Pokok Materi Ujian Kompre Perencanaan Pendidikan Huruf 10
Pokok Materi Ujian Kompre Perencanaan Pendidikan Huruf 10
PENDIDIKAN EKONOMI
Hasil/Proceed
(1 + r)n
PENDIDIKAN EKONOMI
HUMAN
INDUSTRI DANA PENDIDIKAN
CAPITAL
PRODUKT
INDUSTRI IVITAS INDIVIDU PUBLIK
Transformation Process
Inputs Structural System Outputs
Environmental
constraint (Bureaucratic expectation) Achievement
Human and
Capital Job satisfaction
Resources Learning Teaching
Absenteeism
Mission and Cultural System Political System
Board policy Drop-out rate
Materials and (ared Orientation) (Power Relation) Overall quality
methods
Learning Teaching
Equipment
Individual system
b. Pendidikan nonformal
Dalam PP no 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 3 juga dalam UU
no 20/2003 pasal 1 ayat 12, pengertian pendidikan nonformal lebih menonjolkan pada
jenjang/jenis kelembagaannya, dimana Pendidikan formal diartikan sebagai “Jalur pendidikan di
luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang”. Pengertian
ini nampaknya belum secara jelas menggambarkan tentang hakekat pendidikan non-formal,
meskipun secara tersirat dapat tergambar dari pembedaannya dengan pendidikan formal, yakni
kalau pendidikan formal harus terstruktur dan berjenjang sedang pendidikan nonformal struktur
dan jenjang lebih bersifat optional.
Menurut Coombs (Soelaiman Joesoef dan Slamet Santosa, 1981:15) pendidikan
nonformal adalah pendidikan “yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak terlalu mengikuti
peraturan-peraturan yang tetap dan ketat”. sedangkan, International Council for Educational
Development (Sudjana,1983:10) mengartikan pendidikan nonformal sebagai berikut :
“setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir di luar sistem persekolahan yang mapan - apakah
dilakukan secara terpisah atau sebagai bagian penting dari kegiatan yang lebih luas dilakukan
secara sengaja untuk melayani anak didik tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya”
Pengertian di atas, nampak sejalan dengan pengertian pendidikan nonformal dalam UU
no 20/2003 dan PP 19/2005, hanya saja pengertian ICED memandang keterorganisiran sebagai
ciri, sementara dalam UU no 20/2003 dan PP 19/2005, keterorganisiran (dalam arti terstruktur dan
berjenjang) sebagai sesuatu yang “dapat”, sehingga bisa saja dilakukan dalam bentuk yang tidak
demikian”. Lebih jauh, dari Undang-undang Sisdiknas pasal 26 dapat tergambar makna
pendidikan nonformal dengan melihat karakteristiknya yang penulis susun dalam bentuk tabel
berikut ini, dengan mengacu pada pasal 26 ayat 1 sampai dengan ayat 7:
Tabel 2. Karakteristik Pendidikan nonformal
NO SIFAT KETERANGAN
1. Fungsi Pengganti Pendidikan Formal
institusional Penambah Pendidikan Formal
Pelengkap Pendidikan Formal
2. Fungsi pengembangan Penguasaan pengetahuan
(Perolehan) Keterampilan fungsional
Sikap dan kepribadian profesional
3. Cakupan Pendidikan Kecakapan hidup
Pendidikan anak usia dini (PAUD)
Kepemudaan
Pemberdayaan perempuan
Keaksaraan
Keterampilan dan pelatihan kerja
Kesetaraan
Pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik
4. Satuan Pendidikan Lembaga kursus
(kelembagaan) Lembaga pelatihan
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Majlis Taklim
Satuan Pendidikan sejenis
5. Peserta didik Tak dibatasi usia, yang memerlukan :
Pengetahuan
Keterampilan
c. Pendidikan informal
Di dalam PP 19/2005 tidak terdapat pengertian pendidikan informal dalam ketentuan
umumnya seperti halnya pendidikan formal dan nonformal, hal ini tidak lain karena PP tersebut
hanya berkaitan dengan standar nasional Pendidikan formal dan nonformal, dan tak satupun fasal
yang berbicara tentang standar untuk pendidikan informal, Sementara itu dalam UU no 20 tahun
2003 pasal 1 ayat 13, pendidikan informal diartikan sebagai “jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan”, pengertian ini amat ringkas dan tidak memberi gambaran tentang apa dan bagaimana
pendidikan informal itu, oleh karena itu untuk lebih jauh mendapat pemahaman tentang
pendidikan informal, pendapat pakar perlu dan dapat memperluas pemahaman berkaitan dengan
pendidikan informal.
Menurut Coombs (Soelaiman Joesoef dan Slamet Santosa, 1981:14) pendidikan informal
adalah pendidikan “yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau
tidak sadar, sejak seorang lahir sampai mati, di dalam keluarga, dalam pekerjaan atau pergaulan
sehari-hari”, sementara itu, International Council for Educational Development/ICED dalam
(Sudjana, 1983:10) mengartikan pendidikan informal sebagai berikut :
“proses yang berlangsung sepanjang hayat yang dengannya tiap-tiap orang memperoleh
nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan yang berasal dari pengalaman hidup sehari-
hari dan dari pengaruh-pengaruh dan sumber-sumber pendidikan di dalam lingkungan
hidupnya - dari keluarga dan tetangga, pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan dan
media masa”
Kedua pengertian di atas dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang pendidikan
informal, yakni suatu pendidikan yang terjadi selama manusia hidup yang dapat berakibat pada
perubahan manusia dalam berbagai kapasitas individu dalam konteks kehidupan masyarakat.
Adapun karakteristik pendidikan informal adalah sebagai berikut : (mengacu pada UU no 20
tahun 2003 pasal 27 ayat 1 sampai 3, serta pendapat pakar pendidikan)
Tabel 3. Karakteristik Pendidikan informal
NO SIFAT KETERANGAN
1. Pelaku Keluarga
Pendidikan Lingkungan yang berbentuk Kegiatan Belajar
(Kelembagaan) Mandiri
2. Fungsi pengembangan Dari pengalaman dalam bentuk :
(perolehan) Nilai
Sikap
Pengetahuan
Psikomotor/keterampilan
3. Peserta Semua usia
4. keberlangsungan Sepanjang hayat
5. Kesetaraan Diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal setelah lulus ujian sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan
Interaksi Jalur Pendidikan
Dalam prakteknya, jalur-jalur pendidikan sebagai mana dikemukakan di atas, dilihat
dari sudut masyarakat terjadi secara bersamaan, sedangkan secara individual seseorang bisa
Pendidikan Pendidikan
informal formal
Pendidikan
nonformal
Dari gambar di atas, nampak bahwa ketiga jalur pendidikan tersebut bersifat saling
mempengaruhi, pendidikan informal berpengaruh pada pendidikan formal dan non formal melalui
kualitas peserta didik dengan berbagai kompetensi yang diperolehnya dalam lingkungan keluarga
seperti nilai-nilai yang telah tertanam serta sikap dan prilaku sebagai makhluk sosial, sementara itu
pendidikan informal menerima pengaruh dari pendidikan formal dan non formal berupa
penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat meningkatkan dan memperkaya pendidikan
informal baik bagi peserta didiknya, maupun bagi pendidikan informal selanjutnya. Namun
demikian dalam kajian pendidikan interaksi tersebut lebih ditekankan pada Pendidikan
formal/sekolah sebagai basis utama, sehingga sering pendidikan di luar sekolah disederhanakan
menjadi lingkungan (Children’s background) seperti terlihat dalam tulisan Allan Thomas dalam
bukunya The Productive School (1971) ketika menguraikan The Psychologist’s Production
Function dalam pendidikan sekolah.
Meskipun kesaling pengaruhan tersebut seakan menggambarkan jalur/lingkungan yang
terpisah, namun sebenarnya seluruh sistem dan proses interaksinya pada dasarnya berada dalam
suatu lingkup konteks budaya tertentu, sehingga bagaimana kualitas dan penataan, serta peristiwa
pendidikan pada jalur-jalur tersebut dalam banyak hal merupakan suatu cerminan budaya yang
berlaku, sebab pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan sebagaimana diungkapkan Tilaar
(2004) bahwa Pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan hidup manusia di dalam segala aspeknya
yaitu politik, ekonomi, hukum, dan kebudayaan, dan bahwa antara pendidikan dan kebudayaan
terdapat hubungan yang erat. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula tidak ada
praksis pendidikan di dalam vacuum, tetapi selalu berada dalam lingkup kebudayaan yang
konkret, ini berarti bahwa pendidikan dipengaruhi oleh budaya, dan perkembangan budaya juga
akan sangat tergantung pada pendidikan, dalam hal ini pendidikan dapat menjadi alat untuk
mengembangkan budaya, sebab pendidikan tidak hanya mempunyai fungsi konservasi tapi juga
dapat berperan sebagai agen perubahan (agent of change). Untuk itu pemisahan secara ketat tanpa
melihat kesatuannya akan berakibat pada penyempitan makna pendidikan.
Kepemimpinan Pendidikan
Pengertian Kekuasaan dan Pengaruh
Menurut Max Weber “power as the probability that one actor within a social
relationship will be in a position to carry out his own will despite resistance (Fred Luthans,
Perencanaan
Proses pembelajaran
Dimensi Tujuan
Pengembangan potensi
Pesertadalam
Memang Didik -
aplikasinya Masyarakat - lebih
pemaknaan pendidikan Bangsa - Negara
Kualitas sekolah/mikro
Kualitas sekolah/mikro
KUALITAS
PENDIDIKAN PADA Kualitas sekolah/mikro
TINGKATAN
MAKRO/NASIONAL
Kualitas sekolah/mikro
EXPENDITURE PROSES
Efektivitas PENDIDIKAN
Efisiensi Guru dan
SDM lainnya
KUALITAS
SISWA/ Kurikulum HASIL
CALON dan bahan BELAJAR
SISWA ajar
Metode
pembelajaran
Sarana
DIRECT REVENUE pendidikan
AND
INDIRECT Adequacy System
COST administrasi,
TOTAL COST
OPPORTUNITY Real Cost dan UNIT COST
COST/ Opportunity
EARNING PER SISWA
Cost
FORGONE
PERSUASION
DECISION
IMPLEMENTATION
CONFIRMATION
PROCESSING
INPUT - KLASIFIKASI OUTPUT
(DATA) - PENATAAN INFORMASI
- PENGHITUNGAN
Umpan balik
Pra-Informasional Informasional
Dasar ilmiah Kekakuan paradigma Kemampuan menggabung yg kreatif
Jumlah Infor
Langka Melimpah
Masi
Pertambah-
Linier Eksponensial
an informasi
Kecepatan
Lambat/Stabil Cepat/Berubah-ubah
dan isi
Cara penyam
Mono Media Multi Media
paian
Unit penang-
Individu Mesin/bantuan mesin
anan info
Kerangka ni-
Monistis Pluralistis
lai tafsiran
Hubungan
Seorang ke Banyak orang Banyak orang pada seorang
informasi
Orientasi
Masa lalu Masa depan
waktu
Karakteristik/Ciri-ciri SIM
1. Bersifat total/menyeluruh, mencakup :
dilihat dari bentuknya
a. formal – informal
b. manual – komputerisasi
dilihat dari bidangnya
a. sistem informasi proyek
b. sistem informasi perkantoran
c. sistem informasi forcasting
d. sistem informasi penopang keputusan
2. Bersifat terkoordinasi :
keseluruhan cakupan SIM dilaksanakan dilaksanakan secara terstruktur,
terdepartemen tasi tapi harus terkoordinasi secara terpusat
SI
PIHA
PROSE K
S MAN
SI
AJEM
EN
SI
SI
PIHA
K
PROSE MAN
SI S AJEM
SI EN
Sistematis Intuitif
Reseptif
Ciri-cirinya :
a. Intuitif :
Trial and error dalam menguji berbagai bentuk pemecahan masalah
Tiodak menganggap penting pemrosesan data menjadi informasi
b. Sistematis
Menstrukturkan masalah secara tepat untuk pemecahan masalah
data-data diolah dan dianalisa dengan cermat tersusun dan logis
c. Preseptif
Memusatkan perhatian pada hubungan antara unsur suatu data yang diperoleh
Cepat menguji data rincian untuk memadukan dengan data-data bidang lain
d. Reseptif
Memerlukan informasi rinci dan cenderung tenggelam pada rincian tanpa
mengaitkan dengan data dari bidang lain
cenderung melihat permasalahan secara parsial tidak integral
Peran-Peran Manajerial Dari Mintzberg
1. Interpersonal roles :
Figurehead : Manajer melaksanakan tugas-tugas seremonial
Leader : Manajer memelihara unit dengan mempekerjakan dan melatih staf serta
menyediakan motivasi dan dorongan
INPUT OUTPUT
SISTEM
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
(Model sistem dengan banyak input dan output)
dilihat dari sudut kepastiannya sistem dapat dikelompokan ke dalam sistem diterministik dan
sistem probabilistik. Sistem diterminisstik adalah sistem yang beroperasi dalam cara yang dapat
diramalkan. Interaksi diantara sub-sub sistem dapat diketahui dengan pasti, sebagai contoh adalah
program komputer yang dapat beroperasi dengan tepat sesuai dengan rangkaian instuksinya.
Sistem Probabilistik adalah sistem dimana dalam beroperasinya meampunyai kemungkinan-
kemungkinan hasil, dan terkadang mengandung unsur kemungkinan kesalahan
Factoring Sistem
Konsep sebuah sistem menuntut manusia untuk melihatnya sebagai suatu keseluruhan,
namun karena keseluruhan itu terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi, maka dalam
menganalisanya kadang diperlukan langkah pengunsuran (factoring) yaitu suatu upaya memerinci
sistem menjadi sub-sub sistem, sehingga unsur-unsur dan interface-nya dapat dianalisa dengan
cermat, apalagi bila suatu sub sistem terdiri dari sub-sub sistem yang lebih kecil lagi, bila
digambarkan nampak sebagai berikut :
Karakteristik sistem
Suatu sistem berbeda dengan sistem lainnya atas dasar karakteristiknya yang berbeda-
beda. Adapun karakteristik sistem yang dapat membedakan (yang menyebabkan suatu perbedaan)
suatu sistem dari sistem lainnya adalah :
Boundary . adalah batasan yang menggambarkan sesuatu yang berada dalam suatu
sistem dan sesuatu yang berada diluarnya/lingkungan eksternal suatu sistem
Environment. Segala sesuatu yang berada di luar sistem yang dapat berpengaruh pada
asumsi, kendala, dan input suatu sistem.
Input. Sumberdaya dari lingkungan yang dipergunakan dan dimanipulasi oleh sistem
Output. Sumberdaya yang disediakan oleh sistem untuk lingkungan suatu sistem.
Component. Unsur-unsur sistem (proses/sub-sub sistem) yang mentransformasikan
input menjadi output
Interface. Tempat atau situasi dimana sub-sub sistem atau sistem dan lingkungannya
berinteraksi
Storage. Tempat yang dipergunakan suatu sistem untuk menyimpan materi, energi
dan informasi baik sementara maupun permanen/tetap.
SISTEM
Pengembangan sistem
Sustu sistem yang akan diterapkan dalam suatu organisasi biasanya akan melalui tahapan-
tahapan sebagai berikut :
o Analisis sistem
o Perancangan/desain sistem
o Implementasi sistem
o Manajemen sistem
o Evaluasi sistem
Analisis sistem
Dalam menerapkan sistem informasi terlebih dahulu perlu dilakukan analisis sistem, hal
ini dimaksudkan agar sistem benar-benar aplikabel dalam suatu kerangka organisasi tertentu.
Analisis sistem merupakan suatu upaya untuk mencari secara spesifik hal-hal yang dibutuhkan
dalam suatu sistem baik oleh pemakai sistem maupun ruang lingkup pekearjaan sistem. Dalam
melakukan analisis sistem seorang analis sistem harus melakukan penelitian secara umum
sebelum melakukan analisis secara terinci.
Rasional analisis sistem
Terdapat beberapa pertimbangan kenapa diperlukan analisis sistem dalam suatu
organisasi pertimbangan tersebut antara lain :
1. Problem solving. Sistem yang ada/sedang berjalan tidak dapat berfungsi dengan baik (tidak
efektif dan efisien) sehingga perlu diperbaiki
2. New regulation. Adanya aturan baru baik dalam masalah keuangan maupun Sumberdaya
lainnya akan menuntut suatu perubahan tertentu dalam mekanisme organisasi termasuk dalam
sistem informasi
3. New policy. Kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pimpinan puncak akan berakibat pada
perlunya upaya-upaya penyesuaian dalam pengelolaan sistim informasi, sehingga sistem yang
ada perlu dikaji dan dianalisis kembali
4. New technology. Penggunaan teknologi baru akan berimplikasi pada perubahan dalam
penataan dan pengelolaan serta mekanisme organisasi, sehingga diperlukan penyesuaian
sesuai dengan tuntutan penggunaan teknologi baru tersebut, untuk itu penerapannya
memerlukan anaisis sistem yang cermat.
5. System improvement. Terkadang akibat perubahan lingkungan eksternal yang sangat cepat
berakibat pada kesulitan sistem internal beradaptasi, untuk itu perlu dilakukakan upaya
perbaikan sistem, yang sebelumnya sudah tentu diperlukan analisis atas sistem yang
ada/sistem yang sedang berjalan
Menentukan luas analisis sistem
Analisis sistem merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan
pertanyaan (sebagai pedoman umum)
1. apa yang harus dicakup dalam suatu sistem (termasuk sistem yang baru) secara umum
2. informasi apa yang diperlukan
3. siapa yang memerlukan informasi, dimana dan dalam bentuk apa
1. pencatatan
DESAIN SISTEM masalah
2..perbaikan
langsung
UJI COBA SISTEM
EVALUASI SISTEM
TIDAK
REVISI SISTEM OK
Penilaian
Berbasis Kelas
Pengelolaan
Kurikulum Berbasis
Sekolah
Dengan melihat siklus di atas nampak sekali bahwa evaluasi merupakan komponen penting yang
tidak terlepas dari KBK, sudah barang tentu di dalamnya mempunyai karakteristik khas, namun
secara umum penilaian dalam KBK merujuk pada tujuan dan fungsi yang sama dengan penilaian
pendidikan/pembelajaran secara umum.
Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi
Di dalam kurikulum sebelumnya (kurikulum 1994) tujuannya lebih diarahkan pada upaya
memberitahu guru tentang apa yang harus diajarkan (Content), sedangkan dalam KBK lebih
menekankan pada apa yang harus dilakukan siswa sebagai hasil belajarnya. Dengan demikian
KBK memberitahu guru tentang kompetensi-kompetensi apa yang harus dikembangkan oleh
siswa, melalui proses pembelajaran.
Adapun ciri-ciri KBK adalah :
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun
klasikal
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
FC = Biaya tetap
S = Volume penjualan
VC = biaya variabel (Variable Cost)
Analisis nilai sekarang bersih
Dengan rumus :
Hasil/Proceed
r = tingkat bunga; (1 + r)
n
o Reaktif o Proaktif
o Advokasi pegawai o Parner bisnis
o Unit kerja/task force o Fokus pada tugas dan pemberdayaan
o Fokus pada isu operasional o Fokus pada isu strategis
o Isu kualitatif o Isu kuantitatif
o Stabilitas o Perubahan konstan
o Solusi taktis o Solusi startegis
o Integritas fungsi o Multi fungsi
o Orang sebagai beban/biaya o Orang sebagai aset
Educational Innovation
dengan melihat bagan tersebut, dapatlah dipahami bahwa inovasi pendidikan dapat berbentuk
gagasan, metode , dan teknologi. Gagasan pada dasarnya dapat menjadikan sesuatu yang baru
dalam pelaksanaan pendidikan, baik itu bersifat penambahan maupun perbaikan terhadap ektivitas
pendidikan yang terjadi. Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan,
meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam
melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya
meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu
diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur
supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan
pendidikan.
Inovasi Dalam Pendidikan
.
KNOWLEDGE
PERSUASION
DECISION
IMPLEMENTATION
CONFIRMATION
KNOWLEDGE
.
PERSUASION
DECISION
IMPLEMENTATION
Uhar Suharsaputra/Persiapan Komprehensif/Adpen SPs-UPI 134
CONFIRMATION
Elemen-Elemen Difusi
Terdapat beberapa elemen penting dalam suatu proses difusi yaitu :
Innovation
Communication channel
Time
Sosial system (E.M. Rogers. 1983:10)
Difusi pada dasarnya merupakan suatu komunikasi khas berkaitan dengan inovasi, oleh
karena itu difusi secara inheren mencakup unsur inovasi itu sendiri dengan berbagai
karakteristiknya. Dalam proses komunikasi tersebut unsur saluran komunikasi memegang peranan
penting sebagai sarana pertukaran informasi, bentuk saluran yang dipergunakan dalam suatu difusi
akan berpengaruh terhadap efektivitas difusi itu sendiri.
Proses komunikasi inovasi bukan suatu yang gampang bila dikaitkan dengan tingkat
adopsinya, ini akan memerlukan waktu, bahkan komunikasinya itu sendiri sulit dilakukan
serempak untuk setiap daerah tempat adopter potensial berada. Hal ini akan sangat terasa bila
suatu daerah mempunyai sebaran geografis yang luas dan tersebar, sehingga unsur waktu menjadi
penting untuk diperhatikan dalam proses difusi.
Karena difusi terjadi dalam suatu masyarakat yang mempunyai sistem sosial tertentu,
maka dimensi sosial masyarakat akan berpengaruh juga pada tingkat penyebaran inovasi. Sistem
sosial yang beragam cenderung punya sikap yang berbeda dalam memandang inovasi, oleh karena
itu jika suatu inovasi ingin sukses dikomunikasikan pada masyarakat, maka pemahaman sistem
sosial yang berlaku perlu diperhatikan.
Kesulitan Yang Sulit Dihindari Guru Dalam Inovasi Pendidikan
Dalam menyikapi inovasi pendidikan guru mempunyai kekhasan tersendiri dibanding
dengan SDM pendidikan lainnya seperti petugas administrasi atau birokrat pendidikan. Menurut
Ernest R House (1974:12) praktisi pendidikan dapat dibagi dalam dua kelompok yakni
Administrator dan guru, dimana administrator cenderung lebih cepat menerima inovasi
dibandingkan dengan guru, lebih lanjut beliau menyatakan ”Teachers, however remain isolated in
classroom within school, which does not enhance the diffusion of new ideas within the profession.
In term s of epidemiology, if a teacher were infected with an innovation, it would be difficult for
him to pass it on except to teachers in his school who would, in turn, be isolated from other
profession. (Ernest R House. 1974:13)
Dengan memahami kutipan di atas nampak bahwa penyebaran inovasi melaui guru akan
lambat mengingat sulitnya penyebaran lintas profesi. Selain itu dalam memandang dan menerima
inovasi, guru nampaknya mengalami kesulitan mengingat pelaksanaan tugas yang cenderung rutin
serta sering berupa pengulangan proses yang menjadikan sikap statis dan sulit berubah disamping
hal-hal lain yang nampaknya masih kurang mendorong inovasi seperti :
Tidak adanya reward bagi guru yang inovatif
Fasilitas dan anggaran sekolah yang terbatas dalam mendukung dan mendorong guru
berinovasi
Keinovativan belum menjadi ukuran dalam menilai kinerja guru, sehingga dianggap
bersifat sukarela, tidak dianggap suatu yang perlu bagi peningkatan kualitas
pembelajaran.
Inovasi Dalam Organisasi
Proses inovasi dalam organisasi adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan seseorang mulai
dari mengenal inovasi sampai menerapkannya
Dampak inovasi bagi organisasi
5 Personal contact and Peneliti punya hubungan langsung dan bergaul erat dengan
insight orang-orang, situasi dan gejala yang sedang dipelajari.
6 Dynamic systems Memperhatikan proses; menganggap perubahan bersifat
konstan dan terus berlangsung baik secara individu maupun
budaya secara keseluruhan
7 Unique case orientation Menganggap setiap kasus bersifat khusus dan khas
8 Context Sensitivity Menempatkan temuan dalam konteks sosial, historis dan waktu
9 Emphatic Netrality Penelitian dilakukan secara netral agar obyektif tapi bersifat
empati
10 design flexibility Desain penelitiannya bersifat fleksibel, terbuka beradaptasi
sesuai perubahan yang terjadi (tidak bersifat kaku)
(Sumber : Patton : 1990 :40-41)
Setelah mensintesiskan pendapat Bogdan & Biklen dengan pendapat Lincoln & Guba,
Moleong mengemukakan sebelas karakteristik penelitian kualitatif yaitu :
1. Latar alamiah (penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu keutuhan)
2. Manusia sebagai alat (Manusia/peneliti merupakan alat pengumpulan data yang
utama)
3. Metode kualitatif (metode yang digunakan adalah metode kualitatif)
4. Anslisa data secara induktif (mengacu pada temuan lapangan)
5. Teori dari dasar/grounded theory (menuju pada arah penyusunan teori berdasarkan
data)
d. Data kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif yang
mendeskripsikan setting penelitian baik situasi maupun informan/responden yang umumnya
berbentuk narasi baik melalui perantaran lisan seperti ucapan/penjelasan responden, dokumen
pribadi, catatan lapangan. Berbeda dengan penelitian kuantitatif dimana data yang dikumpulkan
merupakan hasil pengukuran atas variabel-variabel yang telah dioperasionalkan (umumnya
brbrntuk angka-angka)
e. Kontak personal
Metode kualitatif mensyaratkan perlunya kontak personal secara langsung antara peneliti
dengan orang-orang dan lingkungan yang sedang diteliti. Perlunya kontak langsung secara
personal adalah guna memahami secara personal realitas yang terjadi dalam kehidupan wajar
sehari-hari, sehingga peneliti dapat mengerti dan memahami bagaimana orang-orang mengalami,
memahami dan menghayati realitas yang terjadi.
f. Sistem yang dinamis
Setting penelitian merupakan sesuatu yang dinamis, dan selalu berubah baik secara
individual maupun budaya secara keseluruhan. Perhatian utama peneliti kualitatif adalah
menggambarkan dan memahami proses dinamika yang terjadi, karena fenomena-fenomena yang
terjadi saling berkaitan dan saling mempengaruhi secara dinamis dalam suatu sistem yang
menyeluruh.
g. Berorientasi pada kasus yang khas
Kedalaman metode kualitatif secara tipikal bermula dari kasus-kasus kecil yang menarik
sesuai dengan tujuan penelitian. Pentingnya studi kasus ini terutama bila seseorang memerlukan
pemahaman atas orang-orang yang istimewa, masalah-masalah khas atau situasi-situasi yang unik
secara lebih mendalam.
h. Sensitif pada konteks
Temuan-temuan dalam penelitian kualitatif selalu ditempatkan sesuai dengan konteksnya,
baik konteks sosial, konteks historis, maupun konteks waktu, ini berarti bahwa suatu temuan akan
banyak bermakna atau akan memberikan makna yang lebih mendalam bila dilihat dalam
konteksnya sendiri-sendiri, oleh karena itu peneliti harus peka dalam memahami konteks suatu
temuan penelitian.
i. Netralitas yang empati
Obyektivitas yang sempurna adalah tidak mungkin, subyektivitas murni akan merusak
keterpercayaan, untuk itu dalam penelitian kualitatif seorang penelity diharapkan bersifat netral
tapi empati, kenetralan merupakan upaya untuk menjaga obyektivitas, sedangkan sikap empati
perlu ada mengingat peneliti kualitatif melakukan kontak personal secara langsung dengan
sumber-sumber data (informan)
j. Desain yang lentur
Desain penelitian dalam metode kualitatif tdak bersifat kaku, dia biasa mengadaptasi
perubahan sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam kegiatan penelitian, oleh Karena itu
dalam penelitian kualitatif desain secara parsial bisa muncul pada saat penelitian sedang
berlangsung.