Abstrak
PENDAHULUAN
Masyarakat desa dapat turut aktif dalam membangun desa (Purnamasari, 2008).
Masyarakat memiliki dulisme peran, yaitu sebagai subjek sekaligus objek pembangunan
di desa. Sebagai objek, masyarakat akan diberikan program-program yang dapat
meningkatkan kualitas hidup. Sebagai subjek, masyarakat desa dapat memberikan
gagasan serta usulan program sesuai dengan potensi yang dimiliki. Perwujudan
masyarakat sebagai subjek pembangunan desa dapat didorong dengan mengajak
masyarakat untuk aktif berpartisipasi pada setiap dinamika politik desa secara
konstruktif.
Partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat desa, yang paling sederhana, adalah
secara aktif dan kontinu menyampaikan aspirasi kepada pelaksana pemerintahan desa.
Sebagai salah satu stakeholder pembangunan, masyarakat desa dituntut proaktif dalam
menyuarakan kebutuhan serta kooperatif ketika terdapat permasalahan di desa. Sehingga
masyarakat mendapatkan pembelajaran dalam sebuah sistem pemerintahan lokal daripada
hanya sekedar melakukan konsultasi dan bertukar pendapat (Carpentier, 2011). Namun,
belum semua masyarakat desa mampu melakukan hal yang ideal tersebut. Ada sebagian
yang kurang peduli, ada yang mulai peduli, ada juga yang peduli tapi kebingungan harus
bagaimana dalam bertindak. Hal serupa juga terjadi di Desa Ciawi, Kecamatan
Banjarharjo, Kabupaten Brebes.
Bertepatan dengan pembaharuan jabatan Kepala Desa, atau lebih sering disebut
Pak Kuwu, sumbangsih pemikiran masyarakat desa Ciawi diperlukan untuk memberi
gambaran kebutuhan serta permasalahan yang perlu diprioritaskan untuk pembangunan
tahun anggaran berikutnya. Namun hal tersebut bukan perkara yang mudah mengingat
masyarakat desa ciawi terbagi menjadi dua kubu setelah selesainya Pemilihan Kepala
Desa (Pilkades). Perbedaan paham tersebut semestinya dikelola dengan seksama oleh
pemerintah desa supaya dapat tetap mengupayakan kesejahteraan masyarakat ditengah
konflik politik di desa melalui partisipasi (Heck, 2003).
METODE
Pelayanan publik yang digunakan adalah pelayanan dasar yang sering diakses
oleh masyarakat. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa ketika dilakukan
penggalian data menggunakan indikator dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenpanRB) No. 14 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan
Publik, masyarakat kurang memahami. Namun demikian, teknis perhitungan tetap
dilakukan sesuai dengan peraturan tersebut dengan hasil sebagai berikut.
Infrastrutur
Secara keseluruhan indeks pelayanan publik berada pada kategori Cukup dengan
nilai sebesar 66,55%. Pelayanan kesehatan dalam hal pelaksanaan posyandu merupakan
pelayanan publik dengan indeks tertinggi, yaitu sebesar 83,20%. Hal ini didukung oleh
kerjasama antara Perangkat Desa, Bidan Desa dan Kader Kesehatan Desa dalam
mempromosikan kesehatan bagi ibu dan anaknya. Pada sisi yang lain, Pelaksanaan
pendidikan agama merupakan pelayanan publik dengan tingkat kepuasan paling rendah
sebesar 44,26%. Desa Ciawi telah memiliki gedung madrasah. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya terdapat kendala minat belajar anak yang masih kurang sehingga
menjadikan proses pendidikan yang dilakukan kurang mendapat respon dari kelompok
sasaran.
Gambar 2. Cover bagian depan dan belakang Buku Rekomendasi Pelayanan Publik
Sumber: Dokumentasi Penulis
a) Pemetaan Masalah
Beberapa permasalahan publik yang ada di lingkungan kerja Pemerintah Desa Ciawi,
diantaranya:
1) Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani, akan tetapi pengelolaan
kelompok tani belum optimal;
2) Kondisi pinggiran jalan setelah pembuatan rabat beton berpasir dan berkerikil,
sehingga ketika musim kemarau angin menerbangkan partikel pasir dan akan
mengganggu kesehatan masyarakat desa;
3) Kondisi fasilitas keagamaan;
4) Pengelolaan sampah masih dibakar;
5) Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) mengalami stagnasi; dan
6) Informasi mengenai dana desa belum maksimal.
b) Forcasting
Desa Ciawi merupakan desa dengan keberhasilan program keluarga
berencana yang baik. Artinya, rata-rata rumah tangga memiliki dua orang anak.
Ketika anak merasakan menjadi anak seorang TKI, tidak menutup kemungkinan
pada saat sudah cukup persyaratan cenderung memiliki hasrat untuk turut menjadi
TKI. Hal ini perlu mendapat perhatian serius mengingat pembangunan desa
memerukan SDM handal yang berasal dari desa. Kondisi ini perlu diantisipasi
dengan meningkatkan taraf pendidikan supaya dapat mencetak SDM yang unggul.
c) Penyusunan Alternatif Kebijakan
Berdasarkan pada analisis perkiraan atas ketidakpastian yang mungkin terjadi
pada masa depan di Desa Ciawi, maka dapat disusun beberapa alternatif kebijakan
publik, diantaranya
PENUTUP