Anda di halaman 1dari 38

PENGGUNAAN KODE LOKASI BPS

Pada Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara

Hemidon
PENGGUNAAN KODE LOKASI BPS
Pada Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara

Hemidon

Penerbit
Direktorat Sistem Perbendaharaan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan
Penggunaan Kode Lokasi BPS pada Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara

Penulis
Hemidon

Perancang Sampul
Kholid Harisfauzi

Desainer logo SPAN


Roy Abdurrachman Pasha

Penerbit
Direktorat Sistem Perbendaharaan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan
Gedung Prijadi Praptosuhardjo III Lantai IV
Jalan Budi Utomo No. 6
Jakarta 10710
Email: litbangdsp@kemenkeu.go.id

Diterbitkan tahun 2021.


Hak cipta pada penulis.

Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-


BerbagiSerupa 4.0 Internasional (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-
sa/4.0/deed.id). Dipersilakan menggunakan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan
menyebut sumbernya. Dipersilakan untuk menggunakan, memperbanyak, menggandakan,
membagikan, dan menyebarkan buku ini dengan bentuk, format, dan cara apa pun bukan
untuk tujuan komersial. Dilarang menggunakan, memperbanyak, menggandakan,
membagikan, dan menyebarkan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial.

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan

ISBN 978-623-97069-5-1 (cetak)


ISBN 978-623-97095-5-6 (pdf)

xi + 24 halaman; 21 x 30 cm
SAMBUTAN PENERBIT

Salah satu faktor penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah


ketersediaan buku-buku bermutu yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat. Buku bukan hanya sebagai jendela dunia, tapi juga menjadi jendela bagi
masa lalu dan masa depan. Dengan membaca buku, peradaban Indonesia akan
semakin maju.
Dari berbagai genre buku yang tersedia di pasar, buku-buku tentang
perbendaharaan negara, hukum keuangan negara, manajemen keuangan publik,
reformasi keuangan negara, dan tema-tema sejenis dalam konteks Indonesia relatif
terbatas. Padahal kebutuhan masyarakat sangat tinggi. Begitu juga diskursus
kebijakan publik sering terkait dengan topik-topik tersebut. Dengan mengambil peran
strategis sebagai penerbit, Direktorat Sistem Perbendaharaan akan mengisi
kebutuhan ini dan bertindak menjadi pelopor dan pembuka jalan.
Sebagai penerbit, Direktorat Sistem Perbendaharaan akan menerbitkan buku-
buku berkualitas dengan berbagai tema yang terkait dengan perbendaharaan,
keuangan negara, dan kebijakan publik. Selain didistribusikan pada sejumlah
perpustakaan dan perguruan tinggi di Indonesia, buku-buku tersebut akan tersedia
pada berbagai platform dan repositori yang dapat diakses secara gratis. Harapannya
upaya ini membawa pencerahan bagi akademisi, peneliti, praktisi, dan masyarakat
umum.
Untuk inisiatif pertama, buku-buku yang diterbitkan adalah sejumlah naskah
akademis yang digunakan sebagai dasar pengembangan proses bisnis Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan marketplace pemerintah. Ada
sejumlah pertimbangan signifikansi, relevansi, dan urgensi untuk menerbitkan
naskah-naskah tersebut.
Pertama, SPAN merupakan salah satu tonggak sejarah penting dalam
reformasi keuangan negara setelah pengesahan paket undang-undang di bidang
keuangan negara. Perlu dilakukan upaya rekonstruksi sejarah pengembangan proses
bisnis SPAN yang terjadi dalam periode yang singkat pada tahun 2009-2010. Periode
ini cukup kritis mengingat sudah lewat 10 tahun yang jika tidak segera dikumpulkan,
maka naskah-naskah tersebut dikhawatirkan akan hilang atau rusak. Salah satu
penulis utamanya juga telah meninggal dunia yang jika tidak segera dicari hasil
karyanya, maka dikhawatirkan akan hilang untuk selamanya.
Kedua, SPAN merupakan transformasi sukses terbesar yang pernah dilakukan
Kementerian Keuangan yang tidak hanya berdampak pada perubahan proses bisnis
dan struktur organisasi di Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb), tetapi juga
pada sejumlah pihak seperti Bank Indonesia, bank umum, unit eselon I lainnya di
Kementerian Keuangan, kementerian/lembaga, dan masyarakat umum. SPAN sendiri
telah menjadi standar pengembangan sistem informasi di DJPb dan Kementerian
Keuangan, serta telah mendapatkan pengakuan internasional dan menjadi rujukan
bagi sejumlah negara. Pesan moral dari perjalanan SPAN ini adalah dibutuhkan
kemampuan literasi yang baik untuk menghasilkan reformasi fundamental dalam
pengelolaan keuangan negara. Sebagaimana disampaikan Direktur Jenderal
Perbendaharaan pada Pengantar Literasi Perbendaharaan tahun 2020, “seluruh
pencapaian ini tentu tidak dapat diraih jika orang-orang di balik SPAN tidak memiliki
kemampuan literasi yang sangat baik”.
Ketiga, referensi akademis, empiris, dan pragmatis tentang pengembangan
sistem berskala besar dalam konteks Indonesia relatif sedikit. Naskah akademis
SPAN tentu dapat menjadi salah satu referensi bagi inisiatif penyempurnaan proses
bisnis dan pengembangan sistem berskala besar, tidak saja di Indonesia, tetapi juga
bagi negara-negara lain. Studi banding yang dilakukan oleh sejumlah negara ke DJPb
menunjukkan pentingnya publikasi naskah akademis tersebut.
Keempat, desain proses bisnis SPAN merupakan langkah maju di zamannya.
Selain revolusioner, desain proses bisnis tersebut meletakkan fondasi bagi
modernisasi manajemen keuangan negara. Sebagai contoh, interkoneksi SPAN dan
perbankan yang menggantikan mekanisme manual penyampaian dokumen Surat
Perintah Transfer ke Bank Indonesia dan Surat Perintah Pencairan Dana ke Bank
Operasional dengan teknologi digital telah berhasil meningkatkan efisiensi, efektivitas,
akurasi, dan akselerasi sistem pembayaran pemerintah.
Dan, kelima, saat ini DJPb sedang mengembangkan sistem pembayaran
pemerintah pada platform marketplace. Namun demikian, literatur manajemen
keuangan publik belum menjelaskan teori marketplace dalam konteks Indonesia dan
kaitannya dengan sistem pembayaran pemerintah. Naskah akademis yang diterbitkan
akan mengisi kekosongan literatur tersebut sekaligus menjelaskan strategi
pengembangan dan operasionalisasinya.
Atas dasar kelima pertimbangan tersebut, tim Subdirektorat Penelitian dan
Pengembangan, dan Kerjasama Kelembagaan pada Direktorat Sistem
Perbendaharaan telah melakukan upaya pengumpulan naskah akademis SPAN dan
marketplace pemerintah, dan berhasil mengumpulkan 32 naskah dengan total sekitar
4.200 halaman. Untuk menjaga orisinalitas gagasan, tulisan yang diterbitkan adalah
sesuai aslinya tanpa mengubah isi.
Buku yang berjudul Penggunaan Kode Lokasi BPS pada Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara ini merupakan salah satu dari naskah
akademis yang diterbitkan tersebut. Kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi
kepada Hemidon, tidak hanya atas peranannya pada upaya modernisasi manajemen
keuangan publik di Indonesia, tapi juga atas kontribusinya bagi kemajuan ilmu
pengetahuan di Indonesia. Kami juga berterima kasih pada seluruh pihak yang telah
membantu penerbitan buku ini.
Tidak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa upaya ini masih
memiliki kekurangan. Kami menantikan masukan dan saran untuk penyempurnaan
inisiatif penerbitan berikutnya. Semoga Allah SWT senantiasa memberi rahmat pada
setiap langkah kebaikan yang kita lakukan.

Jakarta, April 2021


Naskah Akademis
Pengembangan Proses Bisnis SPAN
dan Marketplace Pemerintah

No. Judul Buku Penulis


1. Manajemen Pelaksanaan Anggaran Bungkus Sasongko Purnomo
2. Manajemen Komitmen pada Sistem Perbendaharaan Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
dan Anggaran Negara Muslim
3. Manajemen Supplier pada Sistem Perbendaharaan Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
dan Anggaran Negara Muslim
4. Manajemen Pembayaran pada Sistem Rahadian Setyo Noegroho, Dicky
Perbendaharaan dan Anggaran Negara Zahkria Iman, Rianto Hadi Jatmiko
5. Manajemen Penerimaan Negara pada Sistem Hemidon, Isti’anah, Sutarman
Perbendaharaan dan Anggaran Negara
6. Penggunaan Kode Lokasi BPS pada Sistem Hemidon
Perbendaharaan dan Anggaran Negara
7. Blueprint Proses Bisnis Modul Penerimaan Negara Hemidon
Generasi II (MPN G2)
8. Kartu Kredit Pemerintah: Transformasi Sistem Dody Dharma Hutabarat, Windasena
Pembayaran Pemerintah Winarno, Rizky Diananto
9. Manajemen Kas pada Sistem Perbendaharaan dan Windasena Winarno, Dody Dharma
Anggaran Negara Hutabarat, Rizky Diananto
10. Restrukturisasi Rekening Bendahara Pemerintah Dody Dharma Hutabarat, Windasena
Winarno, Rizky Diananto
11. Manajemen Keuangan Satuan Kerja Luar Negeri Dody Dharma Hutabarat, Windasena
Winarno, Rizky Diananto
12. Pencairan Dana Pemerintah pada Sistem Dody Dharma Hutabarat, Windasena
Perbendaharaan dan Anggaran Negara Winarno, Rizky Diananto
13. Tanda Tangan Elektronik untuk Transaksi Keuangan Dody Dharma Hutabarat, Windasena
Negara Winarno
14. Buku Besar dan Bagan Akun Standar pada Sistem Ingelia Puspita, Rudy Iskandar, I Putu
Perbendaharaan dan Anggaran Negara Danny Hadi Kusuma
15. Sistem Akuntansi Pemerintah pada Sistem Ingelia Puspita, Rudy Iskandar
Perbendaharaan dan Anggaran Negara
16. Kerangka Bagan Akun Standar pada Sistem Ingelia Puspita, Rudy Iskandar, I Putu
Perbendaharaan dan Anggaran Negara Danny Hadi Kusuma
17. Manajemen Pelaporan pada Sistem Perbendaharaan Slamet Mulyono, Haris Roseno, Parji
dan Anggaran Negara
18. Reformulasi Proses Rekonsiliasi Laporan Keuangan Slamet Mulyono, Haris Roseno, Parji
Pemerintah Pusat
19. Integrasi Pelaporan Keuangan dengan Pelaporan Slamet Mulyono, Haris Roseno, Parji
Kinerja pada Pemerintah Pusat
20. Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara Slamet Mulyono, Haris Roseno, Parji
21. Harmonisasi Pelaporan Berbasis Government Finance Slamet Mulyono, Haris Roseno, Parji
Statistics
22. Manajemen DIPA: Integrasi dan Interkoneksi Proses Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Bisnis dengan Satker Muslim
23. Manajemen Komitmen: Integrasi dan Interkoneksi Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Proses Bisnis dengan Satker Muslim
No. Judul Buku Penulis
24. Manajemen Pembayaran: Integrasi dan Interkoneksi Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Proses Bisnis dengan Satker Muslim
25. Integrasi Pelaporan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Anggaran dan Laporan Pertanggungjawaban Muslim
Bendahara
26. Manajemen Uang Persediaan: Integrasi Aktivitas Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Pembukuan dan Pelaporan di Satuan Kerja Muslim
27. Manajemen Kas: Integrasi dan Interkoneksi Proses Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Bisnis dengan Satker Muslim
28. Akuntansi dan Pelaporan: Integrasi dan Interkoneksi Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Proses Bisnis dengan Satker Muslim
29. Interkoneksi Proses Bisnis Perbendaharaan pada Adi Setiawan, Pramudia Mulyono
Bendahara Umum Negara dengan Satuan Kerja Muslim
selaku Kuasa Pengguna Anggaran
30. Manajemen Keuangan Anggaran Transfer ke Daerah Dody Dharma Hutabarat, Windasena
pada Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara Winarno, Rizky Diananto
31. Kebijakan Sistem Pengeluaran Kas Negara pada Dody Dharma Hutabarat
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
32. Marketplace Pemerintah: Kerangka Teori dan Dody Dharma Hutabarat
Operasional Pengembangan dan Implementasi
Marketplace Pemerintah di Indonesia

Seluruh naskah di atas dapat diakses secara gratis pada: https://bit.ly/SPAN-Marketplace


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya buku Penggunaan
Kode Lokasi BPS pada Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara ini. Penulis menyadari bahwa
hanya dengan izin-Nya, proses penyusunan buku ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Disusunnya buku ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan
kode lokasi yang terstandar dan terstruktur berkaitan dengan pembangunan Sistem Perbendaharaan
dan Anggaran Negara (SPAN). Dalam buku ini diusulkan konsep perubahan atau usulan penggunaan
kode lokasi BPS dalam kode lokasi yang digunakan dalam penyusunan DIPA yang terintegrasi dalam
SPAN.
Pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
bekerja sama dan membantu proses penyelesaian buku ini.
Akhir kata, Penulis berharap bahwa buku ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat
pada implementasi SPAN, serta berguna dalam perkembangan reformasi di lingkungan Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik, saran dan masukan dari para pembaca sangat diharapkan.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR LAMPIRAN v
...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
...........
A. Latar Belakang 1

B. Ruang Lingkup 2
.
BAB II KODE LOKASI DAN PENGGUNAANNYA .
.
A. Kode Lokasi dalam Sistem Informasi di Ditjen Perbendaharaan 3 .
.
B. Kode Lokasi Menurut BPS 4 .
.
C. Kode Lokasi dalam Usulan Bagan Akun Standar
5 .
.
C. Pemanfaatan Kode Lokasi BPS dalam Usulan BAS 7 .
.
BAB III PENUTUP .
.
A. Kesimpulan 11 .
.
B. Rekomendasi 11 .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Format Kode Lokasi DIPA 3

2. Format Kode Lokasi BPS 4

3. Format BAS dalam SPAN 6


DAFTAR LAMPIRAN

1. Pemetaan Kode Lokasi DIPA dan Kode Lokasi BPS


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pengembangan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)

kebutuhan akan data dan informasi yang mudah dipertukarkan menjadi sangat penting.

Hal ini disebabkan SPAN merupakan upaya penyederhanaan Sistem Informasi

Manajemen yang selama ini dikembangkan secara terpisah oleh masing-masing

Direktorat Jenderal yang terlibat dalam SPAN. Selain itu, SPAN juga akan berinteraksi

dengan Sistem Informasi lain baik sebagai penyedia data maupun sebagai pengguna data,

sehingga kebutuhan untuk pertukaran data yang mudah dan aman menjadi sangat

penting.

Sesuai dengan Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi

Nasional Pengembangan e-Government serta sejalan dengan upaya standarisasi format

data dan informasi yang saling dipertukarkan antara instansi pemerintah melalui IGASIS,

maka penggunaan kode-kode yang hanya dimengerti oleh satu instansi sedapat mungkin

dihindari. Hal ini dikarenakan, penggunaan kode-kode yang berbeda antar sistem

aplikasi akan menyebabkan permasalahan keakuratan data yang dihasilkan (Direktorat

Akuntansi dan Pelaporan Keuangan:2008).

Salah satu kode yang sering ada dalam sistem informasi di lingkungan pemerintah

adalah kode lokasi. Kode lokasi sering kali merujuk pada pembagian wilayah secara

administratif yakni mulai dari Provinsi, Kabupaten/Kota, sampai dengan

Kelurahan/Desa. Untuk beberapa sistem informasi, kode lokasi juga menunjukkan lokasi

yang berada di luar negeri misalnya kode lokasi dalam Aplikasi DIPA. Kode Lokasi saat

ini secara formal belum masuk dalam salah satu komponen Bagan Akun Standar (BAS)
yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, akan tetapi secara faktual,

kode lokasi ini di pakai oleh beberapa aplikasi yang dikembangkan Ditjen

Perbendaharaan dalam rangka Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBN.

Dalam Rancangan Bagan Akun Standar yang akan digunakan dalam SPAN, kode

lokasi merupakan salah satu elemen yang harus ada dalam kombinasi akun (chart of

account, atau disingkat CoA) dalam setiap transaksi dalam SPAN nantinya. Dengan

demikian, nantinya kode lokasi harus dinyatakan secara formal menjadi bagian dari

Bagan Akun Standar yang digunakan oleh SPAN.

Untuk memudahkan pertukaran data yang melibatkan kode lokasi antara SPAN

dan sistem informasi selain SPAN ada baiknya digunakan kode lokasi yang lebih banyak

digunakan dan telah diakui oleh pihak lain. Hal ini karena, kode lokasi yang digunakan

dalam aplikasi yang dikembangkan oleh Ditjen Perbendaharaan memiliki perbedaan

dengan pengkodean yang sudah banyak digunakan oleh sistem informasi di luar Ditjen

Perbendaharaan. Kode Lokasi yang dimaksud adalah kode lokasi yang dikembangkan

oleh BPS (Badan Pusat Statistik).

Alasan penggunaan kode lokasi BPS sebagai salah satu segmen BAS adalah kode

ini sudah banyak dipakai oleh Sistem informasi lain yang ada di lingkungan Pemerintah

Pusat RI, termasuk menjadi salah satu bagian dari Nomor Objek Pajak (NOP) yang

dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

B. PEMBATASAN MASALAH

Pembahasan kode lokasi pada paper ini hanya akan membahas praktik

penggunaan kode lokasi dalam sistem informasi di Ditjen Perbendaharaan dan usulan

penggunaan kode lokasi BPS pada struktur BAS (CoA) yang baru dalam rangka

implementasi SPAN.

1
BAB II

KODE LOKASI DAN PENGGUNAANNYA

A. Kode Lokasi dalam Sistem Informasi di Ditjen Perbendaharaan

Dalam PMK Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar, terminologi

kode lokasi tidak masuk dalam kode yang diatur dalam BAS, akan tetapi kode lokasi ini

dipakai oleh sistem informasi yang digunakan sehari-hari oleh Ditjen Perbendaharaan

diantaranya aplikasi DIPA, aplikasi SPM dan SP2D, dan aplikasi Akuntansi dan

Pelaporan (VERA).

Kode lokasi ini menunjukkan pembagian wilayah indonesia berdasarkan level

administrasi pemerintahannya. Kode ini menggantikan nama Provinsi dan dan

Kabuptan/Kota dengan kode numerik yang terdiri atas 4 digit dengan urutan dimulai dari

Provinsi DKI Jakarta kode (0100) sampai terakhir Provinsi Papua (kode 2500). Format

Kode lokasi yang digunakan dalam aplikasi DIPA adalah sebagai berikut :

XX XX

Tabel 1 :Format Kode Lokasi DIPA

Dua digit pertama menunjukkan urutan Provinsi, sedangkan dua digit berikutnya

menunjukkan urutan kabupaten/kota dalam provinsi tersebut. Contoh :

0700 = adalah kode untuk Provinsi Sumatera Utara

0701 = adalah kode lokasi untuk Kabupaten Nias.

0751 = adalah kode lokasi untuk Kota Medan

Kode lokasi yang digunakan dalam sistem informasi di Ditjen Perbendaharaan

tersebut diatas pengkodeannya dilakukan oleh pengembang aplikasi dari Ditjen

Perbendaharaan, sehingga pemeliharaan (maintenance), penambahan dan pengurangan

2
kode nya sangat mudah dilakukan. Sedangkan, kekurangannya adalah kode lokasi ini

hanya dimengerti oleh kalangan terbatas, yakni pihak-pihak yang memakai dan

berhubungan langsung dengan Ditjen Perbendaharaan.

B. Kode Lokasi Menurut BPS

Kode lokasi juga banyak dipakai oleh institusi di luar Kementerian Keuangan serta

merujuk lokasi yang sama dengan kode lokasi menurut Ditjen Perbendaharaan tetapi

dengan pengkodean berbeda. Salah satu kode lokasi yang banyak dipakai adalah kode

lokasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Kode lokasi menurut BPS pada

dasarnya sama dengan kode lokasi yang di keluarkan oleh Ditjen perbendaharaan yakni

sama-sama menunjukkan pembagian wilayah Republik Indonesia secara administratif.

Perbedaan utamanya adalah kode lokasi BPS lebih lengkap, yakni sampai pada

Desa/Kelurahan sebagai wilayah administratif terkecil.

Kode Lokasi BPS yang lengkap terdiri atas 10 kode numerik yang dimulai dengan

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam sampai dengan Provinsi Papua. Format kode lokasi

BPS adalah sebagai berikut :

aa bb ccc ddd

Tabel 2 : Format Kode Lokasi BPS

Keterangan:

aa = menunjukkan kode lokasi Provinsi, yang dimulai dengan 11 untuk NAD sampai

dengan 94 untuk Provinsi Papua.

bb = menunjukkan nomor urut kabupaten/kota dalam satu Provinsi, dimulai dengan

kabupaten (01 dst), atau dengan nomor urut kota (dimulai dari kode 71).

ccc = menunjukkan kode lokasi kecamatan dalam satu kabupaten/kota.

ddd = menunjukkan nomor urut Desa/Kelurahan dalam satu Kecamatan.

3
Contoh kode lokasi BPS :

1100 = adalah kode lokasi Provinsi NAD

1101 = menunjukkan lokasi Kabupaten Simeulue

1101.010 = adalah kode lokasi untuk Kecamatan Teupah Selatan

1101.010.001 = adalah kode lokasi untuk Desa/Kelurahan Latiung

1171 = adalah kode lokasi untuk kota Banda Aceh

Tidak seperti kode lokasi menurut aplikasi DIPA yang mengurutkan wilayah

administrasi Indonesia, kode lokasi BPS memisahkan pengkodean wilayahnya

berdasarkan kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai contoh,

kode untuk Provinsi di Pulau Sumatera diawali dengan kode 11 untuk Provinsi NAD

sampai dengan kode 20 untuk Provinsi Kepulauan Riau, sedangkan untuk wilayah Pulau

Kalimantan, pengkodeannya dimulai dengan kode 61 untuk Provinsi Kalimantan Barat

sampai dengan kode 64 untuk Provinsi Kalimantan Timur. Pemisahan ini akan

memudahkan proses penambahan kode untuk provinsi baru hasil pemekaran jika

nantinya diperlukan.

Kode lokasi BPS digunakan antara lain oleh Ditjen Pajak sebagai salah satu

komponen dalam Nomor Objek Pajak (NOP), Sistem Informasi PNPM Mandiri, serta

beberapa sisrem informasi lainnya.

C. Kode Lokasi dalam Usulan Bagan Akun Standar

Jika pada Bagan Akun Standar menurut PMK Nomor 91/PMK.06/2007 kode

lokasi bukanlah masuk kode yang dikelompokkan sebagai bagian dalam BAS, maka

sejalan dengan kebutuhan untuk pengembangan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran

Negara, kode lokasi nantinya akan masuk dalam struktur BAS. Dalam usulan BAS yang

akan digunakan dalam SPAN, kode lokasi merupakan salah satu segmen/bagian dalam

struktur BAS yang akan terdiri atas 10 jenis kode. Kode-kode ini dibutuhkan dalam BAS

4
sebagai salah satu pilar dalam SPAN dan nantinya akan digunakan mulai dari proses

penganggaran sampai dengan pelaporan keuangan. Kode lokasi dalam usulan BAS terdiri

atas 4 kode numerik dalam struktur yang dapat di gambarkan sebagai berikut.

Nama Segmen Digit

Satuan Kerja 6

KPPN 3

Sumber Dana 6

Kewenangan 1

Program 7

Kegiatan 6

Lokasi 4

Kode Anggaran 1

Akun 6

Future (interco) 6

Tabel 3 : Format BAS dalam SPAN

Kode Lokasi (4 digit) dalam Usulan Bagan Akun Standar (CoA) sebagaimana

tabel diatas sebenarnya terdiri atas 2 jenis kode yakni 2 digit pertama menujukkan kode

Provinsi, sedangkan 2 digit berikutnya menunjukkan kode Kabupaten/Kota.

Contoh :

1. Kode lokasi untuk Provinsi DKI Jakarta jika BAS menggunakan kode BPS adalah

31.00.

2. Sedangkan Kode Lokasi untuk Provinsi DKI Jakarta jika BAS menggunakan kode

5
lokasi dalam aplikasi DIPA adalah 01.00.

Penggunaan kode lokasi dalam usulan BAS ini dimaksudkan untuk mempermudah

pemetaan terhadap lokasi kegiatan yang dilaksanaan oleh Satuan Kerja, serta untuk

mengenali penerimaan negara yang terkait dengan pajak. Sebagai contoh, untuk

kebutuhan belanja Transfer ke Daerah (DAU, DAK, DBH) dibutuhkan kode lokasi

sebagai salah satu cara mempermudah proses pembayaran oleh Ditjen Perbendaharaan.

Pembayaran Transfer ke Daerah dilakukan atas perintah Ditjen Perimbangan

Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran kepada Ditjen Perbendaharaan selaku

Kuasa BUN untuk membayar kewajiban Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Untuk memudahkan proses tersebut, penggunaan kode lokasi akan sangat membantu,

karena setiap daerah memiliki kode lokasi yang berbeda.

Khusus untuk bagi hasil PBB, kode lokasi BPS yang dipakai dalam BAS dan NOP

akan memudahkan proses pembagian Dana Bagi Hasil, karena berdasarkan NOP dari

pembayar PBB, akan dapat dihasilkan perhitungan pembayaran DBH PBB.

D. Pemanfaatan Kode Lokasi BPS dalam Usulan BAS

1) Dasar Pertimbangan

Pertimbangan penggunaan kode lokasi BPS sebagai kode lokasi dalam kombinasi

Bagan Akun Sandar (chart of account) didasarkan atas beberapa pertimbangan

yakni :

a) BPS sebagai Badan resmi pemerintah yang berfungsi sebagai penyelenggara

kegiatan statistik dasar banyak mengeluarkan hasil surveinya dan digunakan

oleh banyak pihak. Selain itu, BPS juga mengeluarkan beberapa kodefikasi

termasuk kode lokasi yang juga banyak digunakan oleh masyarakat sebagai

rujukan.

b) Beberapa instansi pemerintah juga memakai kode lokasi standar BPS dalam

6
sistem informasi mereka antara lain kementerian Pertanian, Kementerian

Lingkungan Hidup, BPN, BKKBN, BAPPENAS, KPU, dan

KEMENKOMINFO sebagai hub pelaksanaan IGASIS. Di lingkungan

Kementerian Keuangan kode lokasi BPS digunakan untuk Nomor Objek Pajak

PBB/BPHTB.

c) Perubahan (penyesuaian) kode lokasi pada sistem informasi yang saat ini

digunakan masih sangat mungkin dilakukan.

2) Manfaat

Pemanfaatan kode lokasi BPS sebagai pengganti kode lokasi yang selama

ini digunakan oleh Ditjen Perbendaharaan dalam Sistem Informasi yang

dikembangkan memiliki beberapa manfaat. Manfaat tersebut tidak hanya

dirasakan oleh Ditjen Perbendaharaan sebagai pengguna utama, tetapi juga

institusi lain yang memanfaatkan Sistem Informasi yang dikembangkan oleh

Ditjen Perbendaharaan. Manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Tidak menimbulkan banyak interpretasi

Penggunaan kode lokasi yang sama antar sistem informasi dan antar institusi

akan memudahkan dalam interpretasi data yang dipertukarkan antar instansi.

Tidak akan ada lagi perbedaan interpretasi antar instansi yang menggunakan

kode lokasi berbeda. Selain itu, dalam pengembangan Sistem Informasi juga

akan mengurangi proses pemetaan (mapping) dari satu kode menjadi kode

lokasi yang lain. Dampaknya, pertukaran data antar sistem diharapkan

berjalan semakin lancar.

b) Memudahkan proses pertukaran data antar sisem informasi terutama antara

MPN G-2 sebagai data feeder dan SPAN. Hal ini dikarenakan komponen

dalam MPN G-2 sudah ada yang menggunakan kode lokasi BPS sebagai

7
acuan yakni Nomor Objek Pajak. NOP salah satu kode penting dalam proses

pendapatan negara karena akan menentukan pembagian Dana Bagi hasil yang

harus di bayarkan Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah. NOP juga telah

menggunakan kode lokasi BPS sebagai salah satu bagian dari kodenya.

Penggunaan kode lokasi BPS pada BAS yang baru menjadikan tidak ada lagi

duplikasi kode lokasi antara pengeluaran dan penerimaan APBN.

c) Manfaat lainnya adalah, kepastian data yang nantinya akan dipakai oleh dua

sistem informasi yang terkait erat yakni MPN-G2 dan SPAN. Penentuan

penggunaan kode lokasi mana yang akan digunakan dalam BAS sangat

mempengaruhi proses pengembangan SPAN dan MPN-G2. Hal tersebut

terkait dengan perlu tidaknya pemetaan antara MPN-G2 dan SPAN jika

terkait data yang menggunakan kode lokasi sebagai referensinya. Jika

diputuskan SPAN menggunakan kode lokasi BPS maka proses pemetaan

tersebut akan dapat dikurangi, teteapi jika tetap menggunakan kode lokasi

yang saat ini digunakan oleh Ditjen Perbendaharaan, maka baik MPN-G2

maupun SPAN harus menyiapkan pemetaan tersebut.

d) Karena kode lokasi yang digunakan sama, maka tidak perlu lagi ada

pemetaan. Dampaknya proses pertukaran informasi antara sistem informasi

menjadi lebih mudah. Selain itu, data/informasi yang akan disajikan juga

menjadi lebih cepat dan akurat.

e) Akan memudahkan Modul Payment Mangement ketika akan melakukan

pembayaran dana ke daerah, karena akan lebih mudah dalam penyediaan data

pendaptan pajak yang harus di dibagikan ke daerah.

f) Manfaat terakhir adalah, mendukung terwujudnya SIN (Single Identity

Number) dan pelaksanaan IGASIS yang saat ini sedang digagas oleh

8
Pemerintah Pusat.

3) Kekurangan

Penggunaan Kode Lokasi BPS sebagai salah satu segmen BAS (COA)

sebenarnya juga memiliki kelemahan, yakni terkait dengan kelengkapan serta

wewenang perbaikan kodenya.

a) Kelengkapan. Kode Lokasi menurut BPS hanya memuat lokasi administrasi

Indonesia yang terdiri atas Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai

dengan Kelurahan/esa. Kode ini tidak termasuk lokasi yang berada di luar

negeri. Sedangkan, untuk aplikasi DIPA selain kode lokasi wilayah

administratif di Indonesia, juga membutuhkan kode lokasi untuk wilayah

administratif negara-negara di dunia khususnya untuk satuan kerja di luar

negeri.

b) Wewenang perbaikan kode. Dengan menggunakan kode lokasi BPS, Ditjen

Perbendaharaan tidak akan dengan mudah menyesuaikan kode lokasi agar

sesuai dengan kebutuhan internal Ditjen Perbendaharaan. Selain itu, setiap

ada perubahan kode dari BPS, Ditjen Perbendaharaan harus ikut mengubah

kode lokasi yang dipakai dalam segmen BAS.

4) Implikasi

Kemungkinan akan terjadi penyesuaian (konversi) maupun migrasi

elemen data khususnya kode lokasi lama (DIPA) pada sistem aplikasi

sebelumnya menjadi kode lokasi baru (standar BPS) pada SPAN. Sedangkan,

untuk kode lokasi luar negeri perlu ditambahkan sendiri karena dalam kode

lokasi BPS, wilayah administratif negara-negara di dunia tidak dibuat/belum di

lakukan pemberian kodenya.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Dalam rangka pengembangan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)

sedang di susun usulan Bagan Akun Standar yang akan dipakai sebagai dasar

kodifikasi di dalam SPAN. Dalam usulan tersebut, kode lokasi merupakan salah satu

kode yang akan masuk menjadi salah satu segmen/bagian dari kombinasi BAS yang

baru.

2) Kode lokasi yang dipakai dalam aplikasi dilingkungan Ditjen Perbendaharaan

khususnya aplikasi DIPA memiliki perbedaan dengan kode lokasi yang diterbitkan

oleh Badan Pusat Statistik, serta banyak digunakan oleh instansi pemerintah pusat

dalam sistem informasinya termasuk dipakai oleh Ditjen Pajak sebagai salah satu

bagian dalam Nomor Objek Pajak (NOP).

3) Untuk menjaga konsistensi data dan mendukung pelaksanaan IGASIS (Intra

Governmental Access-Shared Information System), perlu kiranya diusulkan

penggunaan kode-kode yang lebih dikenal oleh banyak pihak dalam struktur Bagan

Akun Standar (BAS).

B. Rekomendasi

Berdasarkan pertimbangan manfaat dan kekurangan penggunaan kode lokasi BPS

sebagai salah satu segmen BAS sebagaimana disebutkan pada Bab 2, maka perlu kiranya

untuk menyesuaikan kode lokasi yang digunakan dalam sistem aplikasi terkait

pelaksanaan anggaran (pengeluaran maupun penerimaan) mengacu kepada kode lokasi

standar BPS. Bila memungkinkan, penggunaan kode lokasi dimaksud telah dilaksanakan

untuk pelaksanaan anggaran (DIPA) TA. 2011. Dengan asumsi DIPA Tahun Anggaran

10
2011 terakhir disusun pada Oktober 2010, maka masih tersedia waktu sekitar 2 (dua)

bulan lagi untuk merancangnya.

Penggunaan kode lokasi BPS dalam DIPA 2011 dimaksudkan untuk mengenalkan

kepada pengguna SPAN, agar lebih terbiasa dengan kode lokasi BPS dalam segmen BAS

yang baru nantinya.

Dalam implementasinya, perlu disiapkan kode untuk wilayah di luar negeri, karena

kode lokasi BPS tidak mencakup hal tersebut. Pilihannya adalah menggunakan kode

wilayah luar negeri seperti yang ada dalam kode lokasi menurut aplikasi DIPA dengan

beberapa penyesuaian. Penyesuaian yang dimaksud adalah mengganti kode wilayah luar

negeri yang sama kodenya dengan kode wilayah BPS yakni untuk kode wilayah 51.00

(Provinsi Bali), kode wilayah BPS 52.00 (Provinsi NTB), dan kode wilayah BPS 53.00

(Provinsi NTT).

Selain itu, dalam rangka memelihara tabel referensi kode lokasi dalam

implementasi SPAN, perlu ditunjuk petugas khusus yang mempunyai wewenang

melakukan updating, salah satunya adalah apabila terjadi penambahan provinsi maupun

kabupaten/kota yang baru. Hal ini diperlukan agar proses mapping maupung interfacing

dalam sistem dapat berjalan dengan baik.

11
Lampiran
Pemetaan (Mapping) Kode Lokasi Standar BPS
dengan Kode Lokasi DIPA
MAPPING KODE LOKASI STANDAR BPS vs DIPA

No. Urut Kode BPS Provinsi/Kabupaten/Kota (Ibukota) Kode DIPA


(1) (2) (3) (4)

1 1100 Prov. Nanggroe Aceh Darussalam (Banda Aceh) 0600


1 1101 Kab. Simeulue (Sinabung) 0609
2 1102 Kab. Aceh Singkil (Singkil) 0610
3 1103 Kab. Aceh Selatan (Tapakutan) 0605
4 1104 Kab. Aceh Tenggara (Kutacane) 0608
5 1105 Kab. Aceh Timur (Idi Rayeuk) 0604
6 1106 Kab. Aceh Tengah (Takengon) 0607
7 1107 Kab. Aceh Barat (Meulaboh) 0606
8 1108 Kab. Aceh Besar (Jantho) 0601
9 1109 Kab. Pidie (Sigli) 0602
10 1110 Kab. Bireuen (Bireuen) 0611
11 1111 Kab. Aceh Utara (Lhoksukon) 0603
12 1112 Kab. Aceh Barat Daya (Blangpidie) 0612
13 1113 Kab. Gayo Lues (Blangkejeran) 0613
14 1114 Kab. Aceh Tamiang (Karang Baru) 0616
15 1115 Kab. Nagan Raya (Suka Makmue) 0615
16 1116 Kab. Aceh Jaya (Calang) 0614
17 1117 Kab. Bener Meriah (Simpang Tiga Redelong) 0617
18 1118 Kabupaten Pidie Jaya (Meuredeu) 0618
19 1171 Kota Banda Aceh (Banda Aceh) 0651
20 1172 Kota Sabang (Sabang) 0652
21 1173 Kota Langsa (Langsa) 0653
22 1174 Kota Lhokseumawe (Lhokseumawe) 0654
23 1175 Kota Subulussalam (Subulussalam) 0656
2 1200 Prov. Sumatera Utara (Medan) 0700
24 1201 Kab. Nias (Gunungsitoli) 0711
25 1202 Kab. Mandailing Natal (Penyabungan) 0713
26 1203 Kab. Tapanuli Selatan (Padang Sidempuan) 0709
27 1204 Kab. Tapanuli Tengah (Sibolga) 0704
28 1205 Kab. Tapanuli Utara (Tarutung) 0708
29 1206 Kab. Toba Samosir (Balige) 0717
30 1207 Kab. Labuhan Batu (Rantauprapat) 0706
31 1208 Kab. Asahan (Kisaran) 0710
32 1209 Kab. Simalungun (Pematangsiantar) 0715
33 1210 Kab. Dairi (Sidikalang) 0707
34 1211 Kab. Karo (Kabanjahe) 0702
35 1212 Kab. Deli Serdang (Lubukpakam) 0701
36 1213 Kab. Langkat (Stabat) 07 03
37 1214 Kab. Nias Selatan (Teluk Dalam) 0714
38 1215 Kab. Humbang Hasundutan (Dolok Sanggul) 0716
39 1216 Kab. Pakpak Bharat (Salak) 0715
(1) (2) (3) (4)

40 1217 Kab. Samosir (Pangururan) 0712


41 1218 Kab. Serdang Bedagai (Sei Rampah) 0720
42 1219 Kab. Batu Bara 0721
43 1220 Kab. Padang Lawas Utara
44 1221 Kab. Padang Lawas
45 1222 Kab. Labuhan Batu Selatan
46 1223 Kab. Labuhan Batu Utara
47 1224 Kab. Nias Utara
48 1225 Kab. Nias Barat
49 1271 Kota Sibolga (Sibolga) 0756
50 1272 Kota Tanjung Balai (Tanjung Balai) 0755
51 1273 Kota Pematang Siantar (Pematang Siantar) 0754
52 1274 Kota Tebing Tinggi (Tebingtinggi) 0752
53 1275 Kota Medan (Medan) 0751
54 1276 Kota Binjai (Binjai) 0753
55 1277 Kota Padang Sidempuan (Padang Sidempuan) 0757
56 1278 Kota Gunung Sitoli (Gunung Sitoli)
3 1300 Prov. Sumatera Barat (Padang) 0800
57 1301 Kab. Kepulauan Mentawai (Tua Pejat) 0809
58 1302 Kab. Pesisir Selatan (Painan) 0806
59 1303 Kab. Solok (Solok) 0804
60 1304 Kab. Sawahlunto/Sijunjung (Muaro Sijunjung) 0814
61 1305 Kab. Tanah Datar (Batusangkar) 0807
62 1306 Kab. Padang Pariaman (Pariaman) 0805
63 1307 Kab. Agam (Lubukbasung) 0801
64 1308 Kab. Lima Puluh 0803
65 1309 Kab. Pasaman (Lubuksikaping) 0802
66 1310 Kab. Solok Selatan 0811
67 1311 Kab. Dharmas Raya 0810
68 1312 Kab. Pasaman Barat 0812
69 1371 Kota Padang (Padang) 0855
70 1372 Kota Solok (Solok) 0853
71 1373 Kota Sawah Lunto (Sawah Lunto) 0854
72 1374 Kota Padang Panjang (Padang Panjang) 0852
73 1375 Kota Bukittinggi (Bukittinggi) 0851
74 1376 Kota Payakumbuh (Payakumbuh) 0856
75 1377 Kota Pariaman (Pariaman) 0857
4 1400 Prov. Riau (Pakanbaru) 0900
76 1401 Kab. Kuantan Singingi (Teluk Kuantan) 0912
77 1402 Kab. Indragiri Hulu (Rengat) 0904
78 1403 Kab. Indragiri Hilir (Tembilahan) 0905
79 1404 Kab. Pelalawan (Pangkalan Kerinci) 0906
80 1405 Kab. Siak (Siak Sriindrapura) 0909
81 1406 Kab. Kampar (Bangkinang) 0901
(1) (2) (3) (4)

82 1407 Kab. Rokan Hulu (Pasir Pangaraian) 0907


83 1408 Kab. Bengkalis (Bengkalis) 0902
84 1409 Kab. Rokan Hilir (Ujung Tanjung) 0908
85 1410 Kab. Kepulauan Meranti
86 1471 Kota Pekan Baru (Pakanbaru) 0951
87 1473 Kota Dumai (Dumai) 0953
5 1500 Prov. Jambi (Jambi) 1000
88 1501 Kab. Kerinci (Sungaipenuh) 1005
89 1502 Kab. Merangin (Bangko) 1006
90 1503 Kab. Sarolangun (Sarolangun) 1004
91 1504 Kab. Batang Hari (Muara Bulian) 1001
92 1505 Kab. Muaro Jambi (Sengeti) 1009
93 1506 Kab. Tanjung Jabung Timur (Muara Sabak) 1007
94 1507 Kab. Tanjung Jabung Barat (Kuala Tungkal) 1002
95 1508 Kab. Tebo (Muara Tebo) 1008
96 1509 Kab. Bungo (Muara Bungo) 1003
97 1571 Kota Jambi (Jambi) 1051
98 1572 Kab. Sungai Penuh (Sungai Penuh) 1010
6 1600 Prov. Sumatera Selatan (Palembang) 1100
99 1601 Kab. Ogan Komering Ulu (Baturaja) 1104
100 1602 Kab. Ogan Komering Ilir (Kayu Agung) 1108
101 1603 Kab. Muara Enim (Muara Enim) 1105
102 1604 Kab. Lahat (Lahat) 1106
103 1605 Kab. Musi Rawas (Lubuk Linggau) 1107
104 1606 Kab. Musi Banyuasin (Sekayu) 1103
105 1607 Kab. Banyuasin (Banyuasin) 1109
106 1608 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan (Muaradua) 1111
107 1609 Kab. Ogan Komering Ulu Timur (Martapura) 1110
108 1610 Kab. Ogan Ilir (Indralaya) 1112
109 1611 Kab. Empat Lawang 1117
110 1671 Kota Palembang (Palembang) 1151
111 1672 Kota Prabumulih (Prabumulih) 1153
112 1673 Kota Pagar Alam (Pagaralam) 1154
113 1674 Kota Lubuk Linggau (Lubuklinggau) 1155
7 1700 Prov. Bengkulu (Bengkulu) 2600
114 1701 Kab. Bengkulu Selatan (Manna) 2602
115 1702 Kab. Rejang Lebong (Curup) 2603
116 1703 Kab. Bengkulu Utara (Argamakmur) 2601
117 1704 Kab. Kaur (Bintuhan) 2605
118 1705 Kab. Seluma (Tais) 2604
119 1706 Kab. Mukomuko (Mukomuko) 2606
120 1707 Kab. Lebong (Tubei) 2607
121 1708 Kab. Kepahiang (Kepahiang) 2608
122 1771 Kota Bengkulu (Bengkulu) 2651
(1) (2) (3) (4)

8 1800 Prov. Lampung (Bandar Lampung) 1200


123 1801 Kab. Lampung Barat (Liwa) 1204
124 1802 Kab. Tanggamus (Kotaagung) 1206
125 1803 Kab. Lampung Selatan (Kalianda) 1201
126 1804 Kab. Lampung Timur (Sukadana) 1207
127 1805 Kab. Lampung Tengah (Gunungsugih) 1202
128 1806 Kab. Lampung Utara (Kotabumi) 1203
129 1807 Kab. Way Kanan (Blambangan Umpu) 1208
130 1808 Kab. Tulang Bawang (Menggala) 1205
131 1809 Kab. Pesawaran
132 1810 Kab. Pringsewu
133 1811 Kab. Mesuji
134 1812 Kab. Tulang Bawang Barat
135 1871 Kota Bandar Lampung (Bandar Lampung) 1251
136 1872 Kota Metro (Metro) 1252
9 1900 Prov. Kep. Bangka Belitung (Pangkal Pinang) 3000
137 1901 Kab. Bangka (Sungailiat) 3002
138 1902 Kab. Belitung (Tanjungpandan) 3001
139 1903 Kab. Bangka Barat (Toboali) 3003
140 1904 Kab. Bangka Tengah (Koba) 3004
141 1905 Kab. Bangka Selatan (Mentok) 3005
142 1906 Kab. Belitung Timur (Manggar) 3006
143 1971 Kota Pangkal Pinang (Pangkal Pinang) 3051
10 2000 Prov. Kepulauan Riau (Tanjungpinang) 3200
144 2001 Kab. Karimun (Tanjung Balai Karimun) 3202
145 2002 Kab. Kepulauan Riau (Tanjungpinang)
146 2003 Kab. Natuna (Ranai) 3205
147 2004 Kab. Lingga (Daik Lingga) 3204
148 2005 Kab. Kepulauan Anambas
149 2071 Kota Batam (Batam) 3251
150 2072 Kota Tanjung Pinang 3252
11 3100 Prov. D K I Jakarta (Jakarta) 0100
151 3101 Kab. Kepulauan Seribu (Pulau Pramuka) 0156
152 3171 Kota Jakarta Selatan (Kebayoran Baru) 0154
153 3172 Kota Jakarta Timur (Cakung) 0155
154 3173 Kota Jakarta Pusat (Tanah Abang) 0151
155 3174 Kota Jakarta Barat (Puri Kembangan) 0153
156 3175 Kota Jakarta Utara (Tanjung Priok) 0152
12 3200 Prov. Jawa Barat (Bandung) 0200
157 3201 Kab. Bogor (Cibinong) 0206
158 3202 Kab. Sukabumi (Sukabumi) 0206
159 3203 Kab. Cianjur (Cianjur) 0207
160 3204 Kab. Bandung (Soreang) 0212
161 3205 Kab. Garut (Garut) 0214
(1) (2) (3) (4)

162 3206 Kab. Tasikmalaya (Tasikmalaya) 0215


163 3207 Kab. Ciamis (Ciamis) 0216
164 3208 Kab. Kuningan (Kuningan) 0218
165 3209 Kab. Cirebon (Sumber) 0217
166 3210 Kab. Majalengka (Majalengka) 0220
167 3211 Kab. Sumedang (Sumedang) 0213
168 3212 Kab. Indramayu (Indramayu) 0219
169 3213 Kab. Subang (Subang) 0211
170 3214 Kab. Purwakarta (Purwakarta) 0210
171 3215 Kab. Karawang (Karawang) 0209
172 3216 Kab. Bekasi (Bekasi) 0208
173 3217 Kab. Bandung Barat
174 3271 Kota Bogor (Bogor) 0252
175 3272 Kota Sukabumi (Sukabumi) 0253
176 3273 Kota Bandung (Bandung) 0251
177 3274 Kota Cirebon (Cirebon) 0254
178 3275 Kota Bekasi (Bekasi) 0257
179 3276 Kota Depok (Depok) 0258
180 3277 Kota Cimahi (Cimahi) 0261
181 3278 Kota Tasikmalaya (Tasikmalaya) 0260
182 3279 Kota Banjar (Banjar) 0262
13 3300 Prov. Jawa Tengah (Semarang) 0300
183 3301 Kab. Cilacap (Cilacap) 0316
184 3302 Kab. Banyumas (Purwokerto) 0315
185 3303 Kab. Purbalingga (Purbalingga) 0317
186 3304 Kab. Banjarnegara (Banjarnegara) 0318
187 3305 Kab. Kebumen (Kebumen) 0323
188 3306 Kab. Purworejo (Purworejo) 0322
189 3307 Kab. Wonosobo (Wonosobo) 0321
190 3308 Kab. Magelang (Mungkid) 0319
191 3309 Kab. Boyolali (Boyolali) 0325
192 3310 Kab. Klaten (Klaten) 0324
193 3311 Kab. Sukoharjo (Sukoharjo) 0327
194 3312 Kab. Wonogiri (Wonogiri) 0329
195 3313 Kab. Karanganyar (Karanganyar) 0328
196 3314 Kab. Sragen (Sragen) 0326
197 3315 Kab. Grobogan (Grobogan) 0304
198 3316 Kab. Blora (Blora) 0314
199 3317 Kab. Rembang (Rembang) 0313
200 3318 Kab. Pati (Pati) 0309
201 3319 Kab. Kudus (Kudus) 0310
202 3320 Kab. Jepara (Jepara) 0312
203 3321 Kab. Demak (Demak) 0303
204 3322 Kab. Semarang (Ungaran) 0301
205 3323 Kab. Temanggung (Temanggung) 0320
(1) (2) (3) (4)

206 3324 Kab. Kendal (Kendal) 0302


207 3325 Kab. Batang (Batang) 0306
208 3326 Kab. Pekalongan (Kajen) 0305
209 3327 Kab. Pemalang (Pemalang) 0311
210 3328 Kab. Tegal (Slawi) 0307
211 3329 Kab. Brebes (Brebes) 0308
212 3371 Kota Magelang (Magelang) 0355
213 3372 Kota Surakarta (Surakarta) 0356
214 3373 Kota Salatiga (Salatiga) 0352
215 3374 Kota Semarang (Semarang) 0351
216 3375 Kota Pekalongan (Pekalongan) 0353
217 3376 Kota Tegal (Tegal) 0354
14 3400 Prov. D I Yogyakarta (Yogyakarta) 0400
218 3401 Kab. Kulon Progo (Wates) 0404
219 3402 Kab. Bantul (Bantul) 0401
220 3403 Kab. Gunung Kidul (Wonosari) 0403
221 3404 Kab. Sleman (Sleman) 0402
222 3471 Kota Yogyakarta (Yogyakarta) 0451
15 3500 Prov. Jawa Timur (Surabaya) 0500
223 3501 Kab. Pacitan (Pacitan) 0526
224 3502 Kab. Ponorogo (Ponorogo) 0525
225 3503 Kab. Trenggalek (Trenggalek) 0520
226 3504 Kab. Tulungagung (Tulungagung) 0518
227 3505 Kab. Blitar (Blitar) 0521
228 3506 Kab. Kediri (Kediri) 0517
229 3507 Kab. Malang (Kepanjen) 0513
230 3508 Kab. Lumajang (Lumajang) 0516
231 3509 Kab. Jember (Jember) 0512
232 3510 Kab. Banyuwangi (Banyuwangi) 0511
233 3511 Kab. Bondowoso (Bondowoso) 0509
234 3512 Kab. Situbondo (Situbondo) 0510
235 3513 Kab. Probolinggo (Probolinggo) 0515
236 3514 Kab. Pasuruan (Pasuruan) 0514
237 3515 Kab. Sidoarjo (Sidoarjo) 0503
238 3516 Kab. Mojokerto (Mojokerto) 0502
239 3517 Kab. Jombang (Jombang) 0504
240 3518 Kab. Nganjuk (Nganjuk) 0519
241 3519 Kab. Madiun (Madiun) 0522
242 3520 Kab. Magetan (Magetan) 0524
243 3521 Kab. Ngawi (Ngawi) 0523
244 3522 Kab. Bojonegoro (Bonjonegoro) 0527
245 3523 Kab. Tuban (Tuban) 0528
246 3524 Kab. Lamongan (Lamongan) 0529
247 3525 Kab. Gresik (Gresik) 0501
248 3526 Kab. Bangkalan (Bangkalan) 0508
249 3527 Kab. Sampang (Sampang) 0505
(1) (2) (3) (4)

250 3528 Kab. Pamekasan (Pamekasan) 0506


251 3529 Kab. Sumenep (Sumenep) 0507
252 3571 Kota Kediri (Kediri) 0557
253 3572 Kota Blitar (Blitar) 0556
254 3573 Kota Malang (Malang) 0553
255 3574 Kota Probolinggo (Probolinggo) 0555
256 3575 Kota Pasuruan (Pasuruan) 0554
257 3576 Kota Mojokerto (Mojokerto) 0552
258 3577 Kota Madiun (Madiun) 0558
259 3578 Kota Surabaya (Surabaya) 0551
260 3579 Kota Batu (Batu) 0559
16 3600 Prov. Banten (Serang) 2900
261 3601 Kab. Pandeglang (Padeglang) 2902
262 3602 Kab. Lebak (Rangkasbitung) 2903
263 3603 Kab. Tangerang (Tigaraksa) 2904
264 3604 Kab. Serang (Serang) 2901
265 3671 Kota Tangerang (Tangerang) 2951
266 3672 Kota Cilegon (Cilegon) 2952
267 3673 Kota Serang
17 5100 Prov. Bali (Denpasar) 2200
268 5101 Kab. Jembrana (Negara) 2202
269 5102 Kab. Tabanan (Tabanan) 2208
270 5103 Kab. Badung (Badung) 2207
271 5104 Kab. Gianyar (Gianyar) 2204
272 5105 Kab. Klungkung (Klungkung) 2203
273 5106 Kab. Bangli (Bangli) 2206
274 5107 Kab. Karang Asem (Karangasem) 2205
275 5108 Kab. Buleleng (Singaraja) 2201
276 5171 Kota Denpasar (Denpasar) 22511
18 5200 Prov. Nusa Tenggara Barat (Mataram) 2300
277 5201 Kab. Lombok Barat (Mataram) 2301
278 5202 Kab. Lombok Tengah (Praya) 2302
279 5203 Kab. Lombok Timur (Selong) 2303
280 5204 Kab. Sumbawa (Sumbawa Besar) 2305
281 5205 Kab. Dompu (Dompu) 2306
282 5206 Kab. Bima (Raba) 2304
283 5207 Kab. Sumbawa Barat (Taliwang) 2307
284 5208 Kab. Lombok Utara
285 5271 Kota Mataram (Mataram) 2351
286 5272 Kota Bima (Bima) 2352
19 5300 Prov. Nusa Tenggara Timur (Kupang) 2400
287 5301 Kab. Sumba Barat (Waikabubak) 2412
288 5302 Kab. Sumba Timur (Waingapu) 2411
289 5303 Kab. Kupang (Kupang) 2401
290 5304 Kab. Timor Tengah Selatan (Soe) 2404
(1) (2) (3) (4)

291 5305 Kab. Timor Tengah Utara (Kefamenanu) 2403


292 5306 Kab. Belu (Atambua) 2402
293 5307 Kab. Alor (Kalabhi) 2405
294 5308 Kab. Lembata (Lewoleba) 2413
295 5309 Kab. Flores Timur (Larantuka) 2407
296 5310 Kab. Sikka (Maumere) 2406
297 5311 Kab. Ende (Ende) 2408
298 5312 Kab. Ngada (Bajawa) 2409
299 5313 Kab. Manggarai (Ruteng) 2410
300 5314 Kab. Rote Ndao (Baa) 2414
301 5315 Kab. Manggarai Barat (Labuan Bajo) 2415
302 5316 Kab. Sumba Tengah 2418
303 5317 Kab. Sumba Barat Daya 2419
304 5318 Kab. Nagekeo 2417
305 5319 Kab. Manggarai Timur
306 5371 Kota Kupang (Kupang) 2451
20 6100 Prov. Kalimantan Barat (Pontianak) 1300
307 6101 Kab. Sambas (Sambas) 1301
308 6102 Kab. Bengkayang (Bengkayang) 1307
309 6103 Kab. Landak (Ngabang) 1308
310 6104 Kab. Pontianak (Mempawah) 1304
311 6105 Kab. Sanggau (Batang Tarang) 1302
312 6106 Kab. Ketapang (Ketapang) 1306
313 6107 Kab. Sintang (Sintang) 1303
314 6108 Kab. Kapuas Hulu (Putussibau) 1305
315 6109 Kab. Sekadau (Sekadau) 1310
316 6110 Kab. Melawi (Nanga Pinoh) 1309
317 6111 Kab. Kayong Utara 1311
318 6112 Kab. Kubu Raya
319 6171 Kota Pontianak (Pontianak) 1351
320 6172 Kota Singkawang (Singkawang) 1352
21 6200 Prov. Kalimantan Tengah (Palangkaraya) 1400
321 6201 Kab. Kotawaringin Barat (Pankalan Bun) 1405
322 6202 Kab. Kotawaringin Timur (Sampit) 1404
323 6203 Kab. Kapuas (Kuala Kapuas) 1401
324 6204 Kab. Barito Selatan (Buntok) 1403
325 6205 Kab. Barito Utara (Muara Taweh) 1402
326 6206 Kab. Sukamara (Sukamara) 1408
327 6207 Kab. Lamandau (Nanga Bulik) 1409
328 6208 Kab. Seruyan (Kuala Pembuang) 1407
329 6209 Kab. Katingan (Kasongan) 1406
330 6210 Kab. Pulang Pisau (Pulang Pisau) 1411
331 6211 Kab. Gunung Mas (Kuala Kurun) 1410
332 6212 Kab. Barito Timur (Tamiang) 1413
(1) (2) (3) (4)

333 6213 Kab. Murung Raya (Purukcahu) 1412


334 6271 Kota Palangka Raya (Palangkaraya) 1451
22 6300 Prov. Kalimantan Selatan (Banjarmasin) 1500
334 6301 Kab. Tanah Laut (Pelaihari) 1502
335 6302 Kab. Kota Baru (Kotabaru) 1508
336 6303 Kab. Banjar (Martapura) 1501
337 6304 Kab. Barito Kuala (Marabahan) 1506
338 6305 Kab. Tapin (Rantau) 1503
339 6306 Kab. Hulu Sungai Selatan (Kandangan) 1504
340 6307 Kab. Hulu Sungai Tengah (Barabai) 1505
341 6308 Kab. Hulu Sungai Utara (Amuntai) 1509
342 6309 Kab. Tabalong (Tanjung) 1507
343 6310 Kab. Tanah Bumbu (Batulicin) 1510
344 6311 Kab. Balangan (Paringin) 1511
345 6371 Kota Banjarmasin (Banjarmasin) 1551
346 6372 Kota Banjar Baru (Banjarbaru) 1552
23 6400 Prov. Kalimantan Timur (Samarinda) 1600
347 6401 Kab. Pasir (Tanah Grogot) 1602
348 6402 Kab. Kutai Barat (Sendawar) 1507
349 6403 Kab. Kutai Kartanegara (Tenggarong) 1510
350 6404 Kab. Kutai Timur (Sangatta) 1508
351 6405 Kab. Berau (Tanjungredep) 1504
352 6406 Kab. Malinau (Malinau) 1506
353 6407 Kab. Bulungan (Tanjungselor) 1503
354 6408 Kab. Nunukan (Nunukan) 1505
355 6409 Kab. Penajam Paser Utara (Penajam) 1509
356 6410 Kab. Tana Tidung
357 6471 Kota Balikpapan (Balikpapan) 1552
358 6472 Kota Samarinda (Samarinda) 1551
359 6473 Kota Tarakan (Tarakan) 1553
360 6474 Kota Bontang (Bontang) 1554
24 7100 Prov. Sulawesi Utara (Manado) 1700
361 7101 Kab. Bolaang Mengondow (Kotamubagu) 1703
362 7102 Kab. Minahasa (Tondano) 1702
363 7103 Kab. Kepulauan Sangihe (Tahuna) 1704
364 7104 Kab. Kepulauan Talaud (Melonguane) 1705
365 7105 Kab. Minahasa Selatan (Amurang) 1706
366 7106 Kab. Minahasa Utara (Airmadidi) 1708
367 7107 Kab. Bolaang Mongondow Utara 1712
368 7108 Kab. Kep.Siau Tagulandang Biaro 1713
369 7109 Kab. Minahasa Tenggara 1711
370 7110 Kab. Bolaang Mongondow Selatan
371 7111 Kab. Bolaang Mongondow Timur
372 7171 Kota Manado (Manado) 1751
(1) (2) (3) (4)

373 7172 Kota Bitung (Bitung) 1753


374 7173 Kota Tomohon (Tomohon) 1752
375 7174 Kota Kotamobago 1754
25 7200 Prov. Sulawesi Tengah (Palu) 1800
376 7201 Kab. Banggai Kepulauan (Banggai) 1807
377 7202 Kab. Banggai (Luwuk) 1804
378 7203 Kab. Morowali (Bungku) 1806
379 7204 Kab. Poso (Poso) 1801
380 7205 Kab. Donggala (Donggala) 1802
381 7206 Kab. Toli-Toli (Toli-toli) 1803
382 7207 Kab. Buol (Buol) 1805
383 7208 Kab. Parigi Moutong (Parigi) 1808
384 7209 Kab. Tojo Una-Una (Ampana) 1809
385 7210 Kab. Sigi
386 7271 Kota Palu (Palu) 1851
26 7300 Prov. Sulawesi Selatan (Makassar) 1900
387 7301 Kab. Selayar (Benteng) 1914
388 7302 Kab. Bulukumba (Bulukumba) 1911
389 7303 Kab. Bantaeng (Bantaeng) 1912
390 7304 Kab. Jeneponto (Jeneponto) 1913
391 7305 Kab. Takalar (Takalar) 1915
392 7306 Kab. Gowa (Sunggu Minasa) 1902
393 7307 Kab. Sinjai (Sinjai) 1910
394 7308 Kab. Maros (Maros) 1907
395 7309 Kab. Pangkajene Kepulauan (Pangkajene) 1918
396 7310 Kab. Barru (Barru) 1916
397 7311 Kab. Bone (Watampone) 1905
398 7312 Kab. Soppeng (Watan Soppeng) 1919
399 7313 Kab. Wajo (Sengkang) 1903
400 7314 Kab. Sidenreng Rappang (Sidenreng) 1917
401 7315 Kab. Pinrang (Pinrang) 1901
402 7316 Kab. Enrekang (Enrekang) 1921
403 7317 Kab. Luwu (Palopo) 1909
404 7318 Kab. Tana Toraja (Makale) 1906
405 7322 Kab. Luwu Utara (Masamba) 1922
406 7325 Kab. Luwu Timur (Malili) 1924
407 7326 Kab. Toraja Utara
408 7371 Kota Makassar (Makassar) 1951
409 7372 Kota Pare-Pare (Pare-pare) 1952
410 7373 Kota Palopo (Palopo) 1953
27 7400 Prov. Sulawesi Tenggara (Kendari) 2000
411 7401 Kab. Buton (Bau-Bau) 2001
412 7402 Kab. Muna (Raha) 2002
413 7403 Kab. Konawe (Unaaha) 2009
(1) (2) (3) (4)

414 7404 Kab. Kolaka (Kolaka) 2004


415 7405 Kab. Konawe Selatan (Andolo) 2005
416 7406 Kab. Bombana (Rumbia) 2006
417 7407 Kab. Wakatobi (Wangi-Wangi) 2007
418 7408 Kab. Kolaka Utara (Lasusua) 2008
419 7409 Kab. Buton Utara
420 7410 Kab. Konawe Utara
421 7471 Kota Kendari (Kendari) 2051
422 7472 Kota Baubau (Bau-Bau) 2052
28 7500 Prov. Gorontalo (Gorontalo) 3100
423 7501 Kab. Boalemo (Marisa/Tilamuta) 3102
424 7502 Kab. Gorontalo (Gorontalo) 3101
425 7503 Kab. Pohuwato (Marisa) 3103
426 7504 Kab. Bone Bolango (Suwawa) 3104
427 7505 Kab. Gorontalo Utara 3107
428 7571 Kota Gorontalo (Gorontalo) 3151
29 7600 Prov. Sulawesi Barat (Mamuju) 3400
429 7601 Kab. Majene (Majene) 3401
430 7602 Kab. Polewali Mandar (Polewali) 3404
431 7603 Kab. Mamasa (Mamasa) 3405
432 7604 Kab. Mamuju (Mamuju) 3402
433 7605 Kab. Mamuju Utara (Pasangkayu) 3403
30 8100 Prov. Maluku (Ambon) 2100
434 8101 Kab. Maluku Tenggara Barat (Saumlaki) 2103
435 8102 Kab. Maluku Tenggara (Tual) 2102
436 8103 Kab. Maluku Tengah (Masohi) 2101
437 8104 Kab. Buru (Namlea) 2104
438 8105 Kab. Kepulauan Aru (Dobo) 2105
439 8106 Kab. Seram Bagian Barat (Dataran Hunipopu) 2106
440 8107 Kab. Seram Bagian Timur (Dataran Hunimoa) 2107
441 8108 Kab. Maluku Barat Daya
442 8109 Kab. Buru Selatan
443 8171 Kota Ambon (Ambon) 2151
444 8172 Kota Tual (Tual)
31 8200 Prov. Maluku Utara (Sofifi/Ternate) 2800
445 8201 Kab. Halmahera Barat (Ternate) 2807
446 8202 Kab. Halmahera Tengah (Weda) 2802
447 8203 Kab. Kepulauan Sula (Sanana) 2805
448 8204 Kab. Halmahera Selatan (Labuha) 2804
449 8205 Kab. Halmahera Utara (Tobelo) 2803
450 8206 Kab. Halmahera Timur (Maba) 2806
451 8207 Kab. Morotai
452 8271 Kota Ternate (Ternate) 2851
453 8272 Kota Tidore Kepulauan (Tidore) 2852
(1) (2) (3) (4)

32 9100 Prov. Irian Jaya Barat (Manokwari) 3300


454 9101 Kab. Fak-Fak (Fak-Fak) 3303
456 9102 Kab. Kaimana (Kaimana) 3308
458 9103 Kab. Teluk Wondama (Rasiei) 3307
460 9104 Kab. Teluk Bintuni (Bintuni) 3306
462 9105 Kab. Manokwari (Manokwari) 3301
464 9106 Kab. Sorong Selatan (Teminabuan) 3304
466 9107 Kab. Sorong (Sorong) 3302
468 9108 Kab. Raja Ampat (Waisai) 3305
470 9109 Kab. Tambrauw
472 9110 Kab. Maybrat
474 9171 Kota Sorong (Sorong) 3351
33 9400 Prov. Papua (Jayapura) 2500
475 9401 Kab. Merauke (Merauke) 2507
476 9402 Kab. Jayawijaya (Wamena) 2508
477 9403 Kab. Jayapura (Jayapura) 2501
478 9404 Kab. Nabire (Nabire) 2510
479 9408 Kab. Yapen Waropen (Serui) 2504
480 9409 Kab. Biak Numfor (Biak) 2502
481 9410 Kab. Paniai (Enarotali) 2509
482 9411 Kab. Puncak Jaya (Kotamulia) 2511
483 9412 Kab. Mimika (Timika) 2512
484 9413 Kab. Boven Digoel (Tanah Merah) 2515
485 9414 Kab. Mappi (Kepi) 2513
486 9415 Kab. Asmat (Agats) 2514
487 9416 Kab. Yahukimo (Sumohai) 2524
488 9417 Kab. Pegunungan Bintang (Oksibil) 2519
489 9418 Kab. Tolikara (Karubaga) 2518
490 9419 Kab. Sarmi (Sarmi) 2516
491 9420 Kab. Keerom (Waris) 2517
492 9426 Kab. Waropen (Botawa) 2523
493 9427 Kab. Supiori (Sorendiweri) 2527
494 9428 Kab. Mamberamo Raya
495 9429 Kab. Nduga
496 9430 Kab. Lanny Jaya
497 9431 Kab. Mamberano Tengah
498 9432 Kab. Yalimo
499 9433 Kab. Puncak
500 9434 Kab. Dogiyai
501 9435 Kab. Intan Jaya
502 9436 Kab. Deiyai
503 9471 Kota Jayapura (Jayapura) 2551
Catatan: BPS Bulan Agustus 2009.

Anda mungkin juga menyukai