besar. Perencanaan PLTMH tersebut dibantu oleh mahasiswa teknik pengairan UNM
sementara IndII dan WSP memberikan pelatihan teknis dan pendanaan bagi para
pengurus BP-SABS Sumber Maron.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 187
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pem da, WSP, Kepala BPR, Kepala CBO dan tim IndII saat acara peresm ian pem bangkit listrik m ikrohidro
Sum ber Maron

Kini BP-SABS Sumber Maron telah menggunakan PLTMH dalam melayani pelanggannya.
Keberhasilan pelaksanaan PPP dan penggunaan teknologi alternatif itu menurut Sayid
Muhammad tidak terlepas dari faktor pendukung seperti komitmen dan dukungan
penuh dari Kepala Desa, adanya asosiasi BP-SPABS di Kabupaten Malang sehingga BP-
SABS dapat mengakses bantuan perawatan teknis serta sumber air yang mencukupi
untuk menjalankan layanan yang efektif.

Seain itu juga detail dari justifikasi teknis yang diselesaikan sebelum masa penawaran
tender juga sangat mempengaruhi proses yang berlangsung selain mekanisme B to
B yang straight forw ard , sehingga dapat diimplementasikan dalam kerangka PPP di
Indonesia.

188 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pem bangkit Tenaga Listrik Mikrohidro Sum ber Maron

Apa yang terjadi di Desa Karangsuko bukan saja tentang keberhasilan mengatasi
persoalan air minum dan sanitasi. Nilai yang sangat penting adalah kuatnya kerjasama,
gotongroyong, komitmen serta sikap pantang menyerah dengan kondisi yang ada.
Terbukti, semua itu bisa membangkitkan masyarakat dari keterpurukan!

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 189
190
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 9
Menjaga Alam, Menjaga Kehidupan

Alam sekitar Desa Cibodas penuh keberlimpahan sumber daya. Hutan


yang lebat dan sumber air yang besar menemani kehidupan warga di
sana. Warga memanfaatkan dan mengelola karunia itu dengan kearifan
setempat. Kebutuhan air bersih tercukupi, alam pun tetap lestari

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 191
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Potensi besar Desa Cibodas di antaranya adalah sumber air dan hutan yang masih terjaga
kelestariannya. Potensi sumber air ini berhasil dimanfaatkan untuk hidup dan kehidupan
masyarakat setempat. Pemanfaatan sumber daya itu dilakukan secara baik dan terarah
lewat kelembagaan masyarakat bernama Badan Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi
(BP-SABS) Cibodas.

BP-SABS Cibodas memiliki sejarah panjang. Dibentuk sejak tahun 1988 dan terus
berkembang hingga saat ini. Komitmen, keteguhan dan kegotongroyongan dalam
pelayanan sarana air bersih dan sanitasi oleh BP-SABS Cibodas ini, mengantarkannya
meraih penghargaan sebagai Kelompok Komunitas Pengelola Sarana Air Minum Terbaik
dalam KSAN 2011.

Peta Wilayah Adm inistrasi Desa Cibodas

192 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sum ber : w w w .antara.com

Kegotongroyongan Merawat Lingkungan


Kunci keberhasilan masyarakat Desa Cibodas mengelola sumber air, membangun sarana
dan memberikan pelayanan kepada masyarakat, tidak lepas dari semangat gotong royong
warga untuk menjaga dan merawat lingkungan tempat mereka tinggal. Kepedulian
menjaga sumber daya hutan dan air adalah bentuk syukur warga atas karunia alam yang
menyimpan potensi dan memberikan kehidupan untuk mereka.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 193
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Air bersih yang tersedia sangat dirasakan m anfaatnya


oleh w arga m asyarakat. Pada aw alnya m asyarakat
Cibodas m engalam i kesulitan air sehingga
m engam bil air di tem pat yang sangat jauh dan harus
dipikul untuk m endapatkannya.

Kepala Desa Cibodas, Sukaya, menuturkan, berkembangnya pemanfaatan air dan


sanitasi di lingkungan warga Cibodas tidak lepas dari keseharian warga Cibodas yang
memperoleh hidup dan kehidupannya dari alam sekitar. Air bersih yang tersedia sangat
dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat. Menurutnya, pada awalnya masyarakat
Cibodas mengalami kesulitan air sehingga mengambil air di tempat yang sangat jauh
dan harus dipikul untuk mendapatkannya.

“Masyarakat di sini bisa saling isi mengisi dengan alam. Atau istilahnya kami sharing
dengan alam. Air diperoleh dari hijaunya alam sekitar. Sementara masyarakat membalas
alam sekitar yang telah memberi nikmat air dengan menjaga lingkungan agar tetap
lestari dan alami,”ujarnya.

Cibodas adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Barat. Terletak 1.260 meter di atas permukaan laut (DPL) dan memiliki luas wilayah
1.273,4 ha. Sebelah utara dibatasi oleh Desa Wangunharja, sebelah selatan Desa Ciburial,
sebelah barat Desa Langensari, dan sebelah timur Desa Suntenjaya.

194 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Desa Cibodas adalah salah satu desa


dari 16 desa yang ada di Kecamatan
Lembang yang didominasi oleh
daerah perbukitan dengan keadaan
tanah yang umumnya subur. Tanah
di sana berwarna merah kehitaman
sampai dengan hitam. Desa Cibodas
berpenduduk 9.898 jiwa atau 2.981 kk
dengan komposisi laki-laki 4.927 laki-
laki dan 4.971 perempuan. Berdiam di 3
wilayah dusun, 17 wilayah Rukun Warga
(RW) dan 66 wilayah Rukun Tetangga
(RT).

Di samping terkenal akan sifat


kegotongroyongannya, Desa Cibodas
juga kerap menjadi juara lomba
antardesa yang marak dilakukan
pada jaman Orde Baru. Prestasi yang
pernah diraih di antaranya tahun 1984
menjadi juara desa tingkat provinsi
dan juara dua Desa Swasembada
Tingkat V Priangan. Sedangkan di tahun
1985 menjuarai Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga (UPGK) dan Gaya Hidup Sehat
(GHS) tingkat provinsi.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 195
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

BP-SABS Cibodas Melintas Sejarah


Cikal bakal berdirinya BP-SABS Cibodas dimulai sejak tahun
1986. Ketika itu, tercatat telah terbangun sarana air bersih
di RW II. Pembangunan sarana air bersih itu dilaksanakan
secara gotong royong dan swadaya masarakat. Setahun
sebelumnya, Desa Cibodas mendapatkan bantuan
penerangan listrik dan sarana air bersih dari Gubernur
Jawa Barat Aang
Kunaefi. Hadiah itu Disam ping terkenal dengan akan sifat
semakin mendorong kegotongroyongannya, desa cibodas juga kerap
minat dan m enjadi juara lom ba antar desayang m arak
keteguhan warga dilakukan pada jam an orde baru. Prestasi yang
untuk membangun pernah diraih, diantaranya tahun 1984 m enjadi
sarana air bersih. juara desa tingkat provinsi dan juara 2 Des
Sw asem bada Tingkat V Priangan.
Keberadaan sarana
air bersih di RW II menarik perhatian pemerintah. Gubernur
Jabar pada bulan Desember 1987 menyampaikan surat
kepada Bupati Bandung agar LSM Internasional CARE
menindaklanjuti memfasilitasi bantuan sarana air bersih di
Desa Cibodas

196 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pentingnya air bagi kehidupan sangat dirasakan


w arga Desa Cibodas, Kecam atan Lem bang, Kabupaten
Bandung. Sebelum nya, ribuan w arga desa yang tinggal di
sekitar Bandung Utara itu hidup di tengah krisis air. Untuk
m endapatkan setetes air, w arga Cibodas harus turun naik
lem bah dan berjalan sekitar enam hingga tujuh kilom eter.
(Republika, 21 Maret 2003)

Setelah dilakukan penjajagan kelayakan ke lapangan bersama masyarakat, pada bulan


Januari 1988 Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kabupaten Bandung dan CARE
membuat kesepakatan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat
di Cibodas. CARE memfasilitasi pelatihan masyarakat dalam pembangunan sarana SABS,
baik secara teknis maupun administrasinya.

Paska fasilitasi pelatihan masyarakat pada aspek teknis dan administrasi, dibentuklah
kelompok atau kepanitiaan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi yang sering
disebut dengan PPABS (Panitia Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitasi). Orang-orang
yang duduk dalam PPABS ini merupakan cikal bakal munculnya kampiun pembangunan
sarana air bersih dan sanitasi desa Cibodas.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 197
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Fasilitasi yang dilakukan CARE di Desa Cibodas berjalan selama 4 tahap khususnya
setelah persiapan sosial atau social preparation diselesaikan. Tahapan itu meliputi, tahap
pertama berhasil dibangun 4 buah PMA, 1 buah bak pembagi, 3 buah bak penampung
masing-masing dengan kapaistas 80 m2 dan 2 buah jembatan untuk pipa. Kemudiah
tahap kedua adalah pembelian tambahan pipa induk sepanjang 8.040 meter untuk
penyambungan ke RW-RW di lingkungan Desa Cibodas.

Kantor BPABS Desa Cibodas yang bersebelahan dengan Gedung Serba guna Desa Cibodas

198 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tahap selanjutnya meliputi


pengadaan pipa sepananjang
16,05 km untuk sambungan
rumah. Saat itu tersambung 242
konsumen dan tahap keempat
adalah terbangunnya sarana MC
sebanyak 37 buah, dan 15 buah bak
penampung.

Pendampingan CARE berlanjut


memfasilitasi pelatihan untuk
operasi dan pemeliharaan.
Fasilitasi ini melibatkan peran
aktif pemerintahan desa.
Penekanan pada pendampingan
ini sama dengan pelatihan yang
dilaksanakan di awal sebelum
pembangunan yaitu TST dengan
pendekatan partisipatif. Hanya
yang membedakan adalah materi
pelatihannya saja. Pelatihan di awal
lebih menekankan pada aspek
pembangunan fisiknya, sedangkan
setelah atau pasca pembangunan
penekanannya pada upaya-upaya
Lokasi pem bayaran Air bersih Desa Cibodas
pengoperasian dan pemeliharaan.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 199
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Setelah pelatihan tersebut


kemudian terbentuk Badan
Pengelola Sarana Air Bersih
dan Sanitasi atau disingkat
dengan BP-SABS Desa
Cibodas. Selain pembentukan
lembaga, pasaca pelatihan
ini muncul rencana kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh
BP-SABS pasca pembangunan
terkait dengan operasi dan
pemeliharaan termasuk juga
upaya pengembangannya.

Setelah terbentuknya BP-SABS


Desa Cibodas, sarana ABS dapat
dikembangkan terus dengan
tetap menjaga kelestarian
sumber air. Hutan sekitar desa
tetap dijaga kelestariannya
Selain itu seksi teknis di BP-
SABS mampu memperbaiki dan
memelihara sarana yang rusak.

200 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Perkembangan BP-SABS Cibodas


Kelahiran BP-SABS Cibodas langsung diikuti kiprah luar biasa bagi masyarakat.
Peningkatan cakupan layanan mengalami jumlah cukup signifikan. Jika pada tahun 1988
hanya ada 595 sambungan rumah (SR) dan 19 bak penampung. Pada periode 1999–2000
jumlahnya meningkat menjadi 1.435 SR. Namun pada periode itu 37 MC ditiadakan.
Karena sudah banyak konsumen yang memiliki sarana mandi cuci dan kakus sendiri.

Perkembangan terus terjadi pada periode berikutnya, yakni tahun 2008 sampai 2009
di mana terjadi penambahan konsumen sambungan rumah menjadi 2.109 pada tahun
2008 dan ada 2.129 konsumen di tahun 2009.

Prestasi yang ditunjukkan oleh Desa Cibodas dan BP-SABS ini menarik kepedulian
Bank Jawa Barat (BJB). BJB mengulurkan bantuan pipanisasi untuk irigasi dan air bersih.
Bantuan ini diberikan oleh Pimpinan Grup CSR BJB pada hari Jum’at tanggal 6 Juli 2012
kepada Ade Rohendi selaku Ketua Panitia Pembangunan Irigasi Pertanian Desa Cibodas.
Penyerahan bantuan yang juga dihadiri oleh Kepala Desa Cibodas, D Sukaya, berlangsung
di Kantor Pusat BJB di Bandung.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 201
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Serah terim a dana CSR Bank BJB kepada Panitia Pem bangunan Irigasi Pertanian Desa Cibodas Kecam atan
Lem bang (Sum ber w w w .bankbjb.co.id)

Waktu berlalu, hari berlari. BP-SABS Cibodas terus memberikan pelayanan kepada
warga. Titik penting dari pelayanannya adalah konsep partisipatif. Konsep ini diterapkan
pada saat penyusunan rencana program, penetapan pengurus, penentuan tarif air dan
pemantauan yang juga melibatkan masyarakat kelompok sasaran. Hal ini merupakan
pengejawantahan dari, untuk dan oleh masyarakat. Prinsip-prinsip ini dituangkan dalam
AD/ART BP-SABS Cibodas. Sehingga semua pengurus wajib untuk mengikutinya.

Di samping partisipatif, BP-SABS juga menerapkan transparansi. Laporan keuangan


disampaikan secara terbuka kepada para warga. Sehingga tidak ada kecurigaan antara
pengurus BPABS dengan warga sebagai konsumen. Hal ini membuat BP-SABS dapat
bersinergi dengan Pemerintahah Desa Cibodas. Bahkan sebagian pendapatan dari iuran
air bersih para konsumen diperuntukkan sebagai pendapatan asli desa. Pendapatan

202 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

ini dimasukkan dalam


Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa atau
APBDes.

Anggaran APBDes ini


kemudian dibelanjakan
untuk pembangunan
sarana yang berguna
bagi masyarakat. Tidak
hanya bagi masyarakat
Cibodas saja melainkan
juga bagi warga di
luar Cibodas. Misalnya
dengan dibangunnnya
SMP Negeri 4 Lembang
yang terletak di atas
tanah seluas 6.500 m2
yang dibeli dari dana
BP-SABS. Kemudian
gedung olah raga dan
tempat peribadatan
serta kantor desa
yang berguna bagi
Anggaran APBDes Desa CIbodas masyarakat luas.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 203
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Para Kampiun di Balik BP-SABS Cibodas


Keberhasilan BP-SABS Cibodas tidak dapat dilepaskan dari para tokoh yang membidani,
merawat dan membesarkannya. Salah seorang tokoh yang terus dikenang masyarakat
setempat adalah Almarhum H. Otoy Patrianegara. Beberapa warga menyebutkan, hingga
kini belum dapat ditemukan tokoh seperti Almarhum.

Alamarhum gigih menjadi motivator warga. Meskipun Almarhum dikenal otoriter, namun
semua yang dilakukannya demi kelancaran dan keberhasilan pembangunan SABS di Desa
Cibodas. Almarhum juga dikenal konsisten dengan sikapnya. Konsitensi itu ditunjukkan
dengan pengorbanan tenaga, fikiran, bahkan pengorbanan dana pribadi.

204 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Banyak hal yang masih dikenang warga tentang sikap ringan tangan almarhum. Misalnya
saja, saat di awal kegiatan yaitu ketika survey awal di mana saat itu belum ada dana dan
belum terbentuk Panitia Pembangunan Sarana Air bersih dan Sanitasi (PPABS). Ketika itu
Pak Otoy, panggilan yang melekat pada dirinya, almarhum merelakan uangnya untuk
biaya makan siang bagi warganya yang membantu melakukan survey dan pengadaan
peralatan. Kemudian merelakan mobilnya untuk pengangkutan material, selain juga
menelantarkan lahan pertaniannya. Bahkan ketika menjabat sebagai Ketua BP-SABS Pak
Otoy beberapa kali harus menanggung uang iuran yang diselewengkan oleh anggota
pengurus BP-SABS yang lain.

Pak Otoy juga ringan tangan untuk membantu desa lain. Salah satu desa yang dibantunya
Desa Mekarwangi. Di sana Pak Otoy ikut serta melakukan survey kelayakan teknis yang
mata airnya berada di Desa Cibodas. Mata air yang berada di Desa Cibodas ini secara
geografis lebih layak dipergunakan oleh warga Desa Mekarwangi dibandingkan
warga Desa Cibodas. Kesanggupan beliau yang sangat tulus juga ditunjukkan dengan
kesediaannya menyisihkan waktunya untuk menerima sejumlah rombongan tamu dari
luar daerah.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 205
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di samping Pak Otoy, kebesaran BP-SABS juga tidak terlepas dari peran penting beberapa
nama lain seperti Pak Atja, Bu Neneng dan Pak Ade. Selain mereka juga ada Ade Rohendi
yang saat ini menjabat sebagai Kepala Urusan Ekonomi dan Pembangunan Desa Cibodas.
Sedangkan Ketua BP-SABS Cibodas saat ini adalah H. Ayi Ido.

H. Ayi Ido sebagai Ketua BPABS Cibodas, pengurus pada


periode setelah Alm . H. Otoy Patrianegara, m enyam paikan
bahw a sem angat, tekad, dan kepercayaan yang diberikan oleh
m asyarakat kepada BPABS Cibodas adalah m odal utam a. Rasa
m em iliki yang sangat tinggi dari m asyarakat,

Pem erintah Desa Cibodas dan aparatnya m enjadikan SABS bisa


terpelihara dan berkem bang. Dari air m am pu m enyum bang
m ew ujudkan gedung serba guna, sarana peribadatan, tanah
untuk pem bangunan sekolah.

206 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

BP-SABS Cibodas Menghadapi Tantangan Zaman


Kepergian Pak Otoy memutus mata rantai gaya kepemimpinan di BP-SABS Cibodas.
Pengurus baru di bawah pimpinan H.Ayi Ido kurang bisa meneruskan model kepemimpinan
lama. Akibatnya, terjadi krisis kepemimpinan yang berakibat pada menurunnya kinerja
pengurus. Dampak lanjutannya, pengurus kurang dipercaya masyarakat dan hal itu
berakibat pada rendahnya uang iuran para pemakai air.

Tidak ingin lama dalam kondisi seperti ini, pengurus akhirnya menyerahkan roda
kepemimpinan kepada Kepala Desa Cibodas. Kepengurusan pun dipegang oleh
Pemerintah Desa Cibodas. Para pengurus inti saat ini sudah tidak aktif lagi. Namun
petugas di lapangan seperti pos Teknis Lapangan, Pembantu Administrasi, Petugas Buka
Tutup Saluran Air, Petugas Baca Meter, dan Penjaga Mata Air personilnya masih tetap
sama.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 207
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kondisi krisis kepemimpinan ini


mendorong tokoh lama turun gunung
seperti halnya Sugandhi. Pada awal
pembangunan sarana dia adalah Pengurus baru di baw ah
Koordinator Pekerjaan Lapangan, kepem im pinan H. Ayi Ido
khusunya di Seksi Teknis Panitia kurang bisa m eneruskan m odel
Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi kepem im pinan lam a. Akibatnya
(PPABS) Desa Cibodas di tahun terjadi krisis kepem im pinan yang
1987–1998. Agar kondisi segera berakibat pada m enurunnya
membaik, Pemerintah Desa berencana kinerja pengurus. Dam pak
akan segera melakukan pemilihan lanjutannya, pengurus kurang
kepengurusan BP-SABS kembali. dipercaya m asyarakat dan hal
itu berakibat pada rendahnya
Di samping krisis kepemimpinan, uang iuran para pem akai air.
tantangan aspek non teknis lainnya
adalah mulai berkurangnya debit air.
Hal ini terjadi akibat pembelian air oleh
para pengembang perumahan di sekitar
Cibodas. Hal ini berpengaruh pada sisa
volume debit air yang sebenarnya masih
dibutuhkan oleh warga desa Cibodas.

208 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kondisi keuangan di BP-SABS


Cibodas saat ini juga perlu
mendapatkan penanganan
serius. Pasalnya ketersediaan
dana semakin menipis, akibat
beban biaya semakin besar
namun pemasukan tetap dan Disam ping krisis kepem im pinan,
bahkan berkurang. Meningkatnya tantangan aspek non teknis lainnya
beban biaya itu terjadi untuk adalah m ulai berkurangnya debit air.
retribusi ke pemilik/lokasi Hal ini terjadi akibat pem belian air
sumber air dan desa yang oleh para pengem bang perum ahan
dilewati pipa air setiap tahun di sekitar Cibodas
mengalami kenaikan. Beban
biaya itu misalnya pembayaran
retribusi ke Perhutani sebesar
Rp. 1.000.000, lalu ke PTP VIII
Rp. 1.200.000 dan kepada Desa
Suntenjaya sebesar Rp. 1.500.000.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 209
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di sisi lain harga air ke konsumen tarifnya belum pernah naik yaitu Rp. 2.000,-/m3. Terlebih
meteran air yang terpasang di konsumen sebagian besar sudah rusak. Kondisi seperti
ini tidak menguntungkan, karena volume air yang digunakan oleh konsumen setiap
bulannya cenderung flat. Akibat kurangnya dana yang tersedia berakibat tersendatnya
pengembangan cakupan layanan. Saat ini masih ada sekitar 900 KK di Desa Cibodas yang
belum terlayani air bersih.

Tantangan lain yang dihadapi dan harus segera diselesaikan adalah aspek teknis terkait
dengan kebocoran air dan kondisi meteran air yang sudah tua. Kebocoran air terjadi
karena pipa yang sudah tua. Selain itu meteran air yang sudah tua dan sudah tidak presisi
lagi serta tanpa segel mengakibatkan banyak air yang hilang. Sehingga mengurangi
pendapatan BPABS Cibodas

Tum pukan sam pah m engotori m eteran air

210 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

BP-SABS Cibodas saat ini sedang mencatatkan sejarahnya sendiri. Kelak akan bisa terbaca
dalam riwayatnya, bagaimana mereka melewati masa-masa sulit atau bahagia. Sebuah
lembaga yang hebat, bukanlah lembaga yang lempang melewati jaman tanpa persoalan,
namun ia mampu melewati apapun yang terjadi. Dan BP-SABS Cibodas sedang mengalami
hal itu.

Apapun, BP-SABS Cibodas telah memberi inspirasi tentang indahnya bersahabat dengan
alam. Betapa, sesungguhnya, menjaga alam adalah menjaga kehidupan.

Meteran air yang m asih dalam kondisi bagus, terpasang pada setiap sudut rum ah penduduk

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 211
212
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 10
Dari Layanan Air Bersih
hingga Kebangkitan Ekonomi Warga
Krisis air bersih dan kemiskinan seperti dua sisi dalam sekeping mata
uang. Di banyak tempat, krisis air bersih seringkali terjadi di wilayah
kantung-kantung kemiskinan. Kecamatan Tanggunggunung pernah
mengalami hal itu. Sekitar sepuluh tahun lalu, tujuh desa di sana
kekurangan air bersih. Ekonomi warga terpuruk karena tidak dapat
bekerja atau berusaha, penyakit diare pun mewabah. Kemiskinan
menjadi wajah keseharian warga di sana.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 213
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Warga ketujuh desa yakni Desa Jengglungharjo, Kresikan, Ngepoh, Ngrejo,


Tanggunggunung, Tenggarejo dan Pakisrejo, memenuhi kebutuhan air bersihnya dari
sumber air (belik) di lembah yang sulit dijangkau. Warga harus berjalan berkilometer
jauhnya untuk dapat mengambil air dari situ. Debit air di belik pun terbatas, sehingga
ketika musim kemarau tiba, sumber air tersebut mengering. Warga hanya bisa menunggu
bantuan mobil tangki air dari pemerintah. Kesulitan warga menjadi lengkap, karena pada
saat yang sama banyak warga terserang diare. Kejadian diare bahkan pernah menjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kejadian 360 per tahun. Kesulitan demi kesulitan
yang dialami warga menjadikan mereka tidak produktif. Kegiatan ekonomi tak berjalan,
karena waktu yang dimiliki terbuang untuk urusan memenuhi kebutuhan air bersih.

214 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kondisi warga tertolong sejak mulai dibangunnya sarana air bersih sekitar tahun 2002.
Sarana air bersih itu dibangun secara gotong royong dan dikelola oleh warga, yang
kemudian menjadi lembaga pengelola bernama Himpunan Penduduk Pemakai Air
Minum (HIPPAM) Sumbersongo. Keberadaan HIPPAM Sumbersongo mampu mengangkat
warga di Tanggunggunung dari keterpurukan.

Ketujuh desa di Kecamatan Tanggunggunung sudah terlayani air bersih. Enam desa
dilayani HIPPAM Sumbersongo, satu desa yakni Desa Pakisrejo membentuk HIPPAM sendiri
untuk memenuhi kebutuhan air bersih warganya. Perkembangan HIPPAM Sumbersongo
semakin besar, bahkan menjadi HIPPAM terbesar di Kabupaten Tulungagung. Wilayah
cakupan pelayanan HIPPAM Sumbersongo meliputi tiga kecamatan yakni Kecamatan
Tanggunggunung, Campurdarat dan Kalidawir. Jumlah warga yang terlayani saat ini
mencapai 3.344 Sambungan Rumah (SR) atau 27.000 jiwa.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 215
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kisah di Balik Lahirnya HIPPAM Sumbersongo


HIPPAM Sumbersongo dibentuk untuk menjadi lembaga pengelola sarana air bersih
yang dibangun Pemerintah Kabupaten Tulungagung di Kecamatan Tanggunggunung.
Inisiasi pembangunan sarana air bersih dimulai oleh warga Desa Ngepoh tahun 2002.
Inisiasi itu dilandasi oleh kesulitan air bersih yang dialami warga desa itu. Desa Ngepoh
adalah wilayah dengan kondisi krisis air bersih paling parah dibandingkan dengan enam
desa lainnya. Hal ini karena lokasi Desa Ngepoh berada paling jauh dari sumber air yang
ada di Tanggunggunung.

216 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Warga Desa Ngepoh melalui perwakilannya berinisiatif meminta bantuan sistem


penyediaan air bersih berbasis masyarakat kepada Dinas Pekerjaan Umum (DPU)
Kabupaten Tulungagung. Di samping karena kondisi krisis air berish yang dialami,
pengajuan usulan ini dilandasi adanya potensi sumber air yang cukup besar, namun
tidak dapat dimanfaatkan secara swadaya oleh masyarakat. Berdasarkan usulan tersebut,
Pemerintah mulai melaksanakan pembangunan sistem penyediaan air minum.

Proses pembangunan diawali dengan survai potensi sumber air yang dilakukan jajaran
DPU Kabupaten Tulungagung bersama masyarakat. Hasil survai pun disetujui oleh
pemerintah. Sumber air yang dimanfaatkan terletak di wilayah desa Tanggunggunung.
Rencana pembangunan sarana air bersih diawali dengan peningkatan kapasitas
masyarakat tentang pengelolaan sarana air bersih. Pasca pelatihan yang dilakukan di
Desa Ngepoh, dibentuklah lembaga pengelola dengan nama HIPPAM Sumbersongo.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 217
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pembangunan sarana air bersih selesai tahun 2003 dan pada tahun itu pula langsung
beroperasi melayani warga. Sedangkan kelembagaan HIPPAM Sumbersongo pun
segera aktif berkegiatan. Pada awalnya kantor sekretariat berada di Desa Ngepoh, sesuai
dengan munculnya inisiasi pertama pembangunan sarana. Namun setelah berkembang,
sekretariat dipindah ke Desa Tanggunggunung, tepat berada di sebelah kantor
Kecamatan Tanggunggunung. Sumber air yang dimanfaatkan juga berada di wilayah
Desa Tanggunggunung.

218 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sistem dan Operasionalisasi


HIPPAM Sumbersongo
Sumber air minum yang digunakan HIPPAM
Sumbersongo berada di lembah dengan
jarak hampir 1,7 kilometer. Untuk itu, air
harus disedot ke atas menggunakan mesin
pompa dengan kapasitas besar. Pompa yang
digunakan menarik air dari sumber berjumlah
3 unit pompa dan terus bekerja hingga 20
jam per hari. Air ditarik dari sumber menuju
reservoir yang berada di puncak bukit.

“Dari reservoir tersebut air didistribusikan


menggunakan sistem gravitasi ke rumah-
rumah penduduk dan sarana umum seperti
puskesmas, kantor pemerintah, dan sekolah,”
ujar Ketua HIPPAM Sumbersongo, Sukarno.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 219
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dikatakan Sukarno, operasionalisasi


HIPPAM Sumbersongo dilaksanakan
oleh 17 orang karyawan yang berasal
dari masyarakat Tanggunggunung.
Struktur organisasi cukup jelas dan
disahkan berdasarkan Keputusan Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Tulungagung. Sukarno selaku Ketua
HIPPAM dibantu oleh satu orang kepala
operasional yang membawahi urusan
administrasi, kasir, pergudangan, teknik,
operasionalisasi mesin pompa, serta
petugas pembaca meteran. Untuk
keperluan administrasi, Ketua HIPPAM
dibantu oleh satu orang sekretaris dan
Ketua HIPPAM Sum bersongo, Sukarno
satu orang bendahara.

220 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tarif yang dibebankan kepada pelanggan


kategorikan sesuai dengan debit air yang
digunakan. Kategori pertama adalah
pelanggan dengan penggunaan air
sampai dengan 10 meter kubik perbulan,
dikenakan biaya Rp. 2.500 per meter
kubik. Kategori kedua, 10-20 meter
kubik perbulan dikenakan tarif Rp. 4.750
per meter kubik. Untuk kategori ketiga
untuk pemakain di atas 20 meter kubik
dikenakan tarif Rp. 6.750 per meter kubik.

Dana yang beehasil dihimpun dari


tarif pelanggan HIPPAM Sumbersongo
setiap bulan mencapai Rp. 80-90 Juta.
Namun demikian, pengeluaran terbesar
untuk pembayaran rekening listrik
sangat besar yang mencapai Rp. 60 juta
perbulan. Sedangkan pembayaran honor
pengurus HIPPAM rata-rata Rp. 300.000
perbulan. Mengingat pengeluaran
untuk pembayaran tarif listrik terus
meningkat, HIPPAM Sumbersongo juga
memberlakukan kenaikan tarif yang
wajar kepada pelanggan, yang biasanya
ditetapkan pada awal tahun.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 221
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sejumlah Kendala
Meskipun memiliki cakupan layanan yang
cukup luas, namun sejumlah kendala
harus dihadapi HIPPAM Sumbersongo.
Kendala yang rutin dalam hal operasional
adalah adanya tunggakan penarikan
iuran. Hal ini cukup memberatkan,
mengingat uang dari hasil iuran ini
digunakan untuk pembayaran listrik PLN
yang digolongkan ke dalam kategori
komersial.

Untuk menyiasatinya, pengurus HIPPAM


benar-benar melaksanakan peraturan
(terms and conditions) yang telah
disepakati dengan konsumen dan tertulis
jelas di kartu pembayaran. Kesepakatan
itu meliputi, apabila konsumen dalam
jangka waktu tertentu belum membayar
iuran, maka sambungan akan diputus.
Apabila konsumen akan memperoleh
layanan HIPPAM lagi, konsumen
tersebut harus melunasi terlebih dahulu
tunggakan yang dimiliki, kemudian
mengajukan penyambungan baru.

222 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kendala lain yang dihadapi HIPPAM Sumbersongo adalah adanya konflik dengan
oknum Perum Perhutani, yang meminta layanan air secara cuma-cuma dan kontribusi
keuntungan. Permasalahan lain adalah adanya peraturan dari Pemerintah Provinsi Jawa
Timur yang mengeluarkan kewajiban bagi HIPPAM Sumbersongo untuk membayar Pajak
Pengambilan Air Bawah Tanah. Sampai saat ini permasalahan tersebut masih dalam
pembahasan.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 223
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dukungan Pendanaan berbagai Pihak


HIPPAM Sumbersongo dalam perkembangannya menjadi HIPPAM dengan cakupan
layanan yang terluas dan terbesar, dari sekitar 50 HIPPAM yang ada di Kabupaten
Tulungagung. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung terus berupaya
mengembangkan HIPPAM tersebut. Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten
Tulungagung selaku pembina kelembagaan dan teknis memberikan dukungan dalam
bentuk pendanaan untuk meningkatkan cakupan layanan. Bantuan itu bersumber
dari penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Air Minum dan APBD Kabupaten
Tulungagung.

Kepala Bidang Perum ahan,


Perm ukim an, Penyehatan
Lingkungan dan Air Minum
(P3LAM) Dinas PU Kabupaten
Tulungagung Niken Setyaw ati
Trianasari

224 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di samping pembinaan dan bantuan dari


DPU, SKPD terkait seperti Bappeda dan
Dinas Kesehatan juga terus melaksanakan
koordinasi. Koordinasi bertujuan untuk
memastikan pelaksanaan pelayanan air
minum oleh HIPPAM berjalan dengan baik
dan dapat terus dikembangkan. Bantuan
Dinas Pekerjaan Um um dan dukungan dari pemerintah ini terkait
(DPU) Kabupaten dengan status kepemilikan aset yang dikelola
Tulungagung selaku HIPPAM.
pem bina kelem bagaan
dan teknis m em berikan Aset yang dikelola HIPPAM adalah aset
dukungan dalam bentuk pemerintah daerah. Oleh karena itu, HIPPAM
pendanaan untuk Sumbersongo bersama HIPPAM lainnya,
m eningkatkan cakupan wajib memberikan laporan pengelolaannya
layanan kepada Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga,
dan Cipta Karya. Dari 50 HIPPAM yang ada,
rata-rata hanya 14 HIPPAM yang secara rutin
memberikan laporan. Laporan diberikan
setiap 3 bulan dan HIPPAM yang tidak
memberikan laporannya akan mendapatkan
teguran dari Dinas PU, melalui kepala desa
atau camat setempat.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 225
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di samping bantuan dari Pemkab Tulungagung, HIPPAM Sumbersongo bersama sejumlah


HIPPAM lainnya, juga memperoleh hibah kinerja dari Indonesia Infrastructure Initiatives
(IndII). IndII adalah program kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Australia untuk mengembangkan infrastruktur melalui dana hibah terkait dengan
penyediaan air minum di perdesaan.

Konsep bantuan dari IndII berupa jaminan peminjaman dari bank. HIPPAM dapat
mengajukan pinjaman bank dengan jaminan dari IndII untuk pengembangannya.
Apabila kinerja HIPPAM dinilai baik, maka IndII akan menggantikan 50 persen beban
pinjaman kepada perbankan. Sampai saat ini HIPPAM di Kabupaten Tulungagung yang
telah memperoleh program tersebut adalah HIPPAM Sumbersongo, HIPPAM Tirtokusumo,
HIPPAM Tirtoagung, dan HIPPAM Tirtobumi.

226 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Rencana Pengembangan
HIPPAM Sumbersongo
Sejak beroperasi tahun 2003 hingga kini HIPPAM Sumbersongo memanfaatkan 9 sumber
air. Untuk rencana pengembangan ke depan, HIPPAM Sumbersongo memprioritaskan
untuk melayani seluruh masyarakat di Kecamatan Tanggunggunung, yang saat ini kurang
2 desa lagi belum terlayani. Agar pelayanan dan pengembangan dapat berjalan optimal,
setiap 2 tahun HIPPAM Sumbersongo menyusun rencana kerja.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 227
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Target pengembangan jangka pendek, HIPPAM Sumbersongo akan memasang kapasitor


untuk menstabilkan arus dan tegangan listrik sehingga kerja mesin pompa lebih optimal.
Saat ini kapasitor serupa bantuan dari Dinas PU Provinsi Jawa Timur baru terpasang
pada satu panel, dari empat panel yang diperlukan. Untuk rencana jangka menengah
HIPPAM Sumbersongo akan mengembangkan mikrohidro sebagai pembangkit listrik.
Dengan demikian daya dari PLN yang tarifnya dirasa cukup mahal dan kurang stabil tidak
diperlukan lagi. Saat ini mikrohidro tengah dikembangkan dengan bantuan dari Bank
Dunia.

228 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Rencana penggunaan teknologi Mikrohidro masih memerlukan kajian kelayakan,


mengingat arus air yang ada tidak cukup kuat untuk menghasilkan tenaga listrik yang
diperlukan. Selain itu kapasitas sumber air yang tersedia adalah sebesar 45 liter per detik.
Jauh di atas kapasitas yang dimanfaatkan saat ini, yakni sebesar 23 liter per detik. Dengan
demikian peluang optimalisasi pemanfaatan sumber air masih terbuka lebar dan hal ini
juga menjadi perhatian HIPPAM Sumbersongo untuk meningkatkan cakupan layanan.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 229
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Untuk jangka panjang, HIPPAM


Sumbersongo telah melaksanakan program
pelestarian sumber air. Melalui kerjasama
Rencana penggunaan dengan Perum Perhutani, HIPPAM
teknologi m ikrohidro m asih Sumbersongo melakukan reboisasi lahan
m em erlukan kajian kelayakan, seluas 10 hektar. Jumlah pohon yang
ditanam mencapai 7.000 buah polybag,
m engingat arus air yang
serta melakukan penanaman benih aren
ada tidak cukup kuat untuk
yang sanggup menampung air.
m enghasilkan tenaga listrik Tak lupa, berbagai SKPD terkait juga
yang diperlukan. menggalakkan program biopori di seluruh
wilayah Tulungagung.

Dengan adanya program ini, diharapkan


sumber air dapat terus mengalir, untuk
masyarakat Tulungagung di masa depan.

230 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Kesehatan Lingkungan Terjaga


Keberadaan HIPPAM Sumbersongo tidak saja berhasil mengatasi kebutuhan air bersih
warga. Dari sisi kesehatan lingkungan, derajat kesehatan lingkungan dan warga yang
terlayani meningkat pesat. Berdasarkan catatan Puskesmas Kecamatan Tanggunggunung,
sebelum adanya HIPPAM banyak kasus diare terjadi di wilayah itu. Bahkan angka
kesakitannya mencapai 360 kasus pertahun. Namun kini angka kejadiannya nol atau
sama sekali tidak ada kasus diare.

Data dari Dinas Kesehatan juga menyatakan bahwa kasus penyakit bawaan air di
Kabupaten Tulungagung cenderung mengalami penurunan. Hal ini selain disebabkan
oleh adanya kemudahan layanan air minum melalui HIPPAM, juga karena adanya
kesadaran pengelola untuk senantiasa melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menjamin kualitas air yang didistribusikan. Pemeriksaan kualitas air di laboratorium
dilakukan secara rutin, meskipun belum ada regulasi yang mengatur hal tersebut di
Kabupaten Tulungagung.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 231
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dampak lain yang juga dirasakan warga adalah meningkatnya perekonomian. Kemudahan
memperoleh air menyebabkan waktu yang dimiliki menjadi lebih banyak. Waktu yang
sebelumnya digunakan untuk mengambil air dengan jarak beberapa kilometer, kini
dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif. Saat ini di Kecamatan Tanggunggunung
terdapat 67 unit peternakan ayam potong dan petelur serta 4 sentra penggergajian batu.

Kesuksesan HIPPAM Sumbersongo memberi nilai lebih dari sebuah lembaga pengelola
sarana air bersih. Keberhasilannya dalam peningkatan jumlah layanan dan dampak positif
yang ditimbulkan jauh di atas ekspektasi di awal pendiriannya. HIPPAM Sumbersongo
telah menciptakan kondisi terpenuhinya kebutuhan air bersih, perekonomian bergulir,
kesehatan dan kesejahteraan warga meningkat.

232 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bab 11
Sentuhan Perempuan dalam Perkumpulan
Mata Ie Alue Pochik
Banyak kalangan telah mengakui peran penting perempuan dalam
pemenuhan kebutuhan air bersih di skala rumah tangga. Tapi pelibatan
perempuan dalam pengelolaan sektor air bersih di ranah publik
merupakan kejadian langka. Di Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik,
kelangkaan itu terjadi. Separuh pengurus di sana adalah perempuan.
Hasilnya? Perkumpulan melahirkan inovasi dan kreatiitas mekanisme
subsidi silang yang khas

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 233
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik dijalankan oleh 21 orang pengurus, 10 orang di


antaranya perempuan. Perempuan yang menjadi pengurus menduduki sejumlah posisi
penting, seperti Bendahara, Staf Keuangan, Kasir, Sekretaris Umum, dan Pencatat Meteran.
Komposisi pengurus ini tidak sekedar merepresentasikan pelibatan perempuan, namun
mampu mendorong Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik mengelola sarana air bersih
dengan optimal. Di samping itu, Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik mampu menghilangkan
kebiasaan vandalisme warga yang sudah puluhan tahun menjadi “budaya”.

234 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sejarah Panjang Perkumpulan Mata le Alue Pochik

Kabupaten Aceh Besar secara geografis terletak di ujung Barat Daya Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam. Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar sekitar 2.974,12 km², dan secara
administratif terbagi menjadi 23 Kecamatan. Kecamatan Mesjid Raya, yang merupakan
lokasi dari Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik memiliki luas wilayah 110,38 km² atau
terdiri atas 13 desa dan 2 mukim.

Jauh sebelum Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik didirikan, pernah terbangun sarana
air bersih untuk warga di delapan desa di Kecamatan Masjid Raya (sering disebut juga
Krueng Raya) Kabupaten Aceh Besar. Namun riwayat sarana air bersih itu tidak pernah
lama. Sarana yang terbangun selalu dirusak oleh warga sendiri. Kejadian itu terus berulang
dalam waktu yang panjang, terbilang sejak tahun 1976 sampai dengan tahun 2004.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 235
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dalam masa hampir tiga dasa warsa itu, PDAM


sudah berkali-kali membangun sarana air bersih,
namun berkali-kali pula selalu mengalami
kegagalan. Hal itu disebabkan karena perilaku
oknum penduduk yang melakukan illegal
tapping untuk keperluan yang lebih berorientasi
pemenuhan kebutuhan individu, baik untuk
keperluan rumah tangga maupun untuk
keperluan mengairi tambak.

Kerusakan yang ditimbulkan cukup parah,


sehingga pada tahun 1980 sampai dengan tahun
1990 masyarakat Krueng Raya kembali mengalami
kesulitan memenuhi kebutuhan air bersih.
Mereka mendapatkan air dengan mengambil air
dengan cara berjalan kaki ke sumber air. Kegiatan
mencari air oleh anggota masyarakat biasanya
mulai pukul 4 pagi secara berombongan, guna
menghindari antrian yang panjang, dan kembali
ke rumah pukul 08.00. Adakalanya masyarakat
juga membeli air kepada para penjual/ penjaja air
guna mencukupi keperluan air bersih manakala
sedang berhalangan untuk mencari air.

236 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pada tahun 1990 pemerintah kembali memberikan


bantuan dengan merekontruksi semua sarana
yang rusak melalui PDAM Tirta Montala. Semua
jaringan perpipaan yang rusak diperbaiki. Namun
demikian pada saat sarana kembali berfungsi,
masyarakat tetap tidak mau membayar untuk
memperoleh layananair bersih, sehingga PDAM
Tirta Mountala kembali mengalami kerugian.
Terlebih dari itu perilaku vandalisme kembali
berulang merusak sarana dengan melakukan
illegal tapping.

Periode tahun 2000 sampai dengan 2004 sarana


air bersih rusak total. Pelayanan air bersih
didapatkan dengan membeli air pada pedagang
air keliling seharga Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) per
jerigen ukuran 20 liter. Sedangkan bagi penduduk
yang tidak membeli air, kembali mencari air di
desa tetangga dengan cara dipikul, dijinjing atau
disunggi di atas kepala.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 237
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Titik balik terjadi ketika kondisi darurat sarana air bersih terjadi pasca gempa dan tsunami
tahun 2004. Pada tahun 2005, dengan status tanggap darurat, beberapa lembaga
internasional memberikan bantuan penyediaan air bersih di Krueng Raya. Sejumlah
lembaga itu diantaranya NGO Plan International , Canadian Red Cross, dan Am erican Red
Cross. NGO tersebut membangun fasilitas hidran umum (HU) yang dapat digunakan
sebagai sumber air bersih, selain bantuan lain untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Selain HU disediakan juga mobil tanki guna mendukung pelayanan air bersih.

Bantuan pertama datang dari Plan Internasional sekitar tahun 2006 hingga awal tahun
2007. Plan International berhasil merenovasi jaringan perpipaan mulai dari Ladong
hingga Lamreh yang mencapai ± 15 KM. Plan mengajak masyarakat membangun 12 HU
yang tersebar di 8 desa, dengan kapasitas masing masing 10 m3. Ke delapan desa dan
jumlah hidran yang dibangun adalah Ladong (2 buah), Ruyung (2 buah), Paya Kameng
(2), Berandeeh (1), Meunasah Kulam (2), Meunasah Mon (1), Meunasah Keude (1) dan
Meunasah Lamreh (1).

238 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 239
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Di akhir masa bantuannya di


Krueng Raya, Plan International
hendak menyerahkan sarana
air bersih yang telah terbangun
kepada masyarakat. Plan
mendatangi masing-masing
kepala desa untuk menyerahkan
pengelolaan sarana itu dan
sebanyak 10 orang warga
setempat berhasil direkrut
Plan untuk mengelola sarana.
Meski dikelola warga setempat,
kerusakan tetap terjadi di hampir
semua desa dan hanya tersisa
sarana di Gampung Ladong saja.
Plan cukup prihatin dengan
perusakan yang dilakukan warga
sendiri, terlebih nilai investasinya
mencapai Rp 12 Miliar.

240 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Plan Internasional masih tetap berusaha ingin memperbaiki sarana air bersih yang sudah
dirusak warga. Tahun 2007 Plan berinisatif membentuk lembaga pengelola sarana air
bersih secara professional dan tetap berbasis masayarakat. Plan bekerjaasama dengan
LSM PUGAR mendorong partisipasi warga dan secara langsung turun ke masyarakat
membangun kesadaran serta memperkenalkan pengelolaan sarana air bersih yang benar.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 241
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

LSM PUGAR mengajak masyarakat bermusyawarah. Hasil musyawarah memutuskan akan


diadakan lokakarya pengelolaan sarana air bersih dengan peserta perwakilan semua
desa. Lokakarya diikuti 3 sampai 5 orang perwakilan dari semua desa. Dari perserta
yang ikut lokakarya akhirnya dipilih masing-masing 3 orang dari setiap perwakilan desa
menjadi pengurus lembaga. Lokakarya yang diselenggarakan pada bulan Februari 2007,
dengan fasilitasi Plan dan LSM PUGAR itu berhasil membentuk lembaga pengelola sarana
air bersih berbasis masyarakat.

Keberadaan lembaga itu dikukuhkan dengan Akta Notaris Nomor 1 tanggal 1 Mei 2007
dan dilakukan perubahan dengan Akta Notaris Nomor 13 tanggal 14 Januari 2008.
Di samping akte notaris, lembaga itu juga melengkapi diri dengan SIUP, TDP, NPWP
dan Surat Izin Tempat Usaha. Setelah resmi terbentuk dan memiliki kekuatan hukum,
diadakan pertemuan antara pengurus dengan PDAM dan Bupati Aceh Besar. Dalam
pertemuan itulah Bupati mengesahkan kepengurusan pengelola sarana air minum
berbasis masyarakat tersebut dan diberi nama Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik. PDAM
Tira Montala berperan sebagai Pembina. Tugas yang diemban Mata Ie Alue Pochik adalah
mengelola 12 hidran umum yang dibangun oleh Plan Internasional.

242 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Perkembangan Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik

Setelah sarana air bersih di Krueng Raya beroperasi di bawah pengelolaan Perkumpulan
Mata Ie Alue Pochik, pada periode tahun 2008-2012, beberapa lembaga donor lain
masuk membantu masyarakat di sana. Di antaranya adalah Am erican Red Cross (ARC) dan
Canadian Red Cross (CRC). Dalam tugasnya, CRC membangun rumah untuk penduduk
dan ARC melengkapinya dengan sarana air minum dan sanitasi.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 243
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Keterlibatan ARC memberi harapan baru


Senior Program Officer Palang bagi masyarakat. Pendekatan partisipatif
Merah Am erika,Taufiq yang juga yang dirintis Plan dan menunjukkan
hadir m endam pingi Syakban kemajuan yang menggembirakan,
Siregar dalam Konferensi dilanjutkan dan disempurnakan oleh
Sanitasi dan Air Minum Nasional ARC. ARC memberikan komitmen
(KSAN) 2011 di Hotel Sahid, membangun sarana air sampai ke
Jakarta, m engatakan hasil surve tingkat rumah tangga, sehingga
tim Palang Merah Am erika pada masing- masing rumah tangga bisa
mengakses air bersih di rumah masing
tahun 2008 di kecam atan m esjid
masing. ARC menyewa konsultan
Raya m asyarakat sangat sulit
untuk mendesign installasi sampai ke
m endapatkan Air bersih untuk tingkat rumah tangga. Pada awal Juni
dikonsum si. 2008 dimulai pembangunan fasilitas
(w w w .lensaindonesia.com , 13 yang pengerjaannya dilaksanakan oleh
Oktober 2011) Kontraktor.

244 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pada bulan Desember 2008 kontraktor sudah berhasil menyelesaikan installasi sampai
ke rumah tangga. Air sudah mengucur sampai ke rumah tangga (household tap), akan
tetapi masyarakat belum membayar sehingga sampai akhir tahun 2008 pengurus
Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik bekerja tanpa memperoleh gaji.

Untuk mengatasi hal itu, diadakan pertemuan dengan seluruh elemen masyarakat untuk
membahas pembayaran iuran. Berdasarkan perhitungan, iuran untuk penggunaan
air sebesar Rp 4500/ m3. Namun iuran sebesar itu ditolak masyarakat. Mereka minta
untuk diturunkan menjadi Rp 2500/ m3. Akhirnya dicapai kesepakatan, tarif dasar untuk
masyarakat sebesar Rp.2.500,-/m3 (pemakaian 0 – 15 m3 / Blok I) dan Rp.3.000,-/m3
(Pemakaian > 15 m3 / Blok II). Selain itu diatur juga khusus bagi masyarakat Desa Ladong,
warga di sana dibebaskan dari iuran untuk pemakaian air hingga 8 m3. Tapi untuk
pemakaian selebihnya dipungut biaya sebagaimana ketentuan Blok I atau Blok II.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 245
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Peran Perempuan, Lahirnya Subsidi Silang dan


Vandalisme yang Hilang
Anggota pengurus Perkumpulan Mata Ie Alue Pochiek berasal dari perwakilan 8 (delapan)
desa penerima pelayanan air bersih dan perwakilan kecamatan. Perwakilan dari tiap
desa 3 orang yang masing-masing terdiri atas 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki.
Upaya memberikan peran yang lebih besar kepada kaum perempuan bukan semata
mata karena desakan dari badan donor yaitu Plan Internasional dan American Red Cross,
akan tetapi juga menyandarkan pada kenyataan bahwa kaum perempuan memang
merupakan fihak yang paling berperan dalam berbagai urusan yang terkait dengan air.

246 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Menurut Ketua Perkumpulan Mata Ie Alue Pochiek, Sakban Siregar, keterlibatan kaum
perempuan merupakan keniscayaan karena di tangan kaum perempuanlah tanggung
jawab rumah tangga yang berkenaan dengan mencari dan mempergunakan air.
Menurutnya, sebelum adanya sistem penyediaan air minum oleh Mate Ie Alue Pochik,
perempuan Krueng Raya memiliki beban pekerjaan cukup besar mulai dari mencari air
sejak dini hari, memasak, mencuci baju dan alat makan dan mengurus anak, sementara
kepala keluarga berperan dalam mencari nafkah sebagai nelayan.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 247
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Peran perempuan juga sangat jelas terlihat


pada saat pembayaran iuran air, di mana yang
sering terlihat untuk membayar iuran air bersih
adalah ibu-ibu rumah tangga. Begitu juga apabila
terdapat permasalahan pada pelayanan air
bersih, maka kaum perempuan yang lebih banyak Keterlibatan
melaporkan keluhan kepada pengelola/penyedia perem puan adalah
air bersih. keniscayaan karena
di tangan kaum
Sakban Siregar juga mengatakan, mayoritas perem puanlah
penduduk (80%) di desa desa di Kecamatan Masjid tanggung jaw ab
Raya nelayan. Kepala Keluarga bekerja malam hari rum ah tangga
di laut, sedangkan urusan di rumah pada siang hari yang berkenaan
menjadi wilayah pekerjaan kaum perempuan. dengan m encari dan
m em pergunakan air.
Menurutnya, pelibatan kaum perempuan memiliki
nilai tambah, karena kaum perempuan adalah
pihak yang paling berurusan dengan air. Mereka
akan menjadi sangat peduli, berkepentingan,
dan paham mengenai hal ikhwal yang berkaitan
dengan air. Dengan demikian pelibatan kaum
perempuan disertai harapan bahwa layanan akan
lebih baik dan lebih berkelanjutan.

248 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Ide subsidi silang yang diterapkan pengurus Mata Ie Alue Pochik dilatari oleh tidak
tertutupnya biaya Operational and Maintenance (OM). Hal ini terjadi karena iuran yang
disanggupi masyarakat hanya Rp 2500 permeter kubik. Guna mengantisipasi kerugian
yang makin besar dan menutup biaya OM, pengurus Mata Ie Alue Pochik kemudian
menjual air untuk keperluan kapal-kapal. Penjualan air ke kapal dilakukan dengan cara
diangkut melalui mobil tangki, kemudian dijual untuk kepentingan kapal tongkang.
Tarif yang dikenakan adalah tarif komersial seharga Rp.300.000,-/m3. Penjualan dari tarif
komersial ini dapat meningkatkan kas pendapatan rata-rata perbulan sekitar ± 35 %.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 249
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Guna m engantisipasi kerugian yang m akin


besar dan m enutup biaya operasional, pengurus
Mata Ie Alue Pochik kem udian m enjual air untuk
keperluan kapal-kapal.

Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik dibentuk melalui pendekatan partisipatif. Proses


pembentukan yang melibatkan peran akitif masyarakat berdampak pada keberlanjutan
sarana dan kepatuhan untuk memenuhi kewajiban sebagai pemakai sarana/layanan.
Kondisi di bawah pengelolaan Mata Ie Alue Pochik sangat berbeda dengan ketika sarana
dibangun oleh PDAM. Ketika itu, PDAM mengabaikan partisipasi masyarakat dalam
seluruh prosesnya. Akibatnya, masyarakat tidak hanya tidak mau membayar pemakaian
air, mereka bahkan merusak sarana yang telah dibangun. Perbedaan pendekatan ini yang
membuat sarana air bersih yang kini dikelola Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik tidak
dirusak warga dan tetap bisa melayani secara berkelanjutan.

250 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Sejumlah Tantangan ke Depan


Operasional sarana air bersih di Kecamatan Krueng Raya yang dikelola Perkumpulan
Mata Ie Alue Pochik membawa banyak perubahan di sana. Berbagai manfaat pun sudah
dirasakan warga. Namun demikian, ada sejumlah tantangan yang ke depan harus bisa
diatasi. Di antara berbagai tantangan itu di antaranya adalah regenerasi pimpinan.

Ketua Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik, Syakban Siregar sangat terpengaruh dan ditaati
oleh pengurus lainnya. Pengurus lain yang saat ini menduduki jabatan di perkumpulan
bahkan menyatakan diri mereka tidak berani/tidak bersedia menggantikan posisi
sebagai ketua perkumpulan. Hal ini karena ada trauma masa lalu berkaitan dengan aksi
vandalism masyarakat pada sarana air bersih.

Selain masalah kepemimpinan, tantangan lain adalah menurunnya debit air di mata air.
Saat ini hal tersebut sedang terjadi dan sangat mengganggu kontinuitas layanan. Debit
air menurun dari semula 11 s/d 13 l/detik sekarang tinggal 3 s/d 5 l/detik. Untuk mengatasi
menurunnya debit air, management Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik membuat
kebijakan untuk mengatur supply air ke rumah tangga yaitu sehari memperoleh layanan
sehari berikutnya tidak memperoleh layanan.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 251
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Tantangan lainnya adalah masalah


keuangan. Sebagaimaa diketahui, iuran
sebesar Rp 2.500/ m3 tidak bisa untuk
memenuhi kebutuhan OM dan cost
recovery.

Biaya operasional perbulan rata rata


sebesar Rp 21.000.000, sedangkan
penerimaan rata rata perbulan sebesar
Rp 22.369.000. peenrimaan itu berasal dari
tiga sumber yaitu rekening air
(Rp 9.621.000), penjualan melalui truk
tangki (Rp 4.068.000) dan pemasangan
baru (Rp 8.680.000).

252 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Dari perhitungan itu masih terdapat uang sisa sebesar Rp 1.360.000. Namun uang sisa
sebesar itu masih belum bisa mencapai sasaran pemulihan beaya, sehingga dalam jangka
panjang masih belum bisa dikatakan aman dari ancaman.

Menurut penjelasan ketua Aloe Pochiek, sampai saat ini masih belum seluruh pelanggan
membayar dengan lancar. Kondisi terakhir masih terdapat penunggak iuran 53 %, yang
berarti tidak sampai separuh dari pelanggan yang membayar iuran dengan lancar.

Aspek sosial budaya juga menjadi tantangan tersendiri, terutama perilaku masyarakat
merusak sarana air pada masa lalu. Perilaku itu pada saat ini sudah bisa ditanggulangi
dengan cara mengembangkan kesepakatan bersama yang tertuang di dalam MoU secara
partisipatif. Pendekatan partisipatif telah terbukti mampu menanggulangi permasalahan
kronis dan serious yang selama bertahun tahun selalu muncul.

Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi 253
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Agar hal tersebut tidak timbul lagi di masa depan, pengurus harus mempertahankan
dan membina suasana kondusif itu dan bila telah terlihat tanda-tanda akan berulangnya
penyakit penyakit lama, pengurus Perkumpulan Mata Ie Alue Pochik harus segera turun
tangan dengan melakukan pendekatan partisipatif.

254 Bagian 3 Peran komunitas dalam pembangunan air minum dan sanitasi
Bagian 4
Penutup

255
256
Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Pembelajaran untuk Peningkatan Layanan


Air Minum dan Sanitasi
Berbagai pihak sampai saat ini telah banyak berupaya untuk meningkatkan profil air
minum dan sanitasi di Indonesia. Mereka bukan saja dari unsur Pemerintah, namun
masyarakat dan sekolah juga ikut serta dalam mengaplikasikan program air minum dan
sanitasi. Semakin banyak peran serta masyarakat dalam pembangunan AMPL. Salah
satunya adalah kelembagaan pengelola sarana air minum (HIPPAM). Dari sekian banyak
HIPPAM yang ada di Indonesia, hanya beberapa yang mampu bertahan, mengembangkan
diri, dan berinovasi untuk memberikan layanan yang setara, atau bahkan melebihi PDAM.

Selain itu, di sisi pemerintah daerah, berbagai inovasi dan terobosan juga telah dilakukan
melalui berbagai aspek. Kota Malang, misalnya, yang telah berhasil mengembangan zona
air minum prima, dimana air yang keluar dari keran dapat langsung diminum. Sementara
Kota Tarakan berhasil melakukan penyusunan Perda Kesehatan Lingkungan. Tidak
hanya sekedar menyusun, namun implementasi dalam bentuk penegakkan hukum yang
dilaksanakan juga tidak tanggung-tanggung. Sanksi siap menghadang bagi siapa pun
yang melanggar peraturan tersebut.

Pengalaman beberapa pemerintah daerah dan komunitas masyarakat yang telah berhasil
dalam mengimplementasikan pembangunan AMPL itu telah diapresiasi oleh Pemerintah
Pusat melalui penganugerahan AMPL Award Tahun 2011. Kini, Buku Inovasi Pembangunan
Air Minum dan Sanitasi: Pembelajaran dari Kisah Sukses Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Komunitas ini disusun untuk mengungkapkan kesuksesan pihak-pihak tersebut sebagai
masukan dan bahan pembelajaran untuk kita semua. Hal ini agar layanan air minum dan
sanitasi menjadi lebih baik, untuk anak cucu kita nanti.

Bagian 4 Penutup 257


Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

Daftar Singkatan
3R Reduce, Reuse dan Recycle
AMPL Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
ARC Am erican Red Cross
AusAID The Australia Agency for International Developm ent
BABS Buang Air Besar Sembarangan
Bappeda Badan Perencana dan Pembangunan Daerah
BLH Badan Lingkungan Hidup
BPMPD Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
BPS Buku Putih Sanitasi
BPSABS Badan Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi
CATNIP Certification and Training for Network Im provem ent Project
CLTS Com m unity Led Total Sanitation
CSF Com m unity self financing
CSR Corporate Social Responsibility
Dapil Daerah Pemilihan
DELGOSEA Dem ocratic Local Governance in South East Asia
DHS Decentralized Health Services
DJCK-PU Direktorat Jenderal Cipta Karya – Pekerjaan Umum
DPPKAD Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
EHRA Environm ental Health and Risk Assessm ent
ESP Environm ental Services Program
Forkohat Forum Kota Sehat
GIS Geographic Inform ation System
HAKLI Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
HIPPAM Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum
Jamkesda Jaminan Kesehatan daerah
KLB Kejadian Luar Biasa
KSAN Konferensi Sanitasi dan Air Minum Nasional
KUA PPAS Kebijakan Umum Anggaran- Program Prioritas Anggaran Sementara

258 Daftar Singkatan


Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

LPM Lembaga Pemberdayaan Masyarakat


LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
MDGs Millenium Developm ent Goals
ODF Open Defecation Free
PAH Penampungan Air Hujan
PAMSIMAS Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Pansus Panitia Khusus
PDAM Perusahaan Air Minum Daerah
Pemkab Pemerintah kabupaten
Perbup Peraturan Bupati
Perda Peraturan Daerah
Perdes Peraturan Desa
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
PERPAMSI Persatuan Perusahaan Air Minum Indonesia
Perwali Peraturan Walikota
PHBS Perilaku HIdup Bersih dan Sehat
PKK Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Pokja Kelompok Kerja
PPABS Panitia Pembangunan Sarana Air bersih dan Sanitasi
PPIP Program Pembangunan Infrastruktur Pemukiman
PPK-IPM Program Pengembangan Kompetensi – Indeks Prestasi
PPP Public Private Partnership
Prolegda Program Legislasi Daerah
Pronangkis Program Penanggulangan Kemiskinan
RAD Rencana Aksi Daerah
Ranperda Rancangan Peraturan Daerah
Renstra Rencana Strategis
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
SAB Sarana Air Bersih
SANIMAS Sanitasi Berbasis Masyarakat

Daftar Singkatan 259


Inovasi Pembangunan Air Minum dan Sanitasi di Indonesia

SIM Sistem Informasi Manajemen


SIMPUS Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
SIP-SPAM Surat Izin Pengusahaan-Sistem Penyediaan Air Minum
SK Surat Keputusan
SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SPM Standar Pelayanan Minimal
SR Sambungan Rumah
SSK Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota
STBM Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional
Taling Tabungan Lingkungan
TPA Tempat Pengolahan Akhir
TPS Tempat Pengolahan Sementara
TPST Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu
UNICEF United Nations Children’s Fund
UPTD Unit Pengelola Teknis Daerah
USAID United States Agency for International Developm ent
Waspola Water Supply and Sanitation Policy and Action Planning
WSLIC Water Supply and Sanitation for Low Incom e Com m unities
WSLIC2 Second Water and Sanitation for Low Incom e Com m unities
ZAMP Zona Air Minum Prima

260 Daftar Singkatan


Berbagai pihak sampai saat ini telah banyak berupaya untuk
meningkatkan profil air minum dan sanitasi di Indonesia.
Mereka bukan saja berasal dari unsur pemerintah, namun juga
dari komunitas masyarakat turut serta dalam mengaplikasikan
program air minum dan sanitasi. Pengalaman beberapa
pemerintah daerah dan komunitas masyarakat yang telah
berhasil dalam mengimplementasikan pembangunan AMPL itu
telah diapresiasi oleh Pemerintah Pusat melalui penganugerahan
AMPL Award Tahun 2011.

Buku inovasi pembangunan air minum dan sanitasi :


Pembelajaran dari Kisah Sukses Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Komunitas ini disusun untuk mengungkapkan kisah sukses
pihak-pihak pemenang AMPL Award Tahun 2011. Tedapat 6
pemerintah kabupaten/kota dan 5 komunitas masyarakat yang
menjadi studi dalam buku ini. Dalam buku ini juga akan digali
lebih dalam bagaimana tantangan yang dihadapi serta faktor
apa saja yang menjadi kunci kesuksesan pembangunan AMPL
yang dilakukan.
Kehadiran buku ini tentu saja diharapkan dapat menjadi
masukan dan bahan pembelajaran bagi kita semua tentang
bagaimana perjuangan untuk tetap memberikan usaha yang
terbaik agar layanan air minum dan sanitasi menjadi lebih baik,
untuk saat ini dan juga generasi mendatang

Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional
Alamat Sekretariat : Jl. RP Soeroso No. 50 Gondangdia,
Menteng, Jakarta Pusat 10350
Telp/Fax. (021) 31904113
Website : www.ampl.or.id
E-mail : pokja@ampl.or.id

Anda mungkin juga menyukai