Anda di halaman 1dari 14

UPAYA BANK INDONESIA DALAM DIGITALISASI SISTEM

PEMBAYARAN UMKM

ASYIFA ALFIYANTI

SMAN 2 DEPOK – JAWA BARAT

KOMPETISI SAINS NASIONAL

BIDANG EKONOMI

2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kita panjatkan kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah untuk rangkaian Kompetisi Sains
Nasional 2020 Bidang Ekonomi yang berjudul “UPAYA BANK INDONESIA DALAM
DIGITALISASI SISTEM PEMBAYARAN UMKM” ini.

Karya tulis ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak yang mendukung kelancaran pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Depok, 12 Oktober 2020

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, UMKM adalah usaha perdagangan


yang dikelola oleh badan usaha atau perorangan yang merujuk pada usaha ekonomi produktif
sesuai dengan kriteria yang termuat dalam UU Nomor 20 Tahun 2008. Jumlah UMKM yang ada
di Indonesia sangatlah banyak, berdasarkan data dari Kementerian Kominfo, terhitung hingga
tahun 2020, terdapat sebanyak 64 juta UMKM yang aktif beroperasi di Indonesia. Kontribusi
UMKM sangatlah besar bagi pendapatan domestik bruto Indonesia, karena UMKM telah
menyumbangkan hingga Rp 8.573,9 triliun ke PDB Indonesia (atas dasar harga berlaku) pada
2018. PDB Indonesia pada 2018 sebesar Rp 14.838,3 triliun, maka kontribusi UMKM mencapai
57,8% terhadap PDB. Selain itu, UMKM telah mempekerjakan sebanyak 116.978.631 orang atau
mencapai 97% dari total tenaga kerja Indonesia (UMKM dan Unit Besar). 1

Menurut data tahun 2019 lalu, Kementerian Koperasi dan UKM melansir sebanyak 8 juta
UMKM sudah memanfaatkan platform online dalam memasarkan produknya. Jumlah ini
berkisar 14 persen dari total pelaku UMKM yang ada di Indonesia yakni 58 juta. Dalam hal ini,
sebanyak 8 juta UMKM telah beralih ke sistem digital baik dalam promosi maupun transaksi. 2
Perkembangan digitalisasi per tahun 2019 ini didukung oleh digital payment seperti GOPAY
yang merupakan unit dari GOJEK. Keberadaan GOPAY berhasil membuat beberapa UMKM
beralih ke sistem digital melalui kerja sama dalam produk GOJEK seperti GO FOOD. Setelah
GOPAY berhasil menguasai pasar pembayaran digital, masuklah OVO yang merupakan digital
payment yang didukung oleh Lippo Group dan GRAB yang semakin menambah jumlah
digitalisasi UMKM.

Berdasarkan data dari Staff Khusus Kementerian Kominfo pada webinar yang bertajuk
"Sistem Pembayaran Digital Jadi Jurus Ampuh Saat Pandemi Covid-19 & Masa Depan", hingga
April 2020 terdapat 64 juta UMKM yang 9,4 juta dari jumlah tersebut sudah menggunakan

1
Berdasarkan data dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/20/berapa-sumbangan-umkm-
terhadap-perekonomian-
indonesia#:~:text=Usaha%20Mikro%2C%20Kecil%2C%20dan%20Menengah,57%2C8%25%20terhadap
%20PDB.
2
Berdasarkan data dari https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190701123829-37-81831/baru-14-dari-
58-juta-umkm-ri-yang-masuk-e-commerce-kenapa
sistem digital, baik dalam penjualan maupun transaksi pembayaran. Jika dibandingkan dengan
capaian tahun sebelumnya, jumlah UMKM yang mengalami digitalisasi meningkat cukup
banyak, hal ini disebabkan oleh tren konsumen yang semakin menyukai belanja daring.

Sebagian besar konsumen sangat menyukai belanja daring karena tidak perlu lagi untuk
keluar rumah, hanya sesimpel membuka gawainya mereka langsung dapat membeli barang yang
diinginkannya. Selain itu, konsumen juga sangat menyukai pembayaran digital jika mereka
berbelanja di toko-toko, alasannya dengan adanya pembayaran digital konsumen tidak perlu lagi
menyiapkan uang pas dalam dompetnya.

Dalam merespon selera konsumen, UMKM sudah seharusnya segera beralih ke sistem
pembayaran digital. Namun sayangnya masih banyak pemilik UMKM yang beranggapan bahwa
digitalisasi sistem pembayaran UMKM sangatlah merepotkan. Bagi sebagian orang, beralih ke
teknologi sangatlah sulit karena perlunya kemampuan teknologi juga dibutuhkan biaya yang
cukup mahal. Oleh karena itu, Bank Indonesia sebagai lembaga independen yang bertugas
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, semakin mempercepat langkah untuk
membenahi UMKM yang belum beralih ke sistem pembayaran digital.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yakni sebagai berikut:

1. Apa saja upaya Bank Indonesia dalam mengusahakan digitalisasi sistem pembayaran
UMKM
2. Menganalisis pengaruh kebijakan Bank Indonesia menggunakan kurva AD-AS

1.3 Tujuan Pembahasan

Dalam penyusunan makalah ini, terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai, yakni
sebagai berikut.

1. Menguraikan upaya Bank Indonesia dalam mengusahakan digitalisasi sistem


pembayaran UMKM dan dampaknya terhadap kestabilan harga
2. Mengetahui manfaat digitalisasi sistem pembayaran UMKM terhadap perekonomian
1.4 Manfaat Pembahasan

Adapun manfaat pembahasan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Menambah bahan studi literatur dan kepustakaan mengenai Bank Indonesia yang
berperan dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
2. Menambah wawasan para pembaca mengenai pentingnya digitalisasi sistem pembayaran
UMKM
3. Memberikan kesimpulan mengenai apa saja upaya Bank Indonesia dalam mengusahakan
digitalisasi sistem pembayaran UMKM dan dampaknya terhadap perekonomian

1.5 Batasan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini tentunya diperlukan pembatasan dari hal-hal yang akan
dibahas, agar pembahasannya dapat terfokus menyelesaikan rumusan masalah yang tertera di
atas. Pembatasan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Membahas kebijakan-kebijakan Bank Indonesia khususnya dalam mempercepat


digitalisasi sistem pembayaran UMKM
2. Menganalisis pengaruh kebijakan Bank Indonesia terhadap kestabilan harga
menggunakan kurva AD-AS
BAB II BANK INDONESIA

2.1 Pengertian Bank Indonesia

Menurut UU RI No.3 Tahun 2004 tentang Perubahan UU RI No.23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. Bank Indonesia adalah
lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-Undang ini. Bank Indonesia juga
merupakan lembaga yang berbadan hukum yang memiliki kewenangan untuk melakukan
perbuatan hukum. Bank Indonesia berkedudukan di Ibukota Jakarta, dengan dipimpin oleh
Dewan Gubernur dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.3

2.2 Tujuan Bank Indonesia

Sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah dapat dilihat dalam 2 aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang rupiah terhadap barang dan jasa, serta kestabilan nilai mata uang
rupiah terhadap mata uang negara lain. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa dapat
tercermin dalam perkembangan laju inflasi. Sedangkan kestabilan nilai mata uang rupiah
terhadap mata uang negara lain dapat tercermin dalam perkembangan nilai tukar rupiah terhadap
mata uang negara lain, yaitu dalam pelemahan atau penguatan nilai rupiah.

2.3 Tugas Bank Indonesia

Untuk mencapai tujuan tunggal tersebut, Bank Indonesia memiliki tiga pilar utama yang
merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan
tunggal Bank Indonesia dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah dituangkan dalam tiga pilar utama, yakni
sebagai berikut.

3
Disadur dari dokumen Bank Indonesia tentang UU BI No.3 Tahun 2004
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

Untuk menjaga kestabilan perekonomian Indonesia maka dibuatlah sebuah kebijakan


moneter. Kebijakan moneter berfungsi untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di
masyarakat tetap stabil. Sehingga harga barang-barang pokok juga tetap bisa dikendalikan.
Selain itu tujuan ditetapkannya kebijakan moneter ini adalah untuk mendukung pertumbuhan
perekonomian Negara Indonesia. Sebelum Bank Indonesia menetapkan sebuah kebijakan
moneter, Bank Indonesia harus berunding dengan pemerintah terlebih dahulu agar kebijakan
moneter yang akan dibuat memiliki visi dan misi yang sama dengan pemerintah dalam
mendukung perkembangan perekonomian Indonesia. 4

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

Saat ini ada banyak variasi dari sisem pembayaran yang memerlukan regulasi. Dalam
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia menetapkan aturanaturan
terkait tata cara pembayaran, termasuk merumuskan peraturan dalam pengajuan kredit, rekam
jejak nasabah, dan verifikasi transaksi dalam jumlah besar. Selain itu, Bank Indonesia juga
berperan sebagai mediator ketika ada sengketa yang tak terselesaikan antara pihak bank dengan
nasabah. Selain menetapkan regulasi, Bank Indonesia juga bertugas menciptakan standar,
prosedur, dan kesepakatan yang akan digunakan pada sistem pembayaran, sehingga antara satu
bank dengan bank lain memiliki aturan sistem pembayaran yang sama. 4

3. Mewujudkan stabilitas sistem keuangan

Bank Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat melalui mekanisme pengawasan dan regulasi perbankan dalam kebijakan
makroprudensial. Melalui riset dan dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-
informasi yang mengancam stabilitas sistem keuangan.

4
Disadur dari https://www.simulasikredit.com/3-tugas-bank-indonesia-bi-sebagai-bank-sentral/
BAB III DIGITALISASI SISTEM PEMBAYARAN UMKM

3.1 Pengertian Sistem Pembayaran Digital

Sistem pembayaran digital adalah cara pembayaran menggunakan media elektronik,


seperti melalui internet banking, mobile banking, dan dompet digital. Sistem pembayaran digital
saat ini sangat beragam jenisnya, namun seluruh regulasi sistem pembayaran tetap diatur oleh
Bank Indonesia yang bertugas mengatur dan menjaga kestabilan sistem pembayaran. Saat ini,
keberadaan pembayaran digital cukup banyak diminati masyarakat, terlebih lagi akibat adanya
pandemi ini, oleh karena itu Bank Indonesia mempercepat aksinya dengan beberapa langkah.

3.2 Langkah Bank Indonesia dalam Mengusahakan Digitalisasi Sistem Pembayaran


UMKM

Pada tahun 2019, Bank Indonesia merilis 5 Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025,
yang berisikan berikut:

• mendukung integrasi ekonomi-keuangan digital nasional sehingga menjamin fungsi


bank sentral dalam proses peredaran uang, kebijakan moneter, dan stabilitas sistem keuangan,
serta mendukung inklusi keuangan.

• mendukung digitalisasi perbankan sebagai lembaga utama dalam ekonomi-keuangan


digital melalui open-banking maupun pemanfaatan teknologi digital dan data dalam bisnis
keuangan.

• menjamin interlink antara Fin-tech dengan perbankan untuk menghindari risiko shadow
banking melalui pengaturan teknologi digital (seperti Application Programming Interface-API),
kerjasama bisnis, maupun kepemilikan perusahaan.

• menjamin keseimbangan antara inovasi dengan consumers protection, integritas dan


stabilitas serta persaingan usaha yang sehat melalui penerapan Know Your Customer (KYC) &
Anti-Money Laundering / Combating the Financing of Terrorism (AML/CFT), kewajiban
keterbukaan untuk data/informasi/bisnis publik, dan penerapan reg-tech & sup-tech dalam
kewajiban pelaporan, regulasi dan pengawasan.
• menjamin kepentingan nasional dalam ekonomi-keuangan digital antar negara melalui
kewajiban pemrosesan semua transaksi domestik di dalam negeri dan kerjasama penyelenggara
asing dengan domestik, dengan memperhatikan prinsip resiprokalitas. 5

3.2.1 Sistem QRIS

Untuk mewujudkan 5 Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025, Bank Indonesia


meluncurkan sistem QRIS. QRIS (QR Code Indonesia Standard) adalah standar QR Code
pembayaran untuk sistem pembayaran Indonesia yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan
Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). QRIS dirancang sebagai pemersatu semua
aplikasi pembayaran yang menggunakan QR code, tujuannya adalah untuk mempermudah sistem
pembayaran digital, sehingga tidak diperlukan banyak QR code untuk setiap merchant yang
berbeda. QRIS ini nantinya dapat digunakan untuk seluruh merchant yang bekerja sama dengan
Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). Sistem QRIS menggunakan Merchant Presented
Mode (MPM), sehingga pengguna cukup meng-scan QR code di QRIS yang ada di berbagai
merchant yang menyediakan transaksi QR.6

Dalam aturan pelaksanaan QRIS, batas nominal transaksi yang bisa dilakukan maksimal
Rp2 juta per transaksi. Akan tetapi, penerbit (PJSP) bisa menetapkan batas nominal kumulatif
harian dan/atau bulanan atas transaksi QRIS yang dilakukan oleh masing-masing pengguna
QRIS. Penetapan batas nominal kumulatif itu dengan syarat penerbit punya pertimbangan
manajemen risiko yang baik. Dengan adanya QRIS, diharapkan transaksi pembayaran bisa lebih
efisien atau murah, inklusi keuangan di Indonesia lebih cepat, UMKM bisa lebih maju, dan pada
akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. 6

QRIS mempunyai banyak manfaat bagi UMKM yang menggunakan, diantaranya:

1. Peningkatan traffic penjualan

Berpotensi perluasan penjualan karena alternatif pembayaran selain kas. Dengan


beralihnya ke sistem pembayaran digital, diharapkan UMKM dapat memperluas penjualannya

5
Dikutip dari https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/SP_214019.aspx
6
Berdasarkan informasi dari web https://www.bi.go.id/QRIS/Contents/Default.aspx
dan mendapatkan konsumen lebih banyak karena adanya sistem pembayaran digital yang saat ini
banyak digemari masyarakat.

2. Penurunan biaya pengelolaan uang kecil

Dengan adanya sistem pembayaran QRIS, pemilik UMKM tidak perlu lagi menyiapkan
uang kecil untuk uang pengembalian, karena jumlah yang dibayarkan konsumen sudah sesuai
dengan jumlah yang harus dibayarkan. Selain itu, adanya QRIS juga mengurangi resiko
pencurian uang, karena sudah tersimpan aman di dompet digital pemilik QRIS dan jumlahnya
dapat dilihat setiap saat.

3. Penurunan risiko rugi

Pemilik UMKM tidak perlu lagi merasa cemas akan adanya transaksi menggunakan uang
palsu, karena dengan adanya sistem digital payment, pemilik UMKM hanya menerima cash dari
bank, sehingga risiko penggunaan uang palsu dapat dihindari.

4. Transaksi tercatat secara otomatis

Penggunaan digital payment akan memudahkan UMKM dalam memonitor riwayat


transaksi, karena pemilik UMKM dapat melihat riwayat keluar-masuk uang dari aplikasi PJSP
tersebut.

5. Kemudahan pembayaran

Jika pemilik UMKM telah menggunakan digital payment, maka pemilik UMKM tidak
perlu meninggalkan toko jika akan membayar tagihan, karena cukup dengan menggunakan
gadget yang dimiliki untuk membayar tagihan tersebut tanpa harus meninggalkan toko.

Mekanisme bertransaksi dengan QRIS sangatlah mudah, yaitu dengan:

1. Pilih dan buka aplikasi pembayaran yang anda inginkan

2. Scan QRIS dan periksa nama merchantnya

3. Isi nominal dan bayar


3.2.2 Kebijakan Bank Indonesia

Mekanisme penggunaan sistem QRIS sangatlah mudah, akan tetapi masih banyak pemilik
UMKM yang belum juga beralih ke digital payment karena masih berpikir bahwa biaya yang
dibutuhkan untuk digitalisasi sistem pembayaran sangatlah mahal, oleh karena itu Bank
Indonesia membuat beberapa kebijakan guna mendorong UMKM untuk beralih ke sistem digital
payment.

Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya:

1. Membebaskan pengenaan biaya transaksi pemrosesan QRIS bagi pedagang kategori


usaha mikro oleh Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) yang berlaku efektif 1
April sampai dengan 30 September 2020.
2. Menurunkan fee SKNBI dari capping maksimal Rp 3.500 menjadi Rp 2.900 di sisi
nasabah yang berlaku efektif 1 April hingga 31 Desember 2020.7

Selain memberikan kemudahan dalam pemrosesan QRIS, Bank Indonesia juga membuat beberapa
kebijakan yang bertujuan untuk memudahkan pemilik UMKM beralih menggunakan kartu kredit.
Kebijakan tersebut diantaranya:

1. Penurunan batas maksimum suku bunga dari 2,25% menjadi 2% per bulan
2. Penurunan nilai pembayaran minimum dari 10% menjadi 5%. 7

7
Dikutip dari https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-sederet-kebijakan-bi-mendorong-transaksidigital-di-
tengah-pandemi-corona
BAB IV ANALISIS KURVA AD-AS

Bank Indonesia mempunyai tujuan tunggal yaitu mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah dapat dilihat dari kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan
jasa, yang tercermin dalam laju inflasi. Bank Indonesia sangat mengusahakan digitalisasi sistem
pembayaran UMKM dengan membuat kebijakan-kebijakan yang memudahkan UMKM untuk
beralih ke digital payment, hal ini dilakukan karena pentingnya peran UMKM dalam kestabilan
harga. Untuk menjelaskan argumen ini diperlukan analisis menggunakan kurva AD-AS seperti
berikut ini.

AS1
AS2

P1
P2

AD

Y
Y1 Y2
Adanya kebijakan-kebijakan yang memudahkan UMKM dalam memperoleh kredit dan
beralih ke digital payment akan menurunkan biaya produksi bagi UMKM. Jika biaya produksi
turun, maka UMKM mampu untuk meningkatkan penawaran agregat. Jika penawaran agregat
meningkat, maka kurva AS akan bergeser ke kanan (AS2) yang menyebabkan tingkat output
agregat bertambah ke Y2 dan tingkat harga turun ke P2. Sehingga dapat disimpulkan tingkat
harga akan stabil dan nilai rupiah stabil, sesuai tujuan tunggal Bank Indonesia.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adanya kenaikan selera konsumen dalam menggunakan sistem pembayaran digital dapat
menjadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia untuk menggencarkan langkahnya dalam
mengusahakan digitalisasi sistem pembayaran UMKM. Digitalisasi sistem pembayaran UMKM
sangatlah penting, selain untuk meningkatkan omset UMKM, juga untuk menstabilkan nilai
rupiah melalui kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa. Untuk itu, Bank Indonesia telah
merilis sistem QRIS dan sederet kebijakan-kebijakan yang bertujuan untuk memudahkan
UMKM beralih ke digital payment. Dengan adanya kemudahan-kemudahan tersebut, diharapkan
jumlah UMKM yang beralih ke digital payment akan meningkat, sehingga kestabilan nilai rupiah
tetap terjaga, sesuai dengan analisis menggunakan kurva AD-AS.

5.2 Saran

Sebagian besar pemilik UMKM berpikir bahwa digitalisasi sistem pembayaran UMKM
membutuhkan biaya yang mahal dan sulitnya dalam penggunaan teknologi digital. Oleh karena
itu, kebijakan-kebijakan Bank Indonesia akan lebih efektif jika diikuti dengan program yang
dapat meningkatkan kemampuan penggunaan teknologi digital bagi pemilik UMKM, serta
program yang dapat meningkatkan literasi pemilik UMKM khususnya tentang digital payment.
DAFTAR PUSTAKA

Berapa Sumbangan UMKM Terhadap Perekonomian Indonesia?. Diakses pada 12 Oktober 2020 dari
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/05/20/berapa-sumbangan-umkm-terhadap-
perekonomian-
indonesia#:~:text=Usaha%20Mikro%2C%20Kecil%2C%20dan%20Menengah,57%2C8%25
%20terhadap%20PDB.

3 Tugas Bank Indonesia (BI) Sebagai Bank Sentral. Diakses pada 12 Oktober 2020 dari
https://www.simulasikredit.com/3-tugas-bank-indonesia-bi-sebagai-bank-sentral/

Fadila, Rani Ummi. (2020, Mei 9). 1.785 Koperasi dan 163.713 UMKM Terdampak Pandemi
Covid-19. Diakses pada 12 Oktober 2020 dari https://www.pikiran-
rakyat.com/ekonomi/pr01379615/1785-koperasi-dan-163713-umkm-terdampak-pandemi-covid-
19

Amalia, Dina. (2020, Februari 1). Pengertian, Jenis, dan Perkembangan UMKM di Indonesia.
Diakses pada 12 Oktober 2020 dari https://www.jurnal.id/id/blog/pengertian-jenis-
danperkembangan-umkm-di-indonesia/

Ananta, Yanurisa. (2019, Juli 1). Baru 14% dari 58 Juta UMKM RI yang Masuk e-Commerce,
Kenapa?. Diakses pada 12 Oktober 2020 dari
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190701123829-37-81831/baru-14-dari-58-jutaumkm-ri-
yang-masuk-e-commerce-kenapa

Bank Indonesia. (2019). Bank Indonesia Paparkan 5 Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025.
Diakses pada 12 Oktober 2020 dari https://www.bi.go.id/id/ruang-
media/siaranpers/Pages/SP_214019.aspx

Bank Indonesia. (2020). Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Diakses pada 12
Oktober 2020 dari https://www.bi.go.id/QRIS/Contents/Default.aspx

Ini Sederet Kebijakan BI mendorong Transaksi Digital di Tengah Pandemi Corona. Diakses pada
12 Oktober 2020 dari https://keuangan.kontan.co.id/news/ini-sederet-kebijakan-bi-mendorong-
transaksi-digital-di-tengah-pandemi-corona

Anda mungkin juga menyukai