Anda di halaman 1dari 75

REGISTRASI

REGISTRASI KASUS RUJUKAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI DI

BEBERAPA RS JEJARING PENDIDIKAN

PERIODE 1 – 28 FEBRUARI 2022

DISUSUN OLEH :
dr. Muhammad Assadul Malik

PEMBIMBING :

dr. A. Nursanty A. Padjalangi,SpOG(K)

dr. Susiawaty,SpOG(K)

DIVISI OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOSIAL DEPARTEMEN OBSTETRI

DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

HASANUDDIN MAKASSAR
2022
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................i

DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN......................................................ii

DAFTAR TABEL...........................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi

I. PENDAHULUAN..................................................................................7

II. BATASAN...........................................................................................13

III. TUJUAN.............................................................................................15

IV. MANFAAT PENULISAN.....................................................................15

V. BAHAN DAN CARA...........................................................................15

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................15

A. Hasil....................................................................................................15

B. Pembahasan......................................................................................64

VII. SIMPULAN.........................................................................................70

VIII. SARAN...............................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................71
ii

DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN

A Abortus
AGO Ada Gawat Obstetri
AGDO Ada Gawat Darurat Obstetri
AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrome
AKI Angka Kematian Ibu
AKB Angka Kematian Bayi
AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
ANC Ante Natal Care
APGO Ada Potensi Gawat Obstetri
ASKES Asuransi Kesehatan
BkkbN Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BPS Bidan Praktek Swasta
Depkes Departemen Kesehatan
DIC Disseminated Intravascular Coagulation
Faskes Fasilitas Kesehatan
G Gravida
GSI Gerakan Sayang Ibu
HELLP Hemolisis Elevated Liver Enzyms Low
Platelet
HIV Human Immunodeficiency Virus
ICU Intensive Care Unit
IMS Infeksi Menular Seksual
IUD Intra Uterine Device
IPTEK Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
JML Jumlah
KB Keluarga Berencana
KET Kehamilan Ektopik Terganggu
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
iii

KIS Kartu Indonesia Sehat


KJDR Kematian Janin Dalam Rahim
KPD Ketuban Pecah Dini
KRT Kehamilan Risiko Tinggi
MDGs Millenium Development Goals
NICU Neonatal Intensive Care Unit
NY Nyonya
OBGIN Obstetri dan Ginekologi
P Paritas
PASD Placenta Accreta Spectrum Disorder
PEB Pre Eklampsia Berat
PKBRS Pelayanan Keluarga Berencana Rumah Sakit
POMP Posisi Oksiput Melintang Persisten
PPN Pimpinan Persalinan Normal
RDB Rujukan Dini Berencana
RI Republik Indonesia
RR Risiko Rendah
RS Rumah Sakit
RSKDIA Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak
RST Risiko Sangat Tinggi
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah
RT Rujukan Terlambat
RTW Rujukan Tepat waktu
SC Sectio Caesarea
SD Sekolah Dasar
SMA Sekolah Menengah Atas
SMP Sekolah Menengah Pertama
SPR Strategi Pendekatan Risiko
SR Sistem Rujukan
SSTP Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda
UNICEF Menurut United Nations Children’s Fund
USAID United States Agency for International Development
WHO World Health Organization
iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut 16


Usia di Berbagai Rumah Sakit di Makassar
Periode Februari 2022
2 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 16
Menurut Tingkat Pendidikan Ibu di Berbagai Rumah Sakit
di Makassar Periode Februari 2022
3 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 17
Menurut Paritas di Berbagai Rumah Sakit di Makassar
Periode Februari 2022
4 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 18
Menurut Asal Rujukan di Berbagai Rumah Sakit di
Makassar Periode Februari 2022
5 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 18

Menurut Status Asuransi Pasien di Berbagai Rumah Sakit di


Makassar Periode Februari 2022
6 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut 19
Klasifikasi Diagnosis di berbagai Rumah Sakit di Makassar
Periode Februari 2022
7 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 23
Menurut Alasan Dirujuk di Berbagai Rumah Sakit di
Makassar Periode Februari 2022
8 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 24
Menurut Jenis Tindakan di Berbagai Rumah Sakit di
Makassar Periode Februari 2022
9 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 26
Menurut Tingkat Kegawat-Daruratan di Berbagai
Rumah Sakit di Makassar Periode Februari 2022
10 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri APGO/AGO/AGDO di 27
v

Berbagai Rumah Sakit Jejaring Pendidikan Periode Februari


2022

11 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi 28


Menurut Jenis Rujukan di Berbagai Rumah Sakit di
Makassar Periode Februari 2022
12 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Berdasarkan 28

Hari di Berbagai Rumah Sakit di Makassar Periode Februari


2022

13 Sebaran Kasus Rujukan Obstetri Menurut Penggunaan 29

Kontrasepsi Pasca Salin di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan


Periode Februari 2022

14 Sebaran Kasus Rujukan Post SC < 18 Bulan Menurut Usia di 30

Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

15 Sebaran Kasus Rujukan Post SC < 18 Bulan Menurut Usia di 31


Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

DAFTAR GAMBAR
vi

Gambar Halaman
Gambar 1. Kartu Skor Poedji Rochjati perencanaan persalinan Aman 7
7

REGISTRASI KASUS RUJUKAN DI BEBERAPA RS MAKASSAR

PERIODE 1-28 FEBRUARI 2022

I. PENDAHULUAN

Sistem rujukan dalam bidang obstetri pada dasarnya mempunyai maksud


dan tujuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan yang diperlukan ibu
hamil khususnya yang perlu dirujuk untuk mendapatkan perawatan spesialistik,
sehingga diharapkan dapat dicapai tingkat kesehatan ibu hamil, bersalin, dan nifas
yang optimal. Dengan adanya sistem rujukan yang baik diharapkan kasus-kasus
dengan resiko tinggi dapat ditangani dengan lebih cepat, tepat, dan
berkesinambungan, yang pada akhirnya kematian ibu dan anak sebagai tolak ukur
pelayanan kesehatan reproduksi dapat diturunkan. [1]

Kematian maternal masih menjadi perhatian khusus di seluruh dunia saat


ini. Berdasarkan data dari WHO, pada tahun 2017, sekitar 295.000 wanita di seluruh
dunia wanita meninggal selama kehamilan, persalinan, dan nifas, dan sekitar 810
wanita meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan persalinan yang
sebanrnya dapat dicegah. Sebagian besar kematian ini (94%) terjadi pada negara
berpenghasilan rendah dan menengah. AKI di negara-negara berpenghasilan rendah
pada tahun 2017 adalah 462 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada negara
berpenghasilan tinggi adalah 11 per 100.000 kelahiran hidup. [2] Tingginya angka
kematian ibu di beberapa wilayah di dunia mencerminkan ketidaksetaraan dalam
akses ke layanan kesehatan yang berkualitas dan menyoroti kesenjangan antara kaya
dan miskin.

Di Indonesia, Penurunan AKI terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan


2007, yaitu dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup, kemudian didapatkan
peningkatan pada tahun 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun
kembali menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Jumlah
kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di
Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian ibu di
Indonesia. Jumlah ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2019 sebesar
4.221 kematian. Berdasarkan penyebab, sebagian besar kematian ibu pada tahun
2020 disebabkan oleh perdarahan sebanyak 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan
sebanyak 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 230 kasus.
[1] Kematian ibu di Sulawesi Selatan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 144 kasus,
dan pada tahun 2020 menurun menjadi sebanyak 133 kasus.
8

Berbagai literatur mengemukakan kontribusi determinan sosial, ekonomi


dan budaya terhadap kematian ibu. Model yang paling popular dikemukakan oleh
Thaddeus dan Maine (1994), yang mana mereka membagi penyebab kematian ibu
menjadi 3 terlambat, yaitu terlambat mencari pelayanan kesehatan, terlambat
mencapai tempat pelayanan kesehatan, dan terlambat mendapat pelayanan yang
tepat. [3] Winkelman (2009) memaparkan keterkaitan budaya terhadap kesehatan.
[4] Bhalotra (2010) menyoroti keterkaitan antara kemiskinan dan keberlangsungan
hidup. [5] Sivasankara, dkk (2011) menekankan determinan sosial terhadap
kesehatan. [6] Berdasarkan telaah teori dan konsep tersebut dapatlah disimpulkan
bahwa determinan kematian ibu merupakan hal yang kompleks dan multifaktorial.

Rujukan terlambat ini terjadi karena 3 kendala (jebakan/ trap) utama, yaitu: [7]

1. Perangkap geografis

Dalam konteks nasional, terbatasnya akses perempuan terhadap


fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas, terutama bagi
perempuan di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK) merupakan salah satu tantangan yang dihadapi. Penyediaan fasilitas
PONEK, PONED, posyandu, dan unit transfusi darah belum merata dan
belum seluruhnya terjangkau oleh seluruh penduduk. Faktor lain yang
mempengaruhi tingginya AKI adalah akses jalan yang buruk ke tempat
pelayanan kesehatan dengan kondisi topografis di Indonesia yang juga
mempengaruhi keterjangkauan informasi Kesehatan.

2. Perangkap sosial budaya

Pemahaman ‘banyak anak banyak rezeki’ serta pandangan tentang


pernikahan anak usia dini juga masih sangat banyak dianut oleh masyarakat
Indonesia. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa faktor risiko 4T (Terlalu
muda, Terlalu tua, Terlalu dekat jarak kehamilan dan Terlalu banyak jumlah
anak) sampai saat ini masih menjadi kendala. Belum lagi interpretasi agama
yang kurang tepat misalnya pemahaman jihad bagi perempuan yang
meninggal karena melahirkan dan kepercayaan dukun beranak dalam
membantu proses persalinan sehingga menolak untuk dirujuk ke fasilitas
Kesehatan.

3. Perangkap sosial ekonomi

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2020 mencapai


26,42 juta orang. Dibandingkan Maret 2019, jumlah penduduk miskin
9

meningkat sebanyak 1,28 juta orang. Persentase penduduk miskin pada


Maret 2020 tercatat sebesar 9,78%, meningkat meningkat 0,37% poin
terhadap Maret 2019. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode
September 2019–Maret 2020, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
naik sebesar 1,3 juta orang, sedangkan di daerah perdesaan naik sebesar
333,9 ribu orang. Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 6,56%
menjadi 7,38%. Sementara itu, di perdesaan naik dari 12,60% menjadi
12,82%. Keterbatasan finansial tentu memberi pengaruh terhadap upaya
pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat.

Kontribusi terbesar pada morbiditas dan mortalitas maternal dan


perinatal di negara berkembang adalah akses yang buruk ke pelayanan
obstetrik ketika timbul komplikasi. Tujuan utama dibentuknya suatu sistem
rujukan khususnya dibidang reproduksi adalah agar mampu menyelamatkan
ibu dan anak baru lahir, melalui program rujukan terencana dalam suatu
wilayah kabupaten, kotamadya, atau provinsi.

A. Sistem Rujukan Paripurna Terpadu

Paripurna disini adalah segala bentuk pelayanan kesehatan reproduksi yang


diberikan secara lengkap, mulai dari keluarga berencana, kehamilan, persalinan, dan
nifas baik dalam bentuk PONED maupun PONEK. Segala kegiatan dilakukan secara
proaktif melalui KIE sehingga masyarakat mengetahui adanya komplikasi secara
dini, tempat, dan penolong untuk persalinan yang aman. Ini berarti sikap proaktif
hanya bisa berjalan dengan efektif dan efisien bila didukung dengan strategi
pendekatan risiko dan sistem rujukan terencana. [8]

Terpadu disini berarti ada kesamaan persepsi tentang visi dan misi
ditambah dengan jalinan kerja sama yang bersifat koordinatif, antara: [8]

1. Petugas dan instansi kesehatan, mulai dari masyarakat pedesaan,


puskesmas, dan Rumah sakit sayang ibu dan bayi. Sifat koordinatif ini
harus terwujud dalam bentuk kerja yang efisien dan efektif, termasuk
pemanfaatan fasilitas dan biaya kesehatan yang terkendali, serta
pencegahan rujukan estafet dan terlambat.
2. Unit kesehatan dan non kesehatan yang terkait, antara lain dalam bentuk
dukungan politis dari Pemda, serta dukungan sosial dari masyarakat, yang
10

didukung oleh gerakan sayang ibu.

B. Rujukan Terencana

Perencanaan yang baik harus mengandung komponen-komponen sebagai


berikut:

1. Komponen waktu : rencana itu harus sudah dibuat sejak ibu mulai
mengandung, melalui kegiatan KIE yang konsisten
2. Komponen risiko : setiap ibu hamil harus dikenal tingkat risikonya
sehingga dapat direncanakan kapan, kemana dan bagaimana cara
merujuknya
3. Komponen jalur : jalur rujukan, mulai dari rumah sampai ke tempat
rujukan harus diamankan, terutama dari segi biaya, transportasi, dan
kesiapan petugas di tempat rujukan.

Berdasarkan adanya pengelompokan risiko di atas, rujukan terencana


dibagi menjadi dua, yaitu: [7, 8]

1. Rujukan Dini berencana (RDB) atau Rujukan Dalam Rahim (RDR)

RDB ini dilakukan pada ibu hamil KRT dengan APGO dan AGO
yang masih sehat dalam upaya pengendalian dan pencegahan proaktif
terhadap kemungkinan komplikasi persalinan. Pada dasarnya yang
dimaksud dengan RDB adalah rujukan kehamilan bukan rujukan
persalinan. [7, 8]

2. Rujukan Tepat Waktu (RTW)


RTW adalah suatu rujukan yang harus dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa ibu dan bayi. RTW hanya akan berhasil bila
didukung dengan empat syarat yang bisa mencegah terjadinya rujuka
terlambat, yaitu: [7, 8]

a. Pengenalan dini adanya tanda bahaya / masalah/ faktor risiko,


melalui skrining antenatal proaktif yang akrab antara provider dan
klien yang diikuti dengan KIE.
b. Pengambilan keputusan oleh keluarga tentang persiapan dan
perencanaan persalinan, tempat dan penolong yang sesuai dengan
kondisi ibu hamil, didukung kesiapan mental, biaya, transportasi,
dan kesiapan persalinan aman.
c. Pengiriman dan transportasi segera dilakukan, agar dapat sampai
11

di RS rujukan dengan keadaan ibu dan bayi masih baik.


d. Penanganan di RS rujukan diberikan dengan segera oleh tenaga
profesional secara efektif dan efisien, baik dilihat dari segi waktu
maupun biaya.

C. Rujukan Terlambat

Telah dikemukakan bahwa salah satu sebab lambatnya proses penurunan


AKI adalah karena masih banyak terjadi kasus Rujukan Terlambat. Yang dimaksud
terlambat di sini adalah: [7, 8]

1. Kondisi ibu dan bayi dalam rahim sudah tidak dalam keadaan optimal,
bahkan mungkin sudah dalam keadaan gawat atau gawat darurat.
2. Jarak waktu dan rumah sakit rujukan primer sangat panjang.
3. Pertolongan yang dibutuhkan tidak segera diberikan di rumah sakit
rujukan
Poedji Rochyati membagi ibu hamil dalam dua kelompok, berdasarkan
gambaran klinisnya, yaitu: [8]

1. Risiko rendah : mereka yang tidak ada masalah


2. Risiko tinggi, dibagi lagi kedalam 3 kelompok yaitu:

a. Kelompok I (Ada Potensi Gawat Obstetri-APGO)


b. Kelompok II (Ada Gawat Obstetri-AGO)
c. Kelompok III (Ada Gawat Darurat Obstetri- AGDO)

Selain cara pengelompokkan di atas, ibu hamil dapat dikelompokkan


pula berdasarkan skoring: [7, 8]

1. Kehamilan risiko rendah (KRR) : skor =2


2. Kehamilan risiko tinggi (KRT) : skor 6-10
3. Kehamilan risiko sangat tinggi (KRST) : skor ≥10
12

Gambar 1. Kartu Skor Poedji Rochjati perencanaan persalinana Aman. [9]


13

II. BATASAN

Batasan dalam pembuatan registrasi ini dengan pengelompokan


berdasarkan definisi:

1. Umur adalah usia penderita pada saat masuk rumah sakit dalam satuan
tahun penuh berdasarkan tanggal lahir pada kartu identitas penduduk.
2. Tingkat Pendidikan adalah tingkatan pendidikan yang dicapai penderita
berdasarkan kelulusan yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi.
3. Paritas adalah pengakuan penderita terhadap banyaknya persalinan yang
pernah dialami menurut usia kehamilan cukup bulan atau berat badan lahir
yang viabel dan bayi preterm.
4. Asal Rujukan adalah asal rujukan dimana penderita dikirim ke rumah sakit
tujuan akhir. Asal rujukan yang dimaksud adalah RS kabupaten/kota,
puskesmas, Bidan Praktek Swasta (BPS)/Klinik bersalin swasta dan praktek
mandiri dokter spesialis OBGIN.
5. Cara Pembayaran adalah pembayaran yang diberikan kepada rumah sakit
baik secara pribadi (swasta/umum) maupun ditanggung oleh instansi
pemerintah pusat (BPJS yang meliputi BPJS ASKES, BPJS mandiri, dan
KIS).
6. Klasifikasi Diagnosis adalah klasifikasi diagnosis berdasarkan jenis
penyakit yang diderita penderita baik secara diagnosa klinis maupun
pengelompokan kasus diagnosis seperti:

a. Perdarahan hamil muda dan komplikasinya: diagnosis kehamilan


yang dibuat berdasarkan pengelompokan dari kasus adanya kelainan
perdarahan pada usia kehamilan < 20 minggu (abortus, missed
abortion, blighted ovum, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik
terganggu) baik disertai komplikasi (jantung, hipertiroid, asma,
epilepsi, dll) maupun tanpa komplikasi.
b. Perdarahan post partum: diagnosis yang dibuat berdasarkan
pengelompokan kasus perdarahan pasca persalinan yang diakibatkan
oleh tone, trauma, tissue, dan thrombin sebagai komplikasi pasca
salin baik secara pervaginam atau seksio sesarea.

c. Kehamilan patologis dan komplikasinya: diagnosis kehamilan yang


dibuat berdasarkan pengelompokan dari kasus kelainan obstetri pada
saat penderita belum masuk maupun sudah masuk dalam fase
persalinan (perdarahan antepartum, kelainan letak, gemelli, gawat
janin, ketuban pecah dini, post SC, kala II lama dan kehamilan
disertai tumor) baik disertai penyakit jantung, hipertiroid, asma,
14

epilepsi, PEB/Eklampsia, anak besar, oligohidramnion, HIV/AIDS, dan


lain-lain maupun tanpa komplikasi.

7. Alasan dirujuk adalah keterbatasan sarana dan prasarana dan kesiapan


tenaga medis di tempat dari asal rujukan sehingga dirujuk ke rumah sakit
yang dituju untuk mendapatkan pelayanan yang tepat. Dalam registrasi
kami ini kami kategorikan kedalam alasan dirujuk oleh karena kebutuhan
perawatan ICU/NICU, rencana perawatan (persalinan normal, kuretase,
konservatif, dan dokter spesialis tidak berada di tempat), dan persiapan
operasi.
8. Jenis tindakan : tindakan dilakukan pada penderita berdasarkan diagnosis
kerja dan kebutuhan medis si penderita seperti : PPN (pimpinan persalinan
normal), persalinan bokong (klasik, mauriceau), ekstraksi vakum, Brandt
Andrew / Manual Plasenta, Seksio Sesarea Transperitoneal Profunda
(SSTP), kuretase, laparotomi, histerektomi, salpingoooforektomi,
perawatan ICU dan terapi medikamentosa lainnya.
9. Tingkat kedaruratan: proses seleksi (triase) pasien dalam menentukan
prioritas penanganan dikarenakan terbatasnya tenaga dan sarana/prasarana
kesehatan di rumah sakit. Dibagi menjadi ada potensi gawat obstetri
(APGO), ada gawat obstetri (AGO), ada gawat darurat obstetri (AGDO),
rujukan Ginekologi, dan yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok
tersebut.
10. Angka kematian ibu adalah banyaknya kematian perempuan saat hamil atau
selama 42 hari setelah terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan yang disebabkan karena kehamilan atau pengelolaannya
dan bukan karena penyebab yang lain per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan angka kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi berusia
dibawah satu tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu
termasuk kematian perinatal yang mencakup stillbirth/lahir mati , angka
kematian ibu dan bayi dalam registrasi kami adalah jumlah kasus kematian
ibu dan bayi dari ibu yang dirujuk ke seluruh rumah sakit jejaring kami.
15

III. TUJUAN

Tujuan pembuatan registrasi ini adalah untuk mengetahui


gambaran kasus rujukan dan sistem rujukan beberapa rumah sakit di
kota Makassar selama periode 1 – 28 Februari 2022.

IV. MANFAAT PENULISAN

1. Sebagai kajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kasus


rujukan dan menjadi bahan evaluasi terhadap penanganan yang telah
dilakukan.
2. Sebagai sumber informasi dan evaluasi Strategi Pendekatan Risiko
(SPR) dan SR (Sistem Rujukan)
3. Sebagai sumber data untuk penelitian dari Divisi Obstetri dan
Ginekologi Sosial Departemen Obstetri dan Ginekologi di beberapa
rumah sakit di Makassar.

V. BAHAN DAN CARA

Penulisan registrasi ini merupakan kajian deskriptif


retrospektif dengan sumber data yang diambil dari catatan medik
penderita periode 1 – 28 Februari 2022 di RS. Dr. Wahidin
Sudirohusodo (RSWS) Makassar dan beberapa RS jejaring pendidikan
yang menjadi tempat rujukan.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terdapat sejumlah rujukan kasus obstetri dan ginekologi ke


perawatan Obstetri dan Ginekologi selama periode 1-28 Februari 2022
di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (RSWS), RS Pelamonia, RSUD
Labuang Baji (RSLB), RSI Faisal, RS Ibnu Sina YW-UMI, RSIA Sitti
Khadijah 1, RSKDIA Pertiwi, RSKDIA Siti Fatimah, RSPTN Unhas,
RSUD Syekh Yusuf Gowa dan RSUD Dr. La Palaloi Maros. Sebaran
kasus obstetri dan ginekologi serta Post SC dapat dilihat pada tabel-
tabel di bawah ini.
16

Tabel 1. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Usia di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah I Syekh Yusuf Maros Total
Usia
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
< 20 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 2 4,7% 0 0,0% 2 10,5% 7 6,9%
20-35 12 66,7% 2 50,0% 4 100,0% 5 71,4% 3 75,0% 24 55,8% 3 100,0% 7 36,9% 50 49,0%
>35 6 33,3% 2 50,0% 0 0,0% 2 28,6% 1 25,0% 17 39,5% 0 0,0% 10 52,6% 45 44,1%
Total 18 100,0% 4 100,0% 4 100,0% 7 100,0% 4 100,0% 43 100,0% 3 100,0% 19 100,0% 102 100,0%

Berdasarkan Tabel 1, kasus rujukan paling banyak pada usia reproduktif (20-35 tahun) yaitu sebanyak 50 (49,0%) kasus, sedangkan
pada usia risiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) didapatkan kasus rujukan masing – masing sebanyak 7 (6,9%) kasus dan 45 (44,1%) kasus.

Tabel 2. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Tingkat Pendidikan Ibu di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Tingkat
Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Unhas Khadijah I Syekh Yusuf Maros Total
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 5,6% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 1 33,3% 0 % 2 1,9%
SD 0 0,0% 0 0,0% 1 25% 0 0,0% 0 0,0% 2 4,7% 0 0,0% 3 50,0% 6 5,9%
SMP 1 5,6% 0 0,0% 0 0,0% 1 14,3% 0 0,0% 2 4,7% 2 66,7% 7 70,0% 13 12,8%
SMA 8 44,4% 2 50% 2 50% 4 57,1% 2 50% 20 46,5% 0 0,0% 5 20,0% 43 42,2%
Diploma 1 5,6% 0 0,0% 1 25% 1 14,3% 0 0,0% 5 11,6% 0 0,0% 2 16,7% 10 9,8%
S1 4 22,2% 2 50% 0 0,0% 1 14,3% 2 50% 13 30,2% 0 0,0% 2 11,1% 24 23,5%
S2 3 16,6% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 1 2,3% 0 0,0% 0 0,0% 4 3,9%
TOTAL 18 100% 4 100% 4 100% 7 100% 4 100% 43 100% 3 100% 19 25,0% 102 100,0%

Berdasarkan Tabel 2, tingkat pendidikan kasus rujukan terbanyak pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 43 (42,2%) kasus,
selanjutnya PT (Perguruan Tinggi) sebanyak 26 (26,1%) kasus dan paling sedikit pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 2 (1,2%) kasus.
17

Tabel 3. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Paritas di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Parietas
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
0 7 38.9 2 50 2 50 1 14.3 1 25 13 30.2 1 33.3 5 26.3 32 31.4
1 3 16.6 0 0 2 50 3 42.8 2 50 8 18.6 2 66.7 7 36.8 27 26.5
2 6 33.3 2 50 0 0 1 14.3 1 25 11 25.6 0 0 2 10.5 23 22.5
3 1 5.6 0 0 0 0 0 0 0 0 7 16.3 0 0 1 5.3 9 8.8
4 1 5.6 0 0 0 0 2 28.6 0 0 3 6.9 0 0 1 5.3 7 6.8
>5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2.4 0 0 3 15.8 4 4
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 1 100 102 100
9

Berdasarkan paritas, kasus rujukan paling banyak dengan nulliparitas yaitu sebanyak 32 (31,4%) kasus, kemudian paritas 1 sebanyak
27 (26,5%) kasus.

Tabel 4. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Asal Rujukan di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Asal Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Rujukan n % n % n % n % n % n % n % n % n %
18

RS Kab/Kota 2 11.1 0 0 1 25 2 28.6 1 25 2 4.7 0 0 3 15.8 11 10.8


1
Puskesmas 1 5.6 1 25 1 25 0 0 2 50 4 9.3 3 100 63.2 24 23.6
2
RSB Swasta 5 27.7 0 0 0 0 0 0 1 25 2 4.6 0 0 2 10.5 10 9.8
Praktek
10 55.6 3 75 2 50 5 71.4 0 0 35 81.4 0 0 2 10.5 57 55.8
Mandiri
1
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 100 102 100
9

Berdasarkan asal rujukan, kasus rujukan paling banyak berasal dari praktek mandiri, yaitu sebanyak 57 (55,8%) kasus dan paling
sedikit dirujuk dari RSB Swasta yaitu sebanyak 10 (9,8%) kasus.

Tabel 5. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Status Asuransi Pasien di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Cara Bayar
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
1
BPJS 15 83.3 4 100 4 100 7 100 3 75 43 100 3 100 100 98 96.1
9
Asuransi 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Umum 3 16.7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2.9
1
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 75 43 100 3 100 100 102 100
9

Berdasarkan status asuransi pasien, hampir seluruh kasus rujukan menggunakan BPJS yaitu sebanyak 98 (96,1%) kasus dan hanya 3
(4%) kasus dengan pembayaran umum.
19

Tabel 6. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Klasifikasi Diagnosis di berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Diagnosis
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
Abortus
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Imminens
Abortus
0 0 1 25 0 0 0 0 0 0 1 1
Inkomplit
PresentasiBoko
0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.3 1 1
ng + Post SC
Infeksi TORCH 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.3 1 1
KET 1 5.5 0 0 1 14.3 0 0 0 0 2 2
HEG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Partus Aterm
0 0 2 50 1 25 1 14,3 0 8 18.6 2 66.7 2 10.5 16 15.7
PBK
Partus Posterm 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
KPD 0 0 0 0 0 0 1 2.3 1 33.3 2 10.5 4 3.9
Gravid +
0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.3 1 1
Andhidramnion
Oblique + Post
0 0 0 0 0 0 0
SC
Gravid +
0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.3 1 1
Demam Typhoid
20

CPD 0 0 0 0 0 0 3 7 0 0 3 2.9
CPD + KPD 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1

Gemelli + PEB 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1


Gemeli + HT
1 5.5 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Kronik
Presentasi
0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Oblique
Gravid + Post
1 5.5 0 0 2 28.6 0 0 0 0 3 2.9
SC
Gravid Post SC
1 5.5 0 1 25 0 0 0 0 0 2 1.9
+ Covid-19
Gravid + KPD +
1 5.5 0 0 0 0 0 0 1 5.3 2 1.9
Covid-19
Gravid + Covid-
4 22.2 0 0 0 3 75 0 0 0 7 6.9
19

Gravid +
Polihidramnion + 1 5.5 0 0 0 0 0 0 1 5.3 2 1.9
PEB
Gravid +
Kelainan
1 5.5 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Kongenital Janin
+ KPD
Gravid +
Kelainan
Kongenital Janin 1 5.5 0 0 0 0 0 0 0 1 1
+ KPD + Covid-
19
Gravid +
1 5.5 0 0 0 0 0 0 0 1 1
Hidrosefalus
Gravid + Kista 0 0 0 0 1 14.3 0 0 0 0 1 1
Ovarium
21

Gravid +
0 0 0 0 0 1 25 0 0 0 1 1
Hipertiroid
Gravid + Fetal
0 0 0 1 25 0 0 1 2.3 0 1 5.3 3 2.9
Takikardi
Letak Lintang 0 0 0 0 1 14.3 0 0 0 0 1 1
Presemtase
0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Bokong
Gravid + Fetal
Takikardi + Post 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.3 1 1
SC
Plasenta Akreta
2 11.1 0 0 0 0 0 0 0 2 1.9
+ Post SC 1 Kali
Plasenta Previa
Totalis + Post 1 5.5 0 0 0 0 0 0 0 1 1
SC 1x + PEB
Plasenta Previa
Totalis + Post 1 5.5 0 0 0 0 0 0 0 1 1
SC 3x
Hipertensi
0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Gestasional
PEB 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Gravid Aterm +
CPD + Lilitan 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Tali Pusat
PEB +
Oligohidramnion 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
+ Post SC
Sungsang +
0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
KJDR
Post SC + HT
0 0 0 0 0 0 0 0 3 15.8 3 2.9
Kronik
Gravid + Post
1 5.5 0 0 0 0 0 0 0 1 1
SC 1 Kali + PEB
Gravid + Post 0 0 0 0 0 0 14 32.6 0 0 14 13.7
22

SC
Post SC +
0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Gawat Janin
Gravid +
0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.3 1 1
Plasenta Previa
Rektokel 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Oligohidramnion
0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.3 1 1
+ Post SC
Tumor Uterus +
Nefrolith 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.7 1 1
Bilateral
Tumor Uteri 0 0 1 25 0 0 0 2 4.7 0 0 3 2.9
PE + KJDR 0 0 0 0 0 0 0 0 1 5.7 1 1
NOK susp
0 0 0 1 25 0 0 1 2.3 0 0 2 1.9
Ganas
PTG 0 0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Neoplasma
0 0 0 0 1 14.3 0 0 0 0 1 1
Susp Ganas
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 19 100 102 100

Berdasarkan tabel 6, terdapat 93 (92,2%) kasus rujukan obstetri dan 9 (8,8%) kasus rujukan ginekologi. Diagnosis kasus rujukan obstetri
terbanyak ialah partus aterm PBK (tanpa komplikasi) yaitu sebanyak 16 (15,7%) kasus. Diagnosis terbanyak kedua yaitu kasus partus + Post SC
sebanyak 14 (13,7%) kasus. Diagnosis kasus rujukan ginekologi terbanyak adalah mioma uteri yaitu sebanyak 2 (3%) kasus.
Tabel 7. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Alasan Dirujuk di Berbagai Rumah Sakit di Pendidikan Periode Februari 2022

Alasan Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Dirujuk n % n % n % n % n % n % n % n % n %
23

Perawatan
2 11.1 0 0 1 25 0 0 0 0 2 4.7 0 0 2 10.5 7 6.9
ICU / NICU
Rencana
5 27.8 2 50 1 25 5 71.4 3 75 24 55.8 3 100 7 36.8 50 49.0
Operasi
Perawatan
11 61.1 2 50 2 50 2 28.6 1 25 17 39.5 0 0 10 52.7 45 44.1
Lanjut
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 19 100 102 100

Berdasarkan alasan dirujuk, alasan rujukan tertinggi adalah rencana perawatan operasi yaitu 50 (49,0%) kasus dan rencana perawatan
lanjut sebanyak 45 (44,1%) kasus.
24

Tabel 8. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Jenis Tindakan di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Jenis
Tindakan
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
Persalinan
4 22.2 0 1 25 0 3 75 11 25.6 2 66.7 3 15.7 24 23.5
Normal
PPN + Insersi
0 1 25 0 0 0 1 2.3 0 0 2 2
AKDR
Persalinan
0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Patologis
Persalinan
Patologis + 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Insersi AKDR
Persalinan
Patologis + 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
HT Bilateral
Induksi
0 0 0 0 0 4 9.3 0 1 5.3 5 4.9
Persalinan
Induksi
Persalinan + 0 1 25 0 0 0 0 0 0 1 1
SSTP
Augmentasi
0 0 0 0 0 1 2.3 0 0 1 1
Persalinan
Konservatif 3 16.7 0 0 0 0 2 4.7 1 33.3 2 10.5 8 7.8
Kuretase 0 1 25 0 1 14.3 0 1 2.3 0 0 3 2.9
Kuretase +
0 0 0 0 0 0
Insersi AKDR
SSTP 8 44.4 0 2 50 3 42.8 1 25 12 27.9 0 9 47.3 35 34.3
SSTP +
1 5.6 0 0 0 0 0 0 2 10.5 3 2.9
Insersi AKDR
SSTP +
1 5.6 0 0 1 14.3 0 4 9.3 0 1 5.3 7 6.8
Tubektomi
25

Bilateral
SSTP +
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Miomektomi
SSTP +
Miomektomi +
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Histerektomi
Total
SSTP +
Miomektomi +
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tubektomi
Bilateral
SC Klasik +
Reseksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Uterus
SK Klasik +
Reseksi
Uterus + 0 0 1 25 0 0 0 0 0 1 1
Tubektomi
Bilateral
VBAC 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
VBAC +
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Insersi AKDR
LEEP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ekstirpasi
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Polip
Miomektomi 0 0 0 0 0 3 7 0 0 3 2.9
Kistektomi 0 0 0 0 2 4.7 0 0 2 2
SO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
HT 1 25 0 0 0 0 0 0 1 1
HT-SOB 1 5.6 0 0 2 28.6 0 1 2.3 0 1 5.3 5 4.9
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 19 100 102 100
26

Pada tabel 8, jenis tindakan yang dilakukan pada 68 kasus rujukan yang terbanyak adalah Tindakan SSTP yaitu 35 (34,3%) kasus, persalinan pervaginam
sebanyak 24 (23,5 %) kasus, dan tindakan SSTP + Tubektomi Bilateral sebanyak 7 (6,8%) kasus.

Tabel 9. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Tingkat Kegawat-Daruratan di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Jenis Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Rujukan n % n % n % n % n % n % n % n % n %
APGO 7 39 3 75 2 50 3 42.8 2 50 19 44.1 2 66.7 6 31.6 44 43.1
AGO 5 27.7 0 0 0 0 2 28.6 2 50 11 25.6 1 33.3 8 42.1 29 28.4
AGDO 5 27.7 0 0 1 25 0 0 0 0 8 18.6 0 0 3 15.8 17 16.7
Yang tidak
termasuk
1 5.6 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4.7 0 0 2 10.5 5 5
ketiga
diatas
Ginekologi 0 0 1 25 1 25 2 28.6 0 0 3 7 0 0 0 0 7 6.8
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 19 100 102 100

Berdasarkan tingkat kegawat-daruratannya, kasus rujukan paling banyak termasuk dalam kelompok APGO, yaitu sebanyak 44 (43,1%) kasus,
diikuti dengan kasus AGO sebanyak 29 (28,4%) kasus, dan AGDO sebanyak 17 (16,7%) kasus. Sisanya merupakan kasus obstetri yang tidak masuk
dalam kelompok kegawat-daruratan yaitu sebayak 5 (5%) kasus, dan rujukan ginekologi sebanyak 7 (6,8%) kasus.
27

Tabel 10. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri APGO/AGO/AGDO di Berbagai Rumah


Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

APGO/ AGO/ AGDO Frekuensi Persentasi


(f) (%)
APGO JUMLAH %
PRIMI TUA 4 14,3%
PREEKLAMPSIA 2 7,1%
MULTIPARITAS 2 7,1%
RIWAYAT ABORTUS 2 7,1%
PRIMI MUDA 2 7,1%
RIWAYAT SECTIO 5 17,9%
CAESAREA
PENYAKIT IBU 8 28,6%
KPD 1 3,6%
RIWAYAT KEHAMILAN 1 3,6%
DEKAT
HIV 1 3,6%
TOTAL 28 100,0%
AGO JUMLAH  % 
GAWAT JANIN 4 25,0%
PENYAKIT IBU 6 37,5%
RIWAYAT SECTIO 1 6,3%
CAESAREA
LETAK SUNGSANG 1 6,3%
KET 1 6,3%
LETAK OBLIQUE 1 6,3%
POLIHIDRAMNION 1 6,3%
GEMELI 1 6,3%
TOTAL 17 100,0%
AGDO JUMLAH % 
PRIMI TUA 1 8%
PRE EKLAMPSIA 3 25%
PLASENTA PREVIA 1 8%
GAWAT JANIN 3 25%
RIWAYAT SECTIO 1 8%
CAESAREA
GAWAT JANIN 1 8%
KET 1 8%
PLASENTA AKRETA 1 8%
TOTAL 12  100
28

Tabel 11. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Menurut Jenis Rujukan di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Tingkat Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Kegawatdaruratan n % n % n % n % n % n % n % n % n %
RDB 5 27.8 1 25 1 25 4 57.1 1 25 27 62.8 1 33.3 7 36.8 47 46.1
1 1
RTW 61.1 2 50 2 50 3 42.9 1 25 16 37.2 2 66.6 63.2 49 48.1
1 2
RT 2 11.1 1 25 1 25 0 0 2 50 0 0 0 0 0 0 6 5.8
1 1
Total 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 100 102 100
8 9

Berdasarkan jenis rujukan, kasus rujukan tertinggi merupakan rujukan tepat waktu, yaitu sebanyak 49 (48,1%) kasus dan diikuti dengan
rujukan dini berencana sebanyak 47 (46,1%) kasus. Kasus dengan rujukan terlambat didapatkan sebanyak 6 (5,8%) kasus.

Tabel 12. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri dan Ginekologi Berdasarkan Hari di Berbagai Rumah Sakit di Makassar Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Hari
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
Senin 5 27.7 0 0 2 50 3 42.8 0 0 12 27.9 0 0 4 21.0 26 25.5
Selasa 3 16.7 0 0 0 0 2 28.6 1 25 9 20.9 1 33.3 5 26.3 21 20.6
Rabu 2 11.1 0 0 0 0 1 14.3 0 0 7 16.3 1 33.3 4 21.1 15 14.7
Kamis 3 16.7 1 25 0 0 1 14.3 1 25 7 16.3 0 0 3 15.8 16 15.7
Jumat 3 16.7 2 50 1 25 0 0 0 0 4 9.3 0 0 3 15.8 13 12.7
Sabtu 2 11.1 1 25 0 0 0 0 1 25 3 6.9 0 0 0 0 7 6.9
Minggu 0 0 0 0 1 25 0 0 1 25 1 2.3 1 33.3 0 0 4 3.9
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 19 100 102 100
Rujukan terbanyak adalah pada hari Senin, yaitu sebanyak 26 (25,5%) kasus dan yang paling sedikit pada hari Sabtu, yaitu sebanyak 4
(3,9%) kasus.
29

Tabel 13. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri Menurut Penggunaan Kontrasepsi Pasca Salin di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022
Jenis Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Kontrasepsi n % n % n % n % n % n % n % n % n %
Implan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
AKDR 1 5.6 0 0 0 0 2 28.6 0 0 5 11.6 0 0 3 15.8 11 10.8
Kontrasepsi
1 5.6 0 0 0 0 0 0 0 0 6 14 0 0 0 0 7 6.9
Mantap
Tidak KB 7 38.9 2 50 2 50 4 57.1 1 25 16 37.2 1 33.3 7 36.8 40 39.2
Menolak KB 9 50 2 50 2 50 1 14.3 3 75 16 37.2 2 66.7 9 47.4 44 43.1
Total 18 100 4 100 4 100 7 100 4 100 43 100 3 100 19 100 102 100

Berdasarkan tabel, dari total 204 kasus rujukan obstetri, kasus yang telah menggunakan kontrasespsi yaitu sebanyak 18 (17,7%) kasus, dan
kontrasepsi yang dipilih terbanyak adalah AKDR yaitu sebanyak 11 (10,8%) kasus, kontrasepsi lainnya yaitu Kontrasepsi Mantap sebanyak 7
(6,9%). Kasus yang tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 40 (39,2%) kasus dan yang menolak untuk mengunakan kontrasepsi yaitu sebanyak
44 (41,1%) kasus.

Tabel 14. Sebaran Kasus Rujukan Post SC < 18 Bulan Menurut Usia di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022
30

USIA Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah 1 Syekh Yusuf Maros Total
(thn) n % n % n % n % n % n % n % n % n %
< 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
20 – 24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
25 – 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
30 – 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
35 – 39 1 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%
≥ 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTAL 1 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%

Total kasus rujukan dengan post seksio sesarea < 18 bulan selama bulan Februari 2022 adalah 1 kasus. Berdasarkan usia didapatkan kasus
post seksio sesarea < 18 bulan pada pasien berusia 35-39 sebanyak 1 (100%) kasus.
31

Tabel 15. Sebaran Kasus Rujukan Post SC < 18 Bulan Menurut Tingkat Pendidikan Ibu di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah 1 Syekh Yusuf Maros Total
PENDIDIKAN
n % n % n % n % n % n % n % n %
Tidak Sekolah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
SD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
SMP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
SMA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
PT 1 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%
TOTAL 1 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%

Pada tabel 15, berdasarkan tingkat pendidikan, pasien kasus post seksio sesarea < 18 bulan ditemukan dengan tingkat pendidikan Perguruan
Tinggi sebanyak 1 (100%) kasus
32
33

Tabel 16. Sebaran Kasus Rujukan Post SC < 18 Bulan Menurut Paritas di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah 1 Syekh Yusuf Maros Total
PARITAS
n % n % n % n % n % n % n % n %    
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%
3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%
total 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%

Berdasarkan paritas, kasus post seksio sesarea < 18 bulan dengan paritas 2 sebanyak 1 (100%) kasus.
34

Tabel 17. Sebaran Kasus Rujukan Post SC <18 Bulan Menurut Klasifikasi Indikasi SC Sebelumnya di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode
Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah Syekh Yusuf La Palaloi TOTAL
Indikasi SC
<18 Bulan
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
Gagal Induksi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Oligohidramnio
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 1 50
n
Plasenta Previa
1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 50
Totalis
Total 1 100 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 2 100

Pada kasus post seksio sesarea < 18 bulan, indikasi SC sebelumnya yaitu oligohidramnion 1 (50%) kasus dan Plasenta Previa Totalis juga
1 (50%) kasus.
35

Tabel 18. Sebaran Kasus Rujukan Post SC < 18 Bulan Menurut Penggunaan Kontrasepsi Pasca Salin di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan
Periode Februari 2022
JENIS Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah 1 Syekh Yusuf Maros Total
KONTRASEPSI n % n % n % n % n % N % n % n %
KONTAP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
AKDR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
TIDAK
MENGGUNAKAN 1 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%
KONTRASEPSI
TOTAL 1 100% 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 100%

Pada tabel 18, pasien dengan post seksio sesarea <18 bulan tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 1 (100%) kasus
36

Tabel 19. Sebaran Angka Seksio Sesarea dan Partus Pervaginam di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

SECTIO CAESAREA PERSALINAN PERVAGINAM


RUMAH SAKIT TOTAL %
JML % JML %
WAHIDIN
9 16,9% 4 16% 13 16,7%
SUDIROHUSODO
PERTIWI 1 1,9% 1 4% 2 2,6%
ST. FATIMAH 1 1,9% 2 8% 3 3,8%
IBNU SINA 4 7,5% 0 0 4 5,1%
UNHAS 0 0 4 16% 4 5,1%
KHADIJAH I 26 49,1% 10 40% 36 46,2%
SYEKH YUSUF 0 0 2 8% 2 2,6%
MAROS 12 22,7% 2 8% 14 17,9%
TOTAL 53 100% 25 100% 78 100,0%

Pada tabel 19, total persalinan pada bulan Februari 2022 adalah sebanyak 78 kasus, dengan persalinan pervaginam, sebanyak 25 (32,1%)
kasus, dan seksio sesaria sebanyak 53 (67,9%) kasus.
35

Tabel 20. Persentase Kasus Rujukan Post SC di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

RSUP / RS Tk. II / RSKDIA / RS / RSUD / RSI / RSPTN / RSIA


Fatima Labuang UNHA Sitti Khadijah dr. La
Kasus Rujukan Wahidin Pelamonia Pertiwi IBSI Faisal Syekh Yusuf Total
h Baji S 1 Palaloi
Post SC n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n %

Post SC 1 Kali 5 83, - - - - 1 50 1 5 - - - - - - 5 71, - - 6 33 18 85,7


3 0 4 ,3
Post SC 2 Kali - - - - - - - - - - - - - - - - 2 28, - - - - 2 9,5
6
Post SC 3 Kali 1 16, 1 4,8
7
Total 6 100 - - - - 1 100 1 100 - - - - - - 7 100 - - 6 100 21 100

Pada tabel 20, dari total 21 kasus post SC 1 kali 18 (85,7%), 2 (9,5%) kasus merupakan post SC 2 kali serta 1 (4,8%) kasus merupakan post SC
3 kali.
36

Tabel 21. Sebaran Rujukan Kasus Ginekologi di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah 1 Syekh Yusuf Maros Total
KASUS
n % n % n % n % n % n % n % n %
MIOMA UTERI 0 0 1 100 0 0 0 0 0 0 2 33,2 0 0 1 100 4 36,3
KISTA
0 0 0 0 1 100 0 0 0 0 1 16,7 0 0 0 0 2 18,2
OVARIUM
NOK 0 0 0 0 0 0 2 100 0 0 1 16,7 0 0 0 0 3 27,3
RETROKEL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16,7 0 0 0 0 1 9,1
PTG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 16,7 0 0 0 0 1 9,1
100 100
TOTAL 0 0 1 100 0 100 2 100 0 0 6 0 0 1 100 11
% %

Jumlah kasus rujukan ginekologi pada bulan Februari 2022 adalah 11 kasus. Berdasarkan diagnosis, kasus rujukan ginekologi terbanyak
adalah dengan mioma uteri yaitu sebanyak 4 (36,3%) kasus.

Tabel 22. Sebaran Kasus Rujukan Obstetri Menurut Jumlah Kematian Ibu di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah 1 Syekh Yusuf Maros Total
n % n % n % N % n % n % n % n % n %
JUMLAH
0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
KEMATIAN IBU
TOTAL 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Selama bulan Februari 2022 terdapat angka kematian ibu 0 kasus rujukan obstetri.
37

Tabel 23. Sebaran Kasus Penyebab Kematian Bayi di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Wahidin Pertiwi Fatimah Ibnu Sina Unhas Khadijah 1 Syekh Yusuf Maros Total
n % n % n % N % n % n % n % n % n %
JUMLAH
KEMATIAN 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 1 0% 0 0%
BAYI
TOTAL 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%

Selama bulan Februari 2022 terdapat kasus kematian bayi dengan keseluruhan kasus merupakan KJDR yakni 1 (100%) kasus.

Tabel 24. Sebaran Kasus Rujukan Covid 19 Di Berbagai Rumah Sakit Pendidikan Periode Februari 2022

Syekh
Kasus Wahidin Pertiwi Fatimah IBSI Unhas Khadijah La Palaloi TOTAL
Yusuf
Covid19
n % n % n % n % n % n % n % n % n %
Antigen (+)
1 16.7 0 0 1 100 4 57.1 1 100 4 57.1 0 0 0 0 11 50
Covid-19

PCR (+)
5 83.3 0 0 0 0 3 42.9 0 0 3 42.9 0 0 0 0 11 50
Covid-19

Total 6 100 0 0 1 100 7 100 1 100 7 100 0 0 0 0 22 100


38

Selama bulan Februari 2022 terdapat kasus Ibu Hamil disertai Suspek Penyakit Pneumonia Covid-19 dengan Antigen Positif SARS
Covid 19 11 (50%) kasus dan Pneumonia SARS Covid 19 dengan Swab PCR Positif SARS Covid 19 11 (50%) kasus.

Kasus Near Miss

Selama periode Februari 2022 terdapat 7 kasus near miss.

NO IDENTIFIKASI MASALAH ANALISIS SITUASI USAHA YANG TELAH RENCANA TINDAK


DILAKUKAN LANJUT
Ny. E/34 tahun/ G1P0A0 Gravid 38 minggu 1 hari + PEB + Oligohidramnion
1. DR. LA PALALOI HOSPITAL  Kasus near miss Edukasi pasien, suami,  Dukungan suami dan
2 Februari 2022  Situasi gawat darurat dan keluarga tentang : keluarga terkait
obstetri (AGDO)  Diagnosis (eklamsia) : pemulihan pasien
Ny. N  Rujukkan tepat waktu faktor risiko, risiko dan  menindaklanjuti kondisi
Tanggal lahir : 8-5-1997/34 (RTW) keuntungan intervensi dan tekanan darah
Tahun  Kehamilan risiko tinggi medis, dan komplikasi pasien hingga 12
Asuransi : BPJS (Skor Poedji Rochjati : 10, jangka pendek dan minggu setelah
Pendidikan : SMP PEB- Eklamsia) jangka panjang persalinan
G1P0A0 Puerperal eclampsia  Pentingnya dukungan  Sosialisasi screening
Dirujuk dari dokter Sp.OG  Tingkat Pendidikan rendah suami dan keluarga dan pencegahan
 Status sosioekonomi terhadap pasien terkait Preeklampsia
menengah perawatan intensifnya  Menyediakan kerja
39

11.00 pasien datang ke IGD  Frekuansi ANC di  Risiko jangka pendek sama tim yang baik
Keluhan sakit kepala dan Puskesmas 4 kali (Tidak ada dan jangka panjang antara pemerintah,
pandangan kabur riwayat tekanan darah eklamsia rumah sakit dan
GCS : E4V5M6 tinggi)  Risiko preeklamsia penyedia layanan
TD : 160/120 mmHg berulang pada kesehatan untuk
Urinary protein : ++ kehamilan menawarkan layanan
AFI : 2.1 cm selanjutnya. dan persiapan
 Motivasi pasien dan perawatan kesehatan
Diagnosis Pre-Operatif: suami untuk yang lebih baik
G1P0A0 Gravid 38 minggu 1 penggunaan terutama pada
hari + PEB + Oligohidramnion kontrasepsi jangka kehamilan berisiko
panjang non tinggi
Tatalaksana : hormonal : AKDR
-
Pasang kateter urin  Pentingnya ANC dan
-
4 g MgSO4 40% minum obat
dalam 100 cc NaCl profilaksis
0.9% 73 tpm preeklampsia untuk
-
6 g MgSO4 40% kehamilan berikutnya
dalam 500 cc
Ringer Lactat 28
tpm sampai 24 jam
setelah partus
-
Nifedipine 10 mg/8
jam/oral
-
SSTP
-
Rawat ICU

Diagnosis Post-Operatif:
PEB + Oligohidramnion +
Partus aterm
40

Luaran:
Laki-laki, BBL : 3260 gr, PBL :
49 cm, AS : 8/10

15.10 saat di ICU


Kejang 1 kali durasi 1 menit
GCS : E3V4M5
TD : 160/110 mmHg
SpO2 : 94%

A : Eklampsia Puerperalis +
Oligohidramnion + Partus
aterm + post caesarean
section day-0

P : - Manajemen jalan napas


dengan pemasangan OPA
-
2 g MgSO4 40%/IV
-
02 10 lpm via NRM
-
6 g MgSO4 40% in
500 cc Ringer
Lactate 28 tpm
sampai 24 jam
setelah kejang
terakhir
-
Nifedipine 10 mg/8
jam/oral
41

Ny.A/18 tahun/ G1P0A0 38 minggu usia kehamilan 38 minggu 1 hari kala 1 fase aktif + PEB

2. RUMAH SAKIT SITTI ● Kasus near miss Edukasi pasien, suami ● Dukungan keluarga,
KHADIJAH I ● Situasi gawat darurat dan keluarga tentang: pemulihan pasien
2 Februari 2022 obstetri (AGDO) ● Kondisi pasien, ● Tindak lanjut kondisi
● Rujukan tepat waktu rencana tindakan, pasien dan observasi
Ny. A (RTW) risiko dan manfaat tekanan darah sampai 12
18/7/2003 /18 tahun ● Kehamilan risiko tinggi intervensi medis dan minggu setelah
Asuransi : BPJS ( Skor Poedji Rochjati : prognosis melahirkan
Pendidikan : SLTA 10) ● Pentingnya dukungan ● Sosialisasi skrining dan
G1P0A0 PEB-eckampsia psikologis kepada pencegahan preeklamsia
Dirujuk oleh SP.OG ● Tingkat pendidikan menengah pasien mengenai ● Sosialisasi skrining dan
● Status sosial ekonomi rendah perawatan intensifnya. pencegahan kanker
13.00 saat ruang Persalinan ● Sering melakukan ANC di ● Risiko eklampsia serviks
S : sakit perut Puskesmas dua kali dan jangka pendek dan ● Memberikan kerjasama
O : GCS : E4V5M6 satu kali di Dokter jangka panjang yang baik antara
BP : 160/100 mmHg ● Kandungan Kehamilan ● Motivasi pasien dan pemerintah, rumah sakit
Protein urin : +++ remaja suami untuk dan penyedia layanan
melakukan kesehatan untuk
Pemeriksaan Dalam Vagina : kontrasepsi jangka menawarkan pelayanan
Portio Lunak,sedang panjang dan non dan persiapan kesehatan
Dilatasi : 7 cm hormonal : IUD yang lebih baik terutama
Presentasi kepala: Hodge II ● Pentingnya ANC dan pada kehamilan risiko
minum obat tinggi
A : G1P0A0 38 minggu usia profilaksis
kehamilan 38 minggu 1 hari preeklamsia untuk
kala 1 fase aktif + Preeklamsia kehamilan berikutnya
berat ● Risiko hubungan
42

seksual usia dini dan


pentingnya serviks
P: - Pemasangan kateter urin skrining kanker
- 4 g MgSO4 40%
dalam 100 cc NaCl
0,9% 73 tpm
- 6 g MgSO4 40%
pada 500 cc Ringer
Laktat 28 tpm
sampai 24 jam
setelah Persalinan
- Nifedipine 10 mg/8
jam/oral

17.00 di Ruang
Bersalin Kejang (+) 1 kali
selama 2 menit
TD : 170/100 mmHg

Diagnosis Pra Perawatan:


G1P0A0 usia kehamilan 38
minggu 1 hari kala II +
Eklampsia

Intervensi:
- O2 10 lpm NRM
- 2 g MgSO4 40%/IV
- 6 g MgSO4 40%
dalam 500 cc
43

Ringer Laktat 28
dpm sampai 24 jam
setelah Melahirkan
- Episiotomi
- vakum
- Persalinan pervaginam
- Perbaikan laserasi
perineum
- Nifedipine 10 mg/8
jam/oral
- Konsultasikan dengan Ahli
Anestesi untuk rawat inap
HCU

Diagnosis Pasca Operasi:


Eklampsia + Persalinan cukup
bulan + laserasi perineum
derajat 2

Hasil:
Laki-laki, BB : 3000 g, BL: 48
cm, AS : 7/9

Ny. Y/ 26 Tahun/ G1P0A0 usia kehamilan 30 minggu + Preeklamsia berat + calon akseptor IUD

3. RS IBNU SINA 05 ● Kasus near missed Edukasi pasien, suami ● Dukungan keluarga,
44

5 Februari 2022 ● Situasi gawat darurat dan keluarga tentang : kesembuhan pasien
obstetri (AGDO) ● Kondisi pasien, rencana ● Follow up kondisi
Ibu Y ● Rujukan tepat waktu tindakan, risiko dan pasien dan observasi
23-5-1995 / 26 tahun (RTW) manfaat intervensi medis tekanan darah sampai
Non Asuransi ● Kehamilan risiko tinggi dan prognosis 12 minggu pasca
Pendidikan : S1 (Skor Poedji Rochjati : 10) ● dukungan psikologis persalinan
G1P0A0 Preeklamsia berat kepada pasien mengenai ● Sosialisasi skrining
Dirujuk RS Masyita ● Tingkat pendidikan tinggi perawatan intensifnya. dan pencegahan
● Status sosial ekonomi ● Risiko jangka pendek dan preeklampsia
Keluhan Sakit Kepala dan menengah jangka panjang dari ● Memberikan kerjasama
penglihatan kabur ● Sering ANC di Puskesmas preeklamsia berat tim yang baik antara
sekali dan juga di ● Pentingnya dukungan pemerintah, rumah sakit
GCS : E4V5M6 Obtetrician psikologis kepada pasien dan kesehatan pemberi
BP : 190/150 mmHg ● Riwayat nikah sejak 3 bulan mengenai perawatan asuhan dalam rangka
Protein urin : ++ yang lalu intensif bayinya memberikan pelayanan
● Risiko kegagalan setelah dan persiapan pelayanan
pemasangan IUD, dan kesehatan yang lebih baik
pentingnya tindak lanjut terutama pada kehamilan
Pre-Operative Diagnosis: pasca pemasangan resiko tinggi
G1P0A0 usia kehamilan 30 ● Kemungkinan
minggu + Preeklamsia berat + preeklamsia berat
calon akseptor IUD berulang.
● Pentingnya ANC dan
pentingnya minum obat
Intervensi: profilaksis preeklamsia
- O2 10 lpm NRM untuk kehamilan
- Pemasangan selanjutnya
kateter urin
- 4 g MgSO4 40%
dalam 100 cc NaCl
45

0,9% 73 dpm
- 6 g MgSO4 40%
dalam 500 cc
Ringer Laktat 28
dpm sampai 24 jam
setelahnya
Persalinan
- Nifedipine 10 mg/8
jam/oral
- Segmen bawah
seksio sesarea
transversal
- Pemasangan IUD
- Konsultasikan dengan
Dokter Anestesi untuk
rawat inap di ICU

Diagnosis Pasca Operasi:


Preeklamsia berat + Persalinan
prematur + ARDS pada bayi
baru lahir + akseptor IUD

Hasil:
Laki-laki, BB : 1700 g, BL : 41
cm,
AS : 1/5
46

Ny. I/ 41 tahun/ G6P3A2 usia kehamilan 28 minggu + Preeklamsia berat + Sindrom HELLP Parsial + Calon akseptor Kontap

4. RUMAH SAKIT IBNU SINA ● Kasus near missed Edukasi pasien, suami ● Dukungan keluarga,
06 Februari 2022 ● Situasi kegawatdaruratan dan keluarga tentang : pemulihan pasien
kritis (AGDO) ● Kondisi pasien, ● Tindak lanjut kondisi
● Rujukan tepat waktu rencana tindakan n, pasien dan amati
Ibu I (RTW) risiko dan manfaat tekanan darah sampai
9-2-1981 /41 tahun ● Kehamilan risiko sangat intervensi medis dan 12 minggu setelah
Asuransi : BPJS tinggi prognosis melahirkan
Pendidikan : SMP (Skor Poedji Rochjati : 18) ● Pentingnya dukungan ● Sosialisasi skrining
G6P3A2 - Usia ibu >35 tahun psikologis kepada dan pencegahan
Dirujuk RS Sitti Khadijah I - Riwayat abortus pasien terkait preeklamsia
47

- Preeklamsia berat perawatan intensifnya. ● Memberikan kerjasama


Riwayat Pemberian ● Tingkat pendidikan rendah ● Pentingnya yang baik antara
Dexamethasone dosis lengkap ● Rendah status sosial ekonomi dukungan psikologis pemerintah, rumah sakit
sebagai pematangan paru dan ● Sering ANC di Puskesmas kepada pasien dan penyedia layanan
MgSO4 40% dua kali (tidak ada riwayat mengenai kesehatan untuk
peningkatan tekanan darah) perawatan intensif menawarkan layanan dan
GCS : E4V5M6 ● Riwayat hipertensi tidak bayinya persiapan perawatan
BP : 215/117 mmHg terkontrol ● Risiko jangka pendek kesehatan yang lebih baik
Protein urin : ++++ dan jangka panjang terutama pada kehamilan
PLT : 89.000/ul dari superimposed berisiko tinggi
preeklamsia
Diagnosis Pra Operasi:
G6P3A2 usia kehamilan 28
minggu + Preeklamsia berat +
Sindrom HELLP Parsial +
Calon akseptor Kontap

Intervensi:
- O2 10 lpm NRM
- Pemasangan
kateter urin ion
- 6 g MgSO4 40%
dalam 500 cc
Ringer Laktat 28
dpm sampai 24 jam
setelah Persalinan
48

- Nifedipine 10 mg/8
jam/oral
- Dexamethasone 10 mg/12
jam/IV (dua kali)
dilanjutkan dengan
Dexamethasone 5 mg/12
jam/IV (dua kali)
- Segmen bawah
seksio sesarea
transversal
- Modifikasi tubektomi
bilateral
- Rawat inap ICU
- Konsultasikan dengan
Penyakit Dalam

Diagnosis Pasca Operasi:


Sindrom HELLP + Preeklamsia
berat + Persalinan sangat
prematur + ARDS pada bayi
baru lahir + Akseptor kontap

Hasil:
Wanita, BB : 700 g, BL : 25
cm,
AS : 1/5

Ny. H/ 35 Tahun/ G3P2A0 36 minggu 4 hari usia kehamilan + Plasenta Akreta + post SC sebelumnya
49

5. DIVISI FETOMATERNAL ● Kasus Near Missed Edukasi pasien, suami ● Dukungan keluarga,
● Situasi kebidanan kritis dan keluarga tentang: kesembuhan pasien
Ny. H (AGO) ● Diagnosis, rencana ● Sosialisasi risiko kehamilan
DOB : 16-10-1986/35 tahun ● Rujukan tepat waktu tindakan, risiko, dan pada pasien riwayat seksio
Pendidikan : S1 ● Kehamilan risiko tinggi manfaat intervensi sesarea dan pentingnya
Asuransi BPJS Riwayat seksio sesarea medis dan prognosis ANC di Dokter Kandungan
G3P2A0 (skor Poedji Rochjati : 10) ● Pentingnya dukungan ● Memberikan kerjasama
Dirujuk oleh Dokter ● Tingkat pendidikan tinggi psikologis kepada tim yang baik antara
Riwayat seksio sesarea pada ● Status sosial ekonomi pasien mengenai pemerintah, rumah sakit
Mei 2015 karena PROM ● sedang Sering ANC 4 kali ke perawatan intensifnya. dan penyedia layanan
dokter kandungan kesehatan untuk
PAI : 1,25 (10%) ● Kehamilan kedua menawarkan layanan dan
Sistem Skor Plasenta Akreta persiapan perawatan
(Chong,2018): 6 (N2) kesehatan yang lebih baik
terutama pada kehamilan
Diagnosis Pra Operasi : risiko tinggi
G3P2A0 36 minggu 4 hari usia
kehamilan + Plasenta Akreta +
post SC sebelumnya

Pengobatan:
- SSTP
- subtotal histerektomi
- Transfusi intraoperatif 4
kantong PRC
50

Pasca Operasi Diagnosis:


Plasenta Accreta + 1 operasi
caesar sebelumnya + Post
Partum

Hasil :
Laki-laki, BB : 2615 g, BL : 47
cm,
AS : 7/9

Ny.IY/31 tahun/ Curiga Carcinoma endometrium

6. 7 Februari 2022 ● Unmarriage Edukasi pasien, suami dan ▪ Mendorong keluarga


RS Ibnu Sina ● Situasi Kegawatdaruratan keluarga tentang: untuk tetap
Obstetrik ● Kondisi pasien, rencana mendukung dalam
Ibu IY ● Kasus near missed tindakan, risiko dan kondisi stres
31 tahun ● Kehamilan Resiko Tinggi manfaat intervensi medis ▪ Bekerja sama dengan
20/10/1989 (Skor Poedji Rochjati : dan prognosis dokter di Rumah Sakit
(BPJS) 10) ● Pentingnya dukungan Ibnu Sina untuk
Rujukan Ginekologis - Perdarahan pada psikologis kepada pasien menindaklanjuti kondisi
SMA kehamilan ini tentang perawatan pasien dan komplikasi
● 3 kali ANC di dokter intensifnya lebih lanjut
G1P 0A0 Riwayat pembesaran ● Risiko kehamilan ▪ Memberikan kerja sama
51

perut sejak 2 bulan sebelum kandungan berikutnya dan perawatan tim yang baik antara
masuk dengan nyeri perut (+) ● Tingkat pendidikan antenatal dini di dokter pemerintah, rumah sakit
Vagina spotting (+) tinggi kandungan dan penyedia layanan
● Status sosial ekonomi ● Mendorong pasien untuk kesehatan untuk
menikah secara sah dan menawarkan layanan dan
Hasil Laboratorium tidak melakukan hubungan persiapan perawatan
(13/01/2022) seksual sebelum menikah, kesehatan yang lebih baik
BHCG Kuantitatif : 98,5 mIU/mL dan risiko PMS terutama pada risiko tinggi
Tes Kehamilan: Positif ● Pentingnya pendekatan kehamilan
psikologis dan spiritual ▪ Memberikan pendekatan
Hasil Laboratorium (13/01/ kepada pasien tentang agama ch di komunitas
2022) belum menikah hubungan sosialnya
Tes Kehamilan: Negatif ▪ Berkolaborasi dengan
BKKBN untuk terus
Ultrasonografi :
berbagi informasi tentang
Dicurigai Keganasan terdapat
pentingnya kontrasepsi di
Massa di endometrium
semua fasilitas pelayanan
kesehatan
CT Scan Abdomen :
Curiga Carcinoma endometrium
52

Pra-Operatif Diagnosis:
Curiga Carcinoma endometrium

Pasca Operasi Diagnosis:


Ruptur Tidak Diketahui Lokasi
Kehamilan Ektopik +
Perlengketan antara massa,
omentum dan peritoneum +
Mesocolon perforasi
Intra operasi Pendarahan :
750cc

Pengobatan :
● Adhesiolisis
● Salphingooophorectomy
Kiri
● Intra Operasi konsultasi ke
Bedah Digestif Divisi :
Perforasi mesocolon
53

(sigmoid-descendens
Colon) + Derajat II-III
Adhesi
● Laparatomy Eksplorasi
+ Adhesiolisis
● Puasa 3 hari
● Transfusi 2 kantong
PRC
● Masuk ICU

Ny.S/ 35 tahun/ G5P3A1 Usia kehamilan 33 minggu + Plasenta Previa + Curiga Plasenta Akreta + Post SC 2x

7. RS Ibnu Sina • Kasus Near Missed ● Menginformasikan, ● Dukungan keluarga, p


2 Februari 2022 • Situasi gawat darurat mendidik, menasihati pemulihan pasien
obstetri (AGDO)
pasien , suami dan ● Bekerja sama dengan
• Rujukan terencana awal
Ny. S/ 35 tahun keluarga tentang kondisi dokter di Bagian Maternal
(RDB)
DOB : 24 -3-1986 pasien, rencana tindakan, Fetal untuk menindaklanjuti
• Kehamilan resiko sangat
BPJS risiko dan manfaat kondisi pasien dan
tinggi (skor poedji rochjati
S2 intervensi medis dan komplikasi lebih lanjut
22):
G5P3A1 ● Memberikan kerjasama
54

- Usia ibu > 35 prognosis yang baik antara


Dirujuk oleh Dokter Kandungan - tahun Riwayat 2 kali ● Menginformasikan, pemerintah, rumah sakit
dengan G5P3A1 Usia seksio sesarea mendidik, menasihati dan penyedia layanan
kehamilan 33 minggu + sebelumnya pasien, suami dan kesehatan dalam rangka
Plasenta Previa + Curiga - Perdarahan obstetrik masif keluarga tentang menawarkan pelayanan
Plasenta Akreta + Post SC 2x • Sering ANC di Puskesmas pentingnya dukungan dan persiapan perawatan
dan dokter kandungan psikologis kepada pasien kesehatan yang lebih baik
SC pada tahun 2014 karena • Pernikahan kedua mengenai perawatan terutama pada kehamilan
presentasi sungsang • Tingkat pendidikan tinggi intensifnya risiko tinggi
SC Kedua pada tahun 2019 • Status sosial ekonomi ● Menginformasikan dan ● Melakukan sosialisasi
karena seksio sesarea 1 kali mendidik pasien dan kepada masyarakat
sebelumnya keluarga tentang risiko tentang bahaya kehamilan
kegagalan setelah setelah CS
sterilisasi wanita, dan
Laboratorium (31/01/2022)
kemungkinan risiko jangka
WBC : 11.900 /uL
pendek dan jangka
HGB : 10,5 gr/dl
panjang dari bayi prematur
PLT : 304.000/ uL

Placenta Accreta Index :2


55

Sebelumnya sectio caesarea : 3


Ketebalan miometrium <1mm :
1
Bridging vessel : 0
Anterior Placenta Previa : 1
PAI Score : 5 (69%)

Placenta Accreta Scoring


System (Chong, 2018) : 5 (N2 )
Posisi plasenta : 2
Ketebalan plasenta : 0
Kontinuitas ruang bersih : 1
Garis kandung kemih : 0
Lakuna : 1
Kondisi vaskularisasi
subplasenta : 1
Sinus darah serviks : 0
Morfologi serviks : 0

Diagnosis Pra Operasi :


56

G5P3A1 Usia kehamilan 33


minggu + Plasenta Previa +
Curiga Plasenta Akreta + Post
SC 2x + Calon akseptor Kontap

Diagnosis Pasca Operasi :


Gangguan Spektrum Plasenta
Acreta + Post SC 2x +
Persalinan Prematur + akseptor
Kontap

Terapi Akseptor Sterilisasi


Wanita :
- Tran sfusion of 2
bagspacked red cell
- Seksi Caesar Klasik
- Reseksi Uterus
- Tubektomi Bilateral
Pomeroy

Hasil:
57

Wanita, BB : 2420 gram , BL :


45 cm, A/S : 7/9
Hasil Laboratorium :  Pentingnya tokoh masyarakat,
Protein urin : ++ penggunaan metode pemuka agama, dan
kontrasepsi jangka pemda setempat.
Diagnosis Kerja: panjang.  Dinkes dalam
G1P0A0 Gravid 40 minggu menempatkan nakes di
inpartu kala II + Eklamsia faskes primer yang telah
parturientum Tatalaksana : mengikuti pelatihan
- Oksigen 8 lpm/NRM APN dan POED.
- Drips 6 gr MgSO4 40%  Dinkes melakukan
dalam RL 500 cc 28 pendistribusian dan
tpm sampai 24 jam monitoring tentang obat-
post partum/post obat emergensi di faskes
kejang primer.
- Episiotomi mediolateral
- Partus pervaginam
- Konsul Anestesi 
Rawat ICU

Diagnosis Akhir :
Eklamsia parturientum + Partus
aterm + Ruptur perineum
tingkat II

Luaran :
Laki-laki, BBL : 2750 gr, PBL
: 48 cm, AS : 7/9
58

KASUS MISSED

Selama periode Februari 2022 terdapat 1 kasus missed.

NO IDENTIFIKASI MASALAH ANALISIS SITUASI USAHA YANG TELAH RENCANA TINDAK


DILAKUKAN LANJUT
Ny. M/41 tahun/ G5P4A0 Usia kehamilan 37 minggu 2 hari pada persalinan kala I fase laten + Preeklamsia berat + calon
akseptor sterilisasi kontap

1. DR. LA PALALOI RUMAH SAKIT ● Kasus missed Edukasi suami dan keluarga ● Dukungan keluarga
3 Februari 2022 (syok hipovolemik tentang : ● Sosialisasi skrining
karena atonia uteri)  Dukungan psikologis dan pencegahan
Ny. M ● Situasi gawat darurat kepada suami dan preeklamsia
27-8-1980 /41 tahun obstetri (AGDO) keluarga tentang ● Memberikan
Asuransi : BPJS ● Kehamilan resiko kesedihan setelah kerjasama tim yang
Pendidikan : SMP sangat tinggi (Skor kematian pasien. baik antara
G5P4A0 Poedji Rochjati:18) Keluarga memahami dan pemerintah, rumah
Dirujuk oleh Puskesmas Cempaka Usia ibu > 35 tahun menerima kondisi sakit dan penyedia
Grandemultigravida tersebut. layanan kesehatan
Keluhan sakit kepala dan +  Tumbuh kembang bayi untuk menawarkan
59

pandangan kabur Preeklamsia berat tanpa ibunya layanan dan


● Tingkat pendidikan persiapan perawatan
GCS : E4V5M6 ● rendah Status sosial kesehatan yang lebih
BP : 180/120 mmHg ekonomi rendah Sering baik terutama pada
Protein uria : + ANC di Puskesmas 4 kali kehamilan berisiko
(tidak ada riwayat tinggi
Pre-Operative Diagnosis : peningkatan TD)
G5P4A0 Usia kehamilan 37
minggu 2 hari pada persalinan kala
I fase laten + Preeklamsia berat +
Calon akseptor sterilisasi kontap.

Intervensi :
- Pemasangan kateter urin
- 4 g MgSO4 40% dalam
100 cc NaCl 0,9% 73
dpm
- 6 g MgSO4 40% dalam
500 cc Ringer Laktat 28
dpm
- Nifedipine 10 mg/8 jam/oral
- Seksio sesarea transversal
segmen bawah
- Modifikasi bilateral tubektomi
Pomeroy
- Konsultasikan dengan Ahli
Anestesi untuk Rawat Inap
60

ICU

Pasca Operasi Diagnosis:


Preeklamsia berat + Persalinan
aterm + Akseptor sterilisasi kontap

Hasil :
Wanita, BB : 3450 g, BL : 51 cm,
AS : 8/10

20.40 di ICU
S : perdarahan vaginal aktif
O : GCS : E3V4M4
TD : 80/50 mmHg
HR : 124 bpm
SpO2: 78%
Kontraksi uterus : atonia
Hb : 7,0 g/dl
A : Hipovolemik syok kelas III
karena atonia uteri + Preeklamsia
berat + Akseptor Sterilisasi kontap
+ Anemia berat

P : - Resusitasi primer
- Loading 500 cc Ringer Laktat
+ Oksitosin 20 IU
- Methylergometrine 0,2 mg/IM
- Misoprostol 800 mcg/rektal
- Kompresi bimanual
61

- Informed consent kepada


suami dan keluarga untuk
laparotomi
- Konsultasi Ahli Anestesi :
Stabilisasi kondisi pasien
sebelum laparotomi dan
siapkan 4 kantong PRC

4-2-2022
12.05 WIB di ICU
S : kesadaran menurun
O : GCS : E2V3M2
BP : 90/60 mmHg
HR : 120 bpm
SpO2 : 92% (NRM 10 lpm)
Kontraksi uterus : atonia

Diagnosis Pra Operasi :


Syok hipovolemik kelas III akibat
atonia uteri + Preeklamsia berat +
Akseptor sterilisasi wanita +
anemia berat
Intervensi :
- Transfusi 3 kantong PRC
- Sub total Histerektomi
abdomen
- ICU Rawat Inap

Pasca Operasi Diagnosis :


62

Uterus atonia + Syok hipovolemik


kelas III + preeklamsia berat +
anemia berat

02.10 pagi di ICU


S : penurunan kesadaran
GCS : E1M2V2
BP : 50/20 mmHg
HR : tidak teraba
Nadi karotis : tidak teraba
SpO2: 34%
EKG : asistol

A : Henti jantung + Syok


hipovolemik kelas IV +
Preeklamsia berat + Anemia berat
+ post sub-total abdominal
histerektomi hari ke-0

P : - Pemasangan ETT
- CPR
- Sulphate Atrophine 1.5 mg/IV
- Epinefrin 1 mg/IV
- Norepinefrin 6 mcg/jam/SP
- Ringer infus laktat 1000 cc

02.45 WIB di ICU

PASIEN DINYATAKAN MATI DI


63

DEPAN KELUARGANYA
64

B. Pembahasan

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan kesehatan yang


melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit yang
berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horisontal dalam
arti unit-unit yang setingkat kemampuannya. Rujukan merupakan proses yang
sangat penting dalam pelayanan kesehatan terutama untuk daerah dengan
keterbatasan fasilitas. Dengan proses rujukan yang baik masyarakat atau pasien bisa
mendapatkan pelayanan yang berkualitas serta komprehensif.12

Secara keseluruhan terdapat 102 kasus rujukan di rumah sakit jejaring


pendidikan selama periode 1 – 28 Februari 2022. Jumlah kasus rujukan obstetri
pada bulan Februari 2022 adalah sebanyak 91 kasus (89,2%), sedangkan kasus
rujukan ginekologi berjumlah 11 kasus (10,8%). Data menunjukkan kasus rujukan
paling banyak pada usia reproduktif (20-35 tahun) yaitu sebanyak 64 (62,7%)
kasus, sedangkan pada usia risiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) didapatkan
kasus rujukan sebanyak 38 (37,2%). Proporsi kelompok usia ini sama dengan hasil
yang diperoleh pada kasus rujukan di bulan Desember 2021. Untuk kasus obstetri,
hal ini sesuai dengan usia wanita bersalin yang direkomendasikan, yaitu pada usia
reproduksi sehat. Undang-undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan telah menaikkan batas usia
minimal pernikahan perempuan dari 16 tahun menjadi 19 tahun.13 Batas usia ini
dinilai telah matang jiwa raganya untuk dapat melangsungkan perkawinan agar
dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir pada perceraian
dan mendapat keturunan yang sehat dan berkualitas. Diharapkan juga kenaikan
batas umur yang lebih tinggi dari 16 (enam belas) tahun bagi wanita untuk menikah
akan mendukung laju kelahiran yang lebih rendah dan menurunkan resiko kematian
ibu dan anak. Selain itu juga dapat terpenuhinya hak-hak anak sehingga
mengoptimalkan tumbuh kembang anak termasuk pendampingan orang tua serta
memberikan akses anak terhadap pendidikan setinggi mungkin.14

Pendidikan merupakan hal paling penting dan investasi masa yang akan
datang dalam suatu negara. Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan pembangunan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat untuk lebih baik. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
65

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Wajib Belajar (WAJAR) adalah program


pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung
jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah.19 Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menetapkan Wajib Belajar (WAJAR)
12 tahun menjadi salah satu strategi pemerintah dalam pencegahan pekawinan
anak.20 Pada registrasi ini, sebagian besar pasien rujukan telah mengenyam
pendidikan minimal 12 tahun, yaitu dengan terbanyak pada tingkat pendidikan
SMA yaitu sebanyak 25 (36,7%) kasus, selanjutnya PT (Perguruan Tinggi)
sebanyak 22 (32,2%) kasus dan paling sedikit pada tingkat pendidikan SD yaitu
sebanyak 4 (5,88%) kasus. Dengan tingkat pendidikan yang baik, diharapkan ibu
memahami faktor risiko, tanda bahaya serta komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan, begitu pula mengenai penyakit ginekologi.

Berdasarkan paritas, kasus rujukan paling banyak dengan nulliparitas yaitu


sebanyak 20 (29,4%) kasus, kemudian paritas 1 sebanyak 19 (27,9%) kasus. Untuk
kasus terlalu banyak anak, yaitu paritas  4, terdapat 5 kasus (7,3 %). Kampanye
yang digalakkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BkkbN) yang bertajuk “2 Anak Lebih Sehat” adalah bagian dari upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perencanaan keluarga, baik
dalam konteks pernikahan maupun kehamilan.20 Data registrasi ini menunjukkan,
dari total 102 kasus rujukan obstetri, 18 (17,7%) kasus diantaranya telah menjadi
akseptor kontrasepsi pascasalin, dan kontrasepsi yang terbanyak dipilih adalah
AKDR, yaitu sebanyak 11 (10,8%) kasus. Kasus tidak menggunakan kontrasepsi
yang dilaporkan pada registrasi ini 40 (39,2%) adalah kasus-kasus obstetrik yang
memang tidak membutuhkan kontrasepsi, seperti kasus-kasus obstetrik yang
menjalani terapi konservatif seperti pematangan paru, pemberian tokolitik, dan
pemberian anti perdarahan. Sedangkan kasus yang menolak kontrasepsi adalah
kasus yang seharusnya keluar rumah sakit dalam keadaan sudah ber-KB, namun
pasien ini tidak atau belum bersedia. Kasus menolak KB cukup banyak yaitu 44
(43,1%) kasus, hal ini dikarenakan banyak pasien yang menginginkan metode
kontrasepsi lain yang tidak tersedia di rumah sakit, seperti DMPA atau implan
(tidak seluruh rumah sakit memiliki implant) atau karena mereka merupakan
rujukan dari praktek dokter spesialis, sehingga lebih memilih untuk kembali
ke dokter mereka untuk pemasangan kontrasepsi. Kasus-kasus persalinan tanpa
disertai kontrasepsi pascasalin menjadi tantangan bagi petugas kesehatan untuk
lebih meningkatkan peran aktif dalam melakukan konseling kontrasepsi.
66

Keberhasilan program KB juga akan berdampak positif dalam pengendalian


jumlah penduduk yang akan memberikan manfaat terhadap peningkatan kualitas
kehidupan keluarga dan bangsa.14

Untuk memberikan jaminan layanan kesehatan bagi semua warga negara


Indonesia, pemerintah membuat produk asuransi yang dikelola oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Berdasarkan Undang-Undang No. 24 tahun
2011, tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional pasal 14, bahwa setiap orang
termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia, wajib
menjadi peserta Program Jaminan Kesehatan.15 Pada registrasi ini, Berdasarkan
status asuransi pasien, hampir seluruh kasus rujukan menggunakan BPJS yaitu
sebanyak 64 (94%) kasus dan hanya 3 (4%) kasus dengan pembayaran umum. Hal
ini disebabkan selain karena biaya kesahatan yang mahal, adanya kewajiban dari
pemerintah tentang keikutserataan BPJS, juga karena BPJS sebagai asuransi
kesehatan yang menanggung hampir seluruh tidakan medis, termasuk persalinan
normal maupun seksio sesarea tanpa melihat jumlah anak, yang mana asuransi lain
tidak menanggung tindakan medis seperti ini.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai


dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, pasien dapat
berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik atau dokter
keluarga/praktek mandiri.12 Secara keseluruhan, berdasarkan asal rujukan, kasus
rujukan paling banyak berasal dari praktek mandiri, yaitu sebanyak 31 (45,6%)
kasus dan paling sedikit dirujuk dari RSB Swasta yaitu sebanyak 4 (5,9%) kasus.
Sebagai rumah sakit rujukan di Kota Makassar, RSIA St Khadijah I merupakan
rumah sakit rujukan tertinggi dengan total 18 kasus rujukan (26,4% dari kasus
rujukan di seluruh rumah sakit), yang mana rujukan ke rumah sakit ini paling
banyak dari praktek mandiri, yaitu sebanyak 15 (83,3%) kasus. Hal ini disebabkan
karena RSIA Sitti Khadijah I memiliki jumlah dokter spesialis obstetri dan
ginekologi lebih banyak dibandingkan dengan RS lainnya di Kota Makassar. Ibu
hamil juga cenderung memilih melahirkan di rumah sakit dokter spesialis tempat
mereka menjalani kontrol kehamilan.

Pengaturan jarak kehamilan pada ibu yang pernah menjalani operasi sesar
sangat diperlukan. Menunda kehamilan disarankan setidaknya selama 18 bulan
untuk penyembuhan uterus dan persiapan kehamilan selanjutnya.16 Kehamilan pada
pasien post SC yang berjarak <6 bulan meningkatkan mordibitas dan mortalitas
67

maternal, sedangkan jarak <18 bulan meningkatkan risiko mordibitas dan mortalitas
perinatal.17,18 Kasus post SC <18 bulan ada sebanyak 1 kasus dari total 20 kasus post
SC di bulan Februari 2022. Sedangkan, selama bulan Desember 2021, terdapat 1
kasus rujukan dengan post seksio sesarea <18 bulan. Berdasarkan usia didapatkan
kasus post SC <18 bulan pada usia 35-39 tahun yaitu sebanyak 1 (100%) kasus.
Usia mereka yang merupakan usia reproduktif membuat mereka masih memiliki
banyak kesempatan untuk hamil, dengan demikian menyebabkan mereka berisiko
mengalami SC berulang kali, yang mana SC berulang ini dapat meningkatkan risiko
trauma operasi dan juga plasenta akreta, dan jarak SC <18 bulan akan
meningkatkan risiko terjadinya ruptur uteri. Indikasi seksio sesarea pada kehamilan
sebelumnya yaitu oligohidramnion, gagal induksi, dan malpresentasi, yang mana
ketiganya tidak menjadi indikasi mutlak untuk persalinan selanjutnya harus dengan
seksio sesarea juga. Namun, karena jarak kehamilan sekarang adalah <18 bulan,
pasien menjadi tidak memenuhi syarat untuk dilakukan percobaan persalinan per
vaginam pasca seksio sesarea. Kasus kehamilan pada post SC <18 bulan ini
disebabkan oleh ketidakpatuhan dalam berkontrasepsi. Mereka sebelumnya
menggunakan KB pil dan/ atau DMPA, namun tidak menggunakannya secara benar.
Disinilah pentingnya peran tenaga kesehatan dalam memberikan konseling KB
secara berkesinambungan kepada pasien pascasalin, terutama pasca persalinan
secara sesar. Selain KIE mengenai jenis, cara pemakaian, efek samping dan risiko
kegagalan kontrasepsi, penekanan edukasi tentang risiko dan komplikasi pada
kehamilan post seksio sesarea < 18 bulan perlu terus diupayakan guna menjarangkan
jarak kehamilan pada pasien post seksio sesarea. Pada periode ini terdapat 1 pasien
post seksio sesarea < 18 bulan yang menolak KB di rumah sakit dengan alasan akan
memasang KB di praktek dokter kandungannya setelah masa nifas.

Registrasi ini menunjukkan kasus rujukan paling banyak termasuk dalam


kelompok APGO, yaitu sebanyak 28 (41,2%) kasus, diikuti dengan kasus AGO
sebanyak 17 (25%) kasus, dan AGDO sebanyak 12 (17,6%) kasus. Kasus sisanya
merupakan kasus ginekologi (5 kasus) dan kasus obstetri yang tidak termasuk
dalam kriteria kegawatdaruratan obstetri (6 kasus). Banyaknya kasus rujukan yang
tidak termasuk dalam kriteria kegawatdaruratan obstetri disebabkan karena
banyaknya pasien yang menginginkan melahirkan di rumah sakit tempat dokter
kandungan mereka berpraktek.

World Health Organization (WHO) menyebutkan, angka seksio sesarea


68

memang meningkat secara global. WHO sendiri merekomendasi angka persalinan


seksio sesarea di suatu negara berkisar antara 5-15%. Kementerian Kesehatan RI
menetapkan angka persalinan seksio sesarea untuk rumah sakit pendidikan atau
rujukan provinsi sebesar 20% dari seluruh persalinan, sedangkan untuk rumah sakit
swasta 15% dari seluruh persalinan.19 Target ini sulit tercapai mengingat data dalam
registrasi ini diambil dari dari rumah sakit pusat rujukan yang menerima kasus-
kasus kehamilan berisiko tinggi dengan tingkat kegawatdaruratan yang
memerlukan intervensi segera. Umumnya kasus yang dirujuk setelah tiba ditempat
rujukan dilakukan penilaian kemudian mendapat tindakan terminasi kehamilan.
Secara keseluruhan, angka seksio sesarea selama Februari 2022 adalah sebanyak 32
(62,7%) kasus, dan angka ini masih sangat jauh dari target yang ditetapkan oleh
pemerintah.

Jumlah kasus rujukan ginekologi pada periode ini mengalami penurunan


dibanding pada periode Januari 2022, karena memang secara keseluruhan kasus
rujukan pada periode ini jauh lebih sedikit. Terdapat 5 kasus rujukan ginekologi
dengan diagnosis terbanyak adalah mioma uteri yaitu 2 (40%) kasus. Jumlah kasus
rujukan ginekologi secara tidak langsung dipengaruhi oleh pandemi COVID-19.
Pembatasan operasi elektif untuk kasus non emergensi termasuk pada kasus
ginekologi merupakan salah satu upaya membantu pemerintah dalam rangka
percepatan penurunan kasus COVID-19. Pada kasus obstetri maupun ginekologi
yang rencana untuk operasi dilakukan pemeriksaan lengkap sesuai indikasi dan
standar operasi.20,21

Sebaran kasus rujukan pada periode Februari 2022 terbanyak adalah kasus
rujukan tertinggi merupakan rujukan tepat waktu, yaitu sebanyak 36 (52,9%) kasus
dan diikuti dengan rujukan dini berencana sebanyak 27 (39,7%) kasus. Kasus
dengan rujukan terlambat didapatkan sebanyak 5 (7,4%) kasus. Dua kasus rujukan
terlambat diakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan untuk dirujuk
sehingga mengakibatkan kematian salah satu janin pada kehamilan gemelli dengan
prolaps tali pusat dan keterlambatan kesiapan kamar operasi di rumah sakit rujukan
pada perdarahan akibat plasenta akreta.

Kasus Kematian Maternal dan Neonatal

Sebaran kasus rujukan menurut angka kematian ibu dan bayi di berbagai
rumah sakit periode 1-28 Februari 2022, yaitu terdapat 1 kasus kematian ibu akibat
69

pre eklamsia berat disertai anemia berat post subtotal abdominal histerektomi.

VII. SIMPULAN

1. Jumlah seluruh kasus rujukan pada periode Februari 2022 adalah 102
kasus, yang terdiri dari 91 kasus rujukan obstetri dan 11 kasus
rujukan ginekologi
2. Diagnosis rujukan terbanyak adalah partus aterm PBK (tanpa
komplikasi) sebanyak 16 kasus

3. Secara keseluruhan, jumlah persalinan pervaginam dan persalinan


secara seksio sesarea di rumah sakit jejaring pendidikan selama
periode Februari 2022 yaitu 25 kasus persalinan per vaginam, dan 53
kasus persalinan seksio sesarea

4. Selama periode Februari 2022, terdapat 7 kasus near miss dan 1


kasus missed.

VIII. SARAN
70

11. Tetap meningkatkan upaya skrining ibu hamil berisiko tinggi (post
SC dan PEB) monitoring secara aktif dan melakukan rujukan dini
berencana apabila diperlukan.
12. Nakes di layanan primer meningkatkan program penyuluhan tentang
kehamilan risiko tinggi dan pencegahannya serta membuat
perencanaan rujukan dini ke Faskes Sekunder terhadap ibu-ibu hamil
yang melakukan ANC di Faskes primer.
13. Sebaiknya layanan Faskes Sekunder melengkapi sarana-prasarana
Rumah Sakit tentang pengadaan ruang ICU.
14. Mengembangkan kerjasama antara BkkbN dalam penyediaan alat
kontrasepsi, tim PKBRS, dan tenaga kesehatan dalam memberikan
KIE guna meningkatkan cakupan akseptor kontrasepsi dan
mewujudkan keluarga berencana, terlebih pada kasus kehamilan post
seksio sesarea.
71

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kementrian Kesehatan Indonesia, "Profil Kesehatan Indonesia 2020,"


Kementrian Kesehatan Indonesia, 2020. [Online]. Available:
https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasipusdatin-
profil-kesehatan.html. [Accessed 15 2 2022].

[2] WHO, "Maternal mortality," Published 2019, 2019. [Online]. Available:


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality.
[Accessed 2022 2 15].

[3] S. Thaddeus and D. Maine, "Too far to walk: maternal mortality in


context," Soc Sci Med., vol. 38, no. 8, pp. 1091-1110, 1994.

[4] W. M, "Culture and health: applying medical anthropology. Culture and


health: applying medical anthropology," 2009. [Online]. Available:
https://www.cabdirect.org/cabdirect/abstract/20113026155. [Accessed 15 2
2022].

[5] S. Bhalotra, "Poverty and Survival," Social Science Research Network,


2010.

[6] A. Sivasankara Kurup, E. Blas and J. Sommerfeld, "Social Determinants


Approaches to Public Health: From Concept to Practice," 2011.

[7] P. Rohjati, "Rujukan Terencana Dalam Sistim Rujukan Paripurna Terpadu


Kabupaten/Kota," Airlangga University Press, 2003.

[8] U. Sari, "Rujukan Kehamilan Berisiko Di Rumah Sakit," Istana Publishing,


2015.

[9] Deteksi Dini Risiko Kehamilan dengan Skor Poedji Rochjati., "SIBINAR
Startup Literasi Bidan Nusantara," 2021. [Online]. Available:
https://www.bidannusantara.com/post.php?id=28. [Accessed 15 2 2022].

Anda mungkin juga menyukai