Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

KEGIATAN PROGRAM GANGGUAN INDERA

Provinsi : Sumatera Selatan


Kota/Kab : Muara Enim
Tahun : 2021

Kasus baru (kunjungan pertama kali ke puskesmas)


Jumlah Kasus Baru Menurut Golongan Umur Jumlah Jumlah
Kode
NO KEGIATAN 0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn 20-44 th 45-59 th >59 th kasus baru Kasus KET.
ICD X
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P Total Dirujuk

I Jenis Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (H00-H59)


a. Katarak: > 3/60
≤3/60 1 1 1 1 2 2
b. Kelainan Refraksi
- Miopi
- Hipermetropia
- Presbiopia
- Astigmatisme
c. Glaukoma
d. Retinopati Diabetikum
e. Low Vision
f. Retinopati of prematurity (ROP)
e. Lain-lain (sebutkan):
Konjungtivitis 2 1 2 1 1 1 1 2 7 4 11 0
Keratitis 1 1 1 1 2 0
Dry Eye Syndrome 1 1 1 2 1 3 0
Corpus Alienum 1 1 0 1 0
e. Jumlah operasi katarak
f. Follow up pasca operasi katarak
Tajam penglihatan: 6/12 - 6/18
< 6/18 - 6/60
II < 6/60
Jenis Gangguan Pendengaran dan Ketulian (H60-H95)
a. Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK/Congek)
b. Serumen 1 1 0 1 0
c. Presbikusis
d. Tuli akibat Bising (NIHL)
e. Tuli Konginital (tuli sejak lahir)
f. lain-lain (sebutkan):
OMA 1 2 1 2 2 4 0
Otomikosos 1 1 0 1 0
Otitis Ekstena 1 1 0 1 0

Kunjungan/kasus lama (kunjungan ke pu Jumlah Kunjungan Menurut Golongan Umur Jumlah Jumlah
Kode
NO 0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn 20-44 th 45-59 th >59 th Kunjungan Kunjungan KET.
ICD X
KEGIATAN L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P Total Dirujuk

I
Jenis Gangguan Penglihatan dan Kebutaan (H00-H59)
a. Katarak: > 3/60
≤3/60
b. Kelainan Refraksi
- Miopi
- Hipermetropia
- Presbiopia
- Astigmatisme
c. Glaukoma
d. Retinopati Diabetikum
e. Low Vision
f. Retinopati of prematurity (ROP)
e. Lain-lain (sebutkan):
Dry Eye Syndrome
Pterigium
e. Jumlah operasi katarak
f. Follow up pasca operasi katarak
Tajam penglihatan: 6/12 - 6/18
< 6/18 - 6/60
< 6/60
II
Jenis Gangguan Pendengaran dan Ketulian (H60-H95)
a. Otitis Media Supuratif Kronik
(OMSK/Congek)
b. Serumen
c. Presbikusis
d. Tuli Akibat Bising (NIHL)
e. Tuli Kongenital (tuli sejak lahir)
f. lain-lain (sebutkan):

Jenis Kelamin dan Umur


No
Total
JENIS DISABILITAS 0-7 hr 8-28 hr 1-11 bn 1-4 th 5-9 th 10-14 th 15-19 tn 20-44 th 45-59 th >59 th Jumlah
L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P L P
0
a. Disabilitas Fisik 0
b. Disabilitas intelektual 0
c. Disabilitas Sensorik 0
d. Disabilitas Mental

Tebat Agung , 30 November 2021


Mengetahui: Pengelola program
Ka.UPTD Puskesmas Tebat Agung

dr. Veru Liana Metri


Tin Dwi Afriance, SKM,.M.Kes NIP. 199202232020122003
DAFTAR OPERASIONAL

1 Kasus baru
2
follow-up paska operasi katarak
3
Kasus lama

4 Disabilitas

5 Katarak

6 Glukoma

7 Rabun Jauh/Miopia

8 Rabun Dekat/Hipermetropia

9 Presbiopia

10 Astigmatisme

11 Buta

Otitis Media Supuratif Kronis


12
(OMSK), congek)

13 Otitis Media Akut (OMA)

14 Tuli Kongenital

Noise Induced Hearing Loss (NIHL)


15 Gangguan Pendengaran Akibat
Bising) ditempat kerja
16 Serumen

17 Prebikusis

18 Disabilitas Fisik
19 Disabilitas intelektual

20 Disabilitas Mental

21 Disabilitas Sensorik

22 Afarasia

23 Disartria

24 Dysphonia

25 Keterlambatan bicara

26 Stuttering/Stammering/gagap

27 Gangguan Kognisi

28 Disfagia

29 Kesulitan Makan Pada Anak

30 Retensi Sputum

31 Retensio Urin
32 Inkontinensia Urin

33 Gangguan Kekuatan Otot

34 Nyeri Muskuloskeletal

35 Nyeri Neuropati

36 Neoplasm related pain acute and


chronic (keganasan)

37 Decubitus
DAFTAR OPERASIONAL

Kunjungan pertama kali ke puskesmas


Pasien lama yg dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan paska operasi katarak diperiksa
H+1,H+7, dan H+30

Kunjungan ke dua kali atau lebih dengan keluhan sama dengan kasus/kunjungan pertama

Suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktifitas atau kegiatan tertentu
sebagaimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi
ketidakmampuan dalam hal fisiologis, psikologis dan kelainan struktur atau fungsi anatomi

Gangguan yang disebabkan adanya pengapuran pada lensa mata, sehingga daya
akomodasi dan penglihatan menjadi kabur.
Gangguan yang terjadi karena tekanan cairan di ruang depan lensa meningkat, sehingga
menghambat aliran darah. Akibatnya dapat terjadi kebutaan.
Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh lensa mata terlalu cembung, sehingga
bayangan benda jatuh di depan retina. Miopi disebut juga rabun jauh. Untuk menolong
penderita miopi, dipakai kacamata lensa cekung (lensa negatif).
Gangguan penglihatan yang disebabkan lensa mata terlalu cekung, sehingga bayangan
retina jatuh di belakang retina. Untuk menolong penderita hipermetropi, dipakai kacamata
lensa cembung (lensa positif).
Gangguan penglihatan yang disebabkan berkurangnya daya akomodasi lensa mata.
Presbiopi umumnya dialami oleh orang lanjut usia. Untuk menolong penderita presbiopi,
dipakai kacamata lensa rangkap (cembung dan cekung).
Gangguan penglihatan yang disebabkan oleh kecembungan permukaan kornea atau
permukaan mata yang tidak rata, sehingga sinar sejajar yang datang tidak difokuskan
pada satu titik. Untuk menolong penderita astigmatisme dipakai kacamata silindris.
Kondisi dimana kurangnya persepsi visual karena faktor fisiologis (fisik) dan
neurologi (syaraf), yang merujuk kepada hilangnya penglihatan yang tidak dapat
dikoreksi/diobati dengan kacamata atau lensa kontak
Infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah. Yaitu pada ruang di belakang gendang
telinga, di mana terdapat tiga tulang kecil yang menangkap getaran dan meneruskannya
ke telinga bagian dalam. Kondisi ini juga dikenal dengan istilah radang telinga tengah.

Peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telingatengah 


Ketulian yang terjadi pada seorang bayi disebabkan faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan maupun pada saat lahir. Ketulian ini dapat berupa tuli sebagian (hearing
impaired) atau tuli total (deaf).

Penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena
belum mengganggu percakapan sehari-hari

Gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen di liang telinga dan
menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu
Tuli sensorineural (saraf) pada usia lanjut akibat proses degenerasi (penuaan) organ
pendengaran. Proses ini terjadi berangsur angsur, dan simetris (terjadi pada kedua sisi
telinga).
Penyandang Disabilitas fisik adalah terganggunya fungsi gerak antara lain meliputi
amputasi; lumpuh layuh (flaksid) atau kaku (spastik hingga kontraktur);
paraplegi/hemiplegi/monoplegi/triplegi/tetraplegi; akibat stroke, cerebral palsy dan PTM
lainnya; akibat kusta; orang kecil/kerdil.
Penyandang disabilitas intelektual adalah fungsi pikir karena tingkat kecerdasan di bawah
rata-rata antara lain meliputi lambat belajar; disabilitas grahita; sindroma down.

Penyandang disabilitas mental adalah terganggunya fungsi pikir, emosi dan perilaku
antara lain meliputi psiko-sosial, seperti skizofrenia, bipolar, depresi, anxietas, dan
gangguan kepribadian; dan disabilitas perkembangan yang berpengaruh pada
kemampuan interaksi sosial, seperti autis dan hiperaktif.

Penyandang Disabilitas sensorik adalah terganggunya salah satu fungsi dari panca indera
antara lain meliputi: disabilitas netra; disabilitas rungu; disabilitas wicara; disabilitas rasa.

Ketidakmampuan untuk berbicara, menulis, atau mengerti bahasa lisan atau tertulis,
kondisi ini paling sering disebabkan oleh stroke atau cedera kepala. Atau Afasia
merupakan kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau kehilangan
kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan tidak dapat
berlangsung dengan baik. Anak-anak dengan afasia didapat memiliki riwayat
perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah trauma kepala atau
gangguan neurologis lain (contohnya kejang)
Suatu kondisi di mana penderitanya mengalami kesulitan mengendalikan atau
mengkoordinasi otot yang digunakan ketika berbicara, atau kelemahan otot, sering
ditandai dengan bicara cadel atau lambat dan sulit dimengerti.
Gangguan suara yang disebabkan oleh abnormal kontraksi otot-otot yang memproduksi
suara, ada saat-saat tidak ada suara dapat dibuat sama sekali dan kali ketika suara
quivery, tegang, serak.
Salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak.
Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicaradan bahasa berkisar 5 –
10% pada anak sekolah

Gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Terdapat
pengulangan suara, suku kata, kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi
spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan
adanya riwayat gagap dalam keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh
tekanan dari orang tua agar anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak
aman, dan kepribadian anak.

Gangguan dan kondisi yang mempengaruhi kemampuan berfikir seseorang sehingga


memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Kognisi memainkan peran
penting dalam kemampuan seseorang untuk belajar dan hidup sehat dan normal.Menurut
Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders (DSM-V), masalah kognitif bisa
masuk ke dalam kategori berikut: demensia (yang paling umum :alzheimer), gangguan
pengembangan (termasuk autisme), delirium dan amnesia.
Gejala kesulitan menelan karena gangguan pada esofagus (kerongkongan).
Masalah makan adalah ketidak mampuan untuk makan atau penolakan terhadap
makanan tertentu sebagai akibat disfungsi neoromotorik, lesi obstruktif, atau faktor
psikososial yang mempengaruhi makan, atau kombinasi dua atau lebih penyebab
tersebut.
Obstruksi jalan nafas akibat sumbatan sputum
Suatu keadaan penumpukan urin di kandung kemih dan tidak punya kemampuan untuk
mengosongkannya secara sempurna, sedangkan urin merupakan hasil dari ekskresi
manusia yang dihasilkan dari penyaringan darah yang dilakukan di ginjal.
Ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol kandung kemih (bladder), dapat terjadi
akibat dampak dari infeksi saluran kemih, sembelit, minum obat jenis tertentu, stroke, dan
prostat yang membesar. Tergantung dari penyebabnya, inkontinensia urin dapat bersifat
sementara (akut) atau berkelanjutan (kronis).
Ketidakmampuan otot untuk mempertahankan massa dan atau kekuatan dan atau fungsi
motoriknya.
Nyeri pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis
secara berulang dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama dan akan
menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
nyeri yang dipicu atau disebabkan oleh lesi primer atau disfungsi dari sistem saraf dan
dapat disebabkan oleh kompresi atau infiltrasi dari nervus oleh suatu tumor, tergantung di
mana lesi atau disfungsi terjadi. Nyeri neuropatik pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua
yaitu berdasarkan asalnya yaitu perifer dan sentral, juga berdasarkan waktunya, yakni
nyeri neuropatik akut dan kronik. 
Kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara tidak terkontrol, dan dapat
menyerang jaringan di dekatnya dan bermetastasis, atau menyebar ke area lain dari
tubuh.
Kerusakan / kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan sampai menembus otot
sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus
sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat
Data Dasar

No Provinsi Kab/Kota Nama Puskesmas


*) Bentuk Layanan untuk penyandang disabilitas yang diberikan oleh Puskesmas, seperti loket khusus bagi penyan

II Jejaring Kemitraan

Kontak Person (Nama &


No Nama Instansi Ada/Tidak
HP)

Komda Penanggulangan
Gangguan Penglihatan
1 dan Kebutaan (PGPK)

Komda Penanggulangan
Gangguan Pendengaran
2 dan Ketulian (PGPKt)
Rehabilitasi
Bersumberdaya
3 Masyarakat (RBM)
Pesatuan Dokter
Spesialis Mata
4 Indonesia (PERDAMI)
Perhimpunan Ahli THT
Bedah Kepala Leher
Indonesia (PERHATI-
5 KL)

Perhimpunan Dokter
Spesialis Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi
6 Indonesia (PERDOSRI)
Balai Kesehatan Mata
7 Masyarakat (BKMM)

III Kegiatan Bakti Sosial

III.a Katarak / Gangguan Penglihatan Lainnya (lampirkan data hasil Baksos)

No Nama Kegiatan Instansi Yang Mengadakan Waktu

III.b Gangguan Pendengaran (Bersih-Bersih Telinga oleh PGPKt) (lampirkan data hasil Baksos)

No Nama Kegiatan Instansi Yang Mengadakan Waktu


Puskesmas Ramah Disabilitas
Puskesmas (Aksesibilitas Penyandang Puskesmas
Puskesmas
Melayani Disabilitas) (Ya/Tidak) melakukan
Melayani
Kode Deteksi Dini penjaringan
kesehatan
dan Rujukan kesehatan pada
Indera (Ya /
Katarak anak sekolah
Tidak) Bentuk
(Ya/Tidak) Ya / Tidak (Ya/Tidak)
Layanan *)
seperti loket khusus bagi penyandang disabilitas, pelayanan home care bagi penyandang disabilitas, petugas khusus yang membantu m

Email Keterangan
Jumlah
Jumlah
Peserta

n data hasil Baksos)


Jumlah
Jumlah
Peserta
Alat Pendukung Deteksi Dini Gangguan I
Jumlah Tenaga Jenis Tenaga Instansi yang
Nama Pelatihan
Terlatih Indera Terlatih Melatih

Nama Alat
s khusus yang membantu melayani para penyandang disabilitas, desain bangunan yang dapat diakses oleh penyandang disabilitas)
Pendukung Deteksi Dini Gangguan Indera

Keterangan

Jumlah Kondisi Alat


diakses oleh penyandang disabilitas)

Anda mungkin juga menyukai