DISUSUN OLEH
NUR AZIZAH
2021131031
A. Definisi
seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang berujuan
kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan
atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah ( Nurarif A.H dan
Kusuma, 2015)
adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
dan mempunyai tujuan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup sehat, hal
2) Perubahan metabolisme
3) Ketidakbugaran fisik
7) Keterlambatan perkembangan
8) Kekakuan sendi
9) Kontraktur
10) Malnutrisi
15) Nyeri
17) Kecemasan
dicintai.
2010)
1) Subyektif
2). Obyektif
1) Subyektif
2) Obyektif
Sendi kaku
Gerakan terbatas
E. Patofisiologi
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan moboilisasi adalah
non verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau
tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata rata 3% sehari ( atrofi disuse).
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan syaraf. Otot skeletal
relaksasi yang bekerja sebagai pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot :
tekan otot atau kerja otot tettapi tidak ada pemendekan atau Gerakan aktif dari
isometric. Hal ini menjadi kontraindikasi pada klien yang sakut ((infak
dan tergantung pada ukuran skeletal dan pekembangan otot skeletal. Koordinasi
dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari
otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan grfitasi. Tonus otot
kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi daari bagian tubuh
tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi
berkntribusi untuk memberi postur yang benaar Ketika berdiri atau berjalan.
Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus.
Hemiparese
Hipoksia cerebri
Tirah baring
Resiko cidera
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular.
2. Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemorgi pada subaraknoid atau perdarahan pada
intrakranial.
3. CT scan
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema , posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasnya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan
otak.
4. MRI
MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik
untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadi perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
5. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit ateriovena (masalah sistem
karotis)
6. EEG Pemeriksaan ini bertujuan umtuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah
d. Pemeriksaan darah lengkap (Muttaqin, 2008).
I. Pentalaksanaan keperawatan
Menurut saputra (2013) dalam Adha (2017) ada beberapa
penatalaksanaangangguan mobilisasi secara umum diantaranya, yaitu :
1. Pengaturan posis tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalahkebutuhan mobilisasi
dapat disesuiakan dengan tingkat gangguan, seperti semi fowler, sim,
trendelburg, dorsal recumben, lithotomi, genu pectoral.
2. Latihan ROM pasif dan aktif
3. Latihan ambulasi
a. Duduk diatas tembat tidur
b. Turun dari tempat tidur, berdiri kemudian duduk dikursi roda
c. Membantu berjalan
J. Pengkajian keperawatan
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat Kesehatan ( sekarang dan dahulu)
c. Riwayat Kesehatan keluarga
3. Pola pengkajian ADL
a. Pola nutrisi
b. Pola aktivitas dan Latihan
c. Pola istirahat dan tidur
d. Pola eliminasi
4. Pemeriksaan fisik
5. Pemeriksaan penunjang
K. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ganggguan
neuromuskuler adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Gangguan mobilitas fisik
2. Defisit perawatan diri
3. Resiko gangguan integritas kulit
L. Rencana keperawatan
Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia.
Faktor usia berpengaruh
terhadap kemampuan
melakukan aktifitas, terkait
dengan
kekuatan muskuloskeletal.
Hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah postur
tubuh
yang sesuai dengan tahap
pekembangan individu.
b. Riwayat keperawatan.
Hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah
riwayat adanya gangguan
pada sistem
muskuloskeletal,
ketergantungan terhadap
orang lain dalam
melakukan aktivitas,
jenis latihan atau olahraga
yang sering dilakukan klien
dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik,
meliputi rentang gerak,
kekuatan otot, sikap tubuh,
dan dampak
imobilisasi terhadap sistem
tubuh.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu
dikaji di antaranya adalah
bagaimana respons
psikologis klien terhadap
masalah gangguan
aktivitas yang dialaminya,
mekanisme
koping yang digunakan
klien dalam menghadapi
gangguan aktivitas dan lain-
lain.
3. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek
sosial kultural ini
dilakukan untuk
mengidentifikasi
dampak yang terjadi akibat
gangguan aktifitas yang
dialami klien terhadap
kehidupan
sosialnya, misalnya
bagaimana pengaruhnya
terhadap pekerjaan, peran
diri baik
dirumah, kantor maupun
sosial dan lain-lain.
4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada
aspek ini adalah bagaimana
keyakinan dan nilai
yang dianut klien dengan
kondisi kesehatan yang
dialaminya sekarang, seperti
apakah
klien menunjukan
keputusasaannya?
Bagaimana pelaksanaan
ibadah klien dengan
keterbatasan kemampuan
fisiknya? Dan lain-lain
(Asmadi, 2008
Pengkajian Keperawatan
1. Aspek biologis
a. Usia.
Faktor usia berpengaruh
terhadap kemampuan
melakukan aktifitas, terkait
dengan
kekuatan muskuloskeletal.
Hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah postur
tubuh
yang sesuai dengan tahap
pekembangan individu.
b. Riwayat keperawatan.
Hal yang perlu dikaji
diantaranya adalah
riwayat adanya gangguan
pada sistem
muskuloskeletal,
ketergantungan terhadap
orang lain dalam
melakukan aktivitas,
jenis latihan atau olahraga
yang sering dilakukan klien
dan lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik,
meliputi rentang gerak,
kekuatan otot, sikap tubuh,
dan dampak
imobilisasi terhadap sistem
tubuh.
2. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu
dikaji di antaranya adalah
bagaimana respons
psikologis klien terhadap
masalah gangguan
aktivitas yang dialaminya,
mekanisme
koping yang digunakan
klien dalam menghadapi
gangguan aktivitas dan lain-
lain.
3. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek
sosial kultural ini
dilakukan untuk
mengidentifikasi
dampak yang terjadi akibat
gangguan aktifitas yang
dialami klien terhadap
kehidupan
sosialnya, misalnya
bagaimana pengaruhnya
terhadap pekerjaan, peran
diri baik
dirumah, kantor maupun
sosial dan lain-lain.
4. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada
aspek ini adalah bagaimana
keyakinan dan nilai
yang dianut klien dengan
kondisi kesehatan yang
dialaminya sekarang, seperti
apakah
klien menunjukan
keputusasaannya?
Bagaimana pelaksanaan
ibadah klien dengan
keterbatasan kemampuan
fisiknya? Dan lain-lain
(Asmadi, 2008)