Reaktor Membran Enzimatis (RME) Paralel A Kelompok 12
Reaktor Membran Enzimatis (RME) Paralel A Kelompok 12
Reaktor membran enzim (RME) adalah mode khusus untuk menjalankan proses
berkelanjutan di mana enzim dipisahkan dari produk akhir dengan bantuan membran selektif.
Membran tersebut juga berfungsi untuk memisahkan produk dari enzim berdasarkan prinsip
perbedaan ukuran molekul. membran ultrafiltrasi dengan molekul cut-off antara 1 dan 100
kD adalah yang paling sering digunakan.
Faktor utama yang mempengaruhi unjuk kerja EMR adalah pelarut.Salah satu pelarut organik
yang sering digunakan adalah CO2, superkritik karena memiliki viskositas rendah sehingga
cenderung tidak menimbulkan fouling pada membran.
Keunggulan Reaktor Membran Enzimatis (RME)
a. Proses menjadi lebih praktis karena reaksi konversi katalitik, pemisahan antara enzim dan
produk, serta catalyst recovery terjadi dalam satu unit operasi.
b. Memiliki rasio luas permukaan persatuan volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan
reaktor enzim konvensional. Nilai rasio yang tinggi tersebut disebabkan oleh keberadaan
pori-pori pada membran.
c. Dapat digunakan berulang-ulang karena dapat enzim diretensi pada penyangga berupa
membran Penggunaan berulang tersebut memungkinkan EMR untuk beroperasi secara
kontinyu.
Kekurangan Reaktor Membran Enzimatis (RME)
a. Penurunan aktivitas enzim yang disebabkan oleh denaturasi enzim. Denturasi enzim dapat
dicegah dengan optimasi terhadap variabel temperatur sehingga diperoleh nilai kondisi
temperatur yang tidak mengakibatkan terjadinya denaturasi dan meningkatkan viskositas
aliran proses seminim mungkin.
b. Polarisasi konsentrasi pada membran dapat menimbulkan fouling. Cara paling efektif
untuk mengurangi fouling adalah dengan melakukan pretreatment yaitu hidrolisis pada
substrat untuk meempercepat laju alir.
c. Heterogenitas, menyebabkan substrat lebih mudah bereaksi pada lokasi yang lebih dekat
dengan enzim. Hal itu tidak dikehendaki.
Reaktor membran enzim dirancang untuk hidrolisis seperti pektin oleh poligalakturonase dari
A. niger bekerja dengan stabilitas yang sangat baik selama lebih dari 50 jam. Aktivitas
enzimatik meningkat perlahan pada tahap awal pertumbuhan, dan mencapai tingkat tertinggi
setelah 7-8 hari. Kondisi ini, ada kemungkinan bahwa jamur tidak mengeluarkan aktivitas
enzimatik. A. niger ditambah dengan pektin dan gula akan mengalami fermentasi sehingga
terjadi penghambatan substrat. Pengurangan viskositas sebesar 88% dicapai setelah hanya
0,25 jam reaksi. Sebaliknya, viskositas campuran reaksi tanpa enzim meningkat secara linier
selama jam pertama dalam RME.
A. niger dapat berhasil dibudidayakan dalam bahan baku (apple pomace) yang menghasilkan
tingkat aktivitas pektinolitik yang signifikan.Selain itu pengolahan membran enzimatis dapat
diaplikasikan pada jus buah lainnya yang tinggi pektin dan wine. Penelitian ini dapat
diperluas lebih lanjut dengan mencoba strain lain seperti penicilium ke produk lainya seperti
pisang dan wine untuk memperoleh aktivitas enzim yang lebih tinggi. Penggunaan membran
enzim memungkinkan penurunan drastis terhadap viskositas pektin diibandingkan dengan
konfigurasi reaktor membran tanpa enzim. Namun juga terdapat kekurangan yaitu fouling
sehingga harus benar-benar diperhatikan.
Daftar Pustaka
Belafi-Bako, K., Eszterle, M., Kiss, K., Nemestothy, N., & Gubicza, L. (2007). Hydrolysis of
pectin by Aspergillus niger polygalacturonase in a membrane bioreactor. Journal
of Food Engineering, 78, 438–442
Rios, G. M., Belleville, M. P., Paolucci, D., & Sanchez, J. (2004). Progress in enzymatic
membrane reactors–a review. Journal of Membrane Science, 242(1-2), 189-196.
Rodriguez-Nogales, J. M., Ortega, N., Perez-Mateos, M., & Busto, M. D. (2008). Pectin
hydrolysis in a free enzyme membrane reactor: An approach to the wine and juice
clarification. Food chemistry, 107(1), 112-119.
Yuhermita, N. (2017). Teknik Reaktor Kimia “Membran Reaktor”. Jambi : Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Jambi