Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS TAFSIR TANTHOWI JAUHARI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Tafsir Ilmi
Dosen Pengampu: Ustadz Abdurrahim, S.Pd., M.Ag.

Disusun Oleh:

Arief Suhendar

Azkia Nurillah

Muthia Khoirun Nisa

Popi Anggraeni Mujahidah

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM

STAIPI – GARUT

Jl. Aruji Kartawinata Ciawitali Tarogong Kidul Garut Kode Pos 44151 Telp
(0262) 232413
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’alayang telah memberikan kami


kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Analisis
Tafsir Tanthowi Jauhari” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Garut, 22 Maret 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Qur’an yang notabenenya menjelaskan segala hal, secara tersurat
maupun tersirat telah banyak menyinggung fenomema alam (dhawahir al-
alam), Dan itu jauh masanya sebelum manusia diera ini mengenal dan
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang sains (science). Sebagai contoh
ayat yang menceritakan tentang perjalanan spiritual Nabi Ibrahim dalam
mencari Tuhan, pertama ia melihat bintang di malam hari, lalu melihat bulan
dan kemudian melihat matahari. Allah SWT memperlihatkan fenomena alam
tersebut kepada Nabi Ibrahim tidak lain hanya agar supaya ia mengakui
kebesaran dan kekuasaan Allah SWT atas segala sesuatu.
Sebagaimana Al-Qur’an telah banyak menyinggung tentang alam semesta,
Tafsir Al-Qur’an juga mengalami kemajuan dan perkembangan corak
ragamnya, tidak seperti periode awal, di era kontemporer makin corak tafsir
ilmi yang salah satunya adalah mengenai al-ilm al-thabi’iyah atau ilmu sains.
Thanthawi Jauhari merupakan salah satu ilmuan kontemporer yang
melakukan terobosan penafsiran jenis ilmi, ia menulis kitab tafsir yang diberi
judul Al-Jawahir yang banyak mengupas tentang sains dan ilmu pengetahuan.
Terlepas dari kontroversi boleh tidaknya tafsir bil 'ilmi, yang pasti tafsir ini
memberi kontribusi penting dalam dunia penafsiran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka
penulis membuat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas kemudian
yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi Thantowi Jauhari.
2. Bagaimana latar belakang penulisan Tafsir Al-Jawahir.
3. Bagaimana metode Tafsir dalam Tafsir Al-Jawahir.
4. Bagaimana corak Tafsir dalam Tafsir Al-Jawahir.
5. Bagaimana Sistematika penulisan dalam Tafsir Al-Jawahir.
6. Bagaimana karakteristik penafsirandalam Tafsir Al-Jawahir
7. Bagaimana pandangan para ulama mengenai Tafsir Al-jawahir

C. Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis mempunyai beberapa tujuan yang
hendak dicapai sebagai jawaban dari perumusan masalah. Adapun tujuan
penulisannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui biografi Thantowi Jauhari.
2. Untuk mengetahui belakang penulisan Tafsir Al-Jawahir.
3. Untuk mengetahui metode Tafsir dalam Tafsir Al-Jawahir.
4. Untuk mengetahui corak Tafsir dalam Tafsir Al-Jawahir.
5. Untuk mengetahui penulisan dalam Tafsir Al-Jawahir.
6. Untuk mengetahui Karakteristik penafsiran dalam Tafsir Al-Jawahir.
7. Untuk mengetahui pandangan para ulama mengenai Tafsir Al-jawahir.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………….,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………………
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Thantowi Jauhari……………………………………………..
B. latar belakang penulisan Tafsir Al-Jawahir……………………………
C. Metode Tafsir dalam Tafsir Al-Jawahir……………………………….
D. Corak Tafsir dalam Tafsir Al-Jawahir…………………………………
E. Sistematika penulisan dalam Tafsir Al-Jawahir……………………….
F. karakteristik penafsirandalam Tafsir Al-Jawahir………………………
G. Pandangan para ulama mengenai Tafsir Al-jawahir…………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Thanthawi Jauhari


1. Riwayat Hidup
Nama aslinya adalah Thanthawi bin Jauhari al-Mishri beliau lahir
didesa Kifr Iwadllah di sebelah timur Mesir, 1
tahun 1287H/1870M. 2

dilahirkan dalam keluarga yang berprofesi sebagai petani. Ibu Thanthawi


Jauhari berasal dari keluarga bangsawan dan berkuasa yang dikenal dengan
sebagai “Ghanimah” yang tinggal berdekatan dengan pusat Ghar. Thanthawi
mempunyai nenek yang menjaga dan menyayangi Tantawi yang tidak dapat
berpisah dengannya. Ayah Thanthawi Jawhari adalah seorang petani dari desa
Kifr. Walaupun demikian Jauhari tetap berkeinginan untuk menjadi individu
yang berguna untuk negaranya. Jauhari selain sering membantu orang tuanya
sebagai petani juga sering mengikuti ayahnya datang kemajelis-majelis di
kampungnya. 3
Thanthawi Jauhari tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tegas,
maka tidak heran jika dalam bidang keilmuan (akademik) Thanthawi tumbuh
menjadi anak yang berprestasi dan mengalami kemajuan yang pesat. Dengan
rasa semangat belajar yang sangat tinggi terhadap ilmu pengetahuan murni,
seperti fisika, astronomi, biologi, dan lain-lain. Berangkat dari rasa
ketertarikan beliau ini terhadap bidang inilah yang menjadikannya banyak
memperkuat argumentasi bahwa agama sejalan dengan sains dan agama sama
sekali tidak menentang kemajuan sains dan teknologi.
Pada masa pasca perang dunia 1 (1914-1918) Mesir mengalami
kebangkitan umat islam khususnya di Mesir. Bergejolaknya kondisi sosio-
politik, beliau aktif berperan melalui tulisan maupun ceramah-ceramah
sebagai pelopor terhadap masyarakat di sekitar Dar al-Ulum untuk melawan

1
Harun Nasution(ed), Ensiklipedi Islam di Indonesia, Jilid III (Jakarta:CV Anda
Utama,1993), h.1187.
2
Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta:Ichtiar Baru Van Hoeve,1993), h.307
3
Harun Nasution(ed), Ensiklipedi Islam di Indonesia, Jilid III (Jakarta:CV Anda
Utama,1993), h.1188.
inggris. Iskandariyah menjadi salah satu daerah tempat beliau mendirikan
organisasi mahasiswa yang aktif menyuarakan semangat kebangsaan dan
untuk membangun peradaban. Organisasi yang berdiri hingga terjadi
deklarasi bersyarat yang diberikan Inggris kepada Mesir (1922) setelah
sebelumnya Prancis melaui ekspedisi Napoleon Bonaparte (1798) yang telah
menguasai Mesir dan tidak sedikit telah membiarkan kontribusi bagi
kemajuan Mesir. 4
Berangkat dari kesadaran akan ketertinggalan yang begitu jauh dari
bangsa barat bagi umat islam dalam bidang sains dan teknologi maka
Thanthawi berusaha memperkecil jarak ketertinggalan tersebut dengan
membuat karya tafsir ilminya. Atas semangat kerja keras dari Thanthawi
menjadikannya sebagai seorang pemikir dan cendikiawan Mesir yang
memotivasi umat islam agar lebih maju. Beliau juga dikenal dengan Filosof
Muslim disamping dikenal dengan penafsir yang memiliki kemampuan
intelektual diberbagai bidang sains. 5
2. Perjalanan Intelektual
Sejak kecil Thanthawi Jauhari memulai riwayat pendidikannya di al-
Ghar pada sebuah kuttab yakni sebuah tempat pembelajaran agama semacam
pesantren tahfidz yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Kemudian beliau
memperoleh rekomendasi dari pamannya yaitu syakh Muhammad Tsa’labi,
merupakan seorang guru, di Universitas al-Azhar beliau adalah guru besar
bidang sejarah. Thanthawi Jauhari mendalami berbagai bidang keilmuan di
al-Azhar diantaranya ilmu bahasa (falsafah dan balaghah) retorika dan ilmu
falak. Diantaraa tokoh-tokoh pembaharu yang banyak dikenal oleh beliau
semasa di al-Azhar salah satunya adalah Muhammad Abduh. Thanthawi
sangat tertarik dengan Muhammad Abduh dalam memberikan kuliah di Al-
Azhar terutama mata kuliah tafsir. Muhammad Abduh memberikan

4
Philip K.Hitti, History Of The Arabs, Terj. R. Cecep Lukman Yasin & Dedi Slamet
Riyadi (Jakarta:Serambi Ilmu Semesta,2010), h. 924.
5
Tantawi Jauhari, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern, Terj. Muhammadiyah Ja‟far
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1984), h.5.
bimbingan dan motivasi kepada Thanthawi jauhari yang senantiasa
ditularkannya sehingga membuka cakrawala pemikiran Thanthawi Jauhari.
Pada tahun 1889 beliau belajar di Universitas Dar al-‘Ulum dan
menyelesaikan studinya pada tahun 1311H/1893M. beliau belajar berbagai
disipin ilmu selama di Dar al-‘Ulum seperti, matematika (hisab), arsitektur
(handasah), al-jabar, botani (alilm an-nabt), astronomi (ilm al-hai’ah), dan
kimia (al-kimiya’).
Setelah menamatkan studinya, beliau menjadi tenaga pengajar di
Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah seperti di an-Nasriyyah di Ghiza dan di
al-Khadiwiyyah di Darb al-jamamiz. Ditengah kesibukan beliau mengajar
tersebut beliau mendapat kesempatan belajar bahasa Inggris hingga beberapa
waktu dan selanjutnya Thanthawi mengajar di Dar al-‘Ulum. Pada tahun
1912H beliau diangkat menjadi dosen dalam mata kuliah filsafat Islam di al-
Jami’ah al-Misriyah. Selain itu Thanthawi Jauhari mendirikan lembaga
bahasa inggris dan aktif mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan baik
lewat surat kabar maupun majalah atau lewat pertemuan ilmiah. Beliau juga
sering diundang mengisi seminar ataupun symposium tingkat nasional dan
internasional tentang Islam dan sains. Thanthawi membangun sekolah-
sekolah untuk memberikan motivasi-motivasi kepada masyarakat Mesir agar
memperdalam agama dan ilmu-ilmu modern, tujuannya membuktikan bahwa
islam menjung tinggi ilmu pengetahuan dan dianjurkan untuk
mempelajarinya.6
3. Karya-karyanya
Dalam menyampaikan gagasan dan pemikirannya beliau termasuk
cendikiawan yang sangat produktif. Terkumpul lebih dari 30 kitab dengan
bermacam-macam judul yang ditulisnya. Satu diantaranya diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia yaitu al-Qur‟an wa ‘Ulum al-‘Ashriyah (al-Qur’an
dan Ilmu Pengetahuan Modern), yang membuat berbagai macam ilmu
pengetahuan modern. Didalamnya terdapat 30 pembahasan yang mana

6
Harun Nasution (Ed), Ensiklopedi Islam Di Indonesia, Jilid III (Jakarta: Cv Anda
Utama,1993), h.1187.
seluruh uraian disertai dengan ayat-ayat alQur‟an yang melandasi kandungan
makna yang mengarah pada ilmu pengetahuan. Karya-karya yang dihasilkan
diantaranya adalah
a. al-Mizan al-Jawahir fi ‘ajaibi al-Kawn al-Bahir (1900M),
b. Jawahir al-‘Ulum (1904M),
c. Al-Arwah, al-Nizham wa alIslam (1905M),
d. Al-Hikmah wa al-Hukama,
e. Al-Taj al-murasa,
f. Jamal al-‘Alam,
g. Nahdah al-Ummah wa Hayatuh,
h. Ibnu al-insan,
i. Al-Jawahir fi Tafsîr al-Qur’an al-Karim, Kitab tafsîr al-Jawahir
merupakan buah karya dari tantowi jauhari yang sangat monumental.
Kitab ini mengeksplorasi berbagai macam ilmu pengetahuan yang
terkandung didalam al-Qur’an. Menurut Tantawi terdapat 750 ayat yang
menjelaskan kandungan sains di dalam al-Qur’an. Tantawi ingin
membuktikan bahwa sebenarnya al-Qur’an sudah menjelaskan ilmu
pengetahuan sebelum bangsa barat membuat ilmu pengetahuan. 7
Kitab tafsîr al-Jawahir merupakan buah karya dari tantowi jauhari yang
sangat monumental. Kitab ini mengeksplorasi berbagai macam ilmu
pengetahuan yang terkandung didalam al-Qur’an. Menurut Thanthawi
terdapat 750 ayat yang menjelaskan kandungan sains di dalam al-Qur’an.
Thanthawi ingin membuktikan bahwa sebenarnya al-Qur’an sudah
menjelaskan ilmu pengetahuan sebelum bangsa barat membuat ilmu
pengetahuan.
j. Dan lain-lain.

7
http://meretasnalar.wordpress.com/2015/05/05/tafsir-al-jawahir-fi-tafsir-al-quran-al-
karimkarya-tantawi-jauhari/
B. Latar Belakang Penulisan Kitab Al-Jawahir
Tafsir yang di tulis oleh Thahtawi bernama tafsir Jawahir, terdiri dari 13
jilid , dinamai Jawahir karena ia melihat al-Quran sebagai himpunan ayat-ayat
tentang segala keajaiban dan keindahan alam semesta, yang ia logikakan
bagaikan mutiara-mutiara (al-Jawahir) gemerlapan, yang dari mutiara-mutiara
tersebut muncul intan-intan berkilauan. Maksudnya, bahwa al-Quran berisi
himpunan ayat-ayat kauniyah sebagai mutiara (al-Jawahir) yang didalamnya
mengandung isyarat ilmiah dan penggalian segala ilmu pengetahuan (intan)
berkilauan.
Dalam Penyusunan kitab tafsirnya ini Thantawi sepertinya memang
dipengaruhi ketertarikannya pada gejala-gejala alam di semesta, hal ini terlihat
pada awal mukaddimah kitabnya Thantawi mengungkapkan: “Sejak dahulu
aku senang menyaksikan keajaiban alam, mengagumi dan merindukan
keindahannya baik yang ada di langit atau kehebatan dan kesempurnaan yang
ada di bumi. Perputaran atau revolusi matahari, perjalanan bulan, bintang yang
bersinar, awan yang berarak datang dan menghilang kilat yang menyambar
seperti listrik yang membakar, barang tambang yang elok, tumbuhan yang
merambat, burung yang beterbangan, binatang buas yang berjalan, binatang
ternak yang digiring, hewan-hewan yang berlarian, mutiara yang berkilauan,
ombak laut yang menggulung, sinar yang menembus udara, malam yang
gelap, matahari yang bersinar dan sebagainya”
Syeikh Thantawi dalam tafsirinya menyajikan isu-isu seputar sains,
Thantawi berusaha menggabungan dan mengikat apa yang disebutkan Quran
dengan penemuan-penemuan ilmiah. Beberapa topic yang menariknya adalah
astronomi, penciptaan surga dan neraka, kehidupan manusia, hewan-hewan,
benda-benda, pengetahuan modern dari persfektif matematika, fisika, biologi,
kimia, dan lainnya. Thantawi juga meluaskan pandangan scientifiknya pada
padangan fiqh, akhlak dan aqidah
C. Metode Tafsir Sains al-Jawahir
Kitab al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an, disusun dengan metode tahlili. Yakni
upaya penafsiran ayat al-Qur’an dari berbagai aspek yang dikandungnya. Pun
yang ditafsirkan adalah seluruh ayat al-Qur’an dari surat al-Fatihah sampai
dengan surat al-Nas. Hanya saja yang membedakan tafsir Thantawi ini dengan
tafsir pada umumnya adalah pendekatan yang ditempuh. Dalam tafsirnya ia
menggunakan pendekan ‘ilmi. Yakni upaya menjelaskan al-Qur’an dengan
teori atau temuan ilmiah modern. Sementara karya-karya tafsir pada umumnya
ditempuh dengan pendekatan kebahasaan dan hanya cukup di situ. Pendekatan
tafsir klasik seperti ini menjadi sasaran kritik Thantawi. Menurutnya,
pendekatan seperti itu lebih banyak melahirkan penghafal dibanding pemikir.
Selain itu, juga mengakibatkan minim kreativitas dan stagnan dalam
pengembangan keilmuan.
Sebenarnya penafsiran yang dikembangkan oleh oleh Thantawi fokus pada
analisis spirit atau pandangan dunia al-Quran secara keseluruhan. Lebih
khususnya adalah topik yang terkait dengan sains ilmiah (ilmu alam).
Semenatara analisis kebahasaan atau yang ia sebut sebagai tafsir lafzi tetap ia
sajikan. Tetapi porsi yang disediakan tidak panjang sebagaimana pembahasan
sains ilmiah.
D. Corak Tafsir Al-JAwahir
Dalam kitab tafsir Al-Jawahir menggunakan corak ilmi. yakni upaya
menjelaskan Al-Qur’an dengan teori atau temuan ilmiah modern. Tafsir ilmi
secara umumnya menjelaskan bahwa upaya penafsiran untuk menjelaskan
maksud suatu ayat atau hadis nabawi sesuai dengan pendapat yang rajih (kuat)
oleh mufassir dari teori-teori ilmu kauniyah (semesta alam). Sehingga secara
spesifik tafsir yang bercorak ilmi punya objek berupa ayat-ayat Al-Qur’an
berkaitan dengan alam semesta, sains modern, ilmu falak (astronomi), ilmu
bumi (geologi), ilmu kimia. Ilmu hayat (biologi), ilmu kedokteran, ilmu
fisiologi, matematika, ilmu jiwa, ilmu sosial, ilmu geografi dan seterusnya. 8

8
Syifa Nurtsania. Skripsi: Ad-Dakhil Dalam Kitab Al-Jawahir Fi Tafsir Al-Quran Al-Karim
Karya Tanthawi Jauhari (Kajian Kritis Terhadap Penafsiran Ayat-Ayat Teleportasi). (Jakarta:
Institut Ilmu Al-Quran, 2021).
Sebagai contohnya ketika Tanthawi menafsirkan ayat tentang hujan 9 dalam
Q.S An-Nur:43

‫ف َبْينَهُ مُثَّ جَيْ َعلُهُ ُر َك ًاما َفَتَرى الْ َو ْد َق خَي ُْر ُج ِم ْن ِخاللِِه‬ ِ
ُ ِّ‫َأن اللَّهَ يُْزجي َس َحابًا مُثَّ يَُؤ ل‬
َّ ‫َأمَلْ َتَر‬

ِ ‫ص‬ ِ ٍ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ َّ ‫ويَنِّز ُل ِمن‬


ْ َ‫يب بِه َم ْن يَ َشاءُ َوي‬
ُ‫ص ِرفُهُ َع ْن َم ْن يَ َشاء‬ ُ ُ‫الس َماء م ْن جبَال ف َيها م ْن َبَرد َفي‬ َ َُ
ِِ
َ ْ‫ب بِاألب‬
‫صا ِر‬ ُ ‫اد َسنَا َب ْرقه يَ ْذ َه‬
ُ ‫يَ َك‬
Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya
dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari
(gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-
Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir
menghilangkan penglihatan.
Menurut Tanthawi diawali dengan Allah menggerakkan awan hingga
terbentuk gumpalan tebal disebabkan dorongan angin seperti dalam Q.S Al-
Furqan: 48

‫ورا‬ ِ َّ ‫الرياح ب ْشرا ب يدي رمْح تِ ِه وَأْنزلْنا ِمن‬ ِ َّ


ً ‫الس َماء َماءً طَ ُه‬ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ‫َو ُه َو الذي َْأر َس َل ِّ َ َ ُ ً َنْي‬

Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat


sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air
yang amat bersih
Dan dalam Q.S Al-Hijr: 22
ِ ‫خِب‬ ِ َّ ‫الرياح لَواقِح فََأْنزلْنا ِمن‬
َ ‫َأس َقْينَا ُك ُموهُ َو َما َأْنتُ ْم لَهُ َا ِزن‬
‫ني‬ ْ َ‫الس َماء َماءً ف‬ َ َ َ َ َ َ َ ِّ ‫َو َْأر َس ْلنَا‬

9
Armainingsih. Studi Tafsir Saintifik : Al-Jawahir fi Tafsiril Quranil Karim Karya Syekh Tantawi
Jauhari. Jurnal At-Tibyan. Vol 01 N0 01. 2016
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-
tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu
dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.
Kedua ayat ini merupakan keajaiban dan rumus bagi ilmu pengetahuan.
Bukti kekuasaan Allah dengan mengirim angin dan menurunkan hujan agar
bumi yang gersang menjadi hidup kembali. Kemudian tiupan angin berfungsi
untuk penyerbukan/mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Kata penyerbukan ”

‫“ ل واقح‬merupakan salah satu petunjuk dari pemahaman terhadap al-Quran.

Ilmu tentang penyerbukan sangat penting dalam ilmu botani karena jumlah
daun yang terdapat pada bunga jantan dan betina merupakan hasil pembagian
dari proses ilmu ini.
E. Sistematika Penulisan

Adapun penulisan tafsirnya disusun berdasarkan sistematika sebagai


berikut: 10

1. Dalam pendahuluan kitab ia menjelaskan alasan menulis kitab tafsir


al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-Karim.
2. Menjelaskan secara ringkas maksud-maksud (maqasid) surat yang
hendak ditafsirkan. Penjelasan maqasid tersebut, terkadang juga
ditempatkan setelah menjelaskan kedudukan makkiyah dan
madaniyah-nya serta pengelompokan surat. Tetapi secara umum
sistematika penafsirannya diawali dengan penjelasan maqasid surat,
kemudian kalau perlu karena terdapat surat makkiyah dalam surat
madaniyah atau sebaliknyaia jelaskan makkiyah dan madaniyahnya,
serta kalau memungkinkan adanya pengelompokan ayat, maka ia
jelaskan pengelompokannya.
3. Memberikan penjelasan lafaz (al-tafsir al-lafzi) atau penjelasan kosa
kata, struktur bahasa dan gramatikanya secara ringkas dari setiap

10
Ibid
kelompok ayat maqasid. Dalam penjelasan lafaz tersebut, penekanan
diberikan kepada lafaz tertentu dengan penguraian yang agak panjang.
4. Memberikan penjelasan kandungan setiap maqasid dengan merinci
lataif dan jawahir-nya. Lataif dalam tafsir ini adalah ungkapan atau
pernyataan di antara teks yang mengandung lautan makna terdalam,
sedang jawahir adalah mutiara-mutiara (rincian makna atau
pengetahuan) yang diperoleh dari lautan (lataif ) tersebut. Dalam
uraian mengenai lataif dan jawhar ini, terkadang ia hanya menuliskan
lataif-nya saja dengan penjelasan tema-tema tertentu yang panjang
lebar, tanpa menyebutkan jawhar-nya, terkadang juga ia hanya
menyebutkan jawhar-nya saja.
5. Menguraikan latifah atau jawhar diatas, dengan memberikan ulasan
panjang lebar tehadap ayat-ayat kauniyah, serta memasukkan
penjelasan-penjelasan yang mengandung relevansi dengan surat atau
ayat yang sedang dibahas. Dalam pembahasan ayat-ayat tertentu,
khususnya ayat kauniyah, ia banyak memasukkan pembahasan tentang
teori-teori pengetahuan seperti dapat dibaca dalam uraiannya
mengenai perkembangan kehidupan makhluk katak, mulai dari telur
sampai menjadi katak besar, juga pentingnya ilmu biologi,
antropologi, pertambangan, kimia, serta tentang sejarah timbulnya
pesawat udara, juga didalam tafsirnya memuat peta hewan dan
tumbuhan seluruh Asia dan negara-negara lainnya.
6. Pembahasan berkaitan dengan ulumul Quran seperti asbab al-nuzul,
munasabah dan qira’at juga ia bicarakan.
F. Karakteristik Tafsir Al-Jawahir
Ada beberapa karakteristik dalam tafsir Al-Jawahir ini diantaranya :11
1. Secara metodologi penafsiran, banyak menekankan pada analisis spirit
dan pandangan dunia al-Qur’an, terutama yang berkaitan dengan ayat-
ayat kauniyah. Bisa dilihat dari cara penafsirannya yang tidak banyak

11
Ibid
melakukan analisis kebahasaan, serta analisis konteks sosial-
kulturalnya.
2. Dari metode penafsiran di atas memberikan karakteristik pada tafsir ini
yang lebih menampilkan aspek ilmiah (saintifik) dan dikarenakan hal
tersebut Tanthawi banyak merujuk pada pemikiran dan karya filosof
klasikmodern, muslim-non muslim, dan juga hasil-hasil penelitian para
ilmuwan Barat modern, bahkan Injil sekalipun.
3. Tidak banyak terlibat dalam perdebatan teologis, fiqhiyah, ataupun
kebahasaan.
4. Memberikan gambaran yang transparan atas fakta-fakta ilmiah kepada
pembaca dengan meletakkan ilustrasi gambargambar, tumbuhan,
hewan, pemandangan alam, eksperimen ilmiah, peta serta tabel ilmiah.
G. Penilaian Ulama terhadap Tafsir Al-Jawāhîr FîTafsīr Al-Qur’an al-
Karīm

Al-Suyuti dalam kitabnya al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, al-Iklil fi Istimbat


al-Tanzil dan al-Mumtarikh al-Aqran fi I’jazi Al-Qur’an mengungkapkan
secara luas berbagai argumentasi yang mendukung sikap serta pendapatnya
bahwa semua ilmu yang berkembang hari ini sampai hari kiamat telah
diungkap di dalam Al-Qur’an dan dapat dieksplorasi dari Al-Qur’an. Al-
Zahabi di dalam kitab al-Tafsir wa al-Mufassirin menjelaskan bahwa metode
yang dipergunakan oleh Thantawi Jauhari di dalam tafsirannya adalah
memberikan tafsiran-tafsiran secara lafdzi dan kemudian dilanjutkan dengan
kajian-kajian yang bersifat ilmiah yang lazim disebutnya sebagai lata’if atau
jawahir.

Pembahasan-pembahasan tersebut menurut al-Zahabi merupakan


akumulasi dari pendapat para pemikir Barat dan Timur zaman modern.
Kajian- kajian yang bersifat keilmuan menurut Al-Zahabi juga ditransfer oleh
Thantawi Jauhari dari Injil Barnabas yang dianggap sebagai injil yang paling
sahih, juga dari Plato dan Ikhwan al-Safa dalam risalahnya. Tantawi Jauhari
juga menggunakan teori-teori ilmiah modern pada saat menafsirkan ayat-ayat
Al- Qur’an, dimana teori-teori tersebut belum pernah ada di Arab pada masa
sebelumnya.

Berbeda dengan Tantawi Jauhari, Mahmud Syaltut (mantan Rektor


Universitas al-Azhar Mesir) yang menolak kehadiran tafsir bi al-ilmi. Di
dalam muqaddimah tafsirnya ia mengemukakan berbagai corak tafsir yang
berkembang sepanjang sejarahnya. Ada tafsir yang menitik beratkan uraiannya
pada penggunaan kaidah-kaidah gramatikal (nahwu), segi balaghah dan i’jaz
Al- Qur’an. Bahkan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, ada sebagian mufasir yang cenderung menulis tafsir dengan
corak ilmiah atau tafsir bi al-ilmi. Dari beberapa corak penafsiran ini Syaltut
memberi catatan penting yang sekaligus dapat dilihat sebagai sikapnya dalam
menafsirkan Al- Qur’an.

Pertama, hendaknya seorang mufasir menghindarkan diri dari


pentakwilan Al-Qur’an menurut pendirian berbagai aliran, karena hal ini
menurut Syaltut akan menyebabkan pemaksaan penafsiran sesuai dengan para
fuqaha, para mutakallimin, maupun ahli tasawuf yang cenderung fanatik
terhadap kelompok masing-masing.

Kedua, hendaknya menjauhkan diri dari upaya menafsirkan Al-Qur’an


dengan menggunakan teori-teori ilmiah. Namun di sisi lain, perkembangan
sains dan teknologi tidak sedikit memberikan andil dalam mengungkap
berbagai kenyataan yang disinyalir di dalam Al-Qur’an melalui ayat-ayatnya.
Berbagai penemuan ilmiah tersebut oleh sebagian mufasir dihubungkan
dengan teks-teks yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Sebagai contoh, ketika
Al-Qur’an mengemukakan fenomena alam, seperti hujan, petir dan
sebagainya, mereka mengklaim bahwa Al-Qur’an berbicara tentang
kosmologi.

Demikian pula ketika Al-Qur’an menyebut matahari, bulan, bintang-


bintang dan planet-planet, mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an berbicara
tentang astronomi dan lain sebagainya. Mereka menggunakan ayat 38 surat al-
An’am sebagai landasan formal untuk memperkuat pendapat mereka.
Berbagai pendapat di atas, ditolak oleh Mahmud Syaltut dengan menunjukkan
sisi-sisi kesalahan yangdilakukan oleh para mufasir bi al-Ilmi ketika
menafsirkan ayat-ayat kauniyah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan pada bab sebelumnya maka penulis


menyimpulkan beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Nama aslinya adalah Thanthawi bin Jauhari al-Mishri beliau lahir didesa
Kifr Iwadllah di sebelah timur Mesir tahun 1287H/1870M. Thanthawi
Jauhari memulai riwayat pendidikannya di al-Ghar pada sebuah kuttab.
Thanthawi Jauhari mendalami berbagai bidang keilmuan di al-Azhar
diantaranya ilmu bahasa (falsafah dan balaghah) retorika dan ilmu falak.
Pada tahun 1889 beliau belajar di Universitas Dar al-‘Ulum dan
menyelesaikan studinya pada tahun 1311H/1893M. beliau belajar berbagai
disipin ilmu selama di Dar al-‘Ulum seperti, matematika (hisab), arsitektur
(handasah), al-jabar, botani (alilm an-nabt), astronomi (ilm al-hai’ah), dan
kimia (al-kimiya’). Setelah menyelesaikan pendidikannya ia membangun
madrasah. Ia juga melahirkan beberapa karya salah satunya adalah Al-
Jawahir fi Tafsîr al-Qur’an al-Karim dan masih banyak lagi.
2. Dalam Penyusunan kitab tafsirnya ini Thantawi sepertinya memang
dipengaruhi ketertarikannya pada gejala-gejala alam di semesta.
3. Kitab al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an, disusun dengan metode tahlili. Yakni
upaya penafsiran ayat al-Qur’an dari berbagai aspek yang dikandungnya.
Pun yang ditafsirkan adalah seluruh ayat al-Qur’an dari surat al-Fatihah
sampai dengan surat al-Nas.
4. Dalam kitab tafsir Al-Jawahir menggunakan corak ilmi. yakni upaya
menjelaskan Al-Qur’an dengan teori atau temuan ilmiah modern.
5. Sistematika penulisan tafsir kitab ini adalah Dalam pendahuluan kitab ia
menjelaskan alasan menulis kitab tafsir al-Jawahir fi Tafsir al-Quran al-
Karim, menjelaskan secara ringkas maksud-maksud (maqasid) surat yang
hendak ditafsirkan, memberikan penjelasan lafaz (al-tafsir al-lafzi) atau
penjelasan kosa kata, struktur bahasa dan gramatikanya secara ringkas dari
setiap kelompok ayat maqasid, memberikan penjelasan kandungan setiap
maqasid dengan merinci lataif dan jawahir-nya, menguraikan latifah atau
jawhar diatas, dengan memberikan ulasan panjang lebar tehadap ayat-ayat
kauniyah, serta memasukkan penjelasan-penjelasan yang mengandung
relevansi dengan surat atau ayat yang sedang dibahas dan Pembahasan
berkaitan dengan ulumul Quran seperti asbab al-nuzul, munasabah dan
qira’at juga ia bicarakan.
6. Karakteristik kitab tafsir ini adalah secara metodologi penafsiran, banyak
menekankan pada analisis spirit dan pandangan dunia al-Qur’an, terutama
yang berkaitan dengan ayat-ayat kauniyah, dari metode penafsiran di atas
memberikan karakteristik pada tafsir ini yang lebih menampilkan aspek
ilmiah (saintifik), tidak banyak terlibat dalam perdebatan teologis,
fiqhiyah, ataupun kebahasaan, dan memberikan gambaran yang transparan
atas fakta-fakta ilmiah kepada pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Armainingsih. (2016). Studi Tafsir Saintifik : Al-Jawahir fi Tafsiril Quranil
Karim Karya Syekh Tantawi Jauhari. Jurnal At-Tibyan. Vol 01 N0 01
Departemen Agama RI. (2003). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta:
Listakawarta Putra
Dewan Redaksi. (1993). Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Firmansyah, Rizki. (2021). Metodologi Tafsir Ilmi: Studi Perbandingan
Tafsir Sains Thantawi Jauhari dan Zaghlul an-Najjar. Jurnal Dirosah Islamiyah.
Vol 03 No 01.
http://meretasnalar.wordpress.com/2015/05/05/tafsir-al-jawahir-fi-tafsir-al-
quran-al-karimkarya-tantawi-jauhari/
Jauhari Tantawi. (1984). Al-Qur‟an dan Ilmu Pengetahuan Modern, Terj.
Muhammadiyah Ja‟far. Surabaya
Nani. (2017). Ayat-Ayat Kauniyah Tentang Menjaga Keseimbangan Ekologi
(Studi Komparatif Penafsiran Tanthawi Jauhari dan Zaghlul an-Najjar). Skripsi.
Tidak Diterbitkan. Fakultas Ushuluddim. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah : Jakarta.
Nasution Harun (ed). (1999). Ensiklopedi Islam di Indonesia. Jakarta: Cv
Anda Utama.
Nurtsania, Syifa. (2021). Ad-Dakhil Dalam Kitab Al-Jawahir Fi Tafsir Al-
Quran Al-Karim Karya Tanthawi Jauhari (Kajian Kritis Terhadap Penafsiran
Ayat-Ayat Teleportasi). Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ushulddin dan
Dakwah. Institut Ilmu Al-Quran : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai