Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mulai dari studi literatur, penentuan parameter-

parameter yang akan diukur, perancangan desain dari alat Sonoreactor seperti desain

elektronik dan desain mekanik, melakukan pemograman Microkontroler, menentukan

alat dan bahan yang akan digunakan hingga dihasilkan alat Sonoreactor berbasis

Arduino Uno. Alat sonoreactor menggunakan transduser ultrasonik tipe piezoelektrik

dan generator ultrasonik berbasis Arduino Uno. Berdasarkan data yang diperoleh

dapat terlihat bagaimana spesifikasi komponen yang digunakan. Analisis alat

terhadap data yang didapatkan berupa spesifikasi performansi alat dan spesifikasi

desain alat. Penyajian data dinyatakan dalam bentuk tabel dan grafik.

1. Spesifikasi Performansi Sonoreactor

Spesifikasi performansi alat merupakan pengidentifikasian atau penguraian

fungsi setiap bagian pembentuk sistem, dimana perlu dilakukan pengujian alat serta

penganalisaan terhadap alat, sehingga dapat terlihat apakah sistem sudah bekerja

dengan baik.

a. Rangkaian Generator Ultrasonik

Pada penelitian digunakan driver generator ultrasonik yang berfungsi untuk

memberikan supply ke transduser ultrasonik. Pada rangkaian generator ultrasonik ini

hampir sama dengan sistem SMPS hanya saja pada generator ultrasonik ini tidak

sampai pada bagian sekunder sehingga tegangan yang dihasilkan adalah tegangan

AC. Pada Gambar 26 merupakan bentuk driver dan rangkaian generator ultrasonik.
(a)
D4

10A03 C1
? 18pF R1
D1 D3 1N4007
C5 C6 10A03 10A03 0R56
18pF 18pF
TR1
D2
R2
C2 0R56
10A03 18pF

TRAN. ULTRASONIK

TRAN-2P2S
SOUNDER

R5
0R56
C3 Q1
2N2219 D6 L1
10A03 12u
18pF TR2
L2
12u

R4
0R56

TRAN-2P3S
C4 Q2
2N2219
D5
18pF 10A03
L3
12u
R6
R3
0R56 0R56

R7
0R56

(b)
Gambar 26 ( a). Bentuk driver generator ultrasonik (b). Rangkaian elektronik
Generator Ultrasonik

Pada Gambar 26 merupakan rangkaian generator ultrasonik, terlihat bahwa

prinsip generator tersebut hampir sama dengan prinsip SMPS. Awalnya rangkaian

bekerja dengan menggunakan tegangan masukan PLN sebesar 220 VAC dengan

frekuensi sumber PLN sebesar 50 Hz. Tegangan masukan AC diubah menjadi

tegangan DC dengan menggunakan dioda. Tegangan yang telah disearahkan ini akan

memberikan suplai ke kapasitor yang kemudian muatan listrik tersebut disimpan oleh

kapasitor dan berguna untuk memperbaiki bentuk gelombang tegangan (rippel) yang

dihasilkan oleh diode bridge/penyearah.


Salah satu ujung TR1 primer di bagian titik tengah dan bagian sekunder TR1

memperkuat tegangan dari Q1 dan Q2. Sementara TR2 bertindak sebagai filter untuk

menghasilkan gelombang keluaran. TR2 hanya digunakan sebagai konduktor agar

tidak menghasilkan tegangan apapun. Lilitan induktor pertama (L1) terhubung

langsung dengan transduser ultrasonik sebagai penghasil osilasi mekanik, osilasi

tersebut diambil oleh L1 dan dikirim ke Q1 dan Q2 melalui L3 dan L2. Hubungan

tersebut saling berhubungan untuk mengirimkan dan menjalankan osilasi transduser

sampai generator dimatikan.

b. Rangkaian LCD dan Kaypad

Pada perancangan rangkaian ini digunakan Liquid Crystal Display (LCD)

20x4 sebagai display frekuensi dan timer yang dihubungkan ke Arduino Uno. Pada

perancangan rangkaian ini digunakan kaypad 4x4 sebagai antarmuka untuk masukan

nilai waktu, serta beberapa tombol lainnya digunakan sebagai fungsi start dan cancle.

Untuk bentuk rangkaian Liquid Crystal Display dan kaypad 4x4 dengan Arduino

dapat dilihat pada Gambar 27.

Gambar 27. Rangkaian Liquid Crystal Display dan kaypad 4x4


dengan Arduino
Tabel 3 Menunjukan pengalamatan pin LCD dan I2C pada Arduino dalam pembuatan

rangkaian Sonoreactor.

Tabel 3. Pengalamatan pin LCD pada Arduino Uno


Pin I2C LCD Pin Arduino Uno
GND GND
VCC VCC
SDA A4
SCL A5
Pin Keypad 4x4 Pin Arduino Uno
Col 1 9
Col 2 8
Col 3 7
Col 4 6
Row A 5
Row B 4
Row C 3
Row D 2

c. Rangkaian Relay

Relay merupakan saklar yang menggunakan prinsip elektromagnetik yang

digunakan untuk menggerakkan kontak saklar sehingga dapat menghantarkan arus

listrik 220V dari tegangan AC 220V ke rangkaian dimmer. Relay pada rangkaian ini

digunakan untuk pensaklaran yang dikontrol melalui pin Arduino. Bersamaan dengan

waktu, relay akan bekerja mengalirkan arus listrik ke rangkaian ketika waktu

dijalankan dan akan memutus sambungan arus listrik ketika waktu telah selesai. Pada

Gambar 28 ditunjukkan tampilan sebuah relay satu chanel dan memiliki 3 pin yang

disambungkan ke pin Arduino.


Gambar 28. Rangkaian Relay.

Pengalamatan pin relay dihubungkan pada pin analog A0, GND dihubungkan

pada pin GND dan VCC dihubungkan dengan pin VCC pada Arduino Uno. Prinsip

kerja dari relay adalah ketika pada kondisi normal maka switch kontak poin relay

berada pada kondiisi normalnya yaitu NO (kontak terbuka) dan NC (kontak tertutup).

Saat lilitan coil elektromagnetik terminal A1 dan A2 mendapatkan tegangan sesuai

dengan tegangan kerja relay, maka akan terbentuk gelombang elektromagnetik yang

akan menginduksi bagian inti besi menjadi magnet. Inti besi inilah yang berperan

menarik armute sebagai tuas kontak sehingga kontak relay berubah kondisi dari NO

menjadi close dan dari NC manjadi open. Posisi kontak ini akan bertahan selama

lilitan coil elektromagnetik mendapatkan tegangan sesuai dengan tegangan kerjanya.

Ketika lilitan coil elektromagnetik relay tersebut tidak mendapatkan tegangan maka

disinilah fungsi dari spring atau per untuk mengembalikan posisi armature ke kondisi

sebelumnya sehingga switch kontak poin berubah kondisi kembali ke posisi

sebelumnya yaitu NO menjadi open dan NC menjadi close (Saleh, 2017).


d. Rangkaian Generator Ultrasonik dengan rangkaian Dimmer

Pada penelitian ini menggunakan driver Dimmer dengan TRIAC pabrikan

dengan tipe BTA16. Piranti ini diproduksi dengan tujuan utama saklar AC dan

aplikasi pengontrolan phasa seperti kontrol kecepatan motor AC. Analisa rangkaian

dimmer yang dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 19. Rangkaian dimmer yang

dibuat dibangun dengan TRIAC tipe BTA16 yang dikontrol menggunakan DIAC tipe

DB3 dan potensiometer 500 kOhm. Intensitas getaran piezoelektrik pada rangkaian

generator ultrasonik yang di trigger menggunakan rangkaian dimmer dengan TRIAC

ini dikontrol dengan cara mengatur Tegangan yang diberikan ke generator ultrasonik

melalui TRIAC.

Secara teknis pengontrolan intensitas besarnya geteran piezoelektrik

dilakukan dengan mengatur tuas potensiometer RV1 500 kΩ. Frekuensi keluaran

yang dihasilkan dimmer dikendalikan oleh tegangan gate TRIAC melalui DIAC dari

keluaran pembagi tegangan potensiometer. Semakin tinggi tegangan yang diberikan

ke gate TRIAC maka arus yang diberikan ke beban akan semakin besar. Heatsink

atau pendingin dibutuhkan untuk meredam panas yang timbul karena TRIAC bekerja.

Rangkaian dimmer yang digunakan seperti pada Gambar 29.

Potensiometer adalah sebuah resistor variabel yang dapat mengatur besar

kecilnya hambatan yang diperlukan sesuai dengan batas maksiml yang dimiliki. Pada

alat yang dibuat ini menggunakan potensiometer stereo 500 kΩ dengan memiliki

enam buah kaki. Tiga buah kaki pertama dihubungkan pada rangkaian dimmer dan

tiga buah kaki lainnya dihubungkan pada pin Arduino.Dalam penggunaan

potensiometer jenis stereo ini dimaksudkan agar dapat men-switch dimmer dan
secara bersamaan potensiometer mengatur tegangan masukan analog dengan prisip

ADC pada Arduino. Potensio yang dihubungkan ke dimmer dimanfaatkan untuk

men-switch besarnya frekuensi masukan yang akan dikirimkan pada rangkaian

generator ultrasonik. Untuk potensio yang dihubungkan pada Arduino dimanfaatkan

sebagai pengatur besarnya tegangan masukan dari pin analog 0-5V. Kemudian

tegangan tersebut akan dikonversi menjadi frekuensi keluaran dari generator

ultrasonik. Bentuk dari rangkaian potensiometer stereo dan Dimmer pada Arduino

Uno dapat dilihat pada Gambar 29.

Gambar 29. Rangkaian Potensiometer dan Dimmer

Gambar 29 merupakan pengalamatan potensiometer stereo, dimana untuk tiga kaki

potensiometer bawah dihubungkan dengan dimmer sedangkan potensiometer kaki

atas dihubungkan dengan Arduino Uno dengan pin data potensiometer pada A1, VCC

dengan 5V, dan GND dengan GND. Tabel 4 Menunjukan pengalamatan pin

potensiometer Stereo dan Dimmer pada Arduino Uno dalam pembuatan rangkaian

Sonoreactor. Untuk Pin potensiometer Stereo dan Dimmer pada Arduino Uno dapat

dilihat pada Tabel 4.


Tabel 4. Pin potensiometer Stereo dan Dimmer pada Arduino Uno
Pin Potensiometer Stereo Arduino Uno
Kaki 1 bawah A1
Kaki 2 bawah Gnd
Kaki 3 bawah Vcc
Dimmer
Kaki 1 atas Pin 1 Dimmer
Kaki 2 atas Pin 2 Dimmer
Kaki 3 atas Pin 3 Dimmer

e. Rangkaian Mekanik Sonoreactor Keseluruhan

Dalam menjalankan rangkaian mekanik Sonoreactor keseluruhan digunakan

Arduino Uno sebagai pusat kendali dan beberapa komponen penunjang. Arduino Uno

mengolah data masukkan dan keluaran pada setiap pinnya. Pengontrolan dijalankan

melalui pengaktifan masing-masing pin pada Arduino, kemudian pin-pin tersebut

bekerja sesuai dengan perintah pada program perangkat lunak Arduino IDE. Desain

rangkaian keseluruhan yang terdiri dari Arduino Uno, modul dimmer 220V AC,

modul keypad 4x4, potensiometer stereo, modul relay 5V, power supply 12V 3A,

tombol saklar, Relay dan Liquid Crystal Display 20x4. Untuk bentuk rangkaian

mekanik sonoreactor keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 30.


Gambar 30. Rangkaian Alat Sonoreactor Keseluruhan

2. Spesifikasi Desain Alat Sonoreactor

Spesifikasi desain sering juga disebut sebagai spesifikasi produk. Spesifikasi

desain tergantung pada sifat alami dari material yang digunakan. Spesifikasi desain

menjelaskan tentang karakteristik statik produk, toleransi, bahan pembentuk sistem,

ukuran sistem, dan dimensi sistem. Karakteristik statik secara umum terdiri dari

ketepatan dan ketelitian dari alat.

Ketepatan didefenisikan sebagai beda atau kedekatan antara nilai yang terbaca

oleh alat ukur dengan nilai yang sebenarnya. Secara umum akurasi sebuah alat ukur

ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dan dapat

diekspresikan dalam bentuk presentase atau pada titik pengukuran yang spesifik.
Suatu alat ukur yang baik memiliki akurasi mendekati 1 atau 100%, sedangkan

ketelitian merupakan membandingkan hasil pengukuran sistem dengan perhitungan

secara teoritis dengan cara melakukan pengukuran berulang

a. Karakteristik Transduser Ultrasonik Tipe Pizoelektrik

Transduser ultrasonik terdiri dari dua buah kristal pizoelektrik yang digunakan

sebagai pemancar serta penerima dari gelombang ultrasonik. Transduser yang

digunkan dalam penelitian ini adalah transduser pizoelektrik. Dengan spesifikasi

frekuensi 40 KHz. Dimana untuk menguji karakteristik dari Transduser ultrasonik

pizoelektrik ini menggunakan sumber Audio Generator dengan pembacaan

gelombangnya menggunakan osiloskop. Berikut ini adalah data karakteristik

transduser ultrasonik menggunakan Audio Generator pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengujian Transduser Ultrasonik tipe Pizoelektrik menggunakan Audio


Generator dengan Osiloskop.
F input Vpp T Vp Vrms Foutput
(KHz) (Volt) (s) (Volt) (Volt) (KHz)
20 4 3,6 x 20 μs 2 1,410 13,88

30 3,6 2,4 x 20 μs 1,8 1,27 20,83

40 1,2 1,6 x 20 μs 0,6 0,425 31,25

50 2,6 1,4 x 20 μs 1,3 0,919 35,71

60 3,4 1,3 x 20 μs 1,7 1,202 38,46

70 3,6 1 x 20 μs 1,8 1,272 50

80 4 0,8 x 20 μs 2 1,414 62,5

Dari Tabel 5 dapat dilihat bagaimana karakteristik transduser ultrasonik

pizoelektrik yang digunakan dimana saat frekuensi 40KHz mengalami resonasi yang
baik dan Vrms menurun. Semakin besar Frekuensi input yang diberikan pada

Transduser ultrasonik maka perioda yang dihasilkan akan semakin besar sehingga

jika perioda semakin besar maka frekuensi output yang dihasilkan semakin besar.

Hubungan antara frekuensi input dengan Vrms dan perioda dapat dilihat pada Grafik

pada Gambar 31 dan Gambar 32.

1.6
1.4
1.2
1
Vrms (Volt)

0.8
0.6 hubungan Vrms dan F
input
0.4
0.2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90

Frekuensi masukan (KHz)

Gambar 31. Hubungan F input dan Vrms Transduser pizoelektrik


menggunakan osiloskop
80
70
60
f(x) = − 0.8 x + 74.2857142857143
50 R² = 0.847109670448406
)
40
s
Hubungan T dan F input
30
T(

Linear (Hubungan T dan F


input)
20
10
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90

F masukan (KHz)

Gambar 32. Hubungan F input dan Perioda (T) Transduser pizoelektrik


menggunakan osiloskop

b. Karakteristik hubungan dimmer dan Generator ultrasonik

Pada penelitian ini menggunakan driver Dimmer dengan TRIAC pabrikan

dengan tipe BTA16. Piranti ini diproduksi dengan tujuan utama saklar AC. Analisa

rangkaian dimmer yang dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 19. Rangkaian

dimmer dihubungkan ke generator ultrasonik untuk sebagai sumber AC. Dimana

dimmer terdiri dari potensio streo yang digunakan untuk menswitch tegangan

masukan dan frekuensi yang akan digunakan pada generator ultrasonik. dimmer ini

adalah rangkaian yang bersumber 220 V dan dapat menghasilkan tegangan keluaran

140-220 V. dan tegangan keluaran ini yang akan dijadikan tegangan input pada

generator ultrasonik. Berikut ini adalah data pengukuran hubungan rangkaian

dimmer dengan rangkaian generator ultrasonik menggunakan multimeter digital yang

dapat dilihat pada Tabel 6.


Tabel 6. Pengukuran Dimmer dan Generator Menggunkan Multimeter digital
Vinput Finput Foutput Voutput
(Volt) (Hz) (Hz) (Volt)

147 50,09 250 5,78

150 50,07 254 5,25

155 50,05 350 4,17

165 50,05 398 4,03

185 50,03 481 3,94

190 50,02 552 3,85

195 50,02 598 3,62

200 50,01 668 3,53

207 50,01 899 3,13

220 50,01 978 2,82

Pada Tabel 6 dapat dilihat data pengukuran dimmer yang dihubungkan ke

generator ultrasonik. Dapat diihat bahwa untuk tegangan dimmer bersumber 220 V

dan setelah potensio Streo diputar maka kita mevariasikan tegangan keluran yang

akan dijadikan sebagai sumber untuk generator. Dari data tersebut dapat dilihat

bagaimana hubungan tegangan input pada generator terhadap frekuensi keluaran.

Berikut Grafik hubungan Dimmer dan generator pada Gambar 33, Gambar 34 dan

Gambar 35
7

Tegangan keluaran (V)


5
f(x) = − 0.0319913874949139 x + 9.81523769157738
R² = 0.826951221310152
4
Hubungan Vinput dan
3 Voutput
2 Linear (Hubungan Vinput
dan Voutput)
1

0
140 150 160 170 180 190 200 210 220 230

Tegangan masukan (V)


.

Gambar 33. Hubungan tegangan keluaran (dimmer) dengan frekuensi keluaran


(generator) menggunakan multimeter

1200

1000
Frekuensi Keluaran (Hz)

f(x) = 9.40234639902346 x − 1162.78563678286


800 R² = 0.920984875601598

600
Hubungan V input dan
Foutput
400 Linear (Hubungan V input
dan Foutput)
200

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 4 1 5 16 1 7 18 1 9 20 2 1 22 23
Tegangan Masukan (V)

Gambar 34. Hubungan V input dan F output pada Transduser Pizoelektrik


menggunakan Osiloskop
c. Ketepatan Timer Snonoreactor Dengan Stopwatch

Ketepatan pengukuran timer pada alat Sonoreactor diatur dengan program

pada Arduino Uno, sedangkan alat ukur standar yang digunakan adalah stopwatch.

Setelah semua variabel di input dan menekan tombol # pada keypad, maka timer akan

langsung hidup. Timer Sonoreactor akan berhenti dan menonaktifkan Generator dan

Transduser, lalu akan muncul tulisan selesai dan press reset pada LCD. Perbandingan

waktu pematian sistem Sonoreactor dengan stopwatch ditunjuka pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Waktu Pematian Sistem Sonoreactor Dengan Stopwatch


Input Waktu Stopwacth Selisih Waktu
Alat Sonoreator
5 menit 5 menit 2 dtk 2 dtk

10 menit 10 menit 4 dtk 4 dtk

15 menit 15 menit 6 dtk 6 dtk

20 menit 20 menit 8 dtk 8 dtk

25 menit 25 menit 10 dtk 10 dtk

30 menit 30 menit 12 dtk 12 dtk

35 menit 35 menit 14 dtk 14 dtk

40 menit 40 menit 16 dtk 16 dtk

45 menit 45 menit 18 dtk 18 dtk

50 menit 50 menit 20 dtk 20 dtk

55 menit 55 menit 22 dtk 22 dtk

60 menit 60 menit 24 dtk 24 dtk


Tabel 7 menampilkan bahwa terjadi selisih waktu pematian sistem alat dari input

waktu yang diinginkan, dimana setiap 5 menit terjadi selisih waktu 2 detik. Setelah

itu lakukan perbaikan program dan mendapatkan nilai penonaktifan waktu yang

akurat.

B. PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai