Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG


Perekonomian merupakan suatu hal yang sangat penting dalam Islam. Tanpa adanya
kegiatan perekonomian seorang manusia mungkin tidak akan bisa mendapatkan rezeki untuk
melangsungkan kehidupan. Sebagai seorang muslim sejatinya seluruh kegiatan yang kita lakukan
di muka bumi ini haruslah sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Dengan mematuhi
perintah Allah dan Rasul-Nya dalam menjalankan setiap kegiatan yang kita lakukan di muka
bumi ini termasuk kegiatan perekonomian akan mendatangkan berkah kepada kita manusia.
Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rizki, dan dengan rizki ia dapat
melangsungkan kehidupannya. Al-quran dan sunnah Rasul merupakan pedoman utama bagi
seorang muslim dalam menjalankan setiap kegiatannya di muka bumi ini diiringi dengan sunnah
yang dilakukan oleh Rasulullah hadits yang menjelaskan seluruh isi Alquran dan apa-apa yang
tidak ada di dalamnya. Mengikuti Alquran dan Sunnah akan mendatangkan kebaikan bagi
seorang muslim. Terdapat banyak ayat Al Qur’an dan hadits Nabi yang memerintahkan manusia
untuk rajin bekerja dan mencela orang menjadi pemalas. Tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi
dibenarkan oleh Al Qur’an. Apabila kegiatan itu punya hasil yang merugikan banyak orang dan
menguntungkan sebagian kecil orang pasti akan ditolak seperti halnya riba.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah jelas melarang riba dalam kegiatan perekonomian.
Riba merupakan suatu kelebihan yang tidak disertai dengan imbalan yang disyaratkan dalam jual
beli. Secara umum, riba adalah sebuah bunga atau penambahan nilai yang melebihi jumlah
pinjaman saat dikembalikan dengan nilai tertentu yang diambil dari jumlah pokok pinjaman
untuk dibayarkan oleh peminjam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasul-Nya dengan keras
melarang praktek riba ini karena riba sangat merugikan umat dalam perekonomian
Salah satu lembaga keuangan dalam perekonomian dunia yang terkenal dengan praktik
riba adalah bank. Bank konvensional merupakan bank yang memiliki unsur riba dam
kegiatannya. Dalam mendapatkan keuntungan bank menggunakan sistem bunga (persentase)
tetap. Bank tidak mau melihat, apakah wiraswastawan peminjam mendapat kerugian atau laba.
Hal ini membuat sekelompok orang islam untuk mendirikan bank islam dengan ciri tanpa bunga
yang disebut dengan bank syari’ah. Bank syariah merupakan bank yang menjalankan
kegiatannya berdasarkan hukum Islam.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia tentunya
sangat membutuhkan bank syariah sebagai lembaga yang menjamin kehalalan seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan bank. Di Indonesia ada banyak sekali bank syariah
yang telah menjalankan kegiatan operasinya. Salah satu bank syariah terbaru yang
baru saja didirikan pada bulan Februari tahun 2021 adalah Bank Syariah Indonesia.
Pada Kuartal pertama tahun 2021 bank syariah Indonesia telah mencatatkan laba yang
cukup besar bagi sebuah bank baru. Fenomena yang cukup baik dari sebuah bank
syariah yang baru berdiri ini akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini

B.                 RUMUSAN MASALAH


Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah:
1.                  Apa yang dimaksud dengan bank syari’ah Indonesia?
2.                  Bagaimana kinerja bank syari’ah Indonesia?
3.                  Apa saja prinsip-prinsip bank syari’ah?
4.                  Apa saja produk-produk Bank Syari’ah?
5.                  Apa strategi bank syari’ah Indonesia?

C.                TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun
tujuannya yakni sebagai berikut:
1.                  Mengetahui pengertian bank syari’ah Indonesia
2.                  Mengetahui kinerja bank syari’ah Indonesia
3.                  Mengetahui prinsip-prinsip bank syari’ah Indonesia
4.               Mengetahui produk-produk bank syari’ah
6.                  Mengetahui startegi bank syari’ah Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
A.                PROFIL BANK SYARI’AH INDONESIA
Bank syariah Indonesia adalah sebuah bank yang berdiri pada tanggal 1 Februari 2021
yang merupakan hasil merger dari bank Bri Syariah, Syariah Mandiri dan BNI Syariah. Bank
Syariah Indonesia mendapat izin dari OJK dengan Nomor: SR-3/PB.1/2021 tanggal 27 Januari
2021 perihal Pemberian Izin Penggabungan PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah
ke dalam PT Bank BRIsyariah Tbk serta Izin Perubahan Nama dengan Menggunakan Izin Usaha
PT Bank BRIsyariah Tbk Menjadi Izin Usaha atas nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk sebagai
Bank Hasil Penggabungan.
Pendirian bank syariah Indonesia dengan melakukan penggabungan dari tiga bank syariah
besar yang telah berdiri di Indonesia sudah direncanakan sejak Maret 2020 lalu. Proses pendirian
ini harus melalui tahapan yang cukup ketat termasuk proses perizinan dari Otoritas Jasa
Keuangan. Proses pendirian Bank Syariah Indonesia dengan merger dari tiga bank syariah besar
yang telah berdiri di Indonesia harus melalui proses yang sangat berat, beberapa proses tersebut
adalah proses pengesahan nama baru yakni Bank Syariah Indonesia yang dilakukan oleh
Kementerian Hukum dan HAM, persiapan logo baru, dan lainnya.
Setelah melalui prosedur yang cukup pada 1 Februari 2021, BSI diresmikan oleh Presiden
Joko Widodo dan mulai beroperasi di beberapa wilayah di Indonesia. Adapun pemilihan
penggabungan tiga bank syariah milik BUMN yang bisa memberikan dampak yang lebih besar
lagi dan mempermudah pengembangan dari satu pintu. BRI Syariah, BNI Syariah, dan Mandiri
Syariah memiliki rekam jejak yang baik selama ini. Bahkan pertumbuhan perbankan syariah
selama pandemi Covid-19 tetap tumbuh secara positif. Hal ini yang membuat pengukuhan
terhadap hadirnya BSI akan menjadi salah satu katalis pertumbuhan ekonomi Indonesia.
B.                 KINERJA BANK SYARI’AH INDONESIA
Hasil kinerja pada Kuartal 1 2021 telah diumumkan, termasuk bank-bank syariah. Salah
satunya, Bank Syariah Indonesia (BSI). Bank syariah Indonesia yang merupakan hasil merger
dari 3 bank syariah mencatatkan kinerja yang sangat baik pada Kuartal 1 2021. Keberlangsungan
pandemi Covid-19 telah memberikan pukulan yang sangat berat pada bank-bank konvensional
hal ini tergambarkan dengan bank-bank konvensional mengalami penurunan indikator kinerja
dari laba hingga pendapatan kotor, namun bank syariah Indonesia BSI justru menunjukkan
performa yang sangat baik. Kinerja baik yang ditorehkan oleh bank syariah Indonesia dapat
dilihat dari berbagai aspek.

Pada kuartal pertama 2021 Bank Syariah Indonesia mencatatkan pertumbuhan laba bersih 12,85
persen atau sebesar Rp 742 miliar, dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 657
miliar. Kenaikan kinerja pada kuartal I-2021 juga didorong oleh kenaikan pendapatan margin
dan bagi hasil sebesar 5,16 persen secara tahun ke tahun (yoy).
Selain pada peningkatan laba, BSI juga mengalami peningkatan ROE (return on equity) dari
11,19 persen per Desember 2020 menjadi 14,12 persen per Maret 2021. Selain itu BSI telah
menyalurkan pembiayaan sebesar Rp159 triliun pada kuartal I-2021, naik 14,74 persen dari
periode sama 2020 sebesar Rp138,6 triliun. Hasil pembiayaan terbesar disumbang oleh segmen
konsumer Rp 71,6 triliun (45 persen dari total pembiayaan), korporasi Rp 37,3 triliun (23,5
persen), segmen kecil dan menengah Rp 20,8 triliun (13,1 persen), Mikro Rp 15 triliun (9,4
persen) dan komersial Rp9,6 triliun (6,1 persen).

BSI tetap menjaga kuantitas dan kualitas pembiayaan ditunjukkan dengan tren penurunan
pembiayaan bermasalah (NPF gross) dari 3,35 persen di triwulan I-2020 menjadi 3,09 persen di
triwulan I-2021. Dari sisi liabilitas, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI sampai
triwulan I-2021 mencapai Rp 205,5 triliun, naik 14,3 persen dibandingkan periode sama 2020
sebesar Rp179,8 triliun.  Pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan Dana Murah (Giro
dan Tabungan) sebesar 14,73 persen sehingga meningkatkan rasio CASA dari 57,54 persen pada
triwulan I-2020 menjadi 57,76 persen di Kuartal I-2021. Sampai Kuartal I-2021, BSI berhasil
mencatatkan total aset sebesar Rp 234,4 triliun naik 12,65 persen (yoy) dibanding periode sama
2020 sebesar Rp208,1 triliun. BSI mencatat kenaikan rasio permodalan (CAR) menjadi 23,1
persen di periode ini. Terkait pemanfaatan teknologi digital, BSI juga terus meningkatkan
kapabilitas digital, yang tercermin dari volume transaksi kanal digital BSI yang tumbuh
signifikan sepanjang triwulan I-2021. Nilai transaksi tersebut hingga Maret 2021, sudah
menembus Rp40,85 triliun, dengan kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalui layanan BSI
Mobile yang naik 82,53 persen (yoy). Sepanjang Januari-Maret 2021, volume transaksi di BSI
Mobile juga tercatat mencapai Rp 17,3 triliun dengan akumulasi jumlah transaksi dari platform
tersebut mencapai 14,65 juta transaksi, atau tumbuh 72,35 persen (yoy). Secara umum, kenaikan
volume transaksi melalui channel digital banking BSI sampai Maret 2021 naik 43,3 persen
(yoy).  Selain oleh transaksi BSI Mobile (42 persen), kenaikan ini juga ditopang aktivitas
nasabah pada kanal internet banking (24 persen), kartu debit/kredit (17 persen) dan ATM (14
persen).

C.                PRINSIP-PRINSIP BANK SYARI’AH


Prinsip Bank Syariah Indonesia dalam menjalankan kegiatannya sama dengan prinsip-
prinsip umum bank syariah lainnya. Menurut Dirut BSI, bank ini akan menggunakan prinsip
maqashid syariah. Maqashid sendiri berasal dari kata maqshad yang berarti tujuan atau target.
Berangkat dari arti tersebut, beberapa ulama memiliki pengertian atau definisi mengenai
maqashid syariah yang berbeda. Al-Fasi misalnya, menurutnya, maqashid syariah merupakan
tujuan atau rahasia Allah yang ada dalam setiap hukum syariat. Sedangkan ar-Risuni
berpendapat bahwa maqashid syariah adalah sebuah tujuan yang ingin dicapai dimana
mengutamakan kemashlahatan manusia bisa terwujud. Secara umum, maqashid syariah memiliki
tujuan untuk kebaikan atau kemashlahatan umat manusia. Tujuan ini sejalan dengan tujuan dari
hukum Allah yaitu kebaikan. Kemashlahatan yang dimaksud dalam hal ini mencakup segala hal
dalam kehidupan manusia termasuk didalamnya maslahat daalm kegiatan perekonomian. Sesuai
dengan prinsip syari’ah yang mengatur perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan
pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang sesuai dengan syari’ah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syari’ah antara lain

 Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai


pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
 Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana.
 Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki
nilai intrinsik.
 Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh
dari sebuah transaksi.  diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras
misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Prinsip perbankan syariah pada akhirnya akan membawa kemaslahatan bagi


umat karena menjanjikan keseimbangan sistem ekonominya
D.                PRODUK BANK SYARI’AH DI INDONESIA
1. Tabungan syariah

Salah satu produk utama dari bank syariah indonesia adalah tabungan syariah. Tabungan
syariah dalam bank syariah indonesia sesuai dengan akad mudharabah dimana tabungan ini
terikat dengan adanya kesepakatan atau akad antara nasabah dan bank tentang simpanan yang
pengelolaannya diberikan kepada bank dengan sistem bagi hasil.
Produk tabungan bank syariah indonesia menggunakan sistem bagi hasil. Jadi dalam sistem
bagi hasil tidak termuat unsur riba yang di dalam yang dilarang dalam agama.
Bank syariah berperan mengelola dana simpanan untuk disalurkan sebagai modal usaha
produktif yang sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungannya diberikan dalam bentuk bagi hasil
kepada nasabah sesuai kesepakatan.

2. Deposito syariah

Produk lain yang dimiliki oleh bank syariah indonesia adalah deposito syariah. Deposito
syariah adalah produk simpanan berjangka yang dikelola bank syariah. Produk ini dapat
diberikan kepada nasabah perorangan maupun nasabah dalam unit usaha dengan tetap bersatu
kepada prinsip mudharabah.
Deposito syariah bisa ditarik setelah jangka waktu simpanan telah berakhir atau jatuh
tempo, yaitu pilihan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, hingga 24 bulan. Keuntungan deposito
di bank syariah berupa nisbah atau bagi hasil. Umumnya, nisbah yang ditawarkan adalah 60:40
untuk nasabah dan bank. Melihat angka tersebut, gak heran kalau banyak kalangan menilai
keuntungan deposito bank syariah lebih tinggi.

3. Gadai syariah

Gadai syariah adalah produk pinjaman tunai dari bank syariah kepada nasabahnya.
Khususnya dalam hal ini, gadai syariah disini menggunakan akad rahn atau ijarah. Sebagai syarat
utama dalam gadai, nasabah wajib menyerahkan barang jaminan. Pada penerapannya gadai
syariah ini, jika nasabah atau debitur tidak sanggup melunasi angsuran, barang jaminan akan
dijual untuk menutupi utang. Jika harga jualnya melebihi utang, kelebihannya akan dikembalikan
kepada debitur. Biaya administrasi juga dikenakan kepada nasabah yang melakukan gadai
syariah guna untuk menjaga barang yang digadaikan Sebagaimana dalam pandangan Islam
bahwa barang gadai tetap menjadi milik debitur, otomatis biaya pemeliharaan akan ditanggung
debitur yang kemudian dibayarkan kepada kreditur atau bank.

4. Pembiayaan atau pinjaman syariah

Salah satu produk utama dari sebuah bank adalah pinjaman. Bank syariah di sini memiliki
produk pinjaman syariah. Pinjaman syariah adalah produk pinjaman dari bank syariah. Nasabah
wajib melunasi utang tersebut dalam bentuk pembayaran langsung atau cicilan. Dalam prinsip
bank syariah pinjaman ini tidak mengandung unsur riba selama itu saling menguntungkan satu
sama lain atau pinjaman tersebut dipergunakan untuk hal yang menguntungkan. Dalam tujuan
mendapatkan keuntungan bank syariah akan mengenakan margin atas pinjaman yang diberikan
kepada nasabah. Misalnya, nasabah meminjam uang tunai untuk membeli komputer, bank
syariah akan membelikannya terlebih dahulu di toko. Lalu, komputer itu dijual kepada nasabah
dengan harga yang telah dimasukkan margin. Contoh lainnya dikenal dengan sistem bagi hasil,
yaitu saat kita pinjam sejumlah uang untuk modal usaha. Bank akan dapat beberapa persen dari
profit usaha kita nantinya. Persentase profit sharing akan disetujui bersama di muka.

5. Giro syariah

Giro syariah adalah produk simpanan di bank syariah yang dana bisa ditarik dengan
menggunakan cek atau bilyet giro selain kartu ATM. Nasabah giro, bisa dari perorangan atau
badan hukum yang membutuhkan kemudahan bertransaksi dalam jumlah yang sangat besar
kapan saja.

E.                 PRODUK -PRODUK BANK SYARI’AH

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1)      Bank Syari’ah merupakan implementasi dari Bank Islam dengan ciri tanpa bunga/riba
2)      Bank Syari’ah sebenarnya sama dengan Bank Konvensional pada umumnya, yang
membedakannya kalau Bank Syari’ah memakai system bagi hasil sedangkan bank Konvensional
memakaisistem bunga.
3)      Dasar hukum Bank syari’ah di Indonesia:
  UU Perbankan Indonesia No.7 tahun 1992
  Pasal 6 PP No. 72 tahun 1992 yang kemudian dihapus oleh pasal 6 UU No.10 Thn 1998
  UU Perbankan No 10 thn 1998 ( pasal 1 ayat 12,13; pasal 6 huruf m dan pasal 13 huruf c)
  Surat Keputusan direksi bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tgl. 12 Mei 1999.
4)      Produk yang ditawarkan perbankan syariah banyak sekali, secara garis besar
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu produk penyaluran dana, produk
penghimpunan dana dan produk jasa.
5)      MUI dan Muhammadiyah mengharamkan adanya bunga bank karena hal ini sama
dengan riba sedangkan NU masih khilafiyah, ada sebagian yang membolehkan
dengan alasan dharurat ada juga yang mengharamkannya, akan tetapi semuanya
mendukung adanya bank syari’ah sebagai lembaga perekonomian yang berdasarkan
syari’at Islam (tidak ada unsur riba di dalamnya)

B.     SARAN
“Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syari’ah, bagaimana system, prinsip dan
falsafah operasional bank syari’ah, diharapkan agar kita lebih memilih menggunakan jasa bank
syari’ah dan alangkah baiknya yang sudah menggunakan bank konvensional pindah ke bank
syari’ah”

DAFTAR PUSTAKA

 Al Khotib, Muhammad ‘Ajaj. 1989. Ushul Al Hadits Wa Musthalahu. Beirut: Dar


al Fikri
 Al Zuhaili, Wahbah. 1985. Al Fiqih Al Islami wa Adillatuh. Beirut: Dar Al
Fikri
 American Institute of banking. 1960. Principle of Bank Operation. New York:
AIB
 Muhammad. 2005. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta
 Sadeli, Hasan. (ed). Ensiklopedia Indonesia
 Zuhri, Muh, Dr. 1996. Riba dalam al- Qur’an dan Masalah Perbankan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
 www.voa-islam.com/news/indonesia/2010/04/05/4722
 Http://Hasanismilr.blogspot.com/2009/06/produk-produk-bank-syari’ah
 Http://eprints.sunan-ampel.ac.id/id/eprint/54
 Http://ekiszone.co.cc/category/perbankan-islam
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bank_Syariah_Indonesia
https://m.bisnis.com/amp/read/20210428/231/1387440/alhamdulillah-bank-syariah-indonesia-bris-raih-
laba-rp742-miliar
https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20210225150734-29-226150/ojk-kinerja-perbankan-syariah-
lebih-baik-dari-konvensional
https://glints.com/id/lowongan/bank-syariah-adalah/#:~:text=Prinsip%20Dasar%20Bank%20Syariah,-
%C2%A9%20Iqna.ir&text=bagi%20hasil%20(mudharabah),%2C%20tanpa%20pergantian
%20kepemilikan%20(ijarah)
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-kelembagaan.aspx

Anda mungkin juga menyukai