Anda di halaman 1dari 102

PERAN KEGIATAN ROHANI ISLAM (ROHIS)

DALAM MENINGKATKAN PEMBINAAN KEAGAMAAN


PESERTA DIDIK

DI SMAN 1 PEMALI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
MUHAMMAD JAMIL
1411102
Fakultas: Tarbiyah
Program Studi: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kepada:

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2021
PERAN KEGIATAN ROHANI ISLAM (ROHIS)

DALAM MENINGKATKAN PEMBINAAN KEAGAMAAN


PESERTA DIDIK

DI SMAN 1 PEMALI

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
MUHAMMAD JAMIL
1411102
Fakultas: Tarbiyah
Program Studi: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Kepada:

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK
BANGKA BELITUNG
2021

ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Muhammad Jamil
NIM : 1411102
Fakultas : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul


“Peran Ekstrakulikuler Rohani Islam dalam Meningkatkan Pembinaan
Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1 Pemali” ini adalah asli hasil karya
atau penelitian saya sendiri, dan bukan merupakan karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
mana pun. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat
orang lain, kecuali yang secara tertulis dijadikan acuan/kutipan dalam
naskah skripsi ini.

Bangka, …………….
2021
Yang Menyatakan

Muhammad Jamil
1411102

iii
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK BANGKA BELITUNG

FAKULTAS TARBIYAH
Jln.Raya Mentok KM 13, Desa Petaling, Kec. Mendo Barat, Kab. Bangka, Prov. Kep. Babel, 33173

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi

Saudara Muhammad Jamil

Kepada Yth,

Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

di Bangka

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mencermati, dan melakukan beberapa kali bimbingan serta


mengadakan perbaikan seperlunya, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan,
maka kami selaku Pembimbing berpendapat bahwa skripsi mahasiswa di bawah ini:

Nama : Muhammad Jamil

NIM : 1411102

Fakultas : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : Peran Ekstrakulikuler Rohani Islam dalam Meningkatkan


Pembinaan Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1 Pemali

Telah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik
Bangka Belitung untuk memenuhi salah satu dari syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd.). Harapan kami, semoga dalam waktu dekat ini dapat
dimunaqosyahkan.

Demikian dan harap maklum. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bangka, 16 Maret 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Wahyudin Noor, M.S.I Iskandi, M.Pd.I

NIP. 197909292009121002 NIDN.202801802

iv
NOTA DINAS KONSULTAN

v
HALAMAN PENGESAHAN

vi
HALAMAN MOTTO

ْ ‫َوا ْل َع‬
‫صر‬

َ ‫ا َّن ْالآل ْن‬


‫سانَ لَف ْي ُخسْر‬

‫ص ْواب ْال َحق‬


َ ‫َوت ََوا‬ ‫صل َحت‬
َّ ‫ال‬ ‫عملُوا‬
َ ‫اَ َمنُ ْو َاو‬ َ‫الَّزيْن‬ ‫ا ََّّل‬

‫صبْر‬
َّ ‫ص ْوابال‬
َ ‫َوت ََوا‬
Artinya:
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran

Apabila akan seorang telah dewasa dan sempurna,


yaitu telah mencapai tingkat kecerdasan yang tertinggi, maka kecerdasan
akalnya mampu mengendalikan emosionalnya hingga tidak melakukan
perbuatan zina dan tidak mengikuti hawa nafsu syahwatnya.
(Imam Al-Ghazali)

Dewasa adalah ketika kamu memiliki kemampuan untuk menghancurkan


orang yang melukaimu, tapi kamu hanya diam, pergi, dan membiarkan
kehidupan yang memberi pelajaran pada orang itu.

(Hugh Jacksman)

vii
Persembahan

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan tiada
hentinya saya panjatkan puja dan puji syukur kepada-Nya dengan selesainya
skripsi ini

Skripsi ini adalah persembahan kecil saya untuk kedua orang tua saya.
Ketika dunia menutup pintunya pada saya. Ketika orang-orang menutup
telinga mereka kepada saya, mereka berdua membuka hati untukku. Terima
kasih karena selalu ada untukku.

Pak dosen pembimbing, kini mahasiswamu akan menjadi sarjana. Tentu


akan banyak kejutan hidup yang menantiku di depan sana. Seluruh bekal
ilmu yang pernah engkau bagikan semoga menjadi modal untuk menjawab
tantangan di masa mendatang. Untuk semua kritikan, tuntunan yang
diberikan serta keramahannya, saya menguucapkan banyak terima kasih.
Semoga kebaikan selalu menyertaimu.

Terkadang saya merasa seperti tidak berada di tempat lain. Saya hanya
merasa tidak ada yang bisa memahami saya. Tetapi kemudian saya ingat
bahwa saya memiliki kalian, kawan. Terima kasih telah menemani hari-
hariku, kawan.

viii
PERAN KEGIATAN ROHANI ISLAM (ROHIS)
DALAM MENINGKATKAN PEMBINAAN KEAGAMAAN
PESERTA DIDIK

DI SMAN 1 PEMALI

Abstrak

Meningkatkan pembinaan keagaman sangat penting bagi peserta didik


dalam masa perkembangan dari remaja menuju dewasa, apalagi akhir-akhir
ini nampak pula kemerosotan akhlak di kalangan peserta didik. Hal ini
mendorong pihak sekolah untuk mengatasi persoalan ini, dengan segala
bentuk usaha yang dilakukan adalah mengadakan bimbingan, pembentukan
perilaku serta pembinaan keagamaan bagi peserta didik melalui wadah
Kerohanian Islam (ROHIS). Rohis yang merupakan organisasi keagamaan
yang dikemas dalamkegiatan ekstrakulikuler di sekolah SMAN 1 Pemali.
Ternyata di sekolah tersebut terdapat rohis yang sudah lama di bentuk dan
bisa mengatasi permasalahan kemerosotan akhlak dan ibadah serta dapat
mengatasi keterbatasan waktu pembelajaran PAI dalam proses bimbingan
dan pembinaan akhlak selama ini di sekolah tersebut. Dari permasalahan
tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian (1) Bagaimana peran
kegiatan Rohani Islam (Rohis) dalam meningkatkan pembinaan keagamaan
peserta didik di SMAN 1 Pemali?, (2) Problematika seperti apa saja yang
ditemukan dari pelaksanaan kegiatan Rohani Islam (Rohis) dalam
meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali?.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran kegiatan rohis, jenis
kegiatannya, serta problematika dan solusinya dalam meningkatkan
pembinaan keagamaan peserta didik. Metode yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek penelitian
ini adalah Sumber data ini didapat dari Kepala Sekolah SMAN 1 Pemali,
para guru PAI dan guru mata pelajara umum di SMAN 1 Pemali, pembina
Rohis SMAN 1 Pemali, ketua Rohis beserta anggota Rohis dan anggota non
Rohis di SMAN 1 Pemali. Dari hasil analisis data yang ditemukan bahwa
kegiatan rohis sangat berperan dalam meningkatkan pembinaan keagamaan.
Peningkatan pembinaan keagamaan pada kegiatan rohis melalui kegiatan
seperti latihan kader da’i/da’iyah/khatib, mendatangkan penceramah, shalat
berjama’ah. Adapun rohis sangat didukung oleh pihak sekolah, orang tua
peserta didik, sarana prasarana, pendanaan dan problematiaka rohis masih
kurangnya sikap disiplin dan peserta didik belum matang berfikir untuk
menjalankan program kerja rohis di SMAN 1 Pemali.

ix
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Sang

Penguasa Segala, karena hanya dengan Rahmat dan Hidayah-Nya jualah

Skripsi ini bisa diselesaikan. Demikian pula shalawat dan salam teruntuk

Junjungan Besar Nabi Muhammad Saw. beserta para Sahabatnya, yang telah

membuka tabir jahiliyah sehingga terbentang jalan kebenaran yang terang,

sebagai jalan keselamatan bagi umat manusia, semoga Nur yang

terpancarkan tidak redup diterpa perkembangan zaman.

Penulisan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang Peran Kegiatan

Rohani Islam (Rohis) dalam Meningkatkan Pembinaan Keagamaan Peserta

Didik di SMAN 1 Pemali. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi

ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Zayadi, M.Ag., selaku Rektor IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik

Bangka Belitung, beserta para staf,

2. Dr. Hadarah, M.M, selaku Dekan Fakultas,

3. Sumar, M.Pd.I, selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam,

4. Subri, M.S.I, Subardi, S.Ag, M.K.Pd, Syarifah, M.S.I, selaku Penasehat

Akademik,

5. Dr. Wahyudin Noor, M.S.I selaku Pembimbing I,

6. Iskandi, M.Pd.I selaku Pembimbing II,

7. Seluruh dosen IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung

8. Sunandar, S.Pd., M.M selaku kepala sekolah SMAN 1 Pemali beserta

Guru dan Staff,

x
9. Rekan-rekan seperjuangan, yang telah membantu dan menyemangati

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Ibarat pepatah, “tak ada gading yang tak retak”, demikianlah skripsi

ini adanya, banyak kekurangan di sana-sini. Namun demikian, terlepas dari

berbagai kelemahan dan kekurangan, besar harapan penulis, skripsi ini bisa

bermanfaat. Akhirnya, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan

demi perbaikan dan pengembangan skripsi ini.

Bangka,........................

..2021

Penulis

Muhammad Jamil

1411102

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................ii

NOTA DINAS PEMBIMBING ...................................................................iii

NOTA DINAS KONSULTAN ....................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................vii

ABSTRAK .................................................................................................viii

KATA PENGANTAR ..................................................................................ix

DAFTAR ISI ...............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................1


B. Batasan masalah dan Rumusan Masalah ..................................11
C. Tujuan Penelitian ......................................................................12
D. Kegunaan Penelitian .................................................................12
E. Kajian Pustaka ..........................................................................12
F. Sistematika Penulisan ..............................................................16

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Peran .........................................................................................19
1. Pengertian Peran ...................................................................18
B. Ekstrakulikuler Rohani Islam ...................................................18
1. Pengertian Ekstrakulikuler ...................................................19
2. Pengertian Rohani Islam ......................................................20
3. Penertian Ekstrakulikuler Rohani Islam ..............................23
4. Tujuan dan Fungsi Rohani Islam .........................................24
5. Kegiatan Rohani Islam .........................................................26
6. Ruang Lingkup Rohani Islam ..............................................31

xii
C. Pembinaan Keagamaan .............................................................32
1. Pengertian Pembinaan Keagamaan ......................................32
2. Dasar Pembinaan Keagamaan ..............................................40
3. Metode Pembinaan Keagamaan ...........................................44
4. Faktor-faktor Pembinaan Keagamaan ..................................48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian ........................................................................50


1. Tempat Penelitian .................................................................50
2. Waktu penelitian ..................................................................51
3. Data dan Tempat Penelitian .................................................51
B. Metode dan Jenis Penelitian .....................................................59
C. Sumber Data .............................................................................60
1. Sumber Data Primer .............................................................60
2. Sumber Data Sekunder .........................................................61
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................61
1. Wawancara ...........................................................................61
2. Observasi ..............................................................................62
3. Dokumentasi ........................................................................63
E. Teknik Analisis Data ................................................................64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Kegiatan Rohis dalam Meningkatkan Pembinaan


Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1 Pemali .........................67
B. Problematika dari Pelaksanaan Kegiatan Rohis dalam
Meningkatkan Pembinaan Keagamaan Peserta Didik di SMAN
1 Pemali ....................................................................................73
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................76
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................79
B. Saran-saran ...............................................................................80

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Wawancara

Lampiran 2 Hasil Dokumentasi

Lampiran 3 Profil SMAN 1 Pemali

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 6 SK Pembimbing Skripsi

Lampiran 7 Kartu Bimbingan Skripsi

Lampiran 8 Surat Keterangan Bebas Plagiasi

Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah syari’at Allah SWT yang diturunkan kepada umat

manusia di muka bumi agar mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman

keyakinan terhadap Tuhan hanya dapat dilakukan melalui proses

pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan dimana kita

tinggal. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena

sebagai makhluk pedagogis, manusia dilahirkan dengan membawa

potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah

di bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan.1

Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial, sejak dilahirkan

ia membutuhkan pergaulan dengan orang-orang lain untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan biologisnya yaitu makanan, minuman, dan lain-

lain.2 Perilaku dan aktivitas-aktivitas yang terjadi pada setiap manusia

merupakan manifestasi kehidupan psikis. Sebagaimana diketahui bahwa

perilaku yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, akan

tetapi akibat dari adanya rangsangan mengenai individu tersebut.

Perilaku merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang

mengenainya.

1
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep Implementasi Berbasis Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 130.
2
Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: PT Refika Aditama, 2004), hlm. 26.

1
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan

sesamanya baik dalam keadaan suka maupun duka. Oleh karena itu

karena seringnya berinteraksi dengan sesamanya perlu adanya pagar

yang membatasi antar interaksi itu, yakni akhlak yang bersumber pada

Alqur’an dan Alhadist sebagai tolak ukur baik dan buruknya.

Kepribadian adalah pola perilaku, pemikiran, motivasi dan emosi

yang jelas dan cukup stabil serta menandai seorang individu. 3 Pribadi

muslim adalah identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari

keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang ditampilkan dalam

tingkah laku secara lahiriah maupun sikap batinnya dalam rangka

pengabdian dan penyerahan diri kepada Allah.

Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta, akan

tetapi terbentuknya melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena

itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam upaya membentuk

kepribadian tersebut, seperti faktor lingkungan keluarga, lingkungan

masyarakat, dan lingkungan sekolah. Di lingkungan keluarga dan

masyarakat saja tak cukup untuk membentuk kepribadian peserta

didik/anak, karena sebagian kegiatan anak juga dihabiskan dalam

lingkungan sekolah. Pada lingkungan sekolah guru sebagai pendidik

memiliki tugas yang amat besar terhadap perkembangan kepribadiannya.

Selain pendidik, guru juga menjadi suri teladan bagi peserta didiknya.

3
Carol Wade dan Carol Travis, Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 194.

2
Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan

manusia dengan manusia, hubungan dengan alam dan hubungan dengan

dirinya, keseimbangan dan keserasian dalam hidup manusia, baik

sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Sebab itulah

pendidikan agama meupakan bagian terpenting untuk melestarikan

aspek-aspek sikap dan nilai keagamaan. Pendidikan agama juga harus

mempunyai tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu,

dan amal yang merupakan sendi yang tak terpisahkan. Di samping itu

pula seorang pendidik hendaknya tidak hanya mengajarkan ilmu

pengetahuan kepada peserta didiknya melainkan juga akhlak sehingga

akan membentuk pribadi yang berakhlak yang baik.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua

dalam membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan

mensosialisasikan kemampuan baru pada mereka agar mampu

mengantisipasi tuntunan masyarakat yang dinamik.

Demikian strategisnya peranan pendidikan tersebut, sehingga umat

manusia senantiasa memperhatikan masalah tersebut. Karena pendidikan

itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek

kehidupan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh

manusia melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Pendidikan akan sempurna

apabila diiringi dengan pendidikan agama.

3
Masa remaja merupakan suatu rangkaian perubahan-perubahan

yang dialami oleh remaja. Disamping keadaan jiwanya yang labil dan

mengalami kegoncangan, emosinya semakin berkembang, motivasinya

mulai otonom dan tidak dikendalikan oleh dorongan biologis semata. 4

Keadaan jiwa remaja yang seperti itu nampak pula dalam kehidupan

sosialnya yang mudah goyah, timbul kebimbangan, kerisauan dan

konflik batin.5 Situasi tersebut, menyebabkan remaja sulit menentukan

pilihan yang tepat, sehingga para remaja cenderung untuk memilih jalan

sendiri, dalam situasi yang demikian itu, maka peluang munculnya

perilaku menyimpang sangat besar.

Menghadapi gejala-gejala seperti ini, nilai-nilai agama sebenarnya

dapat difungsikan, dalam konteks ini pemuka dan pendidik agama perlu

merumuskan paradigma baru dalam menjalankan tugas bimbingannya.

Setidaknya bimbingan keagamaan bagi para remaja perlu dirumuskan

dengan beorientasi pada pendekatan psikologi perkembangan yang serasi

dengan karakteristik yang dimiliki remaja. Diharapkan remaja akan

termotivasi untuk mengenal ajaran agama dalam bentuk yang

sebenarnya, yaitu agama yang mengandung nilai-nilai ajaran yang

sejalan dengan fitrah manusia, dan bertumpu pada pembentukan akhlak

mulia.6

4
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 184.
5
Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila,
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 43.
6
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2006), hlm. 74.

4
Di zaman yang modern ini, perkembangan teknologi begitu pesat,

arus globalisasi begitu hebat sehingga banyak orang terbius terhadap

fenomena tersebut. Layaknya sebuah pisau yang memiliki dua sisi,

terdapat dampak positif dan juga dampak negatif dari adanya fenomena

tersebut. Sepatutnya masyarakat dapat mengantisipasi dari dampak

negatif yang dihasilkan, diantaranya pergaulan bebas, narkoba, tontonan

yang tidak etis untuk diperlihatkan kepada khalayak umum di media

cetak maupun elektronik, dan sebagainya.

Menghadapi kondisi seperti ini, maka Pendidikan Agama Islam

(PAI) sangatlah berperan penting untuk membantu mengatasi masalah

sikap menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Hal ini tercermin pula

pada pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak muia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 7

Adapun dalam pembelajaran PAI hanya 3 jam dalam seminggu belumlah

efektif, yaitu dari segi orientasi PAI yang kurang tepat. Sebagian peserta

didik lebih terfokus pada pengembangan kemampuan kognitif dan minim

dalam pembentukan sikap (afektif), pembiasaan dan pengamalan ajaran

agama dalam kehidupan (psikomotor). Islam diajarkan lebih pada

hafalan, padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus dipraktekkan.

7
Mar’at, Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982), hlm. 9.

5
Setelah pengamatan singkat yang peneliti lakukan di SMAN 1

Pemali, peneliti melihat banyak peserta didik yang berbicara dengan

kata-kata kotor kepada temannya ketika berada di lingkungan sekolah. 8

Bahkan ada juga yang memanggil temannya dengan sebutan yang tak

sopan/bukan dengan nama panggilannya.9 Tidak hanya itu dalam ibadah

shalat berjamaah di sekolah pun masih banyak peserta didik yang tidak

shalat berjamaah akan tetapi mereka hadir di mushallah dalam shalat

berjamaah seperti shalat zuhur dan shalat ashar. 10 Sedangkan di SMAN 1

Pemali para peserta didik dan guru diwajibkan dalam mengikuti shalat

berjamaah di mushallah, jika dalam keadaan tidak berhalangan. Disaat

ekstrakulikuler Rohani Islam (Rohis) tengah berjuang untuk

mengoptimalkan pelajaran PAI di luar jam pelajaran berlangsung dengan

mengusung misi membentuk perilaku yang baik pada peserta didiknya,

dan di saat itulah peserta didik acuh dalam menjalankan misi yang

dijalankan Rohis. Perilaku seperti inilah yang membuat ekstrakulikuler

Rohis tidak maksimal dalam pelaksanaan dan tujuannya.

Bentuk usaha yang dilakukan pihak SMAN 1 Pemali untuk

mengatasinya adalah dengan memberikan wadah berupa Rohis yang

bertujuan untuk lebih meningkatkan peran PAI dalam membentuk sikap

yang baik pada peserta didik dalam kesehariannya. Sehingga bisa

8
Observasi Aktivitas Peserta Didik di SMAN 1 Pemali, 06 Maret 2020.
9
Observasi aktivitas Peserta Didik di SMAN 1 Pemali, 06 Maret 2020.
10
Observasi Kegiatan Shalat Berjamah di SMAN 1 Pemali, 06 Maret 2020.

6
mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia, baik di lingkungan

sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 11

Bahkan bentuk nyata yang dilakukan Rohis SMAN 1 Pemali untuk

mengatasi masalah di atas adalah dengan senantiasa mengingatkan para

peserta didik untuk tidak berbicara kotor kepada temannya ataupun

memanggil temannya dengan panggilan yang baik dan bukan sebaliknya.

Usaha ini biasanya dilakukan dalam latihan kader da’i/da’iyah/khatib

yang dilakukan setiap pagi pada hari Jum’at dan merupakan salah satu

kegiatan Rohis.

Upaya dalam meningkatkan kesadaran beribadah untuk peserta

didik tidak hanya melalui proses belajar mengajar di kelas. Untuk

membiasakan peserta didik dalam melaksanakan ibadah shalat

berjamaah, seharusnya guru juga mengajak peserta didik untuk shalat

berjamaah, dan tidak membiarkan mereka shalat sendiri-sendiri. Artinya

keteladanan dalam beribadah atau dalam hal apapun, seorang guru ini

harus diterapkan agar peserta didik mengikuti dan terbiasa dengan

kebiasaan-kebiasaan yang baik yang para guru contohkan.12

Kegiatan Rohis kiranya menjadi salah satu peran dalam

pembentukan sikap yang baik bagi peserta didik. Kegiatan yang

dilaksanakan di luar jam pelajaran ini dirasa cukup membangkitkan

peserta didik terhadap PAI, ketimbang mengikuti proses belajar

11
Kementerian Agama Republik Indonesia, Panduan Penyelenggaraan Kegiatan
Rohani Islam, (Jakarta: Direktur Pendidikan Agama Islam, 2011), hlm. 1-2.
12
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohani Islam SMAN 1 Pemali, Wawancara,
Pemali, 06 Maret 2020.

7
mengajar di kelas. Rohis merupakan salah satu dari ekstrakulikuler yang

menjadi kegiatan yang berbasiskan agama. Dalam ekstrakulikuler ini

terdapat program-program yang diusahakan dapat menciptakan dan

meningkatkan pembinaan keagamaan yang baik bagi peserta didik.

Kegiatan ini berjalan dengan diperlukan pula kerjasama yang

harmonis dan interaktif diantara para warga sekolah dan para tenaga

kependidikan yang ada di dalamnya. 13 Dengan adanya kerjasama seluruh

komponen di sekolah, diharapkan akan melahirkan suatu budaya sekolah

yang kuat dan bermutu. Sehingga yang apa dilakukan akan berjalan

dengan maksimal.

Rohis sebagai suatu wadah keagamaan yang bergerak secara

independen di mana wadah tersebut dikelola dan dikembangkan oleh

peserta didik serta pembina Rohis, sehingga secara struktural dan

operasionalnya sudah dapat dikatakan sebagai suatu lembaga yang

mempunyai suatu kepengurusan, tujuan yang hendak dicapai secara jelas

dan dapat memberikan dukungan terhadap PAI untuk meningkatkan

pembinaan keagamaan yang baik bagi peserta didik.

Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, PAI harus dijadikan

tolak ukur dalam membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta

membangun moral bangsa. Khususnya mengenai Kegiatan

Ekstrakulikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Pasal

13
Muhaimin, Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), hlm. 59.

8
3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional14 menyebutkan bahwa

“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembanngnya potensi


peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud
dalam tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan
melalui kegiatan intrakulikuler, kokurikuler, ekstrakulikuler”.

Kegiatan ekstrakulikuler dapat menemukan dan mengembangkan

potensi peserta didik, serta dapat memberikan manfaat sosial yang besar

dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bekerja sama

dengan orang lain. Disamping itu, kegiatan ekstrakulikuler dapat

memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas peserta didik yang berbeda-

beda. Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 53 ayat (2) butir a dan pada

pasal 79 ayat (2) butir b15 menyatakan bahwa :

“Kegiatan ektrakulikuler termasuk dalam rencana kerja tahunan satuan


pendidikan, dan kegiatan ektrakulikuler perlu di evaluasi
pelaksanaannya setiap semester oleh satuan pendidikan”.

Kegiatan ekstrakulikuler Rohis memiliki tujuan dan fungsi16

sebagai berikut:

Tujuan dari kegiatan Rohis:

14
Kementerian Agama Republik Indonesia, Panduan..., hlm. 4.
15
Kementerian Agama Republik Indonesia, Panduan..., hlm. 4.
16
Kementerian Agama Republik Indonesia, Panduan..., hlm. 8-9.

9
1. Memberikan sarana pembinaan, pelatihan dan pendalaman

Pendidikan Agama Islam bagi para siswa, agar dapat

mengkomunikasikan ajaran agama yang mereka peroleh dalam

bentuk akhlak mulia, sehingga nilai-nilai ajaran Islam mewarnai

lingkungan sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

2. Membentuk kepribadian muslim yang representatif dalam upaya

kaderisasi da’wah Islam yang berkesinambungan, sehingga syiar

Islam terus berkembang secara damai dan lebih dinamis sesuai

perkembangan zaman.

3. Memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT agar

mampu melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya serta

mampu menyaring budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

spiritual agar dapat dijauhinya.

4. Memberikan dan menambah wawasan keagamaan yang tidak

diperoleh dalam pembelajaran di kelas agar diharapkan kompetensi

keagamaan peserta didik semakin meningkat.

Kegiatan Rohani Islam berfungsi sebagai berikut:

1. Memotivasi sekolah untuk mengembangkan potensi di bidang

keagamaan yang dapat berkompetensi meningkatkan prestasinya baik

di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

2. Membantu guru PAI untuk memenuhi tuntutan kebutuhan akan

pengakuan terhadap hasil Pendidikan Agama Islam sejalan dengan

tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman.

10
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk membahas

lebih lanjut tentang kegiatan-kegiatan Rohis. Dari kegiatan-kegiatan

Rohis diharapkan akan meningkatkan pembinaan keagamaan peserta

didik di SMAN 1 Pemali. Dengan begitu peneliti akan membahasnya

dalam skripsi yang berjudul ”Peran Ekstrakulikuler Rohani Islam dalam

Meningkatkan Pembinaan Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1

Pemali”

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang dimiliki

oleh peneliti, maka penelitian ini difokuskan pada Peran

Ekstrakulikuler Rohani Islam dalam Meningkatkan Pembinaan

Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1 Pemali.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dijadikan rumusan

masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana peran kegiatan Rohani Islam (Rohis) dalam

meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik di SMAN 1

Pemali?

b. Problematika seperti apa saja yang ditemukan dari pelaksanaan

kegiatan Rohani Islam (Rohis) dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali?

11
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran Rohis dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali.

2. Untuk mengetahui problematika seperti apa saja yang ditemukan dari

pelaksanaan kegiatan Rohis dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali.

D. Kegunaan Penelitian

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru di SMAN 1

Pemali dalam meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik

2. Dapat mengetahui mengetahui problematika apa saja yang ditemukan

dari pelaksanaan kegiatan Rohis dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali

3. Diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan evaluasi sekolah

4. Dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan di bidang Pendidikan

Agama Islam bagi penulis khususnya dan barangkali dapat

dimanfaatkan bagi siapa saja yang memerlukan.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah hasil penelitian yang relevan dan juga dapat

dikatakan sebagai laporan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan

masalah penelitian.17 Kajian pustaka dilakukan dengan tujuan

menghindari terjadinya pengulangan, peniruan, dan plagiat. Dasar

pertimbangan perlu disusunnya kajian pustaka dalam suatu rancangan

17
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiyah, (Bangka:
STAIN SAS BABEL, 2015), hlm. 10.

12
penelitian didasari oleh kenyataan bahwa setiap obyek kultural

merupakan gejala multidimensi sehingga dapat dianalisis lebih dari satu

kali secara berbeda-beda, baik oleh orang yang sama maupun berbeda.

Setelah melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian

terdahulu, peneliti menemukan beberapa karya ilmiah yang relevan serta

dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian dalam menentukan

pembahasan yang berkaitan peran ekstrakulikuler Rohani Islam dalam

meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Eliza Rosa, STAIN Syaikh

Abdurrahman Siddik dengan judul “Peran Kegiatan Keagamaan (Shalat

Dhuha dan Mengaji Bersama) dalam Mendidik Karakter Religius di

PAUD Griya Bermain Pangkal Pinang”. 18 Hasil penelitian menunjukkan

bahwa: mengikuti kegiatan keagamaan dapat menumbuhkembangkan

karakter dalam diri anak, khususnya karakter religius, selain itu dapat

juga mendidik anak agar memiliki akhlak yang baik, sikap sopan santun,

serta memiliki keterampilan yang diperlukan anak tersebut.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

Eliza Rosa adalah Kegiatan Keagamaan (Shalat Dhuha dan Mengaji

Bersama) untuk menumbuhkembangkan karakter religius dalam diri anak,

sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah Kegiatan

Ekstrakulikuler Rohani Islam untuk meningkatkan pembinaan keagamaan

bagi peserta didik.


18
Eliza Rossa, Peran Kegiatan Keagamaan (Shalat Dhuha dan Mengaji
Bersama) dalam Mendidik Karakter Religius di PAUD Griya Bermain Pangkal Pinang,
(Skripsi: STAIN SAS Babel).

13
Persamaannya yaitu untuk meningkatkan aklak yang baik. Akan

tetapi fokus penelitian yang peneliti lakukan yaitu peningkatan

pembinaan keagamaan yang mengarah tidak hanya pada peningkatan

akhlak yang baik, tapi juga untuk memperkokoh keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah SWT, serta menambah wawasan keagamaan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sodri, STAIN Syaikh

Abdurrahman Siddik dengan judul “Peran Kegiatan Ekstrakulikuler

Keagamaan dalam Membina Akhlak Siswa di SDN 12 Koba Kabupaten

Bangka Tengah”.19 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

pengembangan kepribadian dan membentuk akhlak yang baik dari siswa

siswi itu sendiri.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan

Sodri adalah Kegiatan Ektrakulikuler Keagamaan, sedangkan penelitian

yang peneliti lakukan adalah Kegiatan Ekstrakulikuler Rohani Islam.

Penelitian yang dilakukan Sodri tertuju pada pengembangan kepribadian

dan pembentukan akhlak yang baik pada siswa Sekolah Dasar (SD),

sedangkan penelitian yang peneliti lakukan tertuju pada peningkatan

pembinaan keagamaan yang mengarah pada pembentukan akhlak yang

baik, serta memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,

dan menambah wawasan keagamaan pada peserta didik Sekolah

Menengah Atas (SMA).

19
Sodri, Peran Kegiatan Ekstrakulikuler Keagamaan dalm Membina Akhlak
Siswa di SDN 12 Koba Kabupaten Bangka Tengah, (Skripsi: STAIN SAS Babel).

14
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Andi Usmanto, Syaikh

Abdurrahman Siddik dengan judul “Pengembangan Kecerdasan Spiritual

Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakulikuler Rohani Islam di SMPN 1

Sungailiat”.20 Penelitian yang di lakukan Andi Usmanto ini tertuju pada

pengembangan kecerdasan spiritual siswa agar kecerdasannya tidak

hanya dilakukannya untuk memuaskan nafsunya saja.

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan

adalah sama-sama meneliti tentang kegiatan Ekstrakulikuler Rohani

Islam. Akan tetapi hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Andi

Usmanto tertuju pada pengembangan kecerdasan spiritual, sedangkan

hasil dari penelitian yang peneliti lakukan akan tertuju pada peningkatan

akhlak yang baik, memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah

SWT, serta menambah wawasan keagamaan pada siswa.

Dari beberapa penelitian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

penelitian yang dilakukan Eliza Rosa dan Sodri tertuju pada

pengembangan dan pembentukan akhlak yang baik. Sedangkan subjek

penelitiannya tertuju pada usia anak-anak. Berbeda dengan penelitian

yang peneliti lakukan, yaitu penelitiannya tidak tertuju pada pembentukan

akhlak mulia saja, akan tetapi juga untuk memperkokoh keimanan dan

ketaqwaan kepada Allah SWT, serta menambah wawasan keagamaan

pada siswa dan subjek peneliannya tertuju pada usia remaja.

20
Andi Usmanto, Pengembangan Kecerdasan Spiritual Siswa Melalui Kegiatan
Ekstrakulikuler Rohani Islam di SMPN 1 Sungailiat, (Skripsi: STAIN SAS Babel).

15
Penelitian yang dilakkan oleh Andi Usmanto tertuju pada

pengembangan kecerdasan spiritual, berbeda dengan yang peneliti

lakukan yaitu peningkatan pembinaan keagamaan yang mengarah pada

pembentukan akhlak mulia, memperkokoh keimanan dan ketaqwaan

kepada Allah SWT, serta menambah wawasan keagamaan pada siswa.

Sedangkan penelitiannya sama-sama mengenai kegiatan Ekstrakulikuler

Rohani Islam.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran kongkrit dari alur pembahasan pada

penelitian ini, maka penulis mendeskrifikasikan sistematika pembahasan

proposal karya tulis ilmiah ini sebagai berikut:

Bab Pertama, adalah pendahuluan yang membahas tentang latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, adalah landasan teori yang memaparkan teori-teori

Peran kegiatan Ekstrakulikuler Rohani Islam dalam Meningkatkan

Pembinaan Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1 Pemali.

Bab Ketiga, yaitu membahas kondisi objektif penelitian yang

meliputi gambaran umum SMAN 1 Pemali dan bentuk aktivitas

Ekstrakulikuler Rohani Islam.

16
Bab Keempat, adalah hasil penelitian dan pemaparan data tentang

peran dan hasil Kegiatan Ekstrakulikuler Rohani Islam dalam

Meningkatkan Pembinaan Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1 Pemali.

Bab Kelima, penutup, penulis mengambil kesimpulan dari hasil

penelitian ini yang disertai saran dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

17
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Peran

1. Pengertian Peran

Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia”

mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan di masyarakat. 21 Pada dasarnya peran

tidak dapat dipisahkan dengan status kedudukan, walaupun

kedudukannya berbeda akan tetapi saling berhubungan antara satu

dengan yang lainnya. Dengan kata lain seseorang dapat dikatakan

berperan apabila mampu memainkan perannya dengan baik dan

sesuai dengan statusnya di masyarakat.

Peran berfungsi sebagai seperangkat harapan-harapan yang

dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial

tertentu.22 Dapat dikatakan seseorang berperan apabila telah

memiliki status di masyarakat. Di dalam status tersebut terdapat

tugas-tugas yang sebelumnya disusun berdasarkan harapan-

harapannya, namun harus sesuai dengan harapan masyarakat.

Sehingga apabila dalam tugas-tugasnya yang semula disesuaikan

dengan harapan orang atau lembaga yang berperan kemudian tidak

sesuai dengan harapan masyarakat, maka dapat dikatakan belum

21
Pusat bahasa: Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pusat
Utama, 2008), hlm. 1051.
22
Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2006), hlm. 870

18
berhasil.

Jadi peran adalah seperangkat tindakan atau perbuatan atau

pekerjaan yang dilakukan seseorang yang berkedudukan di

masyarakat dalam suatu peristiwa dan keadaan yang terjadi untuk

mencapai suatu tujuan tertentu.

B. Ekstrakulikuler Rohani Islam

1. Pengertian Ekstrakulikuler

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ekstrakulikuler

diartikan sebagai kegiatan di luar program yang tercantum dalam

kurikulum.23

Kegiatan ekstrakulikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di

luar kelas dan di luar jam pelajaran. Kegiatan ekstrakulikuler

merupakan salah satu komponen dari kegiatan pengembangan diri

yang terprogram. Artinya kegiatan tersebut direncanakan secara

khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan

kondisi pribadinya.

Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan di luar

mata pelajaran dan pelayanan konseling untu membantu

perkembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,

bakat, dan minat melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga kependidikan yang

memiliki kemampuan dan wewenang di satuan pendidikan. Kegiatan

23
Wahy, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia( untuk Pelajar, Mahasiswa dan
Umum), (Bandung, PT KAWAHmedia, 2013), hlm. 176.

19
ekstrakulikuler berfungsi untuk mengembangkan diri, sosial,

rekreatif dan persiapan karir siswa. 24

2. Pengertian Rohani Islam

Rohani Islam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti

rohani adalah roh (ruh) yang berkenaan dengan yang tidak

berbadan jasmani.25 Rohani Islam terdiri dari dua kata, yaitu

Rohani dan Islam. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,

rohani yang berkenaan dengan roh. Pegertian roh itu sendiri

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu unsur

yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai

penyebab adanya hidup. 26 Jika sudah berpisah dari badan,

berakhirlah kehidupan seseorang. Sedangkan dalam buku

Suplemen Ensiklopedi Islam, roh berarti zat murni yang

tinggi, hidup, dan hakikatnya berbeda dengan tubuh. 27

Rohani adalah aspek manusia selain jasmani dan akal.

Pegertian atau hakikat rohani sangat sukar untuk ditemukan,

namun banyak yang mengaitkan dengan kalbu. Kalbu disini,

sekalipun tidak jelas hakikatnya, namun gejalanya sangat

24
Iskandar Agung dan Sudiyono, Reorientasi Pendidikan Karakter Revolusi
Mental, (Jakarta Timur, Edu Pustaka, 2017), hlm. 83.
25
Wahy, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia( untuk Pelajar, Mahasiswa dan
Umum), (Bandung, PT KAWAHmedia, 2013), hlm. 531.
26
Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 984
27
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru
van Hoeve), hlm. 131

20
jelas. Gejalanya itu dapat diwakilkan dalam istilah rasa.

Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu, sabar,

serakah, putus asa, cinta, iman dan lain sebagainya. Kalbu

yang berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi

iman kepada Allah SWT atau dengan ungkapan lain kalbu

yang penuh dengan ketaqwaan kepada Allah SWT. kalbu

yang penuh dengan iman mempunyai gejala-gejala yang

sangat banyak, misalnya ketika sholat dengan khusyu’( Al

mu’min 1-2), bila mengingat Allah SWT hatinya

tenang(Azzumar 23), bila disebut nama Allah SWT bergetar

hatinya(Al Hajj 34-35).

Sedangkan kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu

aslama yuslimu, islaman, yang berarti menyerahkan diri,

menyelamatkan diri, taat, patuh, dan tunduk. 28 Dalam Kamus

Bahasa Indonesia Islam berarti agama yang diajarkan Nabi

Muhammad SAW berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an

yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah. 29 Sedangkan

dalam Ensiklopedi Islam, kata Islam Memiliki beberapa arti

yaitu melepaskan diri dari segala penyakit lahir dan batin,

kedamaian dan keamanan, ketaatan dan kepatuhan. 30

Agama Islam adalah agama yang mentauhidkan Allah

28
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, (Jakarta: Bee Media Pustaka,
2017), hlm. 2-3
29
Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 454
30
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 2 I-
N, (Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 472

21
SWT dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW. Islam

juga merupakan agama yang integral, yang mengatur hidup

manusia serta menjadi dasar akhlak mulia yang disampaikan

oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia di

setiap zaman.31

Dari kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian Rohani Islam menurut peneliti adalah keadaan

jiwa manusia yang dinaungi rasa ketauhidan kepada Allah

SWT dan Rasul-Nya sehingga semua tingkah laku dan

perbuatannya terjaga dan tidak keluar dari ajaran agama

Islam, dan di dalamnya memiliki tingkah laku atau kebiasaan

yang berbasis Al-qur’an dan Hadist yang pada akhirnya

mengantarkan seseorang menjadi generasi yang berakhlak

mulia dalam hidupnya.

Pendidikan pada hakikatnya bukan hanya menjadi

tanggung jawab sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab

keluarga dan masyarakat. Mengenai pendidikan di sekolah,

proses pendidikannya tertuang dalam satuan pendidikan yang

dikenal dengan sebutan kurikulum. Kegiatan pendidikan

yang didasarkan pada penjatahan waktu bagi masing-masing

mata pelajaran sebagaimana tercantum dalam kurikulum

sekolah lebih dikenal dengan sebutan kurikuler. Sedangkan

31
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 2 I-
N..., hlm. 474-475

22
kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran tatap muka

dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah agar lebih

memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan

kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata

pelajaran dalam kurikulum disebut ekstrakulikuler.32

3. Pengertian Ekstrakulikuler Rohani Islam

Ekstrakulikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta

didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun

tidak langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian tak

terpisahkan dari tujuan kelembagaan. Di samping itu, ekstrakulikuler

merupakan kegiatan yang bernilai tambah yang diberikan sebagai

pendamping pelajaran yang diberikan secara intrakulikuler.

Ekstrakulikuler tidak hanya sebagai pelengkap suatu proses kegiatan

belajar mengajar, tetapi juga sebagai sarana agar siswa memiliki

nialai plus selain pelajaran akademis yang bermanfaat bagi

kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya, pelajaran dalam

ekrakulikuler seringkali menjadi ciri khas suatu sekolah. Hal ini

dikarenakan dalam menyediakan jenis kegiatannya disesuaikan

dengan visi dan misi serta kondisi sekolah, terutama sekali dengan

sarana dan prasarana yang tersedia, dengan demikian setiap sekolah

akan mempunyai jenis kegiatan ekstrakulikuler yang bebeda.

B. Suryo Subroto mengungkapkan bahwa ekstrakulikuler adalah

32
Iskandar Agung dan Sudiyono, Reorientasi..., hlm. 83.

23
kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan salah satu

bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya

olah raga, kesenian, dan berbagai macam keterampilan yang

diselenggarakan di luar jam pelajaran. 33

Nugroho W mengungkapkan bahwa ekstrakulikuler rohis adalah

wadah besar yang dimiliki oleh siswa untuk menjalankan aktivitas

dakwah di sekolah yang merupakan kegiatan ekstrakulikuler di luar

jam pelajaran dengan tujuan untuk menunjang dan membantu

memenuhi keberhasilan pembinaan intrakulikuler. 34

Dari uraian diatas, dapat peneliti simpulkan bahwasanya

kegiatan ekstrakulikuler rohis ini merupakan kegiatan tambahan

yang dilaksanakan oleh pihak sekolah di luar jam pelajaran untuk

menunjang keberhasilan dalam pembelajaran PAI yang dilaksanakan

dalam pembelajaran di saat jam sekolah berlangsung.

4. Tujuan dan Fungsi Rohani Islam

Tujuan dari kegiatan Rohis adalah:

a. Memberi sarana pembinaan, pelatihan dan pendalaman

Pendidikan Agama Islam bagi siswa, agar dapat

mengkomunikasikan ajaran agama yang mereka peroleh

dalam bentuk akhlak mulia, sehingga nilai-nilai ajaran Islam

mewarnai lingkungan sekolah dalam kehidupan sehari-hari.

33
Iskandar Agung dan Sudiyono, Reorientasi..., hlm. 83
34
Iskandar Agung dan Sudiyono, Reorientasi..., hlm. 83

24
b. Membentuk kepribadian muslim yang representatif dalam

upaya kaderisasi dakwah yang berkesinambungan, sehingga

syiar Islam dapat berkembang secara damai dan lebih

dinamis sesuai perkembangan zaman.

c. Memperkokoh keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT

agar mampu melaksanakan perintah dan meninggalkan

larangan-Nya serta mampu menyaring budaya yang tidak

sesuai dengan nilai-nilai spiritual agar dapat dijauhinya.

d. Memberikan dan menambah wawasan keagamaan yang tidak

diperoleh dalam pembelajaran di kelas agar diharapkan

kompetensi agama peserta didik semakin meningkat.

Kegiatan Rohis berfungsi sebagai berikut:

a. Memotivasi sekolah untuk mengembangkan potensi di

bidang keagamaan yang dapat berkompetensi meningkatkan

prestasinya baik di lingkungan sekolah maupun di

masyarakat.

b. Membantu guru Pendidikan Agama Islam untuk memenuhi

tuntutan kebutuhan akan pengakuan terhadap hasil

Pendidikan Agama Islam sejalan dengan tuntutan masyarakat

dan perkembangan zaman.

Salah satu tugas yang diemban pendidik adalah mewariskan

nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam upaya

membentuk kepribadian yang inteklek dan bertanggungjawab

25
melalui jalur pendidikan yang diproses secara formal, sedangkan

nilai-nilai luhur agama menjadi bagian dari kepribadiannya. Hal

inilah yang berusaha dilaksanakan oleh rohis agar pendidikan di

sekolah tidak hanya sebatas penyampaian materi semata, melainkan

dapat menanamkan nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik itu

sendiri.

5. Kegiatan Rohani Islam

a. Ta’aruf (perkenalan)

Perkenalan antara pengurus dan anggota baru, yang dilakukan di

awal tahun ajaran baru, terutama dengan siswa baru.

b. Tes Baca Tulis Alqur’an

Bagi siswa baru untuk mengetahui kemampuan baca tulis Alqur’an

dapat dikelompokkan dalam kategori:

1) Belum tahu huruf

2) Belum lancar baca

3) Lancar baca dan fasih sesuai tajwid

4) Baca dengan lagu/irama

c. Tilawah dan Tahsin Alqur’an

1) Tilawah Alqur’an dilaksanakan dengan program latihan

membaca Alqur’an lengkap dengan mengajarkan kaidah-

kaidah ilmu tajwid.

2) Tahsin Alqur’an dilaksanakan dengan programpelatihan seni

qira’ah dan sari tilawah.

26
d. Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)

Latihan dilaksanakan dengan tujuan:

1) Menumbuhkan jiwa kepemimpinan

2) Mempersiapkan regenerasi kepemimpinan Rohis

3) Menyelenggarakan pemilihn pengurus Rohis yang baru

e. Latihan Kader Da’i/Da’iyah/Khatib

Pelatihan dakwah unutk mengembangkan bakat siswa antara lain:

1) Memberikan pelatihan retorika dakwah

2) Mengadakan pelatihan khutbah Jum’at

3) Menyelenggarakan praktek kultum dan ceramah umum

f. Pesantren Kilat

Kegiatan pesantren kilat mempunyai tujuan:

1) Memperdalam, memantapkan, dan meningkatkan

pemahaman dan penghayatan ajaran Islam khususnya tentang

keimanan, Alqur’an, syari’ah/ibadah, aklak dan tarikh.

2) Menerapkan dan mengamalkan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari.

3) Meningkatkan syi’ar Islam dan mengisi waktu luang dengan

memperdalam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

g. Tadabbur dan Tafakkur Alam

Target yang ingin dicapai dlam acara ini adalah:

1) Membuka cakrawala siswa terhadap luasnya ala semesta

ciptaan Allah SWT.

27
2) Mendidik siswa agar mampu melakuakan perenungan dan

penghayatan terhadap segala ciptaan Allah SWT.

3) Memperkuat nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap

Allah SWT dalam diri siswa serta mampu menerapkan dalam

praktik kehidupan sehari-hari.

h. Peringatan Hari-hari Besar Islam (PHBI)

Pelaksanaan kegiatan PHBI berfungsi sebagai upaya untuk:

1) Mengenang, merefleksikan, memaknai dan mengambil

hikmah serta manfaat dari momentum sejarah berkaitan

dengan hari besar yang diperingati dan menghubungkan

keterkaitannya dengan masa kini.

2) Menjadikan sejarah sebagai laboratorium bagi upaya refleksi

dan evaluasi diri.

3) Menciptakan citra yang positif bahwa sekolah merupakan

lembaga pendidikan yang menjadi bagian dari umat Islam

dalam rangka mengangkat kembali peradaban Islam yang

agung.

i. Bakti Sosial

Kegiatan bakti sosial diarahkan agar membentuk mental dan karakter

siswa, sehingga memiliki kepedulian dan solidritas sosial yang

tinggi serta siap berkorban demi kepentingan orang lain.

j. Pentas Seni Islam

Kegiatan seni yang bernuansa islam untuk menumbuhkan kreatifitas,

28
menjalin ikatan ukhuah (persaudaraan) dan silaturahmi antar

sekolah.

k. Bersih-bersih Masjid/Mushalla

Kegiatan untuk melatih dan membiasakan siswa untuk menjaga

kebersihan, kerapian dan keindahan masjid/mushalla.

l. Majalah Dinding (Mading) Rohis

Wahana untuk menginformasikan segala aktivitas Rohis dan berita-

berita aktual dan faktual tentang Islam.

m. Bulettin Rohis

Media dakwah sepekan/bulanan yang diterbitkan setiap Jum’at dalam

bentuk bulettin untuk melatih kemampuan mengemukakan

pendapat, ide dan pengetahuan dalam karya tulisan.

n. Kotak Amal Sepekan

Mengumpulkan amal siswa, guru dan karyawan setiap hari jum’at

untuk membiasakan siswa beramal dan menjadi sumber dana

kegiatan Rohis.

o. Studi Wisata Rohani

Kegiatan yang bersifat rekreatif mengunjungi tempat-tempat

bersejarah dan memiliki peran aktif terhadap sosial untuk

pembangunan wawasan keIslaman dan kecerdasan spiritual

siswa seperti pesantren, museum Alqur’an dan sebagainya.

p. Studi Banding atau Sharing

Kegiatan untuk silaturahmi dan saling tukar informasi guna

29
meningkatkan aktifitas Rohis.

q. I’tikaf Ramadhan

Kegatan untuk melatih kesucian jiwa dan olah batin dalam rangka

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

r. Buka Puasa Bersama

Kegiatan disaat berbuka puasa untuk mempererat ukhuwah sesama

pengurus dan anggota Rohis, guru dan karyawan yang

dilanjutkan dengan shalat berjama’ah.

s. Menerima dan Mendistribusikan Zakat

Melatih siswa untuk mengelola zakat, infak dan shadaqah serta

mendistribusikannya kepada mustahiq.

t. Pemotongan Hewan Qurban

Melatih siswa untuk melaksanakan kegiatan qurban dan mendidik

untuk rela berqurban.

u. Akses Web Islami

Mencari informasi dan mengembangkan wawasan keagamaan

melalui internet yang bermanfaat bagi siswa.

v. Bedah buku

Mencari informasi dan mengembangkan wawasan keagamaan

melalui buku-buku islami yang bermanfaat bagi siswa.

6. Ruang Lingkup Rohis

30
Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota

pria (ikhwan) dan anggota wanita (akhwat). Tapi tidak selalu, hal ini

dikarenakan perbedaan mahram di antara anggota ikhwan dan

anggota akhwat tersebut. Apabila kajian di tempat terbuka, seperti di

masjid, aula, dan lapangan, maka kegiatan bisa digabung antara

ikhwan dan akhwat dengan cacatan harus ada pembatasnya.

Kebersamaan dapat juga terjalin antara anggota, dengan adanya rapat

kegiatan serta kegiatan-kegiatan di luar lapangan.

Ruang lingkup yang ada dalam rohis mencangkup kegiatan yang

berkaitan dengan keagamaan. Seperti monitoring materi keagamaan

yang di dalamnya membahas tentang tauhid dan keimanan, serta

tentang Sejarah Kebudayaan dan Peradaban Islam. Selain itu juga

ada pelatihan metode dakwah, ada juga kegiatan ceramah

keagamaan, dan baca tuli Al-qur’an. Ada juga diadakan setiap

harinya pelaksanaan sholat dhuha secara berjamaah, dan

dimaksudkan supaya peserta didik terbiasa melaksanakan ibadah-

ibadah sunah yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW.

organisasi ini diperuntukkan bagi semua peserta didik yaang tertarik

dengan kegiatan keagamaan yang sebelumnya telah mendaftar dan

berkomitmen membina diri. Di dalamnya para anggota dibina baik

dalam ranah pemikiran keagamaan, akhlakul karimah, keibadatan,

dan kewanitaan (khusus akhwat). Adapun sruktur dalam rohis

sebagaimana OSIS, yang terdiri dari pembina rohis, ketua, sekretaris,

31
bendahara, dan devisi-devisi atau bidang-bidang lainnya, seperti

yang bertanggungjawab dalam bidang pendidikan dan pengajaran,

bidang dakwah dan pengkajian Islam dan bidang monitoring.

Jadi, dapat peneliti simpulkan bahwa ruang lingkup yang ada

dalam rohis ini mencangkup kegiatan yang berkaitan dengan

keagamaan. Salah satunya monitoring materi keagamaan yang di

dalamnya membahas tentang ketauhidan atau keimanan, dan materi-

materi yang berkaitan dengan pelajaran PAI.

C. Pembinaan Keagamaan

1. Pengertian Pembinaan Keagamaan

Pembinaan kepada peserta didik lebih menekankan

kepada adanya Allah SWT, lalau dibiasakan melakukan

perintah Nya dan meninggalkan larangan Nya agar terbiasa

kepada peraturan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama

Islam. Pembentukan anak yang utama yaitu pada waktu

kecil. Jika anak dibiarkan melakukan suatu hal yang kurang

baik dan menjadi kebiasaannya, maka akan sukar untuk

meluruskannya. Artinya pembinaan agama itu harus dimulai

dari sejak kecil dan jangan sampai anak dibiarkan tanpa

pendidikan, bimbingan, pembinaan dan petunjuk agama yang

benar.

Kata pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” artinya

membina, membangun, mendirikan, dan membentuk. Setelah

32
dibakukan kedalam bahasa Indonesia, jika diberi awala “pe-“

dan akhiran “an” menjadi pembinaan yang mempunyai arti

pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan

yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. 35

Pembinaan adalah suatu proses yang membantu individu

melalui usaha sendiri dalam rangka menemukan dan

mengembangkan kemampuannya dengan tujuan untuk

memperoleh kebahagiaan pribadi dan manfaat sosial.36

Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang

mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada

sesuai dengan yang diharapkan. 37

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan

adalah proses, cara, perbuatan membina, pembaharuan,

penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara efesien dan efektif untuk memperoleh hasil

yang lebih baik. Pembinaan dapat menjadikan manusia dapat

berubah lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pembinaan secara terminologi adalah suatu upaya atau

usaha kegiatan yang terus menerus untuk mempelajari,

35
Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
2013), hlm. 152
36
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hlm. 152
37
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke 4,
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm.193

33
meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan,

mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar

sasaran pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan

ajaran Islam sebagai suatu pola kehidupan sehari-hari yang

baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun kehidupan

sosial di masyarakat.

Pengertian pembinaan hampir sama dengan bimbingan

dan penyuluhan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan

sebagai memajukan, memberi jalan atau menuntun orang lain

kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya di masa

kini dan masa yang akan datang. Penyuluhan juga dapat

disebut sebagai suatu proses membantu individu melalui

usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan

kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan

kemanfaatan sosial.

Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa pembinaan adalah suatu usaha dan upaya yang

dilakukan secara sadar terhadap nilai-nilai yang dilaksanakan

oleh orang tua, seorang pendidik atau tokoh masyarakat

dengan metode tertentu baik secara personal (perorangan)

maupun kelompok, demi perkembangan pendidikan peserta

didik dalam rangka menanamkan nilai-nilai dan dasar

kepribadian serta pengetahuan yang diarahkan pada sasaran

34
dan tujuan yang ingin dicapai.

Dari uraian di atas tentang pengertian pembinaan bahwa

pembinaan merupakan hal yang sangat penting untuk setiap manusia

agar berubah menjadi lebih baik lagi dari segi sikap, tingkah laku

dan berbagai keterampilan lainnya.

Istilah keagamaan itu berasal dari kata “Agama” yang mendapat

awalan “ke” dan akhiran “an” sehingga menjadi keagamaan, artinya

sifat yang terdapat dalam agama, segala sesuatu mengenai agama

atau usaha yang dilakuakan seseorang maupun kelompok yan

dilaksanakan secara terus-menerus yang ada hubungannya dengan

nilai-nilai keagamaan.38

Agama memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.

Dengan agama manusia bisa hidup dengan tertib, terkendali, teratur

dan rukun. Dengan agama juga, manusia bisa bergerak untuk

semangat hidup yang lebih baik demi untuk mencapai alam yang

kekal yakni alam akhirat. Agama mengandung pengertian tingkah

laku manusia yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkah laku

tersebut ke pola hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan pola

hubungan dengan masyarkat serta alam sekitarnya.

Agama adalah risalah yang disampaikan Tuhan kepada Nabi

sebagai petunjuk bagi manusia dan hukum-hukum sempurna untuk

38
Wahy, dkk, Kamus Bahasa Indonesia...,hlm. 11-12

35
dipergunakan manusia dalam menyelenggarakan tata cara hidup

yang nyata serta mengatur hubungan dengan tanggung jawab kepada

Allah, kepada masyarakat serta alam sekitarnya.39

Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal

kata, yaitu al-Din, religi (religere) dan agama. Al-Din (Semit berarti

undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini

berarti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan.

Sedangkan dari kata religi (Latin atau religere berarti

mengumpulkan dan membaca. Adapun kata agama terdiri dari a=

tidak; gam= pergi) mengandung arti tidak pergi, tetap ditempat atau

diwarisi turun temurun.

Bertitik tolak dari pengertian kata-kata tersebut menurut Harun

Nasution, intisarinya adalah ikatan. Karena itu agama mengandung

arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan

dimaksud berasal dari sesuatu kekuatan yang lebih tinggi dari

manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap oleh

pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali

terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Secara definitif, menurut

Harun Nasution, agama adalah:40

39
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 1 A-
H..., hlm. 39
40
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm.
12-13

36
a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan

gaib yang harus dipatuhi.

b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai

manusia.

c. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung suatu

pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusi

dan yang mempengaruhi perbuatan manusia.

d. Kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib yang menimbulkan

cara hidup tertentu.

e. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari

sesuatu kekuatan gaib.

f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban yang diyakini bersumber

pada suatu kekuatan gaib.

g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan

lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang

terdapat dalam alam sekitar manusia.

h. Ajarn-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui

seorang Rasul.

Selanjutnya Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang

terdapat dalam agama, yaitu:41

41
Jalaluddin, Psikologi Agama..., hlm 13

37
a. Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia.

Didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya, manusia merasa

berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga dan membina

hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Sebagai

realisasinya ialah sikap patuh terhadap perintah dan larangan

kekuatan gaib tersebut.

b. Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik

dan buruk manusia. Dengan demikian manusia berusaha untuk

menjaga hubungan baik ini agar kesejahteraan dan

kebahagiaannya terpelihara.

c. Respon yang bersifat emosionil dari manusia. Respon ini dalam

realisasinya terlihat dalam bentuk penyembahan karena

didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau pemujaan

yang didorong oleh rasa cinta (monoteisme), serta bentuk cara

hidup tertentu bagi penganutnya.

d. Paham akan adanya yang kudus (Sacred) dan suci. Sesuatu yang

kudus dan suci ini adakalanya berupa kekuatan gaib, kitab yang

berisi ajaran agama, maupun tempat-tempat tertentu.

Agama Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,

untuk diteruskan kepada seluruh umat manusia, yang mengandung

ketentuan-ketentuan keimanan (aqidah), ketentuan-ketentuan ibadah

dan mu’amalah (syariah), yang menentukan proses berfikir, merasa

dan berbuat dan proses terbentuknya kata hati. Agama Islam

38
mengandung tiga unsur: Iman (Keyakinan kepada Allah, Malaikat-

Nya, Kitab-nya, Rasul-Nya, Hari Akhir, Qada dan Qadhar), Islam

(Penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah SWT), Ikhsan

(Berakhlak serta melaksanakan ibadah kepada Allah dan

bermu’amalah dengan sesama makhluk dengan penuh keikhlasan

seakan-akan disaksikan oleh Allah). 42

Jadi dalam hal ini keagamaan adalah suatu fenomena sosial yang

mengatur hubungan manusia dengan manusia, manusia dengan

Tuhan serta manusia dengan alam sekitar, sesuai dan sejalan dengan

ajaran Islam berdasarkan Alquran dan Hadist yang mencangkup tata

keimanan, tata peribadatan dan tata kaidah atau norma serta agama,

yang mempunyai ciri umum seperti adanya keyakinan terhadap

Tuhan dan adanya aturan tentang perilaku hidup manusia yang

terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling

maknawi.

Dalam menciptakan suasana sekolah yang religius dan

menghasilkan peserta didik yang mempunyai akhlak mulia dan taat

pada agama, usaha yang dilakukan pihak sekolah adalah

menyelenggarakan ekstrakulikuler Rohis yang di dalamnya terdapat

pembinaan keagamaan yang bisa membetuk peserta didik

berperilaku mulia.

42
AS Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002) hlm.
69-70

39
Sekolah adalah sebagai pembantu pendidikan anak, yang dalam

banyak hal melebihi pendidikan dalam keluarga, terutama dari segi

cakupan ilmu pengetahuan yang diajarkannya.sekolah juga

pelengkap dari pendidikan dalam keluarga. Fungsi sekolah dalam

kaitannya dengan pembianaan keagamaan pada peserta didik, antara

lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga, atau

membentuk keagamaan pada diri anak agar menerima pendidikan

agama yang diberikan.43

Dari uraian pengertian pembinaan dan pengertian keagamaan di

atas dapat disimpulkan bahwa pegertian dari pembinaan keagamaan

adalah suatu usaha dan upaya yang dilakukan secara sadar terhadap

nilai-nilai sosial yang mengatur hubungan manusia dengan manusia,

manusia dengan Tuhan serta manusia dengan alam sekitar, sesuai

dan sejalan dengan ajaran Islam berdasarkan Alquran dan Hadist

yang mencangkup tata keimanan, tata peribadatan dan tata kaidah

atau norma agama.

2. Dasar Pembinaan Keagamaan

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. 44 Fungsi

dasar adalah memberikan arah pada tujuan yang akan dicapai

43
Jalaluddin, Psikologi Agama..., hlm. 217
44
Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia..., hlm. 267

40
dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.

Islam sebagai bangunan atau konstruksi yang di dalamnya

terdapat nilai-nilai, ajaran, petunjuk hidup, dan sebagainya

yang membutuhkan sumber dan darinya dapat diambil

bahan-bahan yang diperlukan guna mengkonstruksi ajaran

Islam tersebut. Dasar dari pembinaan Islam dapat dibagi

menjadi tiga kategori yaitu:45

a. Dasar Pokok

1) Al-Qur’an

Alqur’an merupakan sumber pokok yang utama

sebagai anugerah Tuhan yang lengkap dengan petunjuk yang

meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal,

sudah tentu dasar pembinaan keagamaan adalah bersumber

kepada falsafat hidup yang berdasarkan kepada Alqur’an.

Allah SWT berfirman dalam Alqur’an Surat Asy-syura ayat

52:

ۡ ‫َوك َٰذلِكَ اَ ۡو َح ۡين َۤااِلَ ۡيكَ ُر ۡو ًحام ِۡن اَمۡ ِرنَاؕ َماكُ ۡنتَ ت َۡد ِر ۡى َم‬
‫اال ِك ٰتبُ َو ََل ۡاَل ِۡي َما ُن َو ٰلـك ِۡن‬

ِ ‫ِى ا ِٰلى‬
ٍ‫ص َراط‬ َ َّ‫َجعَ ۡل ٰنهُ نُ ۡو ًرانَّهۡ د ِۡى بِ ٖه َم ۡن ن‬
ۡ ‫شا ٓ ُء‬
ۤۡ ‫مِن ِعبَا ِدنَاؕ َواِنَّكَ لَتَهۡ د‬
‫ُّمسۡ تَق ِۡي ٍم‬
Artinya: “Dan demikianlah kami wahyukan kepadamu
(Muhammad) ruh (Alqur’an) dengan perintah kami, sebelumnya
engkau tidaklah mengetahui apakah kitab (Alqur’an) dan apakah
iman itu, tetapi kami jadikan Alqur’an itu cahaya, dengan itu kami
memberi petunjuk siapa yang kami kehendaki di antara hamba-
hamba kami, dan sungguh engkau benar-benar membimbing
(manusia) kepada jalan yang lurus.

45
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara),
hlm. 19-22

41
Dalam ayat tersebut menjelaskan kisah wahyu sejak

kenabian pertama yaitu menegaskan tentang kesatuan agama,

kesatuan manhaj, dan kesatuan jalan. Risalah yang diberikan

Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW berupa Alqur’an,

yang mana risalah bagi orang yang beriman kepada-Nya dan

Nabi Muhammad Saw sebagai amanah keteladanan bagi mat

Islam menuju jalan yang lurus.

Pada hakikatnya Alqur’an itu merupakan

perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan umat manusia,

terutama bidang kerohanian. Selain pegangan bagi umat

Islam ia pada umumnya merupakan kitab pendidikan

kemasyarakatan, moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian).

2) Sunnah

Sumber pokok yang kedua adalah sunnah Rasul.

Sunnah dapat dijadikan dasar pembinaan keagamaan, karena

Allah SWT menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai

teladan bagi umatnya. Hadist Rasulullah sebagai berikut:

‫ّٰللا‬
‫َاب ه‬ َ ‫ت ََر ْكتُ فيْكُ ْم اَ ْم َريْن َما ا ْن تَ َمسَّكُ ْم به َما لَ ْن تَضلُ ْوا اَبَدًا كت‬
‫َوسُنَّةَ َرس ُْوله‬

Artinya: “Aku meninggalkan dua perkara untuk kamu sekalian, yang


dijamin tidak akan sesat jika berpegang teguh pada keduanya, yaitu
kitab Allah (Alqur’an) dan Sunnah Rasul (Alhadist)”. HR. Muslim

Hadist tersebut mengandung pengertian bahwa

Alqur’an dan Sunnah Rasul adalah petunjuk bagi umat Islam

yang harus dipegang teguh hingga akhir hidup. Dikarenakan

42
keduanya adalah petunjuk untuk mencapai ke kehidupan

yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat kelak.

b. Dasar Tambahan

Pertama, perkataan, perbuatan, dan sikap para sahabat. Pada

masa Alkhulafa Alrasyidin sumber pembinaan keagamaan sudah

mengalami perkembangan. Selain Alqur’an dan Sunnah ada juga

perkataan, sikap, dan perbuatan para sahabat. Perkataan mereka

dapat dijadikan pegangan, dikarenakan Allah SWT sendiri di

dalam Alqur’an yang memberi pernyataan dalam surat Attaubah

ayat 119:

َ‫ََٓيأَيُّ َها الَّذيْنَ َءا َمن ُْوااتَّقُ ْو ه‬


‫ّٰللا َوكُ ْون ُْوا َم َع‬
َ‫صدقيْن‬
‫ال ه‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan


hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.

Yang dimaksud dengan orang-orang yang benar dalam ayat tersebut

adalah para sahabat Nabi Muammad Saw.

Kedua, Ijtihad.46 Adalah berpikir dengan menggunakan

seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmu syariat Islam dalam hal

yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Alqur’an dan

Alhadist. Ijtihad ini dilakukan oleh para ulama untuk

menegaskan hukum yang belum ditegaskan di dalam Alqur’an

dan Alhadist.

46
Suryana AF Toto, Islam, Pola Pikir, Perilaku dan Amal, (Bandung: CV Mughni
Sejahtera, 2008), hlm. 42-43

43
Ketiga, Maslahah Mursalah (Kemaslahatan Umat). Yaitu

menetapkan peraturan atau ketetapan undang-undang yang tidak

disebutkan dalam Alqur’an dan Sunnah atas pertimbangan

penarikan kebaikan dan menghindarkan kerusakan.

Keempat, urf. Merupakan suatu perbuatan dan perkataan

yang menjadikan jiwa merasa tenang dalam mengerjakan suatu

perbuatan, karena sejalan dengan akal sehat yang diterima oleh

tabiat yang sejahtera.

3. Metode Pembinaan Keagamaan

Metode pembinaan keagamaan merupakan jalan yang dapat

ditempuh untuk memudahkan pembina dalam membentuk peserta

didik dengan sikap yang baik yang sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang digariskan oleh Alqur’an dan Hadist. Oleh karena itu

penggunaan metode dalam pembinaan keagamaan tidak harus

terfokus pada satu bentuk metode. Akan tetapi dapat memilih dan

mengkombinasikan diantara metode-metode yang ada sesuai dengan

situasi dan kondisi sehingga dapat memudahkan seorang pendidik

dalam mencapai tujuan yang direncanakan.

Pembinaan keagamaan ini sangat singkron dengan pendidikan

agama Islam. Oleh karena itu, metode yang dipakai dalam

pembinaan keagamaan tidak jauh berbeda dengan metode

pendidikan Islam. Adapun macam-macam metode dalam pembinaan

44
keagamaan ini adalah sebagai berikut:

a. Metode Hwar Qur’ani dan Nabawi

Hiwar(dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua

pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik

mengarah kepada satu tujuan. Adapun metode ini merupakan

tanya jawab tentang tema tertentu yang telah disampaikan oleh

seorang pembina rohis kemudian para peseta didik

menanggapinya dengan bertanya kepada pembina tersebut dan

sebaliknya pembina memberikan jawaban dan berganti bertanya

kepada para peserta didik.

b. Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi

Metode ini mempunyai dampak psikilogis dan edukatif yang

sempurna, rapi, dan mengikuti perkembangan zaman. Kisah

edukatif itu melahirkan kehangatan perasaan dan vitalitas serta

aktivitas di dalam jiwa, yang selanjutnya memotivasi manusia

untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui tekadnya

sesuai tuntutan, pengarahan dan akhir kisah itu serta

pangambilan pelajaran darinya. Hal ini terjadi karena cerita

memiliki daya tarik untuk disukai jiwa manusia. 47

Metode ini memberi kesan yang sangat baik bagi peserta

didik, karena pembina memberikan kisah-kisah zaman Nabi,

sahabat-sahabat Nabi, dan dikolerasikan dengan perkembangan

47
Subur, Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, (Yogyakarta: Kalimedia,
2015), hlm. 73-74

45
zaman yang sangat modern seperti sekarang ini. Sehingga

peserta didik tahu akan perjuangan-perjuangan Nabi serta para

sahabat untuk mengokohkan agama Islam serta dapat diambil

pelajaran yang terkandung dalam suatu kisah tertentu.

c. Metode Perumpamaan

Perumpamaan adalah suatu sifat yang menjelaskan dan

menyingkap hakikat, atau apa yang perlu untuk dijelaskan, baik

sifat maupun ahwal-nya. Perumpamaan merupakan

penggambaran dan penyingkapan hakikat dengan jala majaz

(ibarat) atau haqiqah (keadaan yang sebenarnya), dilakukan

dengan mentasybihkannya (penggambaran yang serupa).

Adapun metode ini dengan menjelaskan kebaikan-kebaikan

serta nikmat Allah Swt yang telah diberikan kepada manusia.

d. Metode Teladan

Metode ini merupakan suatu keadaan ketika seorang manusia

mengikuti manusia lain apakah dalam kebaikan, kejelekan, atau

kejahatan. Namun keteladanan yang dimaksud disini adalah

keteladanan yang dapat dijadikan alat pendidikan Islam, yaitu

keteladanan yang baik. Keteladanan merupakan perbuatan yang

patut ditiru dan dicontoh dalam praktek pendidikan, anak didik

cenderung meneladani pendidiknya. 48 Adapun metode ini

merupakan pemberian contoh yang baik kepada peserta didik

48
Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018), hlm. 194

46
misalnya dengan bertingkah laku dan bertutur kata yang baik.

e. Latihan dan Pengamalan

Metode ini bertujuan untuk lebih memehami dan

mendapatkan gambaran yang lebih rinci dari suatu bahan kajian

sehingga membekas dalmam jiwa sehingga bermanfaat bagi

kehidupannya. Adapun metode ini meliputi perbuatan,

menghafal, pembiasaan.

f. Metode Ibrah dan Mau’idah

Ibrah adalah kondisi yang memungkinkan dari pengetahuan

yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya

adalah perenungan dan tafakur. Sedangkan mau’idah adalah

pemberian nasehat dan pengigatan akan kebaikan dan kebenaran

dengan cara yang menyentuh qalbu dan menggugah untuk

mengamalkannya. Mau;idah biasanya berupa nasehat atau

peringatan. Adapun metode ini para pembina menyampaikan

sebuah cerita tentang kehidupan di akhirat kelak ketika sudah

tiada, dan memberika perenungan dengan membandingkan

kesalahan serta kebaikan semasa hidup. Setelah itu diberikan

nasehat-nasehat kepada para peseta didik.

g. Metode Targhib dan Tarhib

Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan

membat senang terhadap suatu maslahat, kenikmatan, atau

kesenangan akhirat yang pasti dan baik, serta bersih dari segala

47
kotoran yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal

shaleh dan menjauhi kenikmatan yang mengandung bahaya atau

perbuatan buruk. Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan

siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang

dilarang oleh Allah Swt, dan tidak menjalankan kewajiban yang

diperintahkan oleh Allah Swt. Dalam metode para pembina

memberikan penjelasan ayat-ayat tentang janji-janji yang

diberikan oleh Allah Swt jika ia berbuatvkebaikan di dunia serta

ancaman-ancaman atau siksa jika ia berbuat keburukan di dunia.

4. Faktor-faktor Pembinaan Keagamaan

Dalam melaksanakan pendidikan agama, sangat perlu

diperhatikan faktor-faktor pendidikan yang ikut menentukan

berhasil tidaknya pendidikan agama. Faktor-faktor tersebut

mencangkup faktor internal dan faktor eksternal. Faktor

internal adalah segala faktor yang bersumber dari dalam diri

peserta didik, seperti faktor fisiologis yang mencangkup

pendengaran, penglihatan, kondisi fisiologis, serta faktor

psikologis yang mencangkup kebutuhan, kecerdasan,

motivasi, perhatian, berfikir, serta ingat dan lupa. 49

Faktor eksternal ialah segala faktor yang bersumber dari

luar diri peserta didik, seperti faktor lngkungan belajar yang

49
Jalaluddin, Psikologi Agama..., hlm. 227-233

48
mencangkup lingkungan alam, fisik dan sosial serta faktor

sistem penyajian yang mencangkup kurikulum, bahan ajar

dan metode penyajian. 50 Proses belajar dapat dipengaruhi

lingkungan fisik seperti keadaan ruangan, perlengkapan

belajar, dan lain-lain. Proses belajar juga dapat dipengaruhi

oleh faktor eksternal non fisik seperti dorongan dari keluarga

dan teman.51

50
Jalaluddin, Psikologi Agama..., hlm.233-236
51
Hamid Abdul Khaliq, Tuntun Anakmu Menapak Jalan Allah, (Jakarta: Najla
Press, 2004) hlm, 49

49
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Objek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Pemali. SMA Negeri 1

Pemali berdiri sejak tahun 1999. Sekolah ini berdiri di desa Air

Duren Kecamatan Pemali. Kondisi sekolah saat itu sangat terbatas

baik tenaga pendidik, tenaga kependidikan, saranaprasarana, maupun

lingkungannya. Dari tahun ke tahun SMA Negeri 1 Pemali mulai

mengalami kemajuan dan berupaya keras untuk mengejar

ketinggalan agar dapat disetarakan dengan sekolah yang berstandar

nasional.

SMAN 1 Pemali merupakan salah satu SMA Negeri yang

berada di ibukota Kabupaten Bangka Kecamatan Pemali, menempati

tanah seluas 20.145 m2. Lokasi sekolah yang strategis di tepi jalan

Raya Sungailiat-Mentok, didukung dengan prestasi sekolah selama

ini menyebabkan sekolah ini banyak diminati oleh calon siswa pada

saat penerimaan peserta didik.

Alasan peneliti melakukan penelitian di SMAN 1 Pemali

tersebut, dikarenakan SMA ini merupakan salah satu pendidikan

formal yang banyak memperoleh prestasi dan termasuk juga sekolah

unggulan serta memilki banyak kegiatan ekstrakurikuler. Oleh

karena itu, banyak orang tua yang berminat memasukkan anak-

50
anaknnya ke SMAN 1 Pemali.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian peran kegiatan Rohis

dalam meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik di SMAN

1 Pemali yaitu

3. Data dan Tempat Penelitian

a. Data Pendidik

Pendidik merupakan suatu komponen yang penting dalam

penyelenggaraan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan

kegiatan belajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola,

dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

Tenaga pendidik di SMAN 1 Pemali

No. Nama Jabatan

1. SUNANDAR, S.Pd., M.M Kepala Sekolah

2. FAHMI, S.Pd Waka Kesiswaan/Guru

Bahasa Indonesia

3. Dra. DAHLIA SIHOMBING Guru Biologi

4. SATIR EKO PRATIKNO, S.Pd Guru Sejarah

5. Dra. RISMA ULINA Guru Matematika

6. Dra. EKA TRIMURTI Waka Kurikulum/Guru

Ekonomi

7. ENTI WAHYUNINGSIH, S.Pd Guru Biologi

51
8. RIKARDO HENRI HARAHAP, S.Pd Guru Fisika

9. EFLINA, M.Pd Guru Matematika

10. HAFNILIANA, MA Guru Bahasa Inggris

11. KURNIAWATI, SE Guru Ekonomi

12. SUWARSIH HS, S.Pd Guru BK

13. YULHAM FRIDANTO, S.Pd Guru Bahasa Inggris

14. SRI MURNI, S.Pd Guru Matematika

15. YULI HENDARTI, S.Pd Guru Geografi

16. DIAN HERDIANI, S.Pd Guru Kimia

17. SRI ASTUTY, S.Pd Guru Sejarah

18. MUDIARTI, S.Pd Guru Sejarah

19. ZARZAZI, S.Ag Guru PAI

20. JURAIDAH, S.Pd Guru Geografi

21. DERRY NODYANTO,M.Pd Guru PKN

22. VERINA, M.Pd Guru Kimia

23. NURWINDO, SP Waka Sapra/

Guru KWU

24. WAHYU HANDAYANI, S.Pd Guru PAI

25. VIDIA ROZALITA, S.Pd Guru Bahasa Inggris

26. RESDA PITRIANTI, S.Sos Guru Sosiologi

27. ALVADOR MANIK, S.Th Guru PAK

28. ANGGI ETHOVIANTI, S.Pd Guru Kimia

52
29. RINA ERLINA, S.Pd Guru Sosiologi

30. DANI AKHMAD MA'RUFIN, S.Pd Guru PKN

31. DESTY NATALIA SIHOMBING,S.Pd Guru Pendidikan Seni

32. RINDU CHRISTINE ANTONETTA, Guru Penjas

S,Pd,Kor

33. DENA SILVIA, S.Pd Guru Bahasa Indonesia

34. UNTUNG SUGENG RIYADI, S.Pd Guru Pendidikan Seni

35. AGUS IRAWAN, S.Pd Guru Penjas

36. ANSHORI HAKIM, SP Guru KWU

37. SARIWANDI SYAHRONI, M.Pd Guru PAI

38. MIRZANI, A.Md Kepala TU

39. WARDANI Bendahara

b. Data Peserta Rohis

Jenis
No Nama Kelas
Kelamin
1 RANDA JULIANSYAH Laki-Laki X MIPA 2
2 MUHAMMAD IHSAN SHABIRIN Laki-Laki X MIPA 3
3 DHERA JUTARI Perempuan X MIPA 5
4 JAVIER ATHA HIDAYAT Laki-Laki X MIPA 1
5 ADI PRISKI Laki-Laki X MIPA 4
6 ANISAH Perempuan X IPS 1
7 RAHMAT ARIP NURROHIM Laki-Laki X IPS 1
8 SYABILLA ANASYA Perempuan X IPS 1
9 TATA DWI SYINTIA Perempuan X IPS 1

53
10 ZAIM UKHROWI Laki-Laki X IPS 2
11 SURIYAN Laki-Laki X IPS 2
12 Muhamad Aksal Subandi Laki-Laki X IPS 2
13 AHMAD FITRIYANSYAH Laki-Laki X IPS 2
14 MUHAMAD IHSAN FADLI Laki-Laki X IPS 2
15 FITRIA NINGSIH Perempuan X IPS 2
16 SITI ROHMA Perempuan X IPS 2
17 INTAN NUR LUVITA Perempuan X IPS 3
18 APRIYANTI Perempuan X IPS 3
19 NURUL HUDA Laki-Laki X IPS 3
20 NABILA RAHMADANI Perempuan X IPS 3
21 RIDHIS BAR'AH TARMI Laki-Laki X IPS 3
22 RAFLY HIJRIANSYAH Laki-Laki X IPS 3
23 ELSA NATASIA Perempuan X IPS 3
24 DONNA SONALI Perempuan X MIPA 1
25 WAHYU ROHMI HARIYADI Laki-Laki X MIPA 1
26 HERFIZA ZETI AVIANTI Perempuan X MIPA 1
27 YUNI ASRENI Perempuan X MIPA 1
28 HIKMAH ZOYA SABILA Perempuan X MIPA 2
29 SAHRUL TARNANDO Laki-Laki X MIPA 2
30 MAFILIA DWI FAJARANI Perempuan X MIPA 3
31 LINDA ROSALINA Perempuan X MIPA 4
32 TALITHA ZERLINDA GUNAWAN Perempuan X MIPA 4
33 SEPTIA AMANDA PUTRI Perempuan X MIPA 4
34 WINDHI WULANDARI Perempuan X MIPA 4
35 Fariq Al Ghoniy Laki-Laki X MIPA 4
36 MAULINDARI Perempuan X MIPA 4
37 FADILAH AULIA Perempuan X MIPA 4
38 ARDIANA PUTRI Perempuan X MIPA 5
39 DHEA ANANDA PUTRI Perempuan X MIPA 5
40 Yori Yolanda Perempuan X MIPA 5
41 FHAHIRAL NAUFAL GHIFFARI Laki-Laki X MIPA 5
42 NITA ANGGRAENI Perempuan X MIPA 5
43 SENDY SAPUTRA Laki-Laki X MIPA 5
44 ARISKA Perempuan X MIPA 5
45 MUHTADI Laki-Laki X MIPA 5
46 BINTANG NUGRAH SYAHPUTRA Laki-Laki X MIPA 5
47 NAZSYA HAQIZ RAMADHANI Perempuan X MIPA 5
48 Rizky amelia Perempuan X IPS 2

54
49 GADING NUGRAHA Laki-Laki X IPS 3
50 IMAM JAILANI Laki-Laki X MIPA 5
XI MIPA
51
CICA NIRMALA Perempuan 1
52 LIRA VIRNANDA Perempuan XI IPS 1
XI MIPA
53 SATIYA PUTRI ALFARISY Perempuan
2
XI MIPA
54 MUHAMMAD NUR AIMAN Laki-Laki
1
XI MIPA
55 NANDA EGA PUTRA Laki-Laki
1
56 JESSY WIJAYA Perempuan XI IPS 1
XI MIPA
57
DINNA MAULIDYA Perempuan 1
58 YESI ARISKA Perempuan XI IPS 1
59 DEA AMANDA Perempuan XI IPS 1
60 SUSAN APRIANDA Perempuan XI IPS 1
61 LOLA LORINA Perempuan XI IPS 1
62 RIRIN SINTIA Perempuan XI IPS 1
63 ARSINTA Perempuan XI IPS 1
64 NASHIA SAVITRI Perempuan XI IPS 2
65 WULAN ANGRAINI Perempuan XI IPS 2

66 MARETA HOLILI Perempuan XI IPS 2

67 YULIA Perempuan XI IPS 2


68 LARASATI IRSYADIYAH Perempuan XI IPS 2
SHINTAULI ANGELINA
69 Perempuan XI IPS 2
CHRISTIANI
70 WAHYU HAIDAYAT Laki-Laki XI IPS 2
71 DEWI SARTIKA Perempuan XI IPS 3
72 SILVIA ANGRAINI Perempuan XI IPS 3
73 LIVIA ANDINI Perempuan XI IPS 3
74 Adistya Dwi Annisa Perempuan XI IPS 3
75 AMANDA PUTRI RIZKIA Perempuan XI IPS 3
76 Gustiana hidayah putri Perempuan XI IPS 3
77 FANIZAH OKTORANI Perempuan XI IPS 4
78 MELINDA SABILA Perempuan XI IPS 4
79 GESKA NAZUA Perempuan XI IPS 4
80 SITI NAILIA Perempuan XI IPS 4
81 SELY LELITA Perempuan XI IPS 4

55
82 AYU ANISA PUTRI Perempuan XI IPS 5
83 DITA AMELIA Perempuan XI IPS 5
84 KHAHISNA SYLVA Perempuan XI IPS 5
85 LOLA ARDILA Perempuan XI IPS 5
XI MIPA
86 BENICO PRATAMA Laki-Laki
1
XI MIPA
87 DESFI ANDINI Perempuan
1
XI MIPA
88 DEBI ARIANI Perempuan
1
XI MIPA
89 NURIYANA Perempuan
2
XI MIPA
90 DELLA FITRIA Perempuan
2
XI MIPA
91 NURUL FAHMA Perempuan
2
XI MIPA
92 EZHI SHAHIZA FAZILA Perempuan
2
XI MIPA
93 INGRID LAHITAMI Perempuan
4
XI MIPA
94 SRI KAYLA FATIHA Perempuan
4
XI MIPA
95 IRA ARTIKA Perempuan
4
XI MIPA
96 NOVA NURLISA Perempuan
4
XI MIPA
97 DELIA PURNAMA SARI Perempuan
4
XI MIPA
98
INTAN FISTARI Perempuan 1
SHINTAULI ANGELINA
99 Perempuan XI IPS 2
CHRISTIANI
10 XI MIPA
FITRI KURNIASARI Perempuan
0 1
10 XI MIPA
1 HAFIDH HANAFI Laki-Laki 3
10
2 SITI NAILIA Perempuan XI IPS 4
10 XI MIPA
3 REVI DYASTORI Laki-Laki 1
10
4 REVI. PRATAMA Laki-Laki XI IPS 4
10
5 NICHO SILVA Laki-Laki XI IPS 4

56
c. Data Sarana dan Prasarana

57
DENAH SMAN 1 PEMALI

XII MIA1
MASJID
XII MIA2
MM
LAP. VOLI
XII MIA3
TOILET

XII MIA 4
LAP. BADMINTON PARKIR GURU PARKIR

LAB. BIO XII MIA 5 XII IIS 3 XII IIS 2 RUANG KANTOR PERPUSTAKAAN BK LAB. KIM PARKIR

LAB BAHASA

WC LAB XII IIS 1


BENGKEL
FIS LAP. BASKET
SENI KANTIN
WC XI IIS 5 LAB. KOM

XI MIA 1 XI IIS 3 X IIS 5


WC
KOP
XI MIA 2 UKS PODIUM PENDOPO KANTIN
2
WC
BM
XI MIA 3 XI IIS 3 XI IIS 2 XI IIS 4 X IIS 4 X IIS3 GSG
WC

X IIS1 X IIS 2 PENDOPO BELAJAR


OSIS

R. PNJGA GUDANG X MIA 4 X MIA3 X MIA2 X MIA1 LAB. KOM R. PNJG

WC

58
Sarana dan prasarana dalam proses pendidikan sangat

penting, karena dengan sarana dan prasarana yang baik dan

lengkap proses pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan baik

dan lancar sehingga guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dengan baik. Berikut sarana dan prasarana yang

menunjang proses pendidikan siswa di SMAN 1 Pemali.

B. Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang termasuk penelitian

kualutatif,52 didalam bukunya Lexy J Moleong. Bodgan dan Taylor

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini dilakukan dan

diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh).

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok.53 Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif, di mana penelitian tersebut berusaha memberikan gambaran

atau uraian yang bersifat deskriptif mengenai suatu objek yang diteliti

secara sistematis dan aktual mengenai fakta-fakta yang ada.

52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), hlm. 1.
53
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 60.

59
Didalam bukunya Juliansyah Noor Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,

kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan

perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian

berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha

mendeskripsikan peristiwa atau kejadian yang menjadi pusat perhatian

tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. 54

Dalam hal ini, penulis ingin menggambarkan seluruh persoalan

mengenai peran kegiatan Rohis dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali.

C. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sunber data yang langsung

memberikan data kepeda pengumpul data. 55 Sumber data ini didapat

dari Kepala Sekolah SMAN 1 Pemali, para guru PAI dan guru mata

pelajara umum di SMAN 1 Pemali, pembina Rohis SMAN 1 Pemali,

ketua Rohis beserta anggota Rohis dan anggota non Rohis di SMAN

1 Pemali.

54
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 34-35.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 308.

60
2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data. 56 Data sekunder ini

merupakan data pelengkap yang berfungsi untuk melengkapi data

yang diperlukan, yaitu berupa dokumentasi arsip sekolah SMAN 1

Pemali. Data sekunder ini juga didapat dari literature, jurnal, skripsi,

internet yang ada korelasinya dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari

seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

berdasarkan tujuan tertentu. 57 Metode wawancara yang digunakan

peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara semiterstruktur (semi

structure interview), jenis wawancara ini termasuk dalam kategori in

depth interview, dimana dalam pelaksanaanya lebih bebas bila

dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara

jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih

terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapatnya

serta ide-idenya.58

56
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D)..., hlm. 308.
57
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 180.
58
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D), hlm. 233.

61
Wawancara ini dilakukan dengan terlebih dahulu

mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis, dan membawa alat

perekam yang ditujukan kepada informan yaitu Kepala Sekolah

SMAN 1 Pemali, para guru PAI di SMAN 1 Pemali, dan pembina

Rohis SMAN 1 Pemali yang membina kegiatan ekstrakurikuler

Rohis, guru mata pelajaran umum, ketua Rohis beserta anggota

Rohis dan anggota non Rohis di SMAN 1 Pemali . Hal ini, bertujuan

untuk memperkuat data dari hasil observasi yang telah dilakukan

oleh peneliti.

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan

menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya selain

panca indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.

Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk

menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata

serta dibantu dengan panca indera lainnya. Jadi observasi adalah

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. 59

Adapun observasi pada penelitian ini dilakukan dengan

mengunjugi lokasi penelitian di SMAN 1 Pemali. Observasi ini

dilakukan untuk memperoleh informasi tentang keadaan umum

SMAN 1 Pemali dan upaya-upaya yang dilakukan pembina Rohis

59
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet. 5, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 118.

62
dalam meningkatkan pembinaan keagamaan melalui kegiatan Rohis

di SMAN 1 Pemali.

3. Dokumentasi

Data-data yang sudah terkumpul dari hasil obsevasi dan

wawancara yang dilakukan di SMAN 1 Pemali, agar data tersebut

tidak hilang, kemudian data tersebut terkumpul dengan baik, maka

diperlukan dokumentasi. Dokumentasi adalah 1 pengumpulan,

pemilihan, pengolahan dan penyimpanan informasi di bidang

pengetahuan, 2 pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan

keterangan-keterangan seperti gambar, tulisan, kutipan, gunting

Koran, dan bahan referansi lain.60

Jadi dokumentasi adalah dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data secara langsung dari tempat penelitian yang

meliputi penyimpinan bukti-bukti (gambar, tulisan, suara dll)

terhadap segala hal baik objek atau peristiwa yang terjadi. Tehnik

dokumentasi dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan

data yang disediakan oleh pihak sekolah. Catatan tentang data-data

mengenai keadaan siswa, khususnya anggota Rohis.

E. Teknik Analisis Data

Analisi data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

60
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 240.

63
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang

lain.61

Dalam penelitian ini, sebelum di lapangan peneliti telah melakukan

analisis data berupa data sekunder yang digunakan untuk menentukan

fokus penelitian. Selanjutnya setelah peneliti memasuki lapangan tempat

penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis model Miles dan

Huberman yaitu sebagai berikut:62

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan pengumpulan dan pemilihan data,

baik yang diperoleh dari sumber primer maupun sumber

sekunder. Pengumpulan ini dilakukan dengan cara

mengklasifikasikan data yang relevan, agar sesuai dengan

tujuan. Reduksi data ini dilakukan untuk memberikan

gambaran secara jelas, dan mempermudah peneliti dalam

menemukan data mengenai peran kegiatan Rohis dalam

meningkatkan pembinaan keagamaan di SMAN 1 Pemali.

2. Penyajian Data

Setelah mereduksi data, peneliti menyajikan data sesuai

61
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D), hlm. 244.
62
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D), hlm. 244.

64
dengan pokok permasalahan yang diteliti. Peneliti terlebih

dahulu membuat uraian singkat atau bagan yang mudah

dipahami, sehingga mempermudah peneliti untuk memahami

apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah dipahami. Adapun penyajian data

yang dimaksud adalah data dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi.

3. Pengambilan Kesimpulan

Setelah melakukan analisis data, maka langkah ke tiga

dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman

adalah penarikan kesimpulan. Peneliti menarik suatu

kesimpulan dari hasil penelitian yang masih bersifat sementara,

dan akan berubah jika tidak ada data temuan baru yang

mendukung data sebelumnya. Akan tetapi, jika terdapat data

temuan baru yang mendukung data sebelumnya, maka

kesimpulan penelitian ini menjadi kesimpulan yang terpecaya.

Dengan demikian, kesimpulan yang telah penulis kemukakan

tersebut dapat memungkinkan untuk menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal. Selanjutnya peneliti

dapat memberikan hasil yang terpecaya dari penelitian yang

diteliti, dan dapat membuat laporan secara sistematis.

65
Bab IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Peran Kegiatan Rohis dalam Meningkatkan Pembinaan

Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1 Pemali

Rohis merupakan wadah yang bertujuan untuk lebih

mengoptimalkan lagi peran PAI dalam meningkatkan pendidikan

keagamaan pada peserta didik dalam perilaku kesehariannya. Sehingga

dengan ini bisa mewujudkan peserta didik yang beriman dan berakhlak

mulia baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Bahkan bentuk nyata yang dilakukan Rohis SMAN 1 Pemali untuk

mengatasi masalah di atas adalah dengan senantiasa mengingatkan para

peserta didik untuk tidak berbicara kotor kepada temannya ataupun

memanggil temannya dengan panggilan yang baik dan bukan sebaliknya.

Usaha ini biasanya dilakukan dalam latihan kader da’i/da’iyah/khatib

yang dilakukan setiap hari Jum’at dan merupakan salah satu kegiatan

Rohis.

Upaya dalam meningkatkan kesadaran beribadah untuk peserta

didik tidak hanya melalui proses belajar mengajar di kelas. Untuk

membiasakan peserta didik dalam melaksanakan ibadah shalat

berjamaah, guru juga mengajak peserta didik untuk shalat berjamaah,

dan tidak membiarkan mereka shalat sendiri-sendiri. Artinya keteladanan

dalam beribadah atau dalam hal apapun, ini harus diterapkan agar peserta

66
didik mengikuti dan terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik yang

para guru contohkan.63

Kegiatan Rohis kiranya menjadi salah satu peran dalam

peningkatan pembinaan keagamaan bagi peserta didik. Kegiatan yang

dilaksanakan di luar jam pelajaran ini dirasa cukup membangkitkan

peserta didik terhadap PAI, ketimbang mengikuti proses belajar

mengajar di kelas. Rohis merupakan salah satu dari ekstrakulikuler

yang menjadi kegiatan yang berbasiskan agama. Dalam ekstrakulikuler

ini terdapat program-program yang diusahakan dapat menciptakan dan

meningkatkan pembinaan keagamaan yang baik bagi peserta didik.

Rohis ini selain mengembangkan tugas bagian kepengurusan OSIS,

juga berperan meningkatkan Pembinaan keagamaan peserta didik di

SMAN 1 Pemali guna melahirkan kader-kader Islam dan

menumbuhkan semangat juang dalam membangun agama Islam.

Seperti yang disampaikan oleh kepala sekolah, bahwa:

“Peran dari kegiatan rohis selama ini berjalan dengan lancar, dan
sesuai dengan tujuan serta fungsinya, apalagi selama adanya rohis
di sekolah sangat membantu terhadap keterbatasan waktu PAI
dalam kegiatan bimbingan. Hal tersebut, bisa dilihat banyak
perubahan tingkah laku anggota rohis menjadi lebih baik dari segi
etika dan memiliki sopan santun yang baik”. 64

Senada juga disampaikan oleh pembina rohis, bahwa:

63
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 06
Maret 2020.
64
Sunandar, Kepala Sekolah SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 16
November 2020.

67
"Peran kegiatan rohis selama ini pada intinya bergerak sesuai
dengan visi dan misi serta tujuan rohis tersbut, Artinya rohis selalu
menjalankan sesuai dengan program kerjanya. Selain
melaksanakan kegiatan pelatihan kader da’i/da’iyah/khatib yang
dilakukan setiap hari Jum’at dan merupakan salah satu kegiatan
Rohis, bahkan pihak sekolah juga menghadirkan penceramah untuk
memberikan dan menyampaikan materi-materi tentang peningkatan
iman dan taqwa bagi peserta didik”. 65
Berdasarkan penjelasan di atas, memiliki kesamaan dengan

pengamatan peneliti di lapangan menunjukkan peran rohis selama ini

sudah menjalankan tugasnya semaksimal mugkin, hal ini bisa dilihat

pada kegiatan yang diadakan para anggota pengurus rohis yang

bertujuan untuk meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik

yang bergabung dengan organisasi rohis. Sebagaimana yang

disampaikan pembina rohis dalam sesi wawancara, beliau menyatakan:

"Para peserta didik di SMAN 1 Pemali memiliki perilaku yang


berbeda dengan para peserta didik anggota pengurus rohis itu
sendiri. Bahkan peserta didik yang bergabung dengan rohis lebih
mantap perilakunya dari segi akhlak, dan ibadahnya. Anggota
pengurus rohis semenjak mengikuti dan menyelenggarakan
kegiatan, sudah terbiasa berperilaku sopan santun, selalu
mengerjakan ibadah shalat sunnah, dan terbiasa puasa senin-kamis,
bahkan selalu mengerjakan shalat di awal waktu secara
berjamaah".66

Selain itu ketua pengurus rohis mengungkapkan:


"Selama ini peran kami dalam rohis hanya sebagai pelaksana dari
kegiatan OSIS, mengingat rohis merupakan bagian dari pengurus
OSIS itu sendiri. Peran ketua rohis selama ini dalam organisasinya
masih dalam ranah pelaksanaan tugas program kerja rohis itu
sendiri. Sebagai ketua pengurus rohis saya selalu mencoba

65
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 27
November 2020.
66
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 27
November 2020.

68
memberikan keteladanan kepada teman yang lain, baik dalam
kegiatan keagamaan di sekolah maupun di luar program rohis di
sekolah maupun saat berada di lingkungan masyarakat”. 67

Selain itu juga dikatakan oleh anggota pengurus rohis bahwa:

"Selama ini kami sudah memberikan contoh yang sesuai dengan


kaidah-kaidah keislaman, mengingat kami juga merupakan peserta
didik yang diberi amanah oleh orang tua dan guru kami di sekolah
untuk selalu berusaha memberikan keteladanan kepada teman-
teman lainnya, baik itu anggota pengurus rohis maupun non
pengurus rohis. Bahkan kami juga sering mengajak teman-teman
sekelas untuk memakmurkan mushallah pada pagi hari seperti
shalat dhuha dan salat berjama'ah pada waktu shalat dzhuhur dan
ashar”.68

Adapun mengenai peran kegiatan rohis selama ini juga

disampaikan oleh anggota pengurus rohis bahwa:

"Selama saya masuk bergabung menjadi anggota rohis, begitu


banyak perubahan yang telah saya rasakan. Sebelumnya, saya
biasanya kalau pagi hari tidak terbiasa melaksanakan shalat sunnah
dhuha, tapi Alhamdulillah perubahan tersebut saya dapatkan
setelah mengenal rohis dan menjadi anggotanya”. 69

Selain itu, menurut ungkapan guru PAI, mengatakan bahwa:

"Selama ini rohis sangat berperan dalam membantu kami para


guru-guru PAI yang memiliki keterbatasan waktu dalam
mentransfer ilmu dan bimb ingan kepada para peserta didik kami
yang semangat-semangat sekali dalam belajar PAI. Tambahnya
lagi, apalagi kami juga ingin memberikan bimbingan kepada
peserta didik,, maka alhamdulillah pada momentum ini kami bisa

67
Muhammad Firdaus, Ketua Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 30
November 2020.
68
Siti Nurzakiyah, Anggota Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 30
November 2020 .
69
Siti Nurzakiyah, Anggota Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 30
November 2020.

69
memberikannya melalui kegiatan-kegiatan yang di laksanakan
rohis".70

Peserta didik non rohis juga menuturkan hal yang sama, bahwa:

“Kegiatan yang diadakan oleh rohis juga bisa diikuti oleh peserta
didik non rohis, jadi kami juga bisa menambah wawasan
keagamaan khususnya kami para peserta didik non rohis”.71

Selain itu peneliti juga melakukan pengamatan di lapangan,

menemukan bahwa rohis sangat berperan dalam meningkatkan

pembinaan keagamaan peserta didik dalam hal memberi keteladanan

kepada teman lainnya, mengajak peserta didik lainnya untuk

melaksanakan ibadah shalat sunnah dan shalat wajib secara

berjamaa'ah di mushalla. Adapun anggota rohis juga memberikan

contoh perilaku yang baik (akhlak yang terpuji) terhadap guru, dan

kepada teman-teman ssesama pelajar di sekolah.

Sebagaimana mana diungkapkan oleh pembina rohis dalam traskrip

wawancara berikut ini:

"Pembina rohis selalu mengingatkan dalam setiap kegiatan rohis


agar anggota pengurus rohis untuk bersungguh-sungguh dalam
berbuat kebaikan kepada guru, orangtua dan teman-teman saat di
sekolah maupun didalam lingkungan masyarakat dan tidak lupa

70
Wahyu Handayani, Guru Pedidikan Agama Islam dan SMAN 1 Pemali,
Wawancara, Pemali, 28 November 2020.
71
Husnul Hasanah, Anggota Non Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali,
30 November 2020

70
selalu melaksanakan shalat di awal waktu serta berpakaian yang
sesuai dengan syariat Islam”. 72

Senada juga diungkapkan oleh guru mata pelajaran umum dalam

transkrip wawancara sebagai berikut:

“Selama saya mengajar di kelas, peserta didik anggota rohis yang


saya kenal mereka sopan santun dan selalu berperilaku sopan
kepada gurunya. Saat belajar mereka selalu memberikan contoh
yang baik kepada teman-temannya, contohnya mereka selalu minta
izin kepada saya sebagai guru yang mengajar pada saat itu, jika
ingin keluar sebentar untuk melaksanakan ibadah shalat sunnah
dhuha di mushalla, bahkan mereka juga mengajak teman-teman
yang bukan anggota rohis untuk shalat dhuha. Tetunya itu
merupakan suri teladan yang bagus dan saya sangat mendukung
dengan apa yang mereka lakukan selama ini".73

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di atas, dapat

disimpulkan bahwa rohis sangat berperan dalam meningkatkan

pembinaan keagamaan peserta didik, dibentuk salah satunya melalui

aktivitas kegiatan pelatihan kader da’i/da’iyah/khatib yang dilakukan

setiap hari Jum’at dan merupakan salah satu kegiatan Rohis dan

menghadirkan penceramah untuk memberikan dan menyampaikan

materi-materi tentang peningkatan iman dan taqwa bagi peserta didik.

Rohis juga memberikan suri teladan dan contoh yang baik kepada

peserta didik lain dengan terbiasa mengucapkan salam ketika

72
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 27
November 2020.
73
Nurul Hasani, Guru Mata Pelajaran Umum SMAN 1 Pemali, Wawancara, 30
November 2020.

71
berjumpa, saling menyapa, dan bertutur kata yang baik kepada sesama

muslim.

B. Problematika dari Pelaksanaan Kegiatan Rohis dalam

Meningkatkan Pembinaan Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1

Pemali

Dalam menjalankan segala aktivitas program kerja yang

berhubugan dengan organisasi baik itu organisasi umum maupun

organisasi khusus, tentunya ada problematika dalam pelaksanaannya.

Berbicara mengenai problematika, pasti adanya solusi dari problematika

yang ada dari pelaksanaan kegiatan rohis dalam meningkatkat

pembinaan keagamaan peserta didik. Berikut ini adalah hasil

wawancara mengenai problematika dan solusi dari pelaksanaan

kegiatan rohis dalam meningkatkan pembinaan keagamaan peserta

didik.

Adapun problematika dari pelaksanaan kegiatan rohis ialah seperti

wawancara yang dilakukan dengan pembina rohis sebagai berikut:

“Dalam melaksanakan kegiatan rohis di sekolah, pastinya ada beberapa


problemaika yang dihadapi para anggota pengurus rohis
diantaranya yaitu sebagian anggota pengurus rohis memiliki
ekstrakulikuler ganda. Pada akhirnya ini menjadi berdampak
terhadap kegiatan rohis”.74

74
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 27
November 2020.

72
Dalam hal ini juga diungkapkan oleh kepala sekolah bahwa:

“Untuk mengikuti setiap kegiatan ekstrakulikuler di sekolah, kami tidak


membatasi para peserta didik untuk hanya mengikuti satu
ektrakulikuler saja, itu terserah mereka selama mereka bisa
membagi waktu terhadap ekstrakulikuler yang mereka ikuti”. 75

Ketua rohis juga mengungkapan hal ini sebagaimana dalam

transkrip wawancara berikut:

“Walaupun sebagian dari anggota pengurus rohis memiliki


ekstrakulikuler ganda, untungnya hanya sebagian dari kami masih
bisa melaksanakan pembinaan dan kegiatan ekstrakulikuler sampai
selesai dan kami juga menyampaikan lagi materi pembinanan
keagamaan kepada para anggota pengurus yang memiliki
ekstrakulikuler ganda”.76

Tidak hanya itu masih ada problematika dari pelaksanaan kegiatan

ekstrakulikuler rohis, seperti diungkapkan oleh pembina rohis

sebagaimana dalam transkrip wawancara sebagai berikut:

“Kadang dalam pelaksanaan kegiatan rohis ada anggota pengurus yang


kelihatan malas dalam melaksanakan kegiatan, tapi hal itu wajar
karena pada usia seperti mereka emosi mereka masih naik turun”. 77

Untuk mengatasi problematika di atas pembina rohis memiliki cara

untuk meminimalisis hal semacam itu terjadi, seperti yang diungkapkan

bahwa:

“Pada kegiatan rohis di situ ada pembinaan dan bimbingan untuk para
anggota pengurus rohis, dan pada kegiatan rohis yang lain pun juga
bisa diikuti oleh peserta didik non rohis sehingga bisa menjadi

75
Sunandar, Kepala Sekolah SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 16
November 2020.
76
Muhammad Firdaus, Ketua Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 30
November 2020.
77
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 27
November 2020.

73
bekal bagi mereka dalam bertingkah laku”. 78

Hal ini juga diungkapkan oleh kepala sekolah seperti dalam

transkrip wawancara sebagai berikut:

“Di sekolah, saya dan para guru yang lain harus siap menjadi suri
teladan bagi peserta didik khususnya para anggota rohis yang
pastinya akan selalu dilihat tingkah lakunya oleh para peserta didik
non rohis. Pastinya sebagai kepala sekolah dan guru lainnya akan
selalu memotivasi para anggota pengurus rohis untuk selalu
semangat dalam mengemban tugas sebagai anggota pengurus
rohis”.79

Di sini juga diungkapkan oleh ketua rohis bahwa:

“Sebagai ketua saya berusaha memotivasi para anggota pengurus rohis


untuk selalu semangat dan ikhlas dalam melaksanakan setiap
kegiatan yang diadakan rohis. Selain itu supaya saya dan para
anggota pengurus sadar akan tanggung jawab yang kami pikul
sebagai pengurus untuk bisa menghilangkan rasa malas yang
melanda kami dalam melaksanakan tugas-tugas kami sebagai
pengurus rohis”.80

Berdasarkan ungkapan di atas dapat disimpulkan setiap

menjalankan segala aktivitas program kerja yang berhubugan dengan

organisasi baik itu organisasi umum maupun organisasi khusus,

tentunya ada problematika dalam pelaksanaannya. Tentunya pada setiap

problematika pastinya ada solusi yang menghampiri untuk

memecahkannya. Di sini peran pembina rohis dan guru-guru lain sangat

diperlukan untuk menjadi suri teladan dan motivator bagi para anggota

78
Sariwandi Syahroni, Pembina Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 27
November 2020.
79
Sunandar, Kepala Sekolah SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 16
November 2020.
80
Muhammad Firdaus, Ketua Rohis SMAN 1 Pemali, Wawancara, Pemali, 30
November 2020.

74
pengurus rohis, sehingga bisa menyelesaikan setiap kegiatan rohis

dengan maksimal. Tentunya, ketika program kegiatan rohis berjalan

dengan maksimal akan meningkatkan pembinaan keagamaan bagi

peserta didik dalam segala hal.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada pembahasan sebelumnya sudah dipaparkan data temuan hasil

penelitian mengenai peran rohis dan problematika beserta solusinya

dalam meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik di SMAN 1

Pemali. Pada pembahasan ini peneliti akan membahas dan memberikan

penjelasan terkait data dan temuan penelitian yang akan dianalisis

dengan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini sehingga

mengarah pada penarikan sebuah simpulan.

1. Peran Kegiatan Rohis dalam Meningkatkan Pembinaan Keagamaan

Peserta Didik di SMAN 1 Pemali

Berdasarkan penjelasan hasil observasi dan wawancara serta

dibantu oleh data dokumentasi pada pemaparan sebelumnya,

diketahui kegiatan rohis sangat berperan dalam meningkatkan

pembinaan keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali.

75
Berdasarkan ungkapan dari beberapa narasumber bahwa peran

kegiatan rohis sangan berpengaruh dalam meningkatnya pembinaan

keagamaan peserta didik. Sebagaimana disampaikan oleh kepala

sekolah dan pembina rohis bahwa: “rohis sangat strategis dalam

mengatasi keterbatasan waktu jam pembelajaran PAI, khususnya

dalam memberikan pembinaan serta bimbingan yang dilakukan

dalam latihan kader da’i/da’iyah/khatib yang dilakukan setiap hari

Jum’at dan merupakan salah satu kegiatan Rohis bagi seluruh

peserta didik, di samping dalam hal mengatasi kemerosotan moral

juga meningkatkan pembinaan keagamaan siswa melalui berbagai

aktivitas dan pendekatan seperti mendatangkan penceramah dengan

tujuan memotivasi dan memberikan materi pembinaan serta

pembentukan iman dan taqwa". Selain itu, peran kegiatan rohis

tersebut sesuai dengan visi misinya rohis yaitu membentuk

kepribadian Muslim yang bermoral dan perilaku akhlakul karimah.

Mengingat peran kegiatan rohis sesuai tujuannya bersifat

membentuk dan meningkatkan pembinaan keagamaan para peserta

didik di SMAN 1 Pemali.

2. Problematika dari Pelaksanaan Kegiatan Rohis dalam

Meningkatkan Pembinaan Keagamaan Peserta Didik di SMAN 1

Pemali

Berdasarkan pemaparan hasil wawancara dari pihak yang terkait

76
dengan rohis, di temukan bahwa setiap problematika yang terjadi

dalam pelaksanaan kegiatan rohis dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan pastinya ada solusi yang bisa mengatasi semua hal

tersebut. Misalnya ketika para anggota pengurus rohis memiliki

ekstrakulikuler ganda, di situ pula ada sebagian anggota pengurus

rohis yang siap mengikuti pembinaan keagamaan sampai selesai dan

siap menyampaikannya lagi kepada para anggota yang memiliki

ekstrakulikuler ganda.

Selain itu di saat para anggota memiliki rasa malas, ada pembina

rohis, kepala sekolah dan guru lainnya yang menjadi suri teladan

dan memotivasi para anggota rohis untuk selalu semangat dan

ikhlas dalam melaksanakan setiap kegiatan yang diadakan rohis.

Tidak lupa pula ketua rohis memberikan motivasi untuk

menyadarkan para angotanya akan tanggung jawab yang mereka

emban sebagai pengurus rohis.

Cara ini ampuh untuk mengatasi problematika yang terjadi

dalam pelaksanaan kegiatan rohis dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan peserta didik di SMAN 1 Pemali, sehingga para anggota

rohis akan bersemangat dalam melaksanakan setiap kegiatan dan

sadar akan tanggung jawab yang sedang mereka emban sebagai

anggota pengurus rohis.

77
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran rohis kegiatan dalam meningkatkan pembinaan keagamaan

peserta didik di SMAN 1 pemali, melalui pembiasaan dan

keteladanan, serta untuk meningkatkan pembinaan keagamaan

melalui kegiatan yang dilakukan dalam latihan kader

da’i/da’iyah/khatib yang dilakukan setiap hari Jum’at dan

merupakan salah satu kegiatan Rohis. Melakukan pendekatan

dengan cara mendatangkan penceramah untuk memberikan dan

menyampaikan materi-materi tentang peningkatan iman dan taqwa

bagi peserta didik.

2. Problematika yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan rohis dalam

meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik di SMAN 1

Pemali yakni, ada di antara para anggota pengurus rohis yang

memiliki ektrakulikuler ganda dan menjadikan kegiatan rohis

kurang maksimal. Akan tetapi hal ini dapat diminimalisirkan

karena para anggota yang tidak memiliki ekstrakulikuler ganda

akan menyampaikan kembali kepada anggota yang memiliki

ekstrakulikuler ganda. Dalam melaksanakan kegiatan rohis dalam

meningkatkan pembinaan keagamaan peserta didik ada juga

anggota pengurus rohis yang timbul rasa malas dalam mengikuti

kegiatan yang diadakan rohis. Tetapi hal ini akan langsung

78
mendapat respon dari kepala sekolah, pembina rohis dan guru

lainnya yang siap menjadi suri teladan dan memotivasi para

anggota pengurus rohis, agar tetap semangat dalam mengemban

tugas sebagai anggota pengurus rohis. Ada juga ketua rohis yang

mejadi panutan para anggota pengurus rohis dan menyadarkan

mereka akan tanggung jawab yang sedang mereka emban sebagai

anggota pengurus rohis.

B. Saran

1. Ekstrakulikuler Rohis

a. Tingkatkan kerjasama antar divisi/bidang agar dapat

melengkapi kekurangan-kekurangan dalam menjalankan

program kerja rohis.

b. Membuat inovasi-inovasi kegiatan yang kreatif sehingga dapat

meningkatkan semangat keberagamaan peserta didik.

c. Tingkatkan partisipasi aktif pengurus rohis untuk mengikuti

kegiatan keagamaan dalam meningkatkan pembinaan

keagamaan peserta didik.

2. Kepala Sekolah dan Guru

a. Memberikan dukungan penuh setiap kegiatan keagamaan yang

dilaksanakan oleh rohis.

b. Selalu memberikan pengawasan dan motivasi terhadap

organisasi rohis baik secara moral maupun spiritual.

79
c. Mencari solusi dalam mengatasi terjadinya problematika atau

kendala dalam semua kegiatan rohis.

80
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila,


Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2001
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi: Konsep Implementasi Berbasis Kurikulum, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004
Alwi Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
2013
AS Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2002
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet. 5, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2011
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 2005
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke
4, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014
Djalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002
Eliza Rossa, Peran Kegiatan Keagamaan (Shalat Dhuha dan Mengaji
Bersama) dalam Mendidik Karakter Religius di PAUD Griya
Bermain Pangkal Pinang, Skripsi: STAIN SAS Babel
Faizah, Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018
Hamid Abdul Khaliq, Jakarta: Najla Press, 2004
Hasan Muarif Ambary, Suplemen Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ichtiar
Baru van Hoeve

81
Irawan Soeharto, Metode Penelitan Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet. Ke-7,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008
Iskandar Agung dan Sudiyono, Reorientasi Pendidikan Karakter Revolusi
Mental, Jakarta Timur: Edu Pustaka, 2017
Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif & Kuntitatif, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya
Ilmiah, Jakarta: Kencana, 2015
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006
Mar’at, Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1982
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitati Edisi Revisi, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya), 2012
Muhaimin, Perkembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009
Muhammad Ali dan Moh Ansori, Psikologi Remaja, Jakarta: Bumi Askara,
2005)
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2006
Poerwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
2006
Pusat bahasa: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pusat
Utama, 2008
Sodri, Peran Kegiatan Ekstrakulikuler Keagamaan dalm Membina Akhlak
Siswa di SDN 12 Koba Kabupaten Bangka Tengah, Skripsi:
STAIN SAS Babel
Sri Esti wuryani, Psikologi PendidikanI, Jakarta: Grasindo, 2006

82
Subur, Pembelajaran Nilai Moral Berbasis Kisah, Yogyakarta: Kalimedia,
2015
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Cet, 21,
Bandung: Alfabeta, 2014
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D), Bandung: Alfabeta, 2007
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya,
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003
Suryana AF Toto, Islam, Pola Pikir, Perilaku dan Amal, Bandung: CV
Mughni Sejahtera, 2008
Syamsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta: Bee Media
Pustaka, 2017
Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia Jilid 2
I-N, Jakarta: Djambatan, 2002
Tim Penyusun , Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Tarbiyah, Bangka:
STAIN SAS Babel, 2015
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling, Edisi 1, cet 3, Rajawali Pers, 2013
Wahy, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia( untuk Pelajar, Mahasiswa dan
Umum), Bandung, PT KAWAHmedia, 2013

83
Lampiran

84
85
86
87
88

Anda mungkin juga menyukai