Anda di halaman 1dari 10

SUMBER ILMU PENGETAHUAN

Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pengantar Filsafat Ilmu

Disusun Oleh:

Nama : Lilis Nurmasyita


NPM : 2301020181

FAKULTAS : TARBIYAH
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPUH : SUHARDI, S.Pd.I, M.A

INSTITUT AGAMA ISLAM DAAR AL ULUUM


ASAHAN – KISARAN
2023 /2024
i

KATA PENGANTAR

Assaalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita, umatnya. Rahmad beserta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin kita akhir zaman yang sangat dipanuti
oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini sengaja dibahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin mengenal judul
tentang “Sumber Ilmu Pengetahuan”
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Buya Dosen dan teman-
teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar penyusunan makalah
ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua pembaca makalah ini.

Wassaalamu’alaikum Wr. Wb.

Kisaran, Januari 2024

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2
A. Wahyu (Al-Qur’an) ........................................................................................2
B. Intuisi Manusia ...............................................................................................2
C. Pengalaman (empiris) .....................................................................................3
D. Rasio (akal pikiran) ........................................................................................4
BAB III PENUTUP ..................................................................................................6
A. Kesimpulan ....................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................7

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam dengan sumbernya yaitu Al-Qur’an dan as-sunah haruslah menjadi
sumber asasi bagi ilmu islam dimana ditegakkan suatu teori. Posisi Al-Qur’an
terhadap ilmu dan teknologi juga dapat dijelaskan dengan jalan mencari sumber ilmu
dan sumber cara mengembangkan ilmu menjadi teknologi. Al-Qur’an sebagai sumber
ilmu memberikan benih-benih dasar yang paling esensi untuk dapat diolah manusia
menjadi ilmu dan teknologi yang tak terhingga ragamnya dan tak terhingga arah
(level) pencapaiannya. Selain itu Al-Qur’an akan menjamin kebenaran ilmu yang
bersumber darinya, kebenaran arah pengembangannya,karena sumuanya bersumber
pada sunahnya Allah dan jika ketakwaanserta keimanan dari manusia sebagai subyek
yang melakukannya.
Dasar ilmu islam adalah islam dengan segala ajarannya. Ajaran itu bersumber
pada Al-Qur’an, sunnah Rasulullah (As Sunnah)dan ra’yu (hasil pikir manusia). Tiga
sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-Qur’an harus di dahulukan. Apabila
suatu ajaran atau penjelesannya tidak ditemukan di dalam Al-Qur’an maka harus
dicari di dalam sunnah. Apabila tidak juga ditemukan di dalam sunnah, barulah
digunakan ra’yu. Sunnah tudak akan bertentangan dengan Al-Qur’an dani ra’yu tidak
boleh bertengtangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Sumber otentik bagi sistem hidup Islam ialah Al-Qur’an dan Sunnah Rosul.
Al-Qur’an sebagai sumber darisegala sumber hukum Islam hanyalah memuat
prinsip-prinsip dasar ajaran islam. Adapun sebagian ayatnya yng menguraikan
prinsip-prinsip dasar tersebut secara rinci merupakan contoh dan petunjuk bahwa
seluruh isi kandungan Al-Qur’an masih perlu penjelasan.1

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang sudah di jelaskan sebelumnya kami akan
membahas masalah mengenai macam-macam sumber ilmu pengetahuan.

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu Untuk Mengetahui sumber ilmu
pengetahuan

1
Mufid, Fathul, Buku Daros Filsafat Ilmu Islam, hal. 49-50

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

Sumber Ilmu Pengetahuan menurut Burhanuddin Salam dalam bukunya


pengantar filsafat, sumber ilmu pengetahuan islam,ada 4 yaitu:
A. Wahyu (Al-Qur’an)
Wahyu adalah sumber ilmu islam yang pertama dan utama, memuat keyakinan
umat islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian Ilmiah. Al-Qur’an adalah kitab
suci yang memuat firman-firman ataupun petunjuk bagi umat manusia dalam hidup
agar kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Seperti tergambar dalam konsep wahyu tersebut di atas, pewahyuan
mengandung pengertian adanya komunikasi antara Tuhan yang bersifat immateri
dengan manusia yang bersifat materi. Menurut Ibnu Sina manusia yang telah
memiliki akal musstafad dapat melakukan hubungan dengan Akal Kesepuluh yang
dijelaskannya sebagai Jibril. Filosof memiliki akal perolehan yang lebih rendah dari
para nabi sehingga filosof tidak bisa menjadi nabi. Menurut kaum sufi, komunikasi
dengan Tuhan dapat dilakukan melalui daya rasa manusia yang berpusat dihati
sanubari. Kalau filosof mendapatkan akal perolehan dengan mempertajam daya pikir
atau akalnya, sedangkan kaum sufi dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang
bersifat murni abstrak, mereka mempertajam daya rasa atau kalbunya dengan
menjauhi hidup kematerian dan memusatkan perhatian pada usaha pensucian jiwa.2

B. Intuisi Manusia
Kalau pengetahuan yang diperoleh secara rasional dan empiris yang merupakan
produk dari sesuatu rangkaian pengalaman maka, intuisi merupakan pengeahuan yang
diperoleh tanpa melalui proses penalaran itu. Jawaban dari permasalahan yang sedang
dipikirkan muncul dibenak manusia sebagai suatu keyakinan yang benar walaupun
manusia tidak bisa menjelaskan bagaimana cara untuk sampai ke situ.

2
Nasution, Harun, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, UI Press, Jakarta, 1986, hal 18

2
3

Pengetahuan intuitif itu dipakai sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya


dalam menetapkan benar tindaknya penetapan yang dikemukakan itu. Kegiatan
intuitif dan analitik saling bekerja sama dalam menemukan menemukan kebenaran.
Bagi tokoh Nietzshche intuisi merupakan “intelegensi” yang paling tinggi dan bagi
tokoh maslow merupakan “pengalaman puncak”.3
Menurut Ibnu Sina, dalam kehidupan ini terdapat tiga jiwa, yaitu jiwa tumbuh-
tumbuhan, jiwa binatang, dan jiwa manusia. Masing-masing jiwa tersebut memiliki
daya-daya. Jiwa tumbuhan memiliki tiga daya, yaitu daya makan, daya tumbuh, dan
daya membiak. Sdangkan jiwa binatang memiliki daya penggerak dan daya pencerap.
Jiwa manusia hanya memiliki satu daya yaitu akal.
Akal manusia ini terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Akal Praktis yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera
pengingat yang ada pada jiwa binatang.
2. Akal Teoritis yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tidak ada pada
materi seperti Tuhan, roh, dan malaikat.
Akal praktis memusatkan pada alam materi, sedangkan akal teoritis
mencurahkan perhatiannya pada dunia immateri dan bersifat metafisis.
Akal toeritis ini pun terbagi lagi menjadi empat, yaitu :
1. Akal materil
2. Akal bakat
3. Akal aktuil
4. Akal perolehan / akal mustafad.4

C. Pengalaman (empiris)
Aliran empirisme yang dipelopori oleh tokoh John Lokce berpendapat bahwa
manusia dilahirkan sebagai kertas putih atau meja putih. Pengalaman yang akan

3
Mufid, Fathul, Buku Daros Filsafat Ilmu Islam, hal. 51
4
Nasution, Harun, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 11

3
4

memberikan lukisan kepadanya, dunia empiri merupakan sumber pengetahuan utama


dalam dunia pendidikan terkenal dengan teori “tabularasa” (teori kertas putih).5
Kebalikan dari kaum rasionalis, maka kaum empiris berpendapat bahwa
pengetahuan manusia bersumber pada pengalaman yang kongkret. Gejala-gejala
alamiah merupakan sesuatu yang bersifat kongkret dan dapat dinyatakan lewat
tangkapan pancaindera manusia. Melalui gejala-gejala atau kejadian-kejadian yang
berulang-ulang dan menunjukkan pola yang teratur, memungkinkan manusia untuk
melakukan generalisasi. Dengan mempergunakan metode induktif maka dapat
disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-
gejala fisik yang bersifat individual.
Kaum empiris menganggap bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan
gejala yang dapat tertangkap oleh pancaindera, sedangka panca indera manusia sangat
terbatas kemampuannya dan terlebih penting lagi bahwa pancaindera manusia bias
melakukan kesalahan. Misalnya bagaimana mata kita melihat sebatang pensil yang
dimasukkan ke dalam gelas bagian yang terendam air terlihat bengkok.6

D. Rasio (akal pikiran)


Paham rasionalisme berpendapat bahwa sumber satu-satunya dari pengetahuan
manusia adalah rasionya, pelopornya adalah Rene Dercartes. Aliran ini sangat
mendewakan akal budi manusia rang melahirkan paham “intelektualisme” dalam
dunia pendidikan.
Islam bukan hanya terdiri dari satu dua aspek, tetapi memiliki berbagai aspek.
Agamaini mempunyai aspek teologi, ibadah, moral,mistisme, filsafat, sejarah,
kebudayaan dan lain sebagainya. Semua aspek ini ditulis dan dibahas oleh para ahli
sehingga melahirkan barbagai ilmu yang kemudian dikenalkan dengan ilmu-ilmu
keislaman.7

5
Mufid, Fathul, Buku Daros Filsafat Ilmu Islam, hal. 51
6
Suriasumantri, Jujun S, Ilmu Dalam Perspektif sebuah kumpulan karangan tentang hakekat ilmu,
Yayasan Obor Indonesia, Cet. XIII, Jakarta, 1997, hal. 53
7
Mufid, Fathul, Buku Daros Filsafat Ilmu Islam, hal. 52

4
5

Masalah utama yang timbul dari cara berpikir rasional adalah kriteria untuk
mengetahui akan kebenaran dari suatu ide dimana menurut seseorang adalah jelas dan
dapat dipercaya namun belum tentu bagi orang lain. Jadi masalah utama yang
dihadapi kaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang
dipakainya dalam penalaran deduktif, Karena premis-premisnya semuanya bersumber
pada penalaran rasional yang bersifat abstrak dan terbebas dari pengalaman maka
evaluasi semacam ini tak dapat dilakukan. Oleh sebab itu maka lewat penalaran
rasional akan didapatkan bermacam-macam pengetahuan mengenai satu obyek
tertentu tanpa adanya suatu consensus yang dapat diterima oleh semua pihak. Dalam
hal ini maka pemikiran rasional cenderung untuk bersifat solipsistic dan subyektif.
Para tokoh rasionalisme diantaranya adalah Plato dan Rene Descartes. Plato
menyatakan bahwa manusia tidak mempelajari apapun; dia hanya “teringat apa yang
telah dia ketahui”.Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum telah ada dalam
pikiran manusia. Pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang ingatan
dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah berada dalam
pikiran.8

8
Suriasumantri, Jujun S, Ilmu Dalam Perspektif sebuah kumpulan karangan tentang hakekat ilmu,
Yayasan Obor Indonesia, Cet. XIII, Jakarta, 1997, hal. 51

5
6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari keterangan-keterangan di atas, penyusun dapat simpulkan :
Sumber Ilmu Pengetahuan menurut Burhanuddin Salam dalam bukunya pengantar
filsafat, sumber ilmu pengetahuan islam,ada 4 yaitu:
1. Wahyu, adalah sumber ilmu islam yang pertama dan utama, memuat keyakinan
umat islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian Ilmiah. Al-Qur’an adalah
kitab suci yang memuat firman-firman ataupun petunjuk bagi umat manusia
dalam hidup agar kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan akhirat.
2. Intuisi Manusia, Kalau pengetahuan yang diperoleh secara rasional dan empiris
yang merupakan produk dari sesuatu rangkaian pengalaman maka, intuisi
merupakan pengeahuan yang diperoleh tanpa melalui proses penalaran itu.
3. Pengalaman, Pengalaman yang akan memberikan lukisan kepadanya, dunia
empiri merupakan sumber pengetahuan
4. Rasio, Paham rasionalisme berpendapat bahwa sumber satu-satunya dari
pengetahuan manusia adalah rasionya, pelopornya adalah Rene Dercartes. Aliran
ini sangat mendewakan akal budi manusia rang melahirkan paham
“intelektualisme” dalam dunia pendidikan.

6
7

DAFTAR PUSTAKA

Mufid, Fathul, Buku Daros Filsafat Ilmu Islam


Nasution, Harun, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, UI Press, Jakarta, 1986
Suriasumantri, Jujun S, Ilmu Dalam Perspektif sebuah kumpulan karangan tentang hakekat
ilmu, Yayasan Obor Indonesia, Cet. XIII, Jakarta, 1997

Anda mungkin juga menyukai